“Upaya Manajemen Risiko untuk Menambah Nilai suatu Perusahaan” oleh Nirmala Permatasari B1C117189 1. Pendahuluan Peningkatan investasi merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman resesi global yang dapat menurunkan seluruh aktivitas ekonomi sepeti lapangan pekerjaan, investasi dan keuantungan perusahaan. Untuk itu deperlukannya pemangkasan regulasi serta kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diharapkan mampu meningkatkan investasi Indonesia. Apalagi Indonesia berpotensi terkena imbas resesi, sehingga persoalan tersebut perlu ditanggapi dengan serius. Dalam hal ini perlambatan ekonomi global mulai dirasakan negara-negara besar di dunia. Sehingga, investor tak hanya perlu diundang, namun juga memberikan daya tarik yang kondusif untuk menanamkan modalnya. Indonesia dinilai berisiko, rumit, tak kompetitif dan regulasi Indonesia dirasa menghambat adanya investasi. Indonesia juga negara yang menjanjikan dari perspektif ekonomi makro. Tetapi negara ini juga memiliki lebih banyak risiko dibandingkan berinvestasi di negara yang maju. Hal tersebut disebabkan oleh dinamika politik, sosial dan budaya yang terjadi di negara ini. Bagian ini bertujuan untuk menyediakan wawasan yang menyangkut hambatan untuk investasi di Indonesia dan berharap akan membantu untuk memahami Indonesia dengan lebih baik, sehingga mengurangi kemungkinan akan kegagalan investasi yang dilansir dari (katadata.ci.id12/10/19). Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Triwulan I (periode Januari – Maret) Tahun 2019, dengan total investasi mencapai Rp 195,1 triliun, naik 5,3% dibanding periode yang sama tahun 2018 , yaitu sebesar Rp 185,3 triliun. Nilai investasi selama Triwulan I Tahun 2019 untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 87,2 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 107,9 triliun. Selama periode Triwulan I Tahun 2019, tenaga kerja yang terserap adalah sebanyak 235.401 tenaga kerja Indonesia. Hal ini juga terbukti dari aliran modal asing yang kembali tercatat beli bersih (net buy) setelah pemilu berlangsung. Berdasarkan data yang diterima, jumlah aliran dana asing ke dalam negeri hingga Juli 2019 sebesar Rp150 triliun. Dari sektornya paling banyak masih infrastruktur, seperti transportasi, telekomunikasi pembangkit listrik, dan konstruksi yang dilansir (antaranews.com 07/06/19). Dalam hal ini nilai perusahaan menunjukkan tingkat kemakmuran pemegang saham pada nilai investasi untuk tujuan suatu perusahaan dalam memaksimalkan tujuannya. Dengan demikian pihak manajemen memiliki peran besar dalam pengelolaan dan peningkatan nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari keputusan keuangan yang meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden. Tentunya pihak manajemen harus berhati hati atas keputusan yang diambil guna untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Salah satunya, pandangan nilai perusahaan bagi pihak kreditur. Bagi pihak kreditur nilai perusahaan berkaitan dengan likuiditas perusahaan, yaitu perusahaan dinilai mampu atau tidaknya mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur. Apabila nilai perusahaan tersirat tidak baik, maka investor akan menilai perusahaan dengan rendah. Maka dari itu untuk mengetahui lebih dalam mengenai nilai suatu perusahaan penulis membuat artikel yang berjudul Upaya Manajemen Risiko untuk Menambah Nilai Suatu Perusahaan”. Adapun masalah yang akan dibahas dalam arikel ini ialah bagaimana cara perusahaan mempertahankan tingkat investasi yang tinggi dengan tujuan untuk mempertahankan nilai perusahaan. 2. Tinjauan Teoritis Andono (2013) risiko merupakan unsur yang melekat dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan dan termasuk dalam aktivitas bisnis. Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission)2004, manajemen risiko adalah sebuah proses yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen dan personil lainnya, diterapkan dalam penetapan strategi dan di seluruh perusahaan, yang dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas, dan mengelola risiko, untuk memberikan keyakinan memadai, tentang pencapaian tujuan entitas.Secara umum tujuan manajemen risiko meliputi sebagi berikut : 1. Untuk melindungi perusahaan yang dapat menghambat tujuan perusahaan. 2. Membantu pembuatan keragka kerja atas risiko dan divisi yang ada. 3. Mendorong manajemen agar proaktif dalam dalam mengurangi potensi terjadiya risiko serta menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keuanggulan bersaing dan kinerja perusahaan. 4. Sebagai peringatan untuk berhati hati. Jenis- jenis manajemen risiko yaitu manajemen risiko operasional, manajemen hazard, manajemen risiko finansial, dan manajemen risiko strategi yang dilansir (maxmanroe.com12/10/19). Ada beberapa komponen dan proses dalam manajemen risiko menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) komponen tersebut adalah: 1. Lingkungan Internal (Internal Environment) 2. Penentuan Sasaran (Objective Setting) 3. Identifikasi Peristiwa (Event Identification) 4. Penilaian Risiko (Risk Assessment) 5. Tanggapan Risiko (Risk Response) 6. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) 7. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) 8. Pemantauan (Monitoring) Jorion (2005), menyatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari aset atau kewajiban dari bunga. Oleh karena itu, para investor dipasar modal harus dapat menyadari sungguh-sungguh bahwa secara teoritis setiap investasi yang dilakukan disamping mengharapkan keuntungan, investor juga harus sadar terdapat kemungkinan risiko atau kerugian yang akan terjadi. Selanjutnya perlu juga dipahami oleh para pemodal bahwa terdapat hubungan kuat dan positif antara tingkat keuntungan (return) yang diharapkan dengan tingkat risiko (risk). Semakin tinggi potensi keuntungan juga akan diikuti dengan semakin tingginya tingkat risiko dan sebaliknya semakin rendah potensi keuntungan akan semakin rendah pula risikonya (High Return High Risk dan Low Return Low Risk). Menurut COSO Enterprise Risk Management (2004) adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh manajemen, board of directors, dan personel lainnya yang dijalankan dalam penentuan strategi dan mencakup organisasi secara keseluruhan, didesain untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berpotensi untuk mempengaruhi organisasi, dan mengelola risiko, serta menyediakan keyakinan yang memadahi terkait pencapaian tujuan organisasi. COSO ERM framework membagi objectives atau tujuannya menjadi empat kategori besar, yaitu strategic, operations, reporting, dan compliance. Dengan mengadopsi pendekatan yang sistematis dan konsisten untuk mengelola semua risiko yang dihadapi perusahaan, Enterprise Risk Management (ERM) dianggap menurunkan risiko kegagalan suatu perusahaan secara keseluruhan, dan dengan demikian dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Adapun manfaat implementasi ERM secara konsisten, antara lain :meningkatkan efektifitas organisasi yang dimana dengan adanya ERM, tercipta koordinasi yang lebih baik antara beberapa fungsi pengelolaan risiko serta meningkatkan ruang lingkup pengelolaan risiko. Menurut Achmad D (2008) meningkatkan kualitas tata kelola organisasi yang baik (Good Corporate Governance) yaitu dengan adanya sinergi antara strategi perusahaan dan tingkat risiko yang diterima (Risk Appetite) untuk mencapai tujuan, alokasi biaya dan manfaat lebih seimbang, serta memberi kepastian maksudnya, mengurangi konsekuensi tidak pasti dari suatu keadaan yang merugikan dan sudah diperkirakan sebelumnya. Sujoko dan Ugy Soebiantoro (2007) nilai perusahaan merupakan presepsi investor trerhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perushaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa mendatang. Sedangkan peningkatan kesejahteraan pemilik dan pemegang saham dapat tercermin melalui peningkatan harga saham pasar. Yulius dan Tarigan (2007:3) terdapat lima jenis nilai perusahaan berdasarkan metode perhitungan yang digunakan yang diantaranya : nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsic, nilai buku dan nilai likuiditas. Dalam rumus dibawah ini berkaitan dengan investasi yang menunjukkan nilai perusahaan merupakan suatu gambaran harga yang bersedia dibayar investor. Berikut rumus untuk menilai suatu perusahaan berdasarkan : ππππππ‘ πππππ πππ πβπππ ππΈπ = πΈπππππ πππ πβπππ Kegunaan Price Earning Ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. Price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Price earning ratio (PER) berfungsi untuk mengukur perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang yang diakses (kajianpustaka.com01/07/2018) ππππππ‘ πππππ πππ πβπππ π΅πππ ππππ’π πππ πβπππ Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV juga menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan yang diakses di (kajianpustaka.com01/07/2018) ππ΅π = 3. Pemecahan Masalah Peran manajemen risiko dalam memberikan nilai tambah bagi suatu perusahaan berupa diberlakukannya penerapan ERM (Enterprise Riks Management). ERM sendiri merupakan bentuk pemahaman dan pengendalian tingkat risiko yang diambil dalam mengelola strategi bisnis ditambah dengan akuntabilitas atas risiko yang dimiliki. Dengan adanya penerapan tersebut pengelolaan risiko yang akan terjadi pada perusahaan akan menentukan tingakat kepercayaan investor yang dimana pihak investor yakin akan penanaman modal yang diberikana kepada suatu perusahaan yang nantinya akan terjadi risiko pada investasi mampu dikelola dengan baik. Artinya ERM secara langsng memberikan pengaruh yang cukup besar sebagai nilai tambah suatu perusahaan. Dengan adanya penerapan ERM, maka perusahaan dapat mengendalikan risiko yang dihadapi secara terintegrasi dan holistik. Kegagalan dalam mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko dapat mengakibatkan kerugian bagi stakeholder dan shareholder. Selain itu, ERM dapat membantu perusahaan mencapai tujuan utamanya dan menciptakan nilai melalui penerapan ERM yang dikaitkan langsung dengan penyusunan strategi perusahaan. Dilansir (crmsindonesia.org12/10/18) bahwa sejauh ini belum cukup banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menerapkan ERM, padahal hal ini sangat penting. Untuk ukuran global, Indonesia masih harus banyak belajar dan masih harus banyak benchmarking yang dimana suatu proses manajemen strategis dapat mengukur dan membandingkan kinerja serupa berdasarkan divisi-divisi ynang sejenis baik internal maupun eksternal. Maka dari itu hasil benchmarking depat menghasilkan gambaran mengenai kondisi kinerja organisasi guna meraih sasaran yang diinginkan di perusahaan-perusahaan dunia yang lebih matang penerapannya. Tidak semua perusahaan di Indonesia menyadari pentingnya penerapan ERM. Karena mereka hanya memfokuskan kepada tujuan yang ingin dicapai secara maksimal tanpa mengetahui cara pengelolaan risiko yang nantinya akan terjadi. Seperti halnya BUMN yang kebanyakan menerapkan ERM karena diwajibkan oleh surat keputusan menteri, jadi apabila tidak diwajibkan bisa jadi tidak ada penerapan ERM di BUMN. Memang ERM sudah cukup maju penerapannya di beberapa sektor untuk perusahaan swasta. Namun demikian, secara umum masih cukup jauh dari yang diharapkan. Untuk konteks ASEAN yang kebanyakan merupakan negara sedang berkembang, Indonesia bisa menjadi panutan yang baik dalam perkembangan manajemen risiko di ASEAN. Apa yang telah dilakukan CRMS bisa menjadi pelajaran penting bagi negara lain di ASEAN tentang bagaimana memajukan ERM di seluruh negara ASEAN. Dengan adanya konsep ERM maka pengelola risiko harus diterapkan diseluruh perusahaan dan terdapat struktur yang jelas dalam pengelolaan risiko diperusahaan. Beberapa perusahaan dijadikan best practice dalam penerapan ERM dalam Indonesia karena keberhasilannya dalam penerapan manajemen risiko dan penciptaan nilai bagi suatu perusahaan dapat melalui ERM seperti halnya yang diterapkan oleh perusahaan BUMN (Kereta Api Indonesia). Sehingga dapat menunjukkan manfaat yang begitu besar bagi keberlanjutan dan konsistensi kinerja yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan laba dan asset BUMN yang terus meningkat secara signifikan setelah penerapan ERM yang dilakukan oleh manajemen risiko. 4. Kesimpulan Berdasarkan dari artikel diatas dapat disimpulkan bahwa peran manajemen risiko dalam memberikan nilai tambah bagi suatu perusahaan berupa diberlakukannya penerapan ERM (Enterprise Riks Management). Dengan adanya penerapan ERM, maka perusahaan dapat mengendalikan risiko yang dihadapi secara terintegrasi dan holistic. Menciptakan nilai melalui penerapan ERM mampu menentukan arah perusahaan dengan mengidentifikasi kondisi ekonomi guna mencapai tujuan perusahaan. Namun sejauh ini belum cukup banyak perusahaanperusahaan di Indonesia yang menerapkan ERM karena masih belum menyadari pentingnya dari penerapan ERM itu sendiri. Namun Indonesia dapat dikatakan mampu menjadi panutan dari berkembangnya manajemen risiko di ASEAN. 5. Daftar Pustaka Andono, F. A. 2013. Penerapan Enterprise Risk Management Dalam RangkaMeningkatkan Efektifitas Kegiatan Operasional “Cv. Anugerah Berkat Calindojaya”. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1). Jorion, Philippe, 2005, Financial Risk Manager: Handbook, 3 Edition, John Wiley & Sons, Inc., USA, ISBN-13 978-0-471-70629-8. COSO (The Committee of Sponsoring Organization) of the Treadway Commission. 2004a. Enterprise Risk Management – Integrated Framework. PDF Version. http://www.coso.org Achmad D. Mas. 2008. Good Corporate Governance: Konsep Dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia Ed.2. Jakarta:Jagad Prima Mandiri. Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Interen dan Faktor Eksteren terhadap Nilai Perusahan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol 9, No. 1. Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi danKeuangan, Vol. 9 No.1. Hal. 1-8. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Website : Yosepha Pusparisa Editor: Happy Fajrian 12/10/2019, 09.07 WIB dengan judul "Analis Sebut Peningkatan Investasi Cara Indonesia Selamat dari Resesi. "https://katadata.co.id/berita/2019/10/12/analis-sebut-peningkatan-investasicara-indonesia-selamat-dari-resesi diakses pada tanggal 24/12/2019 Priyambodo RH 1 Mei 2019 Indonesia Telah Serap 10 Tenaga Kerja https://www.antaranews.com/berita/706219/indonesia-telah-serap-10-jutatenaga-kerja diakses pada tanggal 24/12/2019 Dinda Hudaifa)April 29, 2018, Manajemen Risiko: Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Komponennyahttps://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertianmanajemen-risiko.html diakses pada tanggal 24/12/2019 Muchlisin Riadi 25 November 2017Pengertian, Jenis dan Pengukuran Nilai Perusahaanhttps://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-jenis-danpengukuran-nilai-perusahaan.html diakses pada tanggal 24/12/2019 Afwan dan Siti (Tim Peneliti CRMS Indonesia)/ 12 Oktober 2018 “Peran manajemen risiko dalam memastikan pencapaian tujuan strategis diperusahaan Indonesiaa”https://crmsindonesia.org/publications/peran-manajemen-risikodalam-memastikan-pencapaian-tujuan-strategis-di-perusahaan-diindonesia/diakses pada tanggal 24/12/2019