MAKALAH Asuhan Kebidanan Neonatus “Helping Babies Breath” Disusun oleh : Eliana Dosen Pembimbing KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN RPL D3 KEBIDANAN BENGKULU 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya kita dapat mengenalilmu,pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat beserta salamat atas junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan saya mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah mengajari saya ilmu yang sangat banyak,berkat ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Neonatus” dengan judul “ Helping Babies Breath”. Dalam menyusun makalah ini, saya menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah saya selanjutnya. Bengkulu, 15 Mei 2020 Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital. Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan. Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru lahir. B. Rumusan Masalah Bagaimana konsep helping babies breath? C. Tujuan Untuk mengetahui tentang helping babies breath. BAB II PEMBAHASAN A. Helping Baby Breath 1. Prinsip Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan saat melakukan HBB adalah a. Menyiapkan alat kegawat daruratan bayi baru lahir, yaitu: 1) Sungkup sesuai usia anak 2) Memastikan reservoir udara pada ambu bag berfungsi 3) Memastikan balon ambu berfungsi 4) Memastikan penghisap lender berfungsi 5) Memastikan meja resusitasi hangat, aman dan datar b. Penolong pastikan memperhatikan prinsip aseptic yaitu dengan: 1) Mencuci tangan dengan benar (30-40 detik jika menggunakan hands clean-8 langkah dan 40-60 detik jika pada air mengalir-11 langkah) 2) Menggunakan sarung tangan steril, saat pertolongan persalinan secara rangkap. c. Melakukan pertolongan persalinan secara kolaboratif (tidak melakukan seorang diri) d. Persiapan rujukan B. Persiapan Kelahiran Berikut ini merupakan persiapan persalinan : 1. Tentukan penolong persalinan kedua dan menyiapkan kegawatdaruratan 2. Menyiapkan tempat persalinan yang terang, bersih dan hangat 3. Mencuci tangan 4. Menyiapkan tempat ventilasi/resusitasi yang datar, hangat dan aman Catatan: saat menyiapkan tempat ventilasi, lakukan pengecekkan pada alat resusitasi. Pastikan sungku tersedia dan tidak rusak, bagian reservoir udara (Pelepas tekanan) berfungsi, saluran penghubung ambu sungkup berfungsi, dan baon ambu berfungsi dengan baik dan tidak rusak. C. Proses Kelahiran Berikut merupakan proses kelahiran bayi: 1. Keringkan bayi dengan seksama (tanpa kedua pergelangan tangan) 2. Menilai apakah bayi menangis atau tidak, jika: a. Bayi menangis 1) Ganti kain bayi dengan kain bersih dan kering 2) Lepaskan handscoon pertama 3) Klem dan potong tali pusat 4) Lakukan IMD (inisiasi menyusu dini) selama minimal 1 jam 5) Lakukan asuhan dan perawatan bayi baru lahir normal b. Bayi tidak menangis 1) Ganti kain bayi dengan kain bersih dan kering sembari lakukan rangsangan taktil pada punggung bayi→ evaluasi apakah bayi menangis atau tidak, jika tidak 2) Posisikan bayi setengah miring kanan ibu, lakukan penghisapan lender dari mulut lalu hidung→ evaluasi menangis atau tidak, jika tidak 3) Lakukan rangsangan taktil kembali→ evaluasi apakah bayi menangis atau tidak, 4) jika tidak 5) Lepas hadscoon pertama 6) Lakukan pengkleman dan potong tali pusat 7) Bawa bayi menuju meja ventilasi, lakukan ventilasi Catatan: jika pada setiap langkah evaluasi nafas, bayi menangis, maka lakukan langkah ke-4 dan seterusnya pada penanganan bayi menangis. Lakukan penilaian tangisan apakah menangis kuat (nafas teratur), merintih (nafas megap-megap) atau tidak ada reaksi (tidak bernafas) D. Ventilasi Langkah-langkah ventilasi: 1. Posisikan kepala bayi dalam posisi menghidu (setengah ekstensi/ setengah tengadah). Jika tidak yakin dapat menggunkan alas kain setebal 15 cm pada bagian scapula bayi (bahu bagian bawah) 2. Simpan sungkup menutupi hidung dan mulut bayi 3. Lakukan ventilasi percobaan, hingga terlihat tanda ventilasi efektif (udara terpacu masuk paru bayi, ditandai dengan terangkatnya dada bayi) 4. Lakukan ventilasi dengan tekanan 30 mmhg dengan frekwensi mengikuti ritme nafas bayi, yaitu 40-60 kali dalam waktu 60 detik (1 menit). Lakukan penekanan balon ambu sebanyak 40 hingga kurang dari 60 dalam hitungan waktu 1 menit. 5. Lakukan evaluasi nafas, jika: a. Nafas anak normal ditandai dengan bayi menangis kencang, maka lanjutkan menjaga kehangatan, hentikan ventilasi, berikan pada ibu untuk dilakukan IMD b. Nafas anak bertambah namun belum normal (merintih), evaluasi posisi sungkup dan posisi bayi, cek adakah secret penghambat udara, tambah tekanan ventilasi (jika tidak efektif), lanjutkan ventilasi dengan frekwensi berangsur-angsur menurun jumlahnya sesuai dengan peningkatan frekwensi nafas hingga akhirnya ventilasi di hentikan saat bayi bernafas normal dan lakukan observasi serta IMD. c. Masih terlihat bayi kesulitan bernafas, lakukan upaya koreksi posisi sungkup dan posisi bayi, cek adakah secret penghambat udara, tambah tekanan ventilasi (jika tidak efektif), minta bantuan untuk menyiapkan rujukan dan tetap lakukan ventilasi hingga tempat rujukan. Dengan catatan bayi merespon positif upaya ventilasi. 6. Langkah enam, dilakukan untuk bayi pada kondisi 5b dan 5c, yaitu: a. jika bayi dalam keadaan 5b, maka pastikan denyut jantung. Jika denyut jantung >100 dengan nafas belum teratur, lanjutkan ventilasi dengan pengurangan frekwensi hingga bayi menangis. Namun jika frekwensi jantung < 100 dan nafas belum teratur lakukan rujukan dengan tetap melakukan ventilasi b. jika bayi dalam keadaan 5c, maka pastikan denyut jantung bayi > 100 dan tetap lakukan ventilasi hingga tempar rujukan. Namun jika tidak ada respon nafas, dan respon jantung <100 maka prognosis bayi buruk, tetap lakukan upaya resusitasi, namun jika tidak ada respon positif maka resusitasi dapat di hentikan hingga bayi tidak merespon dan siapkan pemberian informasi serta dukungan pada orangtua. Catatan: bayi lahir tanpa adanya gangguan selama kehamilan maupun persalinan, maka pada tindakan awal resusitasi (menghangatkan, rangsang taktil dan isap lendir) sebagian besar bayi merespon positif dan HBB terlaksana 100%. Namun pada keaadaan factor resiko pada kehamilan atau persalinan, maka prognosis akan menurun dan angka tindakan ventilasi meningkat, dengan prognosis sesuai komplikasi yang menyertai.Sehingga perlu diperhatikan adalah: 1) deteksi dini komplikasi dan prognosis dari komplikasi yang menyertai 2) melakukan pertolongan persalinan dalam tim 3) tidak melakukan tindakan diluar kewenangan sebagai tenaga kesehatan (Sesuai dengan peraturan perundanga. Bidan permenkes no. 28 tahun 2017) 4) siapkan rujukan dan hal mendasar yang harus disiapkan sebelum rujukan (tempat, donor, pengantar, asuransi hingga dokumen) 5) lakukan persalinan tanpa intervensi (normal birth/ gentle birth) E. Pasca Ventilasi Bayi pasca ventilasi, membutuhkan observasi pernafasan dan denyut jantung yang ketat. Lakukan obeservasi setiap 30 menit, dan berangsurangsur berikan jeda bertambah untuk waktu beservasi hingga diyakini tidak ada impending complication dan keadaan bayi normal sepenuhnya. Bayi tetap dapat dilakukan IMD, karena konsep skin to skin contact akan meningkatkan kemampuan adaptasi suhu tubuh, serta meningkatkan keberhasilan ASI ekslusif. Jika ventilasi tidak berhasil, dan bayi dilakukan rujukan, maka: 1. Lakukan rujukan bayi Bersama dengan ibu (jangan pisahkan) 2. Perhatikan prinsip-prinsip dalam melakukan kolaborasi dan rujukan 3. Pastikan setiap procedural rujukan dilakukan dengan benar. Jika bayi tidak merespon ventilasi, dan prognosis bayi menuru, maka ventilasi dihentikan dan berikan penjelasan kepada orangtua, tuliskan setiap tindakan yang dilakukan sesuai kronologis yang terjadi, dukung orangtua dan lakukan asuhan pasca kehilangan pada F. Pasca Pertolongan-disinfeksi Alat Seperti halnya alat-alat persalinan lainnya, alat ventilasi pun dilakukan disinfeksi, yaitu: 1. Gunakan sarung tangan rumah tangga 2. Pisahkan sungkup, reservoir udara, balon tekanan pada ambu (lepaskan satu persatu secara perlahan dan hati-hati) 3. Bersihkan menggunakan kassa yang telah diberi larutan clorin 5% (dengan cara mengelap) 4. Bersihkan keseluruhan bagian ambu dengan air sabun dan air mengalir 5. Lakukan sterilisasi (dapat menggunakan sterilisasi kering atau dengan DTT rebus) 6. Simpan pada tempat ambu. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu : 1. Memastikan saluran terbuka. 2. Memulai pernafasan 3. Mempertahankan sirkulasi Langkah-langkah resusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah langkah awal, dan tahap kedua adalah ventilasi. B. Saran Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. DAFTAR PUSTAKA Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan.(2007). Jakarta Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wiknjosastro, 1999.Asfiksia pada bayi baru lahir.