Uploaded by User47294

19907-1-38300-1-10-20160412

advertisement
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
ISSN: 2303-1298
PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA NEONATUS UNTUK MENGURANGI NYERI
AKIBAT PENGAMBILAN SAMPEL DARAH
Francisca Shanti Kusumaningsih
Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Selama proses perawatan di rumah sakit, neonatus secara rutin mendapatkan tindakan invasif yang menimbulkan
nyeri. Nyeri pada neonatus memberikan pengaruh terhadap tumbuh kembangnya yaitu mengakibatkan perilaku,
fisiologi dan respon metabolik yang negatif. Oleh karena itu penatalaksanaan yeri secara farmakologis maupun
nonfarmakologi sangat diperlukan. Penatalaksanaan nonfarmakologis salah satunya adalah pemberian air susu ibu
(ASI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian suplemen ASI untuk mengurangi
nyeri saat dilakukan prosedur venapungsi. Metode penelitian ini adalah studi kasus pada enam bayi kurang bulan
yang dilakukan venapungsi pengambilan sampel darah. Hasil penelitian ini menunjukkan sesaat segera sebelum
diberikan ASI, rerata denyut jantung dan saturasi oksigen adalah 140x/menit dan 96,5%. Rerata denyut jantung
dan saturasi oksigen pada 0, 1, 3,dan 5 menit setelah prosedur venapungsi dilakukan adalah 147,8 x/menit,
93,1%; 147,1 x/menit, 93,5%; 146,1 x/menit, 94%; 142,5 x/menit, 94,6%. Skor nyeri yang dihitung menggunakan
premature infants pain profile (PIPP) pada 0, 1, 3, dan 5 menit setelah prosedur venapungsi (jarum dilepas dari
bayi) dilakukan adalah 7,0; 5,8; 3,3; 2,5. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian ASI sebanyak
dua milliliter pada dua menit sebelum dilakukan tindakan venapungsi dapat mengurangi nyeri dan waktu
menangis bayi akibat prosedur venapungsi pengambilan sampel darah.
Kata kunci: Neonatus; venapungsi; air susu ibu, nyeri
intramuskuler, pemasangan kateter vena,
PENDAHULUAN
Neonatus
prematur
pada
umumnya
memerlukan perawatan yang intensif dalam
ventilasi mekanik, postural drainase, dan
suction endotrakeal.
jangka waktu pendek dan panjang. Dalam
proses perawatan di rumah sakit neonatus
Pengkajian dan penatalaksanaan nyeri pada
secara rutin mendapatkan tindakan invasif
neonatus yang dirawat penting dilakukan
yang
untuk meningkatkan kualitas hidup neonatus
menimbulkan
nyeri
(Agarwal,
Hegedorn, & Gardner, 2006). Anand (2001)
dimasa
menjelaskan bahwa nyeri bisa disebabkan
Academy of Pediatrics, 2000). Hal ini karena
oleh beberapa prosedur diagnostik seperti
sekarang telah diyakini bahwa neonatus
pungsi
meskipun prematur, secara anatomi dan
arteri,
bronkoskopi,
endoskopi,
yang
akan
telah
datang
mampu
(American
penusukan tumit, lumbal pungsi, Retinopaty
fisiologi
merasakan,
of Prematurity (ROP), dan vena pungsi.
mempersepsikan dan bereaksi terhadap nyeri
Nyeri juga diakibatkan efek terapeutik
secara fisiologis dan psikologis (Sahoo, Rao,
seperti insersi atau pelepasan akses sentral,
Nesargi et al., 2013).
intubasi, ekstubasi selang dada, injeksi
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
9
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
ISSN: 2303-1298
Nyeri pada neonatus dapat mengakibatkan
Penatalaksanaan nyeri pada neonatus adalah
perilaku, fisiologi dan respon metabolik yang
dengan farmakologis dan non farmakologis.
negatif (Anand & Carr, 1989 dalam Sahoo,
Penatalaksanaan
nonfarmakologis
salah
Rao, Nesargi et al., 2013). Perubahan
satunya
pemberian
Shah,
fisiologis yang ekstrim bisa menjadi faktor
Herbozo, Aliwalas, dan Shah (2012) dalam
yang
Systematic
berpengaruh
terhadap
kejadian
adalah
reviews
ASI.
dengan
judul
hipoksia, hiperkarbia, asidosis, ventilator
breastfeeding or breastmilk for procedural
asinkron, pneumothorak, trauma reperfusi,
pain
kongesti
intraventrikular
pemberian ASI untuk mengurangi nyeri pada
hemoragik. Paparan nyeri merupakan suatu
neonatus yang dilakukan tindakan yang
stimulus yang dapat merusak perkembangan
menimbulkan
otak
terhadap
diberikan ASI saat dilakukan tindakan yang
gangguan belajar dan perilaku di masa anak-
menimbulkan nyeri mempunyai peningkatan
anak (Bard, Abdallah, Hawari et al., 2010).
frekuensi
vena,
bayi
dan
dan
berkontribusi
in
neonates
merekomendasikan
nyeri.
detak
Neonatus
jantung
lebih
yang
rendah,
penurunan durasi menangis yang lebih
Nyeri pada neonatus sulit untuk dievaluasi
rendah dibandingkan dengan plasebo (air),
secara subyektif karena ketidakmampuan
empeng
neonatus mengekspresikan secara verbal.
sebaiknya digunakan pada prosedur tindakan
Respon neonatus terhadap nyeri dapat dinilai
untuk mengurangi nyeri pada neonatus
melalui perubahan respon tubuh, perubahan
daripada plasebo, empeng, posisi atau tidak
perilaku, perubahan hormonal, perubahan
diberikan
anatomis dan pergerakan tubuh (Mackenzie,
dilakukan oleh Sahoo, Rao, Nesargi et al.
Acworth, Norden et al., 2005), menangis,
(2013) juga menunjukkan bahwa pemberian
meringis,
jantung,
ASI secara signifikan juga dapat mengurangi
peningkatan tekanan darah (Tsao, Evans,
nyeri pada neonatus yang sedang dilakukan
Meldrum,
venapungsi, meskipun kekuatannya lebih
perubahan
Altman,
denyut
&
Zeltzer,
2007).
Menurut Stevens, Johnston, Petryshen, dan
atau
massage.
intervensi.
Air
susu
Penelitian
ibu
yang
rendah dibandingkan dengan dextrose 25%.
Taddio (1996), alat untuk mengkaji nyeri
bayi secara umum dan sudah tervalidasi
Neonatus
untuk bayi premature dan matur selama
Perinatologi sering mengalami prosedur
dilakukan tindakan yang menyebabkan nyeri
pengambilan
adalah
menggunakan infus yang hampir setiap hari
(PIPP).
premature
infants
pain
profile
yang
di
rawat
sampel
di
darah
Ruang
dan
dilakukan pengulangan penusukan karena
infus macet atau bengkak. Hal ini berarti
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
10
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
ISSN: 2303-1298
neonatus akan sering mengalami prosedur
stimulus menuju saraf spinotalamikus dan
yang menyebabkan nyeri dimana akan
talamiko kortikalis (Hall & Anand, 2005).
memberikan
kembangnya.
pengaruh terhadap
Pemberian
sukrosa
tumbuh
untuk
Bayi
preterm
mempunyai
komponen
mengurangi nyeri pernah dilakukan di
anatomis, neurofisiologis, dan hormonal
ruangan, tetapi persediaan sukrosa tidak
untuk mempersepsi nyeri. Kontrol inhibitorik
selalu ada di ruangan. Untuk mengurangi
desendens
nyeri saat prosedur tersebut, neonatus juga
sehingga respons terhadap stimulus nyeri
diberikan pacifier (empeng) atau bahkan
lebih hebat dibandingkan anak yang lebih tua
tidak diberikan intervensi.
dan orang dewasa. Serabut saraf yang tidak
pusat
kurang
berkembang
bermyelin mampu mentransmisikan nyeri.
Neonatus yang dirawat di Ruang Perinatologi
Menurut Lissauer dan Fanaroff (2009),
mempunyai sediaan ASI yang disimpan oleh
reseptor sensorik dan neuron kortikal telah
ibu di dalam lemari es. Ibu juga mudah untuk
berkembang pada usia gestasi 20 minggu.
dihubungi apabila persediaan ASI tidak
Pada usia gestasi 24 minggu timbul sinap-
cukup untuk neonatus. Oleh karena itu
sinaps kortikal, dan pada usia gestasi 30
peneliti merasa yakin bahwa pemberian ASI
minggu telah terjadi mielinisasi pada jaras
untuk mengurangi nyeri pada neonatus yang
nyeri dan perkembangan sinaps medulla
sedang
spinalis dengan serabut-serabut sensorik.
dilakukan
tindakan
yang
menimbulkan nyeri bisa dilaksanakan di
ruangan.
Indikator Penilaian Nyeri pada Bayi
Nyeri harus dinilai secara rutin dengan
TINJAUAN TEORITIS
menggunakan skala yang tepat. Indikator
Nyeri pada Neonatus
untuk menentukan bayi sedang mengalami
Nyeri merupakan fenomena multidimensi
nyeri yang dapat dilihat adalah respon
yang dipengaruhi oleh persepsi sensori dan
fisiologis, perubahan tingkah laku dan respon
emosional individu (Melzack & Wall, 1965
biokimia.
dalam Kenner & McGrath, 2004). Sherwood
professional
(2009) menjelaskan bahwa nyeri merupakan
kemampuan untuk menilai nyeri bayi secara
mekanisme proteksi untuk menimbulkan
objektif, dan membuat keputusan yang tepat
kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau
tentang penggunaan analgetik yang sesuai
akan terjadi kerusakan jaringan. Persepsi
(Burton & Mackinnon, 2007).
Tenaga
kesehatan
diharapkan
yang
mempunyai
nyeri berada pada area kortek (fungsi
evaluatif kognitif) yang muncul akibat
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
11
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
ISSN: 2303-1298
Instrument penilaian nyeri pada bayi harus
stimulasi
dipilih
swaddling/
berdasarkan
perkembangannya
usia
sehingga
dan
didapatkan
position,
multi
sensori,
bundling,
membedong/
facilitated
breastmilk/
tucking
breastfeeding.
informasi yang akurat dan intervensi yang
Penatalaksanaan farmakologis yang dapat
tepat untuk mengatasi masalah. Berbagai
digunakan pada bayi adalah: opioid (morfin,
instrumen penilaian nyeri bayi adalah:
fentanyl), anestesi (lidokain, EMLA, ketamin,
premature infants pain profile (PIPP),
thiopental), dan acetaminophen.
neonatal
facial
coding
scale
(NFCS),
neonatal infant pain scale (NIPS), CRIES
Terapi farmakologis untuk menghilangkan
Score, Pain assessment tool (PAT).
atau
meredakan
nyeri
diberikan
pada
prosedur nyeri berat (mayor), tetapi tidak
Alat untuk mengkaji nyeri bayi secara umum
diberikan untuk prosedur yang menimbulkan
dan sudah tervalidasi untuk bayi premature
nyeri ringan (minor) seperti pengambilan
dan matur selama dilakukan tindakan yang
sampel
menyebabkan nyeri adalah PIPP (Stevens et
Pemberian obat-obatan dalam jangka waktu
al., 1996).
Prematur infant pain profile
lama dan dosis yang kurang tepat dapat
mempunyai tujuh indikator pengukuran yang
menyebabkan hipotensi dan depresi sistem
meliputi perilaku, fisiologi, dan indikator
pernapasan (Mountcastle, 2009).
darah
atau
pemasangan
infus.
kontekstual. Usia gestasi dan perilaku bayi
juga dimasukkan dalam penjumlahan nilai.
Salah satu metode nonfarmakologis yang
Pengukuran PIPP terdiri dari usia gestasi,
efektif
status perilaku, penonjolan dahi, pejaman
tindakan yang menimbulkan nyeri adalah
mata, lekukan nasolabial, denyut jantung dan
memberikan air susu ibu (Sahoo, Rao,
saturasi oksigen.
Nesargi et al., 2013; Shah et al., 2012;
untuk
menurunkan
nyeri
pada
Upadhyay, Aggarwal, Narayan, Joshi, Paul,
Penatalaksanaan Nyeri pada Bayi
& Deorari, 2004). Air susu ibu merupakan
American Academy of Pediatrics (2000)
air susu yang dihasilkan oleh kelenjar mamae
merekomendasikan prinsip umum dalam
ibu. Air susu ibu mempunyai rasa yang
pencegahan dan manajemen nyeri antara lain
manis karena mengandung laktosa dan zat-
dengan
dan
zat lain. Dibandingkan dengan formula lain,
nonfarmakologis. Metode nonfarmakologis
ASI mengandung konsentrasi tryptophan
antara lain glukosa/ sukrosa, non nutritive
yang lebih tinggi (Heine, 1999) yang
sucking (NNS)/ empeng/ pacifier, skin to skin
merupakan prekusor melatonin. Melatonin
contact /kangaroo care/ metode kanguru,
terbukti
terapi
farmakologis
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
meningkatkan
konsentrasi
beta
12
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
ISSN: 2303-1298
endorphin (Barrett, Kent, & Voudoris, 2000)
dilakukan dengan instrument PIPP adalah
dan memungkinkan untuk menjadi suatu
reliable.
mekanisme efek nosiseptif ASI. Pemberian
air susu ibu sebagai pereda nyeri dinilai lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN
natural, mudah didapatkan, mudah untuk
Pemberian ASI dilakukan pada rerata waktu
digunakan, tidak memerlukan tambahan
1 jam 39 menit setelah waktu minum
biaya, dan tidak mempunyai risiko (Schollin,
terakhir. Sesaat segera sebelum diberikan
2004).
ASI,
rerata
denyut
jantung
adalah
140x/menit. Rerata denyut jantung pada 0, 1,
HASIL KEGIATAN
3,dan 5 menit setelah prosedur venapungsi
Pelaksanaan
dilakukan adalah
Penelitian
ini dilakukan pada enam bayi
x/menit, 146,1 x/menit, 142,5 x/menit. Hal
yang akan dilakukan vena pungsi untuk
ini menunjukkan bahwa respon nyeri yang
pengambilan sampel darah yang memenuhi
dialami oleh bayi meningkatkan denyut
kriteria inklusi: usia gestasi ≥ 34 minggu,
jantung pada 0-30 detik pertama dan mulai
Apgar
5,
menurun pada menit pertama dan terus
mendapatkan nutrisi enteral/ sudah minum
berkurang pada menit-menit berikutnya.
oral, tidak menggunakan analgetik opioid,
Pada menit kelima denyut jantung mendekati
sedatif, atau Phenobarbital. Kegiatan ini
tingkat yang sama seperti saat sebelum
dilakukan
dilakukan prosedur yang menyebabkan nyeri.
skor
≥
di
5
pada
Instalasi
menit
ke
Gawat
Darurat
147,8 x/menit, 147,1
Perinatologi, Special Care Nursery (SCN) 2
dan SCN 3.
Sesaat segera sebelum diberikan ASI, rerata
saturasi
oksigen
adalah 96,5%.
Rerata
Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri.
saturasi oksigen pada 0, 1, 3,dan 5 menit
Untuk
setelah
mengetahui
reliabilitas
observer,
prosedur venapungsi dilakukan
dilakukan dengan merekam satu kegiatan
adalah 93,1%, 93,5%, 94%, 94,6%. Hal ini
venapungsi
darah
menunjukkan bahwa respon nyeri yang
kemudian dilakukan dua kali penilaian
dialami oleh bayi menurunkan saturasi
dengan skor PIPP dalam waktu yang
oksigen pada 0-30 detik pertama dan mulai
berbeda oleh mahasiswa sendiri. Penilaian
meningkat pada menit pertama dan terus
pertama dan kedua mempunyai selisih waktu
bertambah pada menit-menit berikutnya.
tiga hari. Hasil penilaian tersebut kemudian
Pada
dihitung. Peneliti mendapatkan kesamaan
mendekati tingkat yang sama seperti saat
pengambilan
sampel
menit
kelima
saturasi
oksigen
nilai lebih dari 70%, maka observasi yang
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
13
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
sebelum
dilakukan
prosedur
yang
menyebabkan nyeri.
ISSN: 2303-1298
setelah
dilakukan
prosedur
venapungsi
adalah 17,3 detik. Waktu menangis pada bayi
prematur lebih lama dibandingkan dengan
Venapungsi
pengambilan
sampel
darah
bayi matur karena selain karena respon nyeri
dilakukan antara 8-10 detik. Skor nyeri yang
yang dialami lebih tinggi juga karena pada
dihitung menggunakan PIPP pada 0, 1, 3,
bayi prematur masih banyak syaraf tidak
dan 5 menit setelah prosedur venapungsi
bermielin, sehingga transmisi nyeri pada bayi
(jarum dilepas dari bayi) dilakukan adalah 7,
prematur lebih lambat.
0;5,8; 3,3; 2,5. Hal ini dapat diartikan bahwa
secara umum, bayi yang dilakukan prosedur
mengalami peningkatan nyeri pada 30 detik
pertama dan pada menit pertama sudah
mengalami penurunan nyeri sampai batas
nyeri ringan/tidak nyeri. Hal ini berarti juga
bahwa pemberian ASI pada bayi yang
dilakukan prosedur yang menyebabkan nyeri
dapat menurunkan nyeri pada 1 menit
pertama setelah tindakan.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Parameter
Berat badan
(gr)
Usia gestasi
(mgg)
Usia koreksi
(hari)
Lama waktu
setelah minum
terakhir (menit)
Waktu
pengambilan
sampel (detik)
Lama waktu
menangis
(detik)
R1
3000
R2
2262
R3
1900
R4
3100
R5
3200
R6
1825
38
36
35
38
38
35
3
3
3
8
5
3
90
105
95
105
97
105
8
10
8
10
9
8
17
19
18
18
14
18
Skor PIPP lebih tinggi pada bayi yang lahir
Tabel 2. Denyut Jantung Dan Saturasi
Oksigen
pada usia 32-36 minggu 6 hari (rerata 5,5)
daripada usia ≥ 36 minggu (rerata 4,1). Hal
ini bisa disebabkan karena kontrol inhibitorik
desendens pusat bayi prematur kurang
berkembang dibandingkan bayi yang matur,
sehingga respon terhadap stimulus nyeri
lebih hebat. Konsentrasi sel reseptor perifer
R1
143
Baseline
(x/mnt, %)
99
Setelah venapungsi
0-30 detik
147
(x/mnt, %)
97
1-1,5 menit
145
(x/mnt, %)
98
3-3,5 menit
145
(x/mnt, %)
98
5-5,5 menit
140
(x/mnt, %)
98
R2
131
95
R3
150
96
R4
141
92
R5
135
96
R6
140
96
145
94
143
93
143
93
140
95
152
96
155
95
152
96
147
96
145
90
145
90
145
91
143
91
150
94
149
92
145
92
140
94
148
95
146
93
147
94
145
94
lebih tinggi pada bayi dibanding orang
dewasa,
terlebih
pada
bayi
Tabel 3. PIPP SCORE
prematur
memiliki kulit yang lebih tipis sehingga
sehingga respon terhadap nyeri lebih tinggi.
Respon tangisan pada bayi terjadi selama 14-
0-30 detik
1-1,5 menit
3-3,5 menit
5-5,5 menit
Total
R1
R2
R3
R4
R5
R6
7
6
4
2
4,75
7
7
5
3
5,5
8
8
3
3
5,5
6
2
0
0
3,3
6
5
4
3
4,5
8
7
4
4
5,75
Re
rat
a
7,0
5,8
3,3
2,5
18 detik dengan rerata lama waktu menangis
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
14
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
ISSN: 2303-1298
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa
keluar, produksi ASI masih sedikit, berpikir
ASI dapat mengurangi nyeri yang dialami
bahwa bayinya sudah cukup minum hanya
oleh
venapungsi
dengan susu formula, dan kurang memahami
pengambilan sampel darah. Tangisan pada
manfaat pemberian ASI untuk anaknya.
bayi juga terjadi dengan waktu yang singkat.
Secara umum ibu tidak mengetahui fisiologis
Hal ini disebabkan ASI mempunyai rasa
menyusui dan manfaat pemberian ASI.
bayi
akibat
prosedur
yang manis karena mengandung laktosa.
Dibandingkan dengan formula lain, ASI
Hal ini merupakan tantangan bagi petugas
mengandung konsentrasi tryptophan yang
kesehatan untuk meningkatkan cakupan ASI
lebih tinggi (Heine, 1999). Tryptophan
mengingat manfaat ASI yang sangat besar.
merupakan prekusor melatonin. Melatonin
Melihat masalah diatas, langkah yang bisa
terbukti
meningkatkan
endorphin
(Barrett
memungkinkan
et
konsentrasi
beta
dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah
al.,
dan
memberikan
untuk
2000)
menjadi
suatu
mekanisme efek nosiseptif ASI.
edukasi
pada
ibu
tentang
fisiologi menyusui dan manfaat pemberian
ASI. Dengan memberikan edukasi pada ibu
akan meningkatkan pemahaman ibu tentang
Pemberian
ASI
sebagai
pereda
nyeri
kebutuhan
bayi
dan
meningkatkan
memiliki banyak keuntungan karena dinilai
kepercayaan diri dan keinginan ibu untuk
lebih natural, mudah didapatkan, mudah
bisa memenuhi kebutuhan bayi. Kepercayaan
untuk
memerlukan
diri ibu yang tinggi terhadap kemampuan
tambahan biaya, dan tidak mempunyai risiko
untuk memenuhi kebutuhan bayi akan
bila dilakukan secara berulang (Schollin,
meningkatkan
2004). Tetapi pada pelaksanaan penelitian ini
Sehingga
kendala yang dialami justru pada tidak
mendukung developmental care bayi.
tersedianya ASI pada bayi yang akan
KELEMAHAN
dilakukan prosedur venapungsi pengambilan
Kelemahan
sampel darah. Bayi yang dirawat di ruang
prosedur vena pungsi pengambilan sampel
perinatologi tidak memiliki persediaan ASI
darah dilakukan oleh petugas yang berbeda,
karena ibu tidak memerah susu untuk
yaitu pada dua orang responden. Sehingga
bayinya.
yang
kemungkinan respon nyeri akan berbeda
dilakukan pada 5 orang ibu, ibu tidak
karena stimulus yang diterima dilakukan oleh
memompa ASI untuk anaknya karena tidak
orang yang berbeda.
tahu
digunakan,
Dari
bagaimana
tidak
hasil
cara
wawancara
memompa
bonding
secara
dari
tidak
ibu
dan
bayi.
langsung
akan
penelitian
ini
adalah
dan
menyimpan ASI, ibu mengeluh ASI belum
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
15
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
ISSN: 2303-1298
and stress in the neonate. Pediatrics,
105, 454-61.
KESIMPULAN
ASI yang diberikan sebanyak 2 mL dalam
waktu 2 menit sebelum dilakukan tindakan
venapungsi pengambilan sampel darah dapat
mengurangi nyeri yang dialami oleh bayi dan
dapat mengurangi waktu menangis bayi
akibat prosedur venapungsi pengambilan
sampel darah.
SARAN
Pemberian
ASI
sebagai
pereda
nyeri
sebaiknya dilakukan karena memiliki banyak
keuntungan antara lain; lebih natural, mudah
didapatkan, mudah untuk digunakan, tidak
memerlukan tambahan biaya, dan tidak
mempunyai risiko bila dilakukan secara
berulang. Pemberian ASI sebagai pereda
nyeri sebaiknya dilakukan karena secara
tidak langsung akan meningkatkan cakupan
ASI, meningkatkan bonding ibu dan bayi,
Agarwal, R., Hogedom, M.L., & Gardner,
S.L. (2006). Pain and pain relief:
Handbook of neonatal care (pp. 191218). St. Louis: Mosby.
Anand, K.J., & The International EvidenceBased Group for neonatal Pain.
(2001). Consensus statement for the
prevention and management of pain
innewborn. Arch Pediatr Adolesc Med,
155.
Badr, L. K., Abdallah, B., Hawari, M.,
Sidani, S., Kassar, M., & Nakad, P.
(2010). Determinans of premature
infants pain responses to heelsticks.
Pediatrics Nursing, 36(3), 129-136.
Barrett, T., Kent, S., & Voudoris, N. (2000).
Does melatonin modulate betaendorphin, cortocosterone, and pain
threshold?. Life Sciences, 66,467-76.
Burton, J., & MacKinnon, S. (2007).
Selection of a tool to assess
postoperative pain on a neonatal
surgical unit. Infant, 3(5), 188-196.
dan developmental care bayi. Memberikan
edukasi
secara
langsung
kepada
ibu
mengenai fisiologis menyusui dan manfaat
ASI untuk meningkatkan pengetahuan dan
kepercayaan diri ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Academy of Breastfeeding Medicine
Protocol Committee. (2010). Nonpharmacologic
management
of
procedure-related
pain
in
the
breastfeeding infant. Breastfeed Med,
5(6), 315-9.
American Academy of Pediatrics. (2000).
Prevention and management of pain
Hall, R. W., & Anand, K. J. (2003). Short
and long term impact of neonatal pain
and stress. NeoReviews, 6, 69-74.
Heine, W. E. (1999). The significance of
tryptophan
in infant
nutrition.
Advances in Experimental Medicine
and Biology, 467, 705-10.
Sahoo, J.P., Rao, S., Nesargi, S., Ranjit T.,
Ashok, C., & Bhat, S. (2013).
Expressed breastmilk vs 25% dextrose
in procedural pain in neonates, a
double blind randomized controlled
trial. Indian Pediatr, 50(2), 194-5.
Kenner, C. & McGrath, J. M. (2004).
Developmental care of newborn.
Philadelphia: Mosby.
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
16
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
ISSN: 2303-1298
Lissauer, T., & Fanaroff, A. (2009). At a
glance neonatologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Schollin, J. (2004). Analgesic effect of
expressed breastmilk in procedural
pain in neonates. Acta Paediatrica, 93,
453-5.
Shah, P. S., Herbozo, C., Aliwalas, L. L., &
Shah, V. S. (2012). Breastfeeding or
breast milk forprocedural pain in
neonates. Cochrane Database of
Systematic Reviews. Issue 12.
Sherwood, L. (2009). Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Stevens, B. J., Johnston, C. C., & Horton L.
(1993).
Multidimensional
pain
assessment in premature neonates:
pilot study. Journal of Obstetric,
Gynecologic, and Neonatal Nursing,
22, 531-41.
Stevens, B., Johnston, C., Petryshen, P., &
Taddio, A. (1996). Premature infant
pain profile: Development and initial
validation. Clin J Pain, 12, 13-22.
Tsao, J. C. I., Evans, S., Meldrum, M.,
Altman, T., & Zeltzer, L. K. (2007). A
review of CAM for procedural pain in
infancy: Part I. Sucrose and non
nutritive sucking. Adance Acces
Publication, 5(4), 371-381.
Upadhyay, A., Aggarwal, R., Narayan, S.,
Joshi, M., Paul,V. K., & Deorari, A.
K. (2004). Analgesic effect of
expressed breast milk in procedural
pain in term neonates: a randomized,
placebo-controlled, double-blind trial.
Acta Paediatr, 93(4), 453-5.
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
17
Download