PERILAKU ORGANISASI “KONSISTENSI SIKAP DAN PERILAKU KELOMPOK, TINGKAT KEPUASAN KERJA DAN KINERJA ORGANISASI” Disusun oleh : Sonny Winujaya NIM (1804441005) MANAJEMEN KEUANGAN JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2020 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, Tidak lupa juga kita hanturkan Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, beserta Keluarganya, para shabatnya dan semua ummatnya yang selalu Istiqomah sampai akhir zaman. Karena berkat limpahan dan rahmat-Nya lah penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi. Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang Konsistensi Sikap Dan Perilaku Kelompok, Tingkat Kepuasan Kerja Dan Kinerja Organisasi. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata, penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih sangat Jauh dari kata Sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran dari pembaca sangat di butuhkan guna memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada saat ini agar menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Jakarta, 22 Mei 2020 Penulis (Sonny Winujaya) I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii BAB I .............................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1 1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2 BAB II ............................................................................................................................................ 3 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3 2.1 Pengertian Sikap & Kepuasan Kerja ....................................................................... 3 2.2 Komponen-komponen Pembentuk Sikap................................................................. 6 2.3 Hubungan Antara Sikap & Perilaku ........................................................................ 7 2.4 Mengukur Kepuasan Kerja ....................................................................................... 9 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ........................................... 11 2.6 Ketidak puasan Kerja, Penyebab serta Alasannya ............................................... 14 2.7 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja ...................................................... 15 BAB III......................................................................................................................................... 18 PENUTUP ................................................................................................................................ 18 KESIMPULAN .................................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 19 II BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam sebuah manajemen, pada fungsi organisasi terutama dalam hal pengawasan. Organisasi ini memiliki keperluan untuk memantau para pekerja terhadap sikap & perilakunya, dan Adanya kepuasan atau ketidakpuasan karyawan terhadap pengaruh pekerjaan di tempat kerja di dalam organisasi sangatlah penting. Karena sikap & perilaku adalah komponennya, dengan terdapat penelitian-penelitian yang telah menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi diantara sikap dan perilaku mereka. Setiap orang memiliki sikap masing-masing, diantaranya adalah sikap kerja yang berisi evaluasi positif atau negatif yang dimiliki oleh karyawan tentang aspek-aspek lapangan kerja mereka, ada tiga sikap yaitu, kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan, dan komitmen organisasional. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut. Keterlibatan pekerjaan, mengukur tingkat sampai mana individu secara psikologis memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai bentuk penghargaan diri. Karyawan yang mempunyai tingkat keterlibatan pekerjaan yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli dengan bidang pekerjaan yang mereka lakukan. Tingkat keterlibatan pekerjaan dan pemberian wewenang yang tinggi benar-benar berhubungan dengan kewargaan organisasional dan kinerja pekerjaan. Keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisosial yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa arti sikap & kepuasan kerja? 2. Komponen apa yang diperlukan dalam pembentukan sikap? 1 3. Apa hubungannya antara sikap & perilaku? 4. Faktor apa saja yang menjadi pengukur kepuasan kerja? 5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan kerja? 6. Bagaimana menilai ketidakpuasan kerja & penyebab, serta alasannya? 7. Apa pengaruhnya kepuasan kerja terhadap kinerja? 1.3 Tujuan 1. Memahami apa arti sikap & perilaku. 2. Mengetahui apa saja komponen/indikator yang diperlukan dalam membentuk sebuah sikap. 3. Mengetahui apa hubungannya sikap dengan perilaku. 4. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi tolak ukur kepuasan kerja. 5. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja. 6. Mengetahui bagaimana cara menilai ketidakpuasan kerja, penyebab, dan alasannya. 7. Mengetahui pengaruh antara kepuasan kerja dengan sebuah kinerja. 8. Sebagai pemenuhan tugas mandiri mata kuliah Perilaku Organisasi. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Sikap & Kepuasan Kerja 2.1.1 Terminologi Sikap Sikap atau attitude merupakan salah satu hal yang bisa di nilai dari diri seseorang. Misal: baik buruk nya seseorang dan sebegainya. Jika kita lihat peran sikap ini sangat lah penting dalam kehidupan sosial yang bahkan membuat seseorang rela menghabiskan banyak uang hanya untuk membentuk sikap & kepribadian yang baik melalui sekolah kepribadian. Secara umum, sikap bisa di definisikan sebagai perasaan, pikiran & kecenderungan sikap seseorang yang bersifat permanen untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Dan dengan sikap juga orang-orang atau masyarakat bisa menilai kita itu positif atau pun negative, baik atau buruknya tergantung sikap kita terhadap orang lain, dan sikap juga dinamakan sebagai perilaku. Berikut adalah definisi sikap menurut para ahli: 1. Menurut Sarnoff, “sikap adalah kesediaan untuk bereaksi baik secara negative atau positif terhadaap objek tertentu.” 2. Menurut Notoatmondjo, ”sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup bagi seseorang atau suatu stimulus atau objek” 3. Menurut Louis Thurston, Rensis likert & Charkes Osgood, “sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mendukung atau memihak.” 4. Fishbein & Ajzen, Oskemp, Petty & Cacioppo, “sikap adalah penilaian positif atau negative terhadap siatu subjek.” 5. Menurut LaPierre, ”sikap adalah pola perilaku,tendensi atau kesiapan antisipatif,dan predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social.sikap adalah respon terhada stimulasi social yang telah terkondisikan.” 3 6. Menurut Thurston, “sikap adalah derajat efek positif atau negstif terhadap suatu objek psikologis.” 7. Menurut Kim Ball Young, “Sikap adalah predisposisi mental untuk melakukan suatu tindakan” 8. Menurut Sherif & Sherif, “Sikap adalah keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungan dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu” 2.1.2 Terminologi Kepuasan Kerja Terdapat bermacam-macam pengertian atau batasan tentang kepuasan kerja. Pertama, pengertian yang memandang kepuasan kerja sebagai suatu reksi emosional yang kompleks. Reaksi emosional ini merupakan akibat dari dorongan, keinginan, tuntutan dan harapan-harapan karyawan terhadap pekerjaan yang dihubungkan dengan realitas-realitas yang dirasakan karyawan, sehingga menimbulkan suatu bentuk reaksi emosional yang berwujud perasaan senang, perasaan puas, ataupun perasaan tidak puas. Menurut Robbins & Judge (2010) Kepuasan kerja (Job Satisfaction) dapat didefenisikan ssebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki persaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut. Ketika individu membicarakan sikap karyawan, yang sering dimaksudkan adalah kepuasan kerja. Locke & Kaswan (2012:283) memberikan definisi komprehensif dari kepuasan kerja yang meliputi reaksi atau sikap kognitif, afektif, dan evaluatif dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah “keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik 4 Pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting (Luthans & Kaswan 2012:283). Menurut Handoko Siahaan & Lius Zen (2012:119) Kepuasan kerja (Job Satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Sedangkan menurut Mill & Lius Zen (2012:119) ialah serangkaian sifat lingkungan kerja yang dapat diukur berdasarkan persepsi kolektif dari orang-orang yang hidup dan bekerja di dalam lingkungan tersebut, dan diperlihatkan untuk mempengaruhi motivasi serta perilaku mereka. Locke & Sopiah (2008:170) mengemukakan “Job Satisfaction Is A Pleasurable or Positive Emotional State Resulting from The Appraisal of One’s Job or Job Experience” (kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja). Tiffin & Sutrisno (2015:76) mengemukakan kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dengan sesama karyawan. Siagian (2010:296) mengemukakan bahwa kepuasan kerja tidak selalu menjadi faktor motivasional untuk berprestasi. Karena kepuasan nya tidak terletak pada motivasinya, akan tetapi dapat terletak pada faktor-faktor lain, misalnya pada imbalan yang diperoleh nya. Johnson (2004:233) kepuasan yang rendah atau ketidakpuasan kerja tampaknya merupakan reaksi psikologis terhadap pekerjaan yang merugikan dan banyak studi stres kerja memasukkannya sebagai variabel kriteria. Oleh karena itu, penting untuk memahami apa itu kepuasan kerja dan apa hubungannya dengan stres kerja. Locke & Usman (2011:498) mengatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek pekerjaan tergantung pada selisih (Discreppancy) antara apa yang telah dianggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan. Jumlah yang diinginkan dari karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah minimun yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Seseorang akan terpuaskan jika tidak ada selisih antara kondisi-kondisi yang diinginkan dengan kondisi-kondisi aktual. Sementara Porter & 5 Usman (2011:498) medefinisikan kepuasan sebagai selisih dari banyaknya sesuatu yang seharusnya ada dengan banyaknya apa yang ada. Robbins & Judge (2014:131) memberikan definisi kepuasan kerja sebagai perasaan positif tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi dari karakteristiknya. Pekerjaan memerlukan interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasional, memenuhi standar kinerja, hidup dengan kondisi kerja kurang ideal, dan semacamnya. Dari berbagai pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya kepuasan kerja adalah merupakan tingkat perasaan senang seseorang sebagai penilaian positif terhadap pekerjaannya dan lingkungan tempat pekerjaannya. 2.2 Komponen-komponen Pembentuk Sikap Menurut George J. Mouly (1967) terdapat Tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (Total Attitude) yaitu: A. Kognitif (Cognitive): Aspek Intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. (Segmen opini atau keyakinan dari sikap). B. Afektif (Affective): Merupakan aspek Emosional dari faktor sosio psikologis, di dahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya, aspek ini menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu. (Segmen emosional atau perasaan dari sikap). 6 C. Konatif (Conative): Komponen aspek Volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo,1997). (niat untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu). Ke-3 komponen tersebut sangat berkaitan. Secara khusus, dalam banyak cara antara kesadaran & perasaan tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh: seorang karyawan tidak mendapatkan promosi yang menurutnya pantas ia dapatkan, tetapi yang malah mendapat promosi tersebut adalah rekan kerjanya. Sikap karyawan tersebut terhadap pengawasnya dapat di ilustrasikan sebagai berikut: Opini, (karyawan tersebut berpikir ia pantas mendapat promosi itu), Perasaan (karyawan tersebut tidak menyukai pengawasnya), & Perilaku (karyawan tersebut mencari pekerjaan lain). Jadi, Opini/kesadaran menimbulkan perasaan yang kemudian menghasilkan Perilaku, dan pada kenyataannya komponen-komponen ini berkaitan & sulit untuk dipisahkan. 2.3 Hubungan Antara Sikap & Perilaku Pada umumnya, penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi diantara sikap dengan perilaku mereka. Ini berarti bahwa individu berusaha untuk menetapkan sikap yang berbeda serta meluruskan sikap dan perilaku mereka sehingga mereka terlihat rasional dan konsisten. Ketika terdapat ketidak konsistenan, timbulah dorongan untuk mengembalikan individu tersebut ke keadaan seimbang dimana sikap dan perilaku kembali konsisten. Ini bisa dilakukan dengan dengan cara mengubah sikap maupun perilaku, atau dengan mengembangkan rasionalisasi untuk ketidaksesuaian. 7 Leon Festinger mengemukakan teori ketidak sesuaian kognitif (Cognitive Dissonance). Teori ini berusaha menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Ketidak sesuaian berarti ketidak konsistenan. Ketidak sesuaian kognitif ini merujuk pada ketidak sesuaian yang dirasakan oleh seorang individu antara 2 sikap bahkan lebih, atau antara perilaku & sikap. Dan Festinger berpendapat bahwa “bentuk ketidak konsistenan apapun tidaklah menyenangkan dan karena itu individu akan berusaha untuk mengurangi ketidak sesuaian, dan tentunya ketidak nyamanan tersebut. Oleh karena itu setiap individu akan mencari keadaan yang lebih stabil, dimana hanya ada sedikit ketidak sesuaian dan ketidak nyamanan. Maka dapat dikatakan bahwa tidak ada individu yang bisa sepenuhnya menghindari ketidak sesuaian tersebut. Penelitian yang sebelumnya tentang sikap menganggap bahwa sikap mempunyai hubungan sebab-akibat dengan perilaku; yaitu sikap yang dimiliki individu menentukan apa yang mereka lakukan. Namun pada akhir tahun 1960-an hubungan yang diterima tentang sikap dan perilaku ditentang oleh sebuah tinjauan dari penelitian. Berdasarkan evaluasi sejumlah penelitian yang menyelidiki hubungan sikap-perilaku, peninjau menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan perilaku, atau paling banyak ada hubungan tapi sedikit. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa sikap memprediksi perilaku masa depan secara signifikan dan memperkuat keyakinan semula dari Festinger bahwa hubungan tersebut bisa ditingkatkan dengan memperhitungkan Variable-variabel pengait, yakni: Pentingnya sikap, Kekhususannya, Aksesibilitasnya, Apakah ada tekanan-tekanan sosial, dan Apakah seseorang mempunyai pengalaman langsung dengan sikap tersebut. Sikap yang penting adalah sikap yang mencerminkan nilai-nilai fundamental, minat diri, atau identifikasi dengan individu atau kelompok yang dihargai oleh seseorang. Sikap-sikap yang dianggap penting oleh individu cenderung menunjukkan yang kuat dengan perilaku. Semakin khusus sikap tersebut maka semakin khusus perilaku tersebut, dan semakin kuat pula hubungan antara keduanya. Sikap yang mudah di ingat cenderung lebih bisa digunakan untuk memprediksi perilaku bila dibandingkan sikap yang tidak bisa diakses dalam ingatan. Ketidak 8 sesuaian antara sikap dan perilaku kemungkinan besar muncul ketika tekanan sosial untuk berperilaku dalam cara-cara tertentu memiliki kekuatan yang luar biasa. Kesimpulannya: hubungan sikap-perilaku mungkin sekali menjadi jauh lebih kuat apabila sebuah sikap merujuk pada sesuatu, dimana individu tersebut mempunyai pengalaman pribadi secara Sikap Komitmen Organisasional (Organizational Commitment), yaitu suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Jadi keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu, Sementara Komitmen Organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. 2.4 Mengukur Kepuasan Kerja Pengukuran kepuasan kerja dapat dilakukan berbagai cara, baik dari segi Analiss Statistik maupun Pengumpulan Data. Dalam semua kasus, kepuasan kerja di ukur dengan kuesioner laporan diri yang di isi oleh karyawan. Pengukuran kepuasan kerja dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, yaitu kepuasan kerja dilihat sebagai konsep global, kepuasan kerja dilihat sebagai konsep permukaan, dan kepuasan kerja dilihat sebagai fungsi kebutuhan yang terpenuhkan. 1. Pengukuran kepuasan kerja di lihat sebagai konsep global. Konsep ini merupakan konsep satu dimensi, semacam ringkasan psikologi dari semua aspek pekerjaan yang disukai atau tidak disukai dari satu jabatan. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan kuessioner satu pertanyaan (Soal). Cara ini memiliki sejumlah kelebihan, diantaranya tidak ada biaya pengembangan dan dapat dimengerti oleh responden. Selain itu, cara ini cepat, mudah diadministrasikan, dan diberi nilai. Satu pertanyaan menyediakan ruang yang cukup banyak bagi penafsiran pribadi dari pertanyaan yang diajukan. Responden akan menjawab berdasarkan gaji, sifat pekerjaan, iklim sosial organisasi, dan sebaginya. 9 2. Pengukuran kepuasan kerja di lihat sebagai konsep permukaan. Konsep ini menggunakan konsep Facet (Permukaan) atau komponen, yang menganggap bahwa kepuasan karyawan dengan berbagai aspek situasi kerja yang berbeda itu bervariasi secara bebas dan harus diukur secara terpisah. Diantara konsep facet yang dapat diperiksa adalah beban kerja, keamanan kerja, kompetensi, kondisi kerja, status, dan prestise kerja. Kecocokan rekan kerja, kebijaksanaan penilaian perusahaan, praktik manajemen, hubungan atasan- bawahan, otonomi dan tanggung jawab jabatan, kesempatan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan, serta kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan. 3. Pengukuran kepuasan kerja di lihat sebagai kebutuhan yang terpenuhkan. Konsep ini merupakan suatu pendekatan terhadap pengukuran kepuasan kerja yang tidak menggunakan asumsi bahwa semua orang memiliki perasaan yang sama mengenai aspek tertentu dari situasi kerja. Pendekatan ini dikembangakan oleh Porter & Umam (2010:193). Dia mengajukan kuesioner yang didasarkan pada pendekatan teori kebutuhan akan kepuasan kerja. Kuesioner ini terdiri atas lima belas pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan akan rasa aman, penghargaan otonomi, sosial, dan aktualsasi diri. Namun Menurut Robbins & Kaswan (2012:288) Terdapat 3 cara dalam mengukur kepuasan kerja, yaitu: 1. Rating Scale yaitu suatu instrumen atau alat pengukur kepuasan kerja yang dirancang demikian rupa yang di dalamnya memuat secara rinci unsur-unsur yang terkategorikan dalam unsur kepuasan dan unsur ketidakpuasan. 2. Critical Incidents yaitu Dalam penelitiannya tersebut dia mengajukan pertanyaan kepada para karyawan tentang faktor-faktor apa yang saja yang membuat mereka puas dan tidak puas. 3. Interview yaitu Untuk mengukur kepuasan kerja dengan menggunakan wawancara yang dilakukan terhadap para karyawan secara individu. Dengan metode ini dapat diketahui secara mendalam mengenai bagaimana sikap karyawan terhadap berbagai aspek pekerjaan. 10 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut Ghiselli & Brown, ada 5 Faktor Kepuasan Kerja yaitu: 1. Kedudukan/Posisi. Umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaan lah yang mempengaruhi kepuasan kerja. 2. Pangkat/Golongan. Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (Golongan), sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat & kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku & perasaannya. 3. Usia. Penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur di antara 25 s/d 34 tahun & umur 40 s/d 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan. 4. Jaminan Finansial & Jaminan Sosial. Masalah finansial & jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Masalah Finansial secara langsung mengacu pada Gaji, Upah, Intensif, Bonus, dan Komisi serta Masalah yang berhubungan dengan sosial karyawan yaitu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam bekerja selama didalam atau diluar lingkup perusahaan. 11 5. Mutu Pengawasan. Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya untuk menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat di tingkatkan melalui perhatian & hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (Sense of Belonging). Sedangkan menurut (Levi,2002) terdapat 5 aspek dalam kepuasan kerja, yaitu: 1. Pekerjaan itu sendiri (Work It Self), Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja. 2. Atasan (Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya. 3. Teman Sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya. 4. Promosi (Promotion), Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja. 5. Gaji/Upah (Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak. Adapun Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja, diantaranya: 1. Kerja yang Secara Mental Menantang. Kebanyakan Karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi & perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan. 12 2. Ganjaran yang Pantas. Para karyawan menginginkan sistem upah & kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih di inginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (Fair and Just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka. 3. Kondisi Kerja yang Mendukung. Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (Suhu), Cahaya, Kebisingan, dan Faktor lingkungan lain seharusnya Tidak Esktrem (terlalu banyak atau sedikit). 4. Rekan Kerja yang Mendukung. Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekadar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. 5. Kesesuaian Kepribadian Dengan Pekerjaan. Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya Kongruen (Sama & Sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mengetahui bahwa mereka mempunyai bakat & 13 kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka tersebut. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena kesuksesan ini, mempunyai peluang yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang lebih tinggi dari pekerjaan yang mereka bayangkan. 2.6 Ketidak puasan Kerja, Penyebab serta Alasannya Penyebab ketidak puasan bisa karena faktor gaji, rekan dalam bekerja & kondisi fisik kerja. Pertama, gaji yang rendah misalnya, dapat menurunkan semangat dan motivasi kerja karyawan karena gaji merupakan tujuan pokok dari mayoritas individu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kedua, rekan kerja yang kurang nyaman dapat mengurangi prestasi & ketidak nyamanan kerja. Misalnya saja rekan kerja yang tidak bersahabat & selalu mengganggu pekerjaan orang lain dapat membuat karyawan itu menjadi malas bekerja. Ketiga, kondisi kerja yang tidak nyaman dapat membuat suasana menjadi buruk misalnya saja ruangan yang sempit, cahaya yang tidak bagus, dan panas. Untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan menciptakan suasana kerja yang baik dengan membangun komunikasi yang bersahabat dengan rekan kerja yang lain karena sikap sosial itu sangat penting, memberikan gaji yang sesuai dengan hasil pekerjaan yang diberikan, ruangan dalam bekerja harus lah membuat karyawan nyaman & indah untuk di jadikan tempat bekerja (misalnya ruangan yang pencahayaan nya cukup, bersih, wangi & luas). Karena masalah-masalah yang dihadapi karyawan pada dasarnya lebih disebabkan faktor Eksternal maka pendekatannya adalah pada sistem manajemen. Untuk itu yang dapat dilakukan perusahaan antara lain dengan dengan pendekatan-pendekatan umum, seperti: 1. Mengadakan Pengkajian mendalam apa saja faktor-faktor eksternal karyawan yang memengaruhi kepuasan kerja, motivasi kerja, dan kinerja. 14 2. Melakukan kajian kekuatan dan kelemahan perusahaan dilihat dari penerapan sistem manajemen sumberdaya manusia kaitannya dengan strategi bisnis termasuk dalam hal analisis pekerjaan dan beban kerja karyawan. 3. Melakukan perbaikan fungsi-fungsi SDM mulai dari fungsi rekrutmen dan seleksi karyawan, program orientasi, manajemen pelatihan dan pengembangan, penempatan karyawan, manajemen kompensasi, dan manajemen karir. 4. Mengefektifkan keterkaitan strategi bisnis secara sinergis dengan strategi-strategi lainnya seperti strategi SDM, strategi finansial, strategi produksi, strategi pemasaran, dan strategi informasi sebagai suatu kesatuan yang utuh. 5. Melakukan reposisi gaya kepemimpinan yang dinilai tepat diterapkan di perusahaan. 2.7 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Meskipun hanya merupakan salah satu faktor dari banyak faktor berpengaruh lainnya, kepuasan kerja juga mempengaruhi tingkat kinerja karyawan. Dengan kepuasan kerja yang diperoleh. Di harapkan kinerja karyawan yang tinggi dapat dicapai para karyawan. Tanpa adanya kepuasan kerja, karyawan akan bekerja tidak seperti apa yang diharapkan oleh perusahaan, maka akibatnya kinerja karyawan menjadi rendah, sehingga tujuan perusahaan secara maksimal tidak akan tercapai. Sehingga dapat diketahui bahwa tidak hanya kemampuan karyawan saja yang diperlukan dalam bekerja tetapi juga motivasi dalam bekerjapun sangat mempengaruhi karyawan untuk kinerjanya lebih baik. Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh para manajer / atasan untuk memotivasi karyawannya adalah dengan menciptakan kepuasan dalam bekerja agar tercapainya kinerja karyawan didalam perusahaan tersebut meskipun disadari bahwa hal itu tidak mudah. Kepuasan kerja merupakan sikap positif yang menyangkut penyesuaian karyawan terhadap faktorfaktor yang, mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kerja, meliputi: 15 1. Faktor Kepuasan Finansial. yaitu terpenuhinya keinginan karyawan terhadap kebutuhan finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga kepuasan kerja bagi karyawan dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; system dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta promosi (Moh. As’ad,1987: 118). 2. Faktor Kepuasan Fisik. yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan. Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan/suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur (Moh. As’ad,1987:117). 3. Faktor Kepuasan Sosial. yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. Hal ini meliputi; rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta pengarahan dan perintah yang wajar (Drs.Heidjrachman & Drs. Suad Husnan.1986: 194-195). 4. Faktor Kepuasan Psikologi. yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan. Hal ini meliputi; minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan (Moh.As’ad,1987: 11.7). Dari definisi faktor-faktor di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja yang memiliki peran yang penting bagi perusahaan dalam memilih & menempatkan karyawan dalam pekerjaannya & sebagai partner usahanya agar tidak terjadi halhal yang tidak di inginkan atau sepantasnya dilakukan. Secara teoretikal berbagai metode & teknik mempunyai sasaran yang sama, yaitu menilai prestasi kerja para karyawan secara Obyektif untuk suatu kurun waktu tertentu di masa lalu yang hasilnya bermanfaat bagi organisasi atau perusahaan, seperti untuk kepentingan mutasi pegawai maupun bagi pegawai yang bersangkutan sendiri dalam rangka pengembangan karirnya. Untuk 16 mencapai kedua sasaran tersebut maka di gunakanlah berbagai metode pengukuran kinerja karyawan. Menurut Heidjrachman Ranupandojo & Suad Husnan dalam bukunya “Manajemen Personalia” (1984:122-127) yang saat ini dikenal dan digunakan adalah: 1. Rangking, adalah dengan cara membandingkan karyawan yang satu dengan karyawan yang lain untuk menentukan siapa yang lebih baik. 2. Grading, adalah suatu cara pengukuran kinerja karyawan dari tiap karyawan yang kemudian diperbandingkan dengan definisi masing-masing kategori untuk dimasukkan kedalam salah satu kategori yang telah ditentukan. 3. Checklists, adalah metode penilaian yang bukan sebagai penilai karyawan tetapi hanya sekedar melaporkan tingkah laku karyawan. 17 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Sikap di definisikan sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespon dengan cara menyenangkan ata tidak menyenangkan secara konsisten berkenaan dengan objek tertentu. Apabila kita mempunyai sikap positif tentang pekerjaan kita, maka kita akan bekerja lebih lama dan lebih keras. Sikap mendorong kita untuk bertindak dengan cara spesifik dalam konteks spesifik. Artinya, sikap memengaruhi perilaku pada berbagai tingkat yang berbeda. Berbeda dengan nilai-nilai yang menunjukkan keyakinan menyeluruh bahwa memengaruhi perilaku disemua situasi. Dan Faktor-faktor yang memberikan kepuasan adalah: 1. Faktor Indivdual, Meliputi: Umur, Kesehatan, Watak, & Harapan. 2. Faktor Sosial, Meliputi: Hubungan Kekeluargaan, Pandangan Pekerja, Kebebasan Berpolitik, & Hubungan Kemasyarakatan. 3. Faktor Utama Dalam Pekerjaan, Meliputi: Upah, Pengawasan, Ketentraman Kerja, Kondisi Kerja, & Kesempatan Untuk Maju. Selain itu, juga Penghargaan terhadap Kecakapan, Hubungan Sosial di dalam Pekerjaan, Ketepatan dalam Menyelesaikan Konflik antar Manusia, Perasaan di perlakukan Adil, Baik yang Menyangkut Pribadi maupun Tugas. Oleh karena itu Seorang manajer haruslah tertarik pada sikap para karyawannya, karena sikap tersebut akan memberikan peringatan-peringatan akan masalah potensial & berpengaruh terhadap perilaku mereka. Karena hadirnya manajer yang antusias terhadap sikap, perilaku, kinerja, dan kepuasan kerja karyawan, maka dengan itu para karyawan pun juga akan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik lagi. 18 DAFTAR PUSTAKA Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Wicker, A. W. 1957. A Theory of Cognitive Dissonance, Stanford: Stanford University Press, Lumbantoruan, Magdalena. 1992. Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka. Wibowo. 2015. Perilaku dalam organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. Pangarso, A. 2016. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Depulish. https://id.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/05/sikap-dan-kepuasan-kerja.html 19