PEMERIKSAAN ASET TETAP BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu perusahaan kekayaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini dikarenakan berjalannya kegiatan perusahaan sangat berhubungan erat dengan kepemilikan kekayaan perusahaan. Disisi lain kepemilikan kekayaan perusahaan harus di kelola dan ungkapkan dengan benar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum agar informasi yang diberikan nantinya tidak menyesatkan bagi pemakai Laporan keuangan . Audit merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menilai kewajaran atas akun yang terdapat pada laporan keuangan dari kesalahan mencatat maupun kesalahan dalam mengalokasikan biaya, baik yang disengaja maupun tidak disengaja . Audit dapat dilakukan oleh pihak intern maupun oleh pihak ekstern. Dalam Pemeriksaan akuntansi baik yang dilakukan oleh auditor intern ataupun oleh auditor ekstern , harus diketahui terlebih dahulu tentang tujuan perusahaan dalam melaksanakan Pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan karena diketahui sebelumnya adanya ketidakberesan atau biasa disebut dengan tujuan khusus , maka Pemeriksaan harus dilakukan dengan sedetail mungkin dan sample yang digunakan adalah 100 % atau semua kegiatan yang berkaitan dengan masalah tersebut harus di periksa. Agar diketahui ketidakberesan yang terjadi karena apa dan berapa nilai kesalahannya, serta siapa pihak yang terkait yang melakukan kesalahan (disengaja atau tidak). Berbeda dengan Pemeriksaan yang tujuannya adalah umum dimana perusahaan hanya menginginkan penilaian terhadap pihak auditor, untuk menyatakan wajar atau tidak terhadap pelaksanaan kegiatan akuntansi yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan. Dengan demikian untuk Pemeriksaan umum ini auditor tidak harus melakukan Pemeriksaan dengan 100 % Bukti transaksi , tetapi dapat dengan menggunakan sample Bukti yang sebelumnya dilakukan penilaian system pengendalian intern, materialitas perusahaan dan risiko perusahaan. Aktiva Tetap sebagai salah satu akun yang mempunyai nilai material , maka adanya kesalahan pencatatan, perhitungan, penyajian dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda oleh pemakai Laporan keuangan. Hal ini sangat merugikan baik oleh perusahaan sendiri maupun oleh pihak ekstern yaitu seperti kreditur, investor, pemegang saham , publik . Untuk itu diperlukan audit untuk menghindari kesalahan dalam pelaporan keuangan. Agar audit dapat memberikan laporan yang memberikan risiko kecil maka perlu dibuat teknik audit yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan . Demikian pula diperlukan orang yang kompeten dan independen dalam melaksanakan audit tersebut. Dari masalah tersebut maka muncul pertanyaan tentang bagaimana teknik audit aktiva tetap dilakukan agar terhindar dari kesalahan dalam pelaporan keuangan . 1 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apa defini dari Audit Aktiva Tetap? 2. Apa saja Kelompok Aktiva Tetap? 3. Bagaimana Metode Perhitungan Penyusutan? 4. Bagaimana Transaksi Pembiayaan Aktiva ? 5. Apa saja Perbandingan Biaya yang dapat Dikurangkan dari Alternatif Pembiayaan Tunai, Kredit Bank, dan Sewa Guna Usaha (leasing)? 6. Bagaimana Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap? 7. Apa Audit Objective (Tujuan Pemeriksaan) Aktiva Tetap ? 8. Bagaimana Teknik Audit Aktiva Tetap? 9. Bagaimana Prosedur Pemeriksaan Aktiva Tetap ? 10. Bagaimana Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap? 11. Apa Perbedaan pengujian substantif terhadap aktiva tetap dan aktiva lancar? 1.3 Tujuan Penulisan Agar menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemeriksaan aktiva tetap. 2 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan. Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (non depreciable) dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable) mencakup tanah, bangunan, mesin serta peralatan lainnya, ataupun sumber-sumber alam. Aktiva tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan." Sedangkan untuk pengakuannya, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 tentang Pengakuan Aktiva Tetap dan Aktiva Lain- Lain, menyatakan suatu barang modal untuk diakui sebagai aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap maka harus dipenuhi syarat berikut: 1 Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan. Dalam menentukan suatu pos memenuhi kriteria pertama untuk pengakuan, suatu perusahaan harus menilai tingkat kepastian aliran manfaat keekonomian masa yang akan datang berdasarkan bukti yang tersedia pada waktu pengakuan awal. Adanya kepastian yang cukup bahwa manfaat keekonomian masa yang akan dating akan mengalir ke perusahaan membutuhkan suatu kepastian bahwa perusahaan akan menerima imbalan dan menerima resiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika resiko dan imbalan telah diterima perusahaan. Sebelum hal ini terjadi, transaksi untuk memperoleh aktiva biasanya dapat dibatalkan tanpa sanksi yang signifikan, dan karenanya aktiva tidak diakui. 2 Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal. Kriteria kedua untuk pengakuan biasanya dapat dipenuhi langsung karena transaksi pertukaran mempunyai bukti pembiayaan aktiva yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aktiva dikontruksi sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat dibuat dari transaksi dengan pihak eksternal dan perusahaan untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan input lain yang digunakan dalam proses kontruksi. 3 Aktiva yang digunakan dalam operasi/kegiatan utama perusahaan dan tidak untuk dijual. 4 Memiliki umur ekonomi yang panjang, biasanya lebih dari satu tahun dan disusutkan nilainya; dan 5 Memiliki bentuk fisik yang aktual. 3 2.2 Kelompok Aktiva Tetap Fixed assets atau aktiva tetap bisa dibedakan menjadi: 1 Fixed tangible assets (aktiva tetap yang mempunyai wujud/bentuk, bisa dilihat, bisa diraba). a. Tanah (Land) yang diatasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah. Tanah ini biasanya tidak dususutkan (menurut SAK maupun peraturan pajak). Tanah bisa dimiliki dalan bentuk hak milik, hak guna bangunan (biasanya jika kita membeli rumah dari real estate) yang mempunyai jangka waktu 20-30 tahun, hak guna usaha dan hak pakai. Perlu diperhatikan bahawa perusahaan asing dan mancanegara asing tidak diperbolehkan membeli tanah dengan hak milik. b. Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parker, taman, mesin-mesin (Mechiney), Peralatan (Equipment), Furniture & Fixtures (meja, kursi), Delivery Equipment/Vehicles (mobil, motor, kapal laut, pesawat terbang). c. Natural Resources (Sumber Alam), seperti pertambangan minyak, batu bara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH). Natural Resources ini harus dideplasi, bukan disusutkan, pada saat sumber alam tersebut mulai menghasilkan. 2 Fixed intangibleassets (aktiva tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk, sehingga tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba). Hak paten, hak cipta (copy right), franchise, goodwill, preoperating expenses (biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian). Contoh dari franchise adalah Kentucky fried chicken, hamburger, McDonald. Dalam hal ini pengusaha yang ingin menjual makanan/minuman tersebut harus menandatangani kontrak dengan pemilik franchise, agar bisa menjual makanan/menuman dengan rasa, bentuk, gaya, dekorasi yang khusus untuk jenis makanan tersebut, tentu saja dengan membayar royalty. 2.3 Metode Perhitungan Penyusutan Menurut Suandy (2008) penyusutan adalah : “Alokasi sistematis suatu nilai asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang dapat diestimasi.” Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaanya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut: 1. Metode aktivitas (Activity Method) Metode aktivitas (activity method ), juga disebut pendekatan beban variable, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas bukan dari berlalunya waktu. Rumus metode aktivitas adalah: Beban penyusutan = ( biaya - nilai sisa) x jam tahun ini Total estimasi jam 2. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah diguanakan secara luas dalam prakteknya karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur yang paling sesuai. rumus metode garis lurus adalah: Beban penyusutan = biaya dikurangi nilai sisa Estimasi umur pelayanan 4 3. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method) Metode beban menurun (Decreasing Charge Method), yang seringkali disebut metode penyusutan dipercepat menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum satu dari dua metode beban menurun digunakan yaitu: metode jumlah angka tahun atau metode saldo menurun. a. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year Digits) Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan. Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut (5+4+3+2+1= 15) dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang. Dengan metode ini, pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, dan 1/15). Pada akhir masa manfaat aktiva, saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa. Sum of the year digits = N (N + 1) 2 N= masa manfaat b. Metode Saldo Menurun Metode beban menurun lainnya adalah metode saldo menurun (declining balance method), yang menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa kelipatan dari metode garis lurus. Rumus metode saldo menurun adalah sebagai berikut: Beban penyusutan = 2 x tarif garis lurus x nilai buku awal tahun 4. Metode Penyusutan Khusus Perusahaan tidak memilih salah satu dari metode penyusutan yang lebih populer karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan penerapan metode penyusutan khusus. a. Metode Kelompok Dan Gabungan Akun aktiva seringkali disusutkan dengan satu tarif. Terdapat dua metode penyusutan untuk beberapa akun aktiva yang digunakan, yaitu metode kelompok dan metode gabungan. Metode kelompok sering digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki masa manfaat yang hampir sama. Pendekatan gabungan digunakan apabila aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda. b. Metode Campuran atau Kombinasi Metode penyusutan yang sudah diterangkan diatas, perusahaan bebas mengembangkan metode penyusutan sendiri yang khusus atau dibuat khusus. Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum hanya mensyaratkan bahwa metode itu menghasilkan pengalokasian biaya aktiva selama umur aktiva dengan cara yang sistematis dan rasional. 2.4 Transaksi Pembiayaan Aktiva 2.4.1 Transaksi Pembiayaan Aktiva Tetap Secara Tunai Pembiayaan secara tunai berarti perusahaan harus menyiapkan dan mengeluarkan dana tunai sebesar harga aktiva tetap yang baru. Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembiayaan tunai dicatat dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap tersebut. Perusahaan harus sanggup menyediakan uang tunai sebesar harga aktiva tetap dan menyetorkan kepada pihak supplier. Setelah bukti pembayaran telah diterima, supplier akan 5 mengirimkan aktiva tersebut kepada perusahaan yang membeli dengan biaya-biaya yang telah disepakati dalam perjanjian jual beli barang. 2.4.2 Transaksi Pembiayaan Aktiva Tetap Secara Kredit Bank Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang artinya percaya. Menurut Hasibuan (2001:87), “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Jenis Kredit Bank Berdasarkan Jangka Waktu Menurut Home (1992), ada dua pembedaan jangka waktu kredit, yaitu: 1. Kredit jangka pendek merupakan kredit yang berjangka waktu selama-lamanya satu tahun. 2. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. Keuntungan utama dari pinjaman jangka panjang adalah fleksibilitasnya. Debitur berurusan langsung dengan yang meminjamkan, dan pinjaman dapat disesuaikan terhadap kebutuhan peminjam melalui negosiasi langsung 2.4.3 Transaksi Pembiayaan Aktiva Tetap Melalui Sewa Guna Usaha (leasing) Definisi sewa guna usaha (leasing), menurut The International Accounting Standart (IAS 17) Triandaru, Sigit 2006 : “Suatu perjanjian dimana pemilik asset atau perusahaan sewa guna usaha (lessor) menyediakan barang atau asset dengan hak penggunaan kepada penyewa guna usaha (lessee) dengan imbalan pembayaran sewa untuk suatu jangka waktu tertentu.” Jenis Sewa Guna Usaha (leasing) Menurut Suandy (2008), sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi (finance lease/capital lease) adalah sewa guna usaha (leasing) di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha (leasing) berdasarkan nilai sisa yang disepakati 2. Sewa guna usaha (leasing) tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa guna usaha (leasing) di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha (leasing) tersebut. 2.5 Perbandingan Biaya yang dapat Dikurangkan dari Alternatif Pembiayaan Tunai, Kredit Bank, dan Sewa Guna Usaha (leasing) Ketiga alternatif pembiayaan aktiva tetap diatas memiliki perbedaan tingkat suku bunga dan juga perbedaan dalam perlakuan disektor pajakannya. Adapun beberapa perbedaan perlakuan biaya dalam sektor pajak antara ketiga alternatif pembiayaan tersebut, yaitu : 1. Pembiayaan aktiva tetap secara tunai. Biaya yang dapat dibebankan dalam laporan keuangan fiskal perusahaan adalah biaya penyusutan aktiva tetap, sesuai dengan metode dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan yang berlaku, sedangkan biaya-biaya yang berkenaan dengan perolehan aktiva tetap tersebut tidak boleh dibiayakan dalam laporan keuangan fiskal perusahaan. 2. Pembiayaan aktiva tetap dengan cara sewa guna usaha (leasing). Semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar sewa guna usaha (leasing) dapat dibiayakan pada laporan keuangan fiskal pada tahun yang bersangkutan, sedangkan untuk biaya penyusutannya, belum boleh diakui oleh pihak lessee 6 (perusahaan) selama masa sewa guna usaha (leasing), biaya penyusutan boleh diakui jika aktiva telah diambil alih oleh lessee (perusahaan) dengan membayar nilai hak opsi sebesar nilai perolehan aktiva (besar nilai opsi telah ditentukan perusahaan sewa guna usaha (leasing)) sesuai dengan metode dan umur aktiva bersangkutan yang telah ditetapkan. 3. Pembiayaan aktiva tetap dengan kredit bank. Biaya yang boleh dikurangkan dalam laporan keuangan fiskal adalah beban bunga atas kredit bank tersebut serta biaya penyusutan aktiva tetap, sesuai dengan metode dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan yang berlaku. 2.6 Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap Efraim (2012:234), mengatakan ada beberapa transaksi yang menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu: a. Penjualan Aset Tetap Jika penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang bersangkutan dengan aset tetap tersebut harus dihapuskan. Jika penghentian disebabkan transaksi penjualan, selisih antara harga jual dengan nilai buku aset tetap yang tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan. Sebaliknya jika nilai buku aset lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul kerugian. b. Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap. Apabila aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset tetap tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat aset tetap dihentikan masa pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi penghentian aset tetap. c. Pertukaran Dengan Aset Lain. Harga pertukaran aset tetap yang didapat melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang yang dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar surat-surat berharga tidak dapat ditentukan , harga pasar aset tetap yang diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang bersangkutan. Jika harga pasar kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir oleh pihak yang independen, misalnya oleh penilai (appraiser). 7 2.7 Audit Objective (Tujuan Pemeriksaan) Aktiva Tetap Dalam satu general audit (pemeriksa umum), pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut : 1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tetap. 2. Untuk memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan. 3. Untuk memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan (periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar. 4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aktiva tetap sudah dicatat dengan benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. 5. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat). 6. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan. 7. untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang disewakan, jika ada apakah pendapatan sewa sudah diterima perusahaan. 8. untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang mengalami penurunan nilai (imperment). 9. untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK. 2.8 Teknik Audit Aktiva Tetap Agar audit dapat dilakukan dengan tepat , dan memberikan hasil yang tidak berisiko maka auditor akan melakukan tahapan sebagai berikut yaitu ; 1. Penentuan Risiko Pendeteksian (Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi Audit ) Dalam penentuan risiko, auditor harus menanyakan kepada klien seberapa banyak volume transaksi yang terjadi dalam aktiva tetap untuk satu periode. Kemudian juga harus menyelidiki kemungkinan adanya pembelian dan pengeluaran kas yang tidak di otorisasi., Kemungkinan adanya pembelian aktiva yang tidak memadai, dan kemungkinan adanya penentuan biaya periodik yang dilakukan oleh bagian akuntansi yang tidak mempertimbangkan aspek konsistensi 2. Pemahaman Terhadap struktur pengendalian intern. Dalam pemahaman terhadap struktur pengendalian intern diperlukan pengetahuan tentang : a. Lingkungan pengendalian 1. Pahami struktur organisasi klien yang berkaitan dengan siklus pengeluaran dan pembelian . 2. Adakah metode pengendalian manajemen yang diterapkan dalam siklus pengeluaran. b. Sistem Akuntansi Pelajari proses akuntansi klien yang akan diperiksa !!, Bagaimana pengolahan datanya, Apa saja dokumen-dokumen yang digunakan klien, dan apa saja Catatan Akuntansi yang dibuat oleh klien, ( Minta Flow Cartnya kepada klien !!) c. Prosedur Pengendalian Auditor perlu memahami dan mengetahui ada atau tidak hal-hal seperti : 8 Otorisasi yang memadai Pemisahan wewenang dan tanggung jawab Praktek yang sehat (pengendaliannya apa saja ) Internal auditor 3. Pengendalian Intern secara Umum terhadap transaksi pembelian Aktiva Tetap. Dalam pengendalian intern untuk aktiva tetap terdapat dokumen-dokumen kunci dan catatan akuntansi yang biasa dapat dibuat oleh perusahaan. Dibawah ini adalah dokumen-dokumen kunci dan catatan akuntansi yang seharusnya (idialnya) dibuat oleh perusahaan. 1. Dokumen-dokumen kunci dan catatan akuntansi : Permintaan pembelian (purchase requisition) Perintah Pembelian (Purchase order) Laporan Penerimaan Barang (Receiving report) Faktur penjualan ( vendor invoice) Surat perintah pembayaran (voucher) Ringkasan surat perintah pembayaran (voucher summary) Bukti kas keluar 2. Daftar voucher (voucher register) Cek (chek) Buku tambahan hutang dagang (accounts payable subsidiary ledger) Arsip perintah pembelian yang belum terealisasi (open purchase file) Laporan rekanan penjual (vendor’s statement) Arsip voucher pembelian yang disetujui (purchase transaction file) Memo debit , dll Organisasi yang terkait. Sistem yang baik adalah system yang dalam setiap pekerjaan dilakukan oleh masingmasing fungsi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab kepada atasan fungsi lainnya. Sebagai contoh dalam system S maka fungsi-fungsi yang biasanya terkait adalah : a. Bagian gudang fungsi penyimpanan barang. ( surat permintaan barang) b. Bagian pembelian fungsi pembelian . ( surat permintaan penawaran harga, surat order pembelian) c. Bagian penerimaan fungsi penerimaan barang. (laporan penerimaan barang) d. Bagian Utang fungsi pencatat utang (bukti kas keluar) e. Bagian Kas fungsi pengeluaran kas f. Bagian pengiriman fungsi pengiriman barang . (laporan pengiriman barang ) g. Bagian Jurnal, Buku Besar , dan Laporan , Bagian kartu persediaan, dan Kartu biaya. fungsi Akuntansi (Jurnal Umum, kartu persediaan) 2.9 Prosedur Pemeriksaan Aktiva Tetap Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aset tetap merupakan jumlah yang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan oleh akuntan publik untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang, persedian, dan lainlainnya. Beberapa penyebabnya antara lain: 1. Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah transaksinya dalam setahun biasanya sedikit. 2. Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit di bandingkan mutasi piutang dan persediaan 9 3. Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut off bukan merupakan hal yang penting seperti pemeriksaan atas cut off transactions dalam pemeriksaan pembeliaan dan penjualan persediaan. Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku repeat engagements (penugasan berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa) Prosedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut : 1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap. 2. Minta kepada klien Top Supporting Schedule aktiva tetap, yang berisikan : Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya. 3. Periksa footing dan crossfootingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu. 4. Vounch penambahan serta pengurangan dari fixed Assets tersebut. Untuk penambahan kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya. 5. Periksa phisik dari Fixed Assets tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan nomor kode dari Fixed Assets. 6. Periksa bukti pemilikan aktiva tetap. Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan). Untuk mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya. 7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang dijalankan konsisten dari tahun sebelumnya. 8. Buat analisis tentang perkiraan Repair&Maintenance, sehingga kita dapat mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures. 9. Periksa apakah Fixed Assets tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance Coveragenya cukup atau tidak. 10.Test perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan. 11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk memeriksa apakah ada Fixed Assets dijadikan sebagai jaminan atau tidak. 12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual Fixed Assets. 13. untuk construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction in progress yang harus di transfer ke Fixed Assets. 14. Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leaseagreement dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing. 15. Periksa atau tanyakan apakah ada aktiva tetap yang dijadikan agunan kredit di bank. 16. periksa penyajian dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS). 2.10 Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap 10 Prosedur Audit Kertas Kerja Tanggal Pelaksana an Pelaksan aan Prosedur Audit Awal 1. Lakukan perosedur audit awal atas saldo akun aktiva tetap yang akan di uji lebih lanjut a) Usut saldo aktiva tetap yang tecantum di dalam neraca ke saldo akun aktiva tetap bersangkutan di buku besar. b) Terhitung kembali saldo aktiva tetap di buku besar c) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam aktiva tetap serta hitung akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut. d) Usut saldo akun aktiva tetap ke kertas kerja tahun lalu e) Usut posting pendebetan dan pengkreditan ke dalam jurnal yang bersangkutan f) Lakukan rekonsiliasi akun kontrol terhadap aktiva tetap dalam buku besar ke buku pembantu aktiva tetap Prosedur analitik 2. Lakukan Prosedur analitik a) Hitung rasio: Tingkat perputaran aktiva tetap Laba bersih dengan aktiva tetap Aktiva tetap ke modal saham Biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap b) Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan dari dasarkan pada data masa lalu baik data anggaran maupun data realisasi Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci 3. Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang 11 mendukung timbulnya transaksi tersebut 4. Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut 5. Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi aktiva tetap 6. Lakukan review terhadap akun biasa maintanance maupun biaya reparasi Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci 7. Lakukan inspeksi atau peninjauan terjadap aktiva tetap a) Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap b) Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadinya perbedaan c) Periksan dokumen yang mendukung pembayaran dan pembelian aktiva tetap setelah tanggal neraca 8. Periksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak yang mendukung penggunaan aktiva tetap tersebut 9. Lakukan review terhadap penyusutan aktiva tetap Prosedur verifikasi penyajian dan pengungkapan 10. Bandingkan penyajian aktiva tetap dengna prinsip aktiva yang diterima umum a) periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca b) Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap 2.11 Perbedaan pengujian substantif terhadap aktiva tetap dan aktiva lancar Karena frekuensi transaksi sangat sedikit maka pengujian substantif aktiva tetap relatif lebih singkat dari waktu yang diperlukan untuk pengujian substantif terhadap aktiva lancar. Karena pengaruh cutoff(pisah batas) sedikit pada perhitungan laba rugi maka auditor tidak mengarahkan perhatiannya pada ketelitian cutoff (pisah batas) transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap pada akhir tahun tetapi memusatkan perhatiannya pada ketepatan cutoff (pisah batas) transaksi aktiva lancar. Menitikberatkan pada verifikasi mutasi aktiva tetap. Sedangkan pada aktiva lancar menitikberatkan pada saldo per tanggal neraca. 12 BAB III PENUTUP 3.1 Kasus Pada Desember 2006 Indonesia Corruptin Watch (ICW) melaporkan kasus dugaan korupsi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam ruislaag (tukar guling) antara asset PT. Industri Sandang Nusantara (ISN), sebuah BUMN yang bergerak di bidang tekstil, dengan asset PT. GDC, sebuah perusahaan swasta. Dalam ruislaag tersebut PT. ISN menukarkan tanah seluas 178.497 meter persegi di kawasan Senayan dengan Tanah seluas 47 hektar beserta Pabrik dan mesin di karawang.Berdasarkan hasil temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) semester II Tahun Anggaran 1998/1999, menyatakan ruislaag itu berpotensi merugikan keuangan Negara sebesar Rp. 121,628 miliar. Kerugian itu terdiri dari kekurangan luas bangunan pabrik dan mesin milik PT. GDC senilai Rp. 63,954 miliar, berdasarkan penilaian aktiva tetap oleh PT. Sucofindo pada 1999; penyusutan nilai asset pabrik milik PT. GDC senilai Rp. 31,546 miliar; dan kelebihan perhitungan harga tanah senilai Rp. 0,127 miliar. Selain itu juga ditemukan bahwa terdapat nilai saham yang belum dibayarkan oleh PT. GDC sebesar Rp. 26 miliar. Telaah Kasus Dalam kasus Ruislaag di atas, karena ketidakjelasan prosedur dan syarat-syarat tukar guling asset, sehingga sangat rawan untuk diselewengkan. Seharusnya keputusan Tukar Guling tidak hanya menjadi wewenang salah satu pejabat saja, melainkan melibatkan beberapa pejabat sebagai pengendali dan control yang baik. Selain itu juga diperlukan sebuah aturan baku oleh perusahaan mengenai tukar guling, sehingga kemungkinan penyelewengan menjadi berkurang. Diperlukan juga control dari lembaga bersangkutan terhadap penelitian tim penilik yang meneliti kelengkapan mengenai status asset, dokumen kelengkapan asset, sehingga tidak ada manipulasi dari nilai asset tersebut serta proses tukar menukar. Walaupun menggunakan jasa Appraisal, penilaian asset tetap juga tetap harus diawasi untuk mencegah kecurangan-kecurangan. Dari kasus diatas dapat dibuktikan bahwa PT. ISN memiliki pengendalian intern yang sangat buruk. Sehingga PT. ISN rawan dicurangi oleh rekanan-rekanan bisnisnya maupun oleh oknum-oknum pejabat perusahaan yang ingin mengambil keuntungan. Oleh karena itu hal pertama yang harus dibenahi oleh PT. ISN adalah soal Pengendalian Internnya. 13 3.2 Kesimpulan Dalam mengaudit aktiva tetap, sebagai auditor harus memperhatikan apakah Aktiva tetap tersebut merupakan pembelian tunai, kredit bank, atau leasing. Kemudian metode yang digunakan oleh perusahaan yang akan diaudit apakah konsisten atau tidak. Sehingga auditor dapat memeriksa dokumen-dokumen yang di perlukan. Kemudian auditor harus mengikuti prosedur audit aktiva tetap secara sistematis sehingga memudahkan auditor dalam pemeriksaan. Dalam pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap dapat membantu auditor dalam memeriksa suatu perusahaan sehingga auditor dapat memberikan opini sesuai dengan kondisi suatu perusahaan tersebut. 14 Rencana Pemeriksaan 1. Umum PT Audit didrikan berdasarkan akte notaris. Akta pendirian telah di sahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan nomor C3-11.474 tanggal 17 september 1995. Juga telah didaftarkan di pengadilan negeri Mataram . Maksud dan Tujuan Perusahaan Perusahaan bergerak di bidang jual beli barang-barang elektronik Alamat perusahaan Jln. Raju mas raya blok AD/01 BTN PEMDA (Lobar) 2. Susunan Pengurus Presiden Komisaris Komisaris-komisaris Direktur : Wirawan Suhaedi : Bapak Sapto Ibu Atikah : Ibu Intan 3. Ekuitas Modal dasar perusahaan berjumlah Rp 2.000.000.000 4. Kebijakan Akuntansi a. Penyajian laporan keuangan Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep harga perolehan, laporan arus kas disusun berdasarkan metode langsung b. Piutang usaha Perusahan tidak membuat penyisihan piutang tak tertagih, tetapi langsung membebankan ke perkiraan laba rugi, piutang yang benar-benar tak tertagih. c. Persediaan Persediaan di bukukan berdasarkan harga perolehannya penilaian persediaan akhir berdasarkan metode FIFO d. Aset Tetap Asset tetap dinilai berdasarkan harga perolehan dan penyusutannya di hitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis asset tetap. Taksiran umur ekonomis asset tetap adalah sebagai berikut : Bangunan dan prasarana 20 Tahun Kendaraan 10 Tahun Peralatan Kantor dan Toko 5 Tahun e. Pengakuan pendapatan Pendapatan dari penjualan di akui pada saat dilakukan penyerahan barang kepada pembeli f. Transaksi dan penjabaran mata uang asing Pembukuan perusahaan di selenggarkan dalam mata uang rupiah. Transaksi dalam mata uang asing di bukukan denagn kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Saldo aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pertanggal neraca di jabarkan denag kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. Selisih kurs yang terjadi di kreditkan (dibebankan) pada perhitungan laba rugi tahun berjalan. g. Taksiran Pajak Penghasilan 15 Taksiran pajak penghasilan di tentukan berdasarkan laba kena pajak dari tahun yang bersangkutan h. Tahun buku Tahun buku perusahaan berjalan dari tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember 5. Buku yang digunakan perusahaan Dalam rangka penyusunan laporn keuangan, peruhaan telah menyelenggrakan buku kas, buku bank, buku besar, ayat jurnal, dan proses pembukuan masih dilakukan secara ,manual dan komputerisasi. 6. Masalah akuntansi a. Pembukuan dilakukan secara manual dan komputerisasi. b. Peruhaan yang menuju pada komputerisasi akan dapat memberikan laporan yang lebih cepat, akan tetapi dalam praktiknya perusaan masih mengalami hambatanhambatan dalam penggunaan media tersebut yang berakibat pada terlambatnya penerimaan laporan final. Untuk mengimbangi perkembangan dan masalah-masalah yang timbu, perusahaan perlu meningkatkan pemakain kompter, dalam hal ini menerapkan program yang lebih mantap. 7. Masalah perpajakan a. Dalam pengelompokan beban masih di temukan beban-beban yang sehaarusnya tidak termasuk pada kelom[pok beban menurut fiskal, hal ini perlu penegasan lebih lanjut untuk penyusunan rekonsiliasi laba akuntansi dan laba fiskal. b. Tahun sebelumnya semua pajak terutang telah di selesaikan atau tidak ada pajak yang belum dibayarkan 8. Masalah pemeriksaan Laporan keuangan perusahaan untuk tahun 2014 diperiksa oleh Kantor Akuntan Publik RIVA & REKAN. 9. Rencana Kerja Penempatan Staff: Partner : Riva Yuni Lestari Manajer : Lisa Marlia Abidano Supervisor : Hanni Mashita Suri Senior : Ningtyas Galuh P. Junior : Heppy Fitriyan dan Laksmining Puji Lestari 10. Jasa Akuntan Pemeriksaan umum atas laporan keuangan untuk dapat memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 11. Biaya Pemeriksaan Rp 150.000.000 (Seratus lima puluh juta Rupiah), ditambah PPN, dikurangi PPh 23. 12. Waktu Pemeriksaan lapangan dimulai/selesai Pemeriksaan asset tetap Evaluasi pengendalian internal Penyerahan laporan akuntan Pelaksanaan stock opname : : : : : 13 Desember 2015 s/d 12 Maret 2016 28 Desember 2015 s/d 9 Januari 2016 13 Desember 2015 s/d 12 Januari 2016 22 Maret 2016 Hira, Vivi, Sita 16 17 18 19 20 21 22 23