Uploaded by pdeanonim

tes

advertisement
38
d. Keluarga dengan anggotakeluarga menderita gcnggrranjiwa dan
berscdiamenjadiresponden
E. TempntPenelltlnn
Penelitianakan dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
DaerahDr. Amino GondohutomoSemarangselamabulan Septembersampai
denganJanuari2007
F. Delinlsi Operasional,Variabel Penelitiandan SkalaPengukuran
VariabelPenelitiandan SkalaPengukuran
Tabel.3.1.Definisi Operasional,
Variabel
Definisi
Alat Llkur
Ilesil ukur
Skala
Ukur
Variabel
independen:
Ekspresi
emosi
keluarga
Sikap keluarga baik Kuesioner (10 Tinggin -20
secara verbal maupun item
rendah:
nonverbal yang berisi pernyataan)
komentar kritis, seperti berbentuk skala 0 - 1 0
memarahi, mengkritik, likert
mencela,rnenghinadan Skor 2 : sangat
keterlibatan emosional sering
yang berlebihan,seperti Skor I : sering
terlalu
melindungi, Skor 0 : tidak
mengatur,
atau pernah
membatasi
sehingga Skorteringgi30
meningkatkan Skor terendah0
dapat
resikokekambuhanpada
penderitagangguanjiwa
dan akan menambah
disabilitas
bagi
penderitanya sehingga
akanbebankeluarga.
Nominal
dikhotomi
Tanggal
Nama Ruang
Petugas
KASIR
KOMPREHENSIF
KASIR RJ
Uraian Kegiatan
Jenis
Jenis Part
FIRKAN
SOFTWARE
HARI
Jam
Status
Keterangan
BILLING
SELESAI
Data menumpuk
sdh dihapus
SOFTWARE
BILLING
SELESAI
AWAL
ADI
HARDWARE
JARINGAN
MONITOR
WIFI
PENDING
SELESAI
Jaringan trobel
FIRKAN
SOFTWARE
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Pengembangan
apk android
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cek pagi
AWAL
ADI
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Seting printer
RYAN
HARDWARE
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cpu apt inap
upgrade win7
WINDOWS
SELESAI
Update win 7
15/Jan/2019
ULP
APOTIK
KOMPREHENSIF
APOTIK RI
TIM PDE SOFTWARE
16/Jan/2019
APOTIK RJ
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cek rutin
CM
KOMPREHENSIF
LT.1
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cek pagi
CM
KOMPREHENSIF
LT.2
FIRKAN
JARINGAN
JARINGAN
INTERNET
LAN CARD
PENDING
SELESAI
Wifi ruangan RM
tdk bs
Lan vard freeze
CM RJ
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Pagi
IGD NURSE
AWAL
ADI
HARDWARE
PRINTER
SELESAI
Ganti cartridge
KASIR
KOMPREHENSIF
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Pagi
Bu titik biaya
cetak kartu tidak
SELESAI
masuk karena
pasi
HARI
SOFTWARE
BILLING
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cek pagi
R. BOROBUDUR
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Rapat persiapan
ppid
APOTIK
KOMPREHENSIF
TIM PDE HARDWARE
WINDOWS
SELESAI
PRINTER
SELESAI
KASIR RJ
17/Jan/2019
APOTIK RI
Awal
HARDWARE
Printer tdk bs
share
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HUMAN TRAFICKING,
NARAPIDANA, DAN ANAK JALANAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2
Dosen Pengampu : Zumrotul Choiriyyah, S.Kep., Ns., M.Kes.
Disusun oleh :
Kelompok 6
Ade Ila Wahyu Nur’aini
(010115A003)
Dimas Agil Yosa
(010115A032)
Friska Ayu Christina
(010115A045)
Habibbatuzakiyah
(010115A048)
Hanna Karunia Arum N
(010115A049)
Krisna Wardani
(010115A065)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trafficking atau perdagangan manusia merupakan bentuk modern dari
tindakan perbudakan manusia. Perdagangan orang ‘trafficking’ merupakan
suatu perbuatan pidana yang melanggar Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2007 tentang Tindak pidana perdagangan orang. Dalam hal ini hak-hak
seseorang untuk tetap hidup telah dilanggar. Tindakan ini menyebabkan trauma
serius pada setiap orang yang mengalaminya.
Tindakan perdagangan orang yang sering terjadi menjadi korban adalah
perempuan
dan
anak-anak.
Semakin
bertambah
maraknya
masalah
perdagangan orang di berbagai Negara, termasuk Indonesia dan Negara-Negara
yang sedang berkembang lainnya. Masalah perdagangan manusia ini
merupakan masalah yang mendunia. Hampir setiap negara mangalami masalah
ini, dan tidak terkecuali Indonesia. Bahkan di Amerika, kasus trafficking ini
telah mengantongo korban sekitar 14-17 ribu orang. Dengan demikian,
penanganan secara khusus amat diperlukan dalam pengentasan masalah
trafficking ini.
Narapidana
adalah
Terpidana
yang
menjalani
pidana
hilang
kemerdekaan di LAPAS ( Lembaga Permasyarakat). Narapidana bukan saja
objek melainkan subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang
sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekilafan yang dapat
dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Oleh karenanya, yang harus
diberantas adalah factor, factor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat
hal-hal yang bertentangan dengan hokum, kesusilaan, agama, atau kewajibankewajiban sosial lain yang dapat dikarenakan pidana (Malinda, Anggun
2016:26).
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai
andil dalam memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk
“Correctional setting” . perawat memberikan pelayanan secara menyeluruh.
Warga binaan memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan kesehatan baik
fisik mauapun mental selama masa pembinaan. Namun hal tersebut kurang
mendapatkan perhatian. Kenyataannya banyak narapidana yang mengalami
gangguan psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai berat
(Butler, dkk. 2005). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi
gangguan mental emosional berupa depresi dan cemas pada masyarakat
berumur di atas 15 tahun mencapai 11,6
11,6 persen (Depkes, 2012)
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan
sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan
pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak
bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah”
bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian
terhadap nasibanak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif.
Mereka merupakan kelompok sosial yang sangat rentan dari berbagai
tindakan kekerasan baik fisik, emosi, seksual maupun kekerasan sosial. selain
itu, lingkungan juga sangat mempengaruhi kepribadian dan perilaku sosial
anak jalan. Menurut UUD 1945 “anak terlantar itu dipelihara oleh negara”.
Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan
pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak
terlantar dan anak jalanan pada hakekatnya sama dengan hak asasi manusia
pada umumnya seperti halnya tercantum dalam UU no. 9 tahun 1999 tentang
hak asasi manusia dan Keputusan Presiden RI no. 36 tahun 1990 tetang
“konvensi tentang hak-hak anak”.
anak”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, faktor penyebab , klasifikasi, masalah kesehatan,
serta penatalaksanaan pada human trafficing?
2. Bagaimana pengertian, faktor penyebab , klasifikasi, masalah kesehatan,
serta penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana?
3. Bagaimana pengertian, faktor penyebab , klasifikasi, masalah kesehatan,
serta penatalaksanaan anak jalanan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pergertian, faktor penyebab, klasifikassi, serta
penatalaksanaan pada human trafficing.
2. Untuk mengetahui pengertian, faktor penyebab, klasifikassi, serta
penatalaksanaan pada narapidana
3. Untuk mengetahui pergertian, faktor penyebab, klasifikassi, serta
penatalaksanaan pada anak jalanan
BAB II
PEMBAHASAN
I.
HUMAN TRAFFICING
A. Definisi
Trafficking merupakan suatu bentuk kejahatan kemanusiaan
yang sangat kompleks dan mengerikan. Trafficking tidak lagi
sekedar praktik perbudakan manusia oleh manusia sebagaimana
telah terjadi pada masa lalu, melainkan prosesnya dilakukan
dengan kekerasan fisik, mental, seksual, penindasan, sosial, dan
ekonomi, dengan modus yang sangat beragam, mulai dengan cara
yang halus seperti bujukan dan penipuan sampai dengan cara yang
kasar seperti paksaan dan perampasan (Wyatt, 2009).
Sedangkan menurut UN Trafficking Protocol (Protokol PBB),
definisi mengenai perdagangan orang mengalami perkembangan
sampai ditetapkannya Protocol to Prevent, Suppress and Punish
Trafficking
in
Person
Especially
Women
and
Children
Suplementing the United Nation Convention Against Transnational
Organized
Crime
tahun
perdagangan
orang
transportasi,
pemindahan,
2000.
(human
Dalam
trafficking)
penyembunyian
protokol
tersebut,
adalah
rekruitmen,
atau
penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau
bentuk-bentuk tekanan
te kanan lain, penculikan, pemalsuan, penipuan atau
at au
pencurangan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
ataupun penerimaan / pemberian bayaran, atau manfaat sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas
orang tersebut untuk dieksploitasi, yang secara minimal termasuk
eksploitasi lewat prostitusi atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual
lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktekpraktek yang menyerupainya, adopsi ilegal atau pengambilan
organ-organ tubuh.
Trafficking lebih banyak terjadi pada perempuan. Amiruddin
(2009), mengatakan bahwa trafficking terhadap perempuan adalah
sebagai pergerakan dan penyelundupan orang secara sembunyisembunyi untuk direkrut dan dibawa baik antar da erah maupun luar
negeri, dengan tujuan untuk memaksa perempuan masuk ke dalam
situasi eksploitasi demi perekrut, penyelundup dan sindikat
kriminal. Keuntungan.
A. Unsur-unsur Trafficking
Unsur-unsur dari perdagangan orang (Harkrisnowo, 2003), adalah :
1. Perbuatan
:
Merekrut,
mengangkut,
memindahkan,
menyembunyikan atau menerima.
2. Sarana (cara) untuk mengendalikan korban : Ancaman,
penggunaan paksaan, berbagai bentuk kekerasan, penculikan,
penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan atau pemberian / penerimaan pembayaran atau
keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas korban.
3. Tujuan : eksploitasi, setidaknya untuk prostitusi atau bentuk
eksploitasi
seksual
lainnya,
kerja
paksa,
perbudakan,
penghambaan, pengambilan organ tubuh.
B. Jenis-jenis Trafficking
Sarana umum perdagangan perempuan di Indonesia dilakukan
dengan modus operandi mengelabui korban dengan alasan akan
dipekerjakan di suatu perusahaan sebagai tenaga kerja seperti
pelayan toko, pembantu rumah tangga, dan sebaginya. Akan tetapi,
setiba pada tujuan, korban dipaksa bekerja ditempat hiburan dan
dijadikan
pelacur
dengan
alasan
perjalanan (Harkrisnowo, 2003).
untuk
membayar
ongkos
Bentuk-bentuk lain dari perdagangan perempuan adalah :
1. Perkawinan transinternasional
Perkawinan yang diatur antara perempuan Indonesia dengan
laki-laki dari negara lain. Perempuan yang dikawinkan
seringkali menjadi objek eksploitasi dan kekerasan suami
ataupun para keluarganya. Ekonomi yang sulit merupakan
penyebab utama mudahnya perempuan dibujuk oleh para
pelaku. Dari perkawinan yang dikomersialkan keluarga
memperoleh keuntungan dalan bentuk mas kawin, sedangkan
perempuan itu sendiri mempunyai harapan akan mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Pada umumnya, selain memenuhi
kebutuhan seksual suami, mereka harus bekerja keras di ladang
milik keluarga suami, dengan kata lain menjadi pekerja yang
tidak memperoleh bayaran sama sekali.
2. Eksploitasi seks Phedophilia
Kegiatan perdagangan bentuk ini seringkali melibatkan orangorang asing dan jaringan internasional. Anak yang menjadi
korban pada umumnya berumur antara 12 – 20 tahun. Pada
umumnya, mereka tergiur janji dan harapan indah diluar negeri
dan bekerja di sana atau dijadikan pacar atau istri pelaku.
3. Pembantu rumah tangga dalam kondisi buruk
Secara umum keberadaan pembantu rumah tangga kurang
mendapat perhatian sehingga tidak mendapat perlindungan
baik secara hukum maupun sosial secara layak. Akibatnya
mereka rentan menghadapi berbagai bentuk kekerasan fisik,
psikis, seksual dan ekonomis.
4. Penari erotis
Salah satu pengguna dari kegiatan perdagangan perempuan
adalah pengusaha hiburan yang memerlukan gadis-gadis
penghibur untuk menyemarakkan bisnisnya seperti dengan
menampilkan penari erotis, dimana mereka harus menari
dengan gerakan yang dapat menimbulkan rangsangan seksual.
C. Ruang lingkup Trafficking
1. Perdagangan perempuan adalah setiap tindakan mengerahkan,
mengajak, mengangkut, memindahkan dari satu tempat ke
tempat lain, menyerahterimakan perempuan kepada orang lain
atau kelompok orang atau agen untuk melakukan pekerjaan
yang melanggar HAM sehingga memberikan keuntungan
kepada orang atau kelompok orang tersebut atau agen.
2. Calo / Broker Agen / Perantara / Sponsor adalah orang atau
badan yang banyak di masyarakat yang mengatur perekrutan,
penempatan,
administrasi
persyaratan
berupa
dokumen-
dokumen perjalanan yang diperlukan bagi korban perempuan.
3. Korban adalah seorang atau kelompok perempuan yang karena
ketidakberdayaannya terjerumus ke dalam pekerjaan yang
merendahkan harkat dan martabat perempuan serta tidak dapat
keluar dari situasi atau pekerjaan tersebut walaupun yang
bersangkutan menginginkannya.
menginginkannya.
4. Trafficker adalah orang atau sekelompok orang yang dengan
sengaja menjerumuskan seseorang atau sekelompok perempuan
ke dalam suatu pekerjaan yang diketahuinya diduga bahwa
pekerjaan
yang ditawarkan
itu
tidak layak
atau
yang
merendahkan harkat dan martabat perempuan. Pelaku dari
kejahatan trafficking terhadap perempuan adalah :
a. Keluarga
Orangtua dan sanak saudara jika mereka secara sadar
menjual anak atau saudaranya baik langsung atau melalui
calo kepada majikan di sektor industri seks atau jika mereka
menerima pembayaran di muka untuk penghasilan yang
akan diterima oleh anak mereka nantinya. Demikian juga
jika orangtua menawarkan layanan dari anak mereka guna
melunasi hutang.
b. Broker, agen, calo
Dikatakan pelaku bila dalam perekrutan menggunakan
menggunakan
kebohongan,
penipuan,
pemaksaan,
pemalsuan dokumen.
c. Pegawai pemerintah atau swasta
Menjadi pelaku bila terlibat dalam pemalsuan dokumen,
membiarkan terjadinya pelanggaran dan memfasilitasi
terjadinya penyebrangan melintasi perbatasan secara ilegal.
d. Majikan bila menempatkannya dalam kondisi eksploitasi
seperti tidak membayar gaji, menyekap pekerja, melakukan
kekerasan fisik atau seksual, memaksa terus bekerja.
e. Pemilik atau pengelola rumah bordil. Dikatakan pelaku bila
memaksa perempuan bekerja diluar kemauannya, menyekap
dan membatasi gerakannya, menjerat dalam libatan hutang,
dan tidak membayr gajinya.
f. Suami. Jika ia menikahi perempuan tetapi kemudian
mengirim isterinya ke tempat baru untuk mengeksploitasi
demi keuntungan ekonomi, menempatkannya dalam situasi
budak atau memaksa melakukan prostitusi.
g. Calo pernikahan. Jika pernikahan dibawah pengaturannya
telah membuat pihak isteri terjerumus dalam kondisi serupa
perbudakan dan eksploitasi.
h. Perusahaan perekrut tenaga kerja dengan jaringan agen atau
calo-calonya di daerah. Menjadi pelaku jika mereka
memfasilitasi pemalsuan dokumen secara ilegal serta
menyekap calon pekerja di penampungan dan menempatkan
pekerja dalam pekerjaan yang berbeda.
D. Faktor-faktor
Faktor-faktor penyebab Trafficking
Faktor utama maraknya trafficking adalah kemiskinan. Saat ini 37
juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan.
Sejumlah 83% keluarga perkotaan dan 99% keluarga pedesaan
membelanjakan kurang dari Rp 5.000,-/hari (Rahmalia, 2010).
Faktor lain adalah menurut Mashud (2006):
1. Pendidikan, 15% wanita dewasa buta huruf dan separuh dari
anak remaja tidak masuk sekolah memberikan peluang untuk
menjadi korban trafficking.
2. Kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak banyak
diketahui hubungan antara kekerasan dalam rumah tangga dan
kekerasan seksual. Tetapi, sekitar separuh, dari anak-anak yang
dilacurkan pernah mendapatkan kekerasan seksual sebelumnya.
3. Perkawinan usia muda, 30% menikah sebelum usia 16 tahun.
Perkawinan usia ini beresiko tinggi perceraian.
4. Kondisi sosial budaya keluarga dan masyarakat Indonesia
sebagian besar yang patriarkhis.
5. Eksploitasi seksual perempuan merupakan hal yang sulit
apabila sudah terperangkap akan sulit untuk keluar.
E. Dampak psikososial pada korban Trafficking
1. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
PTSD merupakan suatu pengalaman individu yang
mengalami peristiwa traumatik yang menyebabkan gangguan
pada integritas diri individu dan sehingga individu mengalami
ketakutan, ketidakberdayaan dan trauma tersendiri (Townsend
M.C., 2009).
Individu dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
sering
menyebabkan
berlebihan,
deperti
peningkatan
insomnia,
keadaan
waspada
siaga
berlebihan
yang
dan
iritabilitas terhadap lingkungan yang berbahaya. Peningkatan
ansietas dapat menyebabkan perilaku agresif atau perilaku
menciderai (Fontaine, 2009).
Berdasarkan penelitian Rose (2002) ada 3 tipe gejala yang
sering terjadi pada PTSD, yaitu :
a) Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan
selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah
dialami itu, flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang
menyedihkan terulang kembali), nightmares (mimpi buruk
tentang kejadian-kejadian yang membuatnya sedih), reaksi
emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh
kenangan akan peristiwa yang menyedihkan.
b) Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan
dengan menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan,
atau percakapan yang berhubungan dengan trauma. Selain
itu juga kehilangan minat terhadap semua hal, perasaan
terasing dari orang lain, dan emosi yang dangkal.
c) Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan susah
tidur, mudah marah / tidak dapat mengendalikan marah,
susah konsentrasi, kewaspadaan yang berlebih, respon yang
berlebihan atas segala sesuatu.
2. Kecemasan
Kecemasan
adalah
kebingungan,
kekhawatiran
pada
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya
(Videbeck, 2008). Satu studi melaporkan bahwa orang yang
selamat dari trafficker mengalami kecemasan dengan gejala
kegugupan (95%), panik (61%), merasa tertekan (95%) dan
keputusasaan tentang masa depan (76%) (Bradley, 2005).
3. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan
perilaku seseorang yang tidak akan berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil, suatu keadaan dimana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan
yang baru dirasakan.
Secara kognitif korban umumnya kurang konsentrasi,
ambivalensi, kebingungan, fokus menyempit / preokupasi,
misinterpretasi, bloking, berkurangnya kreatifitas, pandangan
suram, pesimis, sulit untuk membuat keputusan, mimpi buruk,
produktivitas menurun, pelupa. Afek korban terkadang
terka dang tampak
sedih, bingung, gelisah, apatis / pasif, kesepian, rasa tidak
berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan
gagal. Korban sering semakin sering mengeluh kelemahan,
pusing, kelelahan, keletihan, sakit kepala, perubahan siklus
haid. Keluarga mungkin melaporkan perubahantingkat aktivitas
pada korban, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat
tergantung, mudah menangis. Kecenderungan untuk isolasi,
partisipasi sosial berkurang pada tingkat lanjut mungkin akan
tampak pada korban (Rahmalia, 2010)
II.
NARAPIDANA
A. Definisi
Narapidana
kurungan
adalah orang-orang sedang menjalani sanksi
atau
sanksi
lainnya,
menurut
perundang-
undangan.Pengertian narapidana menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani
hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995
tentang
Permasyarakatan,
menjalani
pidana
narapidana
hilang
adalah
kemerdekaan
terpidana
di
yang
Lembaga
Permasyarakatan.
B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi
narapidana adalah:
1) Faktor ekonomi
 Sistem Ekonomi
Sistem
ekonomi
baru
dengan
produksi
besar-besaran,
persaingan bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan
periklanan,
cara
penjualan
modern
dan
lain-lain,
yaitu
menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus
mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan
penipuan-penipuan.
 Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan
gangguan ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi
merupakan indeks keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari
itu perubahan-perubahan harga pasar (market fluctuations) harus
diperhatikan.
 Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak,
mempengaruhi terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktuwaktu krisis,
krisis, pengangguran
pengangguran dianggap
dianggap paling penting. Bekerja
terlalu muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala
yang tetap, pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan dari
satu tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak
mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah faktor yang
paling penting.
2) Faktor Mental
 Agama
Kepercayaan
hanya
dapat
berlaku
sebagai
suatu
anti
krimogemis bila dihubungkan dengan pengertian dan perasaan
moral yang telah meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya
faktor-faktor negatif , memang merupakan fakta bahwa normanorma etis yang secara teratur diajarkan oleh bimbingan agama
dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang
sungguh, membangunkan secara khusus dorongan-dorongan
yang
kuat
untuk
melawan
kecenderungan-kecenderungan
kriminal.
 Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan
faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari
abad ke-18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis
dan pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya ceritacerita detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh
dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih
langsung dari bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan
tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu cara teknis
tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harianharian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya
juga dapat berasal dari koran-koran. Di samping bacaan-bacaan
tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan
pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhirakhir ini.
3) Faktor Pribadi
 Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik
secara yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu
berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa,
tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan pengertianpengertian netral bagi kriminologi. Artinya hanya dalam
kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru
memperoleh arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk
berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah dan
memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan
sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti
sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada
garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan
manusia.
 Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas,
seperti pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan
kekerasan, pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan
pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat,
masih juga merupakan tanda tanya, sampai berapa jauh
pengaruhnya.
 Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,
seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap
hukum, melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah
perang, ada krisis-krisis,
krisi s-krisis, perpindahan rakyat ke lain
lai n lingkungan,
terjadi inflasi dan revolusi ekonomi. Di samping kemungkinan
orang jadi kasar karena perang, kepemilikan senjata api
menambah
bahaya
akan
terjadinya
perbuatan-perbuatan
kriminal.
C. Masalah kesehatan pada Narapidana
a) Kesehatan mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000
tahanan dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa.
Penyakit jiwa yang sering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar
affective disorder dan personality disorder. Karena banyak yang
mengalami ganguan kesehatan jiwa maka pemerintah harus
menyediakan pelayanan kesehatan mental.
b) Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis
da penyakit menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.
 HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6
kali lebih tinggi daripada populasi umum. Tingginya angka
infeksi HIV ini berkaian dengan perilaku yang beresiko
tinggi seperti penggunaan obat-obaan, sexual intercourse
yang tidak aman dan pemakaian tato. Pendekatan yang
dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu dengan
dilakukannya penegaan dan program pendidikan kesehatan
mengenai HIV dan AIDS.
 Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada
populasi umum walaupun data yang ada belum lengkap.
Hal ini berkaitan denga penggunaan obat-obat lewat
suntikan, tato, imigran dari daerah dengan insiden hepatitis
B dan C tinggi. National Commision on Correctional Healt
Care (NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada
semua tahanan dan jika diindikasikan maka harus segera
diberikan pengobatan. NCCHC juga merekomendasikan
pendidikan bagi semua staf dan tahanan mengenai cara
penyebaran,
pencegahan,
pengobatan
dan
kemajuan
penyakit.
 Tuberculosis
Angka TB tiga kali lebih besar di LP dabanding populasi
umum. Hal ini terkait dengan kepadatan penjara dan
ventilasi yang buruk, yang mempengaruhi penyebaran
penyakit. Pada tahun 196, lembaga yang menangani
tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan
pengontrolan TB di
di lembaga pemasyarakatan yaitu
a. Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan
b. Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan
pengobatan yang sesuai
c. Monitoring dan evaluasi skrining
Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah
kesehatan pada lembaga pemasyarakatan, yaitu :
1. Wanita
Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih
komplek misalnya tahanan wanita yang dalam keadaan
hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain
(terpisah dari anak), korban penganiaaan dan kekerasan
social, penyalahgunaan obat terlarang. Tetapi pelayanan
kesehatan yang selama ini diberikan belum cukup
maksimal untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti
pemeriksaan ginekologi untuk wanita hamil dan korban
kekerasan
seksual.
NCCHC
menawarkan
ketentuan-
ketentuan berikut untuk pemenuhan pelayanan kesehatan :
a. LP
memberikan
pelayanan
lengkap
secara
rutin
termasuk pemeriksaan ginekologi secara koprehensif.
b. Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan
reproduksi, korban dari penipuan, konseling berkaitan
dengan peran sebagai orang tua dan pemakaian obatobatan dan alcohol.
2. Remaja
Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak
kriminal membuat mereka harus ikut dihukum dan
ditahan seperti orang dewasa. Hal ini akan menghalagi
pemenuhan
kebutuan
untuk
berkembang
seperti
perkembangan fisik,
f isik, emosi dan nutrisi yang dibutuhkan.
Para remaja ini akan mempunyai masalah-masalah
kesehatan seperti kekerasan seksual, penyerangan oleh
tahanan lain atau tindakan bunuh diri. Disini perawat
harus memantau tingkat perkembangan dan pengalaman
mereka dan perlu waspada bahwa pada usia ini paling
rentan terkena masalah kesehatan.
3. Penatalaksanaan Terapi
i.
Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat
dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan
yang
mengadakan
kurang
baik.
Dianjurkan
permainan
atau
latihan
(Maramis,2005,hal.231).
ii.
Keperawatan
untuk
bersama.
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
kelompok
stimulasi
realita
dan
terapi
aktivitas
kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13).
Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang
paling
relevan
dilakukan
pada
individu
dengan
gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi.Terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan
persepsi
atau
alternatif
penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005)
iii.
Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan
seni
pengarahan
partisipasi
seseorang
untuk
melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.
Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang
masih
ada
pada
seseorang,
pemeliharaan
dan
peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang
agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang
lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
 Terapi kerja pada narapidana laki laki
1. Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatangbinatang
dianggap
dapat
membantu
narapidana
untuk
mendapatkan terapi secara psikologis dan menjadi lebih terlatih
secara emosional. Binatang yang dilatih tidak hanya binatang
peliharaan, namun juga binatang yang ditinggalkan atau
dibuang oleh pemiliknya. Diharapkan nantinya binatangbinatang ini juga dapat berguna di masyarakat, sama seperti
narapidana yang mendapatkan pelatihan untuk dapat diterima
dan bekerja dengan masyarakat lainnya.
2. Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng,
banyak pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara
khusus, mulai dari membuat menu hingga menyusun anggaran.
Beberapa penjara juga bekerja sama dengan restoran lokal
untuk memberi pelatihan ini. Selain itu, dengan pekerja di
dapur, mereka tidak perlu banyak berinteraksi dengan
masyarakat yang mungkin memandang negatif.
3. Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk
berkonsultasi pada mantan penjahat, namun di penjara,
narapidana diberikan pengetahuan mengenai rehabilitasi dan
terapi konseling. Hal ini dikarenakan narapidana memiliki
pengalaman yang membuat mereka lebih mengerti mengenai
tindak kejahatan.
Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat
memberikan konseling dengan lebih baik kepada orang-orang
yang bermasalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka serta
pelatihan yang mereka terima.
 Terapi kerja pada anak
1. Keterampilan
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai
bekal baginya setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada
mereka di berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini
dapat dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan sedangkan
tempat penentuan kerja dan jenis pekerjaan yang akan diberikan
kepada
narapidana
ditetapkan
oleh
Tim
Pengamat
Pemasyarakatan. Latihan kerja ini berupa latihan kerja di bidang
pertanian,
Perkebunan,
Pengelasan,
Penjahitan
dan
lain
sebagainya.
 Terapi kerja pada narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di
Lapas IIB Sleman dilaksanakan melalui pembinaan soft kill dan
hard skill dengan pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft
skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan intelektual, pembinaan
kerohanian dan pembinaan rekreatif. Pembinaan hard skill yang
dilaksanakan yaitu pembinaan keterampilan dan kemandirian
melalui bimbingan kerja.Ketrampilan khusus yang di latihkan pada
naraidana
perempuan
berupa
ketrampilan
hidup
seperti
pertukangan ka yu, kerajinan
keraji nan sapu, las listrik, batik tulis, kerajinan
sangkar burung,perkebunan, dan pembuatan souvenir.
III.
ANAK JALANAN
Pengertian anak jalanan telah dikemukakan oleh para ahli.
Salah satunya oleh Utoyo (dalam Munawir Yusuf dan Gunarhadi,
2003: 7) menyebutkan bahwa anak jalanan adalah “anak yang
waktunya sebagian besar dihabiskan di jalan, mencari uang dan
berkeliaran di jalan dan di tempat-tempat umum lainnya yang
usianya 7 sampai 15 tahun”. Pendapat serupa juga diungkapkan
oleh Soedijar (dalam Dwi Hastutik, 2005: 15) bahwa
b ahwa “anak jalanan
adalah anak-anak berusia 7-15 tahun, bekerja di jalanan dan tempat
umum lainnya yang dapat membahayakan keselamatan dirinya”
Menurut Departemen Sosial RI (2005: 5) ,Anak jalanan
adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
melakukan kegiatan hidup sehari - hari di jalanan, baik untuk
mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat tempat umum
lainnya. Anak jalanan mempunyai cirri - ciri, berusia antara 5
sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di
jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak
terurus, mobilitasnya tinggi.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan anak jalanan adalah
anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar
waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan.
Selain itu juga ada yang masih bersekolah dan ada yang tidak
bersekolah serta ada yang masih berhubungan dengan keluarga dan
ada yang sudah lepas dari keluarga.
A. Faktor penyebab anak jalanan
a. Faktor penyebab anak jalanan
1. Faktor internal
Faktor internal yang menyebabkan terjadinya anak jalanan
diantaranya adalah:

Sifat malas dan tidak mau bekerja

Adanya cacat-cacat yang bersifat biologis- psikologis.
Cacat keturunan yang bersifat biologis yaitu kurang
berfungsinya organ tubuh untuk memproduksi atau
organ
genital
yang
menimpa
seseorang.
Cacat
psikologis adalah kurang berfungsinya mental dan
tingkah
laku
seseorang
untuk
bersosialisasi
di
masyarakat

Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobbi yang sehat
Seseorang anak yang tidak memiliki hobbi yang sehat
atau kegemaran yang positif untuk mengisi waktu
luangnya maka dengan mudah untuk melakukan
tindakan negatif.

Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan
lingkungan yang baik dan kreatif Ketidakmampuan
penyesuaian diri atau adaptasi terhadap perubahan
lingkungan
yang
baik
dan
kreatif
menimbulkan
tindakan amoral atau tindakan yang mengarah pada
perubahan yang negatif.

Impian Kebebasan Berbagai masalah yang dihadapi
anak
didalam
keluarga
dapat
menimbulkan
pemberotakan didalam dirinya dan berusaha mencari
jalan keluar. Seorang anak merasa bosan dan tersiksa
dirumah karena setiap hari menyaksikan kedua orang
tuanya bertengkar dan tidak memperhatikan mereka,
pada akhirnya dia memilih kejalanan karena ia merasa
memiliki kebebasan dan memiliki banyak kawan yang
bisa menampung keluh kesahnya.
kesahnya.

Ingin memiliki uang sendiri Berbeda dengan faktor
dorongan dari orang tua, uang yang didapatkan anak
biasanya digunakan untuk keperluan sendiri. Meskipun
anak memberikan sebagian uangnya kepada orang tua
mereka, ini lebih bersifat suka rela dan tidak memiliki
dampak buruk terhadap anak apabila tidak memberi
sebagian uangnya ke orang tua atau keluarganya
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya anak
jalanan diantaranya adalah:

Dorongan Keluarga Keluarga dalam hal ini biasanya
adalah ibu atau kakak mereka, adalah pihak yang turut
andil mendorong anak pergi kejalanan. Biasanya
dorongan dari keluarga dengan cara mengajak anak
pergi kejalanan untuk membantu pekerjaan orang
tuanya (biasanya membantu mengemis) dan menyuruh
anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan dijalanan yang
menghasilkan uang.

Pengaruh Teman Pengaruh teman menjadi salah satu
faktor
yang
menyebabkan
anak
pergi
kejalanan.
Pengaruh teman menunjukan dampak besar anak pergi
kejalanan, terlebih bila dorongan pergi kejalanan
mendapatkan dukungan dari orang tua atau keluar ga.

Kekerasan dalam keluarga
Tindak kekerasan
kekerasan yang
dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anak menjadi
salah satu faktor yang mendorong anak lari dari rumah
dan pergi ke jalanan.
B. Kasifikasi anak jalanan
1. Klasifikasi anak jalanan
Anak jalanan yang turun yang ke jalan mempunyai latar
belakang yang berbeda beda dari anak yang satu
s atu dengan yang
lainnya. Sehingga anak jalanan yang ada di jalan tersebut tidak
bisa disamakan begitu saja. Akan tetapi yang jelas kehidupan
mereka akan berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan
anak biasa yang tidak menjadi anak jalanan. Oleh karena itu
anak jalanan tersebut dapat dibedakan ke dalam beberapa
kategori.
Menurut Tjoemi S. Soemiarti (2004: 197), anak jalanan
merupakan bagian kehidupan anak yang memiliki ciri-ciri
khusus dan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
:

Kelompok high risk to be street children yaitu anak jalan
yang masih tinggal dengan orang tua, beberapa jam di
jalanan kemudian kembali ke rumah.

Kelompok children on the street yaitu mereka melakukan
aktivitas ekonomi di jalanan dari pagi hingga sore hari.
Dorongan ke jalan disebabkan oleh keharusan membantu
orang tua atau untuk pemenuhan kebutuhan sendiri.

Kelompok children of the street yaitu mereka telah terputus
dengan keluarga bahkan tidak lagi mengetahui keberadaan
keluarganya.
Hidup
di
jalanan
selama
24
jam,
menggunakan fasilitas mobilitas yang ada di jalanan secara
gratis.
Pengelompokan anak jalanan di atas menitikberatkan
pada hubungan anak jalanan dengan keluarganya, dapat
dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu anak yang masih
tinggal dengan orang tua, anak jalanan yang menjadi urban ke
kota dan jarang pulang dan anak jalanan yang sudah terputus
dengan keluarganya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Tata Sudrajat (1996: 154),
pada umumnya ada tiga tingkat yang menyebabkan munculnya
fenomena anak jalanan, yakni :

Tingkat mikro (immediate
(immediate causes)
causes) yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan
dengan situasi anak dalam keluarga.

Tingkat miso (underlying
(underlying causes)
causes) yaitu faktor-faktor yang ada
di masyarakat tempat anak dan keluarga berada.

Tingkat makro (basic
(basic causes)
causes) yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan struktur makro dari masyarakat seperti
ekonomi, politik dan kebudayaan.
Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
anak jalanan dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu anak
jalanan yang seluruh waktu dan hidupnya berada di jalanan, anak
jalanan yang tempat tinggalnya di kota dan masih ada hubungan
dengan keluarga, dan anak jalanan yang menjadi urban di kota
yang ada hubungan dengan keluarga.
C. Permasalahan anak jalanan
Secara mental anak-anak jalanan tidak punya harapan hidup
masa depan, bagi mereka bisa bertahan hidup saja sudah cukup.
Kehidupan mereka harus berhadapan dengan realita di jalan yang
penuh dengan resiko dan tantangan. Anak jalanan sering dicap
sebagai anak nakal, biang kerusuhan, biang onar dan pernyataanpernyataan miring lainnya. Perkataan-perkataan itu tentunya akan
membawa dampak psikis bagi anak. Selain masalah pribadi seharihari di jalanan, perkawanan dan pekerjaan, anak jalanan secara
langsung menerima pengaruh lingkungan dari keluarga maupun
jalanan tempat ia berada. Adapun resiko yang dihadapi anak
jalanan antara lain :


Korban eksploitasi seks ataupun ekonomi.
Penyiksaan fisik.

Kecelakaan lalu lintas

Ditangkap polisi

Korban kejahatan dan penggunaan obat


Konflik dengan anak-anak lain.
Terlibat dalam tindakan pelanggaran hukum baik sengaja
maupun tidak sengaja
D. Pencegahan anak jalanan

Peningkatan kesadaran masyarakat
Penanggulangan
membuat
program
dapat
dilakukan
peningkatan
yaitu
kesadaran
dengan
masyarakat.
Aktivitas program ini untuk menggugah masyarakat agar mulai
tergerak dan peduli terhadap masalah anak jalanan. Kegiatan
ini dapat berupa penerbitan bulletin, poster, buku-buku, iklan
layanan masyarakat di TV, program pekerja anak di radio dan
sebagainya.Program penanggulangan diatas diharapkan bisa
memberikan kesadaran penuh kepada anak-anak jalanan bahwa
manusia dapat memperbaiki kondisi kehidupan sosialnya
dengan jalan mengorganisir tindakan kolektif dan tindakan
kolektif tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.

Penggalakan lembaga-lembaga penampung anak
Pemerintah
juga
perlu
mendirikan
lembaga-lembaga
penampung seperti halnya LSM maupun instansi lainnya.
Lembaga tersebut ddapat dijadikan sebagai wadah bagi anak
jalanan untuk mengasah keterampilan dan mengembangkannya
menjadi sesuatu yang lebih produktif dan ekonomis.

Pemberian fasilitas pendidikan yang layak
Pemerintah harus mampu memfasilitasi pendidikan dan
keterampilan yang layak bagi anak jalanan agar mereka tidak
kembali lagi ke jalan. Karena mereka adalah asset bangsa yang
tak ternilai harganya juga penerus-penerus bangsa. Mereka
yang seharusnya duduk dibangku sekolah karna himpitan
ekonomi mereka harus turun kejalanan untuk menyambung
hidup mereka padahal sebagai anak bangsa mereka berhak
mendapatkan pendidikan yang layak dari pemerintah. Jika
UUD
pendidikan
yang
menyatakan
bahwa
anggaran
pendidikan harus di alokasikan sebesar 20% dari APBN dapat
d apat
terimplementasi maka negara akan mampu untuk menyediakan
pendidikan gratis, sehingga dalam jangka panjang tingkat
pertumbuhan anak jalanan dapat diminimalisir.

Pencegahan Urbanisasi
Urbanisasi tentu sangat mempengaruhi jumlah pertumbuhan
anak jalanan dan pemerintah harus menekan tingkat urbanisasi.
E. Penanganan Anak jalanan, narapidana
a. Penanganan anak jalanan
Masalah anak jalanan merupakan masalah serius yang perlu
mendapatkan penanganan oleh semua pihak. Olehnya itu, kita
perlu bersama-sama memahami akar permasalahan anak jalanan
kemudian sampai kepada solusi real yang perlu dilakukan ke
depan. Adapun solusi yang dapat dilakukan adalah :
Secara teoritis, fokus utama pembangunan kesejahteraan
sosial adalah pada perlindungan sosial (social protection). Oleh
karena itu, model pertolongan terhadap anak jalanan bukan sekadar
menghapus
anak-anak
dari
jalanan.
Melainkan
harus
bisa
meningkatkan kualitas hidup mereka atau sekurang-kurangnya
melindungi mereka dari situasi-situasi yang eksploitatif dan
membahayakan.
Mengacu pada prinsip-prinsip profesi pekerjaan sosial,
maka kebijakan dan program perlindungan sosial mencakup
bantuan sosial, asuransi kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial dan
pemberdayaan sosial yang dikembangkan berdasarkan right-based
initiatives; yakni memperhatikan secara sungguh-sungguh hak-hak
dasar anak sesuai dengan aspirasi terbaik mereka (the best interest
of the children) (Suharto, 2006; 2007). Strategi intervensi
pekerjaan sosial tidak bersifat parsial, melainkan holistik dan
berkelanjutan.
Dalam garis besar, alternatif model penanganan anak
jalanan mengarah kepada 4 jenis model, yaitu:
yaitu:
1. Street-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di “jalan”
dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi. Tujuannya
agar
dapat
menjangkau
dan
melayani
anak
di
lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan.
2. Family-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang difokuskan pada
pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga
sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi
anak jalanan atau menarik anak jalanan kembali ke
keluarganya.
3. Institutional-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di
lembaga (panti), baik secara sementara (menyiapkan
reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen
(terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orang
tua atau kerabat). Pendekatan ini juga mencakup tempat
berlindung sementara (drop in), “Rumah Singgah”
Sin ggah” atau
at au
“open house” yang menyediakan fasilitas “panti dan
asrama adaptasi” bagi anak jalanan.
4. Community-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah
komunitas. Melibatkan program-program community
development untuk memberdayakan masyarakat atau
penguatan
kapasitas
masyarakat
dengan
lembaga-lembaga
menjalin
sosial
networking
di
melalui
berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun
lembaga
sosial
masyarakat.
Community-Centered
Intervention Sebagai Model Penanganan Problema
Anak Jalanan di Kota Makassar.
Di atas telah disebutkan bahwa model penanganan
Community-Centered Intervention lebih memusatkan
kepada lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial
masyarakat
baik
melelui
kerjasama
ataupun
pemberdayaan. Dalam hal ini, penulis menawarkan
solusi
agar
kota
Makassar
yang
menjadi
fokus
penanganan anak jalanan mampu menggunakan model
ini dengan efektif. Dengan menggunakan model ini,
diharapkan pemerintah ataupun lembaga sosial terkait
mampu
menjalin
kerja
sama
yang
mengurangi permasalahan anak jalanan ini.
baik
demi
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Trafficking
adalah
perdagangan
manusia,
lebih
khususnya
perdangan perempuan dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku
perdagangan manusia ‘trafficker’ dengan cara mengendalikan korban
dalam bentuk paksaan, penggunaan kekerasan, penculikan, tipu daya,
penipuan ataupun penyalahgunaan
penyalahgunaan kekuasaan atau kedudukan.
Jenis-jenis trafficking ini meliputi perkawinan transinternasional,
eksploitasi seksual phedopilia, pembantu rumah tangga dalam kondisi
buruk, dan penari erotis. Faktor penyebab utama terjadinya tindakan
trafficking ini adalah karena kemiskinan dan beberapa diantaranya adalah,
karena tingkat pendidikan yang rendah, penganiyaan terhadap perempuan,
perkawinan usia muda, dan kondisi sosial budaya masyarakat yang
patriarkhis. Dampak yang bisa ditimbulkan dari trafficking ini adalah
kecemasan, stress, dan ketidakberdayaan.
Narapidana adalah orang-orang sedang
sed ang menjalani
menjala ni sanksi kurungan
atau sanksi lainnya, Faktor-faktor yang dapat menyebakan seseorang
tersebut menjadi narapidana adalah faktor ekonomi, mental, dan pribadi.
Sebagai perawat terapi yang dapat diberikan untuk gangguan jiwa pada
narapidana yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi,
terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi .
Anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan
sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di
jalanan. Selain itu juga ada yang masih bersekolah dan ada yang tidak
bersekolah serta ada yang masih berhubungan dengan keluarga dan ada
yang sudah lepas dari keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Syafaat, Rachmad. 2002. Dagang Manusia-Kajian Trafficking
Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur . Yogyakarta
: Lappera Pustaka Utama.
Sumardi. Mulyanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan
Kebutuhan Pokok .
Jakarta: Rajawali.
Halfiah. Fikri. (2009). Perdagangan Manusia. .
http://kubil.blogspot.com/2009/06/perdaganganmanusia.html..
manusia.html
Karundeng, Narwasti Vike.2005.Sosialisasi Penyadaran Isu Trafiking
: APA ITU TRAFIKING.[terhubung berkala]
http://osdir.com/ml/culture.region. indonesia.ppiindia/2005-03/msg01095.html(24
india/2005-03/msg01095.html(24 Februari 2011)
PE\iERINTAH PRO]I':\S] .].\11',{TE\GAH
Rir1.1-\tJ:rAlilT ,Ii\\iA DAERT,H Df .\t ttNO GONDOftLTO\tO
li LPLll USA\ DII.lDlii - R RL I{AH -qAlitT, tl\'. A D.\ ltR{H Dr. r\\11\a) cONDOIJU.I.OMo
P R O V ! \ S ]. I . \ , \ : AT ' \ G T H
NO\1()R
PIi\I]T.\I,,I\ ]\STALAS] PE\CI]LA] I DAT]\ ELEI{TRO\I]i IPDE)
DIREKTUIaRS.,rl Df . A\{l\() (iOl{DOHUTO\1O pRO\']]'JSI..IAWATENcAH
Nlc'rrimirrnq
birh\r'a d:Llarn :p:' a ne ningkatk;rn nutu pclal anan
RSiD Dr. ArnjD r Goldoh.-rro:no Prc\'iisi J:rr-.r Tengah,
nirka cLlierl!rk..l llts :t-asj Pcltgc-air Dara Ejektfonik
'PDE \ ':.
n .L .r rt. ang <e,i:rr r
ircla\.i,.nalrlal:rri : t.{ tiallI:jlfaata:l tekna lo.girnli)r masi;
baL:r\\'aurtltn lti..lisri(i teiscbu: p:ida hltrul zr di ;ttlls,
diperlui<;I
e:1-.:11il jieputLrsar]
D]rcktur
sebagai
lzrniasi,.l hsral st Pcngoi;th Dara Ele;<r.orik iPDE) di
I ? S i D D l A n t : t i r ( l L i r c l o i r l r o l t t oP r o r i n s i . l a n a T e n g a h ;
D!h\\'a srliilgaint-.I-laii::aksui clalant hur uI a dan b, perlrr
clLtcr:a'Jk,,i:r d!-i:qa.n Kcpi]lus.lit
D_rcktur
teniang
Pcnetirpir) I:rsLi :rsi lc:rgclarh Data El.kironik ipDE).
NI('n{in9u l
l
I
J
Urclang
Ur:drr:rg Nl:ror 4-1 Trrhrtn 2009 rcntang
Rumah -qakil ,emlti:;rn Negara Rcpublik lndonesia
l'anur-r !00! \.:it.r
153. Tanbahiin Lembaran Ncgara
.
s
:
a
R!publik ln.lo;)
liomo. 5072J;
Pcraiur_an \lr: t rr_i licscltar:]1 \ontor :rir Tahun 201.1
LeDtilns li..rrLjf. -tsi dan Perrzin.ln Runteit Sakit;
Peraturi,:r l,ltu err lii schatan Nontct 8l Tahun 2013
Ltrtllt)q Sis-.rnt tr:iir'::titstlianajcrnan liLlmah S.lkjti
Pr'r,-l[L]:.,n\ie-t -':-i iirscha:an \o.tor !f Tahun 2014
r,enlattq Penr,a_.nqgaaaal liomurlkast
Datir Dalam
r
.
r
.
.
;
r
.
\
S'. ml.
i
. . 1[ ,
Per:tlural Daeri,h Pro..tnsi Ja(-:t 'l c:tg:.1 Nomor B Tilhun
-2008 t,Jrl]ilnq P! tltbt :t tLtkan. Keduclukan. Tugas p()kol(.
Fungsi 11.rnS.t.Ltr-t:::tOaganrs:rsj Rarr-alt Sak| Umum
D:rcrarh Li:Ln R::;:a: S...rir Jiqa. Dlcra.h pro.;insi.lar,,,a
'L
nqah,
a r . P e r . l lL t . a r LC u b e r j u r . . . . . ( 2 )
6-
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 92 rahun
2oo8 Tentang penjabaran Tugas pokok dan Fungsi
serta Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino
Gondohutomo provinsi Jawa Tengah dan Rumah sakit
Jiwa Daerah Surakarta provinsi Jawa Tengah;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU
Menetapkan Instalasi pengolah Data Elektronik (pDE) pada
RSJD Dr. Amino Gondohutomo provinsi Jawa Tengah y"rrg
b_erada di Bagian umum pada subbag Rumah rlngga a
Umum.
KEDUA
struktur organisasi dan tata kerja pada Instalasi Fengolah
Data Elektronik (pDE) dijelaskan lebih lanjut a.t"*
Pedoman Pengorganisasian Instalasi
pengolah Data
Elektronik (PDE).
KETIGA
uraian tugas terkait dengan pelayanan Instalasi pengolah
Data Elektronik (PDE) dijelaskan lebih lanjut datam
Pedoman Pelayanan pelayanan Instarasi pengolah Data
Elektronik (PDE).
KEEMPAT
Pada saat mulai berlakunya Keputusan Direktur ini,
seluruh Keputusan Direktur terkait dengan struktur
organisasi, tata kerja dan tugas Instalasi pbngolah Data
Elektronik (PDE) dinyatakan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku sepanjang sudah diatur d.alam pedornan diatas.
Keputusan Direktur ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
KELIMA
Ditetapkan di Semarang
pada tanggal ,'l Januari 2OIT
DIREKTUR
O GONDOHUTOMO
NGAH
PEMERIN AH PR.OVINSIJAWA TENGATI
RSJDDr. AMINO GONDOHUTOMO
.11llrisienSudiarto
)io. 1,17KodePos 50191Po.Box 1090Tclp.i0t.ll 67::5r].1
Fa\-i0:+l 671.1566
Semarang
\{ ebsite: rs-:uruto.j.rrengpnor'.go.id.
Eoai : aminorizljarengpre,r
.go.id
SURATKEPUTUSAN
DIREKTUR
RSJDDr.ATVNO GONDOHUTOMO
SEIlIARANG
NOMOR:1oipEio11003
TENTANG
PEMBERLAKUAN
BUKUPEDOI\4AN
SISTEMINFORIVIASI
IVIANAJEMEN
DI
R S J DD
. r .A M I N OG O N D O H U T O M
SO
EMARANG
D I R E K T U R S J DD r .A t v t N OG O N D O H U T O I S
4O
EMARANG
Menimbang
a B a h w ad a a m m e n y e n g g a r a k aSni s t e mI n f o . m a sM a n a t e m e n
R - 1 a _ S a . t o o a - o a - go e - , ,a o a - J ap e o o r a . o a nl a l aa k s a n a
a g a f t e r 0 a p a kt e s a m a a np e r s e p sd a n p e n g e t a h u adna i a m
k e ga t a nd R S J Dd f A m n o G o n d o h u t o m
So
emarano
b B a n , a , ao e o o - a - , a - g o . s - s u n o e n R S , D b . A m n o
G o n d o h l t o mSoe n t a r a ndgl a n g g a m
p e m a d aui n t u kd r g u n a k a n
seoagaDananacuanpe aksanaan
S ste.n nfor.nasl\,4anaiemen
d R S J Dd r A m t n oG o n d o h u t o m
So
emarano
Mengingat
U n d a n g - u n d a nngo m o r 2 9 t a h u n 2 0 0 4 t e n t a n a p r a k t i k
, e d o " t e ' a n, e - o a \ e g J r a F r a h - n2 O O 4
-o r6 ianoaran
l e m b a f aN
ne g a r 4
a431)
2 U n d a n g - u n d annogm o r3 3 t a h u n2 O O 4t e n t a n gp e r m b a n g a n
K e u a n g aann t a r ap e m enr t a hp u s adt a np e m e l n t adha e r a h
3 U n 0 a n g - u n d annogr n o3r 2t a h u n2 0 0 4t e n t a nogt o n o mDr a e r a h
4 U n d a n g - u n d annog3 6 t a h u n2 0 0 9t e n t a n o K e s e h a t a n
5 U ^ o a n g - - n o a n' go - . o -4 4 r a - L / 2 0 0 9r e - i a ^ gR - . r a ^S a t t
6 U n d a n g - U n d aN
no
g m o r 3 2 t a h u n2 0 0 4t e n t a n qp e m e f i n t a h
D a ear n
PefaturanPemerntah Nomor 41 tahun 2007 tenlanq
P e d o - 1 aOnr g a n t s aPse r a n ga.r D a e ' a n
P e r a t L r f aPne m e r n t a hR e p u b l i kI n d o n e s i N
a o m o rB T a h u n
2 0 0 8t e n t a n g
T a h a p a nT a t aC a r ap e n y u s u n apne n g e n d a | a n
d a nE v au a s P ea k s a n a aRne n c a npae m b a n e u n a
Dna e r a h
p e f - e _ , e sN o 1 - - - a h . 2 0 - o a s a I a a t u a y a t" \ s a t u j
-erta-g
S ster In'o-ras R..ra- Sa,..
'10 Peratufan
DaefahProvnsl JawaTengahnomor8 tahun200g
tentangOrgansastdanTataKerlaRuntahSakt UmumDaerah
d a nR u m a hS a kt J w a D a e r a p
h r o vn s iJ a w aT e n a a h
" I,lenulu Peial'anan Kesehatar.,Jrlra Paripur'la \'.1ig ll!.rmutu
MEMUTUSKAN
Buku P€domanSistemIntormasiManajemendi
Menetapkan Pemberlakuan
Semarang.
RSJDDr.AminoGondohutomo
dan harusditaatiseluruh
merupakan
acuan
Buku Pedomanini
Pertama
petugas.
yangbeftvenang
kegiatandi RumahSakit
melaksanakan
Semarang.
JiwaDaerahdr.AminoGondohutomo
Keputusanini berlaku sejak tanggal ditetapkan,apabila di
Kedua
kemudianhari terdapatkekeliruanakan dilakukanperbaikan
mes[nya.
sebagaimana
D I T E T A P KD
A IN: S E M A R A N G
PADATANGGAL; 02 Januari2015
NrP.195904231986112001
.:j
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HUMAN TRAFICKING,
NARAPIDANA, DAN ANAK JALANAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2
Dosen Pengampu : Zumrotul Choiriyyah, S.Kep., Ns., M.Kes.
Disusun oleh :
Kelompok 6
Ade Ila Wahyu Nur’aini
(010115A003)
Dimas Agil Yosa
(010115A032)
Friska Ayu Christina
(010115A045)
Habibbatuzakiyah
(010115A048)
Hanna Karunia Arum N
(010115A049)
Krisna Wardani
(010115A065)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trafficking atau perdagangan manusia merupakan bentuk modern dari
tindakan perbudakan manusia. Perdagangan orang ‘trafficking’ merupakan
suatu perbuatan pidana yang melanggar Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2007 tentang Tindak pidana perdagangan orang. Dalam hal ini hak-hak
seseorang untuk tetap hidup telah dilanggar. Tindakan ini menyebabkan trauma
serius pada setiap orang yang mengalaminya.
Tindakan perdagangan orang yang sering terjadi menjadi korban adalah
perempuan
dan
anak-anak.
Semakin
bertambah
maraknya
masalah
perdagangan orang di berbagai Negara, termasuk Indonesia dan Negara-Negara
yang sedang berkembang lainnya. Masalah perdagangan manusia ini
merupakan masalah yang mendunia. Hampir setiap negara mangalami masalah
ini, dan tidak terkecuali Indonesia. Bahkan di Amerika, kasus trafficking ini
telah mengantongo korban sekitar 14-17 ribu orang. Dengan demikian,
penanganan secara khusus amat diperlukan dalam pengentasan masalah
trafficking ini.
Narapidana
adalah
Terpidana
yang
menjalani
pidana
hilang
kemerdekaan di LAPAS ( Lembaga Permasyarakat). Narapidana bukan saja
objek melainkan subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang
sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekilafan yang dapat
dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Oleh karenanya, yang harus
diberantas adalah factor, factor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat
hal-hal yang bertentangan dengan hokum, kesusilaan, agama, atau kewajibankewajiban sosial lain yang dapat dikarenakan pidana (Malinda, Anggun
2016:26).
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai
andil dalam memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk
“Correctional setting” . perawat memberikan pelayanan secara menyeluruh.
Warga binaan memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan kesehatan baik
fisik mauapun mental selama masa pembinaan. Namun hal tersebut kurang
mendapatkan perhatian. Kenyataannya banyak narapidana yang mengalami
gangguan psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai berat
(Butler, dkk. 2005). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi
gangguan mental emosional berupa depresi dan cemas pada masyarakat
berumur di atas 15 tahun mencapai 11,6
11,6 persen (Depkes, 2012)
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan
sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan
pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak
bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah”
bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian
terhadap nasibanak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif.
Mereka merupakan kelompok sosial yang sangat rentan dari berbagai
tindakan kekerasan baik fisik, emosi, seksual maupun kekerasan sosial. selain
itu, lingkungan juga sangat mempengaruhi kepribadian dan perilaku sosial
anak jalan. Menurut UUD 1945 “anak terlantar itu dipelihara oleh negara”.
Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan
pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak
terlantar dan anak jalanan pada hakekatnya sama dengan hak asasi manusia
pada umumnya seperti halnya tercantum dalam UU no. 9 tahun 1999 tentang
hak asasi manusia dan Keputusan Presiden RI no. 36 tahun 1990 tetang
“konvensi tentang hak-hak anak”.
anak”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, faktor penyebab , klasifikasi, masalah kesehatan,
serta penatalaksanaan pada human trafficing?
2. Bagaimana pengertian, faktor penyebab , klasifikasi, masalah kesehatan,
serta penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana?
3. Bagaimana pengertian, faktor penyebab , klasifikasi, masalah kesehatan,
serta penatalaksanaan anak jalanan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pergertian, faktor penyebab, klasifikassi, serta
penatalaksanaan pada human trafficing.
2. Untuk mengetahui pengertian, faktor penyebab, klasifikassi, serta
penatalaksanaan pada narapidana
3. Untuk mengetahui pergertian, faktor penyebab, klasifikassi, serta
penatalaksanaan pada anak jalanan
BAB II
PEMBAHASAN
I.
HUMAN TRAFFICING
A. Definisi
Trafficking merupakan suatu bentuk kejahatan kemanusiaan
yang sangat kompleks dan mengerikan. Trafficking tidak lagi
sekedar praktik perbudakan manusia oleh manusia sebagaimana
telah terjadi pada masa lalu, melainkan prosesnya dilakukan
dengan kekerasan fisik, mental, seksual, penindasan, sosial, dan
ekonomi, dengan modus yang sangat beragam, mulai dengan cara
yang halus seperti bujukan dan penipuan sampai dengan cara yang
kasar seperti paksaan dan perampasan (Wyatt, 2009).
Sedangkan menurut UN Trafficking Protocol (Protokol PBB),
definisi mengenai perdagangan orang mengalami perkembangan
sampai ditetapkannya Protocol to Prevent, Suppress and Punish
Trafficking
in
Person
Especially
Women
and
Children
Suplementing the United Nation Convention Against Transnational
Organized
Crime
tahun
perdagangan
orang
transportasi,
pemindahan,
2000.
(human
Dalam
trafficking)
penyembunyian
protokol
tersebut,
adalah
rekruitmen,
atau
penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau
bentuk-bentuk tekanan
te kanan lain, penculikan, pemalsuan, penipuan atau
at au
pencurangan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
ataupun penerimaan / pemberian bayaran, atau manfaat sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas
orang tersebut untuk dieksploitasi, yang secara minimal termasuk
eksploitasi lewat prostitusi atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual
lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktekpraktek yang menyerupainya, adopsi ilegal atau pengambilan
organ-organ tubuh.
Trafficking lebih banyak terjadi pada perempuan. Amiruddin
(2009), mengatakan bahwa trafficking terhadap perempuan adalah
sebagai pergerakan dan penyelundupan orang secara sembunyisembunyi untuk direkrut dan dibawa baik antar da erah maupun luar
negeri, dengan tujuan untuk memaksa perempuan masuk ke dalam
situasi eksploitasi demi perekrut, penyelundup dan sindikat
kriminal. Keuntungan.
A. Unsur-unsur Trafficking
Unsur-unsur dari perdagangan orang (Harkrisnowo, 2003), adalah :
1. Perbuatan
:
Merekrut,
mengangkut,
memindahkan,
menyembunyikan atau menerima.
2. Sarana (cara) untuk mengendalikan korban : Ancaman,
penggunaan paksaan, berbagai bentuk kekerasan, penculikan,
penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan atau pemberian / penerimaan pembayaran atau
keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas korban.
3. Tujuan : eksploitasi, setidaknya untuk prostitusi atau bentuk
eksploitasi
seksual
lainnya,
kerja
paksa,
perbudakan,
penghambaan, pengambilan organ tubuh.
B. Jenis-jenis Trafficking
Sarana umum perdagangan perempuan di Indonesia dilakukan
dengan modus operandi mengelabui korban dengan alasan akan
dipekerjakan di suatu perusahaan sebagai tenaga kerja seperti
pelayan toko, pembantu rumah tangga, dan sebaginya. Akan tetapi,
setiba pada tujuan, korban dipaksa bekerja ditempat hiburan dan
dijadikan
pelacur
dengan
alasan
perjalanan (Harkrisnowo, 2003).
untuk
membayar
ongkos
Bentuk-bentuk lain dari perdagangan perempuan adalah :
1. Perkawinan transinternasional
Perkawinan yang diatur antara perempuan Indonesia dengan
laki-laki dari negara lain. Perempuan yang dikawinkan
seringkali menjadi objek eksploitasi dan kekerasan suami
ataupun para keluarganya. Ekonomi yang sulit merupakan
penyebab utama mudahnya perempuan dibujuk oleh para
pelaku. Dari perkawinan yang dikomersialkan keluarga
memperoleh keuntungan dalan bentuk mas kawin, sedangkan
perempuan itu sendiri mempunyai harapan akan mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Pada umumnya, selain memenuhi
kebutuhan seksual suami, mereka harus bekerja keras di ladang
milik keluarga suami, dengan kata lain menjadi pekerja yang
tidak memperoleh bayaran sama sekali.
2. Eksploitasi seks Phedophilia
Kegiatan perdagangan bentuk ini seringkali melibatkan orangorang asing dan jaringan internasional. Anak yang menjadi
korban pada umumnya berumur antara 12 – 20 tahun. Pada
umumnya, mereka tergiur janji dan harapan indah diluar negeri
dan bekerja di sana atau dijadikan pacar atau istri pelaku.
3. Pembantu rumah tangga dalam kondisi buruk
Secara umum keberadaan pembantu rumah tangga kurang
mendapat perhatian sehingga tidak mendapat perlindungan
baik secara hukum maupun sosial secara layak. Akibatnya
mereka rentan menghadapi berbagai bentuk kekerasan fisik,
psikis, seksual dan ekonomis.
4. Penari erotis
Salah satu pengguna dari kegiatan perdagangan perempuan
adalah pengusaha hiburan yang memerlukan gadis-gadis
penghibur untuk menyemarakkan bisnisnya seperti dengan
menampilkan penari erotis, dimana mereka harus menari
dengan gerakan yang dapat menimbulkan rangsangan seksual.
C. Ruang lingkup Trafficking
1. Perdagangan perempuan adalah setiap tindakan mengerahkan,
mengajak, mengangkut, memindahkan dari satu tempat ke
tempat lain, menyerahterimakan perempuan kepada orang lain
atau kelompok orang atau agen untuk melakukan pekerjaan
yang melanggar HAM sehingga memberikan keuntungan
kepada orang atau kelompok orang tersebut atau agen.
2. Calo / Broker Agen / Perantara / Sponsor adalah orang atau
badan yang banyak di masyarakat yang mengatur perekrutan,
penempatan,
administrasi
persyaratan
berupa
dokumen-
dokumen perjalanan yang diperlukan bagi korban perempuan.
3. Korban adalah seorang atau kelompok perempuan yang karena
ketidakberdayaannya terjerumus ke dalam pekerjaan yang
merendahkan harkat dan martabat perempuan serta tidak dapat
keluar dari situasi atau pekerjaan tersebut walaupun yang
bersangkutan menginginkannya.
menginginkannya.
4. Trafficker adalah orang atau sekelompok orang yang dengan
sengaja menjerumuskan seseorang atau sekelompok perempuan
ke dalam suatu pekerjaan yang diketahuinya diduga bahwa
pekerjaan
yang ditawarkan
itu
tidak layak
atau
yang
merendahkan harkat dan martabat perempuan. Pelaku dari
kejahatan trafficking terhadap perempuan adalah :
a. Keluarga
Orangtua dan sanak saudara jika mereka secara sadar
menjual anak atau saudaranya baik langsung atau melalui
calo kepada majikan di sektor industri seks atau jika mereka
menerima pembayaran di muka untuk penghasilan yang
akan diterima oleh anak mereka nantinya. Demikian juga
jika orangtua menawarkan layanan dari anak mereka guna
melunasi hutang.
b. Broker, agen, calo
Dikatakan pelaku bila dalam perekrutan menggunakan
menggunakan
kebohongan,
penipuan,
pemaksaan,
pemalsuan dokumen.
c. Pegawai pemerintah atau swasta
Menjadi pelaku bila terlibat dalam pemalsuan dokumen,
membiarkan terjadinya pelanggaran dan memfasilitasi
terjadinya penyebrangan melintasi perbatasan secara ilegal.
d. Majikan bila menempatkannya dalam kondisi eksploitasi
seperti tidak membayar gaji, menyekap pekerja, melakukan
kekerasan fisik atau seksual, memaksa terus bekerja.
e. Pemilik atau pengelola rumah bordil. Dikatakan pelaku bila
memaksa perempuan bekerja diluar kemauannya, menyekap
dan membatasi gerakannya, menjerat dalam libatan hutang,
dan tidak membayr gajinya.
f. Suami. Jika ia menikahi perempuan tetapi kemudian
mengirim isterinya ke tempat baru untuk mengeksploitasi
demi keuntungan ekonomi, menempatkannya dalam situasi
budak atau memaksa melakukan prostitusi.
g. Calo pernikahan. Jika pernikahan dibawah pengaturannya
telah membuat pihak isteri terjerumus dalam kondisi serupa
perbudakan dan eksploitasi.
h. Perusahaan perekrut tenaga kerja dengan jaringan agen atau
calo-calonya di daerah. Menjadi pelaku jika mereka
memfasilitasi pemalsuan dokumen secara ilegal serta
menyekap calon pekerja di penampungan dan menempatkan
pekerja dalam pekerjaan yang berbeda.
D. Faktor-faktor
Faktor-faktor penyebab Trafficking
Faktor utama maraknya trafficking adalah kemiskinan. Saat ini 37
juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan.
Sejumlah 83% keluarga perkotaan dan 99% keluarga pedesaan
membelanjakan kurang dari Rp 5.000,-/hari (Rahmalia, 2010).
Faktor lain adalah menurut Mashud (2006):
1. Pendidikan, 15% wanita dewasa buta huruf dan separuh dari
anak remaja tidak masuk sekolah memberikan peluang untuk
menjadi korban trafficking.
2. Kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak banyak
diketahui hubungan antara kekerasan dalam rumah tangga dan
kekerasan seksual. Tetapi, sekitar separuh, dari anak-anak yang
dilacurkan pernah mendapatkan kekerasan seksual sebelumnya.
3. Perkawinan usia muda, 30% menikah sebelum usia 16 tahun.
Perkawinan usia ini beresiko tinggi perceraian.
4. Kondisi sosial budaya keluarga dan masyarakat Indonesia
sebagian besar yang patriarkhis.
5. Eksploitasi seksual perempuan merupakan hal yang sulit
apabila sudah terperangkap akan sulit untuk keluar.
E. Dampak psikososial pada korban Trafficking
1. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
PTSD merupakan suatu pengalaman individu yang
mengalami peristiwa traumatik yang menyebabkan gangguan
pada integritas diri individu dan sehingga individu mengalami
ketakutan, ketidakberdayaan dan trauma tersendiri (Townsend
M.C., 2009).
Individu dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
sering
menyebabkan
berlebihan,
deperti
peningkatan
insomnia,
keadaan
waspada
siaga
berlebihan
yang
dan
iritabilitas terhadap lingkungan yang berbahaya. Peningkatan
ansietas dapat menyebabkan perilaku agresif atau perilaku
menciderai (Fontaine, 2009).
Berdasarkan penelitian Rose (2002) ada 3 tipe gejala yang
sering terjadi pada PTSD, yaitu :
a) Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan
selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah
dialami itu, flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang
menyedihkan terulang kembali), nightmares (mimpi buruk
tentang kejadian-kejadian yang membuatnya sedih), reaksi
emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh
kenangan akan peristiwa yang menyedihkan.
b) Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan
dengan menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan,
atau percakapan yang berhubungan dengan trauma. Selain
itu juga kehilangan minat terhadap semua hal, perasaan
terasing dari orang lain, dan emosi yang dangkal.
c) Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan susah
tidur, mudah marah / tidak dapat mengendalikan marah,
susah konsentrasi, kewaspadaan yang berlebih, respon yang
berlebihan atas segala sesuatu.
2. Kecemasan
Kecemasan
adalah
kebingungan,
kekhawatiran
pada
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya
(Videbeck, 2008). Satu studi melaporkan bahwa orang yang
selamat dari trafficker mengalami kecemasan dengan gejala
kegugupan (95%), panik (61%), merasa tertekan (95%) dan
keputusasaan tentang masa depan (76%) (Bradley, 2005).
3. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan
perilaku seseorang yang tidak akan berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil, suatu keadaan dimana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan
yang baru dirasakan.
Secara kognitif korban umumnya kurang konsentrasi,
ambivalensi, kebingungan, fokus menyempit / preokupasi,
misinterpretasi, bloking, berkurangnya kreatifitas, pandangan
suram, pesimis, sulit untuk membuat keputusan, mimpi buruk,
produktivitas menurun, pelupa. Afek korban terkadang
terka dang tampak
sedih, bingung, gelisah, apatis / pasif, kesepian, rasa tidak
berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan
gagal. Korban sering semakin sering mengeluh kelemahan,
pusing, kelelahan, keletihan, sakit kepala, perubahan siklus
haid. Keluarga mungkin melaporkan perubahantingkat aktivitas
pada korban, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat
tergantung, mudah menangis. Kecenderungan untuk isolasi,
partisipasi sosial berkurang pada tingkat lanjut mungkin akan
tampak pada korban (Rahmalia, 2010)
II.
NARAPIDANA
A. Definisi
Narapidana
kurungan
adalah orang-orang sedang menjalani sanksi
atau
sanksi
lainnya,
menurut
perundang-
undangan.Pengertian narapidana menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani
hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995
tentang
Permasyarakatan,
menjalani
pidana
narapidana
hilang
adalah
kemerdekaan
terpidana
di
yang
Lembaga
Permasyarakatan.
B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi
narapidana adalah:
1) Faktor ekonomi
 Sistem Ekonomi
Sistem
ekonomi
baru
dengan
produksi
besar-besaran,
persaingan bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan
periklanan,
cara
penjualan
modern
dan
lain-lain,
yaitu
menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus
mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan
penipuan-penipuan.
 Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan
gangguan ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi
merupakan indeks keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari
itu perubahan-perubahan harga pasar (market fluctuations) harus
diperhatikan.
 Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak,
mempengaruhi terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktuwaktu krisis,
krisis, pengangguran
pengangguran dianggap
dianggap paling penting. Bekerja
terlalu muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala
yang tetap, pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan dari
satu tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak
mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah faktor yang
paling penting.
2) Faktor Mental
 Agama
Kepercayaan
hanya
dapat
berlaku
sebagai
suatu
anti
krimogemis bila dihubungkan dengan pengertian dan perasaan
moral yang telah meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya
faktor-faktor negatif , memang merupakan fakta bahwa normanorma etis yang secara teratur diajarkan oleh bimbingan agama
dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang
sungguh, membangunkan secara khusus dorongan-dorongan
yang
kuat
untuk
melawan
kecenderungan-kecenderungan
kriminal.
 Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan
faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari
abad ke-18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis
dan pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya ceritacerita detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh
dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih
langsung dari bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan
tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu cara teknis
tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harianharian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya
juga dapat berasal dari koran-koran. Di samping bacaan-bacaan
tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan
pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhirakhir ini.
3) Faktor Pribadi
 Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik
secara yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu
berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa,
tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan pengertianpengertian netral bagi kriminologi. Artinya hanya dalam
kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru
memperoleh arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk
berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah dan
memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan
sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti
sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada
garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan
manusia.
 Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas,
seperti pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan
kekerasan, pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan
pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat,
masih juga merupakan tanda tanya, sampai berapa jauh
pengaruhnya.
 Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,
seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap
hukum, melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah
perang, ada krisis-krisis,
krisi s-krisis, perpindahan rakyat ke lain
lai n lingkungan,
terjadi inflasi dan revolusi ekonomi. Di samping kemungkinan
orang jadi kasar karena perang, kepemilikan senjata api
menambah
bahaya
akan
terjadinya
perbuatan-perbuatan
kriminal.
C. Masalah kesehatan pada Narapidana
a) Kesehatan mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000
tahanan dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa.
Penyakit jiwa yang sering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar
affective disorder dan personality disorder. Karena banyak yang
mengalami ganguan kesehatan jiwa maka pemerintah harus
menyediakan pelayanan kesehatan mental.
b) Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis
da penyakit menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.
 HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6
kali lebih tinggi daripada populasi umum. Tingginya angka
infeksi HIV ini berkaian dengan perilaku yang beresiko
tinggi seperti penggunaan obat-obaan, sexual intercourse
yang tidak aman dan pemakaian tato. Pendekatan yang
dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu dengan
dilakukannya penegaan dan program pendidikan kesehatan
mengenai HIV dan AIDS.
 Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada
populasi umum walaupun data yang ada belum lengkap.
Hal ini berkaitan denga penggunaan obat-obat lewat
suntikan, tato, imigran dari daerah dengan insiden hepatitis
B dan C tinggi. National Commision on Correctional Healt
Care (NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada
semua tahanan dan jika diindikasikan maka harus segera
diberikan pengobatan. NCCHC juga merekomendasikan
pendidikan bagi semua staf dan tahanan mengenai cara
penyebaran,
pencegahan,
pengobatan
dan
kemajuan
penyakit.
 Tuberculosis
Angka TB tiga kali lebih besar di LP dabanding populasi
umum. Hal ini terkait dengan kepadatan penjara dan
ventilasi yang buruk, yang mempengaruhi penyebaran
penyakit. Pada tahun 196, lembaga yang menangani
tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan
pengontrolan TB di
di lembaga pemasyarakatan yaitu
a. Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan
b. Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan
pengobatan yang sesuai
c. Monitoring dan evaluasi skrining
Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah
kesehatan pada lembaga pemasyarakatan, yaitu :
1. Wanita
Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih
komplek misalnya tahanan wanita yang dalam keadaan
hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain
(terpisah dari anak), korban penganiaaan dan kekerasan
social, penyalahgunaan obat terlarang. Tetapi pelayanan
kesehatan yang selama ini diberikan belum cukup
maksimal untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti
pemeriksaan ginekologi untuk wanita hamil dan korban
kekerasan
seksual.
NCCHC
menawarkan
ketentuan-
ketentuan berikut untuk pemenuhan pelayanan kesehatan :
a. LP
memberikan
pelayanan
lengkap
secara
rutin
termasuk pemeriksaan ginekologi secara koprehensif.
b. Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan
reproduksi, korban dari penipuan, konseling berkaitan
dengan peran sebagai orang tua dan pemakaian obatobatan dan alcohol.
2. Remaja
Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak
kriminal membuat mereka harus ikut dihukum dan
ditahan seperti orang dewasa. Hal ini akan menghalagi
pemenuhan
kebutuan
untuk
berkembang
seperti
perkembangan fisik,
f isik, emosi dan nutrisi yang dibutuhkan.
Para remaja ini akan mempunyai masalah-masalah
kesehatan seperti kekerasan seksual, penyerangan oleh
tahanan lain atau tindakan bunuh diri. Disini perawat
harus memantau tingkat perkembangan dan pengalaman
mereka dan perlu waspada bahwa pada usia ini paling
rentan terkena masalah kesehatan.
3. Penatalaksanaan Terapi
i.
Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat
dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan
yang
mengadakan
kurang
baik.
Dianjurkan
permainan
atau
latihan
(Maramis,2005,hal.231).
ii.
Keperawatan
untuk
bersama.
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
kelompok
stimulasi
realita
dan
terapi
aktivitas
kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13).
Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang
paling
relevan
dilakukan
pada
individu
dengan
gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi.Terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan
persepsi
atau
alternatif
penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005)
iii.
Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan
seni
pengarahan
partisipasi
seseorang
untuk
melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.
Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang
masih
ada
pada
seseorang,
pemeliharaan
dan
peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang
agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang
lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
 Terapi kerja pada narapidana laki laki
1. Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatangbinatang
dianggap
dapat
membantu
narapidana
untuk
mendapatkan terapi secara psikologis dan menjadi lebih terlatih
secara emosional. Binatang yang dilatih tidak hanya binatang
peliharaan, namun juga binatang yang ditinggalkan atau
dibuang oleh pemiliknya. Diharapkan nantinya binatangbinatang ini juga dapat berguna di masyarakat, sama seperti
narapidana yang mendapatkan pelatihan untuk dapat diterima
dan bekerja dengan masyarakat lainnya.
2. Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng,
banyak pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara
khusus, mulai dari membuat menu hingga menyusun anggaran.
Beberapa penjara juga bekerja sama dengan restoran lokal
untuk memberi pelatihan ini. Selain itu, dengan pekerja di
dapur, mereka tidak perlu banyak berinteraksi dengan
masyarakat yang mungkin memandang negatif.
3. Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk
berkonsultasi pada mantan penjahat, namun di penjara,
narapidana diberikan pengetahuan mengenai rehabilitasi dan
terapi konseling. Hal ini dikarenakan narapidana memiliki
pengalaman yang membuat mereka lebih mengerti mengenai
tindak kejahatan.
Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat
memberikan konseling dengan lebih baik kepada orang-orang
yang bermasalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka serta
pelatihan yang mereka terima.
 Terapi kerja pada anak
1. Keterampilan
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai
bekal baginya setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada
mereka di berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini
dapat dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan sedangkan
tempat penentuan kerja dan jenis pekerjaan yang akan diberikan
kepada
narapidana
ditetapkan
oleh
Tim
Pengamat
Pemasyarakatan. Latihan kerja ini berupa latihan kerja di bidang
pertanian,
Perkebunan,
Pengelasan,
Penjahitan
dan
lain
sebagainya.
 Terapi kerja pada narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di
Lapas IIB Sleman dilaksanakan melalui pembinaan soft kill dan
hard skill dengan pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft
skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan intelektual, pembinaan
kerohanian dan pembinaan rekreatif. Pembinaan hard skill yang
dilaksanakan yaitu pembinaan keterampilan dan kemandirian
melalui bimbingan kerja.Ketrampilan khusus yang di latihkan pada
naraidana
perempuan
berupa
ketrampilan
hidup
seperti
pertukangan ka yu, kerajinan
keraji nan sapu, las listrik, batik tulis, kerajinan
sangkar burung,perkebunan, dan pembuatan souvenir.
III.
ANAK JALANAN
Pengertian anak jalanan telah dikemukakan oleh para ahli.
Salah satunya oleh Utoyo (dalam Munawir Yusuf dan Gunarhadi,
2003: 7) menyebutkan bahwa anak jalanan adalah “anak yang
waktunya sebagian besar dihabiskan di jalan, mencari uang dan
berkeliaran di jalan dan di tempat-tempat umum lainnya yang
usianya 7 sampai 15 tahun”. Pendapat serupa juga diungkapkan
oleh Soedijar (dalam Dwi Hastutik, 2005: 15) bahwa
b ahwa “anak jalanan
adalah anak-anak berusia 7-15 tahun, bekerja di jalanan dan tempat
umum lainnya yang dapat membahayakan keselamatan dirinya”
Menurut Departemen Sosial RI (2005: 5) ,Anak jalanan
adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
melakukan kegiatan hidup sehari - hari di jalanan, baik untuk
mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat tempat umum
lainnya. Anak jalanan mempunyai cirri - ciri, berusia antara 5
sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di
jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak
terurus, mobilitasnya tinggi.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan anak jalanan adalah
anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar
waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan.
Selain itu juga ada yang masih bersekolah dan ada yang tidak
bersekolah serta ada yang masih berhubungan dengan keluarga dan
ada yang sudah lepas dari keluarga.
A. Faktor penyebab anak jalanan
a. Faktor penyebab anak jalanan
1. Faktor internal
Faktor internal yang menyebabkan terjadinya anak jalanan
diantaranya adalah:

Sifat malas dan tidak mau bekerja

Adanya cacat-cacat yang bersifat biologis- psikologis.
Cacat keturunan yang bersifat biologis yaitu kurang
berfungsinya organ tubuh untuk memproduksi atau
organ
genital
yang
menimpa
seseorang.
Cacat
psikologis adalah kurang berfungsinya mental dan
tingkah
laku
seseorang
untuk
bersosialisasi
di
masyarakat

Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobbi yang sehat
Seseorang anak yang tidak memiliki hobbi yang sehat
atau kegemaran yang positif untuk mengisi waktu
luangnya maka dengan mudah untuk melakukan
tindakan negatif.

Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan
lingkungan yang baik dan kreatif Ketidakmampuan
penyesuaian diri atau adaptasi terhadap perubahan
lingkungan
yang
baik
dan
kreatif
menimbulkan
tindakan amoral atau tindakan yang mengarah pada
perubahan yang negatif.

Impian Kebebasan Berbagai masalah yang dihadapi
anak
didalam
keluarga
dapat
menimbulkan
pemberotakan didalam dirinya dan berusaha mencari
jalan keluar. Seorang anak merasa bosan dan tersiksa
dirumah karena setiap hari menyaksikan kedua orang
tuanya bertengkar dan tidak memperhatikan mereka,
pada akhirnya dia memilih kejalanan karena ia merasa
memiliki kebebasan dan memiliki banyak kawan yang
bisa menampung keluh kesahnya.
kesahnya.

Ingin memiliki uang sendiri Berbeda dengan faktor
dorongan dari orang tua, uang yang didapatkan anak
biasanya digunakan untuk keperluan sendiri. Meskipun
anak memberikan sebagian uangnya kepada orang tua
mereka, ini lebih bersifat suka rela dan tidak memiliki
dampak buruk terhadap anak apabila tidak memberi
sebagian uangnya ke orang tua atau keluarganya
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya anak
jalanan diantaranya adalah:

Dorongan Keluarga Keluarga dalam hal ini biasanya
adalah ibu atau kakak mereka, adalah pihak yang turut
andil mendorong anak pergi kejalanan. Biasanya
dorongan dari keluarga dengan cara mengajak anak
pergi kejalanan untuk membantu pekerjaan orang
tuanya (biasanya membantu mengemis) dan menyuruh
anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan dijalanan yang
menghasilkan uang.

Pengaruh Teman Pengaruh teman menjadi salah satu
faktor
yang
menyebabkan
anak
pergi
kejalanan.
Pengaruh teman menunjukan dampak besar anak pergi
kejalanan, terlebih bila dorongan pergi kejalanan
mendapatkan dukungan dari orang tua atau keluar ga.

Kekerasan dalam keluarga
Tindak kekerasan
kekerasan yang
dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anak menjadi
salah satu faktor yang mendorong anak lari dari rumah
dan pergi ke jalanan.
B. Kasifikasi anak jalanan
1. Klasifikasi anak jalanan
Anak jalanan yang turun yang ke jalan mempunyai latar
belakang yang berbeda beda dari anak yang satu
s atu dengan yang
lainnya. Sehingga anak jalanan yang ada di jalan tersebut tidak
bisa disamakan begitu saja. Akan tetapi yang jelas kehidupan
mereka akan berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan
anak biasa yang tidak menjadi anak jalanan. Oleh karena itu
anak jalanan tersebut dapat dibedakan ke dalam beberapa
kategori.
Menurut Tjoemi S. Soemiarti (2004: 197), anak jalanan
merupakan bagian kehidupan anak yang memiliki ciri-ciri
khusus dan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
:

Kelompok high risk to be street children yaitu anak jalan
yang masih tinggal dengan orang tua, beberapa jam di
jalanan kemudian kembali ke rumah.

Kelompok children on the street yaitu mereka melakukan
aktivitas ekonomi di jalanan dari pagi hingga sore hari.
Dorongan ke jalan disebabkan oleh keharusan membantu
orang tua atau untuk pemenuhan kebutuhan sendiri.

Kelompok children of the street yaitu mereka telah terputus
dengan keluarga bahkan tidak lagi mengetahui keberadaan
keluarganya.
Hidup
di
jalanan
selama
24
jam,
menggunakan fasilitas mobilitas yang ada di jalanan secara
gratis.
Pengelompokan anak jalanan di atas menitikberatkan
pada hubungan anak jalanan dengan keluarganya, dapat
dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu anak yang masih
tinggal dengan orang tua, anak jalanan yang menjadi urban ke
kota dan jarang pulang dan anak jalanan yang sudah terputus
dengan keluarganya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Tata Sudrajat (1996: 154),
pada umumnya ada tiga tingkat yang menyebabkan munculnya
fenomena anak jalanan, yakni :

Tingkat mikro (immediate
(immediate causes)
causes) yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan
dengan situasi anak dalam keluarga.

Tingkat miso (underlying
(underlying causes)
causes) yaitu faktor-faktor yang ada
di masyarakat tempat anak dan keluarga berada.

Tingkat makro (basic
(basic causes)
causes) yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan struktur makro dari masyarakat seperti
ekonomi, politik dan kebudayaan.
Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
anak jalanan dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu anak
jalanan yang seluruh waktu dan hidupnya berada di jalanan, anak
jalanan yang tempat tinggalnya di kota dan masih ada hubungan
dengan keluarga, dan anak jalanan yang menjadi urban di kota
yang ada hubungan dengan keluarga.
C. Permasalahan anak jalanan
Secara mental anak-anak jalanan tidak punya harapan hidup
masa depan, bagi mereka bisa bertahan hidup saja sudah cukup.
Kehidupan mereka harus berhadapan dengan realita di jalan yang
penuh dengan resiko dan tantangan. Anak jalanan sering dicap
sebagai anak nakal, biang kerusuhan, biang onar dan pernyataanpernyataan miring lainnya. Perkataan-perkataan itu tentunya akan
membawa dampak psikis bagi anak. Selain masalah pribadi seharihari di jalanan, perkawanan dan pekerjaan, anak jalanan secara
langsung menerima pengaruh lingkungan dari keluarga maupun
jalanan tempat ia berada. Adapun resiko yang dihadapi anak
jalanan antara lain :


Korban eksploitasi seks ataupun ekonomi.
Penyiksaan fisik.

Kecelakaan lalu lintas

Ditangkap polisi

Korban kejahatan dan penggunaan obat


Konflik dengan anak-anak lain.
Terlibat dalam tindakan pelanggaran hukum baik sengaja
maupun tidak sengaja
D. Pencegahan anak jalanan

Peningkatan kesadaran masyarakat
Penanggulangan
membuat
program
dapat
dilakukan
peningkatan
yaitu
kesadaran
dengan
masyarakat.
Aktivitas program ini untuk menggugah masyarakat agar mulai
tergerak dan peduli terhadap masalah anak jalanan. Kegiatan
ini dapat berupa penerbitan bulletin, poster, buku-buku, iklan
layanan masyarakat di TV, program pekerja anak di radio dan
sebagainya.Program penanggulangan diatas diharapkan bisa
memberikan kesadaran penuh kepada anak-anak jalanan bahwa
manusia dapat memperbaiki kondisi kehidupan sosialnya
dengan jalan mengorganisir tindakan kolektif dan tindakan
kolektif tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.

Penggalakan lembaga-lembaga penampung anak
Pemerintah
juga
perlu
mendirikan
lembaga-lembaga
penampung seperti halnya LSM maupun instansi lainnya.
Lembaga tersebut ddapat dijadikan sebagai wadah bagi anak
jalanan untuk mengasah keterampilan dan mengembangkannya
menjadi sesuatu yang lebih produktif dan ekonomis.

Pemberian fasilitas pendidikan yang layak
Pemerintah harus mampu memfasilitasi pendidikan dan
keterampilan yang layak bagi anak jalanan agar mereka tidak
kembali lagi ke jalan. Karena mereka adalah asset bangsa yang
tak ternilai harganya juga penerus-penerus bangsa. Mereka
yang seharusnya duduk dibangku sekolah karna himpitan
ekonomi mereka harus turun kejalanan untuk menyambung
hidup mereka padahal sebagai anak bangsa mereka berhak
mendapatkan pendidikan yang layak dari pemerintah. Jika
UUD
pendidikan
yang
menyatakan
bahwa
anggaran
pendidikan harus di alokasikan sebesar 20% dari APBN dapat
d apat
terimplementasi maka negara akan mampu untuk menyediakan
pendidikan gratis, sehingga dalam jangka panjang tingkat
pertumbuhan anak jalanan dapat diminimalisir.

Pencegahan Urbanisasi
Urbanisasi tentu sangat mempengaruhi jumlah pertumbuhan
anak jalanan dan pemerintah harus menekan tingkat urbanisasi.
E. Penanganan Anak jalanan, narapidana
a. Penanganan anak jalanan
Masalah anak jalanan merupakan masalah serius yang perlu
mendapatkan penanganan oleh semua pihak. Olehnya itu, kita
perlu bersama-sama memahami akar permasalahan anak jalanan
kemudian sampai kepada solusi real yang perlu dilakukan ke
depan. Adapun solusi yang dapat dilakukan adalah :
Secara teoritis, fokus utama pembangunan kesejahteraan
sosial adalah pada perlindungan sosial (social protection). Oleh
karena itu, model pertolongan terhadap anak jalanan bukan sekadar
menghapus
anak-anak
dari
jalanan.
Melainkan
harus
bisa
meningkatkan kualitas hidup mereka atau sekurang-kurangnya
melindungi mereka dari situasi-situasi yang eksploitatif dan
membahayakan.
Mengacu pada prinsip-prinsip profesi pekerjaan sosial,
maka kebijakan dan program perlindungan sosial mencakup
bantuan sosial, asuransi kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial dan
pemberdayaan sosial yang dikembangkan berdasarkan right-based
initiatives; yakni memperhatikan secara sungguh-sungguh hak-hak
dasar anak sesuai dengan aspirasi terbaik mereka (the best interest
of the children) (Suharto, 2006; 2007). Strategi intervensi
pekerjaan sosial tidak bersifat parsial, melainkan holistik dan
berkelanjutan.
Dalam garis besar, alternatif model penanganan anak
jalanan mengarah kepada 4 jenis model, yaitu:
yaitu:
1. Street-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di “jalan”
dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi. Tujuannya
agar
dapat
menjangkau
dan
melayani
anak
di
lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan.
2. Family-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang difokuskan pada
pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga
sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi
anak jalanan atau menarik anak jalanan kembali ke
keluarganya.
3. Institutional-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di
lembaga (panti), baik secara sementara (menyiapkan
reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen
(terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orang
tua atau kerabat). Pendekatan ini juga mencakup tempat
berlindung sementara (drop in), “Rumah Singgah”
Sin ggah” atau
at au
“open house” yang menyediakan fasilitas “panti dan
asrama adaptasi” bagi anak jalanan.
4. Community-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah
komunitas. Melibatkan program-program community
development untuk memberdayakan masyarakat atau
penguatan
kapasitas
masyarakat
dengan
lembaga-lembaga
menjalin
sosial
networking
di
melalui
berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun
lembaga
sosial
masyarakat.
Community-Centered
Intervention Sebagai Model Penanganan Problema
Anak Jalanan di Kota Makassar.
Di atas telah disebutkan bahwa model penanganan
Community-Centered Intervention lebih memusatkan
kepada lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial
masyarakat
baik
melelui
kerjasama
ataupun
pemberdayaan. Dalam hal ini, penulis menawarkan
solusi
agar
kota
Makassar
yang
menjadi
fokus
penanganan anak jalanan mampu menggunakan model
ini dengan efektif. Dengan menggunakan model ini,
diharapkan pemerintah ataupun lembaga sosial terkait
mampu
menjalin
kerja
sama
yang
mengurangi permasalahan anak jalanan ini.
baik
demi
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Trafficking
adalah
perdagangan
manusia,
lebih
khususnya
perdangan perempuan dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku
perdagangan manusia ‘trafficker’ dengan cara mengendalikan korban
dalam bentuk paksaan, penggunaan kekerasan, penculikan, tipu daya,
penipuan ataupun penyalahgunaan
penyalahgunaan kekuasaan atau kedudukan.
Jenis-jenis trafficking ini meliputi perkawinan transinternasional,
eksploitasi seksual phedopilia, pembantu rumah tangga dalam kondisi
buruk, dan penari erotis. Faktor penyebab utama terjadinya tindakan
trafficking ini adalah karena kemiskinan dan beberapa diantaranya adalah,
karena tingkat pendidikan yang rendah, penganiyaan terhadap perempuan,
perkawinan usia muda, dan kondisi sosial budaya masyarakat yang
patriarkhis. Dampak yang bisa ditimbulkan dari trafficking ini adalah
kecemasan, stress, dan ketidakberdayaan.
Narapidana adalah orang-orang sedang
sed ang menjalani
menjala ni sanksi kurungan
atau sanksi lainnya, Faktor-faktor yang dapat menyebakan seseorang
tersebut menjadi narapidana adalah faktor ekonomi, mental, dan pribadi.
Sebagai perawat terapi yang dapat diberikan untuk gangguan jiwa pada
narapidana yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi,
terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi .
Anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan
sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di
jalanan. Selain itu juga ada yang masih bersekolah dan ada yang tidak
bersekolah serta ada yang masih berhubungan dengan keluarga dan ada
yang sudah lepas dari keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Syafaat, Rachmad. 2002. Dagang Manusia-Kajian Trafficking
Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur . Yogyakarta
: Lappera Pustaka Utama.
Sumardi. Mulyanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan
Kebutuhan Pokok .
Jakarta: Rajawali.
Halfiah. Fikri. (2009). Perdagangan Manusia. .
http://kubil.blogspot.com/2009/06/perdaganganmanusia.html..
manusia.html
Karundeng, Narwasti Vike.2005.Sosialisasi Penyadaran Isu Trafiking
: APA ITU TRAFIKING.[terhubung berkala]
http://osdir.com/ml/culture.region. indonesia.ppiindia/2005-03/msg01095.html(24
india/2005-03/msg01095.html(24 Februari 2011)
Tanggal
Nama Ruang
Petugas
KASIR
KOMPREHENSIF
KASIR RJ
Uraian Kegiatan
Jenis
Jenis Part
FIRKAN
SOFTWARE
HARI
Jam
Status
Keterangan
BILLING
SELESAI
Data menumpuk
sdh dihapus
SOFTWARE
BILLING
SELESAI
AWAL
ADI
HARDWARE
JARINGAN
MONITOR
WIFI
PENDING
SELESAI
Jaringan trobel
FIRKAN
SOFTWARE
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Pengembangan
apk android
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cek pagi
AWAL
ADI
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Seting printer
RYAN
HARDWARE
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cpu apt inap
upgrade win7
WINDOWS
SELESAI
Update win 7
15/Jan/2019
ULP
APOTIK
KOMPREHENSIF
APOTIK RI
TIM PDE SOFTWARE
16/Jan/2019
APOTIK RJ
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cek rutin
CM
KOMPREHENSIF
LT.1
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cek pagi
CM
KOMPREHENSIF
LT.2
FIRKAN
JARINGAN
JARINGAN
INTERNET
LAN CARD
PENDING
SELESAI
Wifi ruangan RM
tdk bs
Lan vard freeze
CM RJ
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Pagi
IGD NURSE
AWAL
ADI
HARDWARE
PRINTER
SELESAI
Ganti cartridge
KASIR
KOMPREHENSIF
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Pagi
Bu titik biaya
cetak kartu tidak
SELESAI
masuk karena
pasi
HARI
SOFTWARE
BILLING
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Cek pagi
R. BOROBUDUR
TIM PDE
DLL
--ISI DI NOTE--
SELESAI
Rapat persiapan
ppid
APOTIK
KOMPREHENSIF
TIM PDE HARDWARE
WINDOWS
SELESAI
PRINTER
SELESAI
KASIR RJ
17/Jan/2019
APOTIK RI
Awal
HARDWARE
Printer tdk bs
share
AKL3374002509
Kode . F-2.01
Pemerintah Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten/Kota
: SENDANGMULYO
: TEMBALANG
: KOTA SEMARANG
Kode Wilayah
: 33.74.10.1011
Ket : Lembar 1
Lembar 2
Lembar 3
Lembar 4
:
:
:
:
UPTD/Instansi Pelaksana
Untuk yang bersangkutan
Desa/Kelurahan
Kecamatan
SURAT KETERANGAN KELAHIRAN
Nama Kepala Keluarga
: GIGIH GALANG TARUNA
Nomor Kartu Keluarga
: 3374100405180002
BAYI/ANAK
1.
Nama
: MIKHAILYA KHANZA NABIHA
2.
Jenis Kelamin
: PEREMPUAN
3.
Tempat Dilahirkan
: SEMARANG
4.
Tempat Kelahiran
: RUMAH SAKIT/BERSALIN
5.
Hari dan Tanggal lahir
: MINGGU, 06 JANUARI 2019
6.
Pukul
: 07:35
7.
Jenis Kelahiran
: TUNGGAL
8.
Kelahiran ke
: 1 (SATU)
9.
Penolong kelahiran
: DOKTER
10. Berat bayi
: 2,7 Kg
11. Panjang Bayi
: 47 Cm
IBU
1.
NIK
: 3302066607930002
2.
Nama Lengkap
: EVIN EVIANITA
3.
Tanggal Lahir/Umur
: 26 Juli 1993 / 25 tahun
4.
Pekerjaan
: GURU
5.
Alamat
: KORPRI TULUS HARAPAN B-II/17 RT 005 RW 009
a. Desa/Kel SENDANGMULYO
c. Kab/Kota
b. Kec
TEMBALANG
d. Prov
6.
Kewarganegaraan
: WNI
7.
Kebangsaan
:
8.
Tgl Pencatatan Perkawinan
: 14 April 2018
AYAH
1.
NIK
: 3374101412900001
2.
Nama Lengkap
: GIGIH GALANG TARUNA
3.
Tanggal Lahir/Umur
: 14 Desember 1990 / 28 tahun
4.
Pekerjaan
: KARYAWAN SWASTA
5.
Alamat
: KORPRI TULUS HARAPAN B-II/17 RT 005 RW 009
a. Desa/Kel SENDANGMULYO
c. Kab/Kota
b. Kec
TEMBALANG
d. Prov
6.
Kewarganegaraan
: WNI
7.
Kebangsaan
:
PELAPOR
1.
NIK
: 3374101412900001
2.
Nama Lengkap
: GIGIH GALANG TARUNA
3.
Umur
: 28 tahun
4.
Jenis Kelamin
: LAKI-LAKI
5.
Pekerjaan
: KARYAWAN SWASTA
6.
Alamat
: KORPRI TULUS HARAPAN B-II/17 RT 005 RW 009
a. Desa/Kel SENDANGMULYO
c. Kab/Kota
b. Kec
TEMBALANG
d. Prov
SAKSI I
1.
NIK
: 3374101208530002
2.
Nama Lengkap
: MUGIYARNO
3.
Umur
: 65 tahun
4.
Pekerjaan
: PENSIUNAN
5.
Alamat
: KORPRI TULUS HARAPAN B-II/17 RT 005 RW 009
a. Desa/Kel SENDANGMULYO
c. Kab/Kota
b. Kec
TEMBALANG
d. Prov
SAKSI II
1.
NIK
: 3374105310630002
2.
Nama Lengkap
: SUDIASIH
3.
Umur
: 55 tahun
4.
Pekerjaan
: KARYAWAN SWASTA
5.
Alamat
: KORPRI TULUS HARAPAN B-II/17 RT 005 RW 009
a. Desa/Kel SENDANGMULYO
c. Kab/Kota
b. Kec
TEMBALANG
d. Prov
Mengetahui:
Kepala Desa/Lurah
(.........................................)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
KOTA SEMARANG
JAWA TENGAH
KOTA SEMARANG
JAWA TENGAH
KOTA SEMARANG
JAWA TENGAH
KOTA SEMARANG
JAWA TENGAH
KOTA SEMARANG
JAWA TENGAH
Tembalang, 11 Februari 2019
Pelapor
GIGIH GALANG TARUNA
Download