Uploaded by citrapuspita82

099114015 full[1]

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI GROUNDED THEORY TENTANG MOTIVASI
PEREMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS CYBERSEX
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Lana Dara Florencys
099114015
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI GROUNDED THEORY TENTANG MOTIVASI
PEREMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS CYBERSEX
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Lana Dara Florencys
099114015
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2014
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Serahkan segala kegelisahan dan kekhawatiranmu dalam doa
pada Yesus dan Bunda Maria
karena semua indah pada waktuNya”
Lana Dara Florencys
“You don’t always need a plan. Sometimes you just need to breathe,
Let go and trust the Lord. And watch what happens”
anonymous
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA
YESUS BESERTA LASKAR KRISTUS YANG SELALU MENDAMPINGI DAN
MEMBANTU SAYA DALAM PROSES PENELITIAN INI, PAPA DAN ALMH. MAMA
TERCINTA, SERTA KAKAK DAN ADIK SAYA TERSAYANG.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI GROUNDED THEORY TENTANG MOTIVASI PEREMPUAN
MELAKUKAN AKTIVITAS CYBERSEX
Studi Pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Lana Dara Florencys
ABSTRAK
Motivasi merupakan komponen penting bagi tingkah laku individu. Melalui motivasi
seseorang dapat mengarahkan dirinya untuk terlibat pada aktivitas yang diinginkan salah satunya
terlibat dalam aktivitas seks online (cybersex). Perempuan merupakan salah satu pihak yang memiliki
keterlibatan dalam aktivitas cybersex. Sayangnya belum terdapat data yang representatif untuk
mengungkap dan memahami alasan/ motif perempuan terlibat dalam aktivitas tersebut. Penelitian ini
hendak mengetahui paradigma motif perempuan melakukan aktivitas cybersex dengan menggali halhal yang mendorong mereka melalui pengalaman cybersex yang dialami. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan Grounded Theory. Pengambilan data dilakukan melalui
wawancara dengan jumlah 4 responden perempuan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa
terdapat motif personal dan interpersonal yang mendorong perempuan terlibat untuk melakukan
aktivtas cybersex. Motivasi personal yang muncul meliputi adanya keinginan berelasi, hiburan,
keingintahuan pengalaman seks, keingintahuan selera seks pasangan, peran dalam memuaskan
pasangan, kebutuhan afeksi, keinginan berhubungan seks, dan keinginan membantu melepas
tegangan pasangan. Sedangkan motivasi interpersonal meliputi kelebihan media yang digunakan,
adanya konflik batin (tuntutatan, komplain pasangan, pertengkaran), kedekatan afeksi, kondisi sepi
pasangan, serta pemenuhan hasrat dengan emosi. Secara singkat bahwa Personal Motive maupun
Interpersonal Motive yang muncul pada kalangan perempuan mengarah pada interaksi relasional
yaitu interaksi yang sifatnya mental dan emosi
Kata Kunci : Motivasi, Cybersex, Perempuan, Motivasi Personal dan Interpersonal
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDY OF GROUNDED THEORY ABOUT WOMEN MOTIVATION IN
CYBERSEX ACTIVITY
Study of Psychology Students
Sanata Dharma University Yogyakarta
Lana Dara Florencys
ABSTRACT
Motivation is an important component in individual behavior. By motivation, someone can
appeal themselves to involved in the activities they wants, for example in Online Sexual Activity
(Cybersex). Women are one side who play the role in that activity. Unfortunately, there is no
representative data to show and understand the motives behind the choice. This study’s objective is to
understand the women motives paradigm for doing cybersex activity with exploring things that push
them with their cybersex experiences. This study has qualitative study with Grounded Theory
approach. Data sampling is done by interview with four females respondents. The result show that
there are personal and interpersonal motives which push the females to involved in cybersex activity.
Personal motives is like relationship desire, just for fun, curiosity in sex experiences, curiosity in
partner’s desire, to satisfied, affection needs, desire to having sex and to decrease the tense with
partner. While interpersonal motives include the advantage of the media, internal conflicts (partner’s
complaints, demands, quarrels), affection adjacency lonely condition, and fulfillment of desires with
emotion. In short term, between personal and interpersonal motive, both are relationship oriented,
which is mental and emotional interactions.
Keywords: Motivation, Cybersex, Women, Personal and Interpersonal Motives
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi
berkat dan bimbingan kepada saya sehingga bisa menyelesaikan tugas akhir saya ini.
Dengan kerendahan hati, saya menyadari bahwa tanpa berkat dan bimbinganNya
saya tidak dapat menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana
Psikologi ini.
Skripsi ini menjadi satu “Masterpiece” pertama yang berhasil saya buat.
Kupersembahkan skripsi ini spesial untuk mereka yang sudah begitu berjasa,
meninggalkan banyak kenangan dan warna, serta selalu menjadi tempat yang
istimewa dalam hidup saya.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada :
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria serta para laskar surgawi
Papaku Karolus Kota dan Almh. Mama Angelina Siti Maryati atas dukungan dan
doa yang diberikan pada perjuangan saya selama ini meskipun durasi studi saya
tergolong lama. Kesabaran dan dukungan kalianlah yang membuat saya semakin
termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi saya ini. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada kakakku Tyurina Cahya Florencys dan Adikku Tyofani Putri
Florencys yang selalu memberikan suka dan duka dalam setiap hariku. Semoga
kalian sukses selalu dalam pekerjaan dan studinya.
Sebagai seorang yang sedang belajar untuk melakukan penelitian, saya sangat
berterima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam proses pengerjaan
skripsi ini:
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si sebagai Dekan Fakultas Psikologi atas
izinnya untuk menyelesaikan skripsi ini
2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi sebagai dosen pembimbing skripsi
saya. Terima kasih atas kerjasama, kesabaran, waktu, dan ilmu saat
membimbing saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya
bangga sudah dibimbing oleh bapak. Maaf bila ada salah kata atau perbuatan
selama saya menjalankan bimbingan bersama bapak

3. Para dosen penguji ujian skripsi
4. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si selaku dosen pembimbing akademik kelas A
yang telah banyak membantu saya selama proses kuliah berlangsung.
Terimakasih juga atas nasehat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi
ini.
5. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas
bimbingannya selama saya menempuh studi.
6. Segenap karyawan Psikologi Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gik, Mas Muji,
dan Mas Doni atas bantuan dan kerjasamanya
7. Kepada para subjek penelitian saya yang bersedia meluangkan waktu untuk
diwawancarai. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya semoga skripsi
ini juga bisa digunakan sebagai salah satu bahan untuk penelitian berikutnya.
8. Teman-teman seperjuangan bimbingan Pak Siswa: Martha, Dita, Mba Tya,
Mas Baskoro, Novi, Dita Mano, Fiona. Terimakasih atas kebersamaannya,
saya banyak belajar dari kalian.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Sahabat-sahabatku Jeje, Ayu, Leza, Mery, Angel, Alvia, Ara, Okvi yang
selalu membantu dan mengingatkanku untuk menyelesaikan skripsi ini dan
selalu
mendukungku
ketika
diriku
mulai
merasa
kurang
mampu
menyelesaikannya. Serta teman-teman seperjuanganku Psikologi 2009 yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan serta
semangat dukungannya.
10. Untuk yanti aka yanto yang menemaniku latihan presentasi menjelang hari
H. Terimakasih banyak untuk sarannya
11. Adik-adik asisten tes kognitif 2011: Angga, Adhi, Olga, Meli, Ibeth, Wenni,
Clara, Dedew, Prisil. Terimakasih atas perhatian dan kebersamaan kita..aku
lulus loh hehehe.. semangat terus ya buat kalian adik-adiiik

12. Para mitra perpustakaan paingan Mba Gustin, Mba Paulin, Mba Titien, Mba
Mengty, Mba Judith, Mba Chandra, Mba Winda, Mba Fani, Mas Eko, Mas
Miko, Angel, Rani, Chyntia, Ika, Rea, Ocil, Keket, Mery, Prima, Tika, Hani,
Iwan, Nasa, Nisa, Remma, Mas Agung, Fandra, Yoha, Anna, Nia.
Terimakasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita. Senang sekali
bisa menjadi keluarga kecil di perpustakaan paingan serta berdinamika
bersama..I love you so much!
13. Para staff perpustakaan paingan Pak Parmo, Pak Sunu, Pak Widi, Pak Bradi,
Mas Rahmadi, Pak Narto, Pak Totok, Pak Yanto, Pak Wardi, Bu Astuti, Bu
Ety dan Bu Mini. Terimakasih atas kerjasama dan kebersamaan kita.
14. Para teman-teman komunitas Lektor Kotabaru Servire in Voluntariamente
ya, senang bisa bergabung dengan kalian!
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Tim KKN serta warga Dusun Gadingan. Terima kasih atas tempat,
kerjasama, dukungan dan kebersamaannya.
16. Barisan para mantan. Terimakasih atas warna-warni kenangan bersama
kalian. Saya banyak belajar dari semuanya. Sukses selalu untuk kalian!
17. Dan semua pihak yang telah, sedang dan mengisi hari-hari saya maupun
yang menikmati sajian skripsi ini.
Selalu teriring senyum dan doa yang terbaik dari saya untuk kalian semua

Mohon maaf apabila ada kesalahan. Semoga selalu ada kesempatan untuk berjumpa
kembali dengan kalian. Amin
Salam Senyum dan Semangat,
Lana Dara Florencys
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................10
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................................10
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................12
A. Cybersex .....................................................................................................................12
1. Pengertian Cybersex .........................................................................................12
2. Situasi yang Memungkinkan Individu Melakukan Cybersex ...............13
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pengguna Cybersex 16
4. Alasan Individu Menggunakan Cybersex 17
5. Dampak Penggunaan Cybersex
20
6. Pengukuran 21
B. Perempuan dalam Budaya Patriarki ...................................................................21
1. Budaya Patriarki
21
2. Konsep Umum Seks dan Gender 21
C. Motivasi ......................................................................................................................23
1. Pengertian Motivasi
23
2. Jenis-jenis Motif
24
3. Proses Motivasi
26
D. Dinamika Motivasi dengan Penggunaan Cybersex .......................................28
E. Pertanyaan Penelitian ..............................................................................................31
BAB III METODELOGI PENELITIAN ...............................................................................32
A. Jenis Penelitian .........................................................................................................32
B. Batasan Penelitian....................................................................................................33
C. Subjek Penelitian .....................................................................................................33
D. Teknik Pengambilan Data .....................................................................................34
E. Prosedur Penelitian ..................................................................................................36
F. Teknik Analisa Data ................................................................................................38
G. Kredibilitas Penelitian ............................................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................................40
A. Pelaksanaan Penelitian ...........................................................................................40
B. Deskripsi Subjek ......................................................................................................42
C. Hasil Penelitian.........................................................................................................43
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Hasil Analisis Data Penelitian
43
2. Integrasi Hasil Analisis Data
53
D. Pembahasan ...............................................................................................................63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................69
A. Kesimpulan................................................................................................................69
B. Kelebihan Penelitian ...............................................................................................70
C. Keterbatasan Penelitian ..........................................................................................71
D. Saran ............................................................................................................................71
1. Bagi Subjek dan Perempuan Dikalangan Dewasa 71
2. Bagi Orang Tua dan Lembaga Perkawinan
72
3. Bagi Peneliti Selanjutnya 72
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................74
LAMPIRAN ..................................................................................................................................78
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Wawancara.................................................................................................35
Tabel 2. Pelaksanaan Wawancara ...........................................................................................41
Tabel 3. Data Demografik Responden ..................................................................................43
Tabel 4. Ringkasan Dinamika ..................................................................................................51
Tabel 5. Kategori Personal Motive ........................................................................................53
Tabel 6. Kategori Interpersonal Motive ................................................................................59
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Umum Proses Motivasi Dasar...............................................................26
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. INFORMED CONCENT .............................................................................79
LAMPIRAN 2. OPEN & AXIAL CODING .........................................................................80
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum internet telah menjadi sarana komunikasi dan menjalin relasi
yang kuat dikalangan kaum muda saat ini (Carvalheira, 2003). Melalui internet
pengalaman baru manusia dengan cepat terbuka dan akan dipahami sebagai
"ruang transisi” berupa perpanjangan dari pikiran dan kepribadian individu
yang mencerminkan selera, sikap dan minat mereka (Suler, 1999). Tidak
sebatas memberikan pengaruh pada kegiatan berkomunikasi dan menjalin
relasi, internet juga dapat digunakan untuk mengeksplor informasi seksual
(Baumgartner, 2012). Daya tarik seseorang dalam mengeksplor informasi
seksual di internet dapat dilakukan dengan terlibat dalam beberapa bentuk
aktivitas seksual online (Delmonico dalam Cooper, 2001). Sehingga pengaruh
internet akan diakui sebagai penyebab “revolusi seksual” berikutnya (Cooper
dalam Carvalheira, 2003).
Meskipun pengaruh internet dapat memberikan informasi seksual yang
berguna, ada kekhawatiran individu terlibat dalam seks online beresiko
(Baumgartner, 2012). Resiko online paling tinggi terjadi di kalangan remaja.
Remaja yang sering dipaparkan dengan internet akan lebih mudah terpengaruh
dibandingkan orang dewasa. Hal ini dikarenakan perkembangan remaja belum
berkembang sepenuhnya secara psikologis maupun emosi (Delmonico, 2008).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Cooper & Griffin (2003) mendefinisikan Online Sexual Activity (OSA)
sebagai kegiatan di internet yang melibatkan seksualitas seperti membeli
produk seksual, melihat pornografi, berbagi erotika dan cybersex. Shaugnessy
et al (2011) membagi aktivitas seks online dalam 3 bentuk yaitu non-arousal
activities (mis: mencari informasi seksual), solitary-arousal activities (mis:
melihat foto/ video porno) dan partnered-arousal activities (mis: cybersex).
Peran panca indera dalam ketiga aktivitas tersebut tidak dapat berperan secara
menyeluruh.
Namun
seiring
berkembangnya
waktu
dan
teknologi
perkembangan fenomena aktivitas yang dilakukan secara partnered-arousal
activities (cybersex) semakin diminati.
Dalam penelitian ini cybersex didefinisikan sebagai sub bagian dari
aktivitas seks online berupa kegiatan interaktif setidaknya lebih dari satu orang
dalam mengkomunikasikan secara realtime melalui internet hal seksualitas
baik berbagi aktivitas seks, fantasi maupun keinginan seks dengan atau tanpa
stimulasi diri. Penelitian yang dilakukan Shaugnessy (2011) pada siswa
heteroseksual menunjukkan bahwa cybersex mengacu pada bentuk interaktif
dan realtime. Dikatakan interaktif dan realtime karena melibatkan lebih dari
satu orang dan dilakukan pada waktu yang sama melaui chattrooms, instant
messaging atau webcam.
Rasa aman yang diberikan oleh internet memungkinkan individu merasa
lebih bebas dalam interaksi interpersonal mereka di internet daripada dalam
situasi tatap muka (Rimington, 2007). Cooper (dalam Vybíral et al, 2004)
menyebutkan situasi-situasi yang memungkinkan individu melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
cybersex yang biasa disebut sebagai “Triple A Engine” yaitu Anonymity,
Affordability dan Accessibility. Anonimity mengacu pada individu tidak perlu
takut dikenali oleh orang lain ketika menggunakan cybersex. Affordability
mengacu pada untuk mengakses situs porno yang disedikan internet tidak
perlu mengeluarkan biaya mahal. Sedangkan Accessibility mengacu pada
kenyataan bahwa internet menyediakan jutaan situs porno dan ruang
mengobrol yang akan memberikan kesempatan untuk melakukan cybersex.
Suler (2004) juga menyebutkan bahwa internet memberikan situasi-situasi
yang memunculkan effect disinhibation saat individu mengekspresikan emosi,
fantasi serta pikiran-pikirannya khususnya dalam hal seksualitas. Young
(dalam Vybíral et al, 2004) mengembangkan model situasi
yang
memungkinkan individu melakukan cybersex yaitu Anonymity, Convenience
dan Escape (ACE model). Artinya bahwa individu tidak perlu takut untuk
diketahui orang lain saat melakukan perilaku seks menyimpang karena
terdapat kemudahan bagi para pengguna dalam mengkonsumsi materi seksual
di internet yang juga dengan mudah membantu pengguna menggunakan
internet sebagai tempat pelarian untuk melepaskan tegangan mental.
Meskipun
terdapat
situasi-situasi
yang
memudahkan
individu
menggunakan cybersex ternyata penggunaan cybersex juga memiliki dampak
positif maupun negatif. Dampak positif penggunaan cybersex yaitu tidak
menempatkan pengguna pada risiko infeksi seksual menular dan mudah untuk
terjadinya perselingkuhan (Rimington, 2007). Selain itu, dari penggunaan
yang ringan dapat meningkatkan keintiman dengan pasangan, membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
komunikasi yang baik dengan pasangan dan peningkatan kualitas dan
frekuensi hubungan seks (Grov, 2011). Namun pada beberapa penelitian lain
ditemukan bahwa penggunaan cybersex dapat memberikan dampak negatif
yaitu kecanduan, pengkhianatan yang akhirnya merusak relasi dengan
pasangan dan hubungan seksual yang tidak diinginkan (pelecehan seks online,
ajakan seks online, pertemuan tatap muka secara offline) (Doring, 2009).
Dunia cyber dapat menjadi penghalang untuk keintiman yang sesungguhnya.
Pengguna terkadang terjebak dalam fantasi bahwa interaksi yang mereka
lakukan hampir menyerupai hubungan nyata. Hal ini dikarenakan panca indera
tidak berperan secara menyeluruh sehingga pada akhirnya dapat merusak
hubungan yang sudah terjalin (Delmonico dalam Rimington, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Daneback et al (2005) diperoleh
hasil bahwa kelompok umur 18-65 tahun baik laki-laki maupun perempuan
menggunakan cybersex. Dari 400 sample diperoleh laki-laki (73%)
mendominasi penggunaan cybersex dibandingkan perempuan (11.5%)
(Carvalheira, 2003). Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Cooper
(dalam Rimington, 2007) diketahui bahwa dari 9000 pengguna internet, 14%
sample perempuan menyumbang 21% sebagai pecandu cybersex. 5%
perempuan dan 13% laki-laki mengalami kecanduan untuk cinta dan tujuan
seksual (Ross, 2012). Di Inggris ditemukan seorang wanita kecanduan
cybersex dan berujung menjalin hubungan intim dengan 60 laki-laki yang
berbeda melalui webcam (inetdetik.com). Informasi hampir sama pun
diperoleh penulis yang berasal dari seorang mahasiswa swasta di Jogja yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menjadi korban pelecehan seks berupa permintaan untuk melucuti pakaian
melalui webcam oleh kekasihnya
Bila dilihat pada tahap perkembangannya, dewasa awal merupakan masa
dimana individu meraih sesuatu sangat besar (psychology.wordpress.com),
terjadinya peralihan sikap egosentris ke sikap empati, menjalin relasi (Feist,
2008) dan masa untuk merumuskan tujuan hidup serta menjalani pilihan
mereka (Santrock, 2002). Tugas perkembangan tersebut pada akhirnya akan
menentukan keputusan bagaimana seorang individu berperilaku misalnya ada
individu yang kurang mampu berinteraksi secara tatap muka ingin menjalin
relasi dengan orang lain melalui media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa
individu memilih menggunakan media sosial tersebut karena didorong oleh
suatu keinginan (motivasi) yang besar yaitu menjalin relasi. Sama halnya
ketika individu memilih untuk melakukan aktivitas cybersex. Hal ini terjadi
karena didorong oleh suatu keinginan yang besar seperti kebutuhan menjadi
diri sendiri, menemukan pasangan seks nyata dan keinginan untuk dicari
(Divanova dalam Vybíral, 2004).
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan
motivasi pada perilaku seks nyata (offline) maupun seks online ditemukan
bahwa adanya perbedaan motivasi secara gender. Pada penelitian perilaku seks
offline menunjukkan bahwa motivasi laki-laki cenderung pada pemenuhan
kebutuhan, kepuasan, kesenangan, menyenangkan pasangan, dan melepaskan
tegangan (Carol et al, 1985; Leigh, 1989, dalam Sprecher, 1993). Sedangkan
perempuan cenderung karena cinta, komitmen, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengekspresikan emosi kedekatan/cinta (Carol et al, 1985; Leigh, 1989;
Sparague & Quadagno, 1989 dalam Sprecher, 1993). Pada penelitian seks
online juga ditemukan adanya perbedaan motivasi antara laki-laki dan
perempuan. Laki-laki cenderung pada relaksasi, kepuasan seksual, gairah
seksual (Ross, 2012), melihat erotica, mencari pasangan, mengunjungi situs
kontak seks (Cooper, 2003). Sedangkan perempuan cenderung bertemu
pasangan seks
online
secara offline (Daneback, 2007), menggoda,
berhubungan dengan pasangan, serta mendapatkan pendidikan dalam hal
seksualitas (Cooper, 2003). Sementara itu, penelitian cybersex yang ada belum
menunjukkan perbedaan yang representatif antara laki-laki dan perempuan.
Meskipun banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor, dampak, alasan serta prevalensi dari penggunaan cybersex
namun masih sedikit bahkan masih jarang penelitian yang mengkhususkan
penggunaan pada kaum perempuan. Hal ini sejalan dengan bentuk kritikan
dari peneliti Doring (2009) terkait dengan keterbatasan dari penelitian
sebelumnya yang sudah dilakukan lebih sering terjadi di wilayah Barat dan
hampir tidak ada penelitian yang menyelidiki kasus khususnya di kalangan
perempuan. Kondisi seperti ini dimungkinkan terjadi karena penelitian
sebelumnya lebih menggunakan sample gabungan antara laki-laki dan
perempuan serta adanya peran budaya didalamnya yang memegang kuat nilainilai moral. Padahal berdasarkan hasil penelitian Cooper (dalam Rimington,
2007) dari 9000 sample diketahui bahwa dari 14% sample perempuan
menyumbang 21% sebagai pecandu cybersex. Namun bagaimana dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kasus di Indonesia?. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pribadi& Putri
(dalam Noni, 2012) ditemukan bahwa 5% perempuan melakukan cybersex
dengan pasangan onlinenya dibandingkan laki-laki yang hanya 3%.
Harus disadari bahwa mayoritas sistem budaya di Indonesia berakar pada
sistem patriarki. Budaya patriarki adalah budaya dimana kaum laki-laki
memiliki pengaruh yang besar atau tinggi kedudukannya dibanding perempuan
(www.mediadanperempuan.org). Kedaulatan perempuan terhadap budaya
lemah. Konteks budaya disini adalah bagaimana perempuan memilih cara
hidup, gaya hidup, tampilan diri, ekisistensi kemanusiaan dan tata cara lainnya
dalam keseharian (www.wartafeminis.com). Mengakarnya sistem budaya yang
demikian memberikan konsekuensi terhadap perilaku seperti perempuan tidak
secara leluasa melakukan hal disektor yang diinginkan misalnya dalam
pekerjaan. Seringkali membuat perempuan merasa bersalah bila tidak berperan
sesuai norma-norma yang sudah ada (Nurrachman, 2011), bila sistem ini
dijalankan oleh laki-laki yang tidak dapat diandalkan, kemunngkinan dapat
menyengsarakan
atau
bertindak
semena-mena
terhadap
keluarga
(www.mediadanperempuan.org). Selain itu, konsekuensi dari sistem patriarki
juga memberi pengaruh pada perilaku seksual ialah perempuan ditempatkan
pada situasi dimana harus bertindak altruis/ berkorban dan dependen sehingga
harus menuruti keinginan pasangan, bila tidak menuruti keinginan pasangan
dirinya akan mengalami kecemasan (Nurrachman, 2011).
Mungkin memang benar bahwa fenomena cybersex belum terlalu
booming dikalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya norma dan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
berperilaku dalam kultur Indonesia yang memandang bahwa seks merupakan
hal yang tabu, terlarang maupun perlu dihambat (Hoelzner & Oetomo, 2004).
Hal yang sama pun juga dituliskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ayu
(dalam
www.psychologymania.wordpress.com)
bahwa
laki-laki
dan
perempuan memiliki sikap negatif terhadap seks maya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan
istiadat budaya Timur, dimana individu harus memperhatikan aturan dan nilai
budaya di dalam sikap dan berperilaku. Sehingga dalam kenyataanya, individu
cenderung merasa malu atau takut untuk membahas secara terbuka terkait
dengan pengalaman seksual yang dimiliki.
Sesuai dengan tujuan utamanya, penelitian sebelumnya yang dilakukan
Noni (2012) di Medan berusaha berfokus untuk mengungkap secara
konseptual gambaran remaja melakukan
aktivitas cybersex daripada
mengungkap sisi psikologisnya. Hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa
remaja melakukan aktivitas cybersex karena mudah dalam mengakses atau
memperoleh
materi
seksual,
keterjagaan
privasi
dan
kebebasan
mengekspresikan fantasi seks. Namun dalam pembahasan tidak menunjukkan
penjelasan yang representatif motivasi antara laki-laki dan perempuan. Selain
itu berdasarkan hasil penelitian Pribadi& Putri (dalam Noni, 2009) yang
menyebutkan bahwa ditemukan 5% perempuan melakukan cybersex dengan
pasangan onlinenya dibandingkan laki-laki yang hanya 3% serta informasi dari
penulis yang diperoleh dari seorang mahasiswi yang menjadi korban
pelecehan seks oleh kekasihnya berupa permintaan melucuti pakaian melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
webcam. Hal ini mendorong peneliti untuk mencoba mendalami pengalaman
motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex sehingga tidak hanya
sekedar mengetahui gejala-gejala apa saja yang membentuknya, melainkan
adanya aksi, interaksi dan proses sosial di dalamnya yang mampu menjelaskan
apa saja yang menyebabkan gejala tersebut muncul sehingga individu memilih
untuk
melakukan
aktivitas
tersebut.
Dengan
demikian,
penggunaan
pendekatan Grounded Theory dirasakan tepat dengan tujuan penelitian ini.
Selain itu, penelitian ini semakin penting untuk dilakukan dengan
mengkhususkan penggunaan hanya pada perempuan karena penelitianpenelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan sample gabungan (laki-laki
dan perempuan) dan data yang diperoleh pun tidak cukup representatif.
Pemilihan penggunaan sample khusus perempuan pada penelitian ini dirasa
memiliki tantangan tersendiri ketika peneliti hendak mengetahui secara
mendalam topik yang sifatnya sensitif di dalam budaya Timur dan mampu
mengeksplorenya dalam sebuah penelitian. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah hasil penelitian motivasi perilaku seks yang
jumlahnya masih terbatas bahkan belum ada yang menggunakan metode studi
Grounded Theory.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka timbul pertanyaan apa
motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui motivasi perempuan melakukan
aktivitas cybersex.
D. Manfaat penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal
untuk mengerti dan memahami secara mendalam alasan perempuan
melakukan aktivitas cybersex sehingga dapat memberikan wacana baru di
bidang Psikologi Sosial dan studi motivasi perilaku seks.
Secara praktis, memberikan informasi dikalangan perempuan
bahwa kehidupan mereka tidak lepas dari perkembangan teknologi yang
semakin pesat bahkan sudah menjadi lifestyle. Sehingga dengan informasi
ini dapat memeberikan pemahaman yang mendalam kepada perempuan
agar dapat secara bijak menggunakan internet maupun alat komunikasi
lainnya yang dapat terhubung dengan internet agar mengurangi jumlah
korban pelecehan serta tetap menjujung nilai-nilai moral di masyarakat.
Bagi para orang tua yang memiliki anak perempuan, menambah wacana
untuk mendampingi anak-anak khususnya perempuan sehingga orang tua
mampu mengetahui pendekatan-pendekatan apa saja yang dapat dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
mengingat perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga
informasi dapat masuk tanpa adanya filter. Bagi lembaga perkawinan,
menambah wacana untuk mendampingi para calon suami-isteri yang akan
membangun rumah tangga untuk semakin mengetahui fenomena yang
kerap kali terjadi akibat penggunaan cybersex.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cybersex
1. Pengertian Cybersex
Cybersex didefinisikan sebagai sub kategori dari Online Sexual
Activity (OSA) dan terjadi ketika individu menggunakan internet untuk
terlibat dalam ekspresi seksual atau kegiatan memuaskan seksual yang
mungkin mencakup: melihat gambar, terlibat dalam obrolan seksual,
pertukaran email seksual, di mana kedua belah pihak masturbasi
sambil bertukar obrolan seksual secara online (Daneback, 2005)
Scheneider & Weiss (dalam Vybíral et al 2004) menganggap segala
bentuk ekspresi seksual melalui komputer atau internet adalah
cybersex. Noonan (dalam Vybíral et al 2004) memahami cybersex
sebagai pesan erotis atau fantasi seksual yang ditukar melalui internet.
Mastrubasi adalah bentuk bagian dari cybersex
Young,
Griffin-Shelley,
Copper,
O’Mara
dan
Buchanan
mendefinisikan cybersex sebagai dua pengguna online terlibat dalam
wacana pribadi tentang fantasi seksual. Dialog biasanya disertai
dengan stimulasi diri. Ben-Ze’ev menyebutkan cybersex adalah
interaksi sosial antara setidaknya dua orang yang bertukar pesan erotis
secara real-time untuk orgasme (dalam Hans et al 2011).
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Cooper et al (dalam Rimington, 2007) mendiskripsikan cybersex
sebagai penggunaan internet untuk terlibat dalam kegiatan seksual
memuaskan. Definisi lain, diberikan pada tahun 2004, cybersex
dijelaskan sebagai terlibat dalam stimulasi diri seksual saat online
dengan orang lain, interaksi ini bisa bertukar melalui email, chatroom,
instant messaging, atau webcam. Akhirnya pada tahun 2005 cybersex
dijelaskan sebagai dua atau lebih orang yang terlibat dalam
pembicaraan seks saat online untuk tujuan kenikmatan seksual dan
mungkin atau mungkin tidak termasuk masturbasi oleh satu atau lebih
pengguna.
Shaugnessy (2011) mendefinisikan cybersex sebagai komunikasi
seksual yang dilakukan secara interaktif dan realtime via synchronous
Internet modes.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa cybersex
adalah sub bagian dari aktivitas seks online berupa kegiatan interaktif
setidaknya lebih dari satu orang dalam mengkomunikasikan secara
realtime melalui internet hal seksualitas baik berbagi aktivitas seks,
fantasi maupun keinginan seks dengan atau tanpa stimulasi diri.
2. Situasi yang Memungkinkan Individu Melakukan Cybersex Cooper
(2003) menekankan 3 situasi-situasi yang memungkinkan
individu melakukan cybersex, biasanya disebut (Triple A Engine), yaitu
Accessibility, Affordability dan Anonymity.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Accessibility
mengacu pada kenyataan bahwa internet menyediakan jutaan
situs porno dan dan ruang mengobrol yang akan memberikan
kesempatan untuk melakukan cybersex
b. Affordability
mengacu pada untuk mengakses situs porno dan melakukan
obrolan melalui chatt dan tidak perlu mengeluarkan biaya
mahal
c. Anonymity
mengacu pada individu tidak perlu takut dikenali oleh orang
lain. Individu dapat menjaga identitasnya dari orang lain.
Young (dalam Rimington, 2007) mengembangkan ACE model
(Anonymity, Convenience dan Escape) untuk menjelaskan bagaimana
internet telah menciptakan sebuah iklim budaya permisif yang
mendorong individu menggunakan cybersex. ACE model mengacu
pada individu tidak perlu takut untuk diketahui orang lain saat
melakukan perilaku seks menyimpang karena terdapat kemudahan bagi
para pengguna dalam mengkonsumsi materi seksual dan juga dengan
mudah membantu pengguna menggunakan internet sebagai tempat
pelarian untuk melepaskan tegangan mental.
John Suler (2004) juga menyebutkan adanya effect disinhibation
yang disebabkan beberapa situasi-situasi yang mendorong individu
melakukan aktivitas cybersex yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a. Anonimitas disosiatif.
Ketika orang lain yang ditemui secara online tidak dapat
dengan mudah mengetahui diri anda sebenarnya. Individu
dapat menjaga identitasnya dari orang lain.
b. Invisibility
Dalam lingkungan online, orang lain tidak dapat melihat diri
anda. Ketika seseorang sedang online mungkin atau bahkan
orang lain tidak tahu bahwa anda sedang menyusuri internet.
Dalam komunikasi teks seperti email, chatting, blog, dan IM,
orang lain mungkin tahu banyak tentang siapa Anda. Namun,
mereka masih tidak dapat melihat atau mendengar Anda dan
Anda tidak dapat melihat atau mendengar mereka.
c. Ascynchronicity
Dalam komunikasi ascynchronous (email atau newsgroup),
orang
tidak
memerlukan
berinteraksi
menit,
jam,
secara
hari
realtime.
bahkan
Orang
bulan
lain
untuk
menjawabnya. Bahkan beberapa orang mungkin mengalami
komunikasi asynchronous sebagai tempat “melarikan diri”
setelah mengirimkan pesan yang bersifat pribadi, emosional
karena merasa aman dan dapat ditinggal.
d. Introyeksi solipsistic.
Ketika seseorang membaca pesan dari orang lain menggunakan
suaranya sendiri, orang tersebut seperti “mendengar” suara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pasangan onlinenya. Seseorang mensubvocalize ketika mereka
membaca, sehingga memproyeksikan suara mereka ke dalam
teks orang lain. Percakapan ini bisa dialami tanpa disadari
ketika berbicara dengan dirinya sendiri, yang mendorong rasa
tidak malu karena berbicara dengan diri sendiri dirasa lebih
aman daripada berbicara dengan orang lain
e. Imajinasi disosiatif
Seseorang bersama orang lain secara online hidup dalam
dimensi permainan fantasi, terpisah dari tuntutan dan tanggung
jawab dunia nyata. Ketika seseorang selesai menggunakan
internet dan kembali ke rutinitas sehari-hari orang tersebut
dapat melepaskan identitas permainan fantasi yang tidak
berhubungan dengan dunia nyata.
f. Minimization of status and authority
Saat online status seseorang dalam dunia tatap muka mungkin
tidak diketahui orang lain dan mungkin tidak memiliki dampak
sebanyak di dunia tatap muka. Setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk menyuarakan dirinya sendiri
tanpa memandang status, kekayaan, ras, atau gender
3. Pengguna Cybersex
Cooper, Delmonico&
Burg,
2000
(dalam
Cooper, 2002)
mendiskripsikan 3 kelompok pengguna cybersex yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
a. Recreational users, yang mengakses materi seksual online
karena rasa ingin tahu atau untuk tujuan hiburan
b. At risk users, orang-orang menggunakan internet dalam jumlah
waktu sedang untuk kegiatan seksual, dan jika pola penggunaan
mereka secara terus-menerus, penggunaannya bisa menjadi
kompulsif
c. Sexually compulsive users, yang memiliki kecenderungan
patologis ekspresi seksual, menggunakan internet sebagai
tempat untuk kegiatan seksual mereka.
4. Alasan Indvidu Menggunakan Cybersex
Divanova (dalam Vybíral, 2004) menyebutkan bahwa perilaku
cybersex terjadi karena dimotivasi oleh berbagai kebutuhan yang
dimiliki individu yiatu:
a. Keinginan kepuasan seksual.
Pengguna dapat memiliki pasangan sementara atau yang
memenuhi kebutuhan pengguna dan kegiatan cybersex dipandang
sebagai pelarian ketidakpuasan.
b. Keinginan akan pengetahuan.
Anak-anak dan remaja masuk ke ruang berorientasi seks
dan mendapatkan informasi tentang seksualitas manusia serta
“teori” pertama pengalaman seksual mereka. Anonimitas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terdapat dalam internet mendorong orang dewasa untuk mengenal
dan mengeksplorasi praktek seksual.
c. Keinginan menjadi diri sendiri.
Kemampuan untuk berbicara bebas tentang apa pun,
terbuka dan tanpa menggunakan topeng biasanya diperlukan
individu dalam kehidupan nyata dan merupakan daya tarik
terbesar. Hal tersebut dapat dilakukan melalui internet karena
adanya situasi Anonymous sehingga respon takut ditolak dan
mendapatkan hukuman jelas kurang.
d. Keinginan untuk beristirahat,
Dalam mempertahankan fisik dan kesejahteraan mental,
penting untuk melakukan istirahat dari tugas sehari-hari dan
tekanan dari atasan. Bagi banyak orang, Internet, dan khususnya
chattroom, menjadi tempat dimana mereka dapat bersantai. Banyak
orang melihat cybersex sebagai hal relaksasi atau menyenangkan.
e. Keinginan untuk dicari.
Jika seseorang di dunia nyata tidak memiliki hubungan
sosial untuk menciptakan perasaan peduli dan menjadi penting
untuk orang lain, orang itu mungkin mencoba untuk membuat
perasaan tersebut melalui komunikasi di chattroom. Jika perasaan
puas muncul melalui aktivitas tersebut, ada kemungkinan bahwa
jenis komunikasi tersebut akan menjadi bagian penting dalam
kehidupan seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
f. Mencoba menemukan pasangan untuk seks nyata
Hubungan ditetapkan lebih mudah di chattroom daripada di
dunia nyata. Online disinhibition secara signifikan mempermudah
kegiatan berkencan bagi orang yang pemalu dan tertutup, bahkan
menjadi cara yang lebih nyaman dan efektif untuk memulai
hubungan baru. Jika individu, apalagi, mencari orang dengan minat
seksual sama, Anonimitas Internet menyediakan lingkungan
perantara yang ideal.
g. Semangat yang berasal dari anonimitas,
Seorang individu dapat berpartisipasi dalam kegiatan
cybersex tanpa harus mengungkapkan identitasnya. Mayoritas
pengguna pun mengaku menghargai kenyataan bahwa pasangan
cybersex mereka tidak diketahui.
h. Semangat yang berasal dari interaksi
Fakta bahwa pengguna lebih memilih cybersex karena
“mudah”. Perbedaan yang paling penting terletak pada interaksi
yang disediakan oleh cybersex, yang tidak dapat diberikan oleh
majalah.
Alasan yang lain juga disebutkan oleh Carner et al (dalam Noni,
2012) berupa fantasi dan isolasi. Fantasi mengacu bahwa individu
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan fantasi seksualnya
tanpa harus takut ditolak. Sedangkan isolasi mangacu bahwa individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
memiliki kemampuan untuk memisahkan dirinya dengan orang lain
dalam fantasi apapun yang dipilih tanpa adanya resiko seperti infeksi
secara seksual. Sedangkan berdasarkan penelitian Carlvaheira (2003)
ditemukan
bahwa
penggunaan
cybersex
di
chattroom
dapat
memberikan kesempatan untuk bertemu dengan pasangan, memilih
orang-orang yang memiliki kesamaan dalam kepentingan seksual serta
mampu mengatasi keterampilan sosial yang terbatas individu dalam
hubungan tatap muka.
5. Dampak Penggunaan Cybersex
Rimington (2007) menyebutkan dampak positif dari penggunaan
cybersex yaitu :
a. tidak menempatkan pengguna pada risiko infeksi seksual
menular dan
b. mudah untuk terjadinya perselingkuhan
Dampak positif lain juga dipaparkan oleh Grov (2011) yaitu:
a. meningkatkan keintiman dengan pasangan,
b. membantu komunikasi yang baik dengan pasangan
c. peningkatan kualitas dan frekuensi hubumgan seks
Namun penggunaan cybersex juga dapat memberikan dampak
negatif yaitu kemungkinan resiko menjadi “Cybersex Compulsif”.
Doring (2009) mengidentifikasikan 3 dampak negatif dari cybersex
yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. kecanduan,
b. pengkhianatan yang akhirnya merusak relasi dengan
pasangan
c. hubungan seksual yang tidak diinginkan (pelecehan seks
online, ajakan seks online, pertemuan tatap muka secara
offline).
6. Pengukuran
Metode serta alat ukur yang digunakan pada penelitian sebelumnya
yang terkait dengan aktivitas seks online maupun cybersex adalah
kuantitatif dan kualitatif berupa kuisioner Internet Sex Screening Test
(ISST), angket, skala, wawancara dan survey online.
B. Perempuan dalam Budaya Patriarki
1. Budaya Patriarki
Budaya patriarki adalah budaya dimana kaum laki-laki memiliki
pengaruh yang besar atau tinggi kedudukannya dibanding perempuan
(www.mediadanperempuan.org).
2. Konsep umum Seks dan Gender
Seks merupakan hal yang berbeda dengan gender. Menurut
Papalia& Olds (dalam Nurrachman, 2011) seks adalah perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
biologis antara laki-laki dan perempuan sedangkan gender adalah “…it
means to be male or female. Menurut Saptari & Holzner (dalam
Nurrachman, 2011) gender adalah keadaan dimana individu yang lahir
secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan memperoleh pencirian
sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut
maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-nilai atau
sistem simbol masyarakat yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan
bahwa seks mengacu pada perbedaan atas dasar ciri-ciri biologis
sedangkan gender mengacu pada konsep sosial budaya yang dapat
mempengaruhi adanya perbedaan psikologis dan perilaku seseorang.
Peran gender merupakan konsep umum yang biasanya dibicarakan
dalam membahas peran perempuan maupun laki-laki di masyarakat
berupa pikiran, perasaan, tingkah laku, sikap, minat dan keterampilan
yang ditentukan budaya dan dianggap tepat bagi perempuan dan lakilaki. Ketika individu berada dalam suatu kelompok maka individu
tersebut akan dituntut untuk menampilkan tingkah laku tertentu oleh
lingkungannya sesuai dengan fungsi dan kedudukan di lingkungan
tersebut (Sadli & Patmonodewo dalam Nurrachman, 2011). Peran
gender yang telah mengakar di masyarakat seringkali membuat
perempuan merasa bersalah bila tidak berperan sesuai norma-norma
yang ada (Nurrachman, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
dorongan yang timbul oleh adanya kebutuhan baik intrinsik maupun
ekstrinsik untuk mencapai tujuan tertentu yang mana tujuan tersebut
sebagai cerminan minat individu dalam perilaku yang berkaitan
dengan apa yang dilakukannya (Hamzah, 2008). Motif merupakan
alasan atau sebab seseorang melakukan sesuatu (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa, 1995). Winkel (dalam Hamzah, 2008)
mendefinisikan motif sebagai daya penggerak dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu.
Di samping itu, motif yang merupakan suatu alasan atau dorongan
yang membuat individu melakukan sesuatu, memiliki 2 hal pokok di
dalamnya. Dua hal itu ialah dorongan atau kebutuhan dan tujuan
(Handoko, 1992).
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan alasan individu dalam berperilaku sebagai tenaga
penggerak atau dapat disebut juga dengan istilah pendorong. Dengan
kata lain, motivasi membuat individu melakukan tindakan berdasarkan
suatu kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai dalam perbuatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Jenis-jenis Motif
a. Personal Motive
 Achievement motive
McClelland
(1985)
mendefinisikan
motif
berprestasi
sebagai standard of excellence yaitu kecenderungan individu
untuk mencapai prestasi secara optimal. Individu yang
menunjukkan motivasi berpretasi adalah mereka yang task
oriented dan siap menerima tugas-tugas yang menantang dan
kerap kali mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara
misalnya membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau
dengan standard tertentu.

Hedonism Motive
Hobbes (dalam Herbert, 1981) menyatakan bahwa segala
tindakan didorong oleh hasrat untuk mendapat kesenangan dan
menghindari rasa sakit.

Exploration Motive
Kondisi dimana seseorang ingin memperoleh pengalaman
baru dan situasi baru dalam mendapatkan informasi melalui
media dan sarana yang digunakan untuk memperkaya
pengalamannya.

Relatedness Motive
Adanya kebutuhan mengadakan hubungan dan sosialisasi
dengan orang lain (Robbins, 2004). Dalam menjalin hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tersebut individu mengharapkan memperoleh pemahaman atau
pengertian dari orang lain disekitarnya begitupun sebaliknya
orang lain pun dapat menikmati hal-hal yang sama. Individu
berkeinginan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan
orang lain yang dianggap penting dalam hidupnya seperti
keluarga, teman, pacar atau rekan kerja.
b. Interpersonal Motive
 Affiliative Motive
Atkinson, Heyns & Veroff (dalam McClelland, 1985)
motivasi
berafiliasi
sebagai
motif
yang
mendorong
pembentukan dan pertahanan hubungan yang positif dan
berafeksi dengan orang lain, dengan keinginan untuk disukai
dan untuk diterima. Artinya bahwa individu dengan afiliasi
yang tinggi mempunyai dorongan untuk menjalin hubungan
dengan orang lain karena ada keinginan untuk disukai/
diterima.
Berdasarkan penelitian Byrne, McDonald & Mikawa
(dalam McClelland, 1985) ditemukan bahwa individu yang
memiliki afiliasi tinggi akan menunjukkan motivasi mendekat
sedangkan individu yang memiliki afiliasi rendah akan
memperlihatkan motivasi menghindar. Baginya motivasi
berafiliasi ini mengandung aspek konflik karena individu
mempunyai dua macam harapan yaitu orang lain memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
manfaat atau kerugian bagi diri individu tersebut. Bila individu
memiliki keinginan besar untuk mendapat manfaat dari orang
lain maka individu tersebut akan memiliki dorongan untuk
mencari teman. Sebaliknya, bila individu memiliki prasangka
yang besar bahwa orang lain akan memberikan dampak
kerugian bagi dirinya maka individu tersebut akan menghindar.
3. Proses Motivasi
Hamzah (2008) mengemukakan sebuah model umum tentang
proses motivasi yang ditampilkan dalam gambar berikut:
Needs, desires,
or expectation
Feedback
Behavior
Goals
Gambar 1. Sebuah model umum tentang proses motivasi dasar
Model tersebut merupakan sebuah kerangka kerja untuk memahami
sifat dinamik dari proses motivasi. Terlihat dalam gambar bahwa
komponen-komponen dasar motivasi adalah:
a. Kebutuhan, keinginan atau ekspektasi
b. Perilaku
c. Tujuan
d. Umpan balik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Proses motivasi bermula pada sekelompok kebutuhan yang belum
dipuaskan/ tidak seimbang sehingga menyebabkan munculnya perilaku
yang diarahkan ke arah pemenuhan sebuah dorongan tertentu atau
tujuan yang dianggap akan mengembalikan kondisi keseimbangan.
Disamping itu, individu akan berupaya mencapai dorongan yang
relevan
atas
tujuan
yang
diinginkan
sampai
keseimbangan
dikembalikan. Sewaktu dorongan atau tujuan dicapai maka umpan
balik internal menimbulkan menyusutnya ketidakseimbangan atau
motivasi.
Perempuan memiliki kebutuhan dalam diri, sebagai contoh
kebutuhan untuk mencari teman/pasangan. Kebutuhan yang dimiliki
perempuan ini menimmbulkan suatu dorongan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan mencari
teman/ pasangan dapat tercermin dari perilakunya seperti melakukan
aktivitas cybersex. Perilaku perempuan dalam melakukan aktivitas
cybersex diarahkan pada pemenuhan tujuan tertentu, misalnya
memperoleh banyak kenalan atau menjalin relasi dengan kenalan lama
maupun baru. Ketika tujuan tersebut terpenuhi maka kebutuhan
perempuan untuk mencari teman terpuaskan atau terpenuhi dan
motivasi menjadi menurun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
D. Dinamika Motivasi dengan Penggunaan Cybersex
Salah satu hal yang berkontribusi seseorang berperilaku adalah
motivasi. Pada dasarnya motivasi adalah dorongan yang menggerakkan
dan mengarahkan perilaku individu untuk memenuhi tujuan tertentu.
Timbulnya motivasi individu merupakan gabungan dari kebutuhan,
dorongan, tujuan dan umpan balik (feedback). Hal ini sejalan dengan
pendapat Winkel (dalam Hamzah, 2008) mendefinisikan motif sebagai
daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu
demi mencapai tujuan tertentu.
Motivasi yang mempengaruhi tingkah laku telah menjadi
komponen penting dari beberapa teori mengenai tingkah laku (cth : teori
tingkah laku pemecahan masalah (Jessor & Jessor, 1977 dalam Megan,
2010) teori tingkah laku yang terencana (Ajzen & Fishbein, 2000 dalam
Megan, 2010)) serta motivasi terhadap tingkah laku seksual (Lefkowitz &
Gillen, 2005 dalam Megan, 2010).
Motivasi terhadap tingkah laku seksual dalam aktivitas seks secara
offline maupun online antara laki-laki dan perempuan pun berbeda,
tergantung tujuan serta situasi-situasi
yang membantu seseorang
berperilaku. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada perilaku seks offline
ditunjukkan bahwa motivasi laki-laki cenderung pada pemenuhan
kebutuhan,
kepuasan,
kesenangan,
menyenangkan
pasangan,
dan
melepaskan tegangan. Sedangkan perempuan cenderung karena cinta,
komitmen dan mengekspresikan emosi kedekatan/ cinta (Carol & Whitley
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dalam Sprecher, 1993). Hal ini sejalan dengan penelitian lainnya bahwa
wanita, dibandingkan pria, lebih memungkinkan untuk menunjukkan cinta
dan bukan karena kesenangan sebagai alasan keterlibatan hubungan
seksual (Leigh, 1989; Nelson, 1978 dalam Browning & Hatfield, 2000).
Pada penelitian aktivitas seks online juga ditemukan adanya
perbedaan motivasi antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki cenderung
pada relaksasi, kepuasan seksual, gairah seksual (Ross, 2012), melihat
erotica, mencari pasangan, mengunjungi situs kontak seks (Cooper, 2003).
Sedangkan perempuan cenderung bertemu pasangan seks online secara
offline (Daneback, 2007), menggoda, berhubungan dengan pasangan, serta
mendapatkan pendidikan dalam hal seksualitas (Cooper, 2003).
Sementara itu berbeda dengan penelitian sebelumnya terkait
dengan aktivitas cybersex bahwa motivasi seseorang menggunakan
cybersex karena ingin bertemu pasangan, memilih orang dengan
kepentingan seks yang sama untuk berkencan, memainkan fantasi, adanya
peran anonimitas untuk membantu individu yang memiliki keterbatasan
tatap muka (Carvalheira, 2003), kemudahan mengakses, keterjagaan
privasi, bebas mengekspresikan fantasi (Noni, 2012), hiburan, kepuasan
rasa ingin tahu, serta meningkatkan hubungan (Goodsen dalam Byers,
2011).
Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
motivasi antar gender dari masing-masing aktivitas. Namun hal ini tidak
tampak secara representatif pada penelitian di ranah cybersex. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
membedakan motivasi individu maka akan memberikan pemahaman yang
lebih baik mengenai bagaimana motivasi tersebut mempengaruhi tingkah
laku. Dalam hubungannya dengan cybersex, motivasi sebenarnya
berpengaruh terhadap apa yang mempengaruhi individu untuk melakukan
kegiatan tersebut. Banyak hal yang berpengaruh terhadap motivasi
seseorang dan yang paling berpengaruh adalah tujuan dari masing-masing
individu.
Sebagai contoh banyak hal yang mendorong ketertarikan seseorang
dalam berperilaku melakukan aktivitas cybersex itu sendiri. Salah satunya
adalah untuk hiburan/ kesenangan. Ketika motivasi tersebut terpenuhi dia
akan bersedia untuk bergabung atau melanjutkan aktivitas tersebut.
Kepuasan individu ketika melakukan cybersex mungkin bermacam-macam
dan tidak sama dengan yang lainnya tergantung pada motif yang
mendorong orang tersebut melakukan suatu hal.
Meskipun banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor, dampak, alasan serta prevalensi dari penggunaan
cybersex namun masih sedikit bahkan masih jarang penelitian yang
mengkhususkan penggunaan pada kaum perempuan karena penelitian
sebelumnya lebih menggunakan sample yang sifatnya heteroseksual
(gabungan antara laki-laki dan perempuan). Padahal berdasarkan hasil
penelitian Cooper (dalam Rimington, 2007) dari 9000 sample diketahui
bahwa dari 14% sample perempuan menyumbang 21% sebagai pecandu
cybersex. Namun bagaimana dengan kasus di Indonesia?. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
penelitian yang dilakukan Pribadi& Putri (dalam Noni, 2012) ditemukan
bahwa 5% perempuan melakukan cybersex dengan pasangan onlinenya
dibandingkan laki-laki yang hanya 3%.
Berdasarkan
saran
peneliti
Doring
(2009)
terkait
dengan
keterbatasan dari penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan lebih sering
terjadi di wilayah Barat dan hampir tidak ada penelitian yang menyelidiki
kasus khususnya perempuan. Hal ini mendorong peneliti untuk mencoba
mendalami pengalaman motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex
sehingga tidak hanya sekedar mengetahui gejala-gejala apa saja yang
membentuknya melainkan adanya aksi, interaksi dan proses sosial di
dalamnya yang mampu menjelaskan bagaimana gejala-gejala tersebut
dapat muncul sehingga perempuan memilih untuk melakukan aktivitas
cybersex tersebut. Untuk memahami secara mendalam alasan perempuan
melakukan aktivitas cybersex maka peneliti akan mencoba menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan Grounded Theory yaitu sistematik
analisis data dan pengembangan teori secara induktif dari fenomena yang
sedang diteliti.
E. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah :
Apa motif perempuan dalam melakukan aktivitas cybersex?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan Grounded Theory. Grounded Theory merupakan
sistematik analisis data dan pengembangan teori yang diperoleh secara
induktif dari penelitian tentang fenomena yang dijelaskan. Tujuan dari
metode tersebut ialah mengidentifikasi proses sosial yang menghasilkan
fenomena yang sedang diteliti. Dengan kata lain, kasus yang mempunyai
hasil yang sama, diteliti untuk melihat kondisi mana yang dimiliki pada
umumnya, dengan demikian akan memperlihatkan penyebab yang
potensial. Kasus yang sama pada berbagai variabel namun memberikan
hasil yang berbeda juga dibandingkan untuk melihat dimana letak
penyebab utamanya (Strauss & Corbin, 2009).
Tema penelitian ini adalah mengenai alasan/ motif yang
membutuhkan data dari responden karena motif sendiri merupakan suatu
dorongan yang tidak tampak dari dalam diri manusia. Oleh karena itu,
melalui pendekatan Grounded Theory yang akan digunakan, peneliti akan
menciptakan kategori-kategori teoritis dan penjelasan umum mengenai
aksi, interaksi dan proses melalui kategori informasi yang saling terkait
secara langsung berpijak pada data yang berasal dari responden (Creswell,
2007) untuk mengetahui secara mendalam hal-hal yang mendasari
perempuan dalam melakukan aktivitas cybersex.
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
B. Batasan Penelitian
Batasan penelitian dalam penelitian kualitatif berguna untuk
memberi batasan sampai sejauh mana suatu permasalahan diteliti. Dalam
penelitian ini akan dibahas motif yang mendorong perempuan dalam
melakukan aktivitas cybersex. Motivasi sendiri merupakan dorongan dari
dalam individu yang mendorongnya untuk bertindak. Dalam penelitian ini,
peneliti membatasi sampai pada pembuatan kategori. Pembatasan yang
dibuat dikarenakan keterbatasan sumber daya peneliti dalam pelaksanaan
menggunakan pendekatan Grounded Theory. Namun diharapkan dari hasil
melalui penelitian kualitatif yang diperoleh mampu menjadi tahap awal
dalam mengembangkan teori terkait motivasi perempuan melakukan
aktivitas cybersex.
.
C. Subjek Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Nonprobability
Sampling
berupa
Sampling
Purposive
yaitu
teknik
pengumpulan sample dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011).
Misalnya, penelitian ini ingin melihat alasan perempuan menggunakan
cybersex, maka sample sumber data yang digunakan adalah orang-orang
khususnya perempuan yang pernah menggunakan cybersex. Responden
penelitian terdiri dari kumpulan perempuan dan beberapa perguruan tinggi
yang berbeda serta memiliki karakteristik sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
-
Dewasa awal, yaitu masa dimana individu merumuskan tujuan
hidup dan menjalani pilihan mereka (Santrock, 2002).
-
Perempuan
-
Pernah melakukan cybersex
-
Belum menikah
Penetapan karakteristik dikhususkan pada perempuan karena
dengan pertimbangan bahwa perempuan lebih mudah mengekspresikan
perasaan (Santrock, 2002). Selain itu, harapan dari penelitian ini hasil yang
diperoleh paling tidak hampir sama dan dapat mewakili sample perempuan
pada umumnya dan menunjukkan alasan yang berpotensi pada umumnya
dikalangan perempuan.
D. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara wawancara. Hasil wawancara berupa data tekstual dalam bentuk
transkrip wawancara, serta disertai dengan catatan lapangan dan observasi,
Wawancara merupakan teknik pengambilan data yang sifatnya terbuka
dengan menanyakan sejumlah pertanyaan kepada responden (Parker,
2008). Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan responden secara
mendalam sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian ini juga menggunakan wawancara semi-struktur dalam
pengambilan datanya. Artinya, dalam proses pengambilan data peneliti
sudah mempunyai susunan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
responden. Namun, proses pengambilan data itu sendiri pertanyaannya
dapat menjadi fleksibel menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
pengambilan data berlangsung.
Tabel 1
Pedoman wawancara
No
1
Point utama
Awal penggunaan
cybersex
Pokok pertanyaan
Penggunaan cybersex
1.
2.
3.
2
Dinamika
Alasan yang
responden saat
mempengaruhi
melakukan cybersex responden melakukan
aktivitas cybersex
Waktu , tempat dan
jumlah penggunaan
cybersex
1.
2.
1.
2.
3.
3
Output kegiatan
Perasaan yang
muncul saat
melakukan aktivitas
cybersex
Perolehan dari
aktivitas cybersex
1.
1.
Pertanyaan
Dengan siapa Anda
melakukan aktivitas
tersebut?
Apa saja media yang
digunakan
Apa materi/isi/
bentuk obrolan saat
melakukan cybersex?
Mengapa anda mau
melakukan cybersex?
Apa keuntungan dari
media yang
digunakan?
Kapan anda
melakukan cybersex?
Dimana biasanya
cybersexberlangsung?
Berapa lama biasanya
kegiatan tersebut
berlangsung?
Apa yang anda
rasakan ketika
melakukan aktivitas
tersebut?
Apa yang didapat
dari aktivitas
tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
E. Prosedur penelitian
Penelitian ini mengikuti prosedural standar yang diperlukan dalam
penelitian kualitatif. Prosedur tersebut berupa tahapan awal penyusunan
rancangan penelitian hingga analisis dan kesimpulan penelitian. Tahapan
ini dijelaskan oleh Moleong (2007) sebagai berikut :
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini, dilakukan perancangan penelitian. Adapun
persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum turun ke lapangan
untuk mengambil data seperti peneliti harus memahami hal-hal yang
berkaitan dengan konteks penelitian yaitu kebudayaan, bahasa, situasi
sosial serta etika penelitian. Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan
perizinan harus diselesaikan pada tahap ini.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Di tahap ini, peneliti mulai turun ke lapangan untuk mengambil
data sebanyak-banyaknya dan tidak melenceng dari rancangan awal
penelitian. Rancangan awal penelitian mungkin akan mengalami
perubahan tergantung situasi lingkungan yang juga dapat berubahubah. Pendekatan dengan responden juga dilakukan pada tahap ini
untuk mencegah terjadinya bias data.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dapat dilakukan saat di lapangan maupun setelah
meninggalkan lokasi penelitian. Analisis yang dilakukan di lapangan
bertujuan untuk melihat apakah data yang dikumpulkan sudah cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
atau masih diperlukan pengumpulan data lanjutan. Sedangkan analisis
yang dilakukan di luar lokasi penelitian merupakan analisis utama
untuk membahas semua data yang telah diperoleh. Analisis tersebut
menggunakan pendekatan analisis data berdasarkan tujuan dan
rumusan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
mendapatkan data yaitu:
-
Membuat pedoman pertanyaan
-
Mencari responden penelitian. Dalam penelitian ini responden
yang digunakan sebanyak 4 orang. Hal ini dikarenakan sulitnya
menemukan responden yang mau terbuka untuk menceritakan
pengalaman seks khususnya dalam topik penggunaan cybersex
-
Saat peneliti mendapatkan responden maka peneliti akan
menjelaskan inti dan tujuan penelitian, bentuk, sifat dan hak
responden dalam penelitian
-
Bila telah mendapat kesepakatan untuk berpartisipasi, maka
peneliti akan menawarkan pada responden jadwal dilakukannya
wawancara.
-
Wawancara dilakukan kurang lebih 30 menit dengan asumsi
responden dapat secara mendalam menceritakan pengalaman
cybersex.
-
Setelah wawancara selesai, peneliti mendengarkan ulang
rekaman wawancara kemudian menyusun verbatim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
-
Prosedur ini dilakukan terus hingga wawancara selesai
dilakukan
F. Teknik analisa data
Adapun teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini.
Tahapan analisis tersebut dapat dijelasakan sebagai berikut (Strauss &
Corbin, 2009):
1. Coding
Proses pemeriksaan data kualitatif mentah dalam bentuk kata, frase,
kalimat atau paragraf dan menentukan kode atau label.
2. Open coding
Kata dan frase kode atau label yang ditemukan pada transkrip atau teks
3. Axial coding (Membuat Pengkategorian Lebih Tinggi)
Membuat tema atau kategori dengan mengelompokan kode atau label
yang diberikan pada kata dan frase
4. Selective coding
Tahap akhir dari analisis, dan tujuannya adalah untuk membuat kodekodenya bersama dan kategori-kategori untuk menciptakan teori yang
terpenting atau penjelasan yang dapat diterapkan pada semua catatan
dan juga akan menjelaskan data yang bertentangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
G. Kredibilitas penelitian
Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya
mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting,
proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Dalam
penelitian ini kredibilitas dapat diliat berdasarkan teknik ketekunan/
keajegan pengamatan. Artinya bahwa peneliti mencari secara konsisten
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis,
mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat sehingga
menemukan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dengan kata lain bahwa teknik ketekunan
pengamatan menyediakan kedalaman dari isu yang ingin dilihat. Dalam
menentukan unsur-unsur yang relevan peneliti juga mengajak rekan untuk
melihat apakah analisis yang ditemukan peneliti juga ditemukan peneliti
lain (Triangulasi). Rekan- rekan peneliti yang dimaksud yaitu dosen
pembimbing dan mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui alasan atau motif
perempuan melakukan aktivitas cybersex. Penelitian ini berlangsung
kurang lebih 4 bulan. Metode pengambilan data yang digunakan ialah
wawancara dengan jumlah responden sebanyak 4 orang perempuan dari
universitas yang berbeda. Hal ini dikarenakan sulitnya menemukan
responden yang mau secara terbuka menceritakan pengalaman cybersex.
Namun dari penelitian ini diharapakan dari hasil yang diperoleh dari ke-4
responden dapat mewakili perempuan pada umumnya dengan kesamaan
motivasi yang dimiliki.
Sebelum pelaksanaan wawancara dilakukan, peneliti melakukan
beberapa persiapan seperi menyiapkan pedoman pertanyaan beserta digital
recorder. Setelah persiapan dirasa cukup, peneliti terlebih dahulu
menentukan waktu pelaksanaan wawancara dan disesuaikan dengan
kesediaan responden. Penentuan waktu dilakukan melalui via sms dan
telepon
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 2.
Pelaksanaan Wawancara
Uraian
R1
R II
R III
R IV
Tanggal
13 & 30
Desember
2013
Waktu
12.13- 13.22
13.05- 13.56
9 Januari
13.54-14.35
2014
23 Januari
17.06- 17.52
2014
11 April 2014 12.12- 12.42
Tempat
Rumah
peneliti dan
bakery
Catatan
Ada beberapa
pertanyaan yang
belum
ditanyakan
sehingga
melakukan 2x
wawancara
Bakery
Kos
responden
Perumahan
Jambusari
Setelah pelaksanaan wawancara selesai dilakukan, peneliti mulai
mengkoding hasil wawancara. Mengkoding adalah proses pemeriksaan
data kualitatif mentah dalam bentuk kata, frase, kalimat atau paragraf dan
menentukan kode atau label. Selanjutnya adalah melakukan open coding
yaitu menentukan kata dan frase kode atau label yang ditemukan pada teks.
Lalu melanjutkan dengan axial coding yaitu membuat tema atau kategori
dengan mengelompokan kode atau label yang diberikan pada kata dan
frase. Tahap terakhir yang dilakukan yaitu selective coding yaitu membuat
kode-kodenya bersama kategori-kategori untuk menciptakan teori yang
terpenting atau penjelasan yang dapat diterapkan pada semua catatan dan
juga akan menjelaskan data yang bertentangan.
Saat menjalani tahap-tahap tersebut, peneliti juga tidak terlepas dari
kesulitan yang dihadapi. Pada tahap mencoding kesulitan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dirasakan peneliti adalah memeriksa data mentah (hasil wawancara) yang
didapat ke dalam nomer-nomer barisan dengan jumlah yang banyak
kemudian memparafrasekan setiap kalimat yang memiliki arti/ makna.
Saat melakukan coding tidak semua kalimat/ paragraf dapat diberi makna
dan perlunya ketelitian saat memilah bagian yang memiliki makna sesuai
tujuan penelitian. Pada tahap open coding atau biasa disebut dengan
menentukan kata atau label pada tiap parafrase yang dibuat juga dirasa
peneliti memiliki kesulitan yaitu adanya kecenderungan subektifitas dalam
menetapkan tema. Padahal dalam penelitian harus memgang prinsip
objektivitas sehingga peneliti harus jeli dalam menetapkan label karena
ketidakjelian dalam menentukan label/ tema pada akhirnya akan
mempersulit membuat kategori yang lebih abstrak pada tahap axial coding.
Saat memasuki tahap axial coding peneliti juga merasa kesulitan ketika
peneliti mencoba memberikan nama kategori yang lebih abstrak dan tepat.
Selanjutnya, pada tahap selective coding peneliti mengalami kesulitan saat
mengumpulkan dan memilih kategori-kategori axial coding untuk
menciptakan teori/ penjelasan.
B. Deskripsi subjek
1. Data Demografik Responden
Dalam penelitian ini jumlah responden yang digunakan sebanyak 4
orang. Keterbatasan jumlah responden dan penetapan demikian
dikarenakan kesulitan peneliti untuk menemukan responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
perempuan yang secara terbuka mau menceritakan pengalamannya
terkait dengan fokus penelitian yaitu pengalaman cybersex. Rentang
usia responden berkisar 21-23 tahun, belum menikah dan memiliki
pengalaman cybersex.
Tabel 3
Data Demografik Responden
Uraian
Usia
Status
Jenis
Kelamin
Memiliki
pengalaman
cybersex
RI
22 tahun
Mahasiswa
Perempuan
R II
R III
22 tahun
21 tahun
Mahasiswa Mahasiswa
Perempuan Perempuan
R IV
23 tahun
Mahasiswa
Perempuan
Ya
Ya
Ya
Ya
C. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Data Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing responden
ditemukan bahwa rentang usia berkisar 21-23 tahun dan memiliki
pengalaman cybersex. Berikut ini akan ditampilkan data dari masingmasing responden untuk melihat dinamika psikologis.
Responden I
Pada awalnya P diperkenalkan pada seorang laki-laki oleh
sahabatnya melalui BBM. Namun diawal perkenalan sebelum
berpacaran, P merasa shock dan marah karena pasangan meminta P
untuk mengirimkan foto bugil melalui BBM dengan alasan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
bukti rasa sayang. Dari kejadian tersebut terjadilah pertengkaran antara
P dengan pasangan.
Kenyamanan membuat P luluh dan memutuskan berpacaran
dengan laki-laki tersebut. Meskipun selama menjalani proses pacaran P
belum pernah secara langsung bertatap muka dengan pasangan dan
hubungan yang dijalani terpisah secara jarak (Long Distance
Relationship). Diawal hubungannya, P mensyaratkan kepada pasangan
untuk tidak meminta mengirimkan foto bugil melainkan perlu adanya
proses pengenalan satu sama lain terlebih dahulu. Seiring berjalannya
waktu dengan rasa nyaman yang dirasakan, P mulai mengirimkan foto
kepada pasangan secara bertahap, mulai dari foto semi bugil (masih
menggunakan pakaian dalam) hingga bugil.
Emosi/ perasaan yang muncul saat P mengirimkan foto yaitu malu,
aneh, seperti orang gila dan bingung bagaimana mengirimkan foto
karena pengalaman tersebut merupakan pengalaman pertama yang
dialaminya. Permintaan pasangan pun semakin meningkat yaitu
meminta P untuk mengirimkan video. Namun P menolak karena
keterbatasan alat yang digunakan.
Salah satu media yang memiliki ruang chatt dan seseorang bisa
mengirimkan video yaitu skype. Semenjak P mengetahui bahwa
melalui skype bisa melakukan video call, dirinya mencoba untuk
membuatkan akun tersebut untuk pasangan. Setelah akun skype
berhasil dibuat dan diuji coba, pasangan mulai meminta P untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
menunjukkan video bugil setiap malam melalui webcam. Namun hal
tersebut tidak berhasil dilakukan karena terkendala oleh signal
sehingga memutuskan untuk berhenti menggunakannya.
Ketidakmampuan mengirimkan video melalui skype karena
terkendala signal membuat P dan pasangan kembali berdebat. Untuk
menghindari perdebatan dengan pasangan yang selalu marah bila
keinginannya tidak terpenuhi, maka P menyarankan untuk melakukan
Phone Sex (PS). Namun dalam penggunaannya P merasa kebingungan
karena tidak tahu bagaimana memulainya. Pada akhirnya bisa
dilakukan karena bantuan pasangan yang menuntunnya dalam sebuah
alur cerita. Saat aktivitas berlangsung P merasa bingung dan aneh
karena harus mengikuti imajinasi pasangan sedangkan P merasa
dirinya merupakan individu yang kurang mampu berimajinasi.
Materi dan isi percakapan yang dilakukan P dengan pasangan saat
melakukan PS biasanya berasal dari foto, kata-kata candaan, dan suara
mendesah. Kegiatan PS berlangsung di rumah dan kurang lebih 2 jam.
Selain itu, pengiriman foto dilakukan hampir setiap hari dan bila
hendak melakukan PS. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
perdebatan karena pasangan akan komplain dan marah bila foto tidak
dikirim, foto yang dikirim tidak jelas, menunda keinginan pasangan,
tidak pernah meminta foto pasangan serta merasa adanya rasa
tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Selain itu, dibalik perilaku pasangan yang kurang umum, P menilai
bahwa
pasangannya
merupakan
sosok
individu
yang
manja,
menyenangkan dan mandiri. Hal lain tersebut juga yang membuat P
mau melakukan PS dengan harapan adanya obrolan santai/ sharring
pengalaman seusai PS. PS merupakan media yang aman dibanding
media lainnya karena masih ada kontrol/ batasan dari pengguna.
Ketika P berhasil melakukan PS bersama pasangan yang dirasakan
adalah lega, senang, safe karena bisa memuaskan pasangan dan
terhindar dari pertengkaran.
Responden II
Pengalaman cybersex G dengan pasangan berawal dari texting
berupa kata-kata menggoda. Media yang biasanya digunakan G ialah
Whatsapp (WA), SMS dan telepon. Aktifitas berlangsug di kos, malam
hari dan sekitar kurang lebih 2-3 jam.
Cybersex yang dilakukan G karena sebagai suatu kesenangan/
hiburan. Selain itu, rasa kenyamanan, bebas tanpa jaim membuat G
bersama pasangan secara terbuka membahas seks. Dari kenyamanan
yang dirasakan itulah yang membuat G ingin tahu lebih dalam
pasangan tentang seks karena bagi G pasangannya mampu
memberikan informasi terkait dengan pengalaman yang sudah dimiliki
sebelumnya (pasangan sudah pernah menikah). Kenyamanan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dirasakan G terhadap pasangan ialah G bisa menjadi diri sendiri dan
melakukan sesuatu sesuka hatinya.
Perasaan yang muncul saat G melakukan cybersex bersama
pasangan adalah asik, menyenangkan karena dalam konteks bercanda.
Suatu ketika pasangan melakukan Phone Sex (PS) dengan G. Saat
kejadian tersebut, pasangan mengalami mastrubasi sedangkan G tidak
merasa terangsang karena menurutnya obrolan yang dilakukan melalui
telepon merupakan obrolan santai.
Pengalaman cybersex yang dialami G tidak hanya bersama
pasangan tetapi juga dengan teman (AD). Bermula dari AD yang
mengajak G untuk texting tentang hal-hal seks. Kegiatan tersebut
secara terbuka dilakukan keduanya karena sudah saling mengenal sejak
SMA. G berasumsi bahwa AD sedang merasa kesepian sehingga
meminta G untuk melakukan cybersexmelalui media seperti Yahoo
Messenger (YM) dan Facebook (FB). Suatu hari AD merasa “pengen”
dan meminta G untuk menggunakan video call untuk membantu
melampiaskan keinginannya. Namun hal tersebut tidak direspon G
secara serius melainkan dengan kata-kata candaan yang menggoda.
Tanpa berpikir panjang AD langsung mengirimkan foto kelaminnya
dan meminta G mengirimkan balasan foto. G merasa kaget atas
perilaku AD terhadapnya dan menolak mengirim foto dengan berbagai
alasan. Pengalaman cybersex bersama AD dirasa G kurang begitu
nyaman bila dibanding dengan pasangan sebelumnya. Namun hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
tersebut tetap direspon karena sebatas hiburan dan ingin mengetahui
pengetahuan AD tentang seks sedangkan aktivitas yang dilakukan
bersama pasangan karena adanya keinginan untuk disayang.
Responden III
Perkenalan L dengan pasangan melalui facebook berawal dari
keisengan, penasaran, harapan ingin menjadi lebih baik dan ingin
menggoda. Pada akhirnya L memutuskan untuk memilih pasangannya
sebagai kekasih. Beberapa bulan menjalani proses pacaran, L merasa
penasaran apakah pasangannya memiliki hasrat. Untuk mengetahuinya,
L selalu memancing obrolan seks yang sifatnya menggoda melalui sms
atau facebook. Rasa risih tapi penasaran pun dirasakan L saat
menggoda pasangannya.
Topik seks yang dibahas mereka biasanya diperoleh dari siaran tv
atau video bokep. Obrolan seks biasanya berlangsung pada malam hari
kurang lebih 2-3 jam. Namun obrolan dengan menggunakan FB pun
semakin
jarang
digunakan
karena
menurut
pasangan
bisa
memunculkan pihak ketiga yang dapat merusak hubungan mereka dan
bagi L ketika obrolan seks dilakukan melalui SMS, pasangan akan
lebih mudah terbuka dan lebih simple dalam penggunaanya.
Keterbukaan membahas seks pun tidak membuat keduanya mengalami
mastrubasi melainkan hanya terangsang dan memunculkan komitmen
bersama. Selain pasangan merupakan sosok yang terbuka, dirinya juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
memiliki sisi ingin dimanja oleh L sehingga pasangan ingin selalu
diperhatikan L
Suatu ketika L pernah meminta pasangannya untuk mencari tahu
informasi melalui internet terkait dengan bagaimana cara memuaskan
pasangan. Namun semakin hari L merasa bosan karena dirinya merasa
sudah mengetahui semua hal tentang seks dan menginginkan adanya
hubungan seks.
Alasan L melakukan obrolan seks melalui sms yaitu ingin
mengetahui respon pasangan bila digoda. Ketika L mengetahui respon
pasangan tergoda, L akan merasa puas karena bisa menggoda
pasangannya dan bisa meningkatkan hasrat pribadinya sendiri (nafsu).
Selain melakukan obrolan seks melalui sms, L juga pernah melakukan
foto syur bersama pasangan. Hal tersebut dilakukannya karena ingin
memamerkan tubuh dan merasa senang bila dilihat pasangan. Foto
syur dilakukan untuk konsumsi pribadi saat ingin memenuhi keinginan
pasangan.
Responden IV
Pengalaman cybersexyang dialami oleh T berawal saat dirinya
diperkenalkan dengan situs Omegle oleh seorang teman. Keisengan
dan keingintahuan T membuat dirinya semakin ingin mengetahui
kegunaan omegle ketika melihat ada suatu hal yang menyenangkan
saat temannya menggunakan situs tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Omegle merupakan sebuah situs yang didalamnya terdapat ruang
chatt dan video. Semua orang bisa dengan gampang masuk ke
dalamnya dan memilih dengan siapa saja yang hendak berbagi
pengalaman. Di sisi lain, sifatnya yang realtime dan interaktif,
memudahkan
seseorang menunjukkan
video
maupun
bertukar
komentar saat menggunakannya. Terdapat 2 versi Omegle yaitu versi
dalam dan luar negeri. Dalam penggunaan situs tersebut, T lebih
tertarik
menggunakan
Omegle
versi
luar
negeri.
Baginya,
menggunakan versi tersebut bisa menambah pengalaman seperti
menambah teman/kenalan dan mempelajari bahasa inggris. Sebagian
besar Omegle digunakan sebagai media untuk berkenalan dan
membahas seks. Orang-orang yang terlibat didalamnya pun berasal
dari kalangan dewasa awal dan dewasa tengah tak terkecuali
perempuan. Hal tersebut pernah dialami T ketika menemukan kenalan
perempuan dan dirinya mengutarakan kepada T bahwa dirinya
kecanduan terhadap perilaku seksual yang dilakukan dan dirasa
memuaskan saat menggunakannya.
Penggunaan Omegle biasanya dilakukan T di kos maupun tempat
lain yang memudahkannya untuk online. Biasanya aktivitas tersebut
dilakukan sebanyak 2-3 kali seminggu, kurang lebih satu jam dan di
waktu senggang baik itu siang atau malam hari. T menggunakan
Omegle untuk hiburan seperti menambah teman, mempelajari bahasa
inggris dan mengisi waktu kosong. Diawal penggunaan, T merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
senang dan ketagihan saat chatt untuk berkenalan karena baginya
dengan berkenalan dengan orang asing dirinya bisa mempelajari
bahasa inggris. Namun ketika membahas seks T merasa penasaran/
ingin tahu apa yang membuat orang asing menyukai seks, bagimana
mereka melakukannya dan reaksi wajah yang ditunjukkan.
Suatu ketika T pernah ditunjukkan video oleh kenalan beserta
pasangannya yang sedang berhubungan seks dan diminta untuk
berkomentar. Saat itu T merasa senang dan terangsang layaknya
menonton video bokep. Namun karena kegiatan tersebut dilakukan
berdasarkan hanya sebatas hiburan, membuat T memilih untuk tidak
melanjutkannya karena menurutnya isi dari aktivitas tersebut selalu
berujung pada seks yang terkadang membuat dirinya merasa bosan.
Tabel 4
Ringkasan Dinamika
Pokok
Pertanyaan
Penggunaan
cybersex
Media yang
digunakan
Materi/ isi/
bentuk
obrolan
Alasan
melakukan
cybersex
RI
Pacar
Telepon
(BBM, PS) &
internet
Foto bugil,
texting (kata
candaan), suara
mendesah
Menghindari
kemarahan atas
keinginan
pasangan yang
R II
R III
R IV
Pacar &
teman
Telepon
(WA, sms)
Pacar
Kenalan/Teman
Internet (FB)
Telepon (sms)
Internet (situs
omegle)
Texting, foto
Texting, foto
Texting, video
Hiburan
Ingin
mengetahui
respon
pasangan bila
Hiburan
Ingin tahu
info/
Ingin mendapat
kenalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
tidak terpenuhi
Merasa adanya
tanggung
jawab untuk
memenuhi
kebutuhan seks
pasangan.
Keuntungan
media yang
digunakan
Aman
Waktu,
tempat dan
jumlah
penggunaan
Pagi (by
request),
Malam hari
Rumah
≤ 2 jam
Perasaan
Shock, marah,
yang muncul aneh, malu,
bingung
ketika
melakukan
cybersex
Perolehan
dari
melakukan
cybersex
Lega, safe,
senang
memuaskan
pasangan
Terhindar dari
perdebatan
pengalaman
seks
pasangan
Ingin
disayang
pasangan
digoda.
Meningkatkan
hasrat pribadi
(nafsu)
---
Simple
Malam hari
Kosan
≤ 2-3 jam
Malam hari
Kosan
≤ 2-3 jam
Senang, seru
Risih,
penasaran
senang
membahas
dan
memuaskan
pasangan
Komitmen
berpasangan
Keterbukaan
satu sama
lain
Keinginan
pasangan
untuk
diperhatikan
Mempelajari
bahasa inggris
Mengisi waktu
kosong
Ingin tahu
orang asing
menyukai seks
dan reaksinya
Gampang,
mudah karena
siapa saja bisa
masuk & bisa
memilih siapa
saja
Malam/ siang
Kosan/ tempat
wifi
≤ 1 jam
Risih,
penasaran dan
senang saat
membahas seks
Bisa berkenalan
dan
mempelajari
bahasa inggris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2. Integrasi Hasil Analisis Data Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini, dinamika yang
terjadi pada responden terbagi menjadi dua yaitu adanya Personal
Motive dan Interpersonal Motive. Personal Motive yaitu adanya sebab
dari dalam diri yang mendorong individu tersebut melakukan aktivitas
cybersex. Sedangkan Interpersonal Motive adalah adanya sebab yang
berasal dari luar saat berinteraksi dengan orang lain sehingga
menyebabkan responden mau melakukan aktivitas cybersex.
Tabel 5.
Kategori Personal Motive
Responden I
Peran dalam
memuaskan
pasangan
Adanya
kebutuhan afeksi
Keinginan
berelasi
Responden II
Hiburan
Keingintahuan
pengalaman
seks
Keinginan
berelasi
Kebutuhan
Fisiologis
Responden III
Keingintahuan
selera seks
pasangan
Responden IV
Hiburan
Keinginan
berelasi
Kebutuhan seks
Keinginan
membantu
melepas
tegangan
Keingintahuan
pengalaman
seks
Berdasarkan tabel hasil penelitian tersebut, sebagian besar
memiliki kesamaan alasan untuk melakukan aktivitas cybersex
yang berasal dari dalam diri yaitu adanya keinginan berelasi.
Keinginan berelasi yang dimaksud berupa mengenal antar pribadi
secara mendalam, rasa ingin disayang oleh pasangan maupun ingin
mendapat kenalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
“..Aku minta e..gimana kalo kita berproses dulu jangan
langsung diawal dah minta kayak gitu, gitu kan?
Maksudnya bikin kita saling kenal dululah. (P Responden I
baris 54-57)
“..kalo sama Arthur kan memang dia istilahnya kalo
pasangan itu gimana ya dul ada pingin untuk disayang di
apa namanya disayang-sayang gitu gitu..” (G Responden II
baris 809-811)
“..Kan lebih ke interaksinya kita chatting itu loh kita
ngobrolnya itu ya itu sih sebenarnya yang aku cari
maksudnya seneng gitu loh ngobrol-ngobrol sama orang
luar tuh daripada sama orang Indonesia tuh, bedalah
pokoe.ha’a tapi kalo aku intensnya nyari temen
chattingnya, kalau yang “itunya” hanya selingan ketika
nanti aku bosen chatting tuh loh..” (T Responden IV baris
228-232; 256-257)
Selain itu, keinginan seseorang melakukan cybersex juga
dikarenakan untuk kesenangan/ hiburan. Dalam hal ini hiburan
yang dimaksud adalah sebagai tempat mempelajari bahasa inggris
dan mencari kegiatan lain. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
tersebut dilakukan sebagai wadah untuk mengimplementasikan
hal-hal yang menyenangkan
“..Sebenarnya cybersexku sama dia itu becandaan sih
nggak yang..kan ada tuh orang yang duh aku pengen ni ato
apa yang serius banget yang menggoda. Yang aku rasain?
Apa ya dul, ya asik aja sih gimana sih ya fun gitu loh
gimana ya aku ngrasa fun aj soalnya itu contextnya
becanda ya sama dia yang dirasakan ya seneng fun lah seru
gitu loh kayak gitu jadi bukan mungkin aktivitas seks
seksual cybersexitu sebelum aku melakukan hubungan sama
Arthur itu lebih ke kondisi yang seru bukan yang
menggairahkan yang mendapat kepuasan gitu enggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
karna kan memang konteksnya becanda..” (G Responden II
baris 108-109; 153-159)
“..Omegle itu ada 2 versi yaitu versi yang ada di Indonesia
sama versi yang di luar negeri. Nah saya lebih tertarik
yang versi luar negeri soalnya soalnya saya menggunakan
versi luar negeri itu e.. saya ingin mendapatkan
pengalaman yaitu pengalaman mendapatkan teman yang
dari luar gitu loh selain itu kan saya bisa dapat belajar
bahasa inggris juga dari mereka nah seperti itu nah
sedangkan omegle yang dari Indonesia itu dia lebih
langsung ke perilaku seksualnya terus chattinganchattingan ngedate-ngedate gitu langsung menonjolkan
perilaku seksualnya dan itu kurang menarik gitu loh kalo
yang di luar negeri itu kan sensasinya kan lebih beda gitu.
Bedanya apa ya? Ya pokoknya lebih menarik aja
maksudnya maksudnya saya tidak menguasai bahasa
inggris kemudian saya bisa kenalan chatting-chatting gitu
bahasa inggris terus kemudian ditanya-tanya tentang,
ditanya-tanya “mengapa kamu masuk ke group ini eh
masuk ke omegle ini padahal kamu orang Indonesia?” pasti
ditanyain selalu kayak gitu kan kenalan gitu ya just for fun.
Soalnya dulu nggak ada kegiatan lain paling buka buka
laptop itu kalo isinya nggak kita nyari tugas nyari fb,
twitter terus ya cari lain lah apa kegiatannya paling gitu..”
(T Responden IV baris 15-32; 197-200)
Ingin
mengetahui
seseorang
menyukai
seks,
cara
melakukan, melihat reaksi wajah, ataupun pemahaman pasangan
tentang seks juga dapat mendorong perempuan melakukan
cybersex. Hal ini dimaksud agar responden dapat mengetahui
pengalaman seks pasangannya
“..namanya orang muda juga pengen tau sih dul pasti kan
kita namanya kita kan nggak dapat pendidikan seks dari
orang tua kan jadi explorenya bisa dari mana-mana toh
kayak gitu. Nggak tau deh bodo amat deh sebutan aku sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dia mau pacar ato apa yang pasti aku nyaman sama dia
dan dia lagi deket sama aku dan dia menurut aku dia bisa
memberikan informasi yang lebih gitu loh dul karena dia
kan pernah married kan dulu, uda pernah menikah
pengalamannya mesti lebih banyak dari aku kan kayak
gitu..” (G Responden II baris 141-148)
“..aku sebenarnya kalau gitu tuh hanya cuma pengen
pengen cari tahu aja kenapa sih mereka melakukan itu
terus ngopo kok de’e hobi banget ya? emang sih pengen
ngliat gimana cara mereka melakukan itu. cuma pengen
mengetahui gimana sih cara kamu melakukan hal-hal kayak
gitu tuh terus pengen ngliat reaksi mukanya ketika
melakukan hal-hal kayak gitu tuh seperti apa..” (T
Responden IV baris 80-83; 100-102)
Selain itu, adanya keingintahuan selera seks pasangan juga
dapat terlihat pada responden III (L). Keingintahuan selera seks
yang dimaksud adalah ketika L menggoda pasangan dengan
obrolan seks dan dirinya dapat mengetahui hasrat pasangan.
“..Pengen tau respon dia pengen tau respon dia kalo
diganggu eh digoda itu gimana aku tuh. Yang pertama
sebelum aku sebelum aku klimaks sebelum aku klimaks
dalam hasratku tuh pertama-tama tuh terpuaskan karna
terpuaskan dalam hal ini bukan fisiologis tapi terpuaskan
karna aku mikirnya asik aku bisa jadi cewek penggoda,
cewek penggoda hasrat cowok kayak gitu loh aku tuh bisa
naklukin hasrat cowok ternyata kayak gini coba kalo aku
tuh mungkin kalo cuma cowok kalo cuma disentil dikit aja
juga bakal klepek-klepek kayak gitu kalo ngomong aja uda
uda tegang pasti cuma disentil itunya doank dah aaaah tuh
kayak gitu..” (L Responden III baris 302-313)
Melakukan cybersex juga dilakukan oleh responden I (P)
karena adanya peran untuk memenuhi kebutuhan seks pasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
berupa rasa tanggung jawab saat pasangan ingin menyalurkan
keinginannya.
“..Intinya cuma satu lama-kelamaan tuh karena nggak mau
dia marah itu aja ya karena kalo misalkan aku bukan
pacarnya sih ya uda tapi kalo posisi aku pacarnya aku
merasa punya tanggung jawab gitu loh. Ketika dia pengen
ya aku membantu dia untuk menyalurkan itu gitu loh..” (P
Responden I baris 537-541)
Adanya prinsip bahwa seks merupakan kebutuhan fisiologis
yang tidak terpisahkan dari kebutuhan manusia sehingga individu
akan mencari seks melalui apapun media yang akan digunakan.
Hal inilah yang terpancar dari responden II (G) sehingga dirinya
mau melakukan obrolan seks dengan pasangan.
“..Menurutku seks itu kebutuhan dasar manusia loh dul
sama kaya kita makan nggak bisa dipisahin nggak bisa
kayak gitu kebutuhan apalagi namanya seks entah apapun
medianya pasti nyarinya seks..” (G Responden II baris 655657)
Selain itu, adanya kebutuhan afeksi mendorong seseorang
mau melakukan/ menuruti pasangan untuk melakukan cybersex
atau obrolan seks. Hal tersebut dilakukan karena adanya harapan
dari individu untuk mendapatkan suatu hal yang nyaman saat
melakukan obrolan seks dengan pasangan.
“..kadang pengen gimana kalo kita tuh sekali-sekali
ngobrol tuh ngobrol santailah nggak nggak usah gitulah,
gitu. ya okelah aku aku pahami itu kebutuhanmu cuma
gimana kalo kamu cara mengemas kebutuhanmu lebih
cantik gitu loh kalo kamu kayak gitu tuh kamu minta terus
nggak keturutan marah-marah seolah-olah benar-benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
aku kayak mainan gitu loh cuma ya kayak alat doank ketika
alat itu sudah nggak bisa dipake ya sudah gitu” ya iya kan
“gimana kalo misalkan kamu kemas lebih bagus gitu loh
dalam artian lebih indah dibanding itu kenapa nggak nggak
yang yang lain dalam artian yang apa ya dibuat tuh
sebagai suatu yang nyaman..” (P Responden I baris 838840; 890-898)
Keinginan untuk membantu melepaskan tegangan juga
terlihat pada responden III (L) terhadap pasangannya yang tidak
mampu menyalurkan keinginannya saat melakukan obrolan seks
dengan L. Untuk membantu melepaskan tegangan tersebut
responden memberikan suatu cara atau saran.
“..kamu pengen nggak kamu sebenarnya gimana to yank
apa yang kamu rasa” gitu “aku aku pengen lah ini loh kalo
kamu tau punyaku ini dah tegang tapi tapi dah nggak bisa
ngapa-ngapain” terus aku tadi bilang “sana dikasih sabun
aja nanti keluar sendiri”. “Nggak mau kalo dikasih sabun
maunya ada yang menyalurnya” gitu. “Coba kamu ada
disini aku mau” loh “yo kalo disitu aku juga mau..” (L
Responden III baris 329-335)
Selain itu, adanya kebutuhan seks seperti keinginan
berhubungan seks dan pemuasan nafsu pribadi juga dapat
mendorong perempuan melakukan cybersex atau obrolan seks
dengan pasangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
responden memiliki nafsu atau tidak.
“yank kamu tuh bisanya ngomong doank mbok yooo ayo
lakuin kayak gitu aku tuh males e kamu ngomonginnya
cuma ayo ayo doank ayo kapan ngelakuin?”. Ngomongin
itu bisa meningkatkan hasrat, hasrat pribadi. Dulu sebelum
sama dia sih jarang ya aku tuh mikirnya aku tuh
sebenarnya nggak punya hasrat ya? Sebenarnya nggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
punya nafsu ya? Kok aku tuh pernah dulu nonton kayak gitu
sama yaaa nggak cuma sama cewe sebenarnya barengbareng cowok cewek gitu nggak nggak berhasrat nggak
pengen terus ngebayangin gitu nggak biasa aja jadi aku
mikirnya aku kayaknya nggak bernafsu deh gitu ternyata
pas pas aku ngomongin sama dia barulah aku ngrasain
ternyata aku punya nafsu toh ituuuu dan pembangkitnya tuh
dia..” (L Responden III baris 286-288; 313-322)
Tabel 6
Kategori Interpersonal Motive
Responden I
Responden II
Adanya konflik
batin dengan
pasangan
(tuntutan,
komplain,
pertengkaran)
Responden III
Kedekatan afeksi
Tuntutan perhatian
Responden IV
Kelebihan
omegle
Kesendirian/
Kedekatan Afeksi
kondisi sepi
(memunculkan
komitmen)
Pemenuhan hasrat
dengan emosi
Kelebihan sms
Kelebihan PS
Dari data penelitian yang diperoleh, terdapat motivasi
interpersonal
yang
membuat
individu
melakukan
aktivitas
cybersex. Artinya bahwa responden melakukan aktivitas tersebut
disebabkan oleh faktor luar yang mempengaruhinya. Faktor luar
tersebut dapat berupa interaksi dengan pasangan maupun media
yang digunakan. Dari perolehan data diatas, dapat dilihat adanya
beberapa persamaan seseorang melakukan cybersex yaitu adanya
kelebihan dari media yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
“..nggak sih nggak berpikir soale itu yang paling aman
hahahah paling aman maksudnya paling aman karena dia
nggak melihat semuanya nggak melihat gitu loh. Itu semua
masih dibawah kontrolku kan misalkan kayak skype ato
mungkin kayak video-video itu semua hal bentuk video kan
dia liat semua segala aktivitasku didepan layar gerak dikit
dia tau iya kan? kalo misalkan masalah foto kan aku kan
bisa atur anglenya maksudnya cuma istilahnya ya istilah
kasarnya cuma sampe sini kamu boleh liat gitu loh
alasan..” (P Responden I baris 1138-1145)
“..Ya itu dia nggak suka media sosial lain lebih suka sms
lebih simple dia juga tipe orang yang lebih terbuka dengan
kata-kata dibanding sama ngomong gitu loh kalo e..kalo
lewat telpon kalo ketemuan aku yang lebih agresif tapi kalo
apa ya sms aku mancing dia dikit dia lebih bisa terbuka
gitu loh..” (L Responden III baris 353-357)
“..sekalinya buka omegle itu tuh pilihannya langsung
banyak siapa aja tuh langsung bisa masuk gitu loh. Jadi di
omegle itu sistemnya nggak kita chatting sama 1 orang itu
aja kalau kita bosen ya uda leave chat leave chat ganti
orang pilihannya tuh..” (T Responden IV baris 173-174;
187-189)
Selain itu, ada responden yang melakukan cybersex
dikarenakan konflik batin yang dialami dengan pasangan serta
adanya tuntutan-tuntutan permintaan maupun tuntutan perhatian.
Ketika permintaan pasangan tidak dituruti akan terjadi perdebatan
atau komplain dari pasangan.
“..dia pengennya dalam sehari tuh aku harus ngirim gitu
loh. Kan pernah tuh kan dia nggak minta ini nggak nggak
nggak nggak aku cuma ini by request saja kalo ngga aku
ngga bakal inisiatif gitu loh terus e..pasti pada akhirnya dia
sempat komplain “kamu ngga minta ya aku nggak kasih
gitu kan” terus e.. “paling nggak adalah yang kamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kirim” gitu. Aku juga bingung sakjane nggo opo sih dia tuh
bingung gitu sih ya uwis tapi terserah aku waktunya mau
kapan gitu kan tapi yo kalo nggak sama sekali dia akan
berteriak teriak..” (P Responden I baris 1157-1165)
“..yank kamu loh kamu diam aja aku maunya kamu yang
godain aku kamu yang manjain aku aku nggak mau
manjain cewekku aku maunya dimanjain aja..” (L
Responden III baris 366-368)
Kedekatan afeksi juga memicu individu melakukan
cybersex. Kedekatan
yang dimaksud adalah keterbukaan&
kenyamanan membahas seks maupun saat berbagi pengalaman
melalui media yang digunakan. Pada akhirnya dapat memunculkan
komitmen berpasangan maupun kebebasan menjadi diri sendiri.
Hal inilah yang menyebabkan seseorang mau melakukan obrolan
seks karena merasa memiliki kedekatan secara emosional.
“..aku sama Arthur sering diskusi seks sering dan memang
ee kita berdua tuh kalo ngomongin seks memang terbuka
sih dul se apa sedeket aku sama cowo-cowo itu kayak gitu.
Ya aku kalo sama Arthur tuh uda biasa aja uda nyaman
gitu loh dul jadi aku mau ngomongin apa aja sama Arthur
terserah, bebas gitu nggak ada kaya jaim gitu nggak ada
bener-bener bebas dul. Apa ya ya tadi itu karena aku bisa
apa aja bisa jadi diriku sendiri bisa melakukan apa aja
yang aku mau bisa marah bisa sebel bisa kayak anak kecil
bisa juga diskusi sama Arthur. Jadi Arthur itu gimana ya
sosok yang iya kalo menurut aku, aku bisa melakukan apa
aja sama dia..” (G Responden II baris 55-57; 130-132; 223226)
“..aku sama dia udah terlalu jauh walaupun mungkin
belum ngapa-ngapa tapi pembicaraan seperti ini tuh cuma
dia aja yang tau gitu loh kalo sama mantan-mantanku
belum pernah terbuka sampe seperti ini dia juga bilangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
aku ini adalah cewek yang paling terbuka dibanding
mantan-mantannya jadi kita dah pernah buat komitmen
udalah kamu yang terakhir iya kamu yang terakhir jadinya
apapun yang terjadi cuma kamu aja, aku bakalan sama
kamu dan kamu bakalan sama aku aja e..apa ya karna
alasan ini ah apa karna alasan ini aja kita e..untuk tetap
mempertahankan yo nggak kita yo ini menjadi salah
satunya cuma tidak menjadi yang utama kayak gitu.
Pokonya intinya dariiiii dari apa ya dari pembicaraan seks
dari tindakan kayak gitu bikin kita komitmen kita lebih kuat
kayak gitu..” (L Responden III baris 446-458)
Selain itu pasangan yang berada dalam kondisi kesepian
juga dapat mendorong seseorang melakukan aktivitas cybersex
walaupun respon yang diberikan hanya sebatas candaan/ godaan.
“..kalo masalah adri itu kayaknya lagi kesepian disana
pacarnya jauh ato apalah, pacarnya juga nggak cantikcantik amat kok krempeng. dia ini apa namanya ngirim ini
kan text e ngchat aku pertama lewat ym, dia minta ym kan
pertama ngchat di fb ee “ra minta ymmu donk” akhirnya
aku kasih ym yaudah buat nambah-nambah temen sapa tau
aku bisa kerja disana kan nggak tau jalan hidup orang buat
temen heh terus dia chat aku ke ym pertam biasa aj dul tapi
temanya agak memancing-mancing gitu sih orangnya kan
aku ya namanya ini biasa aja ya udahlah dia guyon jorok
ya aku guyon jorok gitu kan. malem jam 1 jam 2 gitu kok
buseet makanya dia tuh kayaknya emang lagi kesepian
dul..” (G Responden II baris 657-673; 861-862)
Pemuasan hasrat dengan emosi berupa permintaan foto
bugil oleh pasangan sebagai bukti rasa sayang dialami oleh
responden I (P). Hal tersebut membuat individu mau melakukan
permintaan-permintaan pasangannya yang semakin bertingkat.
“..diawalnya dia minta foto bugil katanya alasannya
sebagai apa bukti, bukti rasa sayang gitu coba, terus aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sempat nggak mau, sempat marah-marah kan, bahkan
pernah tak delcont segala..” (P Responden I baris 35-38)
D. Pembahasan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
melihat
alasan
perempuan
melakukan aktivitas cybersex. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
dilihat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi motivasi perempuan
untuk melakukan aktivitas cybersex. Berbagai faktor yang dialami oleh
para responden tersebut berasal dari dalam dan luar individu pada interaksi
dengan pasangan mereka.
Hasil dari data wawancara yang sudah diolah menunjukkan adanya
motivasi secara personal dan interpersonal. Motivasi-motivasi yang
muncul dari keempat responden dapat dilihat berdasarkan alasan, perasaan
yang muncul saat melakukan aktivitas cybersex dan perolehan yang
diterima ketika melakukan aktivitas terebut.
Dari keempat reponden terlihat bahwa responden I memiliki
perbedaan motivasi tersendiri dibanding ketiga responden lainnya.
Reponden I sebenarnya tidak ingin melakukan aktivitas cybersex tetapi
terpaksa melakukan karena untuk menghindari konflik dengan pasangan
(interpersonal motive). Dalam motif interpersonal tersebut terdapat
dorongan afiliasi yang membuat responden mempertahankan hubungan
dengan pasangan pada perilaku yang dipilih. Ketika melakukan aktivitas
tersebut responden merasa shock, marah, malu dan bingung. Namun yang
diperoleh ketika perilaku tersebut berhasil dilakukan ialah merasa lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
lega, safe dan terhindar dari konflik. Berbeda dengan ketiga responden
lainnya yang melakukan aktivitas cybersex karena memang ingin
melakukannya untuk memenuhi keinginannya sendiri saat berinteraksi
dengan pasangan (personal motive). Pada responden II ditemukan bahwa
aktivitas tersebut dilakukan karena sebagai hiburan, ingin tahu pengalaman
seks pasangan dan ingin disayang pasangan. Perasaan yang muncul ialah
senang dan seru. Dengan melakukan kegiatan tersebut dirinya merasa lebih
terbuka satu sama lain. Pada responden III ditemukan bahwa aktivitas
terebut dilakukan karena ingin mengetahui respon pasangan bila digoda
dan meningkatkan hasrat pribadi. Perasaan yang muncul ialah risih,
penasaran, senang saat membahas seks dan memuaskan. Dengan
melakukan kegiatan tersebut memunculkan komitmen berpasangan
diantara keduanya dan munculnya keinginan oleh pasangan untuk
diperhatikan. Selain itu, pada responden IV ditemukan bahwa aktivitas
terebut dilakukan karena hiburan, ingin mendapat kenalan, mempelajari
bahasa inggris dan ingin tahu orang asing menyukai seks dan reaksinya.
Ketika melakukan aktivitas tersebut responden memperoleh apa saja yang
menjadi keinginannya. Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa
perilaku yang dipilih ketiga responden berupa motif personal yang
mengarah pada pemenuhan kesenangan, memperoleh pengalaman baru dan
menjalin relasi dengan orang lain.
Berdasarkan tahapan open coding dan axial coding yang dilakukan
ditemukan gambaran kategori motivasi secara personal yang meliputi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
keinginan
berelasi,
hiburan,
keingintahuan
pengalaman
seks,
keingintahuan selera seks pasangan, peran dalam memuaskan pasangan,
kebutuhan afeksi, kebutuhan seks, dan keinginan membantu melepas
tegangan pasangan. Sedangkan gambaran kategori motivasi interpersonal
meliputi kelebihan media yang digunakan, adanya konflik batin (tuntutan,
komplain pasangan, pertengkaran), kedekatan afeksi (keterbukaan&
kenyamanan membahas seks, komitmen dan bebas menjadi diri sendiri),
kondisi sepi pasangan, serta pemenuhan hasrat dengan emosi.
Namun berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan pada kategori
Personal Motive hanya ada beberapa alasan yang sesuai dengan penelitianpenelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Alasan-alasan personal yang
tersorot antara lain hiburan, keingintahuan pengalaman seks dan keinginan
berelasi. Adanya ketertarikan seseorang dalam berperilaku menggunakan
cybersex seperti hiburan maupun untuk mengetahui pengalaman seks
pasangan selaras dengan hasil penelitian Divanova (dalam Vybíral, 2004)
yang menyebutkan bahwa individu melakukan aktivitas cybersex sebagai
aktivitas
yang
menyenangkan
dan
keinginan
akan
pengetahuan.
Menyenangkan dalam arti bahwa seseorang melakukan aktivitas tersebut
karena ingin mendapatkan suatu hal yang menyenangkan atau santai.
Sementara itu, keingintahuan akan pengalaman seks pasangan akan terarah
ketika media yang digunakan dapat dipakai untuk berbagi fantasi/ obrolan
seks bersama pasangan. Sedangkan, adanya keinginan berelasi seperti
mendapat kenalan, keinginan mengenal satu sama lain secara mendalam,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
serta adanya keinginan untuk disayang sesuai dengan pandangan (Young,
1997 dalam Corley 2012) bahwa dukungan sosial berfungsi sebagai salah
satu penguat psikologis dalam interaksi berbasis internet. Kaitannya
dengan hasil penelitian ini adalah ketika seseorang mendapat dukungan
secara psikologis seperti mendapat kenalan pada akhirnya akan
mendorong seseorang untuk mengenal satu sama lain bahkan keinginan
mendapatkan afeksi yang lebih dalam yaitu rasa sayang.
Selain itu, adanya gambaran kategori Interpersonal Motive juga
terlihat jelas dari hasil penelitian ini. Faktor-faktor motif interpersonal
yang cukup dominan dari hasil penelitian ini berupa kelebihan media dan
kedektan afeksi. Seseorang mau melakukan aktivitas cybersex karena
aman, simple, mudah dan semua orang bisa masuk ke dalamnya. Artinya
bahwa kelebihan media yang ditawarkan baik itu melalui internet atau
handphone memungkinkan perempuan untuk lebih banyak berkesempatan
untuk melakukan aktivitas seksual berupa obrolan seks/ berbagi fantasi
seks dengan sedikit resiko. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
Cooper (2003), Young (dalam Rimington, 2007), Suler (2004), dan
Divanova (dalam Vybíral, 2004) yang menyebutkan bahwa adanya situasi
anonim dan interaksi yang berasal dari media memampukan individu
untuk melakukan aktivitas cybersex. Artinya bahwa situasi yang dirasa
aman dan mudah tersebut mampu mendorong mereka melakukan aktivitas
cybersex bersama dengan menjaga identitasnya pada pasangan. Hal ini
dapat terlihat dari salah satu responden yang menyebutkan bahwa kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
berbagi cerita erotis atau memberikan foto bugil pada pasangan dirasa
lebih aman saat dirinya menggunakan handphone melalui via BBM karena
adanya kontrol dari responden.
Selanjutnya, kedekatan afeksi tampaknya menjadi salah satu faktor
perempuan mau melakukan aktivitas cybersex. Kedekatan afeksi meliputi
keterbukaan dan kenyamanan membahas seks dengan pasangan pada
akhirnya mampu membuat individu merasa bebas menjadi diri sendiri
bahkan dapat memperkuat komitmen dengan pasangan. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Divanova (dalam Vybíral, 2004) bahwa individu
melakukan cybersex karena bisa menjadi diri sendiri tanpa harus takut
ditolak.
Motif-motif
lain
yang
muncul
secara
personal
seperti
keingintahuan selera seks pasangan, peran memenuhi kebutuhan pasangan,
prinsip kebutuhan fisiologis, kebutuhan afeksi dan membantu melepas
tegangan, kebutuhan seks tidak dapat secara jelas dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya. Hal serupa juga terjadi dalam motif interpersonal
yang meliputi, konflik batin, kondisi sepi dan pemuasan hasrat dengan
emosi. Kemungkinan motif-motif tersebut juga mengarah pada interaksi
yang sifatnya relasional, yaitu interaksi secara mental dan emosi. Secara
mental artinya bahwa adanya pikiran atas keinginan-keinginan dalam diri.
Sedangkan interaksi secara emosi artinya adanya respon emosi yang
diperoleh dari dalam/ luar sehingga membuat individu mau melakukan
aktivitas tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Saat melakukan aktivitas cybersex seseorang pasti memiliki tujuan
dengan berbagai dinamika yang diperoleh. Dalam masa dewasa awal pun
seseorang mencoba untuk merencanakan apa yang akan dirinya lakukan
ketika melakukan aktivitas cybersex. Menurut Piaget (dalam Santrock,
2002) dalam masa dewasa awal, individu mengalami fase Operasional
Formal yaitu seseorang akan mengimplementasikan apa yang ada dalam
pikirannya dan mencoba untuk melakukannya dalam konteks aktivitas
yang diinginkan. Dalam konteks motif melakukan aktivitas cybersex yang
dilakukan perempuan pada penelitian ini kaitannya dengan pernyataan
Piaget adalah keinginan yang sifatnya mental dan emosu yang dirasakan
oleh beberapa responden tersebut merupakan keinginan yang bersifat
abstrak karena hanya sekedar dalam pemikiran seseorang. Dengan adanya
aktivitas cybersex yang dilakukan, membuat individu merasa memiliki
wadah untuk mengimplementasikan dan merealisasikan keinginankeinginannya.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa perilaku aktivitas
cybersex yang dimunculkan seseorang dipengaruhi karena adanya
dorongan secara personal maupun interpersonal. Secara singkat bahwa
Personal Motive maupun Interpersonal Motive yang muncul pada
kalangan perempuan mengarah pada interaksi yang sifatnya relasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat bahwa motivasi-motivasi
yang muncul dapat dilihat berdasarkan alasan, perasaan yang muncul saat
melakukan aktivitas cybersex dan perolehan yang diterima ketika
melakukan aktivitas terebut. Dari keempat reponden terlihat bahwa
responden I memiliki motivasi yang berbeda dibanding ketiga responden
lainnya. Reponden I sebenarnya tidak ingin melakukan aktivitas cybersex
tetapi terpaksa melakukan karena untuk menghindari suatu hal yaitu
konflik dengan pasangan (interpersonal motive) yang didalamnya
menggambarkan adanya dorongan afiliasi. Ketika melakukan aktivitas
tersebut responden merasa shock, marah, malu dan bingung. Namun yang
diperoleh ketika perilaku terebut berhasil dilakukan ialah merasa lebih
lega, safe dan terhindar dari konflik.
Berbeda dengan ketiga reponden lainnya yang melakukan aktivitas
tersebut karena memang ingin melakukannya (personal motive) seperti
hiburan, ingin tahu respon maupun pengalaman pasangan, meningkatkan
hasrat pribadi dengan perasaan yang muncul seperti risih tapi senang,
penasaran, dan seru. Sehingga yang diperoleh ketika perilaku tersebut
dilakukan seperti muncul keterbukaan satu sama lain, muncul komitmen
dengan pasangan, keinginan pasangan untuk diperhatikan, bisa berkenalan
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dan mempelajari bahasa inggris. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
yang dipilih ketiga responden mengarah pada dorongan untuk pemuasan
kesenangan, menjalin relasi dan mengeksplor diri untuk mendapatkan
pengalaman baru.
Motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex karena adanya
dorongan secara personal maupun interpersonal. Kategori motivasi
personal yang muncul dari penelitian ini meliputi keinginan berelasi,
hiburan, keingintahuan pengalaman seks, keingintahuan selera seks
pasangan, peran dalam memuaskan pasangan, kebutuhan afeksi, keinginan
berhubungan seks, dan keinginan membantu melepas tegangan pasangan.
Sedangkan kategori motivasi interpersonal meliputi kelebihan media yang
digunakan,
adanya
konflik
batin
(tuntutan,
komplain
pasangan,
pertengkaran), kedekatan afeksi, kondisi sepi pasangan, serta pemenuhan
hasrat dengan emosi. Secara singkat bahwa Personal Motive maupun
Interpersonal Motive yang muncul pada kalangan perempuan mengarah
pada interaksi relasional yaitu interaksi yang sifatnya mental dan emosi.
B. Kelebihan Penelitian
Kelebihan penelitian ini adalah ketika menggunakan metode
wawancara peneliti dapat memperoleh pengalaman responden secara
lengkap dan mendalam. Hal ini juga didukung karena adanya keterbukaan
responden untuk menceritakan pengalaman yang sifatnya sensitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
C. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan
penelitian. Keterbatasan yang dimaksud adalah jumlah sample yang
digunakan kurang banyak yaitu hanya 4 responden. Hal ini dikarenakan
sulitnya menemukan responden yang mau menceritakan secara terbuka
pengalaman cybersex. Keterbatasan lain adalah pengalaman peneliti saat
mewawancarai dan dihadapkan dengan beberapa responden yang sangat
terbuka saat bercerita sehingga untuk melanjutkan pertanyaan terkadang
peneliti perlu menunggu responden selesai bercerita atau bahkan
melakukan pemotongan pembicaraan ditengah-tengah responden bercerita.
Selain itu, meskipun responden bercerita secara lengkap namun peneliti
merasa masih ada hal yang terkesan disembunyikan oleh responden
sehingga kurang dalam memaparkan pengalamanya.
D. Saran
Berikut ada beberapa saran yang diberikan peneliti:
1. Bagi subjek dan perempuan dikalangan dewasa
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
responden melakukan aktivitas cybersex sebagai gambaran yang
mengacu pada interaksi bersifat relasional. Terdapat responden yang
melakukan aktivitas cybersex karena dibawah tekanan pasangan dan
yang tidak. Dengan demikian para responden yang melakukan aktivitas
tersebut karena dibawah tekanan pasangan maupun perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dikalangan dewasa perlu mengetahui kapan, dimana tindakan koersi
muncul sehingga dapat memutuskan untuk tidak berhubungan dengan
pasangan. Sehingga pada akhirnya tidak terjebak dalam kondisi yang
tidak diinginkan seperti konflik.
2. Bagi orang tua yang memiliki anak perempuan dan lembaga
perkawinan
Sebagai agen sosial, orang tua maupun lembaga perkawinan
hendaknya mampu memberikan pemahaman atau pendekatan kepada
anak maupun perempuan saat ini untuk waspada dalam memilih dan
mengenal teman berelasi yang pada akhirnya akan memberi dampak
pada setiap perilaku. Selain itu, peneliti juga mengajak para orang tua
maupun lembaga perkawinan untuk mengkritisi pola pikir tabu dalam
membahas pengalaman seks sehingga anak/ perempuan berani terbuka
menceritakan pengalaman seks mereka.
3. Bagi penelitian lain yang tertarik melakukan penelitian terkait
dengan topik cybersex
Apabila ada peneliti yang ingin meneliti dengan topik serupa
diharapkan memperhatikan adanya keterbatasan penelitian yang
dimiliki sehingga bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kuantitas sample maupun metode. Peneliti mendorong
peneliti lain untuk menambah jumlah subjek. Selain itu, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
menyarankan kepada peneliti yang akan datang untuk mencoba
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
sehingga hasil yang didapat bisa semakin kaya dan dapat melengkapi
hasil dari penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Baumgartner et al. (2012). Identifying Teens risk: Developmental Pathways of
OnSRB and OffSRB, Pediatrics. DOI: 10.1542/peds.2012-0842
Browning, J.R, Hatfield, E. (2000). Sexual Motives, Gender, and Sexual
Behavior. Archives of Sexual Behavior, vol 29, No 2
Carvalheira, A et al. (2003). Cybersex in Portuguese Chatrooms: A study of
Sexual Behaviors Related to Online Sex. Journal of Sex & Marital
Therapy, 29:345-360. DOI: 10.1080/00926230390224729
Cooper et al. (2001). Online Sexual Problems: Assessment and Predictive
Variables. Sexual Addiction & Compulsivity, 8:267–285.
Cooper, Al., Golden, Gale H & Ferraro, JK. (2002). Online Sexual Behaviors in
the Workplace: How can Human Resource Departments and Employee
Assistance Program Respond Effectively?. Sexual Addiction&
Compulsivity, 9:149-165. DOI: 1080/10720160290062293
Cooper et al. (2003). Predicting the future of internet sex : online sexual activities
in Sweden. Sexual and Relationship Therapy; Vol 18, No. 3. DOI:
10.1080/1468199031000153919
Corbin, Juliet & Strauss Anselm. (2009). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Corley, M & Hook, J.N. (2012). Women, Female Sex and Love Addicts, and Use
of the Internet. Sexual Addiction & Compulsivity, 19:53-76. DOI:
10.1080/10720162.2012.660430
Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry & research design: Choosing among
five approaches (ed-2). United States of America : Sage Publications, Inc.
Daneback, K., Cooper, Al., & Axel Mansson, S. (2005). An Internet Study of
Cybersex Partisipants. Archives of Sexual Behavior, Vol 34, No. 3. DOI:
10.1007/s110508-005-3120-z
Daneback, K., Axel Mansson, S & Ross, M.W. (2007). Using the Internet to Find
Offline Sex Partners. Cyberpsychology & Behavior, Vol 10, No 1. DOI:
10.1089/cpb.2006.9986
Delmonico, D.L., & Griffin, E.J. (2008). Cybersex and the E-teen : What Marriage
and Family Therapists Should Know. Journal of Marital and Family
Therapy; Vol.34, No. 4, 431-444
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Balai Pustaka
Döring, N. M. (2009). The Internet’s impact on sexuality : A Critical Review of
15 Years of Reaearch. Computers in Human Behavior; 1089-1101. DOI:
10.1016/j.chb.2009.04.003
Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2008). Theories of Personality (ed. Ke-6).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Grov, C., Gillespie, B.J.,Royce, T., & Lever, J. (2011). Perceived Consequences
of Casual Online Sexual Activities on Heterosexual Relationships: A U.S
Online Survey, Arch Sex Behav, 40; 429-439. DOI: 10.1007/s10508-0109598-z
Handoko, Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku (cetakan
pertama). Yogyakarta: Kanisius.
Hans, Mark L, Selvidge Brittney D. (2011). Online Performance of Gender :
Blogs, Gender Binding and Cybersex as Relational Exemplars; No 314
Holzner, Oetomo. (2004). Youth, sexuality and sex education message in
Indonesia : Issues of desire and control. Reproductive Health Matters. 12
(23), 40-49. Diambil dari http://www.rhmjournal.org/home
McClelland, David C. (1985). Human Motivation. Scott, Foressman and Company
Megan E. Patrick Æ Christine M. Lee. (2010) Sexual Motivations and
Engagement in Sexual Behavior During the Transition to College, Arch
Sex Behav, 39:674–681. DOI 10.1007/s10508-008-9435-9
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung.
Rosdakarya
Noni N S, Ridhoi M P. (2012). Gambaran Perilaku Cybersex Pada Remaja Pelaku
Cybersex Di Kota Medan Psikologia- online, 2012, Vol. 7, No. 2, hal. 6273
Nurrachman, Nani dkk. (2011). Psikologi Perempuan: Pendekatan Kontekstual
Indonesia. Jakarta: Univeritas Atma Jaya
Parker, Ian. (2008). Psikologi Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Andi
Petri, Herbert L. (1981). Motivation: Theory and Research. California:
Wadsworth Inc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Rimington, D. D., & Gast, J. (2007). Cybersex Use and Abuse: Implications for
Health Education. American Journal of Health Education; Vol 38, No.1
Ross, Michael. W., Axel Mansson, S & Daneback, K. (2012). Prevalence,
Severity, and Correlates of Problematic Sexual Internet Use in Swedish
Men and Women, Arch Sex Behav; 41: 459-466. DOI: 10.1007/sd10508011-9762-0
Robbins, S. P. (2004). Organizatonal Behavior (ed. Ke-10). New York: PrenticeHall International Inc.
Santrock, Jhon W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup
(Jilid II). Jakarta: Erlangga
Shaughnessy, K., Byers. S., & Thornton. S. J. (2011) What is Cybersex?
Heterosexual Students Definition. International Journal of Sexual Health,
23: 79-89. DOI: 10.1080/19317611.2010.546945
Sprecher, Susan & McKinney, K. (1993). Sexuality. Sage Series On Close
Relationships. International Educational and Proffesional Publisher.
London
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta
Suler, Jhon. (1999). The Basic Psychological Qualities of Cyberspace:
Cyberspace as Psychological Space. Cyberpsychology & Behavior
Suler, Jhon. (2004). The Online Disinhibition Effect. Cyberpsychology &
Behavior Vol 7, No. 3
Uno, Hamzah, B. (2008). Teori Motivasi & Pengukurannya. Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Zbyněk Vybíral, David Šmahel, Radana Divínová. (2004). Growing Up In Virtual
Reality –Adolescents And The Internet
_________Seorang Wanita Lakoni Cybersex dengan 60 Pria.
http://inet.detik.com/ seorang-wanita-lakoni-cybersex-dengan-60-pria.
diambil tanggal 5 Oktober 2013
_________ Psikologi (Perkembangan Dewasa Awal)|Info Psikologi
www.pychologymania.wordpress.com
diambil tanggal 28 Juli 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
_________ Perempuan Indonesia Terjajah secara
Budaya www.wartafeminis.com
diambil tanggal 28 Juli 2014
_________ Pro Kontra Budaya Patriarki di Indonesia
www.mediadanperempuan.org
diambil tanggal 28 Juli 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
LEMBAR PERSETUJUAN
(Informed Concent)
Pada kesempatan ini, saya Lana Dara Florencys mahasiswa psikologi yang
akan menyelesaikan tugas akhir dengan judul: “Studi Grounded Theory tentang
Motivasi Perempuan Melakukan Aktivitas Cybersex” memohon Saudari untuk
bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang saya lakukan ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam apa saja alasan
Anda melakukan aktivitas cybersex. Anda dipilih menjadi responden dalam
penelitian ini karena telah memenuhi beberapa kriteria yang sudah ditetapkan
sebelumnya seperti berusia dewasa awal, belum menikah dan pernah
menggunakan cybersex. Selain itu, keuntungan yang dapat Anda peroleh adalah
Anda dapat memahami dinamika-dinamika yang terjadi didalam diri Anda saat
melakukan aktivitas cybersex.
Data akan dikumpulkan melalui metode wawancara yang akan direkam
menggunakan digital recorder selama kurang lebih 30 menit. Peneliti akan
meminta Anda untuk menjawab beberapa pertanyaan secara terbuka terkait
dengan tujuan penelitian ini. Dalam prosesnya, Anda diminta untuk mengingat
kembali pengalaman terdahulu yang memungkinkan timbulnya emosi atau
perasaan yang kurang menyenangkan pada diri Anda. Oleh karena itu, bila Anda
merasa kurang nyaman dengan kondisi tersebut, Anda berhak memutuskan untuk
berhenti dari proses penelitian ini. Wawancara dapat dilakukan kapanpun saat
Anda merasa nyaman dan siap bercerita dan peneliti sangat fleksibel dengan
kesediaan waktu yang Anda berikan.
Hasil data yang diperoleh sifatnya rahasia sehingga Peneliti tidak akan
membagikannya kepada siapapun kecuali dosen pembimbing. Nama Anda akan
diganti dengan inisial. Tandatangan Anda menyatakan bahwa Anda bersedia untuk
ikut serta dalam penelitian ini dan tidak mengikat Anda untuk tetap menjadi
responden penelitian sampai penelitian ini berakhir. Atas perhatian dan
kerjasamanya saya ucapkan terima kasih
Responden penelitian
(
)
Peneliti
(Lana Dara Florencys)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Open dan Axial Coding
A. PERSONAL MOTIVE
A. 1 KEINGINAN BERELASI
A.1.1. Keinginan mengenal antar pribadi
I/54-57
Meminta untuk adanya proses
mengenal terlebih dahulu
A.1.2. Keinginan disayang pasangan
II/809-811
Melakukan texting dengan
pasangan karena ingin disayang
A.1.3 Mendapat Kenalan
IV/ 256-257 Melakukan chatting dengan
orang asing untuk mendapat
kenalan
A. 2 HIBURAN
A.2.1. Kesenangan/ Candaan
II/ 108-109
Cybersex untuk candaan
IV/32-33
Memakai omegle untuk
kesenangan
A.2.2. Mempelajari bahasa inggris dan mecari kegiatan lain
IV/15-32;
Melakukan chatting bersama
197-200
orang asing melalui omegle
lebih menarik karena bisa
mempelajari bahasa inggris
dan kegiatan tersebut dilakukan
untuk mencari kegiatan lain
A. 3 KEINGINTAHUAN PENGALAMAN SEKS PASANGAN
A.3.1. Keinginan mengetahui seks pasangan
II/ 141-148
Keinginan mengetahui seks
yang dapat di explore melalui
pasangan yang sudah memiliki
pengalaman sebelumnya
A.3.2 Ingin tahu orang asing menyukai seks, cara melakukannya dan melihat reaksi wajah
IV/ 80-83;
Keinginan melakukan obrolan
100-102
seks pada orang asing sebagai
selingan untuk melihat
kesukaan, cara melakukan
hubungan seks dan melihat
reaksi wajah mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
A. 4 KEINGINTAHUAN SELERA SEKS
PASANGAN A.4.1. Keingintahuan respon dan hasrat pasangan
III/ 302-313 Melakukan obrolan seks untuk
mengetahui respon dan hasrat
pasangan bila digoda
A. 5 PERAN MEMENUHI KEBUTUHAN SEKS PASANGAN
A.5.1 Tanggung Jawab
I/537-541Memenuhi keinginan pasangan yang
meningkat karena tidak ingin
terjadi konflik dan merasa
memiliki tanggung jawab
sebagai pacar
A. 6 PRINSIP KEBUTUHAN FISIOLOGIS
A.6.1 Seks Kebutuhan Dasar
II/ 655-657Apapun medianya seks sudah
menjadi kebutuhan dasar
A. 7 KEBUTUHAN AFEKSI
A.7.1. Ingin obrolan santai dan mendapat kenyamanan
I/ 838-840; Menginginkan obrolan santai
890-898dan kenyamanan saat PS
A.8 KEINGINAN MEMBANTU MELEPAS TEGANGAN PASANGAN
A.8.1. Cara melepas tegangan
III/ 329Memberitahu untuk memakai
335
sabun ketika pasangan merasa
“pengen” saat melakukan
obrolan seks
A. 9 KEBUTUHAN SEKS
A.9.1. Memenuhi hasrat (nafsu)
III/ 313-Melakukan obrolan seks untuk
322
pemuasan hasrat pribadi
A.9.2 Keinginan berhubungan seks
III/286-288 Memprotes pasangan karena
obrolan seks yang dilakukan
sebatas omongan saja dan
menginginkan untuk
melakukan secara nyata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
B. INTERPERSONAL MOTIVE
B.1 KELEBIHAN MEDIA
B.1.1. Aman
B.1.3 Mudah, semua bisa masuk dan
memilih dengan siapa saja
I/ 1138Melakukan obrolan seks melalui
IV/ 173Melakukan obrolan seks
1145
PS dirasa lebih aman
174; 187melalui situs internet lebih
189
mudah, semua bisa masuk
dan memilih dengan siapa
saja
B.1.2. Simple
III/ 353Melakukan obrolan seks melalui
357
sms dirasa lebih simple
B.2 KONFLIK BATIN
B.2.1 Konflik
B.2.3 Permintaan bertingkat
I/ 16-17
Pertengkaran dengan pasangan
I/ 86-88
Permintaan pasangan yang
karena permintaan foto bugil
semakin meningkat yaitu
meminta untuk mengirim
video
B.2.2 Komplain Pasangan
B.2.4 Tuntutan Perhatian
I/393-394
Komplain karena foto tidak jelas I/ 1157
Dalam sehari harus
mengirimkan foto
III/ 366-368 Keinginan pasangan untuk
digoda dan dimanjakan
C.3 KEDEKATAN AFEKSI
C.3.1 Keterbukaan dan kenyamanan membahas seks
II/55-57;
Membahas seks dirasa sangat
130-132
terbuka dan nyaman
C.3.2 Komitmen
C.3.3 Bebas menjadi diri sendiri
III/ 446Keterbukaan membahas seks
II/ 223-226 Kenyamanan dan keterbukaan
458
menimbulkan komitmen
membahas seks bisa
berpasangan
menimbulkan kebebasan
dalam diri
D.4 KONDISI SEPI
D.4.1 Loneliness Pasangan
II/657-673; Pasangan dianggap mengalami
861-862
kesepian sehingga melakukan
obrolan seks
E.5 PEMUASAN HASRAT DENGAN EMOSI
E.5.1 Bukti rasa sayang
I/ 35-38
Permintaan foto bugil yang
dilakukan pasangan sebagai
bukti rasa sayang
Download