NAMA : NUR FADILLAH ZAM NIM : 105361101719 KELAS : MATEMATIKA 2019 A TUGAS : PERTEMUAN 8 “MAKNA MASA REMAJA DAN KARKTERISTIK SETIAP ASPEK PERKEMBANGAN MASA REMAJA” A. MAKNA MASA REMAJA Kemampuan-kemampuan kognitif tersebut akan semakin berkembang hingga anak memasuki tahap pemikiran operasional formal, yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia 11/12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa (Lerner 7 Hustlsch, 1983). Secara umum karakteristik pemikiran remaja pada tahap operasional formal ini adalah diperolehnya kemampuan berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Pemikiran remaja tidak lagi terbatas disini dan sekarang, mereka sudah mampu memahami waktu historis dan ruang luar angkasa. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu : pertama, remaja awal. Pada tahap ini remaja masih bingung akan perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Akibatnya, remaja awal sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Kedua, remaja madya. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ia merasa senang apabila banyak teman yang menyukai dan terdapat kecenderungan narcistic yaitu mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Ketiga, remaja akhir. Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal : 1). Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual. 2). Ego mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalamanpengalaman baru. 3). Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4). Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5). Tumbuh dinding yang memisahkan diri sendiri dan masyarakat umum. Fenomena perubahan-perubahan psikofisik yang menonjol terjadi dalam masa remaja, baik dibandingkan masa-masa sebelumnya maupun sesudahnya, mengundang banyak tafsiran. Sebagaimana lazimnya dalam dunia ilmu pengetahuan (sosial, terutama) bahwa sifat tafsiran itu sangat bergantung pada dasar pandangan (assumption) dan konsep atau kerangka dasar teoritis (conceptual frame work) serta norma yang digunakan (frame of references) oleh penafsir atau sarjana yang bersangkutan. Hal ini berlaku pula bagi fenomena masa remaja seperti tampak pada beberapa contoh berikut ini. 1) Frued (yang teori kepribadiannya berorientasikan kepada seksual libido; dorongan seksual), menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang difinitif karena perpaduan (unifikasi) hidup seksual yang banyak bentuknya (poly-morph) dan infantile (sifat kekanak-kanakan). 2) Charlotte Buhler (yang membandingkan proses pendewasaan pada hewan dan manusia), menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi. Individu menjadi gelisah dalam kesunyiannya, lekas marah dan bernafsu dan dengan ini tercipta syarat-syarat untuk kontak dengan individu lain. 3) Spranger (yang teori kepribadiannya berorientasikan kepada sikap individu terhadap nilai-nilai), menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa pertumbuha dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental ialah kesadaran akan aku, berangsur-angsur menjadi jelasnya tujuan hidup, pertumbuhan ke arah dan ke dalam berbagai lapangan hidup. 4) Hoffman (berorientasikan kepada teori Resonansi psikis), menafsirkan bahwa masa remaja itu merupakan suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu. Perkembangan fungsi-fungsi psikofisiknya pada masa remaja itu berlangsung amat pesat sehingga dituntut kepadanya untuk melakukan tindakan-tindakan integratif demi terciptanya harmoni diantara fungsi-fungsi tersebut di dalam dirinya. 5) Conger (yang menekankan pada pendekatan interdisipliner dalam pemahamannya dalam kehidupan remaja masa kini) sejalan dengan pendapat Erikson (yang teori kepribadiannya berorientasi pada psychological crisis development), menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time. Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal, ia akan berada pada krisis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan. B. PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK REMAJA Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan tersebut didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia di mana anak tidak merasa berada di bawah tingkat yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Selain itu, remaja memiliki keunikan-keunikan yang terletak pada masing-masing individunya. Tampak jelas bahwa para remaja dari keluarga yang sama memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam besar badan, intelegensi, minat dan sifat sosial. Para remaja dari kelas sosial yang satu berbeda dengan para remaja dari kelas yang lain dalam sikap dan citacitanya. Singkatnya, beberapa keunikan para remaja terletak dalam individualitasnya bukan pada masa remajanya. Adapun ciri-ciri atau karakteriskik remaja antara lain: 1. Perkembangan seksual 2. Emosi yang meluap-luap 3. Mulai tertarik kepada lawan jenis 4. Kegelisahan 5. Pertentangan 6. Aktifitas kelompok 7. Keinginan mencoba segala sesuatu - Karakteristik Perkembangan Pada Remaja a. Perkembangan fisik Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentang kehidupan individu dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama terjadi pada fase prenatal dan bayi. Bagianbagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal yang paling jelas terlihat pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja akhir proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya. Dalam perkembangan seksualitas remaja ,ditandai dengan dua ciri yaitu sebagai berikut: 1. Ciri-ciri seks primer a.) Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis. Setelah testis mulai tumbuh dan penis menjadi panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut, memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14-15 tahun ) mengalami “mimpi basah”. b.) Pada remaja wanita kematangan organ seksualnya ditandai dengan tumbuhnya rahim ,vagina dan ovarium(indung telur). Ovarium menghasilkan telur dan mengeluarkan hormon-hormon yang dikeluarkan untuk kehamilan ,menstruasi. Pada masa ini sekitar usia 11-15 tahun remaja wanita mengalami menstruasi pertama. 2. Ciri-ciri seks sekunder - Wanita : Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak , bertambah besar buah dada , bertambah besarnya pinggul. Pria :Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi perubahan suara, tumbuh kumis , tumbuh jakun. b. Perkembangan kognitif (intelektual) Pada usia 12-20 tahun proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual remaja,seperti halnya anak usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja tersebut berbakat namun belum bijaksana. c. Perkembangan emosi Pada masa remaja merupakan puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik serta organ-organ seksual yang mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta ,rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada remaja awal perkembangan emosinya menunjukan sifat sensitive dan reaktif terhadap peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental. Sedang remaja akhir sudah bias mengendalikan emosinya. d. Perkembangan Sosial Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik ,baik menyangkut sifat-sifat pribadi minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannya , mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya, baik melalui persahabatan maupun percintaan. Dalam hubungan persahabatan , remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologisnya relative sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap, nilai maupun kepribadian. Pada masa ini juga remaja cenderung mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, hobby dan juga keinginan orang lain. e. Perkembangan Moral Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Keberagaman tingkat moral remaja disebabkan karena faktor penentuannya yang beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah orangtua. f. Perkembangan Kepribadian Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai. Pada masa remaja paling penting bagi pengembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa meliputi remaja: a. Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa. b. Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru. c. Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi diri kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita. d. Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual ,berteman dengan pria maupun wanita. Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Erikson meyakini bahwa perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmen terhadap okupasi masa depan. Dalam mengolaborasi teori Erikson tentang identity remaja , James Marcia dkk. Mengemukan bahwa ada empat alternative bagi remaja dalam menguji diri dan pilihan-pilihannya yaitu sebagai berikut. a. Identity Achievement, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan yang realistik , maka dia harus membuat pilihan dan berprilaku sesuai dengan pilihannya. b. Identity Foreclosure, menerima pilihan orangtua tanpa mempertimbangkan pilihannya. c. Identity Diffusion yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam hidupnya. d. Moratorium, penundaan dalam komitmen remaja terhadap pilihan-pilihan aspek pribadi atau okupasi. Dalam hal ini Erikson menyadari bahwa remaja dalam masyarakat yang kompleks mengalami krisis identitas atau periode moratorium dan kebingungan yang temporer. - Perkembangan Kesadaran Beragama Untuk memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja dapat disimak sebagai berikut: a. Masa remaja awal (sekitar usia 13-16 tahun) Pada masa ini kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat ,akan tetapi kadang sangat berkurang. Hal ini dapat terlihat pada cara beribadah kadang rajin kadang juga malas. Kegoncangan dalam keberagamaan ini muncul karena disebabkan faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti matangnya organ seks yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun disisi lain dilarang oleh agama. Yang lain adalah bersifat psikologis yaitu sikap independen, keinginan untuk bebas , tidak mau terikat oleh norma keluarga. Edang berkaitan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat, yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti beredarnya film-film dan foto-foto porno, miras, ganja atau obatobat terlarang. Apabila kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga maka dapat menjadi pemicu berkembangnya sikap dan perilaku remaja yang kurang baik seperti pergaulan bebas( free sex), minum-minuman keras ,menghisap ganja dan menjadi trouble maker dalam masyarakat. b. Masa remaja akhir (17-21 tahun) Secara psikologis , masa ini merupakan permulaan masa dewasa , emosinya mulai stabil dan pemikirannya kritis. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiata keberagamaan dan dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan tidak. - Fase-Fase Remaja 1. Fase Pueral Pueral, dari kata ”puer” artinya anak besar. Masa pueral merupakan masa akhir dari masa anak sekolah. Puer adalah anak yang tidak suka lagi diperlakukan sebagai anak tetapi ia belum termasuk golongan orang dewasa. Perkembangan jasmani: tidak banyak yang kita ketahui tentang perkembangan jasmani ini karena masa pueral dialami dalam tempo yang singkat. Anak laki-laki merasa badannya bertambah kuat dari keadaannya dimasa masa yang lalu. Pertambahan kekuatan itu diikuti tandatanda lebih berani, senang beramai-ramai, suka mengganggu orang lain, menimbulkan perselisihan dan perkelahian. Sebagian besar sifat-sifat yang tampak pada anak laki-laki itu tidak begitu jelas kelihatan pada anak perempuan. Suatu keistimewaan pada anak-anak perempuan ialah mereka suka tertawa riuh dan gembira sekali. Perkembangan psikis: a. Pueral ingin diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Ia tidak mau selalu diperlakukan sebagai anak-anak. Mereka suka mencetuskan perasaannya, jika dianggap perlu sampai memberontak tetapi belum dapat dikatakan menentang kewibawaan orang tua atau gurunya. Segera setelah kejadian itu biasanya mereka ingin damai kembali. b. Mereka menganggap kekuasaan orang tua sebagai suatu hal yang sudah semestinya, asalkan orang tua bertindak bijaksana. Mereka membutuhkan pimpinan yang jujur, tegas dan tindakannya tidak menyinggung rasa harga dirinya. c. Guru yang baik sikapnya ditaati karena pueral sudah kritis, tidak begitu saja menerima segala sesuatu. Perbuatan yang buruk dipandang buruk karena perbiuatan itu merugikan bagi dirinya sendiri, bukan karena bentuk perbuatan itu memang buruk adanya. Dalam masa pueral perasaan harga diri bertambah kuat, keberanian melewati batas, suka menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan, dan gemar akan pengalaman yang luar biasa. 2. Fase Prapubertas Sebenarnya prapubertas masih termasuk kedalam masa peralihan. Masa ini dialami anak perempuan lebih singkat daripada lamanya dialami anak laki-laki. Kedua jenis berangsur-angsur melepaskan dirinya dari ikatan orang tuanya untuk memungkinkan mereka dapat bertindak dan berpikir lebih bebas. Andaikan mereka tidak dapat melepaskan dirinya dari keterikatan itu dan merasa kemerdekaannya terancam, ada kemungkinan mereka akan berontak atau sekurangkurangnya tidak mau nengikuti peritah, tidak tunduk kepada peraturan. Bila sudah sampai pada menentang orang tua dan lingkungannya, hal ini dapat mempersukar guru dalam melaksanakan tugasnya. Sehubungan dengan sikap seperti diatas itu, Oswald Kroh menyebutkannya ”masa menentang”. Datangnya masa ini disertai dengan gajala-gejala seperti mudah kena pengaruh buruk dari teman-temannya, kegiatannya cenderung merusak keadaan, suka mengganggu ketertiban umum, bertindak sesuka hatinya, sering bertindak tidak sopan, suka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kebiasaan, suka mencela tetapi ia sendiri belum mampu berbuat lebih baik. Masa Negatif: Hetzer dan Bartling telah meneliti tentang masa negatif ini. Dalam masa ini perubahan-perubahan kejiwaan sangat sukar diteliti secara objektif karena perasaannya sangat tertegun dan kelakuannya sangat pasif. Untuk mendapatkan informasi yang jelas hendaknya penelitian dilakukan denagn pengamatan yang sistematis. Diantara sifat-sifat yang nampak pada masa negatif antara lain: a. Kemampuan bekerja menurun. b. Kewajiban dan hobinya sering diabaikan. c. Merasa gelisah dan kurang senang terhadap keadaan lingkungannya. d. Mereka sombong, selain masih memperlihatkan sifat-sifat kelemahannya. Dalam masa negatif mudah terjadi pelanggaran moral, khususnya bagi mereka yang pendidikannya kurang baik dan lingkungannya tidak turut mencegah keadaan yang kurang baik itu. Dalam keadaan seperti inilah mereka membutuhkan bimbingan agar dapat mengerti tentang keadaan dan tingkah lakunya. Charlotte Buhler menggambarkan keadaan pra-puber itu dengan kata-kata: ” saya sangat bermuram hati, tetapi saya tak tahu apa sebabnya.” Masa Merindu puja: dalam masa prapubertas timbul rasa merindu puja. Merindu puja tidak ditujukan kepada manusia saja, juga kepada hal-hal yang abstrak yang sangat dikagumunya seperti keindahan alam, kebaikan, dan kecantikan. Dalam hal ini jelas ada unsur kejasmanian karena reaksi terhadap lingkungan umumnya bersifat psikofisik. Selain itu juga terdapat aspek nafsu, yaitu ingin mencari kepuasan dan kegembiraan, tetapi keinginan itu bukan berasal dari motif kejiwaan. Jika kita gambarkan dengan kata-kata, merindu puja mengalami proses sebagai berikut: a. Seseorang dipuja karena bentuk, sifat-sifat lahir yang dimilikinya, dan sifat-sifat batinnya. b. Pujaan itu berdasarkan nilai kultur yang didukung oleh individu itu sendiri, misalnya seorang pemimpin, seorang tokoh, seorang aktor, dan sebagainya. 3. Fase Pubertas Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minat-minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Hal ini merupakan inti dari seluruh masa remaja. Ciri-ciri fase ini didasarkan atas adanya pertumbuhan alat-alat kelamin, baik yang nampak diluar maupun yang ada di dalam tubuhnya. Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalanpun mengalami perubahan. Anak laki-laki nampak lebih kaku dan kasar, sedanag anak perempuan nampak lebih canggung. Mulai tahu manghias diri, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka berusaha menarik perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya, tetapi malumalu. 4. Fase Adolesen Masa adolesen berada diantara usia 17 dan 20 tahun. Atau mengambil batas-batas permulaannya pada saat-saat remaja mengalami perkembangan jasmani yang sangat menonjol, sedangakan batas-batas akhir pada saat berakhirnya perkembangan jasmani. Menurut Michaelis, pada awal adolesen seseorang mengalami perkembangan jasmani yang pesat karena organ-organ pada tubuh pada waktu itu sedang mampu-mampunya mengatasi gangguan apa saja yang didorong oleh perkembangan kelenjar. Beberapa diantara sifat-sifat adolesen ialah: a. Mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup. b. Jika pada masa pubertas mengalami keguncangan, dalam masa ini jiwanya mulai tampak tenang. c. Sekarang ia mulai menyadari bahwa mengecam itu memang mudah, tetapi ternyata sukar melaksanakannya. d. Ia menunjukkan perhatiannya kepada masalah kehidupan yang sebenarnya.