https://industri.kontan.co.id/news/ini-strategi-bertahan-bagi-pelaku-ukm-di-tengah-penjualantertekan-corona?page=all Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid -19 memiliki dampak besar pada keberlangsungan bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Berdasarkan hasil survei, sebanyak 96% pelaku UKM mengaku sudah mengalami dampak negatif Covid - 19 terhadap proses bisnisnya. Sebanyak 75% diantaranya mengalami dampak penurunan penjualan yang signifikan. Tak hanya itu, 51% pelaku UKM meyakini kemungkinan besar bisnis yang dijalankan hanya akan bertahan satu bulan hingga tiga bulan ke depan. Sebanyak 67% pelaku UKM mengalami ketidakpastian dalam memperoleh akses dana darurat, dan 75% merasa tidak mengerti bagaimana membuat kebijakan di masa krisis. Sementara, hanya 13% pelaku UKM yakin bahwa mereka memiliki rencana penanganan krisis dan menemukan solusi untuk mempertahankan bisnis mereka. Pemerintah lewat Kementerian Koperasi dan UKM telah berusaha membuka layanan hotline 1500 587 yang ditujukan sebagai tempat aduan bagi UKM yang usahanya terkena dampak pandemi Covid - 19 ini mulai pertengahan Maret lalu. Pendataan ini kemudian menjadi acuan dari pemerintah untuk menyiapkan program - program antisipasi dampak Covid - 19 ini. Baca Juga: Bantu UMKM lokal bertahan di tengah pandemi corona, Ninja Xpress beri gratis ongkir Antara lain mengajukan stimulus daya beli UKM dan koperasi, program belanja di warung tetangga untuk menggerakkan ekonomi sekitar, restrukturisasi kredit bunga, memasukkan sektor mikro dalam program kartu pra - kerja. Selain itu bantuan langsung tunai, hingga relaksasi pajak untuk UKM. Ini diharapkan bisa membantu koperasi dan UKM bertahan di masa pandemi ini. Di sisi lain, pemilik usaha pun harus tetap memutar otak untuk memastikan keuangan usahanya tetap sehat dan bisa bertahan di masa sulit ini. Beberapa waktu lalu, Denny Simano, Founder DSC.ID berbagi ilmu terkait solusi bagi UKM untuk mempertahankan bisnis di saat sulit karena pandemi Covid-19 ini dalam event Webinar Jurnal Masterclass yang mengangkat topik ‘Strategi Manajemen Keuangan Bisnis di Masa Krisis’. Dalam event webinar yang diikuti oleh para pemilik UKM dan praktisi keuangan ini, Denny menjelaskan tiga strategi yang harus dilakukan oleh para pelaku UKM dalam menanggapi situasi krisis ini antara lain: Perbaiki Kualitas Produk dan Layanan Masa krisis ini menjadi momen yang tepat bagi pemilik UKM untuk memperbaiki kualitas produk ataupun layanannya serta berhenti sejenak untuk mengembangkan strategi penawaran produk barang atau jasa yang menjadi basis bisnisnya. Seringkali, para pelaku usaha tidak menyadari perbedaan antara perbaikan produk dan pengembangan penawaran. Pada dasarnya, produk adalah barang atau jasa yang dipasarkan dalam bisnis. Sedangkan penawaran adalah cara yang dilakukan pelaku usaha untuk memasarkan produk tersebut. Maka itu, pelaku usaha perlu membedakan antara produk dan penawaran berdasarkan perspektif konsumen. Baca Juga: Lewat miniprogram Siap Siaga Covid-19, DANA sediakan fitur pendataan warung “Strategi menawarkan produk bukan dengan cara mempromosikan keunggulan produk itu , tetapi membuat konten iklan yang menarik dengan komponen attention, interest, desire, dan action,” ungkap Denny. Selain itu, UKM juga perlu memperbaiki strategi dalam berkoordinasi dan berkolaborasi dengan timnya. Pemanfaatan teknologi dan tools-tools profesional yang sudah tersedia saat ini bisa menjadi cara pelaku usaha menentukan menentukan prioritas pekerjaan, memonitor dan mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan yang sudah dilaksanakan dalam periode tertentu. Manfaatkan Teknologi dengan Optimal Pelaku usaha juga disarankan melakukan proses automasi pada bisnisnya. Pada dasarnya, terdapat tiga bahan bakar utama dalam berbisnis, yaitu waktu, energi, dan uang. Kebanyakan pelaku usaha memiliki uang, tetapi tidak memiliki waktu dan energi karena dihabiskan oleh pencatatan manual dan cara-cara tradisional. Hal itu biasanya menghambat perkembangan bisnis. Maka itu, pelaku usaha wajib memperbaiki proses bisnisnya, misalnya dengan mengubah pencatatan manual dengan software akuntansi online. Saat ini sudah banyak software yang ditawarkan untuk mempermudah pelaku UKM seperti Jurnal by Mekari, Sleeker, Omega, Bee dan lainnya. Baca Juga: Pelaku UMKM pengolah sampai berhenti beroperasi terdampak wabah corona Pelaku usaha juga diharapkan bisa mengubah proses pembayaran gaji karyawan yang semula manual menjadi sistem payroll otomatis, atau mengubah sistem pembayaran pajak secara tradisional menggunakan perangat lunak. Dalam lini pemasaran misalnya, pelaku usaha juga bisa memanfaatkan teknologi seoptimal mungkin dengan digital marketing, dan social media. Dari sisi penjualan, UKM juga bisa memanfaatkan jasa online delivery yang saat ini sedang digandrungi masyarakat. Persiapkan Bisnis untuk Lebih Berkembang Pelaku usaha juga perlu memanfaatkan masa ini untuk meningkatkan keahlian yang dimiliki demi perkembangan bisnis kedepannya. Misal keahlian dalam melakukan pemasaran via digital atau mengembangkan platform e-commerce sendiri. Sehingga saat bisnis berjalan dengan normal, operasional bisnis bisa berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Menurut Denny, krisis yang terjadi saat ini tidak seperti krisis keuangan tahun 2008 yang menyebabkan daya beli menurun drastis. Saat ini lebih disebabkan oleh krisis kesehatan dengan pola masyarakat yang hanya menahan daya beli, bukan tak memiliki kemampuan membeli. Jika kondisi kesehatan warga dunia pulih dan mereda, ekonomi berpotensi kembali berjalan normal dan daya beli bisa meningkat lagi. Baca Juga: Puluhan ribu pekerja di DKI Jakarta kena PHK imbas wabah corona, ini kata pengusaha “Ibarat sebuah kapal yang diterjang badai, kita tidak menerbangkan layar, atau menurunkan jangkar, tetapi membiarkan kapal mengikuti gelombang. Bukan berarti berdiam diri, melainkan mempersiapkan bisnis dan tim. Jadi ketika ada sesuatu yang urgent, kita siap ambil tindakan, kalau kondisi normal juga lagi bisa ngebut. Intinya jangan diam di masa krisis,” tegas Denny dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Sabtu (11/4). Jadi, sebagai pelaku bisnis UKM Anda tidak perlu cemas. Pastikan bisnis Anda tetap berjalan dan mampu bertahan pada saat kondisi pandemi saat ini dengan sejumlah kiat di atas. Sehingga pelaku usaha mampu mengambil keputusan bisnis yang strategis dan berdasarkan dengan data, serta penuh kehati - hatian untuk mengupayakan manajemen keuangan usaha tetap sehat. 8 Tips Supaya UKM Tetap Cuan dan Bertahan Ditengah Pandemi Corona Oleh Yulinda Nurlisdiana Saat ini masalah covid-19 sedang menjadi sorotan dunia. Setiap negara melakukan berbagai kebijakan untuk menyelamatkan warganya dari dampak-dampak yang di timbulkan, termasuk dari segi ekonomi. Karena kenyataannya pandemi ini berdampak bagi ekonomi global, termasuk bagi pelaku para pengusaha di Indonesia yang kebanyakan adalah pemilik UKM. Adanya pembatasan ekspor impor mengakibatkan aktifitas ekonomi berbagai pelaku usaha melambat walaupun kadarnya berbeda-beda. Berdasarkan berita yang di tulis oleh rmol.id, di Indonesia sendiri rencananya pemerintah akan memberikan stimulus ekonomi untuk UKM. Untuk itu Kemenkop dan UKM perlu mendata kondisi terupdate UKM dengan membuka hotline (saluran pengaduan) untuk para UKM yang terdampak covid-19 sejak senin lalu (16/3). Melalui hotline ini, pada hari yang sama tercatat 21 laporan masyarakat yang UKM nya terdampak corona. Laporan tersebut terdiri dari beberapa kategori masalah seperti permintaan menurun (80 persen pelapor), masalah terhambatnya bahan baku (10 persen pelapor) dan Proses Distribusi (10 persen pelapor). Menyadari bahwa pandemi ini juga bisa mengganggu eksistensi UKM, perlu adanya langkah antisipatif supaya UKM dapat bertahan dalam masa wabah virus corona. Berikut tips yang bisa Anda pertimbangkan! 1. Memastikan Kelancaran Arus Kas Permasalahan yang mungkin akan muncul ketika UKM sedang berusaha beradaptasi atas perubahan pola permintaan, ketersediaan bahan baku dan hal lainnya akibat pandemi corona adalah arus kas yang berantakan. Penyebabnya bisa bermacam-macam mulai dari terhambatnya penagihan kepada mitra bisnis jika terbiasa dilakukan secara langsung, penyesuaian anggaran dll. Hal ini mengingat, perkembangan penyebaran virus corona di Indonesia masih cukup tinggi. Akibatnya, warga di sarankan untuk tetap di rumah dan mengerjakan aktifitas seperti belajkar dan bekerja di rumah saja. Padahal arus kas merupakan salah satu unsur terpenting dalam berjalannya sebuah bisnis. Jika usaha Anda mengalami masalah di atas Anda bisa memanfaatkan teknologi digital yang sudah ada, seperti menggunakan aplikasi pengelolaan keuangan. Dengan menggunakan aplikasi pengelolaan keuangan, beragam fiturdi dalamnya bisa sangat bermanfaat dalam situasi seperti saat ini. Mulai dari pembuatan laporan kekuangan secara gratis, hingga penagihan secara online kepada mitra. Sehingga Anda tidak perlu keluar rumah dan tetap bisa memastikan kelancaran arus kas bisnis. 2. Merencanakan Kembali Anggaran Biaya dan Pendapatan Dalam situasi ekonomi yang tidak pasti seperti saat ini, perencanaan ulang tentang pendapatan dan anggaran biaya UKM bisa menjadi langkah penting di lakukan. Kita perlu realistis dan adaptif di banding terlalu memaksakan target yang akhirnya malah berdampak lebih buruk bagi kelangsungan UKM kedepannya. Jika aspek-aspek yang mempengaruhi target pendapatan UKM menurun, terutama jika hal itu adalah sesuatu yang berpengaruh secara langsung misalnya permintaan pelanggan atau jumlah karyawan yang sehat berkurang. Maka tidak ada salahnya Anda juga mempertimbangkan untuk mengurangi target. Selain karena pengurangan target, perencanaan ulang anggaran biaya tetap perlu di perhatikan karena perubahan dalam berbagai variabel yang mempengaruhi bisnis sangat mungkin terjadi. Coba perhatikan mana anggaran yang bersifat sekunder dan kurang penting sehingga bisa dikurangi. Perhatikan pula mana anggaran yang sangat penting bagi UKM saat ini dan perlu di fokuskan. Jangan sampai pengelolaan keuangan bisnis yang tidak adaptif menjadi sebab mundurnya UKM Anda. 3. Mengecek Persediaan Bahan Baku dan Stok Dalam berbisnis, tentu saja ada produk yang di tawarkan. Penawaran hingga pemasukan bisa terjadi karena adanya produk. Berdasarkan laporan dari hotline Kemenkop, kelangkaan bahan baku menjadi salah satu masalah yang di alami oleh para pelaku UKM. Meskipun secara umum saat ini persediaan bahan baku dan stok produk Anda tidak terganggu tapi tidak ada salahnya untuk tetap meng-update informasi terkait produk karena perubahan secara mendadak dalam kondisi saat ini sangat mungkin terjadi. Anda bisa menghungi supplier dari jarak jauh dan juga menanyakan ketersediaan barang selama satu bulan kedepan. Jika kelangkaan terjadi, Anda bisa memulai memikirkan strategi yang akan di pakai, misalnya mengurangi anggaran lainnya supaya tetap bisa mendapatkan bahan baku yang sama, atau mencari bahan yang bisa menggantikannya. Jangan lupa untuk selalu berkomunikasi dengan pelanggan tentang perubahan yang mungkin akan mempengaruhi persepsi dan sikap mereka terhadap usaha Anda. Mengapa? Lebih jelasnya mari kita bahas pada point selanjutnya! 4. Menjaga Komunikasi Dengan Pelanggan Komunikasi dengan pelanggan merupakan hal penting terutama untuk mempertahankan pelanggan agar tetap loyal pada produk dan layanan dari usaha kita. Apalagi jika terjadi perubahan-perubahan yang di nilai kurang menguntungkan bagi mereka. Ingat, bahwa pelanggan akan mencari dan menggunakan produk yang di rasa memberikan benefit terbaik untuk dirinya. Bukan hanya masalah harga, tapi juga layanan yang di berikan. Itulah mengapa pekerjaan customer service di butuhkan. Karena pelanggan membutuhkan informasi yang jelas, penawaran yang menarik, atau hal-hal lainnya yang menyentuh sisi emosi mereka. Ditengah wabah corona, intensitas kunjungan maupun tatap muka akan berkurang, belum lagi tertutup oleh padatnya informasi tentang corona. Dengan menjaga komunikasi selama wabah corona, akan membuat pelanggan tetap mengingat produk Anda, tidak beralih pada produk kompetitor yang lebih intens promonya sehingga menjaga mereka untuk tetap menggunakan produk dan layanan usaha Anda. Baca juga : 10 Bidang Usaha UKM yang Memiliki Prospek Menjanjikan Bentuk komunikasi yang bisa dilakukan mulai dari pemberian kontenkonten yang berhubungan dengan virus corona, informasi produk dll. Apabila terjadi perubahan terkait produk, distribusi, harga maupun hal lainnya Anda perlu menyampaikannya dengan baik supaya tidak terjadi kesalahpahaman dengan pelanggan. Jangan lupa untuk tetap standby menjawab pertanyaan customer yang masuk seperti biasanya. Media komunikasi yang bisa digunakan mulai dari media sosial seperti instagram dan facebook atau aplikasi pesan whatsapp dan line (fitur update statusnya bisa Anda manfaatkan). 5. Berjualan di Marketplace Untuk Anda yang baru memulai platform digital dalam memasarkan produk UKM, Anda bisa mulai menggunakan marketplace seperti shopee, tokopedia atau buka lapak yang saat ini menjadi 3 daftar marketplace yang paling banyak di gunakan. Karena dalam kondisi seperti saat ini, datang langsung ke toko mungkin menjadi hal yang akan di hindari. Pelanggan mungkin akan lebih cenderung mempertimbangkan untuk berbelanja dari rumah. Selain prosedurnya yang mudah dan gratis, penggunaan marketplace membuat produk Anda lebih mudah di jangkau oleh pelanggan setia. Jika toko digital Anda di marketplace sudah siap, Anda bisa mengabarkan kepada para pelanggan untuk membeli produk UKM Anda melalui marketplace tertentu. Untuk menarik perhatian, Anda bisa sertakan promo tertentu bagi pelanggan yang membeli produk melalui marketplace. 6. Maksimalkan Penggunaan Medsos Bisnis Selain eksis di marketplace, UKM Anda juga perlu berkembang di media sosial. Apalagi di tengah kondisi social distancing yang sedang di lakukan masyarakat saat ini sebagai usaha untuk menekan jumlah penyebaran virus corona, media social merupakan tempat yang paling ramai di kunjungi banyak orang. Maka dari itu Anda perlu memaksimalkan media sosial bisnis Anda untuk mengenalkan produk dan layanan UKM Anda. Mulai dari nama akun, keterangan bio, konten, caption, hashtag hingga jadwal upload konten perlu di pikirkan untuk menarik awarness dan engagement. Proses tersebut memang tidak mudah, dan memerlukan berbagai keterampilan. Tapi tentu saja Anda bisa mulai mempelajarinya perlahan lewat media apapun karena akses informasi sangat mudah. Jika Anda masih sangat awam dengan media sosial atau tidak memiliki waktu untuk belajar secara mendalam, saat ini banyak juga perusahaan maupun freelancer social media manajemen yang dapat mengelola akun medsos usaha Anda. 7. Menggunakan Digital Advertising Go digital menjadi salah satu program Kemenkop dan UKM untuk mendorong UKM Indonesia berkembang di era digital. Tetapi masih banyak pula UKM yang masih bertahan dengan cara pemasaran tradisional saja tanpa tools digital. Hal ini karena kebanyakan merasa masih awam dan enggan untuk belajar hal baru. Tapi dengan adanya kondisi ini, maka mau tidak mau UKM perlu berpikir ulang jika ingin tetap bertahan mengandalkan cara-cara lama yang kurang relevan. Digital advertising bisa menjadi salah satu solusi untuk menyelamatkan usaha Anda ditengah wabah corona. Digital ads bisa memperkuat eksistensi UKM di marketplace maupun media sosial. Walaupun tetap diam dirumah, para calon pelanggan potensial tetap bisa mnengetahui produk dan layanan UKM Anda. Selain itu, Anda juga bisa lebih mudah menghitung ROI (Return of Investment) dan masih banyak manfaat lainnya. Seperti proses pemasaran lainnya, digital ads pun memiliki resiko kerugian jika tidak berjalan dengan benar. Tetapi sebenarnya digital ads seperti instagram ads, facebook ads, atau google ads dapat Anda gunakan walaupun Anda merasa kurang bisa mempelajarinya secara mendalam ataupun tidak punya waktu untuk melakukannya. Sebab saat ini sudah banyak digital advertising agency terpercaya yang bisa memasarkan UKM Anda. Anda hanya perlu mempelajari dasardasarnya dan menyiapkan anggaran. 8. Menghubungi Hotline Kemenkop dan UKM Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya, Kemenkop telah membuka saluran pengaduan jika UKM Anda terkena dampak corona untuk menetapkan kebijakan terkait stimulus ekonomi untuk UKM Indonesia. Anda bisa melaporkan kondisi UKM dan hambatan apa yang sedang Anda hadapi. Dengan begitu, Anda membantu pemerintah untuk segera mengambil kebijakan yang tepat untuk membantu UKM Anda dan juga UKM-UKM lainnya yang terdampak covid-19. Baca juga : 5 Jenis UKM Pedesaan yang Membantu Keuangan Masyarakatnya Mulai dari penurunan permintaan, distribusi barang yang terganggu, hambatan lainnya yang menyebabkan UKM Anda tidak bisa berjalan seperti ketakutan membuka karena khawatir berinteraksi langsung dengan masyarakat dan lainnya dapat Anda sampaikan. Anda bisa menghubungi hotline 1500-587 dan khusus pesan WA di 08111-450587 yang di buka setiap hari senin-jum’at pukul 08.00-15.00. Penutup Di masa lalu telah terbukti bahwa UKM Indonesia mampu bertahan walaupun krisis ekonomi melanda Indonesia. Bahkan Ketua Dewan Direktur CIDES (Center for Information and Development Studies) Rohmad Hadiwijoyo mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang krisis. Salah satunya adalah karena umumnya UMKM menghasilkan barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat. Saat ini UKM Indonesia juga tengah menghadapi tantangan baru, di era yang baru. Agar bisa tetap bertahan ditengah wabah covid-19, UKM Indonesia perlu langkah-langkah yang rasional dan terukur. Kesiapan menghadapi perubahan membuat UKM lebih kuat dan berkembang. Dengan 8 tips diatas, semoga kita bisa meminimalisir dampak negatif wabah corona untuk UKM. Selamat mencobanya! https://www.folderbisnis.com/tips-supaya-ukm-tetap-cuan-dan-bertahan-ditengah-pandemicorona PENGERTIAN UMKM: Ciri, Jenis, Kriteria & Contoh UMKM-UKM Indonesia PutraNovember 21, 20190 Pengertian UKM dan UMKM – Saat berbicara tentang bisnis, Anda sering mendengar istilah UKM dan UMKM. Keduanya punya hubungan erat dengan usaha yang dilakukan oleh masyarakat dan bukan merupakan korporasi. Keduanya juga merupakan elemen yang mampu menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Dengan tumbuh suburnya UKM serta UMKM, maka daya beli masyarakat pun meningkat dan pengangguran berkurang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS), jumlah pengusaha di Indonesia meningkat dari 1,56% pada tahun 2014 menjadi 3,1% pada tahun 2016. Ini membuktikan bahwa ada banyak minat masyarakat dalam bidang usaha kecil menengah atau pun usaha mikro kecil menengah. Namun, banyak yang mengira bahwa keduanya memiliki makna yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, apalagi, ditinjau dari segi besar usaha dan juga hukum yang mengatur keduanya. Berikut adalah penjelasan mengenai UKM dan UMKM serta elemen-elemen yang ada di dalamnya. Daftar Isi Artikel [buka] Pengertian UMKM dan UKM klikpajak.id Merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM alias usaha mikro adalah usaha milik perseorangan atau badan usaha perorangan yang produktif dan memenuhi kriteria yang ditulis oleh UndangUndang. Aset maksimal dari usaha ini adalah Rp50.000.000,00. Sedangkan, omset maksimalnya Rp300.000.000,00. Lantas, bagaimana dengan UKM? UKM alias usaha kecil menengah adalah usaha yang juga dijalankan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan bagian dari usaha menengah atau usaha besar. Asetnya berkisar antara Rp50.000.000,00Rp500.000.000,00 dengan omzet Rp300.000.000,00-Rp2.500.000.000,00. Dari omzet dan aset, tentu Anda bisa melihat perbedaan antara UKM dan UMKM. Namun, untuk memahami dengan lebih jelas lagi, ada beberapa perbedaan signifikan lain dari UKM dan UMKM yang akan dibahas di bagian berikutnya. Perbedaan UKM dan UMKM umkmgoonline.com Melihat dari perbedaan definisi antara UKM dan UMKM berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia, ada beberapa hal yang dapat membedakan keduanya. 1. Modal Awal Apabila mau membuka sebuah UKM alias Usaha Kecil Menengah, Anda harus memiliki modal setidaknya lima puluh juta rupiah. Sedangkan, apabila mau membuka UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah, Anda membutuhkan modal awal sekitar tiga ratus juta rupiah. 2. Jumlah Tenaga Kerja Jika Anda mau membuka sebuah UKM, jumlah tenaga kerja yang biasanya dimiliki adalah sekitar lima sampai sepuluh orang. Sementara itu, bagi UMKM, biasanya memiliki minimal tiga puluh pekerja. Maka dari itu, UKM biasanya berbentuk seperti usaha kaki lima atau usaha yang dilakukan di rumah (home industry). Itulah beberapa perbedaan antara UKM dan UMKM. Maka, apabila Anda merasa bingung digolongkan sebagai apa usaha Anda, maka Anda bisa merujuk pada perbedaan di atas yang tentu saja didasarkan pada undang-undang di Indonesia. Kriteria UMKM suarapemredkalbar.com Apa saja yang membuat sebuah usaha dapat dikategorikan sebagai UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah? Untuk dapat memahaminya, ketahui beberapa kriteria usaha yang tergolong dalam UMKM: 1. Usaha Mikro Kriteria UMKM adalah sebuah usaha mikro yang dimiliki oleh perseorangan atau badan usaha dan juga didasarkan pada kriteria usaha mikro. Kekayaan bersih yang dimiliki atau aset minimal adalah lima puluh juta rupiah. Sementara itu, hasil penjualan atau omzet minimal adalah tiga ratus juta rupiah. 2. Usaha Kecil Usaha-usaha yang masuk ke dalam jenis usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih yang mencapai lima puluh juta rupiah. Ini tentu tidak termasuk dengan harga tempat untuk mendirikan usaha. Hasil penjualan atau omzet yang didapatkan oleh usaha ini setiap tahunnya adalah berkisar antara tiga ratus juta rupiah sampai dengan 2,5 miliar rupiah. 3. Usaha Menengah Sementara itu, usaha menengah adalah usaha dengan total kekayaan bersih lima ratus juta sampai dengan sepuluh miliar rupiah. Omzet per tahunnya mulai dari dua koma lima miliar rupiah sampai dengan lima puluh miliar rupiah. Usaha yang masuk ke dalam kategori ini bukan anak/cabang perusahaan yang besar dan tidak termasuk ke dalam kategori UMKM. Ciri-Ciri UMKM superradio.id Apa yang membedakan usaha yang masuk di dalam kategori UMKM dengan jenis usaha yang besar? Ketahui hal tersebut melalui ciri-ciri UMKM: Tempat usaha bisa berpindah-pindah, tidak tetap berada di satu tempat Jenis barang yang dijual bisa berubah sewaktu-waktu, belum ada SOP ketat yang mengatur hal ini Administrasi keuangan sederhana, terkadang keuangan pribadi dan keuangan perusahaan masih disatukan Kebanyakan belum memiliki legalitas usaha Belum ada sistem ketat dan sistematis yang mengatur masalah SDM di dalam badan usaha Jenis-Jenis UMKM modalrakyat.id Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya teknologi, jenis UMKM pun semakin berkembang. Berikut adalah jenis-jenis usaha yang bisa digolongkan sebagai UMKM 1. Usaha Kuliner Inilah usaha yang tidak akan hilang sampai kapan pun. Makanan adalah kebutuhan pokok bagi manusia dan akan selalu dibeli secara rutin. Usaha kuliner dengan omzet dan modal tertentu sesuai yang sudah ditetapkan oleh undang-undang dapat dikategorikan sebagai UMKM. 2. Usaha Fashion Ini juga merupakan usaha yang banyak dilakukan dalam ranah UMKM. Usaha fashion meliputi pakaian, sepatu, dan aksesori. Usaha ini punya pangsa pasar besar terutama wanita dan anak-anak. 3. Usaha Bidang Teknologi UMKM juga mencakup usaha di bidang teknologi. Misalnya seperti jasa penulisan situs, jasa pembuatan situs, jasa administrator media sosial, jual beli alat teknologi, dan sebagainya. 4. Usaha kosmetik Produk kosmetik juga memiliki pangsa pasar yang besar. Apalagi, produk kosmetik bisa habis dalam waktu yang cepat. Namun untuk menjalankan produk ini Anda harus sedikit berhati-hati karena tak semua kosmetik cocok dengan kulit seseorang. 5. Usaha Bidang Otomotif Usaha seperti jual-beli kendaraan, suku cadang kendaraan, dan bengkel, juga bisa dikategorikan sebagai UMKM otomotif. 6. Usaha Cendera Mata Cendera mata merupakan salah satu lini usaha yang banyak dilakukan dalam UMKM. Cendera mata bisa berupa baju, gantungan kunci, oleh-oleh khas daerah, dan juga kerajinan khas daerah. 7. Usaha Agrobisnis Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama dalam bidang pertanian. Untuk itu, ada banyak usaha di bidang produk pertanian dalam ranah UMKM. Contoh UMKM prokal.co Sebetulnya, ada banyak contoh UMKM di Indonesia yang berhasil bahkan mampu menembus pasar internasional. Apabila Anda tertarik untuk menjalankan bisnis ini, berikut ini adalah beberapa contoh UMKM yang potensial dijalankan di Indonesia. 1. UMKM Dalam Bidang Kuliner Bidang kuliner adalah usaha yang susah-susah gampang, tetapi tetap potensial. Tantangan terletak pada begitu banyaknya orang yang berjualan makanan. Anda harus bisa melakukan inovasi, baik dalam segi produk maupun pemasaran supaya bisa bersaing dalam ranah ini. Lihat pasar dengan cermat, buat makanan dengan rasa dan harga yang sesuai. 2. UMKM Dalam Bidang Konten Segala hal kiwari ini berlangsung melalui internet, jadi membuat UMKM di bidang konten internet adalah sesuatu yang potensial. Kalau amat jago di bidang desain, Anda bisa membuka jasa desain untuk produk di internet. Apabila Anda jago menulis, bukalah jasa penulisan. Pahami segala hal terkait tren internet, SEO (search-engine optimization), dan sebagainya. 3. UMKM Kosmetik dan Fashion Suka buka aplikasi-aplikasi e-commerce? Kosmetik dan fashion adalah dua hal yang mendominasi di sana. Keduanya tidak pernah lekang dimakan waktu. Anda bisa mencoba untuk merintis bisnis di bidang ini. Namun, pastikan Anda punya branding kuat dan memahami tren fashion serta kecantikan. 4. UMKM Cendera Mata Kalau Anda tinggal di wilayah dengan potensi turisme tinggi, tidak ada salahnya berjualan cendera mata. Pastinya barang dagangan Anda akan laris manis. Namun, Anda juga bisa menjual barang dagangan secara daring. Jadi, Anda juga bisa menjual barang ini kepada pelanggan yang memesan barang dari jauh. 5. UMKM Teknologi Anda tidak bisa lari dari kenyataan bahwa teknologi memang sudah mendominasi hidup. Jadi, mengapa tidak mencoba merintis usaha yang bersahabat dengan teknologi, tetapi dalam bentuk hardware? Misalnya, jual-beli alat teknologi, gawai, dan sebagainya. Ini merupakan sebuah hal yang akan disambut dengan baik oleh masyarakat. Perkembangan UMKM di Indonesia kahijinews.com Perkembangan UMKM di Indonesia sebetulnya cukup positif. Bahkan, data BPS sendiri menyebutkan bahwa UMKM di Indonesia mampu menyumbangkan 57% dari total PDB (Produk Domestik Bruto) di Indonesia. Masih dari BPS, UMKM di Indonesia juga membuat tingkat wirausaha meningkat. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dari tahun 2014–2016, jumlah usahawan di Indonesia meningkat pesat. Ada beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk bisa meningkatkan produktivitas dan kuantitas UMKM Indonesia, baik dari sisi masyarakat maupun pemerintah. Berikut adalah beberapa cara untuk mengembangkan UMKM di Indonesia secara maksimal. 1. Event UMKM Untuk bisa meningkatkan produktivitas UMKM, pemerintah bisa mengadakan berbagai event UMKM yang potensial. Contohnya seperti pameran memperingati hari tertentu atau menyediakan stand bagi UMKM di acara penting, seperti pameran kerja. Dengan begitu, berbagai usahawan bisa mempromosikan UMKM yang sedang mereka jalankan, sekaligus memperluas peluang ekspansi lewat sistem franchise. 2. Sosialisasi Pemasaran Salah satu kendala majunya UMKM bukan hanya terletak pada kualitas produk, tetapi bagaimana sebuah UMKM mampu melakukan pemasaran yang baik. Sosialisasi pemasaran ini bisa dilakukan oleh lembaga terkait yang mengurus UMKM di Indonesia. Caranya adalah dengan melakukan pelatihan, seminar, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, seminar ini bahkan bisa dilakukan secara daring seperti menggunakan video (online seminar). 3. Menemukan investor Ada banyak usaha yang stagnan dan tidak dapat berkembang dengan baik karena kekurangan modal. Dua solusi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, bisa diadakan sebuah pertemuan antara pihak UMKM dengan para investor yang tertarik untuk berinvestasi di bidang tersebut. UMKM dengan konsep menarik dan menguntungkan akan menarik banyak investor. Sementara itu, kredit usaha rakyat bisa membantu para pelaku UMKM dalam mendapatkan modal. Ini akan mempermudah mereka dalam mengembangkan bisnis. Itulah beberapa hal yang perlu diketahui terkait UMKM. Pada dasarnya, fokus terhadap UMKM adalah sebuah hal yang akan sangat menguntungkan bagi kemajuan ekonomi masyarakat Indonesia. Untuk memajukan UMKM sekaligus UKM, kerja sama solid antara masyarakat dan pemerintah pun diperlukan. https://salamadian.com/umkm-ukm-indonesia/ Memperkuat Daya Saing UKM Menghadapi Pasar Global Dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi ASIAN tahun 2015, terdapat peluang yang besar bagi UKM untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Guna memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan yang terbesar bagi UKM menghadapi MEA adalah bagaimana mampu menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan. Pada saat MEA tahun 2015 diterapkan,diperkirakan akan terjadi perubahan-perubahan perilaku pasar dengan ciri-ciri: 1. karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global, dan bentuk organisasi yang cenderung membentuk jejaring (network); 2. tingkat industri yang pengorganisasian produksinya fleksibel dengan pertumbuhan yang didorong oleh inovasi/pengetahuan; didukung teknologi digital; sumber kompetisi pada inovasi, kualitas, waktu, dan biaya; mengutamakan research and development; serta mengembangkan aliansi dan kolaborasi dengan bisnis lainnya. Oleh karena itulah, mulai saat ini UKM harus mulai berbenah guna menghadapi perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku UKM tidak boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan bisnisnya. Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan pengembangan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di luar negeri sesama UKM maupun dengan pelaku usaha besar harus dikembangkan. Peranan pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk mengantarkan mereka agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya dalam memanfaatkan MEA pada tahun 2015. Beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk memperkuat daya saing UKM menghadapi pasar global adalah: 1. Meningkatkan kualitas dan standar produk; Guna dapat memanfaatkan peluang dan potensi pasar di kawasan ASEAN dan pasar global, maka produk yang dihasilkan UKM haruslah memenuhi kualitas dan standar yang sesuai dengan kesepakatan ASEAN dan negara tujuan. Dalam kerangka itu, maka UKM harus mulai difasilitasi dengan kebutuhan kualitas dan standar produk yang dipersyaratkan oleh pasar ASEAN maupun di luar ASEAN. Peranan dukungan teknologi untuk peningkatan kualitas dan produktivitas serta introduksi desain kepada para pelaku UKM yang ingin memanfaatkan pasar ASEAN perlu segera dilakukan. 2. Meningkatkan akses finansial; Isu finansial dalam pengembangan bisnis UKM sangatlah klasik. Selama ini, belum banyak UKM yang bisa memanfaatkan skema pembiayaan yang diberikan oleh perbankan. Hasil survey Regional Development Institute (REDI, 2002) menyebutkan bahwa ada 3 gap yang dihadapi berkaitan dengan akses finansial bagi UKM, 1. aspek formalitas, karena banyak UKM yang tidak memiliki legal status; 2. aspek skala usaha, dimana sering sekali skema kredit yang disiapkan perbankan tidak sejalan dengan skala usaha UKM; dan 3. aspek informasi, dimana perbankan tidak tahu UKM mana yang harus dibiayai, sementara itu UKM juga tidak tahu skema pembiayaan apa yang tersedia di perbankan. Oleh karena itu, maka ketiga gap ini harus diatasi, diantaranya dengan peningkatan kemampuan bagi SDM yang dimiliki UKM, perbankan, serta pendamping UKM. Pada sisi lain, harus juga diberikan informasi yang luas tentang skema-skema pembiayaan yang dimiliki perbankan. 3. Meningkatkan kualitas SDM dan jiwa kewirausahaan UKM; Secara umum kualitas SDM pelaku UKM di Indonesia masih rendah. Terlebih lagi spirit kewirausahaannya. Kalau mengacu pada data UKM pada tahun 2008, tingkat kewirausahaan di Indonesia hanya 0,25% dan pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 0,273%. Memang hal ini sangat jauh ketinggalan dengan negara-negara lain di dunia, termasuk di Asia dan ASEAN. Sebagaimana di Singapura, tingkat kewirausahaan di Singapura lebih dari 7% demikian juga di USA, tingkat kewirausahaannya sudah mencapai 11,9%. Oleh karena itu, untuk memperkuat kualitas dan kewirausahaan UKM di Indonesia, maka diperlukan adanya pendidikan dan latihan keterampilan, manajemen, dan diklat teknis lainnya yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan kewirausahaan juga perlu ditingkatkan. Pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional pada tanggal 2 Februari 2011 lalu harus ditindaklanjuti dengan langkah kongkrit, seperti penyusunan grand strategy pengembangan kewirausahaan dan pelaksanaan dilapangan yang dilakukan dalam kaitannya dan bertanggung jawab. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya dukungan modal awal terutama bagi wirausaha pemula. 4. Memperkuat dan meningkatkan akses dan transfer teknologi bagi UKM untuk pengembangan UKM inovatif; Akses dan transfer teknologi untuk UKM masih merupakan tantangan yang dihadapi di Indonesia. Peranan inkubator, lembaga riset, dan kerjasama antara lembaga riset dan perguruan tinggi serta dunia usaha untuk alih teknologi perlu digalakkan. Kerjasama atau kemitraan antara perusahaan besar, baik dari dalam dan luar negeri dengan UKM harus didorong untuk alih teknologi dari perusahaan besar kepada UKM. Praktek seperti ini sudah banyak berjalan di beberapa Negara maju, seperti USA, Jerman, Inggris, Korea, Jepang dan Taiwan. Model-model pengembangan klaster juga harus dikembangkan, karena melalui model tersebut akan terjadi alih teknologi kepada dan antar UKM. 5. Memfasilitasi UKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar negeri; Bagian terpenting dari proses produksi adalah masalah pasar. Sebaik apapun kualitas produk yang dihasilkan, kalau masyarakat atau pasar tidak mengetahuinya, maka produk tersebut akan sulit dipasarkan. Oleh karena itu, maka pemberian informasi dan promosi produk-produk UKM, khususnya untuk memperkenalkan di pasar ASEAN harus ditingkatkan. Promosi produk, bisa dilakukan melalui dunia maya atau mengikuti kegiatankegiatan pameran di luar negeri. Dalam promosi produk ke luar negeri ini perlu juga diperhatikan kesiapan UKM dalam penyediaan produk yang akan dipasarkan. Sebaiknya dihindari mengajak UKM ke luar negeri, padahal mereka belum siap untuk mengekspor produknya ke luar negeri. Dalam kaitan ini, bukan saja kualitas dan desain produk yang harus diperhatikan, tetapi juga tentang kuantitas dan kontinuitas produknya. Selain peluang pasar yang besar, karena jumlah penduduk ASEAN telah mencapai lebih dari 590 juta jiwa, beberapa potensi yang kita miliki sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh UKM di Indonesia, mari jangan sia siakan peluang ini http://klaster-umkm.blogspot.com/2014/12/memperkuat-daya-saing-ukmmenghadapi.html Kunci Keberhasilan dalam Program Klaster-UMKM Pendekatan Klaster-UMKM yang dilaksanakan di Indonesia termasuk di Provinasi Jawa Tengah diyakini banyak manfaatnya. KlasterUMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang menganut paham Porter pada hakekatnya adalah pengelompokkan usaha sejenis dalam wilayah yang berdekatan secara geografis. Dalam kelompok tersebut terjadi kompetitif dan kebersamaan. Melalui program klaster maka diupayakan adanya sinergitas dari penyedia bahan baku, produser dan pasar. Disamping itu juga adanya dukungan dari lembaga pendukung seperti Pemerintah, Perbankan, Penyedia jasa pelatihan, dan lain sebagainya. Tentu saja, jika sinergitas tersebut berjalan dengan baik akan sangat bermanfaat dan menimbulkan multi pleyer effek yang besar bagi sektor usaha tersebut. Namun seringkali program Klaster-UMKM hanya sekedar retorika yang kurang berkelanjutan dalam pelaksanaannya. Kendala yang dihadapi cukup banyak, mulai dari kesulitan dalam melakukan koordinasi dikarenakan banyaknya pihak yang terlibat sampai dengan kebutuhan dana yang cukup besar untuk menjadikan sistem berjalan dengan baik. Output akhir yang diharapkan dari program Klaster adalah adanya sistem yang sinergi dari pihak-pihak yang terlibat serta kemandirian dari para UMKM di dalam klaster tersebut. Tentu saja membutuhkan waktu yang relatif lama, sekitar 3 tahun s.d 5 tahun. Namun seringkali hanya dilakukan dalam beberapa tahun bahkan kurang dari 1 tahun. Program yang diberikan hanya sepotong -sepotong, misalnya pembentukan lembaga saja atau dukungan pelatihan saja atau bantuan teknologi saja. Ketidak berlanjutan kegiatan tersebut, menimbulkan kegiatan tidak berkelanjutan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, kunci keberhasilan antara lain : 1. Peran pendamping (fasilitator) pemberdayaan masyarakat. Sebenarnya kebutuhan para pendamping dalam pengembangan klaster yang berfungsi sebagai pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan. Meskipun program sering sepotong -potong, namun dengan adanya pendamping maka pendamping tersebut dapat mengarahkan pada target group yang sesuai. Para pendamping klaster yang komunikatif dapat pula mencarikan pendanaan untuk program pengembangan klaster ke berbagai sumber. Disamping itu para pendamping juga bisa menjadi penengah apabila terjadi perselisihan. Namun hendaknya pendamping bukan pengusaha karena akan menimbulkan persaingan dengan anggotanya. 2. Peran Ketua Klaster Ketua Klaster harus benar-benar orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri dan juga tidak mementingkan kelompoknya saja tetapi harus bisa berbagi dengan yang lain. Disamping itu Ketua juga harus dipercaya oleh anggota, harus transparan dalam keuangan dan tindakan serta mampu memimpin anggota dengan baik. 3. Membuat Kelembagaan Klaster Kelembagaan harus disusun dengan baik termasuk juga menyertakan hak dan kewajian anggota dan aturan-aturan yang lain. 4. Kegiatan Bisnis Bersama Dalam program Klaster, harus ada kegiatan bisnis yang dilaksanakan secara bersama (kelompok), bisa saja kegiatan yang saling mendukung satu dengan yang lain maupun salah satu kegiatan yang dilakukan secara bersama. Namun yang terpenting, ada sesuatu kegiatan bisnis yang dilakukan secara bersamasama. 5. Program Pengembangan Bersama Untuk bisa berhasil dengan baik tentu saja, dibutuhkan perkuatan baik sumber daya manusia, teknologi maupun permodalan. Untuk mendapatkan hal tersebut, bantuan dari Pemeritnah khususnya untuk kelompok dengan target mikro dan kecil sangat diharapkan. http://klaster-umkm.blogspot.com/2013/10/kunci-keberhasilan-dalam-program.html MEMBANGUN KLASTER INDONESIA UNTUK KESEJAHTERAAN BANGSA Oleh: Dr. Agus Suryono, MM (Ketua Asosiasi Klaster Indonesia) Ratna Sari Dewi, S.TP, MP (Intermediator Teknologi Kemenristek RI) Produktivitas dan daya saing yang tinggi dapat dicapai melalui operasi industri dan aktivitas-aktivitas penunjang yang strategik seperti pendidikan. Operasi industri, baik yang dijalankan oleh pelaku usaha skala mikro kecil, menengah (UMKM) maupun industri besar dan menengah merupakan penggerak roda perekonomian kerakyatan yang perlu didukung, dibina, dilindungi eksistensinya dan dikembangkan kapasitasnya. Didasari kondisi nyata UMKM di Indonesia yang tertinggal jauh dari negara-negara Asia seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Taiwan maupun China, maka penguatan industri dan pendidikan guna meningkatkan kapasitas UMKM sangatlah diperlukan. Ketertinggalan ini utamanya dikarenakan oleh skala ekonomi UMKM yang kecil, rendahnya inovasi dan lemahnya jejaring. Di samping itu, secara generik permasalahan dalam pengembangan UMKM adalah rendahnya akses permodalan, bahan baku, informasi, rendahnya kualitas sumber daya manusia, tingginya biaya transaksi/usaha, penerapan teknologi yang rendah dan keterbatasan rantai nilai. Peningkatan kapasitas UMKM, baik dari sisi produksi, inovasi maupun intelektual dan sosial properti dapat dilaksanakan secara terintegrasi melalui pengembangan UMKM berbasis Klaster. Klaster adalah suatu kelompok usaha sejenis dalam suatu kawasan di mana saling berhubungan karena adanya kebersamaan dan sifat saling melengkapi. Model pendekatan klaster penting dalam peningkatan daya saing UMKM, karena melalui pendekatan klaster maka akan dapat diciptakan peningkatan daya saing industri melalui adanya pertalian diantara industri dengan lembaga terkait yang ada dalam pemusatan geografis. Klaster secara kelembagaan menjadi wadah pembinaan dalam suatu kelompok dengan core industri tertentu yang memiliki kedekatan fungsional dan geografis. Pelaku UMKM dan berbagai stakeholder dalam klaster saling mendukung dan bersinergi untuk mengembangkan bisnis model bersama dengan peran dan fungsi masing-masing, seperti UMKM penyedia bahan baku, UMKM pengolah, UMKM jasa periklanan, UMKM jasa transportasi dan lain sebagainya. Masing-masing elemen klaster merupakan fungsional yang saling terkait dan saling membutuhkan dalam menjalankan core bisnis (bisnis utama). Dalam upaya meningkatkan peran sektor swasta dalam pembinaan dan pendampingan klaster, maka dibentuklah Asosiasi Klaster Indonesia (AKsI). AKsI merupakan perkumpulan klasterklaster yang ada di Indonesia, dengan anggota seluruh para pelaku dalam pengembangan klaster baik UMKM, perusahaan besar, perguruan tinggi, aparat pemerintah maupun pihak-pihak lain yang mempunyai kepedulian terhadap pengembangan klaster. AksI berangkat dari idealisme dan semangat anggotanya untuk terus maju, secara berkesinambungan mendukung peningkatan daya saing melalui klaster-klaster di Indonesia. AksI dibentuk atas prakarsa klaster-klaster yang ada di Jawa Tengah serta dukungan dari Gubernur Jawa Tengah, H. Bibit Waluyo selaku Dewan Pengarah AksI. Klaster UMKM adalah tulang punggung ekonomi di Indonesia. Jumlah UMKM pada tahun 2011 mencapai sekitar 52 juta dan menyumbang sekitar 60% dari PDB serta menampung 97% tenaga kerja. Sebagai pelaku aktif di sektor riil yang telah menopang perekonomian Indonesia, klaster perlu didukung oleh kebijakan nasional. Dalam jangka pendek, AksI menargetkan adanya gerakan klaster sebagai gerakan nasional. AksI juga akan memfasilitasi adanya ‘Guidance Pengembangan Klaster’ serta akan terus mengadvokasi agar pengembangan klaster mendapat dukungan dari seluruh masyarakat termasuk Presiden Republik Indonesia melalui Inpres maupun dasar kebijakan lainnya. Di Jawa Tengah pada khususnya, terdapat sekitar 200 klaster potensial. Klaster-klaster tersebut terbentuk secara alami dan banyak juga yang dibentuk atas inisiasi pemerintah. Saat ini tercatat sebanyak 120 klaster yang telah menjadi anggota AKsI. Klaster-klaster di Jawa Tengah tersebut kerap dibina oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kab/Kota bersama dengan FPESD (Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya) dan FEDEP (Forum for Economic Development and Employment Promotion) dan. Program FPESD dan FEDEP menitikberatkan pada pengembangan klaster di Jawa Tengah, meliputi klaster industri, pertanian dan pariwisata. Namun, program pemerintah kerap memiliki kelemahan dalam kesinambungan program karena kebijakan birokrasi sangat dipengaruhi oleh top manager. Baik pimpinan pada suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun kepala pemerintahan lainnya kerap memiliki paradigma dan prioritas yang heterogen, sehingga peran swasta sebagai intermediary sangat dibutuhkan. AKsI yang berdiri pada tahun 2013 ini berusaha menjawab kebutuhan tersebut, sebagai organisasi sosial, independen yang konsen terhadap pengembangan klaster di Jawa Tengah dan Indonesia. Dengan adanya AKsI, harapannya pencapaian tujuan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia melalui pengembangan klaster akan lebih cepat terwujud. Sekretariat Asosiasi Klaster Indonesia (AKsI), Jln Jati Elok No. 1 Perum Jati Raya Indah, Semarang C.p Agus Suryono (081 129 6449) Modal Sosial Dalam Pengembangan Klaster (1) Difinisi Modal Sosial Beberapa ahli telah memberikan definisi terhadap modal sosial. Definisi yang dikeluarkan lebih mengarahkan modal sosial sebagai suatu ikatan sosial dari masing-masing anggota suatu kelompok masyarakat. Adapun definisi-definisi tersebut adalah sebagai berikut: Fukuyama (1999) mendefmisikan modal sosial sebagai kemampuan yang timbul dari kepercayaan (trust) di dalam sebuah masyarakat. Dia berpendapat bahwa apabila dilakukan secara bersama, masyarakat bisa mewujudkan hal-hal yang tidak bisa dilakukan sendirian. Definisi tersebut menjelaskan bahwa kemampuan dan kemauan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi merupakan modal sosial. Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian - bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok vang paling kecil ataupun dalam kelompok masyarakat yang besar seperti negara. Putnam (1993) mendefmisikan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust (tingkat kepercayaan) antara anggota masyarakat. Definisi tersebut menunjuk pada ciri-ciri organisasi sosial yangberbentuk jaringan-jaringan horisontal yang di dalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerja sama, dan saling mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama oleh anggota masyarakat. Dalam konteks ekonomi, jaringan horisontal yang terkoordinasi dan kooperatif itu akan menyumbang pada kemakmuran dan pada gilirannya diperkuat oleh kemakmuran tersebut. Coleman (1988) melihat modal sosial dari sisi fungsinya. Dia berpendapat bahwa struktur sosial dalam bentuk jaringan horisonta! yang sifatnya lebih ketat dan relatif tertutup cenderung lebih efeklif daripada yang terbuka. Jaringan horisontal yang terbentuk pada komunitas seperti yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok perantau di berbagai daerah seakan dibuat eksklusif, dimana keanggotaannya didasarkan kepada relasi kekerabatan dan kesamaan daerah, bahasa, etnis, dan agama. Dengan ketertutupan seperti itulah yang mungkin menyebabkan mereka bisa menikmati jalinan tersebut dan bisa menguasai jaringan bisnis atau keterampilan tertentu di daerah perantauan. Bourdieu (1986) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya aktual dan merupakan potensi yang dimiliki seseorang, didapat dari bentukan jaringan sosial yang berlangsung secara terus menerus berupa dukungan kolektif kepada anggotanya. Pengertian modal sosial tersebut menekankan bahwa hubungan sosial yang telah dibentuk seperti pertemanan, kekeluargaajl, atau hubungan yang lain masih bersifat sesaat. Untuk itu dibutuhkan suatu transformasi seperti dari sekedar pertemanan atau kekeluargaan menjadi saling percaya dan bekerjasama untuk menjadikan hubungan tersebut labih bersifatjangka panjang dengan rasa tanggungjawab terhadap orang lain. SISTEM INOVASI DAERAH BERBASIS KLASTER Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah selepas masa reformasi, Pemerintah Provinsi turut memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kapasitas inovasi nasional. Sistem Inovasi Daerah (SIDa) adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha dan masyarakat di daerah. SIDa di desain untuk mendukung SINas pada level daerah. Kebijakan tentang penguatan SIDa telah dikukuhkan dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi (Nomor 03 Tahun 2012) dengan Menteri Dalam Negeri (Nomor 36 Tahun 2012) yang ditetapkan pada tanggal 23 April 2012. Terkhusus di Provinsi Jawa Tengah, SIDa memiliki visi sebagai wahana utama peningkatan daya saing dan kohesi sosial dalam mewujudkan masyarakat Jawa Tengah yang semakin sejahtera. Demi mencapai visi tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Jawa Tengah mencanangkan tiga strategi pengembangan SIDa, yakni klaster UMKM, Kabupaten/Kota Inovatif dan Desa Inovatif. SIDa berbasis Klaster UMKM adalah sinkronisasi antara inovation trigger, lembaga pendukung inovasi dan pengguna inovasi di daerah guna mengembangkan produktivitas dan daya saing klaster UMKM. Klaster UMKM merupakan suatu kelompok usaha sejenis dalam suatu kawasan dimana saling berhubungan karena adanya kebersamaan dan sifat saling melengkapi. Pola hubungan kebersamaan dan saling melengkapi dalam klaster dapat diilustrasikan sebagai berikut : Pendekatan ini digunakan di Jawa Tengah dengan beberapa alasan : (1) Keberhasilan klaster memiliki daya ungkit tinggi bagi pembangunan daerah; (2) membantu UMKM untuk mencapai skala ekonomi yang optimum melalui kebersamaan; (3) memudahkan transfer pengetahuan dan teknologi; (4) menciptakan lingkungan yang kreatif untuk menumbuhkan inovasi dan kerjasama; (5) lebih fokus mendorong sinergitas dan memudahkan stakeholder dalam fasilitasi dan pembinaan UMKM di dalam klaster. Dalam rangka mendorong SIDa berbasis klaster telah dibentuk klaster kompetensi inti daerah di 35 daerah di Jawa Tengah. Klaster kompetensi inti daerah pada masing-masing daerah hanya dibatasi dengan 1 (satu) klaster dengan cara penentuan sebagai berikut : 1) Kepala Daerah menunjuk Bappeda/lembaga litbang untuk membentuk tim multi stakeholder 2) Anggota tim terdiri dari SKPD terkait pengembangan ekonomi, Kadin dan Asosiasi perusahaan sejenis, Perguruan Tinggi serta tokoh masyarakat. 3) Rapat bersama (FGD) dan didukung analis data untuk menentukan klaster unggulan Pada dasarnya pengembangan klaster diarahkan pada rekayasa sosial seperti penguatan kelembagaan klaster dan rekayasa teknologi seperti pengembangan teknologi tepat guna. Rekayasa sosial dalam kelembagaan klaster berupa forum rembug klaster kompetensi inti daerah. Adapun cara membentuk forum rembug klaster sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) Melakukan identifikasi pihak-pihak terkait untuk pengembangan klaster kompetensi inti daerah Membentuk forum rembuk klaster Membuat AD/ART, Rencana Usaha dan SK Legalitas Forum Klaster dikukuhkan oleh Kepala Daerah Sedangkan rekayasa teknologi berupa teknologi tepat guna diarahkan sesuai dengan kebutuhan teknologi klaster. Kebutuhan teknologi klaster dapat dipenuhi dengan cara : 1) 2) 3) 4) Klaster melakukan identifikasi kebutuhan teknologi Forum SIDa mempertemukan klaster dengan penyedia teknologi Penyedia teknologi menyediakan teknologi yang dibutuhkan klaster Teknologi diaplikasikan dalam klaster B. AGENDA POKOK PENGUATAN SIDa di Jawa Tengah Kerangka kebijakan inovasi diarahkan pada : 1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi 2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung Iptek/libangyasa dan mengembangkan kemampuan absorpsi oleh industri, khususnya UKM 3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta meningkatkan pelayanan berbasis teknologi. 4. Mendorong budaya inovasi. 5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah. 6. Penyelarasan dengan perkembangan global. Sedangkan inisiatif (prakarsa) strategis SIDa : 1. Perkuatan sistem inovasi daerah : sebagai wahana untuk memperkuat pilar-pilar bagi penumbuhkembangan kreativitas keinovasian di tingkat daerah, dimana penguatan sistem inovasi daerah merupakan bagian integral dari penguatan sistem inovasi nasional. 2. Pengembangan klaster industri : sebagai wahana untuk mengembangkan potensi terbaik dan meningkatkan daya saing industrial. 3. Pengembangan jaringan inovasi : sebagai wahanan untuk membangun keterkaitan dan kemitraan antar aktor, serta mendinamisasikan aliran pengetahuan, inovasi, divusi dan pembelajaran. 4. Pengembangan teknoprener : sebagai wahana modernisasi bisnis/ekonomi dan sosial, serta mengembangkan budaya inovasi. 5. Penguatan pilar-pilar tematik SI : sebagai wahana memperbaiki elemen-elemen penguatan sistem yang bersifat tematik dan kontektual. C. ARAH KEBIJAKAN SIDa berbasis klaster : Berdasarkan road map SIDa Jawa Tengah 2011-2025 maka arah kebijakan SIDa berbasis klaster adalah : I. Pengembangan Klaster 1) Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis, dengan program: a) Penghapusan (Peninjauan ulang) regulasi yang menghambat pengembangan inovasi dan bisnis, dalam bentuk kegiatan kajian strategis, FGD, dan lain-lain b) Kampanye kepedulian dan apresiasi HKI 2) Kelembagaan dan daya dukung IPTEK/litbangyasa, dalam bentuk kegiatan : pengembangan kelembagaan IPTEK berupa BTC (Business Technology Center), pusat –pusat Iptek, dan lain-lain 3) Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi : program nya adalah komersialisasi inovasi dan/ atau hasil litbang, dalam bentuk kegiatan link and match klaster dengan lembaga inovasi. 4) Mendorong budaya inovasi : program nya pelatihan, krenova, insentif bagi pengusaha inovatif 5) Memperkuat keterpaduan sistem inovasi dan klaster industri : programnya adalah pengembangan teknologi bagi klaster UMKM 6) Penyelerasan dengan perkembangan global : programnya standarisasi produk melalui HAKI II. Pengembangan Jaringan Inovasi Bisnis 1) Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis, dengan program : penyusunan rekomendasi pengembangan jaringan inovasi 2) Kelembagaan dan daya dukung IPTEK/Litbangyasa, dengan program : peningkatan kapasitas stakeholder dalam manajemen pengetahuan 3) Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi: peningkatan kualitas dan konektivitas web jarlitbangnov 4) Mendorong budaya inovasi, dengan program : Pameran Produk Inovasi 5) Memperkuat keterpaduan sistem inovasi dan klaster industri, dengan program perluasan konektivitas dan interaksi jaringan inovasi Provinsi, Kab/Kota dan klaster 6) Penyelaran dengan perkembangan global, dengan program forum kerjasama internasional jaringan inovasi III. Pengembangan Technopreneur 1) Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis, dengan program : perbaikan regulasi usaha 2) Kelembagaan dan daya dukung IPTEK/litbangyasa, dengan program pengembangan tempat/ media promosi dan penjualan produk 3) Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, dengan program inkubator, sosialisasi teknoprenuer camp 4) Mendorong budaya inovasi, dengan program Technoprenuership di Perguruan Tinggi 5) Memperkuat keterpaduan sistem inovasi dan klaser industri, dengan program pendampingan klaster dan pembentukan inkubator di daerah 6) Penyelaran dengan perkembangan global, dengan program sosialisasi HAKI dan SNI kepada klaster KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER DI JAWA TENGAH Oleh Ketua FPESD Jawa Tengah A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di suatu negara dan atau daerah dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerah dan atau negara tersebut. Pemerintah telah dan sedang melakukan berbagai upaya untuk pengembangan ekonomi nasional dan atau daerah dengan melihat berbagai potensi, tantangan, peluang serta kondisi riil yang dihadapi dalam struktur perekonomian yang akan dikembangkan. Secara nasional, jumlah usaha (mikro, kecil, menengah dan besar) mencapai 22.153.552 unit dengan jumlah tenaga kerja 43.911.721; proporsi terbesar dari unit usaha yang ada di Indonesia : 0,63 % skala besar, 99,37 % kecil dan menengah. Krisis ekonomi tahun 1997/1999 menyadarkan Pemerintah dan masyarakat pelaku usaha bahwa daya tahan pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah sangat tangguh, mempunyai kelenturan dalam konsep usaha dan tahan terhadap permasalahan ekonomi nasional, sekalipun tetap berdampak dalam pengembangan usahanya. Pemerintah menginisasi konsep – konsep penataan, pengembangan ekonomi lokal atau wilayah berbasis pada potensi daerah dan atau permasalahan yang dihadapi dan akan dipecahkan di daerah. Konsep – konsep regionalisasi daerah secara makro dipilih untuk meningkatkan daya saing daerah sementara dalam skala mikro konsep – konsep pengembangan lokal spesifik menjadi pilihan pendekatan dengan sentuhan berbagai aspek yang dihadapi oleh unit usaha di daerah tersebut. Jawa Tengah, sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi bagian dari krisis ekonomi yang terjadi dan dampak dari berbagai kebijakan yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat; termasuk pelaksanaan konsep desentraliasasi pemerintahan, demokratisasi dan tatakelola pemerintahan yang baik. Konsep pengembangan ekonomi wilayah berbasis regionalisasi dilakukan di Jawa Tengah dengan menginisiasi regionalisasi ekonomi seperti SOLO RAYA, BARLINGMASCAKEP, SAPTA MITRA PANTURA dan sebagainya; sementara ditatanan mikro, produk lokal dihargai dan diupayakan berkembang dengan pola pengembangan klaster – klaster produk sebagai pengembangan dari konsep sentra yang telah ada untuk dikembangkan menjadi klaster. Sentra adalah kumpulan produsen dalam suatu wilayah tertentu. Sentra dikembangkan menjadi klaster, dengan cara dihubungkan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan bisnis, mulai dari industri pendukung, institusi pendukung, supplier sampai dengan pasar. Pihak-pihak yang diharapkan terlibat dalam pengembangan sentra menjadi klaster, meliputi antara lain pengusaha besar, asosiasi, Kadin, BDS (Business Development Services), Perbankan dan Pemerintah terkait. Dukungan Pemerintah Daerah dibutuhkan dalam rangka menginisiasi terjadinya linkages tersebut, mendorong terjadinya proses kerjasama yang partisipatif. Disamping tentunya dukungan Pemerintah dibutuhkan untuk regulasi dan penyediaan infrastruktur. Dukungan Pemerintah dibutuhkan pada Tingkat mikro, meso dan makro. Sebagai bentuk fasilitasi Pemerintah Jawa Tengah tersebut, maka pada tingkat mikro dibentuk Forum Rembug Klaster, meso dibentuk FEDEP dan makro Jawa Tengah dibentuk FPESD. B. Gambaran Umum UMKM di Jawa Tengah Mendasarkan pada Sensus ekonomi tahun 2006, UMKM non pertanian di Jawa Tengah pada tahun 2006 berjumlah 3,69 juta usaha. Dengan komposisi sebagai berikut ; usaha berskala mikro mencapai 3.152.214 usaha atau 85,51%, usaha kecil 513.130 usaha atau 13,92% dan usaha menengah sebanyak 20.929 usaha atau 0,57 %. Jumlah tenaga kerja yang terserap dari usaha tersebut mencapai 7.054.731 atau rata – rata tenaga kerja untuk masing – masing skala usaha adalah :1,91 dengan perincian usaha mikro sebesar 1,59 usaha kecil sebesar 3,35 dan usaha menengah sebesar 16,19. Secara umum permasalahan yang ada di UMKM berkaitan dengan : modal kerja, ketrampilan tenaga kerja, alat kerja yang efisien dan ramah lingkungan, inovasi dan kreativitas design, pasar, rentan terhadap perubahan ekonomi nasional maupun dunia, entrepreneurship dan modal sosial Melihat permasalahan pengembangan UKM tersebut maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan GTZ-RED melakukan base line studi pengembangan UKM pada tahun 1998, dengan rekomendasi sebagai berikut : 1. Bahwa dalam rangka pengembangan UKM di Jawa Tengah terdapat permasalahan dalam pembinaan UKM, antara lain program masih sektoral, belum adanya sinergi antar sektor, belum partisipatif dan kurang melibatkan multi pihak. 2. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut perlunya dibentuk lembaga pengembangan ekonomi lokal pada tingkat Provinsi dan Kabuapten/Kota. Lembaga tersebut beranggotakan Pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat untuk melakukan dialog dalam formulasi kebijakan pengembangan ekonomi lokal. C. Konsep Pengembangan Klaster Klaster dalam tatanan global diartikan sebagai jaringan perusahaan – perusahaan yang terkonsentrasi secara geografis, yang dikhususkan kepada pemasok, penyedia jasa-layanan, perusahaan yang terkait secara industri, dan lembaga asosiasi di daerah tertentu yang saling bersaing, namun juga saling bekerjasama (Porter, 1998) sementara itu dalam tatanan lokal di Jawa Tengah, klaster dimaknai sebagai : UMKM yang sejenis yang mengelompok dan tinggal dalam wilayah yang berdekatan di pedesaan, sudah ada sejak turun temurun berbentuk sentra usaha dengan didukung oleh Institusi baik Pemerintah maupun Swasta untuk mengembangkan usaha secara bersama. Terdiri dari klaster pertanian, industri dan pariwisata. (FPESD, 2005) Pilihan konsep pengembangan ini didasari pada pertimbangan : 1. Bahwa pendekatan klaster merupakan pengembangan UMKM secara mengelompok sehingga lebih mempermudah dalam merumuskan kebijakan dan pengalokasian sumber daya yang dibutuhkan untuk pengembangan UMKM kelompok tersebut. 2. Bahwa pendekatan klaster berprinsip kepada penguatan sumber daya lokal berupa potensi dan sumber daya manusia, mobilisasi stakeholder lokal, kerjasama dan kebersamaan. 3. Disamping itu, juga mempunyai konsep pengembangan yang sesuai dengan visi misi dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berupa Bali Ndesa Mbangun Desa. karena pengembangan klaster adalah pengembangan pedesaan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat desa dan pengurangan urbanisasi ke kota. 4. Pengembangan klaster akan mendorong usaha mikro dan kecil mendapatkan manfaat external economy dan efisiensi kolektif 5. Pengembangan klaster meningkatkan produkstivitas, added value dan penyerapan tenaga kerja. Konsep pengembangan klaster yang diadopsi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah adalah penguatan-penguatan terhadap komponen produksi klaster, dengan didasarkan prinsip-prinsip : 1. Bottom up dan Partisipatif yaitu keterlibatan multi stakeholder yang mendorong dan mengakomodasi inisiatif dan partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan klaster 2. Integrated Program bahwa kegiatan dilaksanakan secara komprehensif dan integrated. 3. Fokus dan lokus (lokasi) yang diputuskan bersama. Fokus kegiatan pengembangan ini khususnya pada sektor-sektor produksi pengembangan pertanian berbasis prosessing, pengembangan industri yang berbasis ekspor, dan pengembangan kawasan pariwisata unggulan. 4. Penciptaan iklim usaha kondusif dalam rangka mendorong kesejahteraan lokal, dan memberikan nilai tambah yang baik terhadap resource lokal. Hal ini meliputi kegiatan menciptakan iklim usaha kondusif, melakukan integrasi program yang berorientasi fokus pada kebutuhan klaster, serta mendorong dan mengakomodasi inisiatif dan partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan usaha klaster. Konsep pengembangan klaster didasarkan pada 3 (tiga) pilar pengembangan ekonomi Jawa Tengah, yaitu pertanian berbasis processing, industri berbasis ekspor dan pariwisata berbasis klaster : Tujuan Pengembangan Klaster di Jawa Tengah, pada dasarnya terdapat 2 hal, yaitu : 1. Memperbaiki sistem pengambangan UMKM secara komprehensif, partisipatif dan berkelanjutan 2. Meningkatan produkfitas, teknologi dan pasar dalam rangka pencapaian ekonomi ekternal dan efisiensi kolektif D. Kebijakan, Strategi dan Program Pengembangan Klaster. Sejalan dengan RPJP-D Jawa Tengah tahun 2005 – 2025 (Perda no. 3 Tahun 2008), maka konsep pengembangan klaster adalah pengembangan ekonomi wilayah pada tataran makro dan pengembangan ekonomi lokal pada tataran mikro. Pengembangan ekonomi kewilayahan dilakukan dengan kebijakan : (a) mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan daerah, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Gubernur Jawa Tengah periode 2008 – 2013 menjabarkan visinya yakni : masyakarat Jawa tengah yang semakin sejahtera dengan 6 misi dan 2 diantarnya terkait ssecara langsung dengan konsep pengembangan ekonomi lokal / kerakyatan yang implementasinya adalah pengembangn klaster – klaster usaha di jawa Tengah. Sejalan dengan kebijakan pengembangan klaster di Jawa Tengah tersebut maka strategi pengembangan klaster adalah : A. Strategi penguatan kelembagaan 1. Mendorong perkuatan kelembagaan pengembangan klaster pada 3 lini : a. Pada Tingkat Provinsi bernama Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya (FPESD Jawa Tengah) b. Pada Tingkat Kabupaten/Kota bernama Forum for Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) c. Pada Tingkat Klaster bernama Forum Rembug Klaster (FRK) 2. Memfasilitasi pemilihan klaster unggulan bersama dengan FEDEP Pada masing-masing Kabupaten/Kota melalui FEDEP, diharapkan dapat memilih 1 (satu) klaster yang merupakan unggulan daerah untuk didukung pada Tingkat Provinsi Jawa Tengah 3. Memfasilitasi program pengembangan klaster a. Memfasiltisi proses perencanaan program klaster oleh Forum Rembug Klaster bersama dengan FEDEP b. Memfasilitasi hasil perencanaan dari bawah (klaster) dapat diakses dalam program Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain melalui POKJA-FPESD c.Memfasilitasi promosi dan pameran klaster melalui workshop dan pameran klaster d. Mendorong FEDEP dan Forum Klaster untuk menghasilkan program pengembangan klaster yang inovatif (misal : eco-efisiensi, pengembangan batik network Jateng, BTC-SMK, klaster managemen) e. Mendorong FEDEP melakukan evaluasi pengembangan klaster 4. Mendorong pemerkuatan BDS pendamping Klaster ke arah inovasi dan profesionalisme 5. Mendorong pemerkuatan klaster melalui kerjasama antar FEDEP pada Tingkat Regional, namun tidak menutup kemungkinan pada wilayah BAKORWIL maupun dalam skala wilayah Provinsi dan Nasional 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. B. Strategi Pengembangan program teknis Memfasilitasi akses permodalan dan koperasi Memfasilitasi ketersediaan bahan baku Memfasilitasi peningkatan kualitas produk Memfasilitasi peningkatan akses pasar, berupa pameran, temu usaha, dan lain-lain Memfasilitasi kepemilikan HAKI Memfasilitasi pengurangan pencemaran lingkungan Memfasilitasi pengembangan desa wisata berbasis klaster Secara umum program yang terkait dengan pengembangan klaster dan diampu oleh SKPD adalah : Pelatihan klaster pariwisata oleh Dinas Pariwisata Bantuan permodalan untuk Koperasi oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UMKM Bantuan akses ke Perbankan dan BUMN/BUMD oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKMK Pelatihan dan bantuan alat klaster pertanian oleh Dinas Pertanian Bantuan sarana produksi peternakan dan pelatihan oleh Dinas Peternakan Bantuan sarana benih perikanan dan pelatihanan oleh Dinas Perikanan Pelatihan teknis industri oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bantuan HAKI oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pameran oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Biro Perekonomian Penelitian klaster oleh BALITBANG 11. Temu Usaha antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar oleh Badan Penanaman Modal Daerah 12. 13. 14. 15. Fasilitasi perbaikan jalan di klaster oleh Bina Marga Pelatihan kewirausahaan oleh BAPPERMAS Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) oleh BAPPEDAL Bimbingan Teknis (BINTEK) Mangemen Klaster oleh BPMD Provinsi Jawa Tengah 16. Workshop dan Pameran Klaster oleh BPMD Provinsi Jawa Tengah 17. Evaluasi dan monitoring FEDEP dan Klaster oleh BAPPEDA provinsi Jawa Tengah Sedangkan dalam tatanan implmentasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong dan memberdayakan Kab/Kota untuk mengidentifikasi dan menentukan klaster yang berpotensi untuk dikembangkan, memfasilitasi perkuatan kelembagaan klaster, mencarikan network untuk pengembangan serta melakukan evaluasi dan monitoring terhadap kinerja klaster tersebut. E. Penutup Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sangat menyadari bahwa strategi pembangunan yang bertumpu pada kemampuan sendiri merupakan pilihan strategis yang perlu diambil. Strategi ini pada dasarnya harus melahirkan keluaran yang mengutamakan kebutuhan rakyat dan untuk itu perlu pengembangan kapasitas perencanaan yang mengalir dari sumber yang memerlukan. Sehingga strategi yang terformulasikan mampu merepresentasikan kebutuhan riil lapangan. Untuk itulah diperlukan peran serta semua pihak, agar dalam pelaksanaannya dapat saling melengkapi menjadi suatu sinergitas dalam tataran konsep serta implementasi di lapangan. Bahan Bacaan Andersson, Thomas, et. Al 2004 Cluster Policy Whitebook. Malmo, Swedia: IKED Bank Indonesia, 2006, Kajian Pola Pembiayaan Dalam Rangka Pengembangan Klaster Balitbang Provinsi Jawa Tengah, 2005, Penelitian dan Pengembangan UKM di Jawa Tengah: Pengembangan Potensi Usaha dan Inovasi Teknologi UKM di Jawa Tengah Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2009, Rentra Jawa Tengah 2008 – 2013 Berry, A. Rodriguez E, dan Sandee, H. 2001, “Small and Medium Enterprises Dynamics in Indonsia”, Buletin of Indonesia Economic Studies, 37 (3) 363-84 FPESD, 2006: Laporan Kegiatan Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya Jawa Tengah, tahun 2001-2005 FPESD, 2006: Perkembangan FPESD Jawa Tengah Japan International Cooperation Agency (JICA), 2004. Studi Penguatan Kapasitas UKM di Republik Indonesia, Jakarta Munir, Risfan dan Bahtiar Fitanto, 2005 Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif : Masalah Kebijakan dan Panduan Pelaksanaan Kegiatan, Jakarta” Local Governance Support Program (LGSP) Miyasto, 2005: Langkah Menuju Penguatan UKM di Jawa Tengah melalui Forum Stakeholder Ekonomi Lokal, Prosiding The 1 st Participatory Planning and Development Conference : Meninjau Kembali Pembangunan Partisipatif: Praktek dan Prosepeknya di Indonesia, Semarang : P-5 UNDIP Marshall, A, 1920, Principles of Economics, London: Memillan Prayitno, Budi, 2009 Pengalaman Pengembangan Klaster di Indonesia. Paper Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantages of Nations, New York: The Free Press Wijaya, Holi Bina, 2007: Pengembangan Klaster Usaha di Jawa Tengah, Semarang: Jurnal Tata Loka UNDIP. BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah, 2006. Ringkasan Eksekutif Penyusunan Pemetaan dan Tematis UMKM Jawa Tengah tahap 1 LANDASAN TEORI KLASTER DAN MANAGEMEN KLASTER (Disarikan dari Modul Managemen Klaster oleh Lucas von Zallinger) Oleh : Sri Hestiningsih Latar Belakang Perlunya Kerjasama Apa yang membuat perekonomian sukses? Pada dasarnya orang berusaha berbisnis untuk mendapatkan kesuksesan dari segi ekonomi. Pengertian perekonomian yang sukses dari abad ke abad juga mengalami pergeseran. Pada sekitar abad ke 19 – 20, orang yang dikatakan sukses adalah siapapun yang punya uang. Sehingga perlu dana lebih dan perlu modal finansial. Fase ini disebut produksi industri atau ekonomi berbasis faktor. Selanjutnya pada abad 20 – 21, orang yang dikatakan sukses adalah siapapun yang berpengetahuan, sehingga perlu modal sumber daya manusia (know how). Fase ini disebut dengan pengetahuan berbasis ekonomi atau wawasan ekonomi. Sedangkan pada abad 21 – 22: pengertian sukses juga mengalami perubahan yaitu siapapun yang mampu bekerjasama dengan baik dengan siapapun disebut dengan orang sukses. Demikian pula dalam perekonomian suatu daerah, untuk mencapai keberhasilan maka perlu adanya kerjasama dengan seluruh stakholder yang terkait dalam pembangunan ekonomi. Untuk memperkuat jaringan kerjasama tersebut maka perlu adanya modal sosial, sehingga akan terbentuk kerjasama baik antar individu dengan individu, individu dengan lembaga maupun lembaga dengan lembaga. Fase ini disebut dengan jejaring ekonomi. Didalam prakteknya, kemampuan dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak juga mengarah kepada efisiensi dan efektifitas. Dan lembaga ataupun individu yang bertindak sebagai penghubung berbagai kerjasama tersebut yaitu fasilitator. Dalam pembangunan saat ini, peran fasilitator sangat dibutuhkan khususnya dalam membangun jaringan kerjasama. Pengertian kerjasama terbagi dalam kerjasama bilateral dan multilateral. – Juga dapat berbentuk kerjasama informal (tanpa perjanjian) seperti lobi-lobi dan kerjasama formal (dengan perjanjian). Biasanya perjanjian formal terbentuk setelah melalaui informal dan untuk memperkuat kerjasama yang sifatnya informal. Beberapa contoh membangun jaringan kerjasama adalah : a. Kerjasama berbagai perusahaan, terkadang dibimbing oleh lembaga pengampu (lembaga perantara/broker, penyedia jasa pengembangan usaha/BDS, dll.) b. Membuat draf dan penerapan proyek yang berorientasi inovasi/aksi c. Fokus pada satu tujuan d. Sistem berjenjang tunggal (tingkat mikro) e. Pelibatan para pelaku yang berdedikasi f. Bottom-up atau top-down tetapi strateginya ditetapkan oleh kebijakan ekonomi/kewilayahan (mis. Bioregionen -Jerman, InnoRegio – Jerman, RIO Austria, Creative Industries –Austria) Aliansi Strategis Jaringan kerjasama erat kaitannya dengan aliansi strategis. Pengertian aliansi strategis adalah kegiatan bersama oleh paling tidak dua pebisnis dengan tujuan untuk mencapai perubahan situasi. Masing-masing pelaku yang terlibat berkontribusi sesuai dengan kemampuan khususnya, guna membentuk kerjasama profit dengan lembaga bisnis lain. Karakteristik Umum Aliansi Strategis adalah : a. Para mitra mengharap adanya manfaat konkret (nilai tambah) bagi mereka dari kerjasama ini. b. Para mitra berfokus pada berbagai kekuatan mereka dalam kerjasama ini. Sebagai antisipasi bahwa nilai-tambah hanya dapat dicapai melalui aliansi strategis ini c. Para mitra membawa berbagai kekuatan khususnya namun tidak usaha bisnisnya secara keseluruhan (jaring sebagian) d. Para mitra dalam aliansi memelihara fungsi otonomi mereka e. Kemitraan baru dan struktur organisasi muncul dari kerjasama ini Contoh sebuah aliansi strategi adalah: Star Alliance Klaster Klaster pada dasarnya merupakan perluasan dari aliansi strategis. Dimana lebih banyak lagi perusahaan dalam sebuah industri atau sepanjang rantai nilai yang mulai mengorganisir aliansi berganda, maka hasilnya adalah sebuah klaster. Jadi klaster adalah penggabungan beberapa aliansi dari beberapa perusahaan dalam suatu wilayah yang berdekatan. Adapun pengertian Klaster, menurut Porter, 1998 adalah : “Klaster merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang terkonsentrasi secara geografis, yang dikhususkan kepada para pemasok, penyedia jasa-layanan, perusahaan yang terkait secara industri, dan lembaga asosiasi di daerah tertentu yang saling bersaing, namun juga saling bekerjasama” Dari terminologi tersebut yang terkait dalam klaster adalah adanya aliansi strategi, adanya kerjasama dan persaingan, konsorsium dan jaringan usaha bisnis. Studi dari IKED menyebutkan, pengembangan klaster umumnya didefinisikan sebagai proses kegiatan usaha dan berikut aktor-aktornya, dalam konsentrasi wilayah geografi, yang bekerjasama dalam suatu fungsi tertentu, dan membentuk hubungan yang erat dalam rangka meningkatkan kemampuan kompetisi bersama (Andersson, 2004). JICA juga mengusulkan pengertian klaster dalam suatu kelompokusaha terdekat yang berhubungan secara geografls. Studi ini juga setuju dengan deflnisi operasional bahwa pemusatan goegrafis industri terkait lalu diikut i juga dengan pemusatan aktivitas dan lembaga pendukung usaha. Pemahaman klaster juga dapat dilihat dari berbagai perspektif yang lebih spesiflk, dalam pandangan strategi bisnis klaster merupakan daerah yang luas yang melingkupi pertalian industri. Karakteristik Klaster dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Merupakan hubungan-antar perusahaan-perusahaan dan lembaga jasa-layanan usahabisnis di segmen tertentu. b. Dilakukan disepanjang rantai-nilai, berakhir di sebuah produk akhir atau sekelompok produk akhir c.Fokus pada berbagai-tujuan (promosi ekspor, tukar-menukar pengalaman, kerja-sama pemasaran, kerjasama dalam proyek riset dan pengembangan, bersama dalam pengadaan, dll.) d, Sistemnya Multi-level (penggandaan bertingkat) memadukan para pelaku mikro-, meso-, dan beberapa kasus terjadi juga di level makro e. Sistem Multi-aktor lebih dari sekedar pelibatan kelembagaan secara penuh a. b. c. Klaster yang berhasil selalu melibatkan para stakeholder komplementer yang beragam, yang terdiri dari : Perusahaan yang aktif secara internasional, terlebih kuat di pasar dan unggul dalam teknologi. Para pemasok atau usaha-bisnis suplementer (seringkali adalah UKM). Lembaga pendukung (pengetahuan berbasis keahlian, misalnya lembaga riset, universitas, ICT keahlian, dll dan lembaga pemerintah (misalnya pemerintah daerah, dinas-dinas, kementrian dll.) Tipologi Klaster Ada 3 (tiga) tipologi klaster dilihat dari insiasi, manajemen pengelolaan dan sumber pendanaan. Adapun ke – 3 tipologi klaster, adalah : a. Tipologi Bottom-up, yaitu berasal dari bawah dengan cirri-ciri sebagai berikut : Prakarsa atau inisiasi pembentukan klaster datangnya dari perusahaan lokal itu sendiri. Biasanya struktur organisasi agak horizontal karena peran anggota sejajar. Kunci kebersamaan yang dibangun dalam klaster adalah kewirausahaan klaster yang berorientasi pada bisnis murni. Manajer klaster dinominasikan atau berasal dari para anggota klaster itu sendiri yaitu para pelaku usaha di lokal. Pendanaan untuk kegiatan tersebut bebas dan berasal dari berbagai sumber. Untuk tipe klaster itu, keberlanjutannya lebih jelas . Sedangkan dari sisi politik, khususnya untuk mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah relatif rendah. b. Tipologi Klaster Top down, dengan cirri-ciri sebagai berikut : seringkali pelibatan politik kuat karena pelaku utamanya dari luar. Model klaster ini sangat tersentralisasi. Biasanya manajer klaster dinominasikan oleh inisiator dan sangat bergantung pada pendanaan publik c. Tipologi Klaster Pusat Roda dan Jeruji / Klaster Satelit Tipe klaster ini diinisiasi oleh perusahaan besar yang ingin membangun kerjasama dengan perusahaan kecil sehingga akan bergantung pada perusahaan skala besar tersebut yang merupakan ujung tombak klaster. Struktur organisasi cenderung hierarkis ( Contoh: Korean Chaebol) dan tersentral. Dilihat dari model 3 klaster tersebut, maka rata-rata klaster di Jawa Tengah adalah tipe ke – 2 (dua) dengan inisiatif dari Pemerintah Daerah. Tetapi ada pula jenis klaster yang berupa klaster bottom up khususnya untuk klaster lama yang berasal dari sentra-sentra yang sudah tumbuh secara turun temurun. Manfaat Klaster a. Manfaat Klaster Secara ekonomi Makro 1. Klaster bermanfaat dalam hal terjadinya perubahan-perubahan bagi UKM khususnya dalam hal mempersiapkan adanya globalisasi dan pasar bebas Internasional 2. Dengan persaingan yang terus meningkat baik di dalam negeri maupun persaingan dengan produk impor, maka klaster akan membantu para anggotanya untuk lebih siap dan berdaya saing. 3. Klaster juga meningkatkan adanya teknologi baru, inovasi, peningkatan produktifitas yang rendah, peningkatan kualitas manajemen, pelatihan dan pendidikan, peningkatan kompetensi inti, akses pasar dan akses permodalan, integrasi ke arah ranta nilai, penempatan pasar dan merek dagang. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. b. Sedangkan dari skala mikro manfaat klaster adalah : 1. Bagi para anggota klaster (internal) : Para anggota klaster akan mendapatkan keuntungan ekonomi melalui kerjasama, khususnya bagi usaha kecil dan mikro Adanya serangkaian sumber daya yang berkompeten yang menguntungkan anggota dalam membangun kerjasama antar anggota Kisaran ekonomi dengan adanya rantai-nilai dalam klaster menguntungkan dalam hal efesiensi dan efektifitas Pemasaran dan penempatan pasar (promosi ekspor) dapat dilakukan secara bersama samna Penyediaan jasa-layanan klaster memudahkan anggota dalam pengembangan usahanya. Dari sisi produktifitas: akses anggota klaster lebih baik untuk memperoleh input berbagai faktor dan pengetahuan Adanya optimalisasi biaya yang berupa pembagian sumber-sumber dan daya-tawar secara kolektif Kemungkinan melakukan lobi-lobi yang efisien Adanya akuisisi berbagai proyek dan dukungan public Adanya dukungan berbagai stakeholder yang relevan dan terintegrasi dengan baik. k. a. b. c. d. e. f. g. h. i. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Pada dasarnya klaster sebagai ‘sistem inovasi’ atau perubahan kerarah perbaikan, sehingga menguntungkan bagi para anggota untuk mempertahankan ataupun meningkatkan usahanya. 2. Bagi para klien (ekternal) Memudahkan karena satu-atap untuk para klien Skala: ‘Satu-Sumber’ Rantai-nilai yang efisien Adanya proses pengembangan Kualitas manajemen yang lebih baik karena diorganisir Penyatuan tenaga kerja (SDM), karena berkumpul dalam satu lokasi Adanya jasa-layanan portofolio terintegrasi Pengurangan biaya dan fleksibilitas Kemampuan tanggap cepat (T2M) Batasan dan resiko yang tersangkut dalam promosi klaster harus juga dipertimbangkan : Klaster adalah sebuah piranti promosi bagi kekuatan kewirausahaan atau keberadaan kewilayahan. Klaster bukan merupakan instrumen restrukturisasi Klaster tidak boleh digunakan untuk tujuan politik atau kepentingan pribadi Dampak ketertutupan: terlalu berorientasi pada klaster dan pada struktur lokal akan menyebabkan kelalaian hubungan eksternal dan daya prediksi Proses pengambilan keputusan lebih lama Adanya tambahan pekerjaan Kurang fleksibel: klaster yang kurang fleksibel akan lambat berorientasi kembali dan beradaptasi dengan tren-tren baru Kerentanan: spesialisasi akan meningkatkan kerentanan wilayah terhadap tren-tren teknologi dan pasar baru Penurunan tekanan daya-saing karena kerjasama yang terlalu akrab (tidak efisien) Klaster yang berhasil: mempunyai tendensi untuk peningkatan gaji dan biaya-biaya Titik-titik penting di atas menggaris bawahi kepentingan: orientasi pasar, fleksibilitas, inovasi, monitoring dan manajemen perubahan a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Hambatan Klaster Berbagai hambatan khusus klaster: Kurang keserasian antara struktur dan budaya di dalam kemitraan usahabisnis Berbagai hambatan terkait hukum (misal: badan hukum) Kurang sumber dana yang dibutuhkan untuk bekerjasama Kurangnya perilaku wirausaha dan daya-saing (kewirausahaan-klaster) Kurang kepercayaan antar mitra/ para stakeholder Gagal dalam pelibatan para perusahaan anggota klaster (kepemilikan) Kurangnnya jaringan informal Bergantung hanya pada satu orang, satu perusahaan atau satu lembaga politik Adanya pemblokiran politik k. l. m. a. b. c. a. b. c. d. e. Pembatasan pengetahuan kognitif: ketidaktahuan akan inovasi dan tren-tren baru Ketidak-jelasan dan harapan yang tidak jelas tentang apa itu klaster Manajemen Klaster Manajemen Klaster adalah penerapan dan pengembangan struktur, proses, piranti dan berbagai kemampuan untuk peningkatan kelembagaan yang sesuai, guna menjalankan klaster secara efektif. Manajemen klaster merupakan tujuan utama dalam memaksimalkan manfaat ekonomi para anggota klaster demikian pula daya-saing mereka melalui: Peningkatan kekuatan inovasi serangkaian kompetensi dan sumbersumber Peningkatan produktifitas penyediaan akses ke faktor-faktor produksi yang lebih baik dan diseminasi teknologi produksi dan piranti manajemen yang mutakhir Memfasilitasi komersialisasi pemasaran dan distribusi bersama Tugas-tugas utama di lingkup Manajemen Klaster : Mendukung kerjasama melalui: informasi, komunikasi, kerjasama proyek, tawaran pendidikan, kegiatan yang sifatnya internasional, jasa-jasa layanan klaster – Informasi Penghapusan jurang-jurang dalam rantai nilai Pengelolaan rantai nilai Penajaman profil kewilayahan Kunci Sukses & Pembelajaran Faktor-faktor sukses dan pembelajaran : 1. Klaster harus berorientasi pasar dan melahirkan jasa-layanan Klaster Titik Kuncinya : a. Usaha bisnis berorientasi pasar b. Jasa-layanan klaster berorientasi permintaan c. Pengembangan usaha-bisnis dilakuakn secara kolaborasi d. Kegiatan klaster bermanfaat nyata bagi para anggota 2. Strategi klaster dan rencana usaha bisnis Titik kuncinya : a Visi klaster harus jelas b Uraian tujuan pengembangan klaster harus jelas c..Adanya pengembangan bersama strategi klaster d Adanya pengembangan bersama rencana usaha klaster 3. Kewirausahaan Klaster Ttitik kuncinya : a. Adanya penjajakan kewirausahaan-klaster b. Adanya Promosi kewirausahaan-klaster c. Pelibatan lembaga pendukung (termasuk bank) d. Insentif 4. Struktur Organisasi dan proses Titik kuncinya : a. b. c. d. a Adanya bentuk hukum kerjasamanya b. AD/ART klaster c. Struktur organisasi d. Model proses klaster 5. Promosi Ekspor & Internasionalisasi Jasa-layanan klaster berorientasi ekspor, yaitu berorientasi pasar keluar dari klaster yang bukan hanya untuk kebutuhan anggota internal saja. Kegiatan pemasaran, bukan hanya sekedar memasarkan barang tetapi juga membuat pencitraan terhadap produk klaster tersebut Adanya jaringan yang sifatnya nasional dan internasional serta terbentuknya jaringan kerjasama baik internal maupun ekternal Adanya pengusaha eksternal khususnya pengusaha besar yang melakukan kerjasama di klaster dan terjadinya alih teknologi 6. Kepercayaan & Budaya Bekerjasama a. Jejaring & workshop b. Aturan dan peraturan c. Proses transparan d. Moderasi dan kegiatan gaya win-win 7. Manajemen Klaster Profesional a. Manajer klaster penuh waktu b. Staf klaster penuh waktu c. Infrastruktur klaster d. Model usaha-bisnis berkelanjutan (pendanaan) 8. Dukungan Publik & Mitra Klaster a. Lembaga pendukung terintegrasi b. Pelatihan dan konsultansi c.Kerangka kondisi (misalnya: aspek hukum) Perkembangan klaster di Jawa Tengah Pengembangan klaster di Jawa Tengah, dimulai pada tahun 2000 (Wijaya, ..) melalui program pengembangan ekonomi lokal di daerah yang dikenal dengan program FEDEP (Forum for Economic Development and Employment Promotion). Proses terbentuknya FEDEP dimulai pada tahun 1998, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan GTZ melakukan studi tentang kondisi dan permasalahan yang dihadapi UKM di Jawa Tengah, Hasil studi tersebut dibahas secara lebih mendalam dalam workshop dan seminar. Dari hasil workshop dan seminar dihasilkan rekomendasi dua hal penting dalam rangka mengakselerasikan pembangunan ekonomi dan perluasan lapangan kerja, Rekomendasi pertama adalah perlunya melembagakan kelompok diskusi stakeholder pada Tingkat kabupaten/kota menjadi forum stakeholder : FEDEP. Rekomendasi kedua perlunya pembentukan Forum pada Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Untuk selanjutnya forum pada Tingkat Provinsi bernama FPESD (Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya) Jawa Tengah (Miyasto, 2005). Program FEDEP dan FPESD menitikberatkan pada pengembangan klaster di Jawa Tengah, meliputi klaster industri, pertanian dan pariwisata. Strategi Pengembangan Klaster di Jawa Tengah Pengembangan klaster dipilih sebagai strategi pendekatan untuk mengoptimalkan peran dan fungsi UMKM terhadap kemandirian ekonomi wilayah karena pendekatan klaster dikembangkan secara kelompok sehingga lebih mempermudah dalam merumuskan kebijakan dan pengalokasian sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan UMKM klaster (FPESD dalam Bank Indonesia 2006). Realisasi dari strategi tersebut di tingkat pelaku klaster dilakukan melalui kegiatan : a. Meningkatkan kemandirian pelaku usaha melalui Forum Rembuk Klaster. Forum ini merupakan wadah bagi pelaku klaster untuk berinteraksi dan sebagai wadah dialog antar pelaku dengan semua stakeholder terkait dalam klaster tersebut. Forum Rembuk Klaster sekaligus berfungsi sebagai wahana untuk menumbuhkan-mengembangkan dan memperkuat modal sosial (social capital). Nilai-nilai modal sosial yang diintegrasikan adalah rasa memiliki (ownership), kebersamaan, saling percaya (trust) dan meningkatkan keterlibatan aktif setiap anggota klaster. b. Pendampingan oleh fasilitator klaster (BDS, LSM atau Universitas) C.Pengembangan jejaring kerja (net working), yang dibantu baik oleh FEDEP dan FPESD d.Pengembangan ekonomi lokal yang partisipatif e.Kerjasama antar Kabupaten/Kota secara alami yang terhubung dari kebutuhan klaster-klaster yang berkembang. Klaster-Klaster di Jawa Tengah Melalui fasilitasi dari FPESD, pada tahun 2006 Provinsi Jawa Tengah sudah menyeleksi sentra produksi yang dikembangkan menjadi klaster sebanyak 23 klaster (Bank Indonesia, 2006). Klasterklaster tersebut adalah : 1. Klaster kuningan di Kabupaten Pati 2. Klaster knalpot di Kabupaten Purbalingga 3. Klaster logam di Kabupaten Tegal 4. Klaster cor logam di Kabupaten Klaten 5. Klaster tembaga di Kabupaten Boyolali 6. Klaster mebel di Kabupaten Sukoharjo 7. Klaster mebel di Kabupaten Blora 8. Klaster keramik di Kabupaten Banjarnegara 9. Klaster genteng di Kabupaten Grobogan 10. Klaster tenun troso di Kabupaten Jepara 11. Klaster pariwisata Karimunjawa di kabupaten Jepara 12. Klater batik ATBM di Kota Pekalongan 13. Klaster sabut kelapa di Kabupaten Kebumen 14. Klaster batik dan bordir di Kabupaten Rembang 15. Klaster batik masaran di Kabupaten Sragen 16. Klaster pariwisata Borobudur di Kabupaten Magelang 17. Klaster pertanian terpadu di Kabupaten Klaten 18. Klaster gula kelapa di Kabupaten Banyumas 19. Klaster nilam di Kabupaten Wonosobo 20. Klaster pertanian organik di Kab. Semarang 21. Klaster pertanian hortikultura di Kab. Demak 22. Klaster pariwisata Dieng di Kab. Banjarnegara 23. Klaster perikanan di Kota Pekalongan Perkembangan klaster di Jawa Tengah, hampir sama dengan klaster di Indonesia yang didominasi oleh UMKM yang membr pariwisataerikan kontribusi sebesar 30 % dari seluruh jumlah UMKM Nasional (FPESD, 2007). Presentasi yang besar dari klaster yang terdiri dari usaha UMKM ini belum secara optimal dikembangkan, padahal sektor UMKM memiliki kemampuan daya ungkit tinggi terhadap pembangunan dan kesempatan kerja kepada masyarakat. UMKM dengan karakternya yang fleksibel dengan teknologi perpaduan antara padat modal dan padat karya dalam memanfaatkan sumber daya lokal telah terbukti lebih mampu bertahan terhadap krisis ekonomi dan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi globalisasi. Ukurannya yang relatif mikro-kecil-menengah, menjadikan kelompok usaha ini lebih mudah untk melakukan penyesuaian terhadap pengembangan teknologi dan tuntutan pasar yang dinamis. Sejauh ini proses pengembangan klaster masih berlangsung di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Hasil positif yang telah dicapai pada proses tersebut antara lain: (FPESD, 2005) 1. Tumbuhnya kembali modal sosial di masyarakat 2. Meningkatnya keterampilan teknis produksi 3. Meningkatnya pengetahuan tentang manajemen usaha 4. Tumbuh kembangnya organisasi klaster 5. Berkembangnya proses prencanaan yang partisipatif dan bottom-up 6. Beberapa klaster telah menunjukkan peningkatan pendapaatn 7. Beberapa klaster mulai memperoleh kepercayaan dari industri terkait Meskipun pengembangan klaster di Jawa Tengah menunjukkan hasil prositif namun masih ada kendala berkaitan dengan social capital dan trust. Krisis kepercayaan disebabkan krisis kebersamaan dalam berbisnis, kompetisi kurang sehat berupa penurunan harga dan kualitas produk. Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan korporatisasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) akan difokuskan pada empat sektor ekonomi yakni pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata serta industri. Guna membicarakan strategi dalam pembentukan korporatisasi UMKM, Menteri Teten melakukan pertemuan dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di kantor Kemenkop dan UKM, Jakarta, Selasa (17/12/2019). “Dalam hal ini Menkop dan UKM ditunjuk sebagai korlap yang akan mengkoordinir langkah-langkah korporatisasi UMKM, sementara sebagai koordinatornya adalah Menko Perekonomian bapak Airlangga,” kata Teten. Korporatisasi UMKM akan dimulai bertahap mulai dari pembentukan kelompok usaha bersama (Kube) atau kluster. Dia mengatakan dalam IKM (Industri Kecil dan Menengah) yang dibina Kementrian Perindustrian, sudah banyak terdapat kluster-kluster yang nantinya bisa dibina menjadi korporatisasi Tujuan pembentukan korporatisasi ini, kata Teten, untuk mendorong UMKM tumbuh produktif secara bisnis sehingga bisa naik kelas dan produk yang dihasilkan memiliki daya saing. “Jika dikelola sendiri-sendiri, akan sulit memiliki alat produksi modern, sedangkan kalau dikelola secara berkelompok, maka dimungkinkan didirikan sharing factory atau rumah produksi bersama yang akan membuat biaya produksi menjadi efisien dan tentunya meningkatkan daya saing,” ujarnya. Menperin Agus Gumiwang Kartasiasmita menambahkan, lokasi kelompok UMKM dari empat sektor itu (kelautan dan perikanan, pertanian, pariwisata dan industri) nantinya akan didekatkan dengan destinasi pariwisata prioritas yaitu Labuan Bajo, Danau Toba, Borobudur, Bunaken dan Mandalika. Dengan strategi itu diiharapkan sektor pariwisata bisa tumbuh dengan cepat seiring pertumbuhan kluster-kluster UMKM tersebut. Mengenai pembiayaan pengembangan UMKM, ada tiga pendekatan yang disiapkan yaitu melalui APBN, kerja sama dengan swasta, dan pembiayaan melalui skema KUR (Kredit Usaha Rakyat). Pemerintah menaikkan plafon KUR pada 2020 menjadi Rp190 triliun dengan suku bunga turun menjadi 6% sedangkan platform kredit tanpa agunan naik menjadi Rp50 juta. Lebih lanjut, Agus mengungkapkan pemerintah masih merancang skim khusus KUR investasi yang diharapkan memberikan kemudahan bagi UMKM untuk pelunasan kredit. “Sekarang skemanya lagi dibahas OJK, di mana nantinya satu orang bisa mendapatkan Rp50 juta tapi kalau berkelompok misalnya 10 orang, bisa mendapatkan kredit Rp500 juta,” paparnya. Terkait pembiayaan ini, Teten mengatakan bahwa pelaku usaha kerap mengeluhkan KUR yang hanya untuk modal kerja sehingga pelaku usaha harus mengajukan kredit lagi. “Skema pembiayaan akan dirancang OJK sesuai komoditi tertentu, sehingga nantinya ada KUR produksi dan investasi,” ujar Teten. Selain KUR, imbuh Teten, masih ada pembiayaan untuk UMKM melalui program Meekar (Membina Ekonomi Keluarga) yang jumlahnya Rp25 triliun juga ada pembiayaan dari BLU (Badan Layanan Umum) yang melekat di Kementrian dengan jumlah total Rp30 triliun. “Jadi untuk pembiayaan, saya kira cukuplah, dengan semua skim yang ada, apalagi KUR akan terus ditambah hingga menjadi Rp390 triliun pada 2024,” kata Teten. https://ekonomi.bisnis.com/read/20191218/9/1182424/menkop-rancang-strategikorporatisasi-umkm Strategi Menuju Korporatisasi UMKM Disepakati Penulis Irawan Nugroho 18 December 2019 Madaninews.id, Jakarta : Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki bertemu dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, guna membicarakan langkah-langkah dalam upaya pembentukan korporatisasi UMKM, di kantor Kemenkop dan UKM, Jakarta, Selasa (17/12). Turut hadir dalam pertemuan tersebut Sekretaris Kemenkop dan UKM Rully Indrawan, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM Victoria Simanungkalit, Sekjen Kemenperin Sigit Dwiwahyono, Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Gati Wibawaningsih, Staf Khusus Kemenperin Amir Sambodo, dan Direktur IKM LMEA (Logam, Mesin, Eletronika dan Alat Angkut) Kemenperin, Endang Suwantini. Korporatisasi UMKM Fokus Pada 4 Sektor Usai pertemuan, Menkop dan UKM Teten Masduki menjelaskan, sesuai arahan Presiden, korporatisasi UMKM ini akan difokuskan pada empat sektor yaitu pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata serta industri. “Dalam hal ini Menkop dan UKM ditunjuk sebagai korlap yang akan mengkoordinir langkah-langkah korporatisasi UMKM, sementara sebagai koordinatornya adalah Menko Perekonomian bapak Airlangga,” jelas Menteri Teten. Bentuk korporatisasi UMKM nantinya bisa dimulai bertahap mulai dari pembentukan kelompok usaha bersama (Kube) atau kluster. Menteri Teten menjelaskan di IKM (Industri Kecil dan Menengah) yang dibina Kementrian Perindustrian, sudah banyak terdapat kluster-kluster yang nantinya bisa dibina menjadi korporatisasi UMKM. Tujuan dari pembentukan korporatisasi ini adalah selain UMKM bisa tumbuh produktif juga secara bisnis, UMKM itu bisa naik kelas. “Selain itu produk yang dihasilkan juga harus memiliki daya saing. Jika dikelola sendiri-sendiri, akan sulit memiliki alat produksi modern, sedangkan kalau dikelola secara berkelompok, maka dimungkinkan didirikan sharing factory atau rumah produksi bersama yang akan membuat biaya produksi menjadi efisien dan tentunya meningkatkan daya saing”, kata Teten. Lokasi Korporatisasi UMKM di Destinasi Pariwisata Prioritas Selain itu produk yang dihasilkan juga merupakan produk unggulan, supply bahan bakunya cukup, juga dari risetnya, produk UMKM juga mulai harus memanfaatkan peralatan pertanian modern misalnya cara pemupukan menggunakan drone, sehingga bisa menurunkan biaya produksi. Menperin Agus Gumiwang Kartasiasmita menambahkan, lokasi kelompok UMKM di empat sektor itu (kelautan dan perikanan, pertanian, pariwisata dan industri) nantinya akan didekatkan dengan destinasi pariwisata prioritas yaitu Labuan Bajo, Danau Toba, Borobudur, Bunaken dan Mandalika. Tujuannya agar sektor pariwisata bisa tumbuh dengan cepat seiring pertumbuhan kluster kluster UMKM tersebut. Skema Pembiayaan Menperin Agus menambahkan dalam hal pembiayaan pengembangan UMKM, bisa dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu melalui APBN, kerjasama dengan swasta, dan pembiayaan melalui skema KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang pada 2020 plafonnya sudah dinaikkan menjadi Rp 190 triliun, suku bunga turun menjadi 6 persen/tahun, dan kredit tanpa agunan naik menjadi Rp 50 juta. “Ini adalah upaya percepatan pemberdayaan UMKM termasuk IKM dimana harus dibentuk UMKM itu basis kegiatannya adalah korporatisasi UMKM,” kata Agus. Nantinya kata Agus, akan ada skim khusus KUR yaitu KUR investasi dimana akan memberikan kemudahan bagi UMKM dalam hal melunasi kreditnya. ” Sekarang skemanya lagi dibahas OJK, dimana nantinya satu orang bisa mendapatkan Rp 50 juta namun kalau berkelompok misalnya 10 orang, bisa mendapatkan kredit Rp 500 juta”, jelas Menteri Agus. Akan Hadir Skema Pembiayaan KUR Baru Menkop dan UKM menambahkan, selama ini pelaku usaha mengeluhkan KUR yang hanya modal kerja, sehingga harus mengajukan kredit lagi. ” Skema pembiayaan akan dirancang OJK sesuai komoditi tertentu, sehingga nantinya ada KUR produksi dan investasi,” kata Teten. Ia menambahkan, selain KUR, masih ada pembiayaan untuk UMKM melalui program Meekar (Membina Ekonomi Keluarga) yang jumlahnya Rp 25 triliun juga ada pembiayaan dari BLU (Badan Layanan Umum) yang melekat di Kementrian dengan jumlah total Rp 30 triliun. ” Jadi untuk pembiayaan, saya kira cukuplah, dengan semua skim yang ada, apalagi KUR akan terus ditambah hingga menjadi Rp 390 triliun pada 2024,” pungkas Menteri Teten.* https://www.madaninews.id/9047/strategi-menuju-korporatisasi-umkm-disepakati.html