RISK MANAGEMENT Diah Kirana Astuti (55118120137) Syintia Bahraini (55118120036) OBJEK PENELITIAN Objek pada penelitian yang dipilih oleh narasumber sebagai pembahasan pada tugas kali ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015 – 2019. Fenomena GAP Nilai Price to Book Value (PBV) dari sub sektor makanan dan minuman berfluktuatif, bahkan mulai dari tahun 2017 hingga tahun 2019 terus menerus menurun Perusahaan makanan dan minuman yang merupakan salah satu bagian dari industri barang konsumsi, menjadi salah satu sub sektor usaha yang terus mengalami pertumbuhan Nilai Price to Book Value (PBV) disetiap industri selalu berfluktuatif dari tahun ke tahun, tetapi setelah dirata-ratakan, nilai Price to Book Value (PBV) tertinggi terdapat pada industri barang konsumsi. Nilai perusahaan memiliki peranan yang penting, baik dari sudut pandang perusahaan maupun dari sudut pandang para investor atau pemegang saham. nilai perusahaan yang dapat diproksikan dengan Price to Book Value (PBV). Nilai PBV Sub Sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI No. Peneliti dan Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 Anton (2018) Handayani (2017) Iswajuni, dkk (2018) Tahir & Razali (2011) Siregar & Safitri (2019) Mariani & Suryani (2018) Agustina & Baroroh (2016) Ardianto & Rivandi(2018) ERM ROA TATO Tidak Sig Tidak Sig Tidak Sig (+) Sig (+) Sig (+) Sig Tidak Sig (-) Sig (+) Sig Tidak Sig Tidak Sig (+) Sig Tidak Sig Tidak Sig DER SIZE (+) Sig (+) Sig (-) Sig Rumusan Masalah 1 Apakah Enterprise Risk Management (ERM) berpengaruh terhadap nilai perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 2 Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap nilai perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 3 Apakah Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh terhadap nilai perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 4 Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap nilai perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 5 Apakah Ukuran perusahaan / Firm Size berpengaruh terhadap nilai perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Kerangka Pemikiran ERM ROA TATO DER SIZE Nilai Perusahaan HIPOTESIS Hipotesis 1 ERM dalam suatu perusahaan memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas perusahaan. ERM yang tinggi menggambarkan adanya tata kelola risiko perusahaan yang baik, termasuk juga memastikan pengendalian internal perusahaan masih tetap terjaga. ERM disclosure yang berkualitas tinggi pada suatu perusahaan memberikan dampak positif terhadap persepsi pelaku pasar (Baxter dkk., 2013). Persepsi positif pada investor atas perusahaan tentu akan mendorong mereka memberikan harga yang tinggi pada perusahaan sehingga nilai perusahaan akan menjadi tinggi. Perumusan hipotesis berdasarkan pada pemaparan tersebut adalah sebagai berikut: H1: ERM berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan. Hipotesis 2 Profitabilitas penting bagi perusahaan, karena kenaikan laba dapat mempengaruhi kenaikan harga pasar. Di sisi lain, jika perusahaan menunjukkan pengembalian yang baik, ini akan menarik lebih banyak investasi. Naccur dan Goaied (2002) mengemukakan, faktor profitabilitas adalah salah satu faktor yang menciptakan nilai masa depan untuk menarik investor baru. Menurut Varaiya et. Al., (1987) ketika perusahaan menunjukkan laba yang menguntungkan, itu menciptakan nilai bagi pemegang saham. Perumusan hipotesis berdasarkan pada pemaparan tersebut adalah sebagai berikut: H2: ROA berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan. Hipotesis 3 Nilai Total Asset Turn Over (TATO) dapat menunjukkan seberapa cepat perputaran aset dalam menunjang penjualan. Perputaran aset yang cepat dalam kurun waktu tertentu merupakan sinyal positif bagi investor, karena mencerminkan efektifitas perusahaan dalam mengelola aset. Hal ini juga akan berdampak pada peningkatan profitabilitas dari perusahaan. Saat profitabilitas naik akan mengindikasikan bahwa tingkat pengembalian meningkat dan akan memicu investor menanamkan modalnya. Saat permintaan saham meningkat, harga saham akan turut meningkat dan nilai perusahaan pun akan ikut meningkat. Perumusan hipotesis berdasarkan pada pemaparan tersebut adalah sebagai berikut: H3: TATO berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan. Hipotesis 4 Adita & Mawardi (2018) menyatakan bahwa penggunaan hutang yang tepat akan dapat menjadi keuntungan bagi perusahaan selama biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan hutang lebih kecil dari pada biaya modal sendiri. Rutin, dkk (2019) juga menyatakan bahwa peningkatan nilai Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan dapat memberikan sinyal positif bagi para investor, dengan asumsi bahwa aliran kas yang dimiliki perusahaan dimasa yang akan datang akan terus terjaga. Perumusan hipotesis berdasarkan pada pemaparan tersebut adalah sebagai berikut: H4: DER berpengruh positif terhadap Nilai Perusahaan. Hipotesis 5 Menurut Masrifa (2016) semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin cepat perputaran aktiva perusahaan (perusahaan semakin efektif dalam menghasilkan laba dari penggunaan aktivanya) sehingga penjualan bersih akan semakin meningkat dan pendapatan yang diperoleh perusahaan pun akan turut meningkat. Hal tersebut lah yang akan menjadi sinyal positif bagi para investor bahwa semakin baik kinerja perusahaan maka akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi dan pada akhirnya nilai perusahaan juga akan meningkat. Perumusan hipotesis berdasarkan pada pemaparan tersebut adalah sebagai berikut: H5: SIZE berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan. Definisi Operasional Variabel Price to Book Value (PBV) Menurut Sugiono & Untung (2016) Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang dapat menggambarkan seberapa besarkah nilai buku saham suatu perusahaan dihargai. Rumus: PBV = Harga Pasar Saham Nilai Buku dari Saham Nilai buku dari saham (Book Value) dapat dihitung dengan membandingkan total ekuitas dengan jumlah lembar saham saham. Rumus BV = Total Ekuitas Jumlah Lembar Saham ERM disclosure ERM disclosure adalah tingkat pengungkapan pengelolaan risiko-risiko perusahaan, dan diproksikan dengan menggunakan indeks ERM disclosure. Dimensi ERM disclosure menurut Desender (2007) yaitu: (1) lingkungan internal, (2) penetapan tujuan, (3) identifikasi kejadian, (4) penilaian risiko, (5) respon atas risiko, (6) kegiatan pengawasan, (7) informasi dan komunikasi, dan (8) pemantauan yang dijabarkan menjadi 108 item. Perhitungan untuk mencari angka indeks ditentukan dengan formulasi sebagai berikut (Puspitasari, 2017): ∑ ࡰ࢚ࢋ ERMD= ∑ ࡰ࢚ࢋ Keterangan: ERMDI : ERM Disclosure Index ∑ij Ditem : Total Skor Item ERM yang Diungkapkan Return on Asset (ROA) Menurut Kasmir (2008), ROA merupan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Sedangkan menurut Sutrisno (2008), return on asset atau yang sering disebut rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Laba Bersih ROA= Total Aset Total Asset Turn Over (TATO) Total Asset Turn Over (TATO) merupakan rasio yang dapat menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam mengelola seluruh asset atau investasi dari perusahaan untuk menghasilkan suatu penjualan, atau dapat juga dikatakan bahwa rasio ini dapat memperlihatkan seberapa efektif dan efisien nya perusahaan dalam memutar atau memanajemen aset nya dalam penjualan. Total Asset Turn Over (TATO) dapat dihitung dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset (Sugiono & Untung, 2016). Rumus: Penjualan Bersih TATO= Total Aset Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Sugiono & Untung (2016) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan antara total hutang dan total modal. Menurut Fajaria & Isnalita (2018) Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan sejauh mana pemilik modal menutupi hutang kepada pihak luar. Untuk keamanan terbaik pihak luar sebaiknya total rasio modal lebih besar dari atau setidaknya sama dengan jumlah hutang yang sama. Tetapi bagi para pemegang saham atau pihak manajemen, rasio ini justru nilainya seharusnya besar. Rumus perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai berikut: Total Kewajiban DER= Total Modal Ukuran Perusahaan (Firm Size) Menurut Riyanto (2010) ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan ataupun hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan. Putu, dkk (2014) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai penilaian seberapa besar atau kecil suatu perusahaan yang diwakili oleh aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aset. Rini (2018) juga menyatakan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan ditentukan oleh total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan (Firm Size) dapat dihitung dengan logaritma natural dari total aset. Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aset) Teori Relevan Signaling Theory Indriawati (2018) menyatakan bahwa asumsi yang mendasari teori pensinyalan (signaling theory) adalah adanya asimetri informasi (asymmetric information) antara manajer dan pihak luar yang membutuhkan informasi terkait perusahaan. Mogdiliani dan Miller dalam Brigham & Houston (2013) mengasumsikan bahwa investor dan manajer memiliki informasi yang sama mengenai prospek perusahaan yang disebut dengan informasi simetris (symmetric information). Tetapi kenyataanya adalah sebaliknya, justru manajer memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan investor, inilah yang disebut dengan informasi asimetris (asymmetric information) dimana hal inilah yang mendasari teori pensinyalan (signaling theory). Alivia (2013) juga menyatakan bahwa teori pensinyalan (signaling theory) merupakan penyelesaian dari asimetri Agency Theory Jensen dan Meckling dalam Brigham & Houston (2013) mengungkapkan bahwa teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajer) dan principal (pemegang saham). Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Pihak manajemen diharapkan agar bertindak dan mengambil keputusan untuk kepentingan pemegang saham. Namun, dalam praktiknya sering terjadi konflik antara pihak manajemen dengan pemegang saham yang disebut dengan agency conflict. Di satu sisi, pemegang saham ingin agar manajer bekerja untuk mensejahterakan pemegang saham namun manajer perusahaan bisa saja bertindak sebaliknya. Atau, pada satu sisi pemilik ingin manajer bekerja keras untuk memaksimalkan utilitas pemilik, tetapi di sisi lain manajer juga cenderung berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri. Kesimpulan Dari 4 jurnal yang Bapak Bambang berikan, 3 jurnal menyatakan bahwa ERM tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Begitu pula jurnal dari narasumber, 3 jurnal dari narasumber juga menyatakan bahwa ERM tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan hanya 1 jurnal yang menyatakan bahwa ERM berpengaruh (positif) terhadap nilai perusahaan. Alasan-alasan tidak berpengaruhnya ERM yang terhadap nilai perusahaan yang dikemukakan pada jurnal-jurnal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. • Menurut Agustina & Baroroh (2016) yang meneliti dengan objek penelitian perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, Implementasi ERM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini dikarenakan implementasi yang dilakukan cenderung memenuhi kewajiban hanya pada peraturan BI saja. Selain itu, pihak eksternal tidak lebih fokus pada pelaporan kualitatif sehingga akan lebih sulit untuk membandingkan satu sama lain. • Menurut Anton (2018) yang meneliti dengan objek penelitian perusahaan Non-Finansial Rumania, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ERM tidak mempengaruhi nilai perusahaan secara signifikan. Semakin banyak perusahaan Rumania yang telah mengimplementasikan atau sedang mempertimbangkan adopsi program ERM. Dalam literatur yang masih ada berfokus pada pasar negara berkembang, tidak ada banyak bukti empiris tentang apakah dan bagaimana program tersebut mempengaruhi nilai perusahaan. Selain itu, sebagian besar studi empiris selalu menyangkut industri keuangan, khususnya industri asuransi. Alasan utama di balik kurangnya penelitian tentang nilai ERM adalah bahwa perusahaan tidak harus melaporkan informasi tentang adopsi kerangka ERM. Juga, kurangnya proksi yang efektif untuk adopsi ERM menghambat evolusi penelitian tentang hubungan antara ERM dan nilai perusahaan. • Menurut Ardianto & Rivandi (2018) yang meneliti dengan objek penelitian perusahaan bayang terdaftar di BEI, menyatakan bahwa ERM tidak berdampak terhadap nilai perusahaan. Investor tidak melihat informasi tentang manajemen resiko dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi. Kebijakan investor dalam mengambil keputusan mungkin melihat informasi yang lain selain tentang resiko manajemen, maka ERM tidak ada hubungan dalam meningkatkan atau menurunkan nilai perusahaan. • Menurut Mariani & Suryani (2018) yang meneliti dengan objek penelitian industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI, menyatakan bahwa Enterprise Risk Management tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat diartikan bahwa investor belum menilai penanganan risiko yang dilakukan perusahaan sebagai suatu hal penting yang dapat dipertimbangkan untuk melakukan penilaian terhadap suatu • Menurut siregar & safitri (2019) yang meneliti dengan objek penelitian perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI, menyatakan bahwa ERM bukanlah variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan. Investor dalam mengambil keputusan dalam melakukan investasi terhadap perusahaan setelah mendapat informasi yang telah diberikan perusahaan tidak menggunakan informasi ERM sebagai pertimbangan utama dalam berinvestasi, mungkin informasi yang diluar Enterprise risk management disclosure yang menarik stakeholder dalam berinvestasi, maka ERM tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan atau penurunan nilai perusahaan. Seharusnya ERM memiliki peran yang penting untuk menjaga stabilitas perusahaan, tetapi kenyataannya pertimbangan investor dalam melakukan investasi kurang mengapresiasi penerapan ERM suatu perusahaan, investor cenderung lebih mempertimbangkan faktor lain. ERM adalah informasi non keuangan yang mampu menjadi sinyal bagi investor terkait dengan keamanan modal yang diinvestasikan, tetapi kenyataannya pada penelitian ini penerapan ERM tidak mampu meningkatkan nilai Pendapat narasumber terkait pengaruh ERM terhadap Nilai Perusahaan Narasumber berpendapat bahwa ERM masih tetap perlu diperhitungkan dan masih dapat menjadi pilihan variabel untuk dijadikan salah satu variabel bebas untuk meneliti pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Alasannya adalah pedapat nerasumber sejalan dengan penelitian Handayani (2017) yang menyatakan bahwa ERMmemiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Serta narasumber juga setuju denga paparan pada jurnal Iswajuni, dkk (2018) yang menyatakan bahwa ERM mendukung penciptaan nilai perusahaan dengan memfasilitasi manajemen untuk menghadapi semua jenis risiko yang disebabkan oleh ketidakpastian dengan mengintegrasikan semua jenis risiko menggunakan alat dan teknik yang terintegrasi, sehingga semua jenis risiko termasuk risiko kegagalan dapat dikelola dan diminimalkan. Lanjutan… Adanya manajemen risiko yang lebih baik dengan penerapan ERM di suatu perusahaan juga menentukan tingkat kepercayaan investor. Implementasi ERM yang dapat mengurangi risiko kegagalan perusahaan bisa dipandang sebagai hal yang positif dan dianggap memiliki prospek yang baik oleh investor sehingga dapat dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi. Pertimbangannya adalah karena adanya ERM, karena perusahaan mampu meminimalkan dan mengelola risiko, termasuk risiko kegagalan sehingga investor akan cenderung lebih percaya diri untuk melakukan investasi. Respons positif dari investor akan meningkatkan permintaan untuk saham yang akan diikuti oleh peningkatan nilai perusahaan. ERM bertujuan untuk menciptakan mekanisme di dalam organisasi sehingga risiko yang merugikan dapat diantisipasi dan dikelola untuk tujuan Lanjutan… Implementasi ERM dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan terkait dengan aktivitas yang harus dilakukan untuk menjalankan aktivitas bisnis. Akurasi dalam pengambilan keputusan diperlukan agar kegagalan dalam pengambilan keputusan tidak terjadi, karena kegagalan dalam pengambilan keputusan dapat mengurangi nilai perusahaan. Hoyt dan Liebenberg (2011) berpendapat bahwa dengan mengintegrasikan pengambilan keputusan di semua kelas risiko, perusahaan dapat menghindari duplikasi pengeluaran manajemen risiko. Pagach dan Warr (2010) juga berpendapat bahwa ERM dapat menciptakan nilai jika dapat membantu perusahaan menghindari kesulitan keuangan terkait biaya, sehingga perusahaan dapat mencapai profitabilitas yang tinggi dan tujuan menciptakan nilai Terima Kasih!