Uploaded by risarisa940

9169-40907-1

advertisement
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP
KINERJA MAKROEKONOMIDI INDONESIA DENGAN
MODELSTRUCTURAL VECTOR AUTOREGRESSION (SVAR)
Heru Setiawan1
Abstract
In this paper we attempt to analyze effects of fiscal and monetary policy on output,
inflation and interest rates in Indonesia using Structural Vector Autoregression (SVAR)
for the period 2001:1 – 2017:3. We follow Blanchard and Perotti (2002) methodology to
identify the structural shocks and analyze the transmission mechanisms of fiscal and
monetary policy on economic activity. The estimation results show that expansionary
fiscal policy through increase in government spending are found to have relatively small
(though positive) effect on output. Moreover, the increase in government spending lead
to relatively higher inflation and interest rate. A tax shock, which is mean the
contractionary fiscal policy, give negative effect on the output but turn into positive effect
after one year. A shock in interest rate follow by decrease in inflation, which is
accordance with Taylor Rule. Overall, the empirical result indicate the less potent fiscal
policy to stimulate output in short-time period while putting upward pressure on inflation
and nominal interest rate.
Keywords : fiscal policy, monetary policy, Structural Vector Autoregression (SVAR)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis dampak kebijakan fiskal dan moneter di
Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi dan tingkat suku bunga
menggunakan model Structural Vector Autoregression (SVAR) dengan periode
observasi 2001:1 sampai dengan 2017:3. Penelitian ini menggunakan metodologi
Blanchard dan Perotti (2002) untuk mengidentifikasi structural shocks dan menganalisis
mekanisme transmisi dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap aktivitas ekonomi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal ekspansif melalui kenaikan
belanja pemerintah memberikan dampak positif terhadap PDB dan memicu terjadinya
kenaikan inflasi serta tingkat suku bunga. Shock pada penerimaan pajak (kebijakan fiskal
kontraktif) berdampak negatif terhadap output tetapi dampak tersebut berubah positif
setelah satu tahun. Shock pada tingkat suku bunga diikuti dengan menurunnya tingkat
inflasi sesuai dengan kaidah Taylor Rule. Secara umum, kebijakan fiskal di Indonesia
belum mampu menstimulasi output dalam jangka pendek dengan cepat dan justru
memberi tekanan pada kenaikan inflasi dan tingkat suku bunga nominal.
Kata kunci : kebijakan fiskal, kebijakan moneter, Structural Vector Autoregression
(SVAR)
1
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wonocolo Surabaya
23
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
Latar Belakang
Filosofi kebijakan fiskal didasari
dampak pengganda fiskal (multiplier
oleh teori Keynes yang lahir sebagai
effect) atas belanja tersebut (Mankiw,
reaksi atas terjadinya depresi besar
2013:303).
melanda
Tujuan
perekonomian Amerika pada tahun
menganalisis
1930-an. Keynes mengkritik pendapat
kebijakan fiskal dan moneter terhadap
ahli ekonomi Klasik yang menyatakan
aktivitas ekonomi di Indonesia.
bahwa
Metodologi
(great
depression)
yang
perekonomian
akan
selalu
penelian
ini
adalah
dampak
dinamis
ekonometrik
yang
mencapai full employment sehingga
digunakan adalah model Structural
setiap tambahan belanja pemerintah
Vector Autoregression (SVAR) yang
akan
pertama
menyebabkan
turunnya
kali
dikembangkan
oleh
pengeluaran swasta (crowding out)
Blanchard dan Perotti (2002). Model
dalam jumlah yang sama atau demgan
SVAR yang digunakan pertama kali
kata lain setiap tambahan belanja
hanya mengunakan tiga variabel yaitu
pemerintah
belanja pemerintah riil, penerimaan
tersebut
tidak
akan
mengubah pendapatan agregat.
pajak
Keynes mengemukakan bahwa
riil
dan
demikian,
PDB
dalam
riil.
Namun
penelitian
ini
sistem pasar bebas tidak akan dapat
ditambahkan dua variabel lain terkait
membuat
sektor moneter yaitu inflasi dan tingkat
penyesuaian-penyesuaian
menuju kondisi full employment. Untuk
suku bunga pasar.
mencapai kondisi tersebut, diperlukan
Selain
campur
tangan
pemerintah
dalam
metode
SVAR
yang
digunakan oleh Blanchard dan Perotti
bentuk berbagai kebijakan, salah satu
(2002), studi empiris tentang dampak
perwujudannya adalah kebijakan fiskal
kebijakan
fiskal
dan moneter. Menurut Keynes, setiap
perekonomian
secara
tambahan belanja pemerintah tidak
lakukan menggunakan empat model
hanya merelokasi sumber daya dari
pendekatan
sektor swasta kepada pemerintah,
Structural VAR yang digunakan oleh
tetapi juga disertai dengan adanya
Afonso dan Sousa (2009), (2) Sign
yaitu
terhadap
(1)
umum
di
Bayesian
24
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
Restriction
Approach
SVAR
yang
menyimpulkan
dikembangkan oleh Mountford dan
ekspansi
Uhlig
negatif
(2009),
(3)
Fiscal
Dummy
bahwa
fiskal
kebijakan
memberikan
terhadap
investasi
efek
swasta
Approach SVAR oleh Ramey and
serta tidak berpengaruh signifikan
Shapiro
The
terhadap
yang
agregat.
(1998),
Recursive
serta
Approach
(4)
SVAR
kenaikan
permintaan
digunakan pertama kali oleh Fatas dan
Peranan kebijakan fiskal dalam
Mihov (2001) dan Favero (2002). Dari
stabilisasi perekonomian negara tidak
berbagai
penelitian
yang
telah
dapat dipisahkan dengan kebijakan
dilakukan
selama
di
berbagai
moneter. Cazacu (2015:12) dalam
ini
negara dan metode yang berbeda-
penelitiannya menyebutkan bahwa
beda, kesimpulan mengenai dampak
kestabilan
dinamis
negara
shock
pada
pemerintah
dan
menghasilkan
efek yang
belanja
pajak
juga
berbeda-
beda(Caldara dan Kamps, 2008:10).
Blanchard dan Perotti (2002)
melakukan
penelitian
di
negara-
perekonomian
ditentukan
oleh
suatu
kebijakan
fiskal dan moneter yang diambil dalam
mengantisipasi shock yang terjadi
dalam
perekonomian.
Interaksi
kebijakan fiskal dan moneter terjadi
sangat
dinamis
dalam
mana
kebijakan
negara OECD dengan kesimpulan
perekonomian
yaitu
moneter dapat mempengaruhi inflasi,
besaran
pengganda
fiskal
di
di
(multipliers effect) cenderung turun
inflasi
dari
nilai utang publik secara riil, dan
waktu
beberapa
ke
waktu
dan
pada
mempunyai
dampakterhadap
kasus
menjadi
negatif.
selanjutnya
itu,
Penelitian
Ravnik
mempengaruhi kredibilitas moneter. Di
(2011) dengan sampel negara Kroasia
sisi lain, kebijakan fiskal dan gejolak
menyimpulkan
bahwa
inflasi
stimulus
di
Sementara
kebijakan
disiplin
juga
akan
fiskal
dapat
mempengaruhi
melalui
tingkat konsumsi, permintaan agregat
kenaikan belanja justru menyebabkan
dan juga tingkat pengangguran. Oleh
turunnya output. Sebaliknya, kebijakan
karena itu, penelitian ini tidak hanya
fiskal
mengakomodasi variabel fiskal tetapi
fiskal
melalui
Kroasi
penerimaan
pajak
berdampak positif terhadap output.
juga
moneter
dalam
peranannya
Sedangkan penelitian yang dilakukan
terhadap pertumbuhan ekonomi di
oleh Mountford dan Uhlig (2009)
Indonesia.
25
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
Penelitian ini disajikan dalam 5
yang lebih baik yang ditandai dengan
bagian yaitu pendahuluan, tinjauan
pertumbuhan
literatur mengenai dampak kebijakan
kesejahteraan masyarakat (welfare
fiskal
economics).
dan
moneter
terhadap
ekonomi
dan
Menurut
Keynes,
perekonomian, metodologi SVAR dan
kebijakan fiskal akan menghasilkan
deskripsi data yang digunakan, hasil
angka pengganda fiskal (multiplier
empiris
penelitian
yaitu
effect) bagi output nasional. Dasar
Impulse
Response
Function
analisis
dan
pemikiran dari Keynes adalah bahwa
Variance Decomposition VAR serta
ekspansi fiskal menimbulkan dampak
bagian terakhir kesimpulan.
pengganda
TINJAUAN LITERATUR
Mankiw (2013:68) menguraikan
definisi
kebijakan
fiskal
sebagai
“kebijakan ekonomi yang digunakan
oleh pemerintah untuk
perekonomian ke kondisi yang lebih
baik atau diinginkan dengan cara
mengubah-ubah penerimaan dan
belanja pemerintah.” Pada umumnya
dikenal dua jenis kebijakan fiskal yaitu
kebijakan fiskal ekspansif dan
kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif
dapat
meningkatkan
pendapatan nasional dan menurunkan
tingkat
pengangguran.
Sebaliknya
kebijakan fiskal kontraktif ditujukan
untuk menurunkan tingkat inflasi dan
memperkecil
pembayaran
defisit
luar
agregat
kemudian
kondisi
penawaran
masih
mampu
permintaan
sejalan
dengan
agregat
untuk
yang
merespon
kenaikan permintaan agregat, maka
hal itu tidak menyebabkan terjadinya
kenaikan harga (Abimanyu, 2005:3).
mengelola/mengarahkan
diharapkan
terhadap
negeri
neraca
(Mankiw,
2013:392).
Kebijakan fiskal bertujuan untuk
mengarahkan perekonomian ke arah
Pada
dasarnya
instrumen
kebijakan fiskal sangat beragam dan
berkaitan dengan keuangan negara
seperti perpajakan, bea cukai, utang,
desentralisasi fiskal, dan sebagainya.
Namun, secara umum kebijakan fiskal
ditempuh melalui dua sarana yaitu
dengan mengubah-ubah penerimaan
dan
belanja
pemerintah
yang
tercermin dalam APBN setiap tahun
anggaran.
Sementara
itu,kebijakan
moneter merupakan kebijakan yang
dijalankan oleh bank sentral terkait
dengan manajemen uang beredar dan
tingkat
suku
bunga
untuk
mempengaruhi variabel di dalam
26
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
2010:10).
moneter dan fiskal mempunyai fokus
Tujuan yang ingin dicapai secara
dan tujuan yang berbeda. Setiap
umum adalah terciptanya stabilitas
shock pada kebijakan moneter dan
ekonomi
fiskal
perekonomian
(Mishkin,
makro
dicerminkan
yang
oleh
antara
stabilitas
lain
harga
akan
ditransmisikan
pada
variabel lain di dalam perekonomian.
(terjaganya laju inflasi), membaiknya
Jika pemerintah ingin meningkatkan
pendapatan
pertumbuhan
per
kapita,
serta
ekonomi,
salah
satu
tersedianya kesempatan kerja yang
kebijakan yang dapat diambil adalah
luas (Mishkin, 2010:11).
menaikkan porsi belanja pemerintah.
Dalam teori makroekonomi dan
Kenaikan belanja pemerintah akan
keuangan publik, model ekonomi tidak
menyebabkan
dibangun atas persamaan tunggal
agregat. Dengan naiknya permintaan
tetapi
agregat akan menyebabkan harga
oleh
sistem
persamaan
naiknya
struktural. Oleh karena itu, perubahan
barang
dalam satu variabel makroekonomi
permintaan yang melebihi penawaran
akan berpengaruh secara simultan
akan
terhadap variabel makro yang lain.
menghadapi tekanan inflasi ini, bank
Sasaran
kebijakan
sentral akan mengambil kebijakan
makroekonomi adalah untuk mencapai
moneter yaitu dengan menaikkan suku
output
yang
bunga acuan. Akibatnya, defisit fiskal
terkendali, dan pengangguran yang
akan semakin besar, terutama jika
rendah, sedangkan tujuan akhirnya
pemerintah harus membayar bunga
dapat
atas
akhir
yang
dari
tinggi,
dikatakan
inflasi
adalah
untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat
cenderung
permintaan
naik.
menyebabkan
Kenaikan
inflasi.
hutang-hutangnya
Dalam
(Mankiw,
2013:315).
(Mankiw, 2013:533). Inti dari kebijakan
Pada
saat
bank
sentral
makro Keynes adalah bagaimana
mengambil kebijakan menaikkan suku
pemerintah
bunga, maka terjadi penurunan
permintaan
bisa
mempengaruhi
agregat
melalui
permintaan
uang,
kemudian
mekanisme APBN yaitu mengubah-
pertumbuhan
ubah penerimaan pajak dan belanja
menurun, biaya investasi semakin
pemerintah.
tinggi
Berdasarkan
kerangka
telah dijelaskan bahwa kebijakan
teori
dan
instrumen
kredit
tabungan
yang
lebih
konsumen
menjadi
menarik
sehingga permintaan agregat kembali
27
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
turun.
Pada
saat
sama,
negara kecil dengan perekonomian
kebijakan moneter yang restriktif akan
terbuka (small open economy). Sejauh
mengakibatkan turunnya inflasi dan
mana dampak dinamis adanya shock
membatasi terjadinya kontraksi defisit
pada kebijakan fiskal dan moneter
anggaran (Mishkin, 2010:535).
mempengaruhi tingkat pertumbuhan
Penelitian
Structural
yang
dengan
Vector
model
Autoregression
ekonomi di Indonesia selanjutnya akan
dianalisis.
(SVAR) pertama kali di kembangkan
oleh Blanchard dan Perotti (2002).
Model SVAR Blanchard dan Perotti
hanya mengunakan tiga variabel yaitu
belanja pemerintah riil, penerimaan
pajak riil dan PDB riil. Dari berbagai
penelitian yang telah dilakukan selama
ini di berbagai negara, kesimpulan
mengenai
dampak
dinamis
shock
pada belanja pemerintah dan pajak
juga menghasilkan efek yang berbedabeda (Caldara dan Kamps, 2008:10).
Berbagai penelitian lain yang
telah
dilakukan
juga
memberikan
kesimpulan yang beragam. Secara
umum, kebijakan fiskal mampu
memberikan
stimulasi
yang dihasilkan berkisar antara 0,3
1,2
persen
dan
nilai
pengganda untuk kenaikan belanja
lebih
pajak
besar
daripada
(Hemming
pemotongan
dkk.,
DESAIN DAN DATA PENELITIAN
Untuk
melakukan
2002:17).
Penelitian ini sendiri menggunakan
objek observasi negara Indonesia,
analisis
pengaruh kebijakan fiskal dan moneter
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
di
Indonesia, penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan
data
Penelitian
ini
penelitian
yang
sekunder.
mengadopsi
model
dilakukan
oleh
Blanchard dan Perotti (2002) yang
meneliti dampak kebijakan fiskal di
negara-negara
pada
perekonomian di mana fiscal multiplier
sampai
METODE PENELITIAN
OECD
modelStructural
dengan
Vector
Auto
Regression(SVAR).
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah output nasional
yang dinyatakan oleh nilai Produk
Domestik
Bruto
(Y),
belanja
pemerintah (G), penerimaan pajak (T),
tingkat inflasi (P) dan tingkat suku
bunga (R). Semua data dinyatakan
28
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
dalam
bentuk
berdasarkan
2000
dan
riil
harga
triwulanan
konstan
dilakukan
tahun
penyesuaian
sulit diperoleh sehingga variabel pajak
dalam penelitian ini merupakan nilai
penerimaan pajak total.
Variabel
musiman (seasonally adjusted) kecuali
belanja
pemerintah
data inflasi dan tingkat suku bunga.
diambil
Periode observasi dalam penelitian ini
pemerintah dalam format I-Account
adalah 2001:1 sampai dengan 2017:3.
dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
Data PDB dalam penelitian ini
dari
setelah
realisasi
dikurangi
dengan
belanja
belanja
dari
untuk pembayaran utang dan bunga
pengurangan nilai PDB riil dengan
utang. Pembayaran utang dan bunga
belanja riil sesuai variabel PDB dalam
pada
penelitian
insentif
di
ambil
berdasarkan
yang
hasil
dilakukan
oleh
dan
fiskal
tidak
bagi
memberikan
sektor
swasta
sehingga dikeluarkan dari definisi
Blanchard dan Perotti (2002).
Blanchard
dasarnya
Perotti
(2002)
belanja
pemerintah
dalam
menggunakan nilai ini berdasarkan
penelitianini. Sementara itu, data suku
alasan bahwa ekspansi fiskal melalui
bunga merupakan data suku bunga di
kenaikan belanja akan mendorong
pasar uang antar bank (PUAB) dan
permintaan agregat atau pengeluaran
data inflasi dihitung menggunakan
sektor swasta sehingga nilai belanja
pertumbuhan indikator indeks harga
itu sendiri dikeluarkan dari perhitungan
konsumen (IHK) secara triwulanan.
PDB.
MODEL PENELITIAN
Penerimaan pajak merupakan
penerimaan total semua jenis pajak
baik langsung maupun tak langsung
termasuk penerimaan bea dan cukai.
Blanchard dan Perotti (2002), Perotti
(2002), Fernandez (2006), dan
Eskesen
(2009)
menggunakan
variabel net taxes dalam penelitiannya
yaitu jumlah total penerimaan pajak
dikurangi
nilai
transfer
langsung
kepada individu. Data transfer atau
Penelitian
metodologi
dengan
ini
menggunakan
penelitian
penelitian
yang
sama
Blancard
dan
Perotti (2002) yaitu menggunakan
model
Structural
Autoregression
(SVAR).
Vector
Model
spesifikasi dasar dari VAR yang akan
digunakan dalam penelitian ini berupa
model dinamis reduced form VAR
yaitu:
subsidi langsung kepada masyarakat
29
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
Xt = D (L)Xt-1 + ut
(1)
Aut = Bvt
Keterangan:
Xt
(2)
A dan B merupakan matriks n x
=
vektor
variabel
n yang menjelaskan (i) hubungan
endogen
instan antar variabel dan (ii) hubungan
D (L) = autoregressive lag polynomial
linier antara reduced form innovations
ut = vector reduced form innovations
dengan structural shocks. Structural
shocks ini diasumsikan independen
Reduced form VAR dihasilkan
dan terdistribusi identik sehingga tidak
dari pendugaan persamaan masing-
mengandung
masing
persamaan (zero cross correlation).
variabel
endogen
yang
hubungan
dipengaruhi oleh lagged value dari
Bentuk
variabel itu sendiri dan semua variabel
dihasilkan
endogen dalam sistem VAR dengan
persamaan (1) dengan A dan
metode Ordinary Least Square (OLS).
menggunakan
hubungan
Reduced
persamaan
sehingga
form
innovations
dalam
spesifikasi VAR secara umum akan
mempunyai non-zero cross correlation
atau saling berhubungan satu sama
lain.
Hal
ini
disebabkan
karena
variabel endogen merupakan data
makroekonomi yang secara teoritis
saling berhubungan satu sama lain.
Reduced form innovations ini
dapat
menjadi
instrumen
yang
menggambarkan
pergerakan
shock
terhadap variabel dalam VAR dengan
restriksi tertentu sesuai teori ekonomi
sehingga dihasilkan model Structural
VAR. Sesuai dengan literatur standar
dalam Structural VAR, korelasi antara
reduced
structural
form
innovations
shocks
dengan
direpresentasikan
dalam persamaan berikut:
innovations
Structural
VAR
dengan
(2)
silang
dapat
mengalikan
pada
menjadi
persamaan berikut:
AXt = AD(L)Xt-1 + Aut = AD(L)Xt-1 + Bvt
(3)
Persamaan (3)
untuk
mencari
menghasilkan
dapat diselesaikan
Xt
sehingga
spesifikasi
SVAR
sebagai berikut:
Xt = [I-D(L)L]-1A-1 Bvt
Xt merupakan
(4)
vektor lima
variabel endogen yaitu PDB, belanja
pemerintah, penerimaan pajak, suku
bunga dan inflasi. Sesuai dengan
spesifikasi model dalam penelitian
Blanchard
dan
Perotti
(2002),
hubungan linier antara reduced form
(ut) dengan structural 30
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
shock (vt) dalam persamaan (2) dapat
seasonally adjusted dapat digunakan
dituliskan sebagai berikut:
untuk identifikasi structural shock pada
belanja dan pajak yang dinyatakan
=
+
+
+
+
dalam persamaan sebagai berikut:
(5)
=– (
,
=
+
+
+
+
=– (
,
merefleksikan
(7)
+
(6)
Koefisien
++) =
++
(8)
+
respon
otomatis belanja pemerintah dan
Persamaan
penerimaan pajak terhadap perubahan
sebagai berikut:
nilai output, tingkat suku bunga dan
inflasi.
Sedangkan
menunjukkan
structural
shock
instan
pada
dari
periode
hasil
=
+
=
+
reduced
adalah
+
(9)
++
+
+
(10)
k
=
terhadap variabel j. Koefisien and
merupakan
yang lainnya
koefisien
efek
)=
+
+
(11)
form
innovations sehingga tidak dapat di
Jika persamaan tersebut dinyatakan
estimasi melalui OLS.
dalam bentuk matriks adalah sebagai
PDB riil dan ukuran-ukuran
pendapatan
lain
mencerminkan
berikut:
1
0
1
kualitas kinerja perekonomian, namun
pada
saat
diteliti
terdapat
0
0
1
0
0
musiman
yang
perekonomian
teratur.
Output
meningkat
selama
setahun dan mencapai puncaknya
kuartal
keempat
=
1
1]
[
0
0
0
pada
X
pola
0
0
0
[ ]
0
0
0
0
0
x
kemudian
merosot pada kuartal pertama. Siklus
[0
0
0
0
0
0
0]
[
]
musiman terjadi karena pola produksi
Selanjutnya, Restriksi SVAR
dan preferensi tertentu misalnya pola
(short run restriction) yang digunakan
konsumsi cenderung dilakukan pada
untuk identifikasi model SVAR dalam
akhir tahun. Sesuai dengan penelitian
penelitian ini adalah:
Blanchard dan Perotti (2002) bahwa
1) Koefisien
= 0.
nilai residual innovations data
31
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
Teori
yang
mendasari
ini
adalah
Hal ini didasari teori bahwa jika bank
kebijakan terkait belanja yang akan
sentral menaikkan suku bunga maka
dikeluarkan
dampaknya akan ditransmisikan ke
oleh
pemerintah
dialokasikan terlebih dahulu daripada
pasar keuangan baru kemudian
kebijakan terkait penerimaan pajak.
ditransmisikan
Identifikasi ini sama dengan penelitian
perekonomian yang lain. Proses ini
yang dilakukan oleh Cazacu (2015),
memerlukan waktu lebih dari satu
Boiciuc (2015), Ravnik dan Zilic (2011)
kuartalan, selain itu dalam jangka
serta Blanchard dan Perotti (2002).
pendek, harga komoditas cenderung
2) Koefisien
kaku (sticky).
dan
= 0.
ke
indikator
Hal ini disebabkan wewenang belanja
5) Koefisien
pemerintah sepenuhnya di tangan
Koefisien
pemerintah dan dengan adanya inside
elastisitas penerimaan pajak terhadap
lag diperlukan waktu lebih dari tiga
pendapatan
bulan untuk memberikan respon atas
Dengan adanya keterbatasan data,
adanya shock pada perekonomian.
penelitian
3) Koefisien
elastisitas berdasarkan penelitian lain.
Koefisien
= 0,5.
ini
elastisitas
menggambarkan
belanja
pemerintah
= 0,9327.
ini
menggambarkan
atau
output
ini
nasional.
mengambil
nilai
Berdasarkan literatur, Wibowo (2000)
melakukan
penelitian
terhadap inflasi. Hal yang mendasari
elastisitas
adanya nilai elastisitas tersebut adalah
menggunakan
tidak dihitungnya kenaikan belanja gaji
1969/1970
pegawai
1999/2000. Hasil penelitian tersebut
pemerintah
dalam
pajak
menyimpulkan
komponen gaji tersebut sangat besar
elastisitas
dalam
0,9327.
pemerintah.
Perotti
data
sampai
penghitungan inflasi, padahal porsi
belanja
di
tentang
Indonesia
mulai
tahun
dengan
tahun
bahwa
pajak
koefisien
Indonesia
adalah
(2008) mengasumsikan nilai elastisitas
6) Koefisien = 1 Contemporaneous
sebesar
0,5
effect atas variabel
seperti
halnya
dalam
penelitiannya
penelitian
yang
dilakukan Caldara dan Kamps (2006),
Lozano dan Rodriquez (2008), serta
inflasi.
elastisitas
Stikova (2006).
4) Koefisien
pajak terhadap shock pada inflasi ( ) merupakan
elastisitas penerimaan pajak terhadap perubahan
tingkat
= 0.
Berdasarkan
pajak
tidak
literatur,
langsung
32
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
terhadap inflasi dapat diasumsikan
dilakukan uji kointegrasi, pemilihan
sama dengan 0 sehingga diperlukan
panjang
penghitungan
stabilitas VAR.
elastisitas
pajak
dan tidak adanya penelitian lain yang
identik, nilai elastisitas yang digunakan
dalam penelitian ini di asumsikan
sebesar 1. Hal ini didasari
kenyataan
bahwa
pertumbuhan
penerimaan
pajak selama
periode
observasi selalu lebih tinggi daripada
tingkat inflasi sehingga nilai elastisitas
tersebut sebenarnya lebih dari 1.
ini
dikatakan telah menghasilkan estimasi
SVAR yang valid. Sebelum melakukan
uji SVAR, terlebih dahulu dilakukan uji
stasioneritas terhadap data. Meskipun
uji
ADF
test
menunjukkan
beberapa variabel mengandung unit
root pada tingkat level, pengujian data
pada
penelitian
ini
dilakukan
menggunakan data pada tingkat level.
Hal ini didasari teori bahwa regresi
pada tingkat level diperbolehkan untuk
keperluan
analisis
dengan
Hypothe
sized
No. of
CE(s)
None *
Eigenv
alue
uji
Trace
Statis
tic
0.05
Pro
Critic
b.**
al
Value
0.5240 97.91 69.81 0.00
89
089
889
01
At most
0.3447 53.35 47.85 0.01
1*
87
939
613
39
At most
0.2213 27.99 29.79 0.07
2
27
168
707
96
At most
0.1438 12.98 15.49 0.11
3
47
185
471
55
At most
0.0592 3.663 3.841 0.05
4
31
465
466
56
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s)
at the 0,05 level
Berdasarkan
telah
dilakukan sesuai literatur dan dapat
hasil
dan
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian
maksimum
Tabel 1 Hasil Uji Kointegrasi
langsung terhadap inflasi di Indonesia.
Dengan adanya keterbatasan data
lag
syarat
terdapat kointegrasi antar variabel di
dalam penelitian (Harris dan Sollis,
2003:15). Setelah uji stasioneritas,
hasil
kedua
pengujian di atas (ADF test dan
Johansen’s Cointegrasion Test) dapat
dikatakan bahwa tren antar variabel
dalam
penelitian
akan
“saling
menghilangkan” sehingga perbedaan
antar variabel akan stasioner. Dalam
analisis ekonometrika dimungkinkan
adanya dua variabel yang masingmasing
kombinasi
tidak
linier
stasioner
antara
tetapi
keduanya
merupakan data runtun waktu yang
stasioner
(Nachrowi
dan
Usman,
2006:366). Berdasarkan hal tersebut,
dalam penelitian ini data asli tidak
perlu
ditranformasi
dengan
pembedaan (differencing) karena hal
tersebut justru akan menghilangkan
33
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
dinamika hubungan jangka panjang
menganalisis
antar variabel.
kebijakan
Tabel 2 Hasil Uji Pemilihan Lag
Kriteria
FPE
AIC
5
6
LR
4
fiskal
dan
dinamis
moneter
di
Indonesia.
Lag yang
dipilih
6
SC
1
dampak
Berikutnya, hasil uji Impulse
Response Function sesuai structural
factorization
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
yang
telah
diestimasi
pemilihan
akibat adanya shock pada variabel
panjang lag maksimum dengan kriteria
belanja pemerintah disajikan dalam
Berdasarkan
uji
Akaike Information Criteria (AIC), Final
Prediction
Error
Information
(FPE),
Criteria
Scwartz
(SC),
dan
Likelihood Ratiodihasilkan lag terpilih
adalah 6. Semua langkah peneltian
telah dilakukan sesuai dengan teori
ekonometrika dan hasil uji stabilitas
model VAR yang digunakan dalam
penelitian
ini
menunjukkan
tidak
adanya unit root (stabil).
Selanjutnya
dilakukan
uji
estimasi structural factorization VAR di
mana hasil estimasi koefisien SVAR
ini hanya menggambarkan respon
tunggal dari suatu variabel terhadap
adanya shock tunggal sehingga tidak
menggambarkan
transmisi
dinamis
dari suatu shock. Untuk mengetahui
pengaruh shock yang terjadi pada
salah satu variabel dalam sistem VAR
terhadap semua variabel endogen
lainnya,
Response
diperlukan
uji
Impulse
Function
dan
Variance
Decomposition
berdasarkan
hasil
structural factorization di atas untuk
Response
tabel berikut:
Tabel 3Respon Variabel
Endogen terhadap Shock Belanja
Pemerintah
Respon Variabel Endogen
PDB
Inflasi Pajak Suku
Uraian
Bung
a
Shock
Positif Positif Positif Positif
pada
,
,
,
,
variabe mulai
mulai
mulai
mulai
l
kuarta kuarta kuarta kuarta
Belanja
l III
lV
l II
l IV
Pemeri
ntah
Nilai
0,006 0,005 0,029 0,003
Respo
161
708
972
522
n
(kuart (kuart (kuart (kuart
Maksi
al V)
al
al IV)
al
mal
VIII)
VIII)
Nilai
0,003 0,003 0,011 0,001
rata2
2
0
7
rata
respon
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
Berdasarkan Tabel 3 di ketahui
bahwa adanya shock pada variabel
belanja pemerintah memberikan efek
negatif
sebesar0,158484
terhadap
variabel PDB dan secara statistik
signifikan. Respon negatif ini berubah
menjadi
positif
pada
kuartal
III
berdasarkan hasil uji Impulse
Function (IRF) meskipun
34
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
secara
rata-rata
0,0032.
hanya
sebesar
dan suku bunga inilah yang menjadi
uji
variance
salah satu faktor penyebab target
Hasil
decomposition menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak tercapai
fluktuasi
ketika
PDB
lebih
banyak
dipengaruhi oleh belanja dan dapat
dijelaskan dengan baik oleh belanja
pemerintah dengan persentase ratarata sebesar 38%.
Dengan
demikian
dapat
dikatakan bahwa berdasarkan hasil
penelitian, kebijakan fiskal ekspansif
melalui
peningkatan
pemerintah
belanja
berdampak
positif
III. Besaran pengganda fiskal atas
kenaikan belanja cenderung lemah
terhadap nilai output riil. Lemahnya
besaran pengganda fiskal tersebut
dapat
disebabkan
faktor
yaitu
belanja
oleh
tingkat
pemerintah
beberapa
produktivitas
masih
ekspansif
Tabel 4 Respon Variabel Endogen
terhadap Shock Penerimaan Pajak
Uraia
n
Shock
pada
variab
el
Pajak
Nilai
Resp
on
Maksi
mal
Nilai
ratarata
respo
n
Respon Variabel Endogen
Suku Belanja PDB
Inflasi
Bung Pemeri
a
ntah
Positif Positif, Negat Positif
,
kecuali
if,
,
kecua kuartal
kuart
kuart
li
V, VIII
al II
al I
kuart
dan IX
samp
dan
al II
ai
VI
dan
deng
VI
an IV
0,001 0,0442
0,000
921
32
0,009
709
(kuart (kuartal
668
(kuart
al I)
II)
(kuart al VI)
al II)
0,001 0,0043 0,005 0,001
4
0
9
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
rendah
karena sebagian besar digunakan
fiskal
ditempuh.
terhadap pertumbuhan ekonomi yang
dampaknya mulai terlihat sejak kuartal
kebijakan
Berdasarkan Tabel 4 di atas,
hasil
penelitian
atas
shock
pada
untukbelanjapegawaidan
variabel pajak menunjukkan bahwa
kemungkinan adanya dampak
respon PDB menunjukkan arah negatif
crowding out.
pada kuartal II sampai dengan VI. Jika
Berdasarkan hasil penelitian ini,
pemerintah
menaikkan
target
kenaikan belanja pemerintah tidak
penerimaan
terbukti
signifikan
menyebabkan biaya perusahaan atau
menyebabkan kenaikan inflasi dan
perorangan menjadi lebih tinggi. Efek
suku bunga, meskipun demikian hasil
berikutnya, konsumsi rumah tangga
uji IRF menunjukkan adanya kenaikan
perusahaan dan perekonomian dapat
secara
pajak,
maka
hal
ini
inflasi mulai kuartal V. Kenaikan inflasi
35
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
tertekan. Pada kuartal I dan setelah
moneter di Indonesia mengikuti kaidah
kuartal VII, respon PDB atas
Taylor
rule.
John
Taylor
pajak
mengemukakan bahwa bank sentral
menunjukkan arah positif. Dampak
dapat menggunakan instrumen tingkat
positif ini, meskipun nilainya lemah,
suku
dapat disebabkan karena perubahan
berubahnya indikator perekonomian
kebijakan perpajakan di Indonesia
terutama
selama periode observasi.
rekomendasinya,
shockpada
variabel
Tabel 5 Respon Variabel
Endogen terhadap Shock Inflasi
Uraia
n
Shock
pada
variab
el
Inflasi
Nilai
Resp
on
Maksi
mal
Nilai
ratarata
respo
n
Respon Variabel Endogen
Pajak Suku Belanja
PDB
Bung Pemeri
a
ntah
Negat Positif Bervari Bervar
if,
,
asi
iasi
kuarta samp
l II
ai
dan
denga
mulai
n
kuarta kuarta
l IV
l VII
0,008
0,019
281
0,0203 0,003
636
(kuart
45
510
(kuart al III) (kuartal (kuart
al VI)
X)
al IV)
0,010 0,001 0,0110 0,001
1
6
7
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
bunga
untuk
merespon
inflasi.
ketika
Dalam
inflasi
mengalami kenaikan, bank sentral
sebaiknya
juga
menaikkan
suku
bunga. Dan sebaliknya, ketika inflasi
mengalami penurunan, bank sentral
sebaiknya
juga
menurunkan
suku
bunga.
Tabel 6 Respon Variabel Endogen
terhadap Shock Suku Bunga
Uraia
n
Shock
pada
variab
el
Suku
Bung
a
Respon Variabel Endogen
Belanja PDB Inflasi Pajak
Pemeri
ntah
Negatif, Positif Negat Negat
kecuali
,
if,
if,
kuartal kecua kuarta kecua
VI
li
l II
li
kuarta samp kuarta
l VI
ai
l V,
dan
denga
VIII,
VII
n VII
IX
dan X
0,009
0,0481
774
0,012 0,014
55
(kuart
906
968
(kuartal al V) (kuart (kuart
V)
al IV)
al III)
0,0146 0,000 0,005 0,007
6
5
7
variabel suku bunga sebesar 0,307046
Nilai
Resp
on
Maksi
mal
Nilai
ratarata
respo
n
(signifikan secara statistik).
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
Berdasarkan Tabel 5 di atas
dapat
dikatakan
bahwa
dampak
adanya shock pada variabel inflasi
memberikan efek positif terhadap
Hasil
penelitian
tersebut
mengindikasikan bahwa kebijakan
36
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
Selanjutnya, berdasarkan hasil
penelitian yang diringkas dalam Tabel
6 di atas, diketahui bahwa pengaruh
unexpected shock pada variabel suku
bunga secara umum menunjukkan
Tabel 7 Rata-rata Forecast Error
Variance(%)
Uraian
pemerintah dan penerimaan pajak di
mana keduanya secara statistik tidak
signifikan. Respon yang ditunjukkan
variabel PDB riil menunjukkan arah
positif
sedangkan
respon
variabel
inflasi negatif mulai kuartal II sampai
dengan kuartal VI. Berdasarkan hasil
uji variance decomposition, fluktuasi
yang
terjadi
pada
inflasi
Variabel Endogen
PDB
Inflasi
Pajak
Belanja
Pemerin
tah
-
arah negatif pada variabel belanja
Shock pada
38
10,14
Belanja
Pemerintah
Shock pada
8,66
4,33
PDB
Shock pada
3,28
2,98
Inflasi
Shock pada
16,03
17,25
2
Pajak
Shock pada
12,78
14,64
20,41
Suku Bunga
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
Hasil
dapat
uji
14,17
4,56
9,43
1,05
7,74
37,03
-
2,76
3,88
-
variance
dijelaskan oleh suku bunga dengan
decomposition menunjukkan bahwa
nilai forecast error variance rata-rata
forecast error variance dari variabel
sebesar 37,03%.
PDB
Berdasarkan
dapat
dikatakan
moneter
yang
hasil
penelitian
bahwa
kebijakan
diambil
oleh
Bank
Indonesia telah sesuai dengan teori
ekonomi yang ada (Taylor Rule dan
Phillips
Curve).
Adanya
kenaikan
inflasi akibat kebijakan fiskal direspon
oleh
bank
menaikkan
Indonesia
tingkat
suku
dengan
bunga
sehingga output riil dan inflasi kembali
menurun
seiring
dengan
aktivitas
perekonomian yang kembali menuju
titik keseimbangan baru.
yang
dapat
dijelaskan
oleh
variabel belanja pemerintah rata-rata
sebesar 38%. Sementara itu, forecast
error variance dari variabel PDB yang
dapat
dijelaskan
oleh
variabel
penerimaan pajak rata-rata sebesar
17,25%.
Variabel
inflasi
dapat
menjelaskan terjadinya fluktuasi pada
tingkat
output
sebesar
2,98%,
sedangkan variabel suku bunga dapat
menjelaskan terjadinya fluktuasi pada
tingkat output sebesar 14,64%. Hal ini
mengindikasikan bahwa fluktuasi dari
variabel
PDB
Suku
Bunga
lebih
banyak
dipengaruhi
oleh
variabel
belanja
pemerintah
dan
pajak
(ceteris
paribus).
37
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
Hasil
uji
variance
Penelitian ini bertujuan untuk
selanjutnya
menganalisis dampak kebijakan fiskal
menunjukkan variabel suku bunga
dan kebijakan moneter terhadap tingkat
dapat menjelaskan terjadinya fluktuasi
output nasional, inflasi dan suku bunga
pada inflasi rata-rata sebesar 20,41%.
dengan
Sementara itu, forecast error variance
StructuralVector
dari
(SVAR). Kebijakan fiskal di Indonesia
decomposition
variabel
inflasi
yang
dapat
menggunakan
model
Autoregression
dijelaskan oleh variabel PDB dan
pada dasarnya berpengaruh positif
penerimaan pajak rata-ratanya kecil
terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi
yaitu sebesar 4,33% dan 2%. Hal ini
dan mampu mendorong permintaan
mengindikasikan bahwa fluktuasi dari
agregat. Namun demikian, efektivitas
variabel
banyak
kebijakan fiskal di Indonesia dapat
dipengaruhi oleh variabel suku bunga
dikatakan kurang efektif jika dilihat dari
(ceteris paribus).
besaran
inflasi
lebih
Berdasarkan Tabel 3 di atas
pengganda
fiskal
yang
dihasilkan. Kebijakan fiskal
juga diketahui bahwa fluktuasi pada
ekspansif
variabel suku bunga sebagian besar
mendorong kenaikan inflasi meskipun
dapat di jelaskan oleh variabel inflasi
responnya sangat lemah.
dengan rata-rata sebesar 37,03%.
Sementara
itu
variabel
belanja
di
Indonesia
Hasil
dapat
penelitian
mengindikasikan
bahwa
juga
kebijakan
pemerintah hanya dapat menjelaskan
moneter di Indonesia mengikuti kaidah
terjadinya fluktuasi pada tingkat suku
Taylor Rule di mana kenaikan inflasi
bunga sebesar 4,56%. Variabel PDB
tersebut di respon oleh bank sentral
dan pajak lebih kecil lagi nilai forecast
dengan
error
bunga. Dampak kebijakan moneter
1,05%
variance-nya
dan
yaitu
suku
berupa kenaikan tingkat suku bunga
mengindikasikan bahwa fluktuasi dari
mengakibatkan turunnya nilai output
tingkat
meskipun responnya sangat lemah.
dipengaruhi
bunga
oleh
Hasil
tingkat
ini
suku
2,76%.
sebesar
menaikkan
lebih
variabel
banyak
inflasi
Hasil
(ceteris paribus).
digunakan
PENUTUP
pengambilan
Saran
moneter
penelitian
sebagai
kebijakan
oleh
ini
dapat
referensi
fiskal
pemerintah.
dan
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pilihan
38
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
alternatif kebijakan yang paling efektif
untuk
menghasilkan
ekonomi
yang
kenaikan
belanja
pertumbuhan
optimal
adalah
yang
dibarengi
dengan pemotongan pajak (tax cut).
Namun demikian, terdapat beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini di
antaranya
yaitu
observasi dan
periode
pemilihan
waktu
variabel.
Semakin panjang periode observasi
maka
hasil
estimasi
model
akan
semakin valid, apalagi jika data yang
digunakan
Penulis
adalah
data
menyarankan
berikutnya
untuk
bulanan.
penelitian
menggunakan
variabel net ekspor dan kurs mata
uang riil. Alasan yang mendasarinya
adalah
bahwa
perekonomian
Indonesia tergolong terbuka sehingga
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal dari
penelitian
luar
ini,
negeri. Dalam
penulis
juga
menggunakan variabel belanja secara
keseluruhan dikurangi belanja utang
dan
cicilan
bunga.
menyarankan penggunaan
Penulis
variabel
belanja pemerintah secara parsial
misalnya dengan memisahkan belanja
pemerintah pusat
dengan
belanja
transfer agar analisis kebijakan fiskal
lebih spesifik.
39
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Anggito. 2005. Kebijakan Fiskal
dan Efektivitas Stimulus Fiskal di
Indonesia Aplikasi Model Makro
MODFI dan CGE-INDORANI. Jurnal
Ekonomi Indonesia, 1(1), 1-36.
Adiningsih, S. dan Laksmi, Y. D. 2012.
Koordinasi Kebijakan Moneter Dan
Fiskal: Tantangan Dan Strategi
Pemeliharaan Stabilitas Makro Dan
Pertumbuhan Ekonomi Untuk
Mewujudkan Kesejahteraan
Rakyat.Koordinasi dan Interaksi
Kebijakan Fiskal-Moneter:
Tantangan ke Depan. Yogyakarta:
Kanisius.
Baily, M. N. dan Philip, F. 1991.
Macroeconomics. Boston: Richard D
Irwin Inc.
Bhattarai, K. dan Trzeciakiewicz, D. 2017.
Macroeconomic impacts of fiscal
policy shocks in the UK: A DSGE
analysis. Journal ofEconomic
Modelling, 61(2), 321-338.
Blanchard, O. dan Perotti, R. 2002. An
Empirical Characterization of the
Dynamic Effects of Changes in
Government Spending and Taxes on
Output. Quarterly Journal of
Economics117 (4), 1329–1368.
Boiciuc, I. 2015. The effects of fiscal policy
shocks in Romania. A SVAR
Approach. Procedia Economics and
Finance32, 1131 – 1139.
Cazacu, A. M. 2015. Fiscal-Monetary Policy
Interaction. Svar Evidence From A
Cee Country. European Scientific
Journal, 45 (3), 1857 – 7881.
Ducanes, R. Geoffrey, I. 2006.
Macroeconomic Effect of Fiscal
Policies: Empirical Evidence from
Bangladesh, People’s Republic of
China, Indonesia, and Philippines.
Working Paper Series No. 85, Asian
Development Bank ERD.
Dungey, M. dan Renee, F. 2009. The
Identification Of Fiscal And Monetary
Policy in a structural VAR. Journal
ofEconomic Modelling, 26 (6), pages
1147-1160.
Goeltom, M. S. 2012. Koordinasi Kebijakan
Moneter Dan Fiskal: Tantangan Dan
Strategi Pemeliharaan Stabilitas
Makro Dan Pertumbuhan Ekonomi
Untuk Mewujudkan Kesejahteraan
Rakyat.Koordinasi dan Interaksi
Kebijakan Fiskal-Moneter:
Tantangan ke Depan. Yogyakarta:
Kanisius.
Gujarati, D. N. 2004. Basic Econometrics
Fourth Edition. New York: McGrawHill International Edition.
Harris, R. dan Robert, S. 2003. Applied Time
Series Modelling and Forecasting.
England: John Wiley and Sons, Ltd.
Hemming, R. Michael, K. Selma, M. 2002.
The Effectiveness of Fiscal Policy in
Stimulating Economic Activity—A
Review of the Literature. IMF
Working Paper No. 02, International
Monetary Fund.
Mankiw, N. G. Euston, Q, dan Peter, W.
2014. Pengantar Ekonomi Makro
Edisi Asia Volume 2. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Mankiw, N. G. 2013. Macroeconomics Eight
Edition. New York: Worth Publishers.
Marinas, M. C. 2010. The Effectiveness of
Fiscal Policy in Combating Economic
Crisis. An Analysis Based on the
Economic Literature. Theoretical and
Applied Economics Volume XVII 2010
11(552), 63-78.
Mishkin, F.S. 2010. The Economics of
Money, Banking, and Financial
Markets 9th. New Jersey: Pearson.
Mountford, A. dan Uhlig, H. 2009. What are
The Effect of fiscal Policy Shocks?.
Journal of Applied Econometrics,
24(6), 960-992.
Nachrowi, N. D. dan Hardius, U. 2006.
Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan. Jakarta:
Lembaga Penerbit FE Universitas
Indonesia.
40
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-41 ISSN 2541-1470
Van Den Berg, H. 2001. Economic
Deal.International Development
Growth and Development
Economics Associates. IDEAs
(International Edition). New
Giordano, R. Momigliano, S. Neri, S, dan
York: McGraw Hill
Perotti. R. 2008. The Effects of
Wibowo, P. 2008. Mencermati Dampak
Fiscal Policy in Italy: Evidence from
Desentralisasi Fiskal Terhadap
a VAR Model. European Journal of
Pertumbuhan Ekonomi Daerah.
Political Economy, 23 (2), 707-733
Jurnal Keuangan Publik, 5(1),
Puspita, K. 2006. Pengaruh Distribusi
55-83.
Pendapatan Terhadap
Wibowo, T. 2000. Pengaruh Pajak
Pertumbuhan Ekonomi Propinsi di
Terhadap Produk Domestik
Indonesia 1993-2002. Tesis,
Bruto dan Proyeksi Tahun 2000Universitas Indonesia.
2004. Kajian Ekonomi dan
Ravnik, R dan Zilic, I. 2011. The use of
Keuangan Tahun IV No. 3
SVAR analysis in determining the
http://www.fiskal.depkeu.go.id/.
effects of fisscal shocks in Croatia.
http://www.bps.co.id/.
Financial Theory and
http://www.bi.go.id/.
Practice.Journal of Public Finance,
http://www.depkeu.go.id/.
35(1), 25-58
http://www.imf.org/.
Republik Indonesia. Nota Keuangan dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Berbagai Tahun Anggaran.
Rossi, B. dan S. Zubairy. 2011. What Is the
Importance of Monetary and Fiscal
Shocks in Explaining U.S.
Macroeconomic Fluctuations?
Journal of Money, Credit and
Banking, 43 (2), 1247-1270.
Sekaran, U. 2003. Research Methods for
Business: A Skill Building
Approach (4th edition). England:
John Wiley and Sons, Ltd.
Serwa, D. & Wdowinski, P. 2017.
Modeling Macro-Financial
Linkages: Combined Impulse
Response Functions in SVAR
Models. Central European Journal
of Economic Modelling and
Econometrics, 9 (4): 323-357
Stock, J. H. & Watson, M. W. 2001. Vector
Autoregressions. Journal of
Economic Perspectives, 15 (4),101115.
The Organisation for Economic
Cooperation and Development.
2015. Survey Ekonomi OECD
41
Indonesia. OECD.
Download