Resume Buku Bangkitllah Gerakan Mahasiswa Karya Eko Prasetyo Muthahary Hayyurahman ( sampai dengan hal.31) Buku yang cocok untuk para aktivis mahasiswa, dengan membangun semangat dan konsistensi mahasiswa untuk terus bergerak dan aktif dalam pergerakan, melawan ketidakadilan, serta bersekutu dengan rakyat untuk membela kepentingannya. Pesan Victor Serge yang ditulis pada bagian awal buku ini telah jelas bahwa mahasiswa harus melihat sekelilingnya, bergerak berdasarkan hati nurani, jangan sampai jalan yang dipilihnya nanti malah hanya memperhalus jalan untuk kaum kaya dan menindas kaum miskin yang seharusnya mahasiswa bela. Gerakan Mahasiswa : Dimana Kamu Berada Hari ini? Jalanan menjadi saksi bisu – Saksi bisu langkah pergerakan mahasiswa membela ketidakadilan. Hukum yang tidak dilandaskan dengan keadilan, memunculkan protes dan amarah banyak orang. Hukuman layaknya hadiah liburan bagi penguasa dan kaum kaya, dapat diringkankan bahkan diperpendek. Bagi kaum miskin yang salah, layaknya sudah jatuh tertimpa tangga tidak ada yang membelanya dan tidak ada juga ruang mereka untuk membela dirinya; hukum yang pilih kasih. Jalanan jadi panggung – Panggung untuk menyuarakan beragam keluhan. Ketergantungan ekonomi, besarnya hutang negara, sampai dengan mahalnya biaya pendidikan. Negeri ini layaknya hanya cocok bagi kaum kaya, besarnya kesenjangan dimunculkan karena kebijakan ekonomi kita yang hanya mengakomodir kaum kaya. Jalanan berhias kepalsuan – Politisi yang menyebar atribut berisi janji-janji yang sering tidak dipenuhi. Menunjukan beragam kemewahan hidupnya namun berbicara seakan-akan yang paling mencintai rakyatnya. Jalanan tempat bertarung – Pemerkosaan, bayi yang dibuang dan polisi yang tidak peduli. Kita dituntut untuk mandiri, menyelesaikan segala persoalan dengan cara kita sendiri. Jalanan juga jadi persinggungan antara kemewahan dan kekumuhan. Jalanan perlu direbut kembali – menjadi ruang untuk menyuarakan protes dan dengungkan pembangkangan. Menyatakan sikap atas ketidakadilan. Perkokoh barisan untuk berada dalam kaum yan tertindas. Mesir, Tunisia, Turki, Brazil, dan Portugal yang mempertontonkan kepada kita bahwa aksi massa telah berhasil mengguncang tatanan politik. Perkataan Philip Benson bahwa kontrol atas sebuah bangsa dapat diperoleh dengan sistem kredit. Hutang dan kredit mencekik negara-negara di dunia, dan membuat perusahaan-perusahaan besarnya tumbang. Muncul lah pengangguran dan kriminalitas. Telah banyaknya masalah yang muncul, minatkah kita untuk menjadi militan? Media – Tak antusias dalam mencetak berita terkait perubahan. Media hanya menjadi panggung untuk kisah-kisah palsu. Kisah mengenai perlakuan negara para kaum tertindas tidak diliput, akhirnya penindasan dan kesewenang-wenangan jadi suatu kelaziman. Apalagi yang tidak membuat gerakan mahasiswa untuk bergerak? Untuk apa mahasiswa kuliah kemana-mana jika rakyat negeri ini masih terlunta-lunta? Sjahrir berkata kemerdekaan sebagai jembatan kemanusiaan. Hatta juga berkata bahwa kemerdekaan yang kita raih tidak mampu meraih cita-cita sosialnya. Mereka terancam oleh para pengurus negeri ini. Mahasiswa sekarang seharusnya sudah sadar bagaimana kelakuan dari para pejabat di negeri ini, sedikit yang dapat dibanggakan dari hidup mereka, sikap, tindakan dan gaya hidupnya bahkan sedikit yang dapat dijadikan teladan. Budaya minta maaf hampir tidak ada, setiap kesalahan yang dilakukan oleh mereka akan ditanggapi dengan umpatan yang memperjelas ketidakinginannya untuk jadi pihak yang disalahkan. Sudahkan kalian (mahasiswa) kehilangan nyali dan harga diri? Apakah ketakutan atas perkara pengangguran dan trauma akan penindasan yang membuat pergerakan mahasiswa lamban? Bagaimana penindasan itu dihapus? Yaitu dengan kembali menghidupkan pergerakan mahasiswa kembali. Isi ruang-ruang diskusi kampus dengan berbagai permasalahan sosial yang ada di sekeliling kita, dengan begitu harapannya perubahan akan kembali dapat dibentuk. Buat yang suka menulis, buatlah tulisantulisan yang memantik keberanian untuk memprotes, mudah dibaca dan diilhami. Kuasai forumforum publik untuk tujuan propaganda. Antonio Gramsci menyebutnya sebagai intelektual organik, cerdik cendikia yang dapat mentransfer persoalan besar dalam nalar berpikir yang awam. Utopia moral yang memberi inspirasi, harapan baru dan mandat yang menggerakan. Retorika yang menyebutkan mahasiswa sebagai pengubah sejarah selalu didengungkan tiap masa penerimaan mahasiswa baru. Namun hal tersebut mulai tersingkirkan, mahasiswa diam-diam sudah menjadi lapisan borjouis yang dididik menjadi elite. Buku ini bertujuan untuk menggerakan, dengan memberi inspirasi, menebar contoh dan mencetuskan keyakinan. Tokoh-tokoh yang dapat dijadikan contoh seperti Che Guevara, Ali Syariati, dan Soekarno harusnya dijadikan inspirasi bagi mahasiswa sekarang. Modal dasar aktivis : ideologi, pengalaman, dan keberanian. Namun setelah dengan kehidupannya sebagai aktivis mahasiswa, banyak dari mereka yang berlabuh ke partai politik dan dianggap salah langkah. “Rebut perubahan dengan membaca!” Misi buku ini tetap pada mengajak mahasiswa untuk bergerak menantang para durjana. Bangkitkan keberanian yang tenggelam dan sampaikan pesan tegas untuk MELAWAN! Saat kebodohan menguasai kesadaran, maka kesadaran memiliki hak untuk berbuat hal paling bodoh – Ibnu Sina