Jurnal Edukasi, Volume 4 No.1, April 2018 ISSN. 2443-0455, EISSN. 2598-4187 Pembelajaran Di Luar Kelas (Outdoor Learning) dengan Pendekatan PMRI untuk Memahamkan Materi SPLDV Abdur Rohim Pendidikan Matematika, FKIP, UNISDA Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) dengan pendekatan PMRI yang dapat memahamkan materi SPLDV. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan pembelajaran “One Shot Case Study”. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 4 Lamongan sebanyak 24 siswa, yang terdiri dari 9 siswa lakilaki dan 15 siswa perempuan. Tahapan pembelajaran pada penelitian ini terdiri dari (1) memahami konteks, (2) memikirkan atau memilih model yang tepat, (3) menyelesaikan masalah realistik, (4) membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah, dan (5) menegosiasikan penyelesaian masalah. Kriteria keberhasilan penelitian ini terlihat dari ketuntasan belajar siswa yang mencapai 80 atau lebih sebanyak 83% dari seluruh siswa. Kata Kunci: pembelajaran di luar kelas, PMRI, SPLDV. Abstract The research aims to describe outdoor learning by realistics mathematics education (RME) approach to help students understand SPLDV material. This study is a qualitative descriptive approach in one shot case study. The subject of study is the students of eight grade of state junior high school (SMPN) 4 Lamongan which consist of 9 male and 15 female students. The instrument is the students’ test result. The learning stages in this study are (1) understanding the context, (2) thinking and selecting the appropriate model, (3) solving the realistics problems, (4) comparing and discussing the problem solving, and (5) negotiating the problem solving. The success criteria of this research is seen from the students’ learning completeness with 80 score or more with 83% of the students’ total. Keywords: outdoor learning, RME, SPLDV 19 Rohim, Pembelajaran di… Kenyataan di Lapangan, masalah PENDAHULUAN Belajar pada prinsipnya merupakan kontekstual sering kali diterapkan dalam proses, dan soal cerita yang disampaikan di dalam merupakan bentuk pengalaman (Turgut, kelas. Belajar tidak harus di dalam kelas, 2008). ilmu belajar juga dapat dilaksanakan di alam pengetahuan, guru harus bisa mengaitkan bebas, tatkala siswa sudah dirasa jenuh di materi dengan pengalaman kehidupan dalam kelas. Kegiatan pembelajaran di siswa. Guru tidak sekedar menyampaikan kelas sering kali membosankan serta materi secara lisan tanpa suatu aplikasi membuat jenuh siswa yang pada akhirnya tetapi mengoptimalkan kemampuan siswa dapat mempengaruhi motivasi belajar dalam suatu siswa. Rendahnya motivasi belajar siswa permasalahan. Dengan demikian proses terhadap mata pelajaran matematika juga belajar-mengajar verbalisme berpengaruh pada hasil belajar siswa, melainkan realisme (Alipandie, 1984: karena hasil belajar merupakan interaksi 159). Hal itu sejalan dengan standar isi antara tindakan belajar dan mengajar yang untuk satuan pendidikan menengah diwujudkan dengan nilai. Jika motivasi bahwa untuk memulai pembelajaran belajar siswa tinggi, maka hasil belajar perubahan Untuk perilaku, mengajarkan menyelesaikan bukan siswa pun juga baik. matematika hendaknya diawali dengan Wibowo (2010) mengatakan bahwa pengajuan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem) (Depdiknas, pendidikan 2006: 345). Dengan pengajuan masalah meningkatkan pemahaman, sikap, dan kontekstual, peserta didik secara bertahap ketrampilan dibimbing anak. Kompetensi ini diharapkan dapat untuk menguasai konsep merupakan serta untuk perkembangan dicapai kontekstual tidak pembelajaran di sekolah. Salah satu selamanya berasal dari aktivitas sehari- proses pembelajaran yang digunakan hari, melainkan bisa juga dari konteks untuk mencapai kompetensi di atas adalah yang dapat diimajinasikan dalam pikiran melalui siswa (Suherman, 2003: 131). (outdoor learning). Pembelajaran outdoor diungkapkan berbagai diri matematika yang bermakna. Masalah yang melalui upaya pembelajaran di luar proses kelas learning merupakan satu jalan bagaimana kita 20 meningkatkan kapasitas belajar Jurnal Edukasi, Volume 4 No.1, April 2018 ISSN. 2443-0455, EISSN. 2598-4187 siswa. Siswa dapat belajar secara lebih mendalam melalui objek-objek Pendekatan yang PMRI awalnya dikembangkan di Freudenthal Institut dihadapi dari pada jika belajar di dalam dengan kelas yang memiliki banyak keterbatasan. Mathematics Selain itu, pembelajaran di luar kelas pembelajaran PMRI, siswa tidak bisa lebih dianggap sebagai penerima pasif menjembatani antara teori di dalam buku melainkan sebagai partisipan aktif. dan kenyataan yang ada di Lapangan. Sebagai partisipan aktif dalam Kualitas pembelajaran dalam situasi yang pembelajaran siswa diberikan kesempatan nyata untuk dapat mengembangkan ide-ide menantang akan kapasitas objek bagi memberikan pencapaian yang siswa peningkatan belajar dipelajari dan serta sebutan RME (Realistic Education). Dalam melalui matematikanya dan menemukan kembali dapat pengetahuan matematika sesuai dengan membangun ketrampilan sosial. Lebih pengalaman sendiri (Shadiq, 2010: 8). dapat Pengertian “realistik” pada PMRI membantu siswa untuk mengaplikasikan tidak hanya berhubungan dengan dunia pengetahuan yang dimiliki. nyata saja, tetapi juga menekankan pada lanjut, belajar di luar kelas Panhuizen (dalam Zainurie, 2007) masalah nyata yang dapat dibayangkan. mengatakan bahwa “bila anak belajar Jadi, matematika terpisah dari pengalaman sesuatu masalah itu menjadi nyata dalam mereka sehari-hari maka anak akan cepat pikiran siswa. Dengan demikian konsep lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika yang tadinya abstrak, dapat matematika.” Untuk itu perlu adanya disajikan menjadi masalah nyata, selama inovasi pembelajaran, yaitu pembelajaran konsep itu masih dapat diterima oleh yang mengaitkan pengalaman kehidupan pikiran siswa (Siswono, 2006: 3). Hobri nyata matematika. (2005: 102) menngemukakan bahwa ada Pembelajaran yang memperlakukan siswa lima langkah dalam pembelajaran PMRI, sebagai partisipan aktif bukan sebagai yaitu: penerima pasif. Salah satu pembelajaran memikirkan atau memilih model yang matematika tepat, anak Pendidikan dengan itu adalah Matematika pembelajaran Realistik penekanannya (1) realistik, indonesia (PMRI). pada memahami (3) konteks, menyelesaikan (4) membuat (2) masalah membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah, dan 21 Rohim, Pembelajaran di… (5) menegosiasikan penyelesaian gambaran secara sistematis, faktual dan masalah. akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat Materi pokok yang diambil dalam serta hubungan antarfenomena yang penelitian ini adalah sistem persamaan diselidiki (Nasir, 2005: 54). Dalam linier dua variabel (SPLDV). Pemilihan penelitian ini, peneliti mendeskripsikan materi tersebut berdasarkan pertimbangan pembelajaran di luar kelas (outdoor bahwa sehari-hari learning) dengan pendekatan PMRI yang banyak dijumpai masalah yang terkait dapat dicapai jika banyaknya siswa yang dengan SPLDV. Misalnya, mencari harga tuntas belajar dalam kelas lebih besar atau alat tulis, harga beli binatang ternak, sama dengan 85%. Sedangkan siswa harga sembako, dan masih banyak lagi dikatakan tuntas jika mendapat nilai 80 masalah yang terkait dengan SPLDV. atau lebih. dalam kehidupan Sementara itu, penelitian ini Rancangan penelitian yang dilakukan di kelas VIII-C SMPN 4 digunakan dalam penelitian ini adalah Lamongan karena beberapa alasan. (1) “One Shot Case Study”. Rancangan ini Nilai siswa pada materi SPLDV di dilaksanakan pada satu kelompok saja semester ganjil belum tuntas. (2) hasil tanpa adanya kelompok pembanding dan survey langsung di kelas VIII-C, semua tes siswa lupa kalau pernah mendapatkan Rancangan pada penelitian ini hanya materi SPLDV. (3) pembelajaran yang dilakukan pada satu kelas saja. awal (Arikunto, 1995: 279). dilakukan masih di dalam kelas dengan metode ceramah. HASIL DAN PEMBAHASAN Prosedur dalam penelitian ini terdiri Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dari 4 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap tentang “Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor pelaksanaan, tahap analisis data, dan Learning) dengan Pendekatan Pendidikan tahap penulisan laporan penelitian. Tahap Matematika Realistik Indonesia (PMRI) persiapan meliputi penyusunan perangkat untuk Memahamkan Materi SPLDV.” pembelajaran seperti RPP, LKS, dan Jenis penelitian ini merupakan penelitian instrument tes hasil belajar. Peneliti deskriptif. Tujuan deskriptif adalah dari penelitian bertindak sebagai penyusun perangkat, untuk membuat perancang tindakan, penganalisis dan 22 Jurnal Edukasi, Volume 4 No.1, April 2018 ISSN. 2443-0455, EISSN. 2598-4187 penafsir data serta pembuatan laporan. Fase pendahuluan meliputi kegiatan Sedangkan, yang bertindak sebagai guru menyampaikan apersepsi, tujuan, dan model adalah seorang mahasiswa semester motivasi. Penyampaian materi akhir yang sudah berpengalaman pada sebagai materi apersepsi materi SPLDV mata kuliah PPL. bertujuan agar siswa tidak mengalami Tahap pelaksanaan PLSV penelitian kesulitan ketika belajar materi inti. Hal ini dilakukan di luar kelas dengan harapan sesuai dengan pendapat Teori Ausubel agar siswa tidak bosan belajar dalam suatu (Trianto, 2011) bahwa konsep baru atau ruangan yang terbatas. Siswa akan dapat informasi harus dikaitkan dengan konsep- mengembangkan lebih konsep yang sudah ada dalam struktur banyak ketika pembelajaran di lakukan di kognitif siswa agar pembelajaran menjadi alam bebas. Hal ini sejalan dengan bermakna. karakter yang pendapat Kusmaryono yang menyatakan Sedangkan penyampaian tujuan bahwa pembelajaran matematika realistic dilakukan agar siswa dapat memfokuskan Indonesia Outdoor perhatiannya dengan materi yang akan Mathematics dapat menumbuhkembangkan dipelajari. Hal ini sejalan dengan pendapat karakter siswa antara lain minat yang kuat, Dahar (1988) yang mengatakan bahwa apresiasi terhadap penyampaian tujuan pembelajaran selain matematika, humanis, motivasi, disiplin, dapat memotivasi juga dapat memusatkan keyakinan, kepercayaan diri, bertanggung perhatian siswa terhadap aspek yang jawab, kejujuran, kemandirian, kegigihan, relevan dalam pembelajaran. (PMRI) dan melalui penghargaan interaksi, kerja sama, toleransi, demokratis, Fase inti meliputi pembagian kelompok antusiasme. Sementara itu pembelajaran non dan langkah PMRI. Pembagian kelompok PMRI dan hanya di dalam kelas hanya dilakukan dengan cara yang telah didesain mampu menumbuhkan beberapa karakter oleh peneliti, bukan dibebaskan sesuai saja. Tahap pelaksanaan penelitian ini dengan kehendak siswa. hal ini agar dilakukan dalam 2 kali pertemuan yang terbentuk masing-masing terdiri dari 3 fase, yaitu kelompok yang heterogen. Isjoni (2011) mengatakan bahwa pada saat fase pendahuluan, fase inti, dan fase pembentukan penutup. kelompok guru harus membentuk kelompok yang heterogen dengan 23 memperhatikan kemampuan Rohim, Pembelajaran di… akademis. Pembagian ini (pensil dan penghapus). (6) Pasangan disesuaikan dengan materi SPLDV yang yang membeli barang yang sama akan berkaitan dengan jual beli. Adapun aturan membentuk kelompok baru yang terdiri pembagian sebagai dari 4 siswa. pembagian kelompok ini berikut. (1) Guru membagikan ATK atau sekaligus menentukan permasalahan yang uang yang sudah disiapkan pada masing- akan diselesaikan oleh masing-masing masing siswa (setiap anak mendapatkan 1 kelompok. Berikut adalah hasil pembagian uang saja atau 1 paket ATK saja). (2) kelompok beserta topiknya. Siswa dalam 1 kelas akan dibagi menjadi Tabel 1. Pembagian kelompok beserta Topik yang akan diselesaikan pada pertemuan 1. Kelompok Topik kelompok kelompok adalah 2 kelompok, yaitu kelompok Pembeli (A dan B) dan Penjual (A dan B). (3) Masingmasing siswa dari kelompok Pembeli 1A 1 pensil + 2 penghapus = 2.500 membawa uang 1B 1 pensil + 1 penghapus = 2.000 Rp.2.500, Rp5.500, dan 2A 4 rautan + 3 penghapus = 5.500 Rp6.500. dan masing masing siswa dari 2B 2 rautan + 1 penghapus = 2.500 kelompok Penjual mendapat alat-alat 3A 3 pensil + 2 rautan = 6.500 ATK yang terdiri dari pensil, penghapus, 3B 2 pensil + 3 rautan = 6.000 sebesar Rp.2000, Rp6.000, dan rautan yang masing-masing sudah tertera harga jualnya. (4) Siswa dari kelompok pembeli melakukan langkah-langkah PMRI, yang terdiri dari 5 transaksi dengan membeli ATK yang langkah. Pertama, siswa bersama dengan mempunyai harga yang sama dengan uang anggota yang dimilikinya. Didapatkan 1 tim konteks permasalahan yang diberikan beranggotakan 2 siswa. (5) Setiap Tim guru melalui LKS. Peran guru adalah mencari pasangan lain yang membeli membimbing ketika siswa mengalami barang yang sama. Misalnya Ani dan Budi kesulitan. Kedua, mendapatkan memilih model uang akan Pembelajaran selanjutnya mengikuti Rp2.000,00 dan kelompoknya memahami memikirkan yang tepat atau untuk membeli paket barang yang berisi pensil menyelesaikan dan penghapus, maka Ani dan Budi akan menggunakan bentuk bangun datar untuk mencari anggota kelompok lain yang merepresentasikan ATK (persegi panjang membeli paket dan kode yang sama sebagai pensil, persegi sebagai penghapus, 24 masalah. Siswa Jurnal Edukasi, Volume 4 No.1, April 2018 ISSN. 2443-0455, EISSN. 2598-4187 dan lingkaran sebagai rautan). Ketiga, Dari permasalahan di atas, siswa menyelesaikan masalah realistik. Ada memodelkan persegi dengan penghapus berbagai strategi yang digunakan siswa dan lingkaran dalam pembelian paket 1 penghapus dan 2 rautan menyelesaikan diantaranya dengan menggandakan masalah, mengimajinasi, barang digandakan belian, sebagai sehingga rautan. Hasil didapatkan 2 penghapus dan 4 rautan dengan harga memisahkan barang belian yang sama dan Rp5.000. Hasil mengambil (mengeliminasi) barang belian dengan paket 3 penghapus dan 4 rautan yang satu dengan yang lain. Keempat, dengan membandingkan dan mendiskusikan diperoleh harga 1 penghapus adalah penyelesaian dengan Rp500 dan harga 1 rautan adalah Rp1.000. merepresentasikan di depan kelompok Fase ketiga, yaitu fase penutup. Pada masalah harga Sehingga, fase model tambahan untuk menguji apakah siswa masalah. Langkah penyelesaian pertama sampai benar-benar guru Rp5.500. dianalogikan lain. Kelima, siswa bersama dengan guru menegosiasikan ini tersebut memberikan memahami latihan pembelajaran dengan ketiga dilakukan di luar kelas, yang sudah dilaksanakan. Setelah itu, guru sedangkan langkah berikutnya dilakukan mengingatkan materi selanjutnya untuk di dalam kelas. Berikut adalah hasil dipelajari pada pertemuan yang akan pekerjaan kelompok. datang. Hal ini bertujuan agar siswa menyiapkan diri pada pembelajaran selanjutnya. Setelah data terkumpul, dilakukan tahap selanjutnya, yaitu tahap analisis data. Peneliti melakukan analisis data terhadap hasil pekerjaan siswa, yaitu LKS 1, LKS 2, dan tes hasil belajar. Baik LKS 1 maupun LKS 2 didapatkan hasil yang sesuai dengan harapan peneliti. Sementara pada tes hasil belajar sudah sesuai kriteria ketuntasan, yaitu sebanyak 20 siswa dari Gambar 1. Hasil Pekerjaan Siswa, Kelompok 2A. 23 siswa (seharusnya 24 siswa tetapi 25 Rohim, Pembelajaran di… absen 1 siswa) mendapatkan nilai 80 atau b. Guru memberikan LKS agar siswa lebih. Berdasarkan hal tersebut maka dapat memahami kontek yang siswa yang tuntas sebanyak 83% dari sudah didesain pada LKS. seluruh siswa. c. Siswa memilih model yang tepat untuk SIMPULAN masalah. Model yang dipilih adalah gambar Langkah-langkah pembelajaran di luar kelas menyelesaikan (ourdoor learning) bangun datar. dengan d. Siswa menyelesaikan masalah pendekatan PMRI pada materi SPLDV realistik yang berkaitan dengan adalah: SPLDV. Cara yang digunakan siswa 1. Fase pendahuluan untuk menyelesaikan masalah yang a. Guru menyampaikan materi PLSV terdapat pada LKS 1, LKS 2 dan tes sebagai materi prasyarat materi inti, akhir yaitu SPLDV. menggandakan b. Guru menyampaikan tujuan adalah sama c. Guru memotivasi siswa dengan dan mengambil satu dengan yang lain. sehari hari yang berkaitan dengan e. Beberapa SPLDV. presentasi 2. Fase inti kelompok di kelompok Terdiri dari pembentukan kelompok membandingkan dan 5 langkah PMRI. mendiskusikan a. Guru membagi kelompok secara masalah. acak heterogen melalui permainan f. Guru bersama jual beli yang berkaitan dengan menyimpulkan materi pembelajaran. sekaligus belian, (mengeliminasi) barang belian yang memberi gambaran permasalahan kelompok barang memisahkan barang belian yang pembelajaran. SPLDV. mengimajinasi, Pembentukan menentukan melakukan depan lain anggota untuk dan penyelesaian dengan hasil siswa dari 3. Fase penutup topik yang akan dibahas. a. Guru meminta siswa mengerjakan latihan 26 lanjutan sebagai bentuk Jurnal Edukasi, Volume 4 No.1, April 2018 ISSN. 2443-0455, EISSN. 2598-4187 Dahar. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK. pemahaman mereka terhadap materi yang sudah dipelajari. Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, agar mempersiapkan siswa dapat diri pada Hobri. (2005). Metodologi Penelitian Pengembangan. Jember: Pena Salsabila. pembelajaran berikutnya. Hasil dari pembelajaran di luar kelas Isjoni. (2011). Cooperative Bandung: Alfabeta. (ourdoor learning) dengan pendekatan Kusmaryono, Imam. -. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik dengan Metode Outdoor Mathematics. Semarang: - PMRI untuk memahamkan materi SPLDV dikatakan berhasil karena sebesar 83% siswa tuntas dalam menyelesaikan tes hasil belajar yang dilakukan Nasir, Mohammad. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. pada pertemuan ketiga. Shadiq, Fadjar dan Nur Amini Mustajab. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik di SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. UCAPAN TERIMA KASIH Artikel ilmiah ini merupakan luaran dari Siswono, Tatag Yuli Eko. (2006). PMRI: Pembelajaran Matematika yang Mengembangkan Penalaran, Kreativitas dan Kepribadian Siswa. Makalah worksop pembelajaran matematika di MI Nurul Rohmah, Sidoarjo. penelitian dosen pemula tahun 2018 yang didanai oleh Pengabdian Direktorat Riset dan kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, learning. Kementrian Riset, Suherman, Erman dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada kontrak pendanaan bulan April 2018. Trianto. (2011). Panduan lengkap penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research): teori dan praktik, Jakarta: Prestasi Pustakarya. DAFTAR PUSTAKA Turgut, H. (2008). Prospective Science Alipandie, Imansyah. (1984). Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional. Teachers‘ Conceptualizations About Project Based Learning. International Journal of Instruction. 1(2): 61-79. Arikunto, Suharsimi. (1995). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 27 Rohim, Pembelajaran di… Wibowo, Eddy. (2010). LKS Batasi Kreatibvitas Guru. (Online). m.antaranews.com/berita/1277728588/ pengamat-lks-batasi-kreativitas-guru. Diakses 10 Januari 2014. Zainurie. (2007). Pembelajaran PMRI.http://zainurie.wordpress.com/ 2007/04/13/pembelajaran-matematikarelistik-rme/. Diakses tanggal 7 Oktober 2010 jam 20:12 28