Uploaded by pangeranlima098

BISMILLAH KOPERASI UMKM

advertisement
MAKALAH KOPERASI DAN UMKM
“PROSPEK PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA ”
Dosen Pengampu:
Ade Ananto Terminanto, M.M
Disusun Oleh:
Aida Maulida Maqbullah
11170850000017
Rahman Fauzi
11170850000021
Ridhani Ar-Rasyid
11170850000037
Aghnina Auliani Hastuti
11170850000043
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang “Prospek Perkembangan Koperasi di
Indonesia.” Makalah ini kami buat dalam rangka memperdalam ilmu di dalam
Koperasi dan UMKM.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.Antara lain:

Bapak, Ade Ananto Terminanto, M.M selaku dosen “Koperasi dan
UMKM”

Teman – teman dari Perbankan Syariah “5A”
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Ciputat,16 September 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB 1 ................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A.
LATAR BELAKANG ............................................................................................ 4
B.
RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 5
C.
TUJUAN ................................................................................................................. 5
BAB 2 ................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
A.
Perkembangan Koperasi di Indonesia ..................................................................... 6
B.
Kondisi Perkoperasian di Indonesia ...................................................................... 13
C.
Prospek perkoperasian di Indonesia ...................................................................... 15
D.
Tantangan yang dihadapi Koperasi saat ini .......................................................... 19
BAB III ............................................................................................................................. 20
PENUTUP ........................................................................................................................ 20
A.
Kesimpulan ........................................................................................................... 20
B.
Saran ..................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ropke (1987) mendefinisikan koperasi sebagai organisasi bisnis yang para pemilik
atau anggotanya adalah juga pelangggan utama perusahaan tersebut (kriteria identitas).
Kriteria identitas suatu koperasi akan merupakan dalil atau prinsip identitas yang
membedakan unit usaha koperasi dari unit usaha yang lainnya. Berdasarkan definisi
tersebut, menurut Hendar dan Kusnadi (2005), kegiatan koperasi secara ekonomis harus
mengacu pada prinsip identitas (hakikat ganda) yaitu anggota sebagai pemilik yang
sekaligus sebagai pelanggan. Organisasi koperasi dibentuk oleh sekelompok orang yang
mengelola perusahaan bersama yang diberi tugas untuk menunjang kegiatan ekonomi
individu para anggotanya. Koperasi adalah organisasi otonom, yang berada didalam
lingkungan sosial ekonomi, yang menguntungkan setiap anggota, pengurus dan pemimpin
dan setiap anggota, pengurus dan pemimpin merumuskan tujuan-tujuannya secara otonom
dan mewujudkan tujuan-tujuan itu melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilaksanakan
secara bersamasama (Hanel, 1989).
Pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui dukungan kuat
program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama, dan tidak mudah ke luar dari
kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula ketergantungan terhadap captive market
program menjadi sumber pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi
tantangan baru bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KUD. Meskipun KUD harus
berjuang untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, namun sumbangan terbesar
KUD adalah keberhasilan peningkatan produksi pertanian terutama pangan, disamping
sumbangan dalam melahirkan kader wirausaha karena telah menikmati latihan dengan
mengurus dan mengelola KUD.
Dewasa ini koperasi di Indonesia juga mengalami banyak sekali perubahan seiring
dengan berjalannya waktu. Sudah banyak sejarah kegagalan dan keberhasilan yang tercetak
mengiringi kedewasaannya. Sejak dicetuskan pertama kali oleh R. Aria Wiriaatmaja di
tahun 1896, koperasi terus melangkah maju dan berhasil menunjukkan keeksistensiannya
hingga kini walau harus tertatih-tatih karena berbagai ambatan terutama dizamam kolonial
dan penjajahan jepang dahulu.
4
Karena itulah masyarakat Indonesia menjadi yakin dengan cita koperasi yang
semakin membaik, dan semakin mendewasakan diri serta tak lagi hanya menjadi koperasi
yang bersifat statis. Koperasi Indonesia memiliki baanyak sekali prospek menjanjikan, dan
tidak mungkin bila nantinya akan mampu mensejajarkan dengan koperasi- koperasi di
negara maju.
Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di Indonesia. Karena sifat
masyarakatnya yang kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat inilah yang sesuai dengan
azas koperasi saat ini. Sejak lama bangsa Indonesia telah mengenal kekeluargaan dan
kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Kebiasaan
yang bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang
dijadikan dasar/pedoman pelaksanaan Koperasi. Kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang
turun-temurun itu dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah
Arisan untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, paketan, mitra cai dan ruing
mungpulung daerah Jawa Barat, Mapalus di daerah Sulawesi Utara, kerja sama pengairan
yang terkenal dengan Subak untuk daerah Bali, dan Julo-julo untuk daerah Sumatra Barat
merupakan sifat-sifat hubungan sosial, nonprofit dan menunjukkan usaha atau kegiatan atas
dasar kadar kesadaran berpribadi dan kekeluargaan. Bentuk-bentuk ini yang lebih bersifat
kekeluargaan, kegotongroyongan, hubungan social, nonprofit dan kerjasama disebut Pra
Koperasi. Pelaksanaan yang bersifat pra-koperasi terutama di pedesaan masih dijumpai,
meskipun arus globlisasi terus merambat kepedesaan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Perkembangan Perkoperasian di Indonesia ?
2. Bagaimana Kondisi Perkoperasian di Indonesia ?
3. Apa saja prospek yang terdapat dalam Koperasi?
4. Apa saja tantangan yang dihadapi Koperasi di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Kondisi Perkoperasian Di Indonesia
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Perkoperasian Di Indonesia
3. Untuk Mengetahui prospek koperasi di masa mendatang
4. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi koperasi di Indonesia saat ini
5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Koperasi di Indonesia
Dalam sistem perekonomian Indonesia dikenal ada tiga pilar utama yang
menyangga perekonomian. Ketiga pilar itu adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi. Ketiga pilar ekonomi tersebut
mempunyai peranan yang masing-masing sangat spesifik sesuai dengan kapasitasnya.
Sayangnya, seperti yang diungkapkan oleh Widiyanto (1998), dari ketiga pilar itu, koperasi,
walau sering disebut sebagai soko guru perekonomian, secara umum merupakan pilar
ekonomi yang "jalannya paling terseok" dibandingkan dengan BUMN dan apalagi BUMS.
Padahal koperasi selama ini sudah didukung oleh pemerintah (bahkan berlebihan)
sesuai kedudukan istimewa dari koperasi di dalam sistem perekonomian Indonesia. Sebagai
soko guru perekonomian, ide dasar pembentukan koperasi sering dikaitkan dengan pasal 33
UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa "Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan". Dalam Penjelasan UUD 1945 itu
dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah
koperasi. Tafsiran itu sering disebut sebagai perumus pasal tersebut.
Kata azas kekeluargaan ini, walau bisa diperdebatkan, sering dikaitkan dengan
koperasi sebab azas pelaksanaan usaha koperasi adalah juga kekeluargaan. Untuk lebih
menata organisasi koperasi, pada tahun 1967 pemerintah Indonesia (Presiden dan DPR)
mengeluarkan UU no. 12 dan pada tahun 1992 UU tersebut direvisi menjadi UU no. 25. Di
banding UU no.12, UU no 25 lebih komprehensif tetapi juga lebih berorientasi ke
pemahaman "kapitalis". Ini disebabkan UU baru itu sesungguhnya memberi peluang
koperasi untuk bertindak sebagai sebuah perusahaan yang memaksimalisasikan keuntungan
(Widiyanto:1998).
Berdasarkan data resmi dari Departemen Koperasi dan UKM, sampai dengan bulan
November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih,
dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding
dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali
lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.
6
Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Hingga
tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif mencapai 71,50%, sedangkan yang
menjalankan rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Tahun 2006
tercatat ada 138.411 unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi yang aktif 94.708
unit dan yang tidak aktif sebesar 43.703 unit.
a.
Awal Perkembangan Koperasi di Indonesia
Perkembangan koperasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1896 (Ahmed 1964:57)
yang selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang. Perkembangan
koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan titik berat lingkup
kegiatan usaha secara menyeluruh yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai
dengan iklim lingkungannya. Jikalau pertumbuhan koperasi yang pertama di
Indonesia menekankan pada kegiatan simpan-pinjam (Soedjono 1983:7) maka
selanjutnya tumbuh pula koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan
barang-barang konsumsi dan dan kemudian koperasi yang menekankan pada
kegiatan penyediaan barang-barang untuk keperluan produksi. Perkembangan
koperasi dari berbagai jenis kegiatan usaha tersebut selanjutnya ada kecenderungan
menuju kepada suatu bentuk koperasi yang memilikibeberapa jenis kegiatan usaha.
b. Perkembangan Koperasi Setelah Masa Kemerdekaan
Gerakan koperasi di Indonesia yang lahir pada akhir abad 19 dalam suasana sebagai
Negara
jajahan
pertumbuhannya.
tidak
Baru
memiliki
kemudian
suatu
iklim
setelah
yang menguntungkan
Indonesia
bagi
memproklamasikan
kemerdekaannya, dengan tegas perkoperasian ditulis di dalam UUD 1945. DR. H.
Moh Hatta sebagai salah seorang “Founding Father” Republik Indonesia, berusaha
memasukkan rumusan perkoperasian di dalam “konstitusi”. Sejak kemerdekaan itu
pula koperasi di Indonesia mengalami suatu perkembangan yang lebih baik. Pasal
33 UUD 1945 ayat 1 beserta penjelasannya menyatakan bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan.
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa bangun perekonomian yang sesuai dengan
azas kekeluargaan tersebut adalah koperasi. Di dalam pasal 33 UUD 1945 tersebut
7
diatur pula di samping koperasi, juga peranan daripada Badan Usaha Milik Negara
dan Badan Usaha Milik Swasta.
c. Perkembangan Koperasi dalam Sistem Ekonomi Terpimpin
Karenanya untuk mengatasi keadaan itu maka di samping Undang-Undang
No. 79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi dikeluarkan pula Peraturan
Pemerintah No. 60 Tahun 1959 tentang Perkembangan Gerakan Koperasi (dimuat
dalam Tambahan aLembaran Negara No. 1907). Peratuarn ini dibuat sebagai
peraturan pelaksanaan dari UndangUndang No. 79 Tahun 1958 tentang
Perkumpulan Koperasi dan merupakan penyempurnaan dari hal-hal yang belum
diatur
dalam
Undang-Undang
tersebut.
Peraturan
itu
membawa
konsep
pengembangan koperasi secara missal dan seragam dan dikeluarkan berdasarkan
pertimbanganpertimbangan sebagai berikut :
1.
Menyesuaikan fungsi koperasi dengan jiwa dan semangat UUD 1945 dan
Manipol RI tanggal 17 Agustus 1959, dimana koperasi diberi peranan
sedemikian rupa sehingga kegiatan dan penyelenggaraannya benar-benar dapat
merupakan alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin berdasarkan sosialisme
ala Indonesia, sendi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia dan dasar untuk
mengatur perekonomian rakyat guna mencapai taraf hidup yang layak dalam
susunan masyarakat adil dan makmur yang demokratis;
2.
Bahwa pemerintah wajib mengambil sikap yang aktif dalam membina Gerakan
Koperasi berdasarkan azas-azas demokrasi terpimpin, yaitu menumbuhkan,
mendorong, membimbing, melindungi dan mengawasi perkembangan Gerakan
Koperasi, dan;
3.
Bahwa dengan menyerahkan penyelenggaraan koperasi kepada inisiatif
Gerakan Koperasi sendiri dalam taraf sekarang bukan saja tidak mencapai
tujuan untuk membendung arus kapitalisme dan liberalism, tetapi juga tidak
menjamin bentuk organisasi dan cara bekerja yang sehat sesuai dengan azasazas koperasi yang sebenarnya (Sularso 1988: VI-VII).
8
d. Perkembangan Koperasi Pada Masa Orde Baru
Konsideran UU No. 12/1967 tersebut adalah bahwa Undang-Undang No. 14
Tahun 1965 tentang Perkoperasian Mengandung pikiran-pikiran yang nyata-nyata
hendak :
1.
Menempatkan fungsi dan peranan koperasi sebagai abdi langsung daripada
politik. Sehingga mengabaikan koperasi sebagai wadah perjuangan ekonomi
rakyat.
2.
Menyelewengkan landasan-landasan, azas-azas dan sendi-sendi dasar
koperasi dari kemUrniannya.
Bahwa berhubung dengan itu perlu dibentuk Undang-Undang baru yang,
1.
Sesuai dengan semangat dan jiwa Orde Baru sebagaimana dituangkan dalam
Ketepatan-ketepatan MPRS Sidang ke IV dan Sidang Istimewa untuk
memungkinkan bagi koperasi mendapatkan kedudukan hokum dan tempat
yang semestinya sebagai wadah organisasi perjuangan ekonomi rakyat yang
berwatak sosial dan sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional.
2.
Bahwa koperasi bersama-sama dengan sector ekonomi Negara dan swasta
bergerak di segala sektor ekonomi Negara dan swasta bergerak di segala
kegiatan dan kehidupan ekonomi bangsa dalam rangka memampukan dirinya
bagi usaha-usaha untuk mewujudkan masyarakat Sosialisme Indonesia
berdasarkan Pancasila yang adil dan makmur di ridhoi Tuhan Yang Maha
Esa.
e. Perkembangan Koperasi Pasca Reformasi
Untuk mengetahui peran yang dapat diharapkan dari koperasi dalam rangka
penyembuhan perekonomian nasional kiranya perlu diperhatikan bahwa disatu sisi
koperasi telah diakui sebagai lembaga solusi dalam rangka menangkal kesenjangan
serta mewujudkan pemerataan, tetapi di sisi lain kebijaksanaan makro ekonomi
belum sepenuhnya disesuaikan dengan perubahan-perubahan perekonomian dunia
yang mengarah pada pasar bebas. Selama periode 2000 – 2003, secara umum
koperasi mengalami perkembangan usaha dan kelembagaan yang mengairahkan.
Namun
demikian,
koperasi
masih
memiliki
berbagai
kendala
untuk
pengembangannya sebagai badan usaha, yaitu:
9
1. Rendahnya partisipasi anggota yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai
perputaran koperasi per anggota yang kurang dari Rp.100.000,00 per bulan dan
rendahnya simpanan anggota yang kurang dari Rp.345.225,00,
2. Efisiensi usaha yang relatif rendah yang ditunjukkan dengan tingkat perputaran
aktiva yang kurang dari 1,3 kali per tahun
3. Rendahnya tingkat profitabilitas koperasi
4. Citra masyarakat terhadap koperasi yang menganggap sebagai badan usaha kecil
dan terbatas, serta bergantung pada program pemerintah.
5. Kompetensi SDM koperasi yang relatif rendah.
6. Kurang optimalnya koperasi mewujudkan skala usaha yang ekonomis akibat
belum optimalnya kerjasama antar koperasi dan kerjasama koperasi dengan
badan usaha lainnya.
7. Pemerintah di negara-negara sedang berkembang pada umumnya turut secara
aktif dalam upaya membangun koperasi. Keikutsertaan pemerintah negaranegara sedang berkembang ini, selain didorong oleh adanya kesadaran untuk
turut serta dalam membangunkan koperasi, juga merupakan hal yang sangat
diharapkan oleh gerakan koperasi. Hal ini antara lain didorong oleh terbatasnya
kemampuan koperasi di negara sedang berkembang, untuk membangun dirinya
atas kekuatan sendiri (Baswir,2000).
8. Di era reformasi, kebijakan pengembangan koperas menjadi tanggung jawab
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Mengacu pada Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 09/M/2005 tanggal 31 Januari 2005 bahwa
kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM adalah unsure pelaksana
pemerintah dengan tugas membantu Presiden untuk mengkoordinasikan
perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pemberdayaan
Koperasi dan UMKM di Indonesia.
9. Tugas Kementerian Koperasi dan UKM adalah merumuskan kebijakan dan
mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta pengendalian
pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia.
10
Perkembangan koperasi di Indonesia
Menurut Thoby Mutis manfaat koperasi dapat dilihat dari dua lingkup prospek. Pertama,
koperasi memacu internal benefit untuk anggotanya (manfaat intern), baik erupa manfaat
ekonomis, seperti peninkatan tabungan, sumber kredit murah, peningkatan pendapatan akibat
memperoleh sebagian sisa hasil usaha atas dasar partisipasi, pemelian input produksi dan barang
lain secara lebih murah bila dibeli sendiri oleh setiap anggota, serta mendapatkan harga atau
bagian harga yang adil disebut justum pretium yang pantas bagi hasil prosuksi anggota yang
disalurkan melalui koperasi.
Sebagai business enity memurahkan transaksi ekonomi untuk kepentingan anggota,
melindungi anggota koperasi dari pemerasan ekonomis yang terjadi dan dimunculkan oleh
lembaga lain maupun yang muncul karena keserakahan oleh pelaku ekonomi lainnya.
Dalam teori pengembangan koperasi modern saat ini dipergunjingkan secara tajam tentang
sinergi yang dapat dipacu oleh koperasi. Sinergi didefinisikan “The Combined performance
several entities can be greater than the sum of the contributions independently made by
individual entities” ; Raut hasil gabungan dari beberapa unit lebih besar daripada hasil dari tiap
unit bila mereka bekerja secara tersendiri.
Sering diberikan definisi sebagai penggabungan factor-faktor plus supaya memberikan
hasil yuang lebih besar atau lebih baik atau lebih bermutu dibandingkan jika tiap-tiap entity
(unit) bekerja sendiri secara terpisah satu dengan yang lain. Bahkan sinergi disimbolkan dengan
2 + 2 bukan menjadi 4 tetapi menjadi 5.
Selanjutnya Thoby Mutis mengatakan, pengambilan manfaat dari interaksi bersama dan
saling bergantungan dalam memunculkan sinergi itu merupakan kekuatan ekonomi modern masa
kini. Ragam sinergi meliputi technological synergy, management synergy dan partisipatory
synergy. Kedua, sebagai economic entity yang memiliki social content (isian social), koperasi
meningkatkan interaksi antarmanusia (human interaction) maupun interaksi social (social
interaction) yang semakin bermutu bagi anggotanya untuk menggapai apa yang disebut human
developmet (pengembangan sumber daya manusia seutuhnya).
11
Selain itu, aktualisasi diri dalam semangat kebersamaan satu dengan yang lain, aik dalam
meningkatkan mutu (self reliance) maupun dalam meningkatkan mutu kepercayaan diri dan
keswadayaan secara bersama (collective self reliance) dapat berbentuk pendidikan langsung dan
tidak langsung kepada anggota-anggotanya untuk memperbaiki mutu kehidupan pribadi maupun
anggota koperasi yang dari waktu ke waktu memacu kebersamaan.
Manfaat sosial seperti peningkatan rasa solidaritas social di kalangan anggota,
kekompakan anggota yang semakin serasi (social coesiviness), kepuasan kelompok secara
bersama yang tampak, peningkatan bagian dari pendapatan koperasi yang didistribusikan untuk
kepentingan para anggota terutama anggota yang mendapat kesulitan dan musibah.
Kecuali itu, koperasi dapat memacu external benefit (manfaat ke luar), yakni kepada kalanan
bukan anggota dalam batas tertentu sesuai dengan lingkup prinsip kerja koperasi. Antara lain,
berupa penciptaan situasi dan kondisi sehingga manfaat koperasi di dalam menghindarkan
pemerasan ekonomis yang terjadi, karena monopoli ataupun oligopoly dapat terhindarkan, juga
pelayanan lain yang dapat dipacu agar masyarakat sekitar dapat pula menggunakan pelayanan
ekonomis koperasi untuk mengatasi kesulitan ekonomi maupun meningkatkan pendapatan.
Kesejahteraan masyarakat luas dan bersama merupakan dasar dari penembangan koperasi
Indonesia. Suatu keyakinan yang muncul bahwa koperasi yang dapat menciptakan kesejahteraan
bagi para anggotanya akan dapat pula meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
Kesejahteraan masyarakat luas dapat diwujudkan, antara lain, bila kesengsaraan ekonomis dan
derajat hidup kalangan miskin dan lemah dapat dihilangkan. Pengangguran dapat diceah,
distribusi pendapatan dan kekayaan dapat dimekarkan, eksploitasi ekonomis dapat dihindarkan
secara terus-menerus. Kecuali itu perlu ada kepastian iklim usaha ekonomis (organizational
climate) sehingga hal-hal di atas dapat diwujudkan dari waktu ke waktu secara lebih baik dan
berdayaguna penataan redistribution with growth (pertumbuhan melalui pemerataan).
Latar belakan sejarah perkoperasian membeberkan bahwa lembaga koperasi merupakan badan
usaha yang melindungi kepentingan kaum miskin dan lemah. Dalam hal ini, kata koperasi dan
rakyat tidak dapat dipisahkan. Cooperative dan People adalah dua kata kunci yang telah melekat
amat erat. Dari literatur kuno maupun modern tentang koperasi sering dijumpai istilah, koperasi
kredit yang sering disebut people’s bank, dan koperasi konsumsi yang disebut people’s buying
club.
12
Semuanya itu menampakkan bahwa dari latar belakang sejarah serta teori pembentukan
koperasi senantiasa diakitkan dengan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin dan
lemah. Kata people dipakai untuk mengindari kesan elite dan juga untuk menunjukkan bahwa
koperasi merupakan badan usaha yang melindungi anggotanya dari penghisapan kalangan elite
ekonomis, dengan cara memperkuat posisi anggota koperasi secara bersama dalam melakukan
tawar-menawar ekonomis dan memacu peningkatan potensi ekonomi anggota secara bersama
untuk mencapai kesejahteraan para anggota.
Hal di atas sejalan dengan sandi-sandi dasar koperasi seperti yang tercantum dalam The
Rochdale Principle, yaitu :
a. Keanggotaan terbuka secara sukarela, tak ada diskriminasi keyakinan dan warna kulit
b. Setiap anggota berhak atas satu suara
c. Surplus kopersi dibagi berdasarkan jasa atau keaktifan dan partisipasi anggota
(penataan patronae refund)
d. Uang yang dimasukkan sebagai modal kopersi mendapat balas jasa atas
pemanfaatannnya
e. Netral terhadap agama dan politik
f. Berniaga atas dasar tunai
g. Harga, mutu, pelayanan, penataan organisasi tidak merugikan anggota, dan
h. Mendidik anggota secara terus-menerus tentang hakikat dan ekstitensi koperasi
B. Kondisi Perkoperasian di Indonesia
Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM. Ia mengatakan, ada bebeapa faktor
penyebab banyaknya koperasi tidak aktif, di antaranya pengelolaan yang tidak profesional.
Namun demikian hingga kini kementerian masih melakukan pendataan untuk mengetahui hal
tersebut. Dalam hal ini, kementrian terus melakukan pengkajian. Rencananya koperasi yang
tidak sehat tersebut akan dipilah sesuai kondisinya. Namun bila sudah tidak ada pengurusnya,
koperasi yang tidak aktif tersebut akan dibubarkan.
Ilmu ekonomi ternyata tidak meningkatkan kecintaan para ekonom pada bangun
perusahaan koperasi yang menonjolkan asas kekeluargaan, karena sejak awal modelmodelnya adalah model persaingan sempurna,bukan kerjasama sempurna. Ajaran ilmu
ekonomi Neoklasik adalah bahwa efisiensi yangtinggi hanya dapat dicapai melalui
13
persaingan sempurna. Inilah awal ideologi ilmuekonomi yang tidak mengajarkan sosiologi
ekonomi ajaran Max Weber, sosiolog Jerman,bapak ilmu sosiologi ekonomi.
Ajaran Max Weber ini sebenarnya sesuai dengan ajaran awalAdam Smith (Theory of
Moral Sentiments, 1759) dan ajaran ekonomi kelembagaan dari JohnCommons di Universitas
Wisconsin (1910).Koperasi yang merupakan ajaran ekonomi kelembagaan ala John Commons
mengutamakan keanggotaan yang tidak berdasarkan kekuatan modal tetapi berdasar pemilikan
usaha berapapun kecilnya.
Koperasi adalah perkumpulan orang atau badan hukum bukan perkumpulan modal.
Koperasi hanya akan berhasil jika manajemennya bersifat terbuka/transparan dan benar-benar
partisipatif. Keprihatinan kita atas terjadinya kesenjangan sosial, dan ketidakadilan dalam
segala bidang kehidupan bangsa, seharusnya merangsang para ilmuwan sosial lebih-lebih
ekonom untuk mengadakan kajian mendalam menemukenali akar-akar penyebabnya.
Lalu apa yang menyebabkan koperasi sulit untuk maju ?
Penyebabnya antara lain :
a. Kurangnya Partisipasi Anggota
Bagaimana mereka bisa berpartisipasi lebih kalau mengerti saja tidak mengenai apa
itu koperasi. Hasilnya anggota koperasi tidak menunjukkan partisipasinya baik itu
kontributif maupun insentif terhadap kegiatan koperasi sendiri. Kurangnya pendidikan serta
pelatihan yang diberikan oleh pengurus kepada para anggota koperasi ditengarai menjadi
faktor utamanya, karena para pengurus beranggapan hal tersebut tidak akan menghasilkan
manfaat bagi diri mereka pribadi. Kegiatan koperasi yang tidak berkembang membuat
sumber modal menjadi terbatas. Terbatasnya usaha ini akibat kurangnya dukungan serta
kontribusi dari para anggotanya untuk berpartisipasi membuat koperasi seperti stagnan.
Oleh karena itu, semua masalah berpangkal pada partisipasi anggota dalam mendukung
terbentuknya koperasi yang tangguh, dan memberikan manfaat bagi seluruh anggotanya,
serta masyarakat sekitar.
14
b. Sosialisasi Koperasi
Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang
belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya
untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman.
Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem
permodalan maupun sistem kepemilikanya.
c.
Manajemen
Manajemen koperasi harus diarahkan pada orientasi strategik dan gerakan
koperasi
harus
memiliki
manusia-manusia
yang
mampu
menghimpun
dan
memobilisasikan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang
usaha. Oleh karena itu koperasi harus teliti dalam memilih pengurus maupun pengelola
agar badan usaha yang didirikan akan berkembang dengan baik.
d. Permodalan
Kurang berkembangnya koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal
keuangan badan usaha tersebut. Kendala modal itu bisa jadi karena kurang adanya
dukungan modal yang kuat dan dalam atau bahkan sebaliknya terlalu tergantungnya
modal dan sumber koperasi itu sendiri. Jadi untuk keluar dari masalah tersebut harus
dilakukan melalui terobosan structural, maksudnya dilakukannya restrukturasi dalam
penguasaan factor produksi, khususnya permodalan.
C. Prospek perkoperasian di Indonesia
Bagaimana prospek koperasi Indonesia ke depan, ada dua hal yang harus dilihat terlebih
dahulu, yakni sejarah keberadaan koperasi dan fungsi yang dijalankan oleh koperasi yang ada
di Indonesia.
Menurut Widiyanto (1998), sejak diperkenalkan koperasi di Indonesia pada awal abad
20, dan dalam perkembangannya hingga saat ini koperasi di Indonesia mempunyai makna
ganda yang sebenarnya bersifat ambivalent, yakni koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus
juga sebagai jiwa dan semangat berusaha. Untuk pengertian yang pertama, koperasi sering
dilihat sebagai salah satu bentuk usaha yang bisa bergerak seperti bentuk usaha lainnya yang
dikenal di Indonesia seperti PT, CV, Firma, NV.
15
Menurut Widiyanto, dalam kerangka seperti inilah, koperasi sepertinya diperkenankan
untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Karena pengertian inilah, pusat-pusat koperasi dan
induk koperasi dibentuk dengan tujuan agar dapat memperkuat eksistensi koperasi primer.
Contohnya adalah dibentuknya PUSKUD (Pusat Koperasi Unit Desa) dan INKUD (Induk
Koperasi Unit Desa). Sedangkan dalam konteks makna kedua tersebut, usaha yang dilakukan
koperasi disusun berdasarkan atas azas kebersamaan. Karena kebersamaannya ini, bentuk
property ownership pada koperasi "konservatif" sering tidak diwujudkan dalam bentuk
kepemilikan saham melainkan dalam wujud simpanan baik wajib maupun pokok dan sukarela,
iuran, sumbangan dan bentuk lainnya. Konsekuensi dari bentuk kepemilikan seperti itu adalah
sebutan kepemilikannya bukan sebagai pemegang saham melainkan sebagai anggota. Oleh
karenanya, koperasi sering
Dalam hal pertama itu, pertanyaannya adalah apakah lahirnya koperasi di Indonesia
didorong oleh motivasi (khususnya di Negara Eropa), yakni sebagai salah satu cara untuk
menghadapi mekanisme pasar yang tidak bekerja sempurna. Dalam hal kedua tersebut,
pertanyaannya adalah: apakah koperasi berfungsi seperti halnya di atau lebih sebagai
“instrument” pemerintah untuk tujuan-tujuan lain.
Gagasan tentang koperasi telah dikenal di Indonesia sejak akhir abad 19, dengan
dibentuknya organisasi swadaya (self-help organization) untuk menanggulangi kemiskinan di
kalangan pegawai dan petani, oleh Patih Purwokerto, Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu
pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah
Menurut Rahardjo (2002b). Jadi, dapat dikatakan bahwa pengembangan koperasi selanjutnya
yang meluas keseluruh pelosok tanah air lebih karena dorongan atau kebijakan pengembangan
koperasi dari pemerintah, bukan sepenuhnya inisiatif swasta walaupun di banyak daerah di
Indonesia koperasi lahir oleh inisiatif sekelompok masyarakat.
Gerakan koperasi pertama kali dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres
Koperasi di Tasikmalaya. Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang pernah
lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan
diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang
dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus
mengembangkan koperasi.
16
Bung Hatta sendiri mulai tertarik kepada sistem koperasi adalah pengaruhnya
kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an.
Walaupun ia sering mengaitkan koperasi dengan nilai dan lembaga tradisional gotong-royong,
namun persepsinya tentang koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi modern yang
berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga membedakan antara "koperasi sosial" yang
berdasarkan asas gotong royong, dengan "koperasi ekonomi" yang berdasarkan asas-asas
ekonomi pasar yang rasional dan kompetitif. Bagi Bung Hatta, koperasi bukanlah sebuah
lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah
sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa
mengendalikan pasar. Karena itu koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara
menerapkan prinsip efisiensi.
Secara bisnis, sebenarnya makna ganda koperasi ini cukup rumit. Karena koperasi diakui sebagai
badan usaha, maka kiprah usaha koperasi mestinya harus seperti badan usaha lainnya. Dalam
artian ini, sebagai sebuah badan usaha, koperasi mestinya mengejar menurut Widiyanto (1998),
Apakah Prospek ke depan Koperasi ?
Apakah lembaga yang namanya koperasi bisa bersaing di era globalisasi ekonomi dan liberalisasi
perdagangan dunia? Apakah koperasi masih relevan atau masih dibutuhkan masyarakat,
khususnya pelaku bisnis dalam era modern sekarang ini? Jawabnya: ya, di Belanda misalnya,
Rabbo Bank adalah bank milik koperasi, yang pada awal dekade 20-an merupakan bank ketiga
terbesar dan konon bank ke 13 terbesar di dunia. Koperasi juga sudah menjadi bagian dari sistem
perekonomian. Ternyata koperasi bisa bersaing dalam sistem pasar bebas, walaupun menerapkan
asas kerja sama daripada persaingan. Di AS, 90 persen lebih distribusi listrik desa dikuasai oleh
koperasi. Di Kanada, koperasi pertanian mendirikan industri pupuk dan pengeboran minyak
bumi. Di negara-negara Skandinavia, koperasi menjadi soko guru perekonomian. Di Jerman,
bank koperasi Raifaissen sangat maju dan penting peranannya, dengan kantor-kantor cabangnya
di kota maupun desa.
Esensi globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas yang sedang berlangsung saat ini dan
yang akan semakin pesat di masa depan adalah semakin menghilangnya segala macam hambatan
terhadap kegiatan ekonomi antar negara dan perdagangan internasional. Melihat perkembangan
ini, prospek koperasi Indonesia ke depan sangat tergantung pada dampak dari proses tersebut
terhadap sektor bersangkutan. Oleh karena itu, prospek koperasi harus dilihat berbeda menurut
17
sektor. Selain itu, dalam menganalisisnya, koperasi Indonesia perlu dikelompokkan ke dalam
ketiga kelompok atas dasar jenis koperasi. Pengelompokan itu meliputi pembedaan atas dasar:
1.
Koperasi Produsen Atau Koperasi Yang Bergerak Di Bidang Produksi
2.
Koperasi Konsumen Atau Koperasi Konsumsi
3.
Koperasi Kredit Dan Jasa Keuangan.
Khusus untuk koperasi-koperasi pertanian yang selama ini menangani komoditi sebagai
pengganti impor atau ditutup dari persaingan impor jelas hal ini akan merupakan pukulan berat
dan akan menurunkan pangsanya di pasar domestik kecuali ada upaya-upaya peningkatan
efisiensi, produktivitas dan daya saing. Sementara untuk koperasi yang menghasilkan barang
pertanian untuk ekspor seperti minyak sawit, kopi, dan rempah serta produksi pertanian dan
perikanan maupun peternakan lainnya, jelas perdagangan bebas merupakan peluang emas.
Karena berbagai kebebasan tersebut berarti membuka peluang pasar yang baru. Dengan
demikian akan memperluas pasar yang pada gilirannya akan merupakan peluang untuk
peningkatan produksi dan usaha bagi koperasi yang bersangkutan. Namun demikian,
kemampuan koperasi-koperasi pertanian Indonesia untuk memanfaatkan peluang pasar ekspor
tersebut sangat tergantung pada upaya-upaya mereka meningkatkan efisiensi, produktivitas dan
daya saing dari produk-produk yang dihasilkan.
Menurut Soetrisno (2003c), dengan perubahan tersebut, prinsip pengembangan pertanian
akan lebih bersifat insentif driven ketimbang program driven seperti dimasa lalu. Dengan
demikian corak koperasi pertanian akan terbuka tetapi untuk menjamin kelangsungan hidupnya
akan terbatas pada sektor selektif yang memenuhi persyaratan tumbuhnya koperasi. Oleh karena
itu, perkembangan koperasi pertanian ke depan digambarkan sebagai “restrukturisasi” koperasi
yang ada dengan fokus pada basis penguatan ekonomi untuk mendukung pelayanan pertanian
skala kecil. Oleh karena itu konsentrasi ciri umum koperasi pertanian di masa depan adalah
koperasi kredit pedesaan, yang menekankan pada kegiatan jasa keuangan dan simpan pinjam
sebagai ciri umum. Pada saat ini saja hampir di semua KUD, unit simpan pinjam telah menjadi
motor untuk menjaga kelangsungan hidup koperasi. Sementara kegiatan pengadaan sarana
produksi dan pemasaran hasil menjadi sangat selektif. Hal ini terkait dengan struktur pertanian
dan pasar produk pertanian yang semakin kompetitif, termasuk jasa pendukung pertanian (jasa
penggilingan dan pelayanan lainnya) yang membatasi insentif berkoperasi.
18
Di Negara Eropa, strategi yang dilakukan oleh koperasi-koperasi pertanian untuk bisa bersaing
adalah antara lain dengan melakukan penggabungan, akuisisi, atau kerjasama dalam bentuk joint
Venture.
Di sektor lain, misalnya keuangan, kegiatan koperasi kredit di Indonesia, baik secara
teoritis maupun empiris, terbukti selama ini mempunyai kemampuan untuk membangun
segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat struktur pasar keuangan di dalam negeri yang sangat
tidak sempurna, terutama jika menyangkut masalah informasi. Bagi koperasi kredit Indonesia,
keterbukaan perdagangan dan aliran modal yang keluar masuk akan merupakan kehadiran
pesaing baru terhadap pasar keuangan, namun tetap tidak dapat menjangkau para anggota
koperasi. Apabila koperasi kredit mempunyai jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya
untuk pelayanan anggota saja, maka segmentasi ini akan sulit untuk ditembus pesaing baru. Bagi
koperasi-koperasi kredit di Indonesia, adanya globalisasi ekonomi dunia akan merupakan
peluang untuk mengadakan kerjasama dengan koperasi kredit di negara-negara lain, khususnya
di Negara – Negara Eropa, dalam membangun sistem perkreditan melalui koperasi. Menurut
Soetrisno (2003a,b), koperasi kredit atau simpan pinjam di masa mendatang akan menjadi pilar
kekuatan sekitar koperasi yang perlu.
D. Tantangan yang dihadapi Koperasi saat ini
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh koperasi saat ini, antara lain :
1. Stigma negatif koperasi
Minat masyarakat dalam berkoperasi menurun salah satunya disebabkannkurangnya
pengetahuan masyarakat tentang koperasi. Selain itu juga karena adanya oknum yang
memperburuk citra koperasi hanya untuk mendapatkan fasilitas yang diberikan.
2. Koperasi berbasis teknologi
Generasi masa kini sangat erat hubungannya dengan teknologi. Koperasi memerlukan rebranding agar mampu meningkatkan eksistensinya di era digital
3. Bisnis online dengan sistem koperasi
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dewasa
ini,
perkembangan
koperasi
di
Indonesia
terus
berkembang.
Perkembangan tersebut ditandai dengan banyaknya pertumbuhan koperasi di Indonesia.
Tetapi di dalam perkembangan tersebut banyak terjadi hambatan-hambatan. Padahal
Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di Indonesia. Karena sifat
masyarakatnya yang kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat inilah yang sesuai dengan
azas koperasi saat ini. Bebarapa hambatan yang menghalangi perkemangan koperasi di
Indonesia disebabkan oleh beberapa factor diantaranaya adalah kurangnya partisipasi
anggota, Sosialisasi koperasi yang dinialai masih rendah. Yang ketiga adalah terkait
dengan manajemen. Faktor selanjutnya adalah dari segi permodalan dan factor lainnya.
Sedangkan terkait dengan perkembangan koperasi di Indonesia secara umum dibagi
menjadi lima garis waktu atau lima periode yaitu periode perkembangan koperasi sebelum
kemerdekaan, setelah kemerdekaan, masa demokrasi terpimpin, masa orde baru dan terakhir era
perkembangan koperasi pada masa pasca reformasi. Dengan munculnya MEA dan era pasar
persaingan bebas, menimbulkan tantangan dalam koperasi seperti, koperasi harus bisa mengatasi
permasalah terkait dengan, lemahnya kelembagaan koperasi, lemahnya modal internal koperasi,
Kurangnya inovasi dalam bisnis koperasi dan lambannya pemanfaatan IT serta lemahnya
kualitas SDM dan kurangnya profesionalisme di koperasi.
B. Saran
Pemerintah sebagai pengambil dan pelaksana diharapkan ikut berperan aktif dalam
merumuskan kebijakan dan mengimplementasikan yang pro dan memberikan dampak
yang positif terhadap perkembangan koperasi di Indonesia.
20
DAFTAR PUSTAKA
Entangsastra A. 1984. Pembangunan Koperasi (Teori dan Kenyataan). Alumni:Bandung.
https://dinkopukm.sleman.go.id
21
22
Download