PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI STUDI GROUNDED THEORY TENTANG MOTIVASI PEREMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS CYBERSEX SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Lana Dara Florencys 099114015 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI STUDI GROUNDED THEORY TENTANG MOTIVASI PEREMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS CYBERSEX SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Lana Dara Florencys 099114015 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2014 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “Serahkan segala kegelisahan dan kekhawatiranmu dalam doa pada Yesus dan Bunda Maria karena semua indah pada waktuNya” Lana Dara Florencys “You don’t always need a plan. Sometimes you just need to breathe, Let go and trust the Lord. And watch what happens” anonymous iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA YESUS BESERTA LASKAR KRISTUS YANG SELALU MENDAMPINGI DAN MEMBANTU SAYA DALAM PROSES PENELITIAN INI, PAPA DAN ALMH. MAMA TERCINTA, SERTA KAKAK DAN ADIK SAYA TERSAYANG. v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI STUDI GROUNDED THEORY TENTANG MOTIVASI PEREMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS CYBERSEX Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lana Dara Florencys ABSTRAK Motivasi merupakan komponen penting bagi tingkah laku individu. Melalui motivasi seseorang dapat mengarahkan dirinya untuk terlibat pada aktivitas yang diinginkan salah satunya terlibat dalam aktivitas seks online (cybersex). Perempuan merupakan salah satu pihak yang memiliki keterlibatan dalam aktivitas cybersex. Sayangnya belum terdapat data yang representatif untuk mengungkap dan memahami alasan/ motif perempuan terlibat dalam aktivitas tersebut. Penelitian ini hendak mengetahui paradigma motif perempuan melakukan aktivitas cybersex dengan menggali halhal yang mendorong mereka melalui pengalaman cybersex yang dialami. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Grounded Theory. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dengan jumlah 4 responden perempuan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat motif personal dan interpersonal yang mendorong perempuan terlibat untuk melakukan aktivtas cybersex. Motivasi personal yang muncul meliputi adanya keinginan berelasi, hiburan, keingintahuan pengalaman seks, keingintahuan selera seks pasangan, peran dalam memuaskan pasangan, kebutuhan afeksi, keinginan berhubungan seks, dan keinginan membantu melepas tegangan pasangan. Sedangkan motivasi interpersonal meliputi kelebihan media yang digunakan, adanya konflik batin (tuntutatan, komplain pasangan, pertengkaran), kedekatan afeksi, kondisi sepi pasangan, serta pemenuhan hasrat dengan emosi. Secara singkat bahwa Personal Motive maupun Interpersonal Motive yang muncul pada kalangan perempuan mengarah pada interaksi relasional yaitu interaksi yang sifatnya mental dan emosi Kata Kunci : Motivasi, Cybersex, Perempuan, Motivasi Personal dan Interpersonal vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI STUDY OF GROUNDED THEORY ABOUT WOMEN MOTIVATION IN CYBERSEX ACTIVITY Study of Psychology Students Sanata Dharma University Yogyakarta Lana Dara Florencys ABSTRACT Motivation is an important component in individual behavior. By motivation, someone can appeal themselves to involved in the activities they wants, for example in Online Sexual Activity (Cybersex). Women are one side who play the role in that activity. Unfortunately, there is no representative data to show and understand the motives behind the choice. This study’s objective is to understand the women motives paradigm for doing cybersex activity with exploring things that push them with their cybersex experiences. This study has qualitative study with Grounded Theory approach. Data sampling is done by interview with four females respondents. The result show that there are personal and interpersonal motives which push the females to involved in cybersex activity. Personal motives is like relationship desire, just for fun, curiosity in sex experiences, curiosity in partner’s desire, to satisfied, affection needs, desire to having sex and to decrease the tense with partner. While interpersonal motives include the advantage of the media, internal conflicts (partner’s complaints, demands, quarrels), affection adjacency lonely condition, and fulfillment of desires with emotion. In short term, between personal and interpersonal motive, both are relationship oriented, which is mental and emotional interactions. Keywords: Motivation, Cybersex, Women, Personal and Interpersonal Motives viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi berkat dan bimbingan kepada saya sehingga bisa menyelesaikan tugas akhir saya ini. Dengan kerendahan hati, saya menyadari bahwa tanpa berkat dan bimbinganNya saya tidak dapat menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi ini. Skripsi ini menjadi satu “Masterpiece” pertama yang berhasil saya buat. Kupersembahkan skripsi ini spesial untuk mereka yang sudah begitu berjasa, meninggalkan banyak kenangan dan warna, serta selalu menjadi tempat yang istimewa dalam hidup saya. Terima kasih sebesar-besarnya kepada : Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria serta para laskar surgawi Papaku Karolus Kota dan Almh. Mama Angelina Siti Maryati atas dukungan dan doa yang diberikan pada perjuangan saya selama ini meskipun durasi studi saya tergolong lama. Kesabaran dan dukungan kalianlah yang membuat saya semakin termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi saya ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada kakakku Tyurina Cahya Florencys dan Adikku Tyofani Putri Florencys yang selalu memberikan suka dan duka dalam setiap hariku. Semoga kalian sukses selalu dalam pekerjaan dan studinya. Sebagai seorang yang sedang belajar untuk melakukan penelitian, saya sangat berterima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi ini: x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si sebagai Dekan Fakultas Psikologi atas izinnya untuk menyelesaikan skripsi ini 2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi sebagai dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih atas kerjasama, kesabaran, waktu, dan ilmu saat membimbing saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya bangga sudah dibimbing oleh bapak. Maaf bila ada salah kata atau perbuatan selama saya menjalankan bimbingan bersama bapak 3. Para dosen penguji ujian skripsi 4. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si selaku dosen pembimbing akademik kelas A yang telah banyak membantu saya selama proses kuliah berlangsung. Terimakasih juga atas nasehat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas bimbingannya selama saya menempuh studi. 6. Segenap karyawan Psikologi Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gik, Mas Muji, dan Mas Doni atas bantuan dan kerjasamanya 7. Kepada para subjek penelitian saya yang bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya semoga skripsi ini juga bisa digunakan sebagai salah satu bahan untuk penelitian berikutnya. 8. Teman-teman seperjuangan bimbingan Pak Siswa: Martha, Dita, Mba Tya, Mas Baskoro, Novi, Dita Mano, Fiona. Terimakasih atas kebersamaannya, saya banyak belajar dari kalian. xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. Sahabat-sahabatku Jeje, Ayu, Leza, Mery, Angel, Alvia, Ara, Okvi yang selalu membantu dan mengingatkanku untuk menyelesaikan skripsi ini dan selalu mendukungku ketika diriku mulai merasa kurang mampu menyelesaikannya. Serta teman-teman seperjuanganku Psikologi 2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan serta semangat dukungannya. 10. Untuk yanti aka yanto yang menemaniku latihan presentasi menjelang hari H. Terimakasih banyak untuk sarannya 11. Adik-adik asisten tes kognitif 2011: Angga, Adhi, Olga, Meli, Ibeth, Wenni, Clara, Dedew, Prisil. Terimakasih atas perhatian dan kebersamaan kita..aku lulus loh hehehe.. semangat terus ya buat kalian adik-adiiik 12. Para mitra perpustakaan paingan Mba Gustin, Mba Paulin, Mba Titien, Mba Mengty, Mba Judith, Mba Chandra, Mba Winda, Mba Fani, Mas Eko, Mas Miko, Angel, Rani, Chyntia, Ika, Rea, Ocil, Keket, Mery, Prima, Tika, Hani, Iwan, Nasa, Nisa, Remma, Mas Agung, Fandra, Yoha, Anna, Nia. Terimakasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita. Senang sekali bisa menjadi keluarga kecil di perpustakaan paingan serta berdinamika bersama..I love you so much! 13. Para staff perpustakaan paingan Pak Parmo, Pak Sunu, Pak Widi, Pak Bradi, Mas Rahmadi, Pak Narto, Pak Totok, Pak Yanto, Pak Wardi, Bu Astuti, Bu Ety dan Bu Mini. Terimakasih atas kerjasama dan kebersamaan kita. 14. Para teman-teman komunitas Lektor Kotabaru Servire in Voluntariamente ya, senang bisa bergabung dengan kalian! xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. Tim KKN serta warga Dusun Gadingan. Terima kasih atas tempat, kerjasama, dukungan dan kebersamaannya. 16. Barisan para mantan. Terimakasih atas warna-warni kenangan bersama kalian. Saya banyak belajar dari semuanya. Sukses selalu untuk kalian! 17. Dan semua pihak yang telah, sedang dan mengisi hari-hari saya maupun yang menikmati sajian skripsi ini. Selalu teriring senyum dan doa yang terbaik dari saya untuk kalian semua Mohon maaf apabila ada kesalahan. Semoga selalu ada kesempatan untuk berjumpa kembali dengan kalian. Amin Salam Senyum dan Semangat, Lana Dara Florencys xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... iii HALAMAN MOTTO .................................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................................................ xiv DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xix BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah....................................................................................................10 C. Tujuan Penelitian .....................................................................................................10 D. Manfaat Penelitian...................................................................................................10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................12 A. Cybersex .....................................................................................................................12 1. Pengertian Cybersex .........................................................................................12 2. Situasi yang Memungkinkan Individu Melakukan Cybersex ...............13 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Pengguna Cybersex 16 4. Alasan Individu Menggunakan Cybersex 17 5. Dampak Penggunaan Cybersex 20 6. Pengukuran 21 B. Perempuan dalam Budaya Patriarki ...................................................................21 1. Budaya Patriarki 21 2. Konsep Umum Seks dan Gender 21 C. Motivasi ......................................................................................................................23 1. Pengertian Motivasi 23 2. Jenis-jenis Motif 24 3. Proses Motivasi 26 D. Dinamika Motivasi dengan Penggunaan Cybersex .......................................28 E. Pertanyaan Penelitian ..............................................................................................31 BAB III METODELOGI PENELITIAN ...............................................................................32 A. Jenis Penelitian .........................................................................................................32 B. Batasan Penelitian....................................................................................................33 C. Subjek Penelitian .....................................................................................................33 D. Teknik Pengambilan Data .....................................................................................34 E. Prosedur Penelitian ..................................................................................................36 F. Teknik Analisa Data ................................................................................................38 G. Kredibilitas Penelitian ............................................................................................39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................................40 A. Pelaksanaan Penelitian ...........................................................................................40 B. Deskripsi Subjek ......................................................................................................42 C. Hasil Penelitian.........................................................................................................43 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Hasil Analisis Data Penelitian 43 2. Integrasi Hasil Analisis Data 53 D. Pembahasan ...............................................................................................................63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................69 A. Kesimpulan................................................................................................................69 B. Kelebihan Penelitian ...............................................................................................70 C. Keterbatasan Penelitian ..........................................................................................71 D. Saran ............................................................................................................................71 1. Bagi Subjek dan Perempuan Dikalangan Dewasa 71 2. Bagi Orang Tua dan Lembaga Perkawinan 72 3. Bagi Peneliti Selanjutnya 72 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................74 LAMPIRAN ..................................................................................................................................78 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 1. Pedoman Wawancara.................................................................................................35 Tabel 2. Pelaksanaan Wawancara ...........................................................................................41 Tabel 3. Data Demografik Responden ..................................................................................43 Tabel 4. Ringkasan Dinamika ..................................................................................................51 Tabel 5. Kategori Personal Motive ........................................................................................53 Tabel 6. Kategori Interpersonal Motive ................................................................................59 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Model Umum Proses Motivasi Dasar...............................................................26 xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1. INFORMED CONCENT .............................................................................79 LAMPIRAN 2. OPEN & AXIAL CODING .........................................................................80 xix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum internet telah menjadi sarana komunikasi dan menjalin relasi yang kuat dikalangan kaum muda saat ini (Carvalheira, 2003). Melalui internet pengalaman baru manusia dengan cepat terbuka dan akan dipahami sebagai "ruang transisi” berupa perpanjangan dari pikiran dan kepribadian individu yang mencerminkan selera, sikap dan minat mereka (Suler, 1999). Tidak sebatas memberikan pengaruh pada kegiatan berkomunikasi dan menjalin relasi, internet juga dapat digunakan untuk mengeksplor informasi seksual (Baumgartner, 2012). Daya tarik seseorang dalam mengeksplor informasi seksual di internet dapat dilakukan dengan terlibat dalam beberapa bentuk aktivitas seksual online (Delmonico dalam Cooper, 2001). Sehingga pengaruh internet akan diakui sebagai penyebab “revolusi seksual” berikutnya (Cooper dalam Carvalheira, 2003). Meskipun pengaruh internet dapat memberikan informasi seksual yang berguna, ada kekhawatiran individu terlibat dalam seks online beresiko (Baumgartner, 2012). Resiko online paling tinggi terjadi di kalangan remaja. Remaja yang sering dipaparkan dengan internet akan lebih mudah terpengaruh dibandingkan orang dewasa. Hal ini dikarenakan perkembangan remaja belum berkembang sepenuhnya secara psikologis maupun emosi (Delmonico, 2008). 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Cooper & Griffin (2003) mendefinisikan Online Sexual Activity (OSA) sebagai kegiatan di internet yang melibatkan seksualitas seperti membeli produk seksual, melihat pornografi, berbagi erotika dan cybersex. Shaugnessy et al (2011) membagi aktivitas seks online dalam 3 bentuk yaitu non-arousal activities (mis: mencari informasi seksual), solitary-arousal activities (mis: melihat foto/ video porno) dan partnered-arousal activities (mis: cybersex). Peran panca indera dalam ketiga aktivitas tersebut tidak dapat berperan secara menyeluruh. Namun seiring berkembangnya waktu dan teknologi perkembangan fenomena aktivitas yang dilakukan secara partnered-arousal activities (cybersex) semakin diminati. Dalam penelitian ini cybersex didefinisikan sebagai sub bagian dari aktivitas seks online berupa kegiatan interaktif setidaknya lebih dari satu orang dalam mengkomunikasikan secara realtime melalui internet hal seksualitas baik berbagi aktivitas seks, fantasi maupun keinginan seks dengan atau tanpa stimulasi diri. Penelitian yang dilakukan Shaugnessy (2011) pada siswa heteroseksual menunjukkan bahwa cybersex mengacu pada bentuk interaktif dan realtime. Dikatakan interaktif dan realtime karena melibatkan lebih dari satu orang dan dilakukan pada waktu yang sama melaui chattrooms, instant messaging atau webcam. Rasa aman yang diberikan oleh internet memungkinkan individu merasa lebih bebas dalam interaksi interpersonal mereka di internet daripada dalam situasi tatap muka (Rimington, 2007). Cooper (dalam Vybíral et al, 2004) menyebutkan situasi-situasi yang memungkinkan individu melakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 cybersex yang biasa disebut sebagai “Triple A Engine” yaitu Anonymity, Affordability dan Accessibility. Anonimity mengacu pada individu tidak perlu takut dikenali oleh orang lain ketika menggunakan cybersex. Affordability mengacu pada untuk mengakses situs porno yang disedikan internet tidak perlu mengeluarkan biaya mahal. Sedangkan Accessibility mengacu pada kenyataan bahwa internet menyediakan jutaan situs porno dan ruang mengobrol yang akan memberikan kesempatan untuk melakukan cybersex. Suler (2004) juga menyebutkan bahwa internet memberikan situasi-situasi yang memunculkan effect disinhibation saat individu mengekspresikan emosi, fantasi serta pikiran-pikirannya khususnya dalam hal seksualitas. Young (dalam Vybíral et al, 2004) mengembangkan model situasi yang memungkinkan individu melakukan cybersex yaitu Anonymity, Convenience dan Escape (ACE model). Artinya bahwa individu tidak perlu takut untuk diketahui orang lain saat melakukan perilaku seks menyimpang karena terdapat kemudahan bagi para pengguna dalam mengkonsumsi materi seksual di internet yang juga dengan mudah membantu pengguna menggunakan internet sebagai tempat pelarian untuk melepaskan tegangan mental. Meskipun terdapat situasi-situasi yang memudahkan individu menggunakan cybersex ternyata penggunaan cybersex juga memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak positif penggunaan cybersex yaitu tidak menempatkan pengguna pada risiko infeksi seksual menular dan mudah untuk terjadinya perselingkuhan (Rimington, 2007). Selain itu, dari penggunaan yang ringan dapat meningkatkan keintiman dengan pasangan, membantu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 komunikasi yang baik dengan pasangan dan peningkatan kualitas dan frekuensi hubungan seks (Grov, 2011). Namun pada beberapa penelitian lain ditemukan bahwa penggunaan cybersex dapat memberikan dampak negatif yaitu kecanduan, pengkhianatan yang akhirnya merusak relasi dengan pasangan dan hubungan seksual yang tidak diinginkan (pelecehan seks online, ajakan seks online, pertemuan tatap muka secara offline) (Doring, 2009). Dunia cyber dapat menjadi penghalang untuk keintiman yang sesungguhnya. Pengguna terkadang terjebak dalam fantasi bahwa interaksi yang mereka lakukan hampir menyerupai hubungan nyata. Hal ini dikarenakan panca indera tidak berperan secara menyeluruh sehingga pada akhirnya dapat merusak hubungan yang sudah terjalin (Delmonico dalam Rimington, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Daneback et al (2005) diperoleh hasil bahwa kelompok umur 18-65 tahun baik laki-laki maupun perempuan menggunakan cybersex. Dari 400 sample diperoleh laki-laki (73%) mendominasi penggunaan cybersex dibandingkan perempuan (11.5%) (Carvalheira, 2003). Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Cooper (dalam Rimington, 2007) diketahui bahwa dari 9000 pengguna internet, 14% sample perempuan menyumbang 21% sebagai pecandu cybersex. 5% perempuan dan 13% laki-laki mengalami kecanduan untuk cinta dan tujuan seksual (Ross, 2012). Di Inggris ditemukan seorang wanita kecanduan cybersex dan berujung menjalin hubungan intim dengan 60 laki-laki yang berbeda melalui webcam (inetdetik.com). Informasi hampir sama pun diperoleh penulis yang berasal dari seorang mahasiswa swasta di Jogja yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 menjadi korban pelecehan seks berupa permintaan untuk melucuti pakaian melalui webcam oleh kekasihnya Bila dilihat pada tahap perkembangannya, dewasa awal merupakan masa dimana individu meraih sesuatu sangat besar (psychology.wordpress.com), terjadinya peralihan sikap egosentris ke sikap empati, menjalin relasi (Feist, 2008) dan masa untuk merumuskan tujuan hidup serta menjalani pilihan mereka (Santrock, 2002). Tugas perkembangan tersebut pada akhirnya akan menentukan keputusan bagaimana seorang individu berperilaku misalnya ada individu yang kurang mampu berinteraksi secara tatap muka ingin menjalin relasi dengan orang lain melalui media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa individu memilih menggunakan media sosial tersebut karena didorong oleh suatu keinginan (motivasi) yang besar yaitu menjalin relasi. Sama halnya ketika individu memilih untuk melakukan aktivitas cybersex. Hal ini terjadi karena didorong oleh suatu keinginan yang besar seperti kebutuhan menjadi diri sendiri, menemukan pasangan seks nyata dan keinginan untuk dicari (Divanova dalam Vybíral, 2004). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan motivasi pada perilaku seks nyata (offline) maupun seks online ditemukan bahwa adanya perbedaan motivasi secara gender. Pada penelitian perilaku seks offline menunjukkan bahwa motivasi laki-laki cenderung pada pemenuhan kebutuhan, kepuasan, kesenangan, menyenangkan pasangan, dan melepaskan tegangan (Carol et al, 1985; Leigh, 1989, dalam Sprecher, 1993). Sedangkan perempuan cenderung karena cinta, komitmen, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 mengekspresikan emosi kedekatan/cinta (Carol et al, 1985; Leigh, 1989; Sparague & Quadagno, 1989 dalam Sprecher, 1993). Pada penelitian seks online juga ditemukan adanya perbedaan motivasi antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki cenderung pada relaksasi, kepuasan seksual, gairah seksual (Ross, 2012), melihat erotica, mencari pasangan, mengunjungi situs kontak seks (Cooper, 2003). Sedangkan perempuan cenderung bertemu pasangan seks online secara offline (Daneback, 2007), menggoda, berhubungan dengan pasangan, serta mendapatkan pendidikan dalam hal seksualitas (Cooper, 2003). Sementara itu, penelitian cybersex yang ada belum menunjukkan perbedaan yang representatif antara laki-laki dan perempuan. Meskipun banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor, dampak, alasan serta prevalensi dari penggunaan cybersex namun masih sedikit bahkan masih jarang penelitian yang mengkhususkan penggunaan pada kaum perempuan. Hal ini sejalan dengan bentuk kritikan dari peneliti Doring (2009) terkait dengan keterbatasan dari penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan lebih sering terjadi di wilayah Barat dan hampir tidak ada penelitian yang menyelidiki kasus khususnya di kalangan perempuan. Kondisi seperti ini dimungkinkan terjadi karena penelitian sebelumnya lebih menggunakan sample gabungan antara laki-laki dan perempuan serta adanya peran budaya didalamnya yang memegang kuat nilainilai moral. Padahal berdasarkan hasil penelitian Cooper (dalam Rimington, 2007) dari 9000 sample diketahui bahwa dari 14% sample perempuan menyumbang 21% sebagai pecandu cybersex. Namun bagaimana dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 kasus di Indonesia?. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pribadi& Putri (dalam Noni, 2012) ditemukan bahwa 5% perempuan melakukan cybersex dengan pasangan onlinenya dibandingkan laki-laki yang hanya 3%. Harus disadari bahwa mayoritas sistem budaya di Indonesia berakar pada sistem patriarki. Budaya patriarki adalah budaya dimana kaum laki-laki memiliki pengaruh yang besar atau tinggi kedudukannya dibanding perempuan (www.mediadanperempuan.org). Kedaulatan perempuan terhadap budaya lemah. Konteks budaya disini adalah bagaimana perempuan memilih cara hidup, gaya hidup, tampilan diri, ekisistensi kemanusiaan dan tata cara lainnya dalam keseharian (www.wartafeminis.com). Mengakarnya sistem budaya yang demikian memberikan konsekuensi terhadap perilaku seperti perempuan tidak secara leluasa melakukan hal disektor yang diinginkan misalnya dalam pekerjaan. Seringkali membuat perempuan merasa bersalah bila tidak berperan sesuai norma-norma yang sudah ada (Nurrachman, 2011), bila sistem ini dijalankan oleh laki-laki yang tidak dapat diandalkan, kemunngkinan dapat menyengsarakan atau bertindak semena-mena terhadap keluarga (www.mediadanperempuan.org). Selain itu, konsekuensi dari sistem patriarki juga memberi pengaruh pada perilaku seksual ialah perempuan ditempatkan pada situasi dimana harus bertindak altruis/ berkorban dan dependen sehingga harus menuruti keinginan pasangan, bila tidak menuruti keinginan pasangan dirinya akan mengalami kecemasan (Nurrachman, 2011). Mungkin memang benar bahwa fenomena cybersex belum terlalu booming dikalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya norma dan cara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 berperilaku dalam kultur Indonesia yang memandang bahwa seks merupakan hal yang tabu, terlarang maupun perlu dihambat (Hoelzner & Oetomo, 2004). Hal yang sama pun juga dituliskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ayu (dalam www.psychologymania.wordpress.com) bahwa laki-laki dan perempuan memiliki sikap negatif terhadap seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan istiadat budaya Timur, dimana individu harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam sikap dan berperilaku. Sehingga dalam kenyataanya, individu cenderung merasa malu atau takut untuk membahas secara terbuka terkait dengan pengalaman seksual yang dimiliki. Sesuai dengan tujuan utamanya, penelitian sebelumnya yang dilakukan Noni (2012) di Medan berusaha berfokus untuk mengungkap secara konseptual gambaran remaja melakukan aktivitas cybersex daripada mengungkap sisi psikologisnya. Hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa remaja melakukan aktivitas cybersex karena mudah dalam mengakses atau memperoleh materi seksual, keterjagaan privasi dan kebebasan mengekspresikan fantasi seks. Namun dalam pembahasan tidak menunjukkan penjelasan yang representatif motivasi antara laki-laki dan perempuan. Selain itu berdasarkan hasil penelitian Pribadi& Putri (dalam Noni, 2009) yang menyebutkan bahwa ditemukan 5% perempuan melakukan cybersex dengan pasangan onlinenya dibandingkan laki-laki yang hanya 3% serta informasi dari penulis yang diperoleh dari seorang mahasiswi yang menjadi korban pelecehan seks oleh kekasihnya berupa permintaan melucuti pakaian melalui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 webcam. Hal ini mendorong peneliti untuk mencoba mendalami pengalaman motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex sehingga tidak hanya sekedar mengetahui gejala-gejala apa saja yang membentuknya, melainkan adanya aksi, interaksi dan proses sosial di dalamnya yang mampu menjelaskan apa saja yang menyebabkan gejala tersebut muncul sehingga individu memilih untuk melakukan aktivitas tersebut. Dengan demikian, penggunaan pendekatan Grounded Theory dirasakan tepat dengan tujuan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini semakin penting untuk dilakukan dengan mengkhususkan penggunaan hanya pada perempuan karena penelitianpenelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan sample gabungan (laki-laki dan perempuan) dan data yang diperoleh pun tidak cukup representatif. Pemilihan penggunaan sample khusus perempuan pada penelitian ini dirasa memiliki tantangan tersendiri ketika peneliti hendak mengetahui secara mendalam topik yang sifatnya sensitif di dalam budaya Timur dan mampu mengeksplorenya dalam sebuah penelitian. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil penelitian motivasi perilaku seks yang jumlahnya masih terbatas bahkan belum ada yang menggunakan metode studi Grounded Theory. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka timbul pertanyaan apa motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk mengetahui motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex. D. Manfaat penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mengerti dan memahami secara mendalam alasan perempuan melakukan aktivitas cybersex sehingga dapat memberikan wacana baru di bidang Psikologi Sosial dan studi motivasi perilaku seks. Secara praktis, memberikan informasi dikalangan perempuan bahwa kehidupan mereka tidak lepas dari perkembangan teknologi yang semakin pesat bahkan sudah menjadi lifestyle. Sehingga dengan informasi ini dapat memeberikan pemahaman yang mendalam kepada perempuan agar dapat secara bijak menggunakan internet maupun alat komunikasi lainnya yang dapat terhubung dengan internet agar mengurangi jumlah korban pelecehan serta tetap menjujung nilai-nilai moral di masyarakat. Bagi para orang tua yang memiliki anak perempuan, menambah wacana untuk mendampingi anak-anak khususnya perempuan sehingga orang tua mampu mengetahui pendekatan-pendekatan apa saja yang dapat dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 mengingat perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga informasi dapat masuk tanpa adanya filter. Bagi lembaga perkawinan, menambah wacana untuk mendampingi para calon suami-isteri yang akan membangun rumah tangga untuk semakin mengetahui fenomena yang kerap kali terjadi akibat penggunaan cybersex. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cybersex 1. Pengertian Cybersex Cybersex didefinisikan sebagai sub kategori dari Online Sexual Activity (OSA) dan terjadi ketika individu menggunakan internet untuk terlibat dalam ekspresi seksual atau kegiatan memuaskan seksual yang mungkin mencakup: melihat gambar, terlibat dalam obrolan seksual, pertukaran email seksual, di mana kedua belah pihak masturbasi sambil bertukar obrolan seksual secara online (Daneback, 2005) Scheneider & Weiss (dalam Vybíral et al 2004) menganggap segala bentuk ekspresi seksual melalui komputer atau internet adalah cybersex. Noonan (dalam Vybíral et al 2004) memahami cybersex sebagai pesan erotis atau fantasi seksual yang ditukar melalui internet. Mastrubasi adalah bentuk bagian dari cybersex Young, Griffin-Shelley, Copper, O’Mara dan Buchanan mendefinisikan cybersex sebagai dua pengguna online terlibat dalam wacana pribadi tentang fantasi seksual. Dialog biasanya disertai dengan stimulasi diri. Ben-Ze’ev menyebutkan cybersex adalah interaksi sosial antara setidaknya dua orang yang bertukar pesan erotis secara real-time untuk orgasme (dalam Hans et al 2011). 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 Cooper et al (dalam Rimington, 2007) mendiskripsikan cybersex sebagai penggunaan internet untuk terlibat dalam kegiatan seksual memuaskan. Definisi lain, diberikan pada tahun 2004, cybersex dijelaskan sebagai terlibat dalam stimulasi diri seksual saat online dengan orang lain, interaksi ini bisa bertukar melalui email, chatroom, instant messaging, atau webcam. Akhirnya pada tahun 2005 cybersex dijelaskan sebagai dua atau lebih orang yang terlibat dalam pembicaraan seks saat online untuk tujuan kenikmatan seksual dan mungkin atau mungkin tidak termasuk masturbasi oleh satu atau lebih pengguna. Shaugnessy (2011) mendefinisikan cybersex sebagai komunikasi seksual yang dilakukan secara interaktif dan realtime via synchronous Internet modes. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa cybersex adalah sub bagian dari aktivitas seks online berupa kegiatan interaktif setidaknya lebih dari satu orang dalam mengkomunikasikan secara realtime melalui internet hal seksualitas baik berbagi aktivitas seks, fantasi maupun keinginan seks dengan atau tanpa stimulasi diri. 2. Situasi yang Memungkinkan Individu Melakukan Cybersex Cooper (2003) menekankan 3 situasi-situasi yang memungkinkan individu melakukan cybersex, biasanya disebut (Triple A Engine), yaitu Accessibility, Affordability dan Anonymity. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 a. Accessibility mengacu pada kenyataan bahwa internet menyediakan jutaan situs porno dan dan ruang mengobrol yang akan memberikan kesempatan untuk melakukan cybersex b. Affordability mengacu pada untuk mengakses situs porno dan melakukan obrolan melalui chatt dan tidak perlu mengeluarkan biaya mahal c. Anonymity mengacu pada individu tidak perlu takut dikenali oleh orang lain. Individu dapat menjaga identitasnya dari orang lain. Young (dalam Rimington, 2007) mengembangkan ACE model (Anonymity, Convenience dan Escape) untuk menjelaskan bagaimana internet telah menciptakan sebuah iklim budaya permisif yang mendorong individu menggunakan cybersex. ACE model mengacu pada individu tidak perlu takut untuk diketahui orang lain saat melakukan perilaku seks menyimpang karena terdapat kemudahan bagi para pengguna dalam mengkonsumsi materi seksual dan juga dengan mudah membantu pengguna menggunakan internet sebagai tempat pelarian untuk melepaskan tegangan mental. John Suler (2004) juga menyebutkan adanya effect disinhibation yang disebabkan beberapa situasi-situasi yang mendorong individu melakukan aktivitas cybersex yaitu : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 a. Anonimitas disosiatif. Ketika orang lain yang ditemui secara online tidak dapat dengan mudah mengetahui diri anda sebenarnya. Individu dapat menjaga identitasnya dari orang lain. b. Invisibility Dalam lingkungan online, orang lain tidak dapat melihat diri anda. Ketika seseorang sedang online mungkin atau bahkan orang lain tidak tahu bahwa anda sedang menyusuri internet. Dalam komunikasi teks seperti email, chatting, blog, dan IM, orang lain mungkin tahu banyak tentang siapa Anda. Namun, mereka masih tidak dapat melihat atau mendengar Anda dan Anda tidak dapat melihat atau mendengar mereka. c. Ascynchronicity Dalam komunikasi ascynchronous (email atau newsgroup), orang tidak memerlukan berinteraksi menit, jam, secara hari realtime. bahkan Orang bulan lain untuk menjawabnya. Bahkan beberapa orang mungkin mengalami komunikasi asynchronous sebagai tempat “melarikan diri” setelah mengirimkan pesan yang bersifat pribadi, emosional karena merasa aman dan dapat ditinggal. d. Introyeksi solipsistic. Ketika seseorang membaca pesan dari orang lain menggunakan suaranya sendiri, orang tersebut seperti “mendengar” suara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 pasangan onlinenya. Seseorang mensubvocalize ketika mereka membaca, sehingga memproyeksikan suara mereka ke dalam teks orang lain. Percakapan ini bisa dialami tanpa disadari ketika berbicara dengan dirinya sendiri, yang mendorong rasa tidak malu karena berbicara dengan diri sendiri dirasa lebih aman daripada berbicara dengan orang lain e. Imajinasi disosiatif Seseorang bersama orang lain secara online hidup dalam dimensi permainan fantasi, terpisah dari tuntutan dan tanggung jawab dunia nyata. Ketika seseorang selesai menggunakan internet dan kembali ke rutinitas sehari-hari orang tersebut dapat melepaskan identitas permainan fantasi yang tidak berhubungan dengan dunia nyata. f. Minimization of status and authority Saat online status seseorang dalam dunia tatap muka mungkin tidak diketahui orang lain dan mungkin tidak memiliki dampak sebanyak di dunia tatap muka. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menyuarakan dirinya sendiri tanpa memandang status, kekayaan, ras, atau gender 3. Pengguna Cybersex Cooper, Delmonico& Burg, 2000 (dalam Cooper, 2002) mendiskripsikan 3 kelompok pengguna cybersex yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 a. Recreational users, yang mengakses materi seksual online karena rasa ingin tahu atau untuk tujuan hiburan b. At risk users, orang-orang menggunakan internet dalam jumlah waktu sedang untuk kegiatan seksual, dan jika pola penggunaan mereka secara terus-menerus, penggunaannya bisa menjadi kompulsif c. Sexually compulsive users, yang memiliki kecenderungan patologis ekspresi seksual, menggunakan internet sebagai tempat untuk kegiatan seksual mereka. 4. Alasan Indvidu Menggunakan Cybersex Divanova (dalam Vybíral, 2004) menyebutkan bahwa perilaku cybersex terjadi karena dimotivasi oleh berbagai kebutuhan yang dimiliki individu yiatu: a. Keinginan kepuasan seksual. Pengguna dapat memiliki pasangan sementara atau yang memenuhi kebutuhan pengguna dan kegiatan cybersex dipandang sebagai pelarian ketidakpuasan. b. Keinginan akan pengetahuan. Anak-anak dan remaja masuk ke ruang berorientasi seks dan mendapatkan informasi tentang seksualitas manusia serta “teori” pertama pengalaman seksual mereka. Anonimitas yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 terdapat dalam internet mendorong orang dewasa untuk mengenal dan mengeksplorasi praktek seksual. c. Keinginan menjadi diri sendiri. Kemampuan untuk berbicara bebas tentang apa pun, terbuka dan tanpa menggunakan topeng biasanya diperlukan individu dalam kehidupan nyata dan merupakan daya tarik terbesar. Hal tersebut dapat dilakukan melalui internet karena adanya situasi Anonymous sehingga respon takut ditolak dan mendapatkan hukuman jelas kurang. d. Keinginan untuk beristirahat, Dalam mempertahankan fisik dan kesejahteraan mental, penting untuk melakukan istirahat dari tugas sehari-hari dan tekanan dari atasan. Bagi banyak orang, Internet, dan khususnya chattroom, menjadi tempat dimana mereka dapat bersantai. Banyak orang melihat cybersex sebagai hal relaksasi atau menyenangkan. e. Keinginan untuk dicari. Jika seseorang di dunia nyata tidak memiliki hubungan sosial untuk menciptakan perasaan peduli dan menjadi penting untuk orang lain, orang itu mungkin mencoba untuk membuat perasaan tersebut melalui komunikasi di chattroom. Jika perasaan puas muncul melalui aktivitas tersebut, ada kemungkinan bahwa jenis komunikasi tersebut akan menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 f. Mencoba menemukan pasangan untuk seks nyata Hubungan ditetapkan lebih mudah di chattroom daripada di dunia nyata. Online disinhibition secara signifikan mempermudah kegiatan berkencan bagi orang yang pemalu dan tertutup, bahkan menjadi cara yang lebih nyaman dan efektif untuk memulai hubungan baru. Jika individu, apalagi, mencari orang dengan minat seksual sama, Anonimitas Internet menyediakan lingkungan perantara yang ideal. g. Semangat yang berasal dari anonimitas, Seorang individu dapat berpartisipasi dalam kegiatan cybersex tanpa harus mengungkapkan identitasnya. Mayoritas pengguna pun mengaku menghargai kenyataan bahwa pasangan cybersex mereka tidak diketahui. h. Semangat yang berasal dari interaksi Fakta bahwa pengguna lebih memilih cybersex karena “mudah”. Perbedaan yang paling penting terletak pada interaksi yang disediakan oleh cybersex, yang tidak dapat diberikan oleh majalah. Alasan yang lain juga disebutkan oleh Carner et al (dalam Noni, 2012) berupa fantasi dan isolasi. Fantasi mengacu bahwa individu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan fantasi seksualnya tanpa harus takut ditolak. Sedangkan isolasi mangacu bahwa individu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 memiliki kemampuan untuk memisahkan dirinya dengan orang lain dalam fantasi apapun yang dipilih tanpa adanya resiko seperti infeksi secara seksual. Sedangkan berdasarkan penelitian Carlvaheira (2003) ditemukan bahwa penggunaan cybersex di chattroom dapat memberikan kesempatan untuk bertemu dengan pasangan, memilih orang-orang yang memiliki kesamaan dalam kepentingan seksual serta mampu mengatasi keterampilan sosial yang terbatas individu dalam hubungan tatap muka. 5. Dampak Penggunaan Cybersex Rimington (2007) menyebutkan dampak positif dari penggunaan cybersex yaitu : a. tidak menempatkan pengguna pada risiko infeksi seksual menular dan b. mudah untuk terjadinya perselingkuhan Dampak positif lain juga dipaparkan oleh Grov (2011) yaitu: a. meningkatkan keintiman dengan pasangan, b. membantu komunikasi yang baik dengan pasangan c. peningkatan kualitas dan frekuensi hubumgan seks Namun penggunaan cybersex juga dapat memberikan dampak negatif yaitu kemungkinan resiko menjadi “Cybersex Compulsif”. Doring (2009) mengidentifikasikan 3 dampak negatif dari cybersex yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 a. kecanduan, b. pengkhianatan yang akhirnya merusak relasi dengan pasangan c. hubungan seksual yang tidak diinginkan (pelecehan seks online, ajakan seks online, pertemuan tatap muka secara offline). 6. Pengukuran Metode serta alat ukur yang digunakan pada penelitian sebelumnya yang terkait dengan aktivitas seks online maupun cybersex adalah kuantitatif dan kualitatif berupa kuisioner Internet Sex Screening Test (ISST), angket, skala, wawancara dan survey online. B. Perempuan dalam Budaya Patriarki 1. Budaya Patriarki Budaya patriarki adalah budaya dimana kaum laki-laki memiliki pengaruh yang besar atau tinggi kedudukannya dibanding perempuan (www.mediadanperempuan.org). 2. Konsep umum Seks dan Gender Seks merupakan hal yang berbeda dengan gender. Menurut Papalia& Olds (dalam Nurrachman, 2011) seks adalah perbedaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 biologis antara laki-laki dan perempuan sedangkan gender adalah “…it means to be male or female. Menurut Saptari & Holzner (dalam Nurrachman, 2011) gender adalah keadaan dimana individu yang lahir secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan memperoleh pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-nilai atau sistem simbol masyarakat yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa seks mengacu pada perbedaan atas dasar ciri-ciri biologis sedangkan gender mengacu pada konsep sosial budaya yang dapat mempengaruhi adanya perbedaan psikologis dan perilaku seseorang. Peran gender merupakan konsep umum yang biasanya dibicarakan dalam membahas peran perempuan maupun laki-laki di masyarakat berupa pikiran, perasaan, tingkah laku, sikap, minat dan keterampilan yang ditentukan budaya dan dianggap tepat bagi perempuan dan lakilaki. Ketika individu berada dalam suatu kelompok maka individu tersebut akan dituntut untuk menampilkan tingkah laku tertentu oleh lingkungannya sesuai dengan fungsi dan kedudukan di lingkungan tersebut (Sadli & Patmonodewo dalam Nurrachman, 2011). Peran gender yang telah mengakar di masyarakat seringkali membuat perempuan merasa bersalah bila tidak berperan sesuai norma-norma yang ada (Nurrachman, 2011). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 C. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul oleh adanya kebutuhan baik intrinsik maupun ekstrinsik untuk mencapai tujuan tertentu yang mana tujuan tersebut sebagai cerminan minat individu dalam perilaku yang berkaitan dengan apa yang dilakukannya (Hamzah, 2008). Motif merupakan alasan atau sebab seseorang melakukan sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 1995). Winkel (dalam Hamzah, 2008) mendefinisikan motif sebagai daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Di samping itu, motif yang merupakan suatu alasan atau dorongan yang membuat individu melakukan sesuatu, memiliki 2 hal pokok di dalamnya. Dua hal itu ialah dorongan atau kebutuhan dan tujuan (Handoko, 1992). Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan alasan individu dalam berperilaku sebagai tenaga penggerak atau dapat disebut juga dengan istilah pendorong. Dengan kata lain, motivasi membuat individu melakukan tindakan berdasarkan suatu kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai dalam perbuatannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 2. Jenis-jenis Motif a. Personal Motive Achievement motive McClelland (1985) mendefinisikan motif berprestasi sebagai standard of excellence yaitu kecenderungan individu untuk mencapai prestasi secara optimal. Individu yang menunjukkan motivasi berpretasi adalah mereka yang task oriented dan siap menerima tugas-tugas yang menantang dan kerap kali mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara misalnya membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan standard tertentu. Hedonism Motive Hobbes (dalam Herbert, 1981) menyatakan bahwa segala tindakan didorong oleh hasrat untuk mendapat kesenangan dan menghindari rasa sakit. Exploration Motive Kondisi dimana seseorang ingin memperoleh pengalaman baru dan situasi baru dalam mendapatkan informasi melalui media dan sarana yang digunakan untuk memperkaya pengalamannya. Relatedness Motive Adanya kebutuhan mengadakan hubungan dan sosialisasi dengan orang lain (Robbins, 2004). Dalam menjalin hubungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 tersebut individu mengharapkan memperoleh pemahaman atau pengertian dari orang lain disekitarnya begitupun sebaliknya orang lain pun dapat menikmati hal-hal yang sama. Individu berkeinginan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain yang dianggap penting dalam hidupnya seperti keluarga, teman, pacar atau rekan kerja. b. Interpersonal Motive Affiliative Motive Atkinson, Heyns & Veroff (dalam McClelland, 1985) motivasi berafiliasi sebagai motif yang mendorong pembentukan dan pertahanan hubungan yang positif dan berafeksi dengan orang lain, dengan keinginan untuk disukai dan untuk diterima. Artinya bahwa individu dengan afiliasi yang tinggi mempunyai dorongan untuk menjalin hubungan dengan orang lain karena ada keinginan untuk disukai/ diterima. Berdasarkan penelitian Byrne, McDonald & Mikawa (dalam McClelland, 1985) ditemukan bahwa individu yang memiliki afiliasi tinggi akan menunjukkan motivasi mendekat sedangkan individu yang memiliki afiliasi rendah akan memperlihatkan motivasi menghindar. Baginya motivasi berafiliasi ini mengandung aspek konflik karena individu mempunyai dua macam harapan yaitu orang lain memberi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 manfaat atau kerugian bagi diri individu tersebut. Bila individu memiliki keinginan besar untuk mendapat manfaat dari orang lain maka individu tersebut akan memiliki dorongan untuk mencari teman. Sebaliknya, bila individu memiliki prasangka yang besar bahwa orang lain akan memberikan dampak kerugian bagi dirinya maka individu tersebut akan menghindar. 3. Proses Motivasi Hamzah (2008) mengemukakan sebuah model umum tentang proses motivasi yang ditampilkan dalam gambar berikut: Needs, desires, or expectation Feedback Behavior Goals Gambar 1. Sebuah model umum tentang proses motivasi dasar Model tersebut merupakan sebuah kerangka kerja untuk memahami sifat dinamik dari proses motivasi. Terlihat dalam gambar bahwa komponen-komponen dasar motivasi adalah: a. Kebutuhan, keinginan atau ekspektasi b. Perilaku c. Tujuan d. Umpan balik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 Proses motivasi bermula pada sekelompok kebutuhan yang belum dipuaskan/ tidak seimbang sehingga menyebabkan munculnya perilaku yang diarahkan ke arah pemenuhan sebuah dorongan tertentu atau tujuan yang dianggap akan mengembalikan kondisi keseimbangan. Disamping itu, individu akan berupaya mencapai dorongan yang relevan atas tujuan yang diinginkan sampai keseimbangan dikembalikan. Sewaktu dorongan atau tujuan dicapai maka umpan balik internal menimbulkan menyusutnya ketidakseimbangan atau motivasi. Perempuan memiliki kebutuhan dalam diri, sebagai contoh kebutuhan untuk mencari teman/pasangan. Kebutuhan yang dimiliki perempuan ini menimmbulkan suatu dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan mencari teman/ pasangan dapat tercermin dari perilakunya seperti melakukan aktivitas cybersex. Perilaku perempuan dalam melakukan aktivitas cybersex diarahkan pada pemenuhan tujuan tertentu, misalnya memperoleh banyak kenalan atau menjalin relasi dengan kenalan lama maupun baru. Ketika tujuan tersebut terpenuhi maka kebutuhan perempuan untuk mencari teman terpuaskan atau terpenuhi dan motivasi menjadi menurun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 D. Dinamika Motivasi dengan Penggunaan Cybersex Salah satu hal yang berkontribusi seseorang berperilaku adalah motivasi. Pada dasarnya motivasi adalah dorongan yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku individu untuk memenuhi tujuan tertentu. Timbulnya motivasi individu merupakan gabungan dari kebutuhan, dorongan, tujuan dan umpan balik (feedback). Hal ini sejalan dengan pendapat Winkel (dalam Hamzah, 2008) mendefinisikan motif sebagai daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang mempengaruhi tingkah laku telah menjadi komponen penting dari beberapa teori mengenai tingkah laku (cth : teori tingkah laku pemecahan masalah (Jessor & Jessor, 1977 dalam Megan, 2010) teori tingkah laku yang terencana (Ajzen & Fishbein, 2000 dalam Megan, 2010)) serta motivasi terhadap tingkah laku seksual (Lefkowitz & Gillen, 2005 dalam Megan, 2010). Motivasi terhadap tingkah laku seksual dalam aktivitas seks secara offline maupun online antara laki-laki dan perempuan pun berbeda, tergantung tujuan serta situasi-situasi yang membantu seseorang berperilaku. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada perilaku seks offline ditunjukkan bahwa motivasi laki-laki cenderung pada pemenuhan kebutuhan, kepuasan, kesenangan, menyenangkan pasangan, dan melepaskan tegangan. Sedangkan perempuan cenderung karena cinta, komitmen dan mengekspresikan emosi kedekatan/ cinta (Carol & Whitley PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 dalam Sprecher, 1993). Hal ini sejalan dengan penelitian lainnya bahwa wanita, dibandingkan pria, lebih memungkinkan untuk menunjukkan cinta dan bukan karena kesenangan sebagai alasan keterlibatan hubungan seksual (Leigh, 1989; Nelson, 1978 dalam Browning & Hatfield, 2000). Pada penelitian aktivitas seks online juga ditemukan adanya perbedaan motivasi antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki cenderung pada relaksasi, kepuasan seksual, gairah seksual (Ross, 2012), melihat erotica, mencari pasangan, mengunjungi situs kontak seks (Cooper, 2003). Sedangkan perempuan cenderung bertemu pasangan seks online secara offline (Daneback, 2007), menggoda, berhubungan dengan pasangan, serta mendapatkan pendidikan dalam hal seksualitas (Cooper, 2003). Sementara itu berbeda dengan penelitian sebelumnya terkait dengan aktivitas cybersex bahwa motivasi seseorang menggunakan cybersex karena ingin bertemu pasangan, memilih orang dengan kepentingan seks yang sama untuk berkencan, memainkan fantasi, adanya peran anonimitas untuk membantu individu yang memiliki keterbatasan tatap muka (Carvalheira, 2003), kemudahan mengakses, keterjagaan privasi, bebas mengekspresikan fantasi (Noni, 2012), hiburan, kepuasan rasa ingin tahu, serta meningkatkan hubungan (Goodsen dalam Byers, 2011). Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan motivasi antar gender dari masing-masing aktivitas. Namun hal ini tidak tampak secara representatif pada penelitian di ranah cybersex. Dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 membedakan motivasi individu maka akan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana motivasi tersebut mempengaruhi tingkah laku. Dalam hubungannya dengan cybersex, motivasi sebenarnya berpengaruh terhadap apa yang mempengaruhi individu untuk melakukan kegiatan tersebut. Banyak hal yang berpengaruh terhadap motivasi seseorang dan yang paling berpengaruh adalah tujuan dari masing-masing individu. Sebagai contoh banyak hal yang mendorong ketertarikan seseorang dalam berperilaku melakukan aktivitas cybersex itu sendiri. Salah satunya adalah untuk hiburan/ kesenangan. Ketika motivasi tersebut terpenuhi dia akan bersedia untuk bergabung atau melanjutkan aktivitas tersebut. Kepuasan individu ketika melakukan cybersex mungkin bermacam-macam dan tidak sama dengan yang lainnya tergantung pada motif yang mendorong orang tersebut melakukan suatu hal. Meskipun banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor, dampak, alasan serta prevalensi dari penggunaan cybersex namun masih sedikit bahkan masih jarang penelitian yang mengkhususkan penggunaan pada kaum perempuan karena penelitian sebelumnya lebih menggunakan sample yang sifatnya heteroseksual (gabungan antara laki-laki dan perempuan). Padahal berdasarkan hasil penelitian Cooper (dalam Rimington, 2007) dari 9000 sample diketahui bahwa dari 14% sample perempuan menyumbang 21% sebagai pecandu cybersex. Namun bagaimana dengan kasus di Indonesia?. Berdasarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 penelitian yang dilakukan Pribadi& Putri (dalam Noni, 2012) ditemukan bahwa 5% perempuan melakukan cybersex dengan pasangan onlinenya dibandingkan laki-laki yang hanya 3%. Berdasarkan saran peneliti Doring (2009) terkait dengan keterbatasan dari penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan lebih sering terjadi di wilayah Barat dan hampir tidak ada penelitian yang menyelidiki kasus khususnya perempuan. Hal ini mendorong peneliti untuk mencoba mendalami pengalaman motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex sehingga tidak hanya sekedar mengetahui gejala-gejala apa saja yang membentuknya melainkan adanya aksi, interaksi dan proses sosial di dalamnya yang mampu menjelaskan bagaimana gejala-gejala tersebut dapat muncul sehingga perempuan memilih untuk melakukan aktivitas cybersex tersebut. Untuk memahami secara mendalam alasan perempuan melakukan aktivitas cybersex maka peneliti akan mencoba menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Grounded Theory yaitu sistematik analisis data dan pengembangan teori secara induktif dari fenomena yang sedang diteliti. E. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah : Apa motif perempuan dalam melakukan aktivitas cybersex? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan Grounded Theory. Grounded Theory merupakan sistematik analisis data dan pengembangan teori yang diperoleh secara induktif dari penelitian tentang fenomena yang dijelaskan. Tujuan dari metode tersebut ialah mengidentifikasi proses sosial yang menghasilkan fenomena yang sedang diteliti. Dengan kata lain, kasus yang mempunyai hasil yang sama, diteliti untuk melihat kondisi mana yang dimiliki pada umumnya, dengan demikian akan memperlihatkan penyebab yang potensial. Kasus yang sama pada berbagai variabel namun memberikan hasil yang berbeda juga dibandingkan untuk melihat dimana letak penyebab utamanya (Strauss & Corbin, 2009). Tema penelitian ini adalah mengenai alasan/ motif yang membutuhkan data dari responden karena motif sendiri merupakan suatu dorongan yang tidak tampak dari dalam diri manusia. Oleh karena itu, melalui pendekatan Grounded Theory yang akan digunakan, peneliti akan menciptakan kategori-kategori teoritis dan penjelasan umum mengenai aksi, interaksi dan proses melalui kategori informasi yang saling terkait secara langsung berpijak pada data yang berasal dari responden (Creswell, 2007) untuk mengetahui secara mendalam hal-hal yang mendasari perempuan dalam melakukan aktivitas cybersex. 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 B. Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam penelitian kualitatif berguna untuk memberi batasan sampai sejauh mana suatu permasalahan diteliti. Dalam penelitian ini akan dibahas motif yang mendorong perempuan dalam melakukan aktivitas cybersex. Motivasi sendiri merupakan dorongan dari dalam individu yang mendorongnya untuk bertindak. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi sampai pada pembuatan kategori. Pembatasan yang dibuat dikarenakan keterbatasan sumber daya peneliti dalam pelaksanaan menggunakan pendekatan Grounded Theory. Namun diharapkan dari hasil melalui penelitian kualitatif yang diperoleh mampu menjadi tahap awal dalam mengembangkan teori terkait motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex. . C. Subjek Penelitian Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Nonprobability Sampling berupa Sampling Purposive yaitu teknik pengumpulan sample dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Misalnya, penelitian ini ingin melihat alasan perempuan menggunakan cybersex, maka sample sumber data yang digunakan adalah orang-orang khususnya perempuan yang pernah menggunakan cybersex. Responden penelitian terdiri dari kumpulan perempuan dan beberapa perguruan tinggi yang berbeda serta memiliki karakteristik sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 - Dewasa awal, yaitu masa dimana individu merumuskan tujuan hidup dan menjalani pilihan mereka (Santrock, 2002). - Perempuan - Pernah melakukan cybersex - Belum menikah Penetapan karakteristik dikhususkan pada perempuan karena dengan pertimbangan bahwa perempuan lebih mudah mengekspresikan perasaan (Santrock, 2002). Selain itu, harapan dari penelitian ini hasil yang diperoleh paling tidak hampir sama dan dapat mewakili sample perempuan pada umumnya dan menunjukkan alasan yang berpotensi pada umumnya dikalangan perempuan. D. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara. Hasil wawancara berupa data tekstual dalam bentuk transkrip wawancara, serta disertai dengan catatan lapangan dan observasi, Wawancara merupakan teknik pengambilan data yang sifatnya terbuka dengan menanyakan sejumlah pertanyaan kepada responden (Parker, 2008). Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan responden secara mendalam sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini juga menggunakan wawancara semi-struktur dalam pengambilan datanya. Artinya, dalam proses pengambilan data peneliti sudah mempunyai susunan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 responden. Namun, proses pengambilan data itu sendiri pertanyaannya dapat menjadi fleksibel menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat pengambilan data berlangsung. Tabel 1 Pedoman wawancara No 1 Point utama Awal penggunaan cybersex Pokok pertanyaan Penggunaan cybersex 1. 2. 3. 2 Dinamika Alasan yang responden saat mempengaruhi melakukan cybersex responden melakukan aktivitas cybersex Waktu , tempat dan jumlah penggunaan cybersex 1. 2. 1. 2. 3. 3 Output kegiatan Perasaan yang muncul saat melakukan aktivitas cybersex Perolehan dari aktivitas cybersex 1. 1. Pertanyaan Dengan siapa Anda melakukan aktivitas tersebut? Apa saja media yang digunakan Apa materi/isi/ bentuk obrolan saat melakukan cybersex? Mengapa anda mau melakukan cybersex? Apa keuntungan dari media yang digunakan? Kapan anda melakukan cybersex? Dimana biasanya cybersexberlangsung? Berapa lama biasanya kegiatan tersebut berlangsung? Apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas tersebut? Apa yang didapat dari aktivitas tersebut? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 E. Prosedur penelitian Penelitian ini mengikuti prosedural standar yang diperlukan dalam penelitian kualitatif. Prosedur tersebut berupa tahapan awal penyusunan rancangan penelitian hingga analisis dan kesimpulan penelitian. Tahapan ini dijelaskan oleh Moleong (2007) sebagai berikut : 1. Tahap Pra Lapangan Pada tahap ini, dilakukan perancangan penelitian. Adapun persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum turun ke lapangan untuk mengambil data seperti peneliti harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan konteks penelitian yaitu kebudayaan, bahasa, situasi sosial serta etika penelitian. Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan perizinan harus diselesaikan pada tahap ini. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Di tahap ini, peneliti mulai turun ke lapangan untuk mengambil data sebanyak-banyaknya dan tidak melenceng dari rancangan awal penelitian. Rancangan awal penelitian mungkin akan mengalami perubahan tergantung situasi lingkungan yang juga dapat berubahubah. Pendekatan dengan responden juga dilakukan pada tahap ini untuk mencegah terjadinya bias data. 3. Tahap Analisis Data Pada tahap ini dapat dilakukan saat di lapangan maupun setelah meninggalkan lokasi penelitian. Analisis yang dilakukan di lapangan bertujuan untuk melihat apakah data yang dikumpulkan sudah cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 atau masih diperlukan pengumpulan data lanjutan. Sedangkan analisis yang dilakukan di luar lokasi penelitian merupakan analisis utama untuk membahas semua data yang telah diperoleh. Analisis tersebut menggunakan pendekatan analisis data berdasarkan tujuan dan rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mendapatkan data yaitu: - Membuat pedoman pertanyaan - Mencari responden penelitian. Dalam penelitian ini responden yang digunakan sebanyak 4 orang. Hal ini dikarenakan sulitnya menemukan responden yang mau terbuka untuk menceritakan pengalaman seks khususnya dalam topik penggunaan cybersex - Saat peneliti mendapatkan responden maka peneliti akan menjelaskan inti dan tujuan penelitian, bentuk, sifat dan hak responden dalam penelitian - Bila telah mendapat kesepakatan untuk berpartisipasi, maka peneliti akan menawarkan pada responden jadwal dilakukannya wawancara. - Wawancara dilakukan kurang lebih 30 menit dengan asumsi responden dapat secara mendalam menceritakan pengalaman cybersex. - Setelah wawancara selesai, peneliti mendengarkan ulang rekaman wawancara kemudian menyusun verbatim PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 - Prosedur ini dilakukan terus hingga wawancara selesai dilakukan F. Teknik analisa data Adapun teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahapan analisis tersebut dapat dijelasakan sebagai berikut (Strauss & Corbin, 2009): 1. Coding Proses pemeriksaan data kualitatif mentah dalam bentuk kata, frase, kalimat atau paragraf dan menentukan kode atau label. 2. Open coding Kata dan frase kode atau label yang ditemukan pada transkrip atau teks 3. Axial coding (Membuat Pengkategorian Lebih Tinggi) Membuat tema atau kategori dengan mengelompokan kode atau label yang diberikan pada kata dan frase 4. Selective coding Tahap akhir dari analisis, dan tujuannya adalah untuk membuat kodekodenya bersama dan kategori-kategori untuk menciptakan teori yang terpenting atau penjelasan yang dapat diterapkan pada semua catatan dan juga akan menjelaskan data yang bertentangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 G. Kredibilitas penelitian Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Dalam penelitian ini kredibilitas dapat diliat berdasarkan teknik ketekunan/ keajegan pengamatan. Artinya bahwa peneliti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis, mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat sehingga menemukan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain bahwa teknik ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman dari isu yang ingin dilihat. Dalam menentukan unsur-unsur yang relevan peneliti juga mengajak rekan untuk melihat apakah analisis yang ditemukan peneliti juga ditemukan peneliti lain (Triangulasi). Rekan- rekan peneliti yang dimaksud yaitu dosen pembimbing dan mahasiswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui alasan atau motif perempuan melakukan aktivitas cybersex. Penelitian ini berlangsung kurang lebih 4 bulan. Metode pengambilan data yang digunakan ialah wawancara dengan jumlah responden sebanyak 4 orang perempuan dari universitas yang berbeda. Hal ini dikarenakan sulitnya menemukan responden yang mau secara terbuka menceritakan pengalaman cybersex. Namun dari penelitian ini diharapakan dari hasil yang diperoleh dari ke-4 responden dapat mewakili perempuan pada umumnya dengan kesamaan motivasi yang dimiliki. Sebelum pelaksanaan wawancara dilakukan, peneliti melakukan beberapa persiapan seperi menyiapkan pedoman pertanyaan beserta digital recorder. Setelah persiapan dirasa cukup, peneliti terlebih dahulu menentukan waktu pelaksanaan wawancara dan disesuaikan dengan kesediaan responden. Penentuan waktu dilakukan melalui via sms dan telepon 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 Tabel 2. Pelaksanaan Wawancara Uraian R1 R II R III R IV Tanggal 13 & 30 Desember 2013 Waktu 12.13- 13.22 13.05- 13.56 9 Januari 13.54-14.35 2014 23 Januari 17.06- 17.52 2014 11 April 2014 12.12- 12.42 Tempat Rumah peneliti dan bakery Catatan Ada beberapa pertanyaan yang belum ditanyakan sehingga melakukan 2x wawancara Bakery Kos responden Perumahan Jambusari Setelah pelaksanaan wawancara selesai dilakukan, peneliti mulai mengkoding hasil wawancara. Mengkoding adalah proses pemeriksaan data kualitatif mentah dalam bentuk kata, frase, kalimat atau paragraf dan menentukan kode atau label. Selanjutnya adalah melakukan open coding yaitu menentukan kata dan frase kode atau label yang ditemukan pada teks. Lalu melanjutkan dengan axial coding yaitu membuat tema atau kategori dengan mengelompokan kode atau label yang diberikan pada kata dan frase. Tahap terakhir yang dilakukan yaitu selective coding yaitu membuat kode-kodenya bersama kategori-kategori untuk menciptakan teori yang terpenting atau penjelasan yang dapat diterapkan pada semua catatan dan juga akan menjelaskan data yang bertentangan. Saat menjalani tahap-tahap tersebut, peneliti juga tidak terlepas dari kesulitan yang dihadapi. Pada tahap mencoding kesulitan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 dirasakan peneliti adalah memeriksa data mentah (hasil wawancara) yang didapat ke dalam nomer-nomer barisan dengan jumlah yang banyak kemudian memparafrasekan setiap kalimat yang memiliki arti/ makna. Saat melakukan coding tidak semua kalimat/ paragraf dapat diberi makna dan perlunya ketelitian saat memilah bagian yang memiliki makna sesuai tujuan penelitian. Pada tahap open coding atau biasa disebut dengan menentukan kata atau label pada tiap parafrase yang dibuat juga dirasa peneliti memiliki kesulitan yaitu adanya kecenderungan subektifitas dalam menetapkan tema. Padahal dalam penelitian harus memgang prinsip objektivitas sehingga peneliti harus jeli dalam menetapkan label karena ketidakjelian dalam menentukan label/ tema pada akhirnya akan mempersulit membuat kategori yang lebih abstrak pada tahap axial coding. Saat memasuki tahap axial coding peneliti juga merasa kesulitan ketika peneliti mencoba memberikan nama kategori yang lebih abstrak dan tepat. Selanjutnya, pada tahap selective coding peneliti mengalami kesulitan saat mengumpulkan dan memilih kategori-kategori axial coding untuk menciptakan teori/ penjelasan. B. Deskripsi subjek 1. Data Demografik Responden Dalam penelitian ini jumlah responden yang digunakan sebanyak 4 orang. Keterbatasan jumlah responden dan penetapan demikian dikarenakan kesulitan peneliti untuk menemukan responden PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 perempuan yang secara terbuka mau menceritakan pengalamannya terkait dengan fokus penelitian yaitu pengalaman cybersex. Rentang usia responden berkisar 21-23 tahun, belum menikah dan memiliki pengalaman cybersex. Tabel 3 Data Demografik Responden Uraian Usia Status Jenis Kelamin Memiliki pengalaman cybersex RI 22 tahun Mahasiswa Perempuan R II R III 22 tahun 21 tahun Mahasiswa Mahasiswa Perempuan Perempuan R IV 23 tahun Mahasiswa Perempuan Ya Ya Ya Ya C. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Data Penelitian Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing responden ditemukan bahwa rentang usia berkisar 21-23 tahun dan memiliki pengalaman cybersex. Berikut ini akan ditampilkan data dari masingmasing responden untuk melihat dinamika psikologis. Responden I Pada awalnya P diperkenalkan pada seorang laki-laki oleh sahabatnya melalui BBM. Namun diawal perkenalan sebelum berpacaran, P merasa shock dan marah karena pasangan meminta P untuk mengirimkan foto bugil melalui BBM dengan alasan sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 bukti rasa sayang. Dari kejadian tersebut terjadilah pertengkaran antara P dengan pasangan. Kenyamanan membuat P luluh dan memutuskan berpacaran dengan laki-laki tersebut. Meskipun selama menjalani proses pacaran P belum pernah secara langsung bertatap muka dengan pasangan dan hubungan yang dijalani terpisah secara jarak (Long Distance Relationship). Diawal hubungannya, P mensyaratkan kepada pasangan untuk tidak meminta mengirimkan foto bugil melainkan perlu adanya proses pengenalan satu sama lain terlebih dahulu. Seiring berjalannya waktu dengan rasa nyaman yang dirasakan, P mulai mengirimkan foto kepada pasangan secara bertahap, mulai dari foto semi bugil (masih menggunakan pakaian dalam) hingga bugil. Emosi/ perasaan yang muncul saat P mengirimkan foto yaitu malu, aneh, seperti orang gila dan bingung bagaimana mengirimkan foto karena pengalaman tersebut merupakan pengalaman pertama yang dialaminya. Permintaan pasangan pun semakin meningkat yaitu meminta P untuk mengirimkan video. Namun P menolak karena keterbatasan alat yang digunakan. Salah satu media yang memiliki ruang chatt dan seseorang bisa mengirimkan video yaitu skype. Semenjak P mengetahui bahwa melalui skype bisa melakukan video call, dirinya mencoba untuk membuatkan akun tersebut untuk pasangan. Setelah akun skype berhasil dibuat dan diuji coba, pasangan mulai meminta P untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 menunjukkan video bugil setiap malam melalui webcam. Namun hal tersebut tidak berhasil dilakukan karena terkendala oleh signal sehingga memutuskan untuk berhenti menggunakannya. Ketidakmampuan mengirimkan video melalui skype karena terkendala signal membuat P dan pasangan kembali berdebat. Untuk menghindari perdebatan dengan pasangan yang selalu marah bila keinginannya tidak terpenuhi, maka P menyarankan untuk melakukan Phone Sex (PS). Namun dalam penggunaannya P merasa kebingungan karena tidak tahu bagaimana memulainya. Pada akhirnya bisa dilakukan karena bantuan pasangan yang menuntunnya dalam sebuah alur cerita. Saat aktivitas berlangsung P merasa bingung dan aneh karena harus mengikuti imajinasi pasangan sedangkan P merasa dirinya merupakan individu yang kurang mampu berimajinasi. Materi dan isi percakapan yang dilakukan P dengan pasangan saat melakukan PS biasanya berasal dari foto, kata-kata candaan, dan suara mendesah. Kegiatan PS berlangsung di rumah dan kurang lebih 2 jam. Selain itu, pengiriman foto dilakukan hampir setiap hari dan bila hendak melakukan PS. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari perdebatan karena pasangan akan komplain dan marah bila foto tidak dikirim, foto yang dikirim tidak jelas, menunda keinginan pasangan, tidak pernah meminta foto pasangan serta merasa adanya rasa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pasangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Selain itu, dibalik perilaku pasangan yang kurang umum, P menilai bahwa pasangannya merupakan sosok individu yang manja, menyenangkan dan mandiri. Hal lain tersebut juga yang membuat P mau melakukan PS dengan harapan adanya obrolan santai/ sharring pengalaman seusai PS. PS merupakan media yang aman dibanding media lainnya karena masih ada kontrol/ batasan dari pengguna. Ketika P berhasil melakukan PS bersama pasangan yang dirasakan adalah lega, senang, safe karena bisa memuaskan pasangan dan terhindar dari pertengkaran. Responden II Pengalaman cybersex G dengan pasangan berawal dari texting berupa kata-kata menggoda. Media yang biasanya digunakan G ialah Whatsapp (WA), SMS dan telepon. Aktifitas berlangsug di kos, malam hari dan sekitar kurang lebih 2-3 jam. Cybersex yang dilakukan G karena sebagai suatu kesenangan/ hiburan. Selain itu, rasa kenyamanan, bebas tanpa jaim membuat G bersama pasangan secara terbuka membahas seks. Dari kenyamanan yang dirasakan itulah yang membuat G ingin tahu lebih dalam pasangan tentang seks karena bagi G pasangannya mampu memberikan informasi terkait dengan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya (pasangan sudah pernah menikah). Kenyamanan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 dirasakan G terhadap pasangan ialah G bisa menjadi diri sendiri dan melakukan sesuatu sesuka hatinya. Perasaan yang muncul saat G melakukan cybersex bersama pasangan adalah asik, menyenangkan karena dalam konteks bercanda. Suatu ketika pasangan melakukan Phone Sex (PS) dengan G. Saat kejadian tersebut, pasangan mengalami mastrubasi sedangkan G tidak merasa terangsang karena menurutnya obrolan yang dilakukan melalui telepon merupakan obrolan santai. Pengalaman cybersex yang dialami G tidak hanya bersama pasangan tetapi juga dengan teman (AD). Bermula dari AD yang mengajak G untuk texting tentang hal-hal seks. Kegiatan tersebut secara terbuka dilakukan keduanya karena sudah saling mengenal sejak SMA. G berasumsi bahwa AD sedang merasa kesepian sehingga meminta G untuk melakukan cybersexmelalui media seperti Yahoo Messenger (YM) dan Facebook (FB). Suatu hari AD merasa “pengen” dan meminta G untuk menggunakan video call untuk membantu melampiaskan keinginannya. Namun hal tersebut tidak direspon G secara serius melainkan dengan kata-kata candaan yang menggoda. Tanpa berpikir panjang AD langsung mengirimkan foto kelaminnya dan meminta G mengirimkan balasan foto. G merasa kaget atas perilaku AD terhadapnya dan menolak mengirim foto dengan berbagai alasan. Pengalaman cybersex bersama AD dirasa G kurang begitu nyaman bila dibanding dengan pasangan sebelumnya. Namun hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 tersebut tetap direspon karena sebatas hiburan dan ingin mengetahui pengetahuan AD tentang seks sedangkan aktivitas yang dilakukan bersama pasangan karena adanya keinginan untuk disayang. Responden III Perkenalan L dengan pasangan melalui facebook berawal dari keisengan, penasaran, harapan ingin menjadi lebih baik dan ingin menggoda. Pada akhirnya L memutuskan untuk memilih pasangannya sebagai kekasih. Beberapa bulan menjalani proses pacaran, L merasa penasaran apakah pasangannya memiliki hasrat. Untuk mengetahuinya, L selalu memancing obrolan seks yang sifatnya menggoda melalui sms atau facebook. Rasa risih tapi penasaran pun dirasakan L saat menggoda pasangannya. Topik seks yang dibahas mereka biasanya diperoleh dari siaran tv atau video bokep. Obrolan seks biasanya berlangsung pada malam hari kurang lebih 2-3 jam. Namun obrolan dengan menggunakan FB pun semakin jarang digunakan karena menurut pasangan bisa memunculkan pihak ketiga yang dapat merusak hubungan mereka dan bagi L ketika obrolan seks dilakukan melalui SMS, pasangan akan lebih mudah terbuka dan lebih simple dalam penggunaanya. Keterbukaan membahas seks pun tidak membuat keduanya mengalami mastrubasi melainkan hanya terangsang dan memunculkan komitmen bersama. Selain pasangan merupakan sosok yang terbuka, dirinya juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 memiliki sisi ingin dimanja oleh L sehingga pasangan ingin selalu diperhatikan L Suatu ketika L pernah meminta pasangannya untuk mencari tahu informasi melalui internet terkait dengan bagaimana cara memuaskan pasangan. Namun semakin hari L merasa bosan karena dirinya merasa sudah mengetahui semua hal tentang seks dan menginginkan adanya hubungan seks. Alasan L melakukan obrolan seks melalui sms yaitu ingin mengetahui respon pasangan bila digoda. Ketika L mengetahui respon pasangan tergoda, L akan merasa puas karena bisa menggoda pasangannya dan bisa meningkatkan hasrat pribadinya sendiri (nafsu). Selain melakukan obrolan seks melalui sms, L juga pernah melakukan foto syur bersama pasangan. Hal tersebut dilakukannya karena ingin memamerkan tubuh dan merasa senang bila dilihat pasangan. Foto syur dilakukan untuk konsumsi pribadi saat ingin memenuhi keinginan pasangan. Responden IV Pengalaman cybersexyang dialami oleh T berawal saat dirinya diperkenalkan dengan situs Omegle oleh seorang teman. Keisengan dan keingintahuan T membuat dirinya semakin ingin mengetahui kegunaan omegle ketika melihat ada suatu hal yang menyenangkan saat temannya menggunakan situs tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Omegle merupakan sebuah situs yang didalamnya terdapat ruang chatt dan video. Semua orang bisa dengan gampang masuk ke dalamnya dan memilih dengan siapa saja yang hendak berbagi pengalaman. Di sisi lain, sifatnya yang realtime dan interaktif, memudahkan seseorang menunjukkan video maupun bertukar komentar saat menggunakannya. Terdapat 2 versi Omegle yaitu versi dalam dan luar negeri. Dalam penggunaan situs tersebut, T lebih tertarik menggunakan Omegle versi luar negeri. Baginya, menggunakan versi tersebut bisa menambah pengalaman seperti menambah teman/kenalan dan mempelajari bahasa inggris. Sebagian besar Omegle digunakan sebagai media untuk berkenalan dan membahas seks. Orang-orang yang terlibat didalamnya pun berasal dari kalangan dewasa awal dan dewasa tengah tak terkecuali perempuan. Hal tersebut pernah dialami T ketika menemukan kenalan perempuan dan dirinya mengutarakan kepada T bahwa dirinya kecanduan terhadap perilaku seksual yang dilakukan dan dirasa memuaskan saat menggunakannya. Penggunaan Omegle biasanya dilakukan T di kos maupun tempat lain yang memudahkannya untuk online. Biasanya aktivitas tersebut dilakukan sebanyak 2-3 kali seminggu, kurang lebih satu jam dan di waktu senggang baik itu siang atau malam hari. T menggunakan Omegle untuk hiburan seperti menambah teman, mempelajari bahasa inggris dan mengisi waktu kosong. Diawal penggunaan, T merasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 senang dan ketagihan saat chatt untuk berkenalan karena baginya dengan berkenalan dengan orang asing dirinya bisa mempelajari bahasa inggris. Namun ketika membahas seks T merasa penasaran/ ingin tahu apa yang membuat orang asing menyukai seks, bagimana mereka melakukannya dan reaksi wajah yang ditunjukkan. Suatu ketika T pernah ditunjukkan video oleh kenalan beserta pasangannya yang sedang berhubungan seks dan diminta untuk berkomentar. Saat itu T merasa senang dan terangsang layaknya menonton video bokep. Namun karena kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan hanya sebatas hiburan, membuat T memilih untuk tidak melanjutkannya karena menurutnya isi dari aktivitas tersebut selalu berujung pada seks yang terkadang membuat dirinya merasa bosan. Tabel 4 Ringkasan Dinamika Pokok Pertanyaan Penggunaan cybersex Media yang digunakan Materi/ isi/ bentuk obrolan Alasan melakukan cybersex RI Pacar Telepon (BBM, PS) & internet Foto bugil, texting (kata candaan), suara mendesah Menghindari kemarahan atas keinginan pasangan yang R II R III R IV Pacar & teman Telepon (WA, sms) Pacar Kenalan/Teman Internet (FB) Telepon (sms) Internet (situs omegle) Texting, foto Texting, foto Texting, video Hiburan Ingin mengetahui respon pasangan bila Hiburan Ingin tahu info/ Ingin mendapat kenalan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 tidak terpenuhi Merasa adanya tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan seks pasangan. Keuntungan media yang digunakan Aman Waktu, tempat dan jumlah penggunaan Pagi (by request), Malam hari Rumah ≤ 2 jam Perasaan Shock, marah, yang muncul aneh, malu, bingung ketika melakukan cybersex Perolehan dari melakukan cybersex Lega, safe, senang memuaskan pasangan Terhindar dari perdebatan pengalaman seks pasangan Ingin disayang pasangan digoda. Meningkatkan hasrat pribadi (nafsu) --- Simple Malam hari Kosan ≤ 2-3 jam Malam hari Kosan ≤ 2-3 jam Senang, seru Risih, penasaran senang membahas dan memuaskan pasangan Komitmen berpasangan Keterbukaan satu sama lain Keinginan pasangan untuk diperhatikan Mempelajari bahasa inggris Mengisi waktu kosong Ingin tahu orang asing menyukai seks dan reaksinya Gampang, mudah karena siapa saja bisa masuk & bisa memilih siapa saja Malam/ siang Kosan/ tempat wifi ≤ 1 jam Risih, penasaran dan senang saat membahas seks Bisa berkenalan dan mempelajari bahasa inggris PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 2. Integrasi Hasil Analisis Data Penelitian Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini, dinamika yang terjadi pada responden terbagi menjadi dua yaitu adanya Personal Motive dan Interpersonal Motive. Personal Motive yaitu adanya sebab dari dalam diri yang mendorong individu tersebut melakukan aktivitas cybersex. Sedangkan Interpersonal Motive adalah adanya sebab yang berasal dari luar saat berinteraksi dengan orang lain sehingga menyebabkan responden mau melakukan aktivitas cybersex. Tabel 5. Kategori Personal Motive Responden I Peran dalam memuaskan pasangan Adanya kebutuhan afeksi Keinginan berelasi Responden II Hiburan Keingintahuan pengalaman seks Keinginan berelasi Kebutuhan Fisiologis Responden III Keingintahuan selera seks pasangan Responden IV Hiburan Keinginan berelasi Kebutuhan seks Keinginan membantu melepas tegangan Keingintahuan pengalaman seks Berdasarkan tabel hasil penelitian tersebut, sebagian besar memiliki kesamaan alasan untuk melakukan aktivitas cybersex yang berasal dari dalam diri yaitu adanya keinginan berelasi. Keinginan berelasi yang dimaksud berupa mengenal antar pribadi secara mendalam, rasa ingin disayang oleh pasangan maupun ingin mendapat kenalan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 “..Aku minta e..gimana kalo kita berproses dulu jangan langsung diawal dah minta kayak gitu, gitu kan? Maksudnya bikin kita saling kenal dululah. (P Responden I baris 54-57) “..kalo sama Arthur kan memang dia istilahnya kalo pasangan itu gimana ya dul ada pingin untuk disayang di apa namanya disayang-sayang gitu gitu..” (G Responden II baris 809-811) “..Kan lebih ke interaksinya kita chatting itu loh kita ngobrolnya itu ya itu sih sebenarnya yang aku cari maksudnya seneng gitu loh ngobrol-ngobrol sama orang luar tuh daripada sama orang Indonesia tuh, bedalah pokoe.ha’a tapi kalo aku intensnya nyari temen chattingnya, kalau yang “itunya” hanya selingan ketika nanti aku bosen chatting tuh loh..” (T Responden IV baris 228-232; 256-257) Selain itu, keinginan seseorang melakukan cybersex juga dikarenakan untuk kesenangan/ hiburan. Dalam hal ini hiburan yang dimaksud adalah sebagai tempat mempelajari bahasa inggris dan mencari kegiatan lain. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas tersebut dilakukan sebagai wadah untuk mengimplementasikan hal-hal yang menyenangkan “..Sebenarnya cybersexku sama dia itu becandaan sih nggak yang..kan ada tuh orang yang duh aku pengen ni ato apa yang serius banget yang menggoda. Yang aku rasain? Apa ya dul, ya asik aja sih gimana sih ya fun gitu loh gimana ya aku ngrasa fun aj soalnya itu contextnya becanda ya sama dia yang dirasakan ya seneng fun lah seru gitu loh kayak gitu jadi bukan mungkin aktivitas seks seksual cybersexitu sebelum aku melakukan hubungan sama Arthur itu lebih ke kondisi yang seru bukan yang menggairahkan yang mendapat kepuasan gitu enggak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 karna kan memang konteksnya becanda..” (G Responden II baris 108-109; 153-159) “..Omegle itu ada 2 versi yaitu versi yang ada di Indonesia sama versi yang di luar negeri. Nah saya lebih tertarik yang versi luar negeri soalnya soalnya saya menggunakan versi luar negeri itu e.. saya ingin mendapatkan pengalaman yaitu pengalaman mendapatkan teman yang dari luar gitu loh selain itu kan saya bisa dapat belajar bahasa inggris juga dari mereka nah seperti itu nah sedangkan omegle yang dari Indonesia itu dia lebih langsung ke perilaku seksualnya terus chattinganchattingan ngedate-ngedate gitu langsung menonjolkan perilaku seksualnya dan itu kurang menarik gitu loh kalo yang di luar negeri itu kan sensasinya kan lebih beda gitu. Bedanya apa ya? Ya pokoknya lebih menarik aja maksudnya maksudnya saya tidak menguasai bahasa inggris kemudian saya bisa kenalan chatting-chatting gitu bahasa inggris terus kemudian ditanya-tanya tentang, ditanya-tanya “mengapa kamu masuk ke group ini eh masuk ke omegle ini padahal kamu orang Indonesia?” pasti ditanyain selalu kayak gitu kan kenalan gitu ya just for fun. Soalnya dulu nggak ada kegiatan lain paling buka buka laptop itu kalo isinya nggak kita nyari tugas nyari fb, twitter terus ya cari lain lah apa kegiatannya paling gitu..” (T Responden IV baris 15-32; 197-200) Ingin mengetahui seseorang menyukai seks, cara melakukan, melihat reaksi wajah, ataupun pemahaman pasangan tentang seks juga dapat mendorong perempuan melakukan cybersex. Hal ini dimaksud agar responden dapat mengetahui pengalaman seks pasangannya “..namanya orang muda juga pengen tau sih dul pasti kan kita namanya kita kan nggak dapat pendidikan seks dari orang tua kan jadi explorenya bisa dari mana-mana toh kayak gitu. Nggak tau deh bodo amat deh sebutan aku sama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 dia mau pacar ato apa yang pasti aku nyaman sama dia dan dia lagi deket sama aku dan dia menurut aku dia bisa memberikan informasi yang lebih gitu loh dul karena dia kan pernah married kan dulu, uda pernah menikah pengalamannya mesti lebih banyak dari aku kan kayak gitu..” (G Responden II baris 141-148) “..aku sebenarnya kalau gitu tuh hanya cuma pengen pengen cari tahu aja kenapa sih mereka melakukan itu terus ngopo kok de’e hobi banget ya? emang sih pengen ngliat gimana cara mereka melakukan itu. cuma pengen mengetahui gimana sih cara kamu melakukan hal-hal kayak gitu tuh terus pengen ngliat reaksi mukanya ketika melakukan hal-hal kayak gitu tuh seperti apa..” (T Responden IV baris 80-83; 100-102) Selain itu, adanya keingintahuan selera seks pasangan juga dapat terlihat pada responden III (L). Keingintahuan selera seks yang dimaksud adalah ketika L menggoda pasangan dengan obrolan seks dan dirinya dapat mengetahui hasrat pasangan. “..Pengen tau respon dia pengen tau respon dia kalo diganggu eh digoda itu gimana aku tuh. Yang pertama sebelum aku sebelum aku klimaks sebelum aku klimaks dalam hasratku tuh pertama-tama tuh terpuaskan karna terpuaskan dalam hal ini bukan fisiologis tapi terpuaskan karna aku mikirnya asik aku bisa jadi cewek penggoda, cewek penggoda hasrat cowok kayak gitu loh aku tuh bisa naklukin hasrat cowok ternyata kayak gini coba kalo aku tuh mungkin kalo cuma cowok kalo cuma disentil dikit aja juga bakal klepek-klepek kayak gitu kalo ngomong aja uda uda tegang pasti cuma disentil itunya doank dah aaaah tuh kayak gitu..” (L Responden III baris 302-313) Melakukan cybersex juga dilakukan oleh responden I (P) karena adanya peran untuk memenuhi kebutuhan seks pasangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 berupa rasa tanggung jawab saat pasangan ingin menyalurkan keinginannya. “..Intinya cuma satu lama-kelamaan tuh karena nggak mau dia marah itu aja ya karena kalo misalkan aku bukan pacarnya sih ya uda tapi kalo posisi aku pacarnya aku merasa punya tanggung jawab gitu loh. Ketika dia pengen ya aku membantu dia untuk menyalurkan itu gitu loh..” (P Responden I baris 537-541) Adanya prinsip bahwa seks merupakan kebutuhan fisiologis yang tidak terpisahkan dari kebutuhan manusia sehingga individu akan mencari seks melalui apapun media yang akan digunakan. Hal inilah yang terpancar dari responden II (G) sehingga dirinya mau melakukan obrolan seks dengan pasangan. “..Menurutku seks itu kebutuhan dasar manusia loh dul sama kaya kita makan nggak bisa dipisahin nggak bisa kayak gitu kebutuhan apalagi namanya seks entah apapun medianya pasti nyarinya seks..” (G Responden II baris 655657) Selain itu, adanya kebutuhan afeksi mendorong seseorang mau melakukan/ menuruti pasangan untuk melakukan cybersex atau obrolan seks. Hal tersebut dilakukan karena adanya harapan dari individu untuk mendapatkan suatu hal yang nyaman saat melakukan obrolan seks dengan pasangan. “..kadang pengen gimana kalo kita tuh sekali-sekali ngobrol tuh ngobrol santailah nggak nggak usah gitulah, gitu. ya okelah aku aku pahami itu kebutuhanmu cuma gimana kalo kamu cara mengemas kebutuhanmu lebih cantik gitu loh kalo kamu kayak gitu tuh kamu minta terus nggak keturutan marah-marah seolah-olah benar-benar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 aku kayak mainan gitu loh cuma ya kayak alat doank ketika alat itu sudah nggak bisa dipake ya sudah gitu” ya iya kan “gimana kalo misalkan kamu kemas lebih bagus gitu loh dalam artian lebih indah dibanding itu kenapa nggak nggak yang yang lain dalam artian yang apa ya dibuat tuh sebagai suatu yang nyaman..” (P Responden I baris 838840; 890-898) Keinginan untuk membantu melepaskan tegangan juga terlihat pada responden III (L) terhadap pasangannya yang tidak mampu menyalurkan keinginannya saat melakukan obrolan seks dengan L. Untuk membantu melepaskan tegangan tersebut responden memberikan suatu cara atau saran. “..kamu pengen nggak kamu sebenarnya gimana to yank apa yang kamu rasa” gitu “aku aku pengen lah ini loh kalo kamu tau punyaku ini dah tegang tapi tapi dah nggak bisa ngapa-ngapain” terus aku tadi bilang “sana dikasih sabun aja nanti keluar sendiri”. “Nggak mau kalo dikasih sabun maunya ada yang menyalurnya” gitu. “Coba kamu ada disini aku mau” loh “yo kalo disitu aku juga mau..” (L Responden III baris 329-335) Selain itu, adanya kebutuhan seks seperti keinginan berhubungan seks dan pemuasan nafsu pribadi juga dapat mendorong perempuan melakukan cybersex atau obrolan seks dengan pasangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah responden memiliki nafsu atau tidak. “yank kamu tuh bisanya ngomong doank mbok yooo ayo lakuin kayak gitu aku tuh males e kamu ngomonginnya cuma ayo ayo doank ayo kapan ngelakuin?”. Ngomongin itu bisa meningkatkan hasrat, hasrat pribadi. Dulu sebelum sama dia sih jarang ya aku tuh mikirnya aku tuh sebenarnya nggak punya hasrat ya? Sebenarnya nggak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 punya nafsu ya? Kok aku tuh pernah dulu nonton kayak gitu sama yaaa nggak cuma sama cewe sebenarnya barengbareng cowok cewek gitu nggak nggak berhasrat nggak pengen terus ngebayangin gitu nggak biasa aja jadi aku mikirnya aku kayaknya nggak bernafsu deh gitu ternyata pas pas aku ngomongin sama dia barulah aku ngrasain ternyata aku punya nafsu toh ituuuu dan pembangkitnya tuh dia..” (L Responden III baris 286-288; 313-322) Tabel 6 Kategori Interpersonal Motive Responden I Responden II Adanya konflik batin dengan pasangan (tuntutan, komplain, pertengkaran) Responden III Kedekatan afeksi Tuntutan perhatian Responden IV Kelebihan omegle Kesendirian/ Kedekatan Afeksi kondisi sepi (memunculkan komitmen) Pemenuhan hasrat dengan emosi Kelebihan sms Kelebihan PS Dari data penelitian yang diperoleh, terdapat motivasi interpersonal yang membuat individu melakukan aktivitas cybersex. Artinya bahwa responden melakukan aktivitas tersebut disebabkan oleh faktor luar yang mempengaruhinya. Faktor luar tersebut dapat berupa interaksi dengan pasangan maupun media yang digunakan. Dari perolehan data diatas, dapat dilihat adanya beberapa persamaan seseorang melakukan cybersex yaitu adanya kelebihan dari media yang digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 “..nggak sih nggak berpikir soale itu yang paling aman hahahah paling aman maksudnya paling aman karena dia nggak melihat semuanya nggak melihat gitu loh. Itu semua masih dibawah kontrolku kan misalkan kayak skype ato mungkin kayak video-video itu semua hal bentuk video kan dia liat semua segala aktivitasku didepan layar gerak dikit dia tau iya kan? kalo misalkan masalah foto kan aku kan bisa atur anglenya maksudnya cuma istilahnya ya istilah kasarnya cuma sampe sini kamu boleh liat gitu loh alasan..” (P Responden I baris 1138-1145) “..Ya itu dia nggak suka media sosial lain lebih suka sms lebih simple dia juga tipe orang yang lebih terbuka dengan kata-kata dibanding sama ngomong gitu loh kalo e..kalo lewat telpon kalo ketemuan aku yang lebih agresif tapi kalo apa ya sms aku mancing dia dikit dia lebih bisa terbuka gitu loh..” (L Responden III baris 353-357) “..sekalinya buka omegle itu tuh pilihannya langsung banyak siapa aja tuh langsung bisa masuk gitu loh. Jadi di omegle itu sistemnya nggak kita chatting sama 1 orang itu aja kalau kita bosen ya uda leave chat leave chat ganti orang pilihannya tuh..” (T Responden IV baris 173-174; 187-189) Selain itu, ada responden yang melakukan cybersex dikarenakan konflik batin yang dialami dengan pasangan serta adanya tuntutan-tuntutan permintaan maupun tuntutan perhatian. Ketika permintaan pasangan tidak dituruti akan terjadi perdebatan atau komplain dari pasangan. “..dia pengennya dalam sehari tuh aku harus ngirim gitu loh. Kan pernah tuh kan dia nggak minta ini nggak nggak nggak nggak aku cuma ini by request saja kalo ngga aku ngga bakal inisiatif gitu loh terus e..pasti pada akhirnya dia sempat komplain “kamu ngga minta ya aku nggak kasih gitu kan” terus e.. “paling nggak adalah yang kamu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 kirim” gitu. Aku juga bingung sakjane nggo opo sih dia tuh bingung gitu sih ya uwis tapi terserah aku waktunya mau kapan gitu kan tapi yo kalo nggak sama sekali dia akan berteriak teriak..” (P Responden I baris 1157-1165) “..yank kamu loh kamu diam aja aku maunya kamu yang godain aku kamu yang manjain aku aku nggak mau manjain cewekku aku maunya dimanjain aja..” (L Responden III baris 366-368) Kedekatan afeksi juga memicu individu melakukan cybersex. Kedekatan yang dimaksud adalah keterbukaan& kenyamanan membahas seks maupun saat berbagi pengalaman melalui media yang digunakan. Pada akhirnya dapat memunculkan komitmen berpasangan maupun kebebasan menjadi diri sendiri. Hal inilah yang menyebabkan seseorang mau melakukan obrolan seks karena merasa memiliki kedekatan secara emosional. “..aku sama Arthur sering diskusi seks sering dan memang ee kita berdua tuh kalo ngomongin seks memang terbuka sih dul se apa sedeket aku sama cowo-cowo itu kayak gitu. Ya aku kalo sama Arthur tuh uda biasa aja uda nyaman gitu loh dul jadi aku mau ngomongin apa aja sama Arthur terserah, bebas gitu nggak ada kaya jaim gitu nggak ada bener-bener bebas dul. Apa ya ya tadi itu karena aku bisa apa aja bisa jadi diriku sendiri bisa melakukan apa aja yang aku mau bisa marah bisa sebel bisa kayak anak kecil bisa juga diskusi sama Arthur. Jadi Arthur itu gimana ya sosok yang iya kalo menurut aku, aku bisa melakukan apa aja sama dia..” (G Responden II baris 55-57; 130-132; 223226) “..aku sama dia udah terlalu jauh walaupun mungkin belum ngapa-ngapa tapi pembicaraan seperti ini tuh cuma dia aja yang tau gitu loh kalo sama mantan-mantanku belum pernah terbuka sampe seperti ini dia juga bilangnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 aku ini adalah cewek yang paling terbuka dibanding mantan-mantannya jadi kita dah pernah buat komitmen udalah kamu yang terakhir iya kamu yang terakhir jadinya apapun yang terjadi cuma kamu aja, aku bakalan sama kamu dan kamu bakalan sama aku aja e..apa ya karna alasan ini ah apa karna alasan ini aja kita e..untuk tetap mempertahankan yo nggak kita yo ini menjadi salah satunya cuma tidak menjadi yang utama kayak gitu. Pokonya intinya dariiiii dari apa ya dari pembicaraan seks dari tindakan kayak gitu bikin kita komitmen kita lebih kuat kayak gitu..” (L Responden III baris 446-458) Selain itu pasangan yang berada dalam kondisi kesepian juga dapat mendorong seseorang melakukan aktivitas cybersex walaupun respon yang diberikan hanya sebatas candaan/ godaan. “..kalo masalah adri itu kayaknya lagi kesepian disana pacarnya jauh ato apalah, pacarnya juga nggak cantikcantik amat kok krempeng. dia ini apa namanya ngirim ini kan text e ngchat aku pertama lewat ym, dia minta ym kan pertama ngchat di fb ee “ra minta ymmu donk” akhirnya aku kasih ym yaudah buat nambah-nambah temen sapa tau aku bisa kerja disana kan nggak tau jalan hidup orang buat temen heh terus dia chat aku ke ym pertam biasa aj dul tapi temanya agak memancing-mancing gitu sih orangnya kan aku ya namanya ini biasa aja ya udahlah dia guyon jorok ya aku guyon jorok gitu kan. malem jam 1 jam 2 gitu kok buseet makanya dia tuh kayaknya emang lagi kesepian dul..” (G Responden II baris 657-673; 861-862) Pemuasan hasrat dengan emosi berupa permintaan foto bugil oleh pasangan sebagai bukti rasa sayang dialami oleh responden I (P). Hal tersebut membuat individu mau melakukan permintaan-permintaan pasangannya yang semakin bertingkat. “..diawalnya dia minta foto bugil katanya alasannya sebagai apa bukti, bukti rasa sayang gitu coba, terus aku PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 sempat nggak mau, sempat marah-marah kan, bahkan pernah tak delcont segala..” (P Responden I baris 35-38) D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat alasan perempuan melakukan aktivitas cybersex. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi motivasi perempuan untuk melakukan aktivitas cybersex. Berbagai faktor yang dialami oleh para responden tersebut berasal dari dalam dan luar individu pada interaksi dengan pasangan mereka. Hasil dari data wawancara yang sudah diolah menunjukkan adanya motivasi secara personal dan interpersonal. Motivasi-motivasi yang muncul dari keempat responden dapat dilihat berdasarkan alasan, perasaan yang muncul saat melakukan aktivitas cybersex dan perolehan yang diterima ketika melakukan aktivitas terebut. Dari keempat reponden terlihat bahwa responden I memiliki perbedaan motivasi tersendiri dibanding ketiga responden lainnya. Reponden I sebenarnya tidak ingin melakukan aktivitas cybersex tetapi terpaksa melakukan karena untuk menghindari konflik dengan pasangan (interpersonal motive). Dalam motif interpersonal tersebut terdapat dorongan afiliasi yang membuat responden mempertahankan hubungan dengan pasangan pada perilaku yang dipilih. Ketika melakukan aktivitas tersebut responden merasa shock, marah, malu dan bingung. Namun yang diperoleh ketika perilaku tersebut berhasil dilakukan ialah merasa lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 lega, safe dan terhindar dari konflik. Berbeda dengan ketiga responden lainnya yang melakukan aktivitas cybersex karena memang ingin melakukannya untuk memenuhi keinginannya sendiri saat berinteraksi dengan pasangan (personal motive). Pada responden II ditemukan bahwa aktivitas tersebut dilakukan karena sebagai hiburan, ingin tahu pengalaman seks pasangan dan ingin disayang pasangan. Perasaan yang muncul ialah senang dan seru. Dengan melakukan kegiatan tersebut dirinya merasa lebih terbuka satu sama lain. Pada responden III ditemukan bahwa aktivitas terebut dilakukan karena ingin mengetahui respon pasangan bila digoda dan meningkatkan hasrat pribadi. Perasaan yang muncul ialah risih, penasaran, senang saat membahas seks dan memuaskan. Dengan melakukan kegiatan tersebut memunculkan komitmen berpasangan diantara keduanya dan munculnya keinginan oleh pasangan untuk diperhatikan. Selain itu, pada responden IV ditemukan bahwa aktivitas terebut dilakukan karena hiburan, ingin mendapat kenalan, mempelajari bahasa inggris dan ingin tahu orang asing menyukai seks dan reaksinya. Ketika melakukan aktivitas tersebut responden memperoleh apa saja yang menjadi keinginannya. Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa perilaku yang dipilih ketiga responden berupa motif personal yang mengarah pada pemenuhan kesenangan, memperoleh pengalaman baru dan menjalin relasi dengan orang lain. Berdasarkan tahapan open coding dan axial coding yang dilakukan ditemukan gambaran kategori motivasi secara personal yang meliputi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 keinginan berelasi, hiburan, keingintahuan pengalaman seks, keingintahuan selera seks pasangan, peran dalam memuaskan pasangan, kebutuhan afeksi, kebutuhan seks, dan keinginan membantu melepas tegangan pasangan. Sedangkan gambaran kategori motivasi interpersonal meliputi kelebihan media yang digunakan, adanya konflik batin (tuntutan, komplain pasangan, pertengkaran), kedekatan afeksi (keterbukaan& kenyamanan membahas seks, komitmen dan bebas menjadi diri sendiri), kondisi sepi pasangan, serta pemenuhan hasrat dengan emosi. Namun berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan pada kategori Personal Motive hanya ada beberapa alasan yang sesuai dengan penelitianpenelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Alasan-alasan personal yang tersorot antara lain hiburan, keingintahuan pengalaman seks dan keinginan berelasi. Adanya ketertarikan seseorang dalam berperilaku menggunakan cybersex seperti hiburan maupun untuk mengetahui pengalaman seks pasangan selaras dengan hasil penelitian Divanova (dalam Vybíral, 2004) yang menyebutkan bahwa individu melakukan aktivitas cybersex sebagai aktivitas yang menyenangkan dan keinginan akan pengetahuan. Menyenangkan dalam arti bahwa seseorang melakukan aktivitas tersebut karena ingin mendapatkan suatu hal yang menyenangkan atau santai. Sementara itu, keingintahuan akan pengalaman seks pasangan akan terarah ketika media yang digunakan dapat dipakai untuk berbagi fantasi/ obrolan seks bersama pasangan. Sedangkan, adanya keinginan berelasi seperti mendapat kenalan, keinginan mengenal satu sama lain secara mendalam, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 serta adanya keinginan untuk disayang sesuai dengan pandangan (Young, 1997 dalam Corley 2012) bahwa dukungan sosial berfungsi sebagai salah satu penguat psikologis dalam interaksi berbasis internet. Kaitannya dengan hasil penelitian ini adalah ketika seseorang mendapat dukungan secara psikologis seperti mendapat kenalan pada akhirnya akan mendorong seseorang untuk mengenal satu sama lain bahkan keinginan mendapatkan afeksi yang lebih dalam yaitu rasa sayang. Selain itu, adanya gambaran kategori Interpersonal Motive juga terlihat jelas dari hasil penelitian ini. Faktor-faktor motif interpersonal yang cukup dominan dari hasil penelitian ini berupa kelebihan media dan kedektan afeksi. Seseorang mau melakukan aktivitas cybersex karena aman, simple, mudah dan semua orang bisa masuk ke dalamnya. Artinya bahwa kelebihan media yang ditawarkan baik itu melalui internet atau handphone memungkinkan perempuan untuk lebih banyak berkesempatan untuk melakukan aktivitas seksual berupa obrolan seks/ berbagi fantasi seks dengan sedikit resiko. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Cooper (2003), Young (dalam Rimington, 2007), Suler (2004), dan Divanova (dalam Vybíral, 2004) yang menyebutkan bahwa adanya situasi anonim dan interaksi yang berasal dari media memampukan individu untuk melakukan aktivitas cybersex. Artinya bahwa situasi yang dirasa aman dan mudah tersebut mampu mendorong mereka melakukan aktivitas cybersex bersama dengan menjaga identitasnya pada pasangan. Hal ini dapat terlihat dari salah satu responden yang menyebutkan bahwa kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 berbagi cerita erotis atau memberikan foto bugil pada pasangan dirasa lebih aman saat dirinya menggunakan handphone melalui via BBM karena adanya kontrol dari responden. Selanjutnya, kedekatan afeksi tampaknya menjadi salah satu faktor perempuan mau melakukan aktivitas cybersex. Kedekatan afeksi meliputi keterbukaan dan kenyamanan membahas seks dengan pasangan pada akhirnya mampu membuat individu merasa bebas menjadi diri sendiri bahkan dapat memperkuat komitmen dengan pasangan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Divanova (dalam Vybíral, 2004) bahwa individu melakukan cybersex karena bisa menjadi diri sendiri tanpa harus takut ditolak. Motif-motif lain yang muncul secara personal seperti keingintahuan selera seks pasangan, peran memenuhi kebutuhan pasangan, prinsip kebutuhan fisiologis, kebutuhan afeksi dan membantu melepas tegangan, kebutuhan seks tidak dapat secara jelas dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Hal serupa juga terjadi dalam motif interpersonal yang meliputi, konflik batin, kondisi sepi dan pemuasan hasrat dengan emosi. Kemungkinan motif-motif tersebut juga mengarah pada interaksi yang sifatnya relasional, yaitu interaksi secara mental dan emosi. Secara mental artinya bahwa adanya pikiran atas keinginan-keinginan dalam diri. Sedangkan interaksi secara emosi artinya adanya respon emosi yang diperoleh dari dalam/ luar sehingga membuat individu mau melakukan aktivitas tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 Saat melakukan aktivitas cybersex seseorang pasti memiliki tujuan dengan berbagai dinamika yang diperoleh. Dalam masa dewasa awal pun seseorang mencoba untuk merencanakan apa yang akan dirinya lakukan ketika melakukan aktivitas cybersex. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002) dalam masa dewasa awal, individu mengalami fase Operasional Formal yaitu seseorang akan mengimplementasikan apa yang ada dalam pikirannya dan mencoba untuk melakukannya dalam konteks aktivitas yang diinginkan. Dalam konteks motif melakukan aktivitas cybersex yang dilakukan perempuan pada penelitian ini kaitannya dengan pernyataan Piaget adalah keinginan yang sifatnya mental dan emosu yang dirasakan oleh beberapa responden tersebut merupakan keinginan yang bersifat abstrak karena hanya sekedar dalam pemikiran seseorang. Dengan adanya aktivitas cybersex yang dilakukan, membuat individu merasa memiliki wadah untuk mengimplementasikan dan merealisasikan keinginankeinginannya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa perilaku aktivitas cybersex yang dimunculkan seseorang dipengaruhi karena adanya dorongan secara personal maupun interpersonal. Secara singkat bahwa Personal Motive maupun Interpersonal Motive yang muncul pada kalangan perempuan mengarah pada interaksi yang sifatnya relasional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat bahwa motivasi-motivasi yang muncul dapat dilihat berdasarkan alasan, perasaan yang muncul saat melakukan aktivitas cybersex dan perolehan yang diterima ketika melakukan aktivitas terebut. Dari keempat reponden terlihat bahwa responden I memiliki motivasi yang berbeda dibanding ketiga responden lainnya. Reponden I sebenarnya tidak ingin melakukan aktivitas cybersex tetapi terpaksa melakukan karena untuk menghindari suatu hal yaitu konflik dengan pasangan (interpersonal motive) yang didalamnya menggambarkan adanya dorongan afiliasi. Ketika melakukan aktivitas tersebut responden merasa shock, marah, malu dan bingung. Namun yang diperoleh ketika perilaku terebut berhasil dilakukan ialah merasa lebih lega, safe dan terhindar dari konflik. Berbeda dengan ketiga reponden lainnya yang melakukan aktivitas tersebut karena memang ingin melakukannya (personal motive) seperti hiburan, ingin tahu respon maupun pengalaman pasangan, meningkatkan hasrat pribadi dengan perasaan yang muncul seperti risih tapi senang, penasaran, dan seru. Sehingga yang diperoleh ketika perilaku tersebut dilakukan seperti muncul keterbukaan satu sama lain, muncul komitmen dengan pasangan, keinginan pasangan untuk diperhatikan, bisa berkenalan 69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 dan mempelajari bahasa inggris. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku yang dipilih ketiga responden mengarah pada dorongan untuk pemuasan kesenangan, menjalin relasi dan mengeksplor diri untuk mendapatkan pengalaman baru. Motivasi perempuan melakukan aktivitas cybersex karena adanya dorongan secara personal maupun interpersonal. Kategori motivasi personal yang muncul dari penelitian ini meliputi keinginan berelasi, hiburan, keingintahuan pengalaman seks, keingintahuan selera seks pasangan, peran dalam memuaskan pasangan, kebutuhan afeksi, keinginan berhubungan seks, dan keinginan membantu melepas tegangan pasangan. Sedangkan kategori motivasi interpersonal meliputi kelebihan media yang digunakan, adanya konflik batin (tuntutan, komplain pasangan, pertengkaran), kedekatan afeksi, kondisi sepi pasangan, serta pemenuhan hasrat dengan emosi. Secara singkat bahwa Personal Motive maupun Interpersonal Motive yang muncul pada kalangan perempuan mengarah pada interaksi relasional yaitu interaksi yang sifatnya mental dan emosi. B. Kelebihan Penelitian Kelebihan penelitian ini adalah ketika menggunakan metode wawancara peneliti dapat memperoleh pengalaman responden secara lengkap dan mendalam. Hal ini juga didukung karena adanya keterbukaan responden untuk menceritakan pengalaman yang sifatnya sensitif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 C. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan penelitian. Keterbatasan yang dimaksud adalah jumlah sample yang digunakan kurang banyak yaitu hanya 4 responden. Hal ini dikarenakan sulitnya menemukan responden yang mau menceritakan secara terbuka pengalaman cybersex. Keterbatasan lain adalah pengalaman peneliti saat mewawancarai dan dihadapkan dengan beberapa responden yang sangat terbuka saat bercerita sehingga untuk melanjutkan pertanyaan terkadang peneliti perlu menunggu responden selesai bercerita atau bahkan melakukan pemotongan pembicaraan ditengah-tengah responden bercerita. Selain itu, meskipun responden bercerita secara lengkap namun peneliti merasa masih ada hal yang terkesan disembunyikan oleh responden sehingga kurang dalam memaparkan pengalamanya. D. Saran Berikut ada beberapa saran yang diberikan peneliti: 1. Bagi subjek dan perempuan dikalangan dewasa Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi responden melakukan aktivitas cybersex sebagai gambaran yang mengacu pada interaksi bersifat relasional. Terdapat responden yang melakukan aktivitas cybersex karena dibawah tekanan pasangan dan yang tidak. Dengan demikian para responden yang melakukan aktivitas tersebut karena dibawah tekanan pasangan maupun perempuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 dikalangan dewasa perlu mengetahui kapan, dimana tindakan koersi muncul sehingga dapat memutuskan untuk tidak berhubungan dengan pasangan. Sehingga pada akhirnya tidak terjebak dalam kondisi yang tidak diinginkan seperti konflik. 2. Bagi orang tua yang memiliki anak perempuan dan lembaga perkawinan Sebagai agen sosial, orang tua maupun lembaga perkawinan hendaknya mampu memberikan pemahaman atau pendekatan kepada anak maupun perempuan saat ini untuk waspada dalam memilih dan mengenal teman berelasi yang pada akhirnya akan memberi dampak pada setiap perilaku. Selain itu, peneliti juga mengajak para orang tua maupun lembaga perkawinan untuk mengkritisi pola pikir tabu dalam membahas pengalaman seks sehingga anak/ perempuan berani terbuka menceritakan pengalaman seks mereka. 3. Bagi penelitian lain yang tertarik melakukan penelitian terkait dengan topik cybersex Apabila ada peneliti yang ingin meneliti dengan topik serupa diharapkan memperhatikan adanya keterbatasan penelitian yang dimiliki sehingga bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kuantitas sample maupun metode. Peneliti mendorong peneliti lain untuk menambah jumlah subjek. Selain itu, peneliti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 menyarankan kepada peneliti yang akan datang untuk mencoba menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi sehingga hasil yang didapat bisa semakin kaya dan dapat melengkapi hasil dari penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Baumgartner et al. (2012). Identifying Teens risk: Developmental Pathways of OnSRB and OffSRB, Pediatrics. DOI: 10.1542/peds.2012-0842 Browning, J.R, Hatfield, E. (2000). Sexual Motives, Gender, and Sexual Behavior. Archives of Sexual Behavior, vol 29, No 2 Carvalheira, A et al. (2003). Cybersex in Portuguese Chatrooms: A study of Sexual Behaviors Related to Online Sex. Journal of Sex & Marital Therapy, 29:345-360. DOI: 10.1080/00926230390224729 Cooper et al. (2001). Online Sexual Problems: Assessment and Predictive Variables. Sexual Addiction & Compulsivity, 8:267–285. Cooper, Al., Golden, Gale H & Ferraro, JK. (2002). Online Sexual Behaviors in the Workplace: How can Human Resource Departments and Employee Assistance Program Respond Effectively?. Sexual Addiction& Compulsivity, 9:149-165. DOI: 1080/10720160290062293 Cooper et al. (2003). Predicting the future of internet sex : online sexual activities in Sweden. Sexual and Relationship Therapy; Vol 18, No. 3. DOI: 10.1080/1468199031000153919 Corbin, Juliet & Strauss Anselm. (2009). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Corley, M & Hook, J.N. (2012). Women, Female Sex and Love Addicts, and Use of the Internet. Sexual Addiction & Compulsivity, 19:53-76. DOI: 10.1080/10720162.2012.660430 Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry & research design: Choosing among five approaches (ed-2). United States of America : Sage Publications, Inc. Daneback, K., Cooper, Al., & Axel Mansson, S. (2005). An Internet Study of Cybersex Partisipants. Archives of Sexual Behavior, Vol 34, No. 3. DOI: 10.1007/s110508-005-3120-z Daneback, K., Axel Mansson, S & Ross, M.W. (2007). Using the Internet to Find Offline Sex Partners. Cyberpsychology & Behavior, Vol 10, No 1. DOI: 10.1089/cpb.2006.9986 Delmonico, D.L., & Griffin, E.J. (2008). Cybersex and the E-teen : What Marriage and Family Therapists Should Know. Journal of Marital and Family Therapy; Vol.34, No. 4, 431-444 74 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Balai Pustaka Döring, N. M. (2009). The Internet’s impact on sexuality : A Critical Review of 15 Years of Reaearch. Computers in Human Behavior; 1089-1101. DOI: 10.1016/j.chb.2009.04.003 Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2008). Theories of Personality (ed. Ke-6). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Grov, C., Gillespie, B.J.,Royce, T., & Lever, J. (2011). Perceived Consequences of Casual Online Sexual Activities on Heterosexual Relationships: A U.S Online Survey, Arch Sex Behav, 40; 429-439. DOI: 10.1007/s10508-0109598-z Handoko, Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku (cetakan pertama). Yogyakarta: Kanisius. Hans, Mark L, Selvidge Brittney D. (2011). Online Performance of Gender : Blogs, Gender Binding and Cybersex as Relational Exemplars; No 314 Holzner, Oetomo. (2004). Youth, sexuality and sex education message in Indonesia : Issues of desire and control. Reproductive Health Matters. 12 (23), 40-49. Diambil dari http://www.rhmjournal.org/home McClelland, David C. (1985). Human Motivation. Scott, Foressman and Company Megan E. Patrick Æ Christine M. Lee. (2010) Sexual Motivations and Engagement in Sexual Behavior During the Transition to College, Arch Sex Behav, 39:674–681. DOI 10.1007/s10508-008-9435-9 Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung. Rosdakarya Noni N S, Ridhoi M P. (2012). Gambaran Perilaku Cybersex Pada Remaja Pelaku Cybersex Di Kota Medan Psikologia- online, 2012, Vol. 7, No. 2, hal. 6273 Nurrachman, Nani dkk. (2011). Psikologi Perempuan: Pendekatan Kontekstual Indonesia. Jakarta: Univeritas Atma Jaya Parker, Ian. (2008). Psikologi Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Andi Petri, Herbert L. (1981). Motivation: Theory and Research. California: Wadsworth Inc PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Rimington, D. D., & Gast, J. (2007). Cybersex Use and Abuse: Implications for Health Education. American Journal of Health Education; Vol 38, No.1 Ross, Michael. W., Axel Mansson, S & Daneback, K. (2012). Prevalence, Severity, and Correlates of Problematic Sexual Internet Use in Swedish Men and Women, Arch Sex Behav; 41: 459-466. DOI: 10.1007/sd10508011-9762-0 Robbins, S. P. (2004). Organizatonal Behavior (ed. Ke-10). New York: PrenticeHall International Inc. Santrock, Jhon W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (Jilid II). Jakarta: Erlangga Shaughnessy, K., Byers. S., & Thornton. S. J. (2011) What is Cybersex? Heterosexual Students Definition. International Journal of Sexual Health, 23: 79-89. DOI: 10.1080/19317611.2010.546945 Sprecher, Susan & McKinney, K. (1993). Sexuality. Sage Series On Close Relationships. International Educational and Proffesional Publisher. London Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta Suler, Jhon. (1999). The Basic Psychological Qualities of Cyberspace: Cyberspace as Psychological Space. Cyberpsychology & Behavior Suler, Jhon. (2004). The Online Disinhibition Effect. Cyberpsychology & Behavior Vol 7, No. 3 Uno, Hamzah, B. (2008). Teori Motivasi & Pengukurannya. Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Zbyněk Vybíral, David Šmahel, Radana Divínová. (2004). Growing Up In Virtual Reality –Adolescents And The Internet _________Seorang Wanita Lakoni Cybersex dengan 60 Pria. http://inet.detik.com/ seorang-wanita-lakoni-cybersex-dengan-60-pria. diambil tanggal 5 Oktober 2013 _________ Psikologi (Perkembangan Dewasa Awal)|Info Psikologi www.pychologymania.wordpress.com diambil tanggal 28 Juli 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 _________ Perempuan Indonesia Terjajah secara Budaya www.wartafeminis.com diambil tanggal 28 Juli 2014 _________ Pro Kontra Budaya Patriarki di Indonesia www.mediadanperempuan.org diambil tanggal 28 Juli 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 LEMBAR PERSETUJUAN (Informed Concent) Pada kesempatan ini, saya Lana Dara Florencys mahasiswa psikologi yang akan menyelesaikan tugas akhir dengan judul: “Studi Grounded Theory tentang Motivasi Perempuan Melakukan Aktivitas Cybersex” memohon Saudari untuk bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang saya lakukan ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam apa saja alasan Anda melakukan aktivitas cybersex. Anda dipilih menjadi responden dalam penelitian ini karena telah memenuhi beberapa kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya seperti berusia dewasa awal, belum menikah dan pernah menggunakan cybersex. Selain itu, keuntungan yang dapat Anda peroleh adalah Anda dapat memahami dinamika-dinamika yang terjadi didalam diri Anda saat melakukan aktivitas cybersex. Data akan dikumpulkan melalui metode wawancara yang akan direkam menggunakan digital recorder selama kurang lebih 30 menit. Peneliti akan meminta Anda untuk menjawab beberapa pertanyaan secara terbuka terkait dengan tujuan penelitian ini. Dalam prosesnya, Anda diminta untuk mengingat kembali pengalaman terdahulu yang memungkinkan timbulnya emosi atau perasaan yang kurang menyenangkan pada diri Anda. Oleh karena itu, bila Anda merasa kurang nyaman dengan kondisi tersebut, Anda berhak memutuskan untuk berhenti dari proses penelitian ini. Wawancara dapat dilakukan kapanpun saat Anda merasa nyaman dan siap bercerita dan peneliti sangat fleksibel dengan kesediaan waktu yang Anda berikan. Hasil data yang diperoleh sifatnya rahasia sehingga Peneliti tidak akan membagikannya kepada siapapun kecuali dosen pembimbing. Nama Anda akan diganti dengan inisial. Tandatangan Anda menyatakan bahwa Anda bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini dan tidak mengikat Anda untuk tetap menjadi responden penelitian sampai penelitian ini berakhir. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih Responden penelitian ( ) Peneliti (Lana Dara Florencys) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 Open dan Axial Coding A. PERSONAL MOTIVE A. 1 KEINGINAN BERELASI A.1.1. Keinginan mengenal antar pribadi I/54-57 Meminta untuk adanya proses mengenal terlebih dahulu A.1.2. Keinginan disayang pasangan II/809-811 Melakukan texting dengan pasangan karena ingin disayang A.1.3 Mendapat Kenalan IV/ 256-257 Melakukan chatting dengan orang asing untuk mendapat kenalan A. 2 HIBURAN A.2.1. Kesenangan/ Candaan II/ 108-109 Cybersex untuk candaan IV/32-33 Memakai omegle untuk kesenangan A.2.2. Mempelajari bahasa inggris dan mecari kegiatan lain IV/15-32; Melakukan chatting bersama 197-200 orang asing melalui omegle lebih menarik karena bisa mempelajari bahasa inggris dan kegiatan tersebut dilakukan untuk mencari kegiatan lain A. 3 KEINGINTAHUAN PENGALAMAN SEKS PASANGAN A.3.1. Keinginan mengetahui seks pasangan II/ 141-148 Keinginan mengetahui seks yang dapat di explore melalui pasangan yang sudah memiliki pengalaman sebelumnya A.3.2 Ingin tahu orang asing menyukai seks, cara melakukannya dan melihat reaksi wajah IV/ 80-83; Keinginan melakukan obrolan 100-102 seks pada orang asing sebagai selingan untuk melihat kesukaan, cara melakukan hubungan seks dan melihat reaksi wajah mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 A. 4 KEINGINTAHUAN SELERA SEKS PASANGAN A.4.1. Keingintahuan respon dan hasrat pasangan III/ 302-313 Melakukan obrolan seks untuk mengetahui respon dan hasrat pasangan bila digoda A. 5 PERAN MEMENUHI KEBUTUHAN SEKS PASANGAN A.5.1 Tanggung Jawab I/537-541Memenuhi keinginan pasangan yang meningkat karena tidak ingin terjadi konflik dan merasa memiliki tanggung jawab sebagai pacar A. 6 PRINSIP KEBUTUHAN FISIOLOGIS A.6.1 Seks Kebutuhan Dasar II/ 655-657Apapun medianya seks sudah menjadi kebutuhan dasar A. 7 KEBUTUHAN AFEKSI A.7.1. Ingin obrolan santai dan mendapat kenyamanan I/ 838-840; Menginginkan obrolan santai 890-898dan kenyamanan saat PS A.8 KEINGINAN MEMBANTU MELEPAS TEGANGAN PASANGAN A.8.1. Cara melepas tegangan III/ 329Memberitahu untuk memakai 335 sabun ketika pasangan merasa “pengen” saat melakukan obrolan seks A. 9 KEBUTUHAN SEKS A.9.1. Memenuhi hasrat (nafsu) III/ 313-Melakukan obrolan seks untuk 322 pemuasan hasrat pribadi A.9.2 Keinginan berhubungan seks III/286-288 Memprotes pasangan karena obrolan seks yang dilakukan sebatas omongan saja dan menginginkan untuk melakukan secara nyata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 B. INTERPERSONAL MOTIVE B.1 KELEBIHAN MEDIA B.1.1. Aman B.1.3 Mudah, semua bisa masuk dan memilih dengan siapa saja I/ 1138Melakukan obrolan seks melalui IV/ 173Melakukan obrolan seks 1145 PS dirasa lebih aman 174; 187melalui situs internet lebih 189 mudah, semua bisa masuk dan memilih dengan siapa saja B.1.2. Simple III/ 353Melakukan obrolan seks melalui 357 sms dirasa lebih simple B.2 KONFLIK BATIN B.2.1 Konflik B.2.3 Permintaan bertingkat I/ 16-17 Pertengkaran dengan pasangan I/ 86-88 Permintaan pasangan yang karena permintaan foto bugil semakin meningkat yaitu meminta untuk mengirim video B.2.2 Komplain Pasangan B.2.4 Tuntutan Perhatian I/393-394 Komplain karena foto tidak jelas I/ 1157 Dalam sehari harus mengirimkan foto III/ 366-368 Keinginan pasangan untuk digoda dan dimanjakan C.3 KEDEKATAN AFEKSI C.3.1 Keterbukaan dan kenyamanan membahas seks II/55-57; Membahas seks dirasa sangat 130-132 terbuka dan nyaman C.3.2 Komitmen C.3.3 Bebas menjadi diri sendiri III/ 446Keterbukaan membahas seks II/ 223-226 Kenyamanan dan keterbukaan 458 menimbulkan komitmen membahas seks bisa berpasangan menimbulkan kebebasan dalam diri D.4 KONDISI SEPI D.4.1 Loneliness Pasangan II/657-673; Pasangan dianggap mengalami 861-862 kesepian sehingga melakukan obrolan seks E.5 PEMUASAN HASRAT DENGAN EMOSI E.5.1 Bukti rasa sayang I/ 35-38 Permintaan foto bugil yang dilakukan pasangan sebagai bukti rasa sayang