Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMIDI INDONESIA DENGAN MODELSTRUCTURAL VECTOR AUTOREGRESSION (SVAR) Heru Setiawan1 Abstract In this paper we attempt to analyze effects of fiscal and monetary policy on output, inflation and interest rates in Indonesia using Structural Vector Autoregression (SVAR) for the period 2001:1 – 2017:3. We follow Blanchard and Perotti (2002) methodology to identify the structural shocks and analyze the transmission mechanisms of fiscal and monetary policy on economic activity. The estimation results show that expansionary fiscal policy through increase in government spending are found to have relatively small (though positive) effect on output. Moreover, the increase in government spending lead to relatively higher inflation and interest rate. A tax shock, which is mean the contractionary fiscal policy, give negative effect on the output but turn into positive effect after one year. A shock in interest rate follow by decrease in inflation, which is accordance with Taylor Rule. Overall, the empirical result indicate the less potent fiscal policy to stimulate output in short-time period while putting upward pressure on inflation and nominal interest rate. Keywords : fiscal policy, monetary policy, Structural Vector Autoregression (SVAR) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis dampak kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi dan tingkat suku bunga menggunakan model Structural Vector Autoregression (SVAR) dengan periode observasi 2001:1 sampai dengan 2017:3. Penelitian ini menggunakan metodologi Blanchard dan Perotti (2002) untuk mengidentifikasi structural shocks dan menganalisis mekanisme transmisi dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap aktivitas ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal ekspansif melalui kenaikan belanja pemerintah memberikan dampak positif terhadap PDB dan memicu terjadinya kenaikan inflasi serta tingkat suku bunga. Shock pada penerimaan pajak (kebijakan fiskal kontraktif) berdampak negatif terhadap output tetapi dampak tersebut berubah positif setelah satu tahun. Shock pada tingkat suku bunga diikuti dengan menurunnya tingkat inflasi sesuai dengan kaidah Taylor Rule. Secara umum, kebijakan fiskal di Indonesia belum mampu menstimulasi output dalam jangka pendek dengan cepat dan justru memberi tekanan pada kenaikan inflasi dan tingkat suku bunga nominal. Kata kunci : kebijakan fiskal, kebijakan moneter, Structural Vector Autoregression (SVAR) 1 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wonocolo Surabaya 23 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 Latar Belakang Filosofi kebijakan fiskal didasari dampak pengganda fiskal (multiplier oleh teori Keynes yang lahir sebagai effect) atas belanja tersebut (Mankiw, reaksi atas terjadinya depresi besar 2013:303). melanda Tujuan perekonomian Amerika pada tahun menganalisis 1930-an. Keynes mengkritik pendapat kebijakan fiskal dan moneter terhadap ahli ekonomi Klasik yang menyatakan aktivitas ekonomi di Indonesia. bahwa Metodologi (great depression) yang perekonomian akan selalu penelian ini adalah dampak dinamis ekonometrik yang mencapai full employment sehingga digunakan adalah model Structural setiap tambahan belanja pemerintah Vector Autoregression (SVAR) yang akan pertama menyebabkan turunnya kali dikembangkan oleh pengeluaran swasta (crowding out) Blanchard dan Perotti (2002). Model dalam jumlah yang sama atau demgan SVAR yang digunakan pertama kali kata lain setiap tambahan belanja hanya mengunakan tiga variabel yaitu pemerintah belanja pemerintah riil, penerimaan tersebut tidak akan mengubah pendapatan agregat. pajak Keynes mengemukakan bahwa riil dan demikian, PDB dalam riil. Namun penelitian ini sistem pasar bebas tidak akan dapat ditambahkan dua variabel lain terkait membuat sektor moneter yaitu inflasi dan tingkat penyesuaian-penyesuaian menuju kondisi full employment. Untuk suku bunga pasar. mencapai kondisi tersebut, diperlukan Selain campur tangan pemerintah dalam metode SVAR yang digunakan oleh Blanchard dan Perotti bentuk berbagai kebijakan, salah satu (2002), studi empiris tentang dampak perwujudannya adalah kebijakan fiskal kebijakan fiskal dan moneter. Menurut Keynes, setiap perekonomian secara tambahan belanja pemerintah tidak lakukan menggunakan empat model hanya merelokasi sumber daya dari pendekatan sektor swasta kepada pemerintah, Structural VAR yang digunakan oleh tetapi juga disertai dengan adanya Afonso dan Sousa (2009), (2) Sign yaitu terhadap (1) umum di Bayesian 24 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 Restriction Approach SVAR yang menyimpulkan dikembangkan oleh Mountford dan ekspansi Uhlig negatif (2009), (3) Fiscal Dummy bahwa fiskal kebijakan memberikan terhadap investasi efek swasta Approach SVAR oleh Ramey and serta tidak berpengaruh signifikan Shapiro The terhadap yang agregat. (1998), Recursive serta Approach (4) SVAR kenaikan permintaan digunakan pertama kali oleh Fatas dan Peranan kebijakan fiskal dalam Mihov (2001) dan Favero (2002). Dari stabilisasi perekonomian negara tidak berbagai penelitian yang telah dapat dipisahkan dengan kebijakan dilakukan selama di berbagai moneter. Cazacu (2015:12) dalam ini negara dan metode yang berbeda- penelitiannya menyebutkan bahwa beda, kesimpulan mengenai dampak kestabilan dinamis negara shock pada pemerintah dan menghasilkan efek yang belanja pajak juga berbeda- beda(Caldara dan Kamps, 2008:10). Blanchard dan Perotti (2002) melakukan penelitian di negara- perekonomian ditentukan oleh suatu kebijakan fiskal dan moneter yang diambil dalam mengantisipasi shock yang terjadi dalam perekonomian. Interaksi kebijakan fiskal dan moneter terjadi sangat dinamis dalam mana kebijakan negara OECD dengan kesimpulan perekonomian yaitu moneter dapat mempengaruhi inflasi, besaran pengganda fiskal di di (multipliers effect) cenderung turun inflasi dari nilai utang publik secara riil, dan waktu beberapa ke waktu dan pada mempunyai dampakterhadap kasus menjadi negatif. selanjutnya itu, Penelitian Ravnik mempengaruhi kredibilitas moneter. Di (2011) dengan sampel negara Kroasia sisi lain, kebijakan fiskal dan gejolak menyimpulkan bahwa inflasi stimulus di Sementara kebijakan disiplin juga akan fiskal dapat mempengaruhi melalui tingkat konsumsi, permintaan agregat kenaikan belanja justru menyebabkan dan juga tingkat pengangguran. Oleh turunnya output. Sebaliknya, kebijakan karena itu, penelitian ini tidak hanya fiskal mengakomodasi variabel fiskal tetapi fiskal melalui Kroasi penerimaan pajak berdampak positif terhadap output. juga moneter dalam peranannya Sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap pertumbuhan ekonomi di oleh Mountford dan Uhlig (2009) Indonesia. 25 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 Penelitian ini disajikan dalam 5 yang lebih baik yang ditandai dengan bagian yaitu pendahuluan, tinjauan pertumbuhan literatur mengenai dampak kebijakan kesejahteraan masyarakat (welfare fiskal economics). dan moneter terhadap ekonomi dan Menurut Keynes, perekonomian, metodologi SVAR dan kebijakan fiskal akan menghasilkan deskripsi data yang digunakan, hasil angka pengganda fiskal (multiplier empiris penelitian yaitu effect) bagi output nasional. Dasar Impulse Response Function analisis dan pemikiran dari Keynes adalah bahwa Variance Decomposition VAR serta ekspansi fiskal menimbulkan dampak bagian terakhir kesimpulan. pengganda TINJAUAN LITERATUR Mankiw (2013:68) menguraikan definisi kebijakan fiskal sebagai “kebijakan ekonomi yang digunakan oleh pemerintah untuk perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan belanja pemerintah.” Pada umumnya dikenal dua jenis kebijakan fiskal yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif dapat meningkatkan pendapatan nasional dan menurunkan tingkat pengangguran. Sebaliknya kebijakan fiskal kontraktif ditujukan untuk menurunkan tingkat inflasi dan memperkecil pembayaran defisit luar agregat kemudian kondisi penawaran masih mampu permintaan sejalan dengan agregat untuk yang merespon kenaikan permintaan agregat, maka hal itu tidak menyebabkan terjadinya kenaikan harga (Abimanyu, 2005:3). mengelola/mengarahkan diharapkan terhadap negeri neraca (Mankiw, 2013:392). Kebijakan fiskal bertujuan untuk mengarahkan perekonomian ke arah Pada dasarnya instrumen kebijakan fiskal sangat beragam dan berkaitan dengan keuangan negara seperti perpajakan, bea cukai, utang, desentralisasi fiskal, dan sebagainya. Namun, secara umum kebijakan fiskal ditempuh melalui dua sarana yaitu dengan mengubah-ubah penerimaan dan belanja pemerintah yang tercermin dalam APBN setiap tahun anggaran. Sementara itu,kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dijalankan oleh bank sentral terkait dengan manajemen uang beredar dan tingkat suku bunga untuk mempengaruhi variabel di dalam 26 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 2010:10). moneter dan fiskal mempunyai fokus Tujuan yang ingin dicapai secara dan tujuan yang berbeda. Setiap umum adalah terciptanya stabilitas shock pada kebijakan moneter dan ekonomi fiskal perekonomian (Mishkin, makro dicerminkan yang oleh antara stabilitas lain harga akan ditransmisikan pada variabel lain di dalam perekonomian. (terjaganya laju inflasi), membaiknya Jika pemerintah ingin meningkatkan pendapatan pertumbuhan per kapita, serta ekonomi, salah satu tersedianya kesempatan kerja yang kebijakan yang dapat diambil adalah luas (Mishkin, 2010:11). menaikkan porsi belanja pemerintah. Dalam teori makroekonomi dan Kenaikan belanja pemerintah akan keuangan publik, model ekonomi tidak menyebabkan dibangun atas persamaan tunggal agregat. Dengan naiknya permintaan tetapi agregat akan menyebabkan harga oleh sistem persamaan naiknya struktural. Oleh karena itu, perubahan barang dalam satu variabel makroekonomi permintaan yang melebihi penawaran akan berpengaruh secara simultan akan terhadap variabel makro yang lain. menghadapi tekanan inflasi ini, bank Sasaran kebijakan sentral akan mengambil kebijakan makroekonomi adalah untuk mencapai moneter yaitu dengan menaikkan suku output yang bunga acuan. Akibatnya, defisit fiskal terkendali, dan pengangguran yang akan semakin besar, terutama jika rendah, sedangkan tujuan akhirnya pemerintah harus membayar bunga dapat atas akhir yang dari tinggi, dikatakan inflasi adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat cenderung permintaan naik. menyebabkan Kenaikan inflasi. hutang-hutangnya Dalam (Mankiw, 2013:315). (Mankiw, 2013:533). Inti dari kebijakan Pada saat bank sentral makro Keynes adalah bagaimana mengambil kebijakan menaikkan suku pemerintah bunga, maka terjadi penurunan permintaan bisa mempengaruhi agregat melalui permintaan uang, kemudian mekanisme APBN yaitu mengubah- pertumbuhan ubah penerimaan pajak dan belanja menurun, biaya investasi semakin pemerintah. tinggi Berdasarkan kerangka telah dijelaskan bahwa kebijakan teori dan instrumen kredit tabungan yang lebih konsumen menjadi menarik sehingga permintaan agregat kembali 27 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 turun. Pada saat sama, negara kecil dengan perekonomian kebijakan moneter yang restriktif akan terbuka (small open economy). Sejauh mengakibatkan turunnya inflasi dan mana dampak dinamis adanya shock membatasi terjadinya kontraksi defisit pada kebijakan fiskal dan moneter anggaran (Mishkin, 2010:535). mempengaruhi tingkat pertumbuhan Penelitian Structural yang dengan Vector model Autoregression ekonomi di Indonesia selanjutnya akan dianalisis. (SVAR) pertama kali di kembangkan oleh Blanchard dan Perotti (2002). Model SVAR Blanchard dan Perotti hanya mengunakan tiga variabel yaitu belanja pemerintah riil, penerimaan pajak riil dan PDB riil. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan selama ini di berbagai negara, kesimpulan mengenai dampak dinamis shock pada belanja pemerintah dan pajak juga menghasilkan efek yang berbedabeda (Caldara dan Kamps, 2008:10). Berbagai penelitian lain yang telah dilakukan juga memberikan kesimpulan yang beragam. Secara umum, kebijakan fiskal mampu memberikan stimulasi yang dihasilkan berkisar antara 0,3 1,2 persen dan nilai pengganda untuk kenaikan belanja lebih pajak besar daripada (Hemming pemotongan dkk., DESAIN DAN DATA PENELITIAN Untuk melakukan 2002:17). Penelitian ini sendiri menggunakan objek observasi negara Indonesia, analisis pengaruh kebijakan fiskal dan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan data Penelitian ini penelitian yang sekunder. mengadopsi model dilakukan oleh Blanchard dan Perotti (2002) yang meneliti dampak kebijakan fiskal di negara-negara pada perekonomian di mana fiscal multiplier sampai METODE PENELITIAN OECD modelStructural dengan Vector Auto Regression(SVAR). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah output nasional yang dinyatakan oleh nilai Produk Domestik Bruto (Y), belanja pemerintah (G), penerimaan pajak (T), tingkat inflasi (P) dan tingkat suku bunga (R). Semua data dinyatakan 28 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 dalam bentuk berdasarkan 2000 dan riil harga triwulanan konstan dilakukan tahun penyesuaian sulit diperoleh sehingga variabel pajak dalam penelitian ini merupakan nilai penerimaan pajak total. Variabel musiman (seasonally adjusted) kecuali belanja pemerintah data inflasi dan tingkat suku bunga. diambil Periode observasi dalam penelitian ini pemerintah dalam format I-Account adalah 2001:1 sampai dengan 2017:3. dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Data PDB dalam penelitian ini dari setelah realisasi dikurangi dengan belanja belanja dari untuk pembayaran utang dan bunga pengurangan nilai PDB riil dengan utang. Pembayaran utang dan bunga belanja riil sesuai variabel PDB dalam pada penelitian insentif di ambil berdasarkan yang hasil dilakukan oleh dan fiskal tidak bagi memberikan sektor swasta sehingga dikeluarkan dari definisi Blanchard dan Perotti (2002). Blanchard dasarnya Perotti (2002) belanja pemerintah dalam menggunakan nilai ini berdasarkan penelitianini. Sementara itu, data suku alasan bahwa ekspansi fiskal melalui bunga merupakan data suku bunga di kenaikan belanja akan mendorong pasar uang antar bank (PUAB) dan permintaan agregat atau pengeluaran data inflasi dihitung menggunakan sektor swasta sehingga nilai belanja pertumbuhan indikator indeks harga itu sendiri dikeluarkan dari perhitungan konsumen (IHK) secara triwulanan. PDB. MODEL PENELITIAN Penerimaan pajak merupakan penerimaan total semua jenis pajak baik langsung maupun tak langsung termasuk penerimaan bea dan cukai. Blanchard dan Perotti (2002), Perotti (2002), Fernandez (2006), dan Eskesen (2009) menggunakan variabel net taxes dalam penelitiannya yaitu jumlah total penerimaan pajak dikurangi nilai transfer langsung kepada individu. Data transfer atau Penelitian metodologi dengan ini menggunakan penelitian penelitian yang sama Blancard dan Perotti (2002) yaitu menggunakan model Structural Autoregression (SVAR). Vector Model spesifikasi dasar dari VAR yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa model dinamis reduced form VAR yaitu: subsidi langsung kepada masyarakat 29 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 Xt = D (L)Xt-1 + ut (1) Aut = Bvt Keterangan: Xt (2) A dan B merupakan matriks n x = vektor variabel n yang menjelaskan (i) hubungan endogen instan antar variabel dan (ii) hubungan D (L) = autoregressive lag polynomial linier antara reduced form innovations ut = vector reduced form innovations dengan structural shocks. Structural shocks ini diasumsikan independen Reduced form VAR dihasilkan dan terdistribusi identik sehingga tidak dari pendugaan persamaan masing- mengandung masing persamaan (zero cross correlation). variabel endogen yang hubungan dipengaruhi oleh lagged value dari Bentuk variabel itu sendiri dan semua variabel dihasilkan endogen dalam sistem VAR dengan persamaan (1) dengan A dan metode Ordinary Least Square (OLS). menggunakan hubungan Reduced persamaan sehingga form innovations dalam spesifikasi VAR secara umum akan mempunyai non-zero cross correlation atau saling berhubungan satu sama lain. Hal ini disebabkan karena variabel endogen merupakan data makroekonomi yang secara teoritis saling berhubungan satu sama lain. Reduced form innovations ini dapat menjadi instrumen yang menggambarkan pergerakan shock terhadap variabel dalam VAR dengan restriksi tertentu sesuai teori ekonomi sehingga dihasilkan model Structural VAR. Sesuai dengan literatur standar dalam Structural VAR, korelasi antara reduced structural form innovations shocks dengan direpresentasikan dalam persamaan berikut: innovations Structural VAR dengan (2) silang dapat mengalikan pada menjadi persamaan berikut: AXt = AD(L)Xt-1 + Aut = AD(L)Xt-1 + Bvt (3) Persamaan (3) untuk mencari menghasilkan dapat diselesaikan Xt sehingga spesifikasi SVAR sebagai berikut: Xt = [I-D(L)L]-1A-1 Bvt Xt merupakan (4) vektor lima variabel endogen yaitu PDB, belanja pemerintah, penerimaan pajak, suku bunga dan inflasi. Sesuai dengan spesifikasi model dalam penelitian Blanchard dan Perotti (2002), hubungan linier antara reduced form (ut) dengan structural 30 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 shock (vt) dalam persamaan (2) dapat seasonally adjusted dapat digunakan dituliskan sebagai berikut: untuk identifikasi structural shock pada belanja dan pajak yang dinyatakan = + + + + dalam persamaan sebagai berikut: (5) =– ( , = + + + + =– ( , merefleksikan (7) + (6) Koefisien ++) = ++ (8) + respon otomatis belanja pemerintah dan Persamaan penerimaan pajak terhadap perubahan sebagai berikut: nilai output, tingkat suku bunga dan inflasi. Sedangkan menunjukkan structural shock instan pada dari periode hasil = + = + reduced adalah + (9) ++ + + (10) k = terhadap variabel j. Koefisien and merupakan yang lainnya koefisien efek )= + + (11) form innovations sehingga tidak dapat di Jika persamaan tersebut dinyatakan estimasi melalui OLS. dalam bentuk matriks adalah sebagai PDB riil dan ukuran-ukuran pendapatan lain mencerminkan berikut: 1 0 1 kualitas kinerja perekonomian, namun pada saat diteliti terdapat 0 0 1 0 0 musiman yang perekonomian teratur. Output meningkat selama setahun dan mencapai puncaknya kuartal keempat = 1 1] [ 0 0 0 pada X pola 0 0 0 [ ] 0 0 0 0 0 x kemudian merosot pada kuartal pertama. Siklus [0 0 0 0 0 0 0] [ ] musiman terjadi karena pola produksi Selanjutnya, Restriksi SVAR dan preferensi tertentu misalnya pola (short run restriction) yang digunakan konsumsi cenderung dilakukan pada untuk identifikasi model SVAR dalam akhir tahun. Sesuai dengan penelitian penelitian ini adalah: Blanchard dan Perotti (2002) bahwa 1) Koefisien = 0. nilai residual innovations data 31 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 Teori yang mendasari ini adalah Hal ini didasari teori bahwa jika bank kebijakan terkait belanja yang akan sentral menaikkan suku bunga maka dikeluarkan dampaknya akan ditransmisikan ke oleh pemerintah dialokasikan terlebih dahulu daripada pasar keuangan baru kemudian kebijakan terkait penerimaan pajak. ditransmisikan Identifikasi ini sama dengan penelitian perekonomian yang lain. Proses ini yang dilakukan oleh Cazacu (2015), memerlukan waktu lebih dari satu Boiciuc (2015), Ravnik dan Zilic (2011) kuartalan, selain itu dalam jangka serta Blanchard dan Perotti (2002). pendek, harga komoditas cenderung 2) Koefisien kaku (sticky). dan = 0. ke indikator Hal ini disebabkan wewenang belanja 5) Koefisien pemerintah sepenuhnya di tangan Koefisien pemerintah dan dengan adanya inside elastisitas penerimaan pajak terhadap lag diperlukan waktu lebih dari tiga pendapatan bulan untuk memberikan respon atas Dengan adanya keterbatasan data, adanya shock pada perekonomian. penelitian 3) Koefisien elastisitas berdasarkan penelitian lain. Koefisien = 0,5. ini elastisitas menggambarkan belanja pemerintah = 0,9327. ini menggambarkan atau output ini nasional. mengambil nilai Berdasarkan literatur, Wibowo (2000) melakukan penelitian terhadap inflasi. Hal yang mendasari elastisitas adanya nilai elastisitas tersebut adalah menggunakan tidak dihitungnya kenaikan belanja gaji 1969/1970 pegawai 1999/2000. Hasil penelitian tersebut pemerintah dalam pajak menyimpulkan komponen gaji tersebut sangat besar elastisitas dalam 0,9327. pemerintah. Perotti data sampai penghitungan inflasi, padahal porsi belanja di tentang Indonesia mulai tahun dengan tahun bahwa pajak koefisien Indonesia adalah (2008) mengasumsikan nilai elastisitas 6) Koefisien = 1 Contemporaneous sebesar 0,5 effect atas variabel seperti halnya dalam penelitiannya penelitian yang dilakukan Caldara dan Kamps (2006), Lozano dan Rodriquez (2008), serta inflasi. elastisitas Stikova (2006). 4) Koefisien pajak terhadap shock pada inflasi ( ) merupakan elastisitas penerimaan pajak terhadap perubahan tingkat = 0. Berdasarkan pajak tidak literatur, langsung 32 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 terhadap inflasi dapat diasumsikan dilakukan uji kointegrasi, pemilihan sama dengan 0 sehingga diperlukan panjang penghitungan stabilitas VAR. elastisitas pajak dan tidak adanya penelitian lain yang identik, nilai elastisitas yang digunakan dalam penelitian ini di asumsikan sebesar 1. Hal ini didasari kenyataan bahwa pertumbuhan penerimaan pajak selama periode observasi selalu lebih tinggi daripada tingkat inflasi sehingga nilai elastisitas tersebut sebenarnya lebih dari 1. ini dikatakan telah menghasilkan estimasi SVAR yang valid. Sebelum melakukan uji SVAR, terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas terhadap data. Meskipun uji ADF test menunjukkan beberapa variabel mengandung unit root pada tingkat level, pengujian data pada penelitian ini dilakukan menggunakan data pada tingkat level. Hal ini didasari teori bahwa regresi pada tingkat level diperbolehkan untuk keperluan analisis dengan Hypothe sized No. of CE(s) None * Eigenv alue uji Trace Statis tic 0.05 Pro Critic b.** al Value 0.5240 97.91 69.81 0.00 89 089 889 01 At most 0.3447 53.35 47.85 0.01 1* 87 939 613 39 At most 0.2213 27.99 29.79 0.07 2 27 168 707 96 At most 0.1438 12.98 15.49 0.11 3 47 185 471 55 At most 0.0592 3.663 3.841 0.05 4 31 465 466 56 Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0,05 level Berdasarkan telah dilakukan sesuai literatur dan dapat hasil dan Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian maksimum Tabel 1 Hasil Uji Kointegrasi langsung terhadap inflasi di Indonesia. Dengan adanya keterbatasan data lag syarat terdapat kointegrasi antar variabel di dalam penelitian (Harris dan Sollis, 2003:15). Setelah uji stasioneritas, hasil kedua pengujian di atas (ADF test dan Johansen’s Cointegrasion Test) dapat dikatakan bahwa tren antar variabel dalam penelitian akan “saling menghilangkan” sehingga perbedaan antar variabel akan stasioner. Dalam analisis ekonometrika dimungkinkan adanya dua variabel yang masingmasing kombinasi tidak linier stasioner antara tetapi keduanya merupakan data runtun waktu yang stasioner (Nachrowi dan Usman, 2006:366). Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini data asli tidak perlu ditranformasi dengan pembedaan (differencing) karena hal tersebut justru akan menghilangkan 33 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 dinamika hubungan jangka panjang menganalisis antar variabel. kebijakan Tabel 2 Hasil Uji Pemilihan Lag Kriteria FPE AIC 5 6 LR 4 fiskal dan dinamis moneter di Indonesia. Lag yang dipilih 6 SC 1 dampak Berikutnya, hasil uji Impulse Response Function sesuai structural factorization Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0 yang telah diestimasi pemilihan akibat adanya shock pada variabel panjang lag maksimum dengan kriteria belanja pemerintah disajikan dalam Berdasarkan uji Akaike Information Criteria (AIC), Final Prediction Error Information (FPE), Criteria Scwartz (SC), dan Likelihood Ratiodihasilkan lag terpilih adalah 6. Semua langkah peneltian telah dilakukan sesuai dengan teori ekonometrika dan hasil uji stabilitas model VAR yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya unit root (stabil). Selanjutnya dilakukan uji estimasi structural factorization VAR di mana hasil estimasi koefisien SVAR ini hanya menggambarkan respon tunggal dari suatu variabel terhadap adanya shock tunggal sehingga tidak menggambarkan transmisi dinamis dari suatu shock. Untuk mengetahui pengaruh shock yang terjadi pada salah satu variabel dalam sistem VAR terhadap semua variabel endogen lainnya, Response diperlukan uji Impulse Function dan Variance Decomposition berdasarkan hasil structural factorization di atas untuk Response tabel berikut: Tabel 3Respon Variabel Endogen terhadap Shock Belanja Pemerintah Respon Variabel Endogen PDB Inflasi Pajak Suku Uraian Bung a Shock Positif Positif Positif Positif pada , , , , variabe mulai mulai mulai mulai l kuarta kuarta kuarta kuarta Belanja l III lV l II l IV Pemeri ntah Nilai 0,006 0,005 0,029 0,003 Respo 161 708 972 522 n (kuart (kuart (kuart (kuart Maksi al V) al al IV) al mal VIII) VIII) Nilai 0,003 0,003 0,011 0,001 rata2 2 0 7 rata respon Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0 Berdasarkan Tabel 3 di ketahui bahwa adanya shock pada variabel belanja pemerintah memberikan efek negatif sebesar0,158484 terhadap variabel PDB dan secara statistik signifikan. Respon negatif ini berubah menjadi positif pada kuartal III berdasarkan hasil uji Impulse Function (IRF) meskipun 34 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 secara rata-rata 0,0032. hanya sebesar dan suku bunga inilah yang menjadi uji variance salah satu faktor penyebab target Hasil decomposition menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tercapai fluktuasi ketika PDB lebih banyak dipengaruhi oleh belanja dan dapat dijelaskan dengan baik oleh belanja pemerintah dengan persentase ratarata sebesar 38%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian, kebijakan fiskal ekspansif melalui peningkatan pemerintah belanja berdampak positif III. Besaran pengganda fiskal atas kenaikan belanja cenderung lemah terhadap nilai output riil. Lemahnya besaran pengganda fiskal tersebut dapat disebabkan faktor yaitu belanja oleh tingkat pemerintah beberapa produktivitas masih ekspansif Tabel 4 Respon Variabel Endogen terhadap Shock Penerimaan Pajak Uraia n Shock pada variab el Pajak Nilai Resp on Maksi mal Nilai ratarata respo n Respon Variabel Endogen Suku Belanja PDB Inflasi Bung Pemeri a ntah Positif Positif, Negat Positif , kecuali if, , kecua kuartal kuart kuart li V, VIII al II al I kuart dan IX samp dan al II ai VI dan deng VI an IV 0,001 0,0442 0,000 921 32 0,009 709 (kuart (kuartal 668 (kuart al I) II) (kuart al VI) al II) 0,001 0,0043 0,005 0,001 4 0 9 Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0 rendah karena sebagian besar digunakan fiskal ditempuh. terhadap pertumbuhan ekonomi yang dampaknya mulai terlihat sejak kuartal kebijakan Berdasarkan Tabel 4 di atas, hasil penelitian atas shock pada untukbelanjapegawaidan variabel pajak menunjukkan bahwa kemungkinan adanya dampak respon PDB menunjukkan arah negatif crowding out. pada kuartal II sampai dengan VI. Jika Berdasarkan hasil penelitian ini, pemerintah menaikkan target kenaikan belanja pemerintah tidak penerimaan terbukti signifikan menyebabkan biaya perusahaan atau menyebabkan kenaikan inflasi dan perorangan menjadi lebih tinggi. Efek suku bunga, meskipun demikian hasil berikutnya, konsumsi rumah tangga uji IRF menunjukkan adanya kenaikan perusahaan dan perekonomian dapat secara pajak, maka hal ini inflasi mulai kuartal V. Kenaikan inflasi 35 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 tertekan. Pada kuartal I dan setelah moneter di Indonesia mengikuti kaidah kuartal VII, respon PDB atas Taylor rule. John Taylor pajak mengemukakan bahwa bank sentral menunjukkan arah positif. Dampak dapat menggunakan instrumen tingkat positif ini, meskipun nilainya lemah, suku dapat disebabkan karena perubahan berubahnya indikator perekonomian kebijakan perpajakan di Indonesia terutama selama periode observasi. rekomendasinya, shockpada variabel Tabel 5 Respon Variabel Endogen terhadap Shock Inflasi Uraia n Shock pada variab el Inflasi Nilai Resp on Maksi mal Nilai ratarata respo n Respon Variabel Endogen Pajak Suku Belanja PDB Bung Pemeri a ntah Negat Positif Bervari Bervar if, , asi iasi kuarta samp l II ai dan denga mulai n kuarta kuarta l IV l VII 0,008 0,019 281 0,0203 0,003 636 (kuart 45 510 (kuart al III) (kuartal (kuart al VI) X) al IV) 0,010 0,001 0,0110 0,001 1 6 7 Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0 bunga untuk merespon inflasi. ketika Dalam inflasi mengalami kenaikan, bank sentral sebaiknya juga menaikkan suku bunga. Dan sebaliknya, ketika inflasi mengalami penurunan, bank sentral sebaiknya juga menurunkan suku bunga. Tabel 6 Respon Variabel Endogen terhadap Shock Suku Bunga Uraia n Shock pada variab el Suku Bung a Respon Variabel Endogen Belanja PDB Inflasi Pajak Pemeri ntah Negatif, Positif Negat Negat kecuali , if, if, kuartal kecua kuarta kecua VI li l II li kuarta samp kuarta l VI ai l V, dan denga VIII, VII n VII IX dan X 0,009 0,0481 774 0,012 0,014 55 (kuart 906 968 (kuartal al V) (kuart (kuart V) al IV) al III) 0,0146 0,000 0,005 0,007 6 5 7 variabel suku bunga sebesar 0,307046 Nilai Resp on Maksi mal Nilai ratarata respo n (signifikan secara statistik). Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0 Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dikatakan bahwa dampak adanya shock pada variabel inflasi memberikan efek positif terhadap Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan 36 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian yang diringkas dalam Tabel 6 di atas, diketahui bahwa pengaruh unexpected shock pada variabel suku bunga secara umum menunjukkan Tabel 7 Rata-rata Forecast Error Variance(%) Uraian pemerintah dan penerimaan pajak di mana keduanya secara statistik tidak signifikan. Respon yang ditunjukkan variabel PDB riil menunjukkan arah positif sedangkan respon variabel inflasi negatif mulai kuartal II sampai dengan kuartal VI. Berdasarkan hasil uji variance decomposition, fluktuasi yang terjadi pada inflasi Variabel Endogen PDB Inflasi Pajak Belanja Pemerin tah - arah negatif pada variabel belanja Shock pada 38 10,14 Belanja Pemerintah Shock pada 8,66 4,33 PDB Shock pada 3,28 2,98 Inflasi Shock pada 16,03 17,25 2 Pajak Shock pada 12,78 14,64 20,41 Suku Bunga Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0 Hasil dapat uji 14,17 4,56 9,43 1,05 7,74 37,03 - 2,76 3,88 - variance dijelaskan oleh suku bunga dengan decomposition menunjukkan bahwa nilai forecast error variance rata-rata forecast error variance dari variabel sebesar 37,03%. PDB Berdasarkan dapat dikatakan moneter yang hasil penelitian bahwa kebijakan diambil oleh Bank Indonesia telah sesuai dengan teori ekonomi yang ada (Taylor Rule dan Phillips Curve). Adanya kenaikan inflasi akibat kebijakan fiskal direspon oleh bank menaikkan Indonesia tingkat suku dengan bunga sehingga output riil dan inflasi kembali menurun seiring dengan aktivitas perekonomian yang kembali menuju titik keseimbangan baru. yang dapat dijelaskan oleh variabel belanja pemerintah rata-rata sebesar 38%. Sementara itu, forecast error variance dari variabel PDB yang dapat dijelaskan oleh variabel penerimaan pajak rata-rata sebesar 17,25%. Variabel inflasi dapat menjelaskan terjadinya fluktuasi pada tingkat output sebesar 2,98%, sedangkan variabel suku bunga dapat menjelaskan terjadinya fluktuasi pada tingkat output sebesar 14,64%. Hal ini mengindikasikan bahwa fluktuasi dari variabel PDB Suku Bunga lebih banyak dipengaruhi oleh variabel belanja pemerintah dan pajak (ceteris paribus). 37 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 Hasil uji variance Penelitian ini bertujuan untuk selanjutnya menganalisis dampak kebijakan fiskal menunjukkan variabel suku bunga dan kebijakan moneter terhadap tingkat dapat menjelaskan terjadinya fluktuasi output nasional, inflasi dan suku bunga pada inflasi rata-rata sebesar 20,41%. dengan Sementara itu, forecast error variance StructuralVector dari (SVAR). Kebijakan fiskal di Indonesia decomposition variabel inflasi yang dapat menggunakan model Autoregression dijelaskan oleh variabel PDB dan pada dasarnya berpengaruh positif penerimaan pajak rata-ratanya kecil terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 4,33% dan 2%. Hal ini dan mampu mendorong permintaan mengindikasikan bahwa fluktuasi dari agregat. Namun demikian, efektivitas variabel banyak kebijakan fiskal di Indonesia dapat dipengaruhi oleh variabel suku bunga dikatakan kurang efektif jika dilihat dari (ceteris paribus). besaran inflasi lebih Berdasarkan Tabel 3 di atas pengganda fiskal yang dihasilkan. Kebijakan fiskal juga diketahui bahwa fluktuasi pada ekspansif variabel suku bunga sebagian besar mendorong kenaikan inflasi meskipun dapat di jelaskan oleh variabel inflasi responnya sangat lemah. dengan rata-rata sebesar 37,03%. Sementara itu variabel belanja di Indonesia Hasil dapat penelitian mengindikasikan bahwa juga kebijakan pemerintah hanya dapat menjelaskan moneter di Indonesia mengikuti kaidah terjadinya fluktuasi pada tingkat suku Taylor Rule di mana kenaikan inflasi bunga sebesar 4,56%. Variabel PDB tersebut di respon oleh bank sentral dan pajak lebih kecil lagi nilai forecast dengan error bunga. Dampak kebijakan moneter 1,05% variance-nya dan yaitu suku berupa kenaikan tingkat suku bunga mengindikasikan bahwa fluktuasi dari mengakibatkan turunnya nilai output tingkat meskipun responnya sangat lemah. dipengaruhi bunga oleh Hasil tingkat ini suku 2,76%. sebesar menaikkan lebih variabel banyak inflasi Hasil (ceteris paribus). digunakan PENUTUP pengambilan Saran moneter penelitian sebagai kebijakan oleh ini dapat referensi fiskal pemerintah. dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilihan 38 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 alternatif kebijakan yang paling efektif untuk menghasilkan ekonomi yang kenaikan belanja pertumbuhan optimal adalah yang dibarengi dengan pemotongan pajak (tax cut). Namun demikian, terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini di antaranya yaitu observasi dan periode pemilihan waktu variabel. Semakin panjang periode observasi maka hasil estimasi model akan semakin valid, apalagi jika data yang digunakan Penulis adalah data menyarankan berikutnya untuk bulanan. penelitian menggunakan variabel net ekspor dan kurs mata uang riil. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa perekonomian Indonesia tergolong terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dari penelitian luar ini, negeri. Dalam penulis juga menggunakan variabel belanja secara keseluruhan dikurangi belanja utang dan cicilan bunga. menyarankan penggunaan Penulis variabel belanja pemerintah secara parsial misalnya dengan memisahkan belanja pemerintah pusat dengan belanja transfer agar analisis kebijakan fiskal lebih spesifik. 39 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470 DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Anggito. 2005. Kebijakan Fiskal dan Efektivitas Stimulus Fiskal di Indonesia Aplikasi Model Makro MODFI dan CGE-INDORANI. Jurnal Ekonomi Indonesia, 1(1), 1-36. Adiningsih, S. dan Laksmi, Y. D. 2012. Koordinasi Kebijakan Moneter Dan Fiskal: Tantangan Dan Strategi Pemeliharaan Stabilitas Makro Dan Pertumbuhan Ekonomi Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.Koordinasi dan Interaksi Kebijakan Fiskal-Moneter: Tantangan ke Depan. Yogyakarta: Kanisius. Baily, M. N. dan Philip, F. 1991. Macroeconomics. Boston: Richard D Irwin Inc. Bhattarai, K. dan Trzeciakiewicz, D. 2017. Macroeconomic impacts of fiscal policy shocks in the UK: A DSGE analysis. Journal ofEconomic Modelling, 61(2), 321-338. Blanchard, O. dan Perotti, R. 2002. An Empirical Characterization of the Dynamic Effects of Changes in Government Spending and Taxes on Output. Quarterly Journal of Economics117 (4), 1329–1368. Boiciuc, I. 2015. The effects of fiscal policy shocks in Romania. A SVAR Approach. Procedia Economics and Finance32, 1131 – 1139. Cazacu, A. M. 2015. Fiscal-Monetary Policy Interaction. Svar Evidence From A Cee Country. European Scientific Journal, 45 (3), 1857 – 7881. Ducanes, R. Geoffrey, I. 2006. Macroeconomic Effect of Fiscal Policies: Empirical Evidence from Bangladesh, People’s Republic of China, Indonesia, and Philippines. Working Paper Series No. 85, Asian Development Bank ERD. Dungey, M. dan Renee, F. 2009. The Identification Of Fiscal And Monetary Policy in a structural VAR. Journal ofEconomic Modelling, 26 (6), pages 1147-1160. Goeltom, M. S. 2012. Koordinasi Kebijakan Moneter Dan Fiskal: Tantangan Dan Strategi Pemeliharaan Stabilitas Makro Dan Pertumbuhan Ekonomi Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.Koordinasi dan Interaksi Kebijakan Fiskal-Moneter: Tantangan ke Depan. Yogyakarta: Kanisius. Gujarati, D. N. 2004. Basic Econometrics Fourth Edition. New York: McGrawHill International Edition. Harris, R. dan Robert, S. 2003. Applied Time Series Modelling and Forecasting. England: John Wiley and Sons, Ltd. Hemming, R. Michael, K. Selma, M. 2002. The Effectiveness of Fiscal Policy in Stimulating Economic Activity—A Review of the Literature. IMF Working Paper No. 02, International Monetary Fund. Mankiw, N. G. Euston, Q, dan Peter, W. 2014. Pengantar Ekonomi Makro Edisi Asia Volume 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Mankiw, N. G. 2013. Macroeconomics Eight Edition. New York: Worth Publishers. Marinas, M. C. 2010. The Effectiveness of Fiscal Policy in Combating Economic Crisis. An Analysis Based on the Economic Literature. Theoretical and Applied Economics Volume XVII 2010 11(552), 63-78. Mishkin, F.S. 2010. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets 9th. New Jersey: Pearson. Mountford, A. dan Uhlig, H. 2009. What are The Effect of fiscal Policy Shocks?. Journal of Applied Econometrics, 24(6), 960-992. Nachrowi, N. D. dan Hardius, U. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia. 40 Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-41 ISSN 2541-1470 Van Den Berg, H. 2001. Economic Deal.International Development Growth and Development Economics Associates. IDEAs (International Edition). New Giordano, R. Momigliano, S. Neri, S, dan York: McGraw Hill Perotti. R. 2008. The Effects of Wibowo, P. 2008. Mencermati Dampak Fiscal Policy in Italy: Evidence from Desentralisasi Fiskal Terhadap a VAR Model. European Journal of Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Political Economy, 23 (2), 707-733 Jurnal Keuangan Publik, 5(1), Puspita, K. 2006. Pengaruh Distribusi 55-83. Pendapatan Terhadap Wibowo, T. 2000. Pengaruh Pajak Pertumbuhan Ekonomi Propinsi di Terhadap Produk Domestik Indonesia 1993-2002. Tesis, Bruto dan Proyeksi Tahun 2000Universitas Indonesia. 2004. Kajian Ekonomi dan Ravnik, R dan Zilic, I. 2011. The use of Keuangan Tahun IV No. 3 SVAR analysis in determining the http://www.fiskal.depkeu.go.id/. effects of fisscal shocks in Croatia. http://www.bps.co.id/. Financial Theory and http://www.bi.go.id/. Practice.Journal of Public Finance, http://www.depkeu.go.id/. 35(1), 25-58 http://www.imf.org/. Republik Indonesia. Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Berbagai Tahun Anggaran. Rossi, B. dan S. Zubairy. 2011. What Is the Importance of Monetary and Fiscal Shocks in Explaining U.S. Macroeconomic Fluctuations? Journal of Money, Credit and Banking, 43 (2), 1247-1270. Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business: A Skill Building Approach (4th edition). England: John Wiley and Sons, Ltd. Serwa, D. & Wdowinski, P. 2017. Modeling Macro-Financial Linkages: Combined Impulse Response Functions in SVAR Models. Central European Journal of Economic Modelling and Econometrics, 9 (4): 323-357 Stock, J. H. & Watson, M. W. 2001. Vector Autoregressions. Journal of Economic Perspectives, 15 (4),101115. The Organisation for Economic Cooperation and Development. 2015. Survey Ekonomi OECD 41 Indonesia. OECD.