PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) oleh Y. Marpaung I. Pendahuluan Pengamatan di kelas: a. Guru menjelaskan, siswa: 1. Tidak mendengarkan, tetapi bicara satu sama lain, 2. Main sendiri, tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. b. Guru bertanya, siswa: 1. rebutan menjawab sambil berteriak kalau tahu jawaban, 2. kalau seseorang yang tadi ikut berteriak diminta menjelaskan idenya, dia tidak berani bicara, c. Semua diam dan melihat ke lantai jika tidak tahu jawaban. d. Siswa sering melecehkan temannya yang mendapat skor rendah,sambil mengatakan “bodoh!”. e. Pada umumnya siswa takut pada matematika. Untuk mengatasi permasalahan kami pada tahun 1993-1997 melakukan penelitian tindakan, dengan menerapkan pendekatan SANI (santun, tebuka dan komunikatif). Hasil penelitian memperlihatkan pada kami bahwa karakter (sering juga disebut tabiat atau kebiasaan bertingkah laku tertentu (mengejek kawan, tidak tertib, takut pada matematika, tidak ikhlas dan sebagainya) dapat diubah ke arah yang positip lewat pendidikan, termasuk lewat pembelajaran matematika, yang didasarkan pada pemahaman psikologi dan perkembangan psikologis siswa. II. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), sebagai suatu gerakan untuk memperbaiki mutu pendidikan matematika di Indonesia dimulai pada tahun 2001 di 12 SD/MIN di tiga kota di Jawa oleh 4 LPTK, yaitu UPI di Bandung, UNY dan USD di Yoyakarta serta UNESA di Surabaya dengan dukungan Ditjen Dikti. Setiap LPTK bermitra dengan 3 SD/MIN. Pengembangan PMRI dilakukan dengan pendekatan bottom-up (seperti pertumbuhan pohon: mulai dari kecil, secara perlahan tumbuh semakin tinggi dan membesar), bukan top-down. Pengalaman penelitian yang disebutkan di atas, menginspirasi kami untuk merumuskan dan mencoba mempraktekkan PMRI di lapangan dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Siswa aktif dan guru pun aktif. 2. Pembelajaran dimulai dengan menyodorkan pada siswa masalah-masalah kontekstual. 3. Siswa diberi kesempatan menyelesaikan masalah itu dengan strategi sendiri. 4. Guru memenij kelas sedemikian rupa sehingga interaksi dan negosiasi dapat berlangsung dengan tertib. 5. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (tidak tegang). 6. Materi pelajaran diusahakan saling berkaitan satu sama lain 7. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan mempraktekkan ‘tutwuri handayani’. 8. Siswa dimotivasi untuk berani mengutarakan ide, bertanya tanpa rasa takut terhadap kesalahan. 9. Dalam membantu siswa menyelesaikan masalah guru menggunakan pendekatan SANI (santun, terbuka dan komunikatif), empatik dan menghargai pendapat siswa dengan mempraktekkan “tepa selira, ngewongké wong”. 1 PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Oleh: Y. Marpaung p4mriusd.blogspot.com 10. Siswa diberi kebebasan memilih dan menggunakan modus representasi yang dapat membantunya mengkonstruksi konsep matematika atau menyelesaikan masalah. Dalam PMRI siswa dibimbing untuk mau mendengarkan kawannya yang sedang mengutarakan pendapatnya baru kemudian memberikan sanggahan atau dukungan dengan alasan. Orang pada umumnya mau menerima suatu ide atau penjelasan bila ide itu masuk akal atau penjelasan itu logis, yaitu mengikuti aturan-aturan logika. Matematika adalah suatu ilmu yang berusaha meyakinkan orang lain dengan memberi bukti yang logis. Hal itu dapat dilakukan untuk mengubah sifat seseorang dari yang kurang baik ke lebih baik. Misalnya, bisa saja seseorang dimarahi atau ditegor kalau bertingkah laku yang buruk. Siswa merasa tidak nyaman bahkan sering tersinggung karena tegoran atau dimarahi itu. Tetapi kalau dengan pendekatan individual kemudian diterangkan padanya alasan-alasan yang logis dengan cara empatik, siswa dapat menerima dan menghargainya dan secara perlahan sifatnya akan berubah. Dalam hal inilah guru pelu memiliki dan mempraktekkan kecerdasan emosionalnya, sekaligus mendidik siswa secara tidak langsung mengembangkan kecerdasan emosionalnya juga. III. Perkembangan PMRI Selama Sepuluh Tahun Setelah 10 tahun PMRI dilaksanakan di sekolah inti (12 SD/MIN) dengan memperhatikan dan berusaha mempraktekkan karakteristik PMRI tersebut di atas, maka sifat-sifat negatif dilihat dari segi pendidikan sudah berubah secara perlahan ke arah yang positif antara lain: a. Sifat pasif menerima pelajaran sudah berubah kearah aktif. b. Sifat melecehkan teman yang kebetulan mendapat skor yang rendah sudah berubah dalam arti siswa sudah mampu menahan diri dan dapat mengontrol tingkah laku. c. Sifat tidak mau mendengarkan pendapat kawan secara tertib sudah berubah ke arah dapat menghormati pendapat orang lain. Sikap demokratis yang rasional dapat dikembangkan. d. Rasa kurang percaya diri telah tumbuh menjadi rasa percaya diri. e. Rasa takut kepada matematika secara perlahan telah berubah menjadi tidak takut walaupun belum mencapai rasa senang keculai pada beberapa siswa. f. Sifat lebih meghargai produk dari pada proses juga secara perlahan berubah menjadi kesadaran akan pentingnya proses untuk mencapai produk. Itu berarti kalau guru bertindak secara konsisten dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa ini, seperti tepa selira, memanusiakan manusia, melalui pendekatan SANI (santun, terbuka dan komunikaif) secara empatik, akan dapat mengembangkan nilai-nilai termasuk karakter yang baik yang diharapkan oleh bangsa ini.pada diri siswa. Permasalahan menjadi: 1. Bagaimana membangun kesadaran pada semua komponen bangsa, bukan hanya peserta didik tetapi juga guru, dosen, masyarakat, pemimpin bangsa berusaha bertingkah laku dan bersikap konsisten antara kata dan perbuatan, antara apa yang dipikir dan yang dilakukan, antara nilai budaya yang dimiliki dengan yang dipraktekkan. 2. Bagaimana memberdayakan guru sebagai sokoguru pendidikan agar mereka dapat bertindak konsisten, dapat mempraktekkan dalam pendidikan nilai-nilai yang ada dalam budaya kita, dengan memahami karakteristik psikologi siswa dengan menghormati perbedaan individual siswa? Inilah sekelumit sumbangan pemikiran tehadap usaha pengembangan karakter bangsa lewat pendidikan dengan memahami, menghayati, menginterpretasi dan berusaha mempraktekkan secara konsisten nilai-nilai dalam budaya kita. Pada gilirannya nanti maka budaya Indonesia akan berkembang menjadi budaya yang disegani dan dihormati oleh bangsa lain. Pengalaman menunjukkan bahwa siswa dapat menerima sesuatu dan berusaha melakukannya, jika hal itu dapat diterima oleh akalnya, artinya tidak berentangan dengan aturan-aturan logika. Character ethics lebih 2 PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Oleh: Y. Marpaung p4mriusd.blogspot.com efektif dan lebih penting dari pada personal ethics, demikian Stephen Covey dalam bukunya yang terkenal TheSeven Habit of Very Effective People. -------------------------------------------------------Y.M-------------------------------------------------------- 3 PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Oleh: Y. Marpaung p4mriusd.blogspot.com