KELUARGA BERENCANA DAN METODE KONTRASEPSI dr.Gde Sastra Winata, M. Biomed, SpOG (K) Obstetric and Gynecology department, Faculty of Medicine Udayana University Program KB dan perubahan struktur dan fungsi keluarga Program KB dan Kesehatan ibu dan anak FASE FASE FASE MENCEGAH KEHAMILAN MENJARANGKAN KEHAMILAN TIDAK HAMIL LAGI 3 – 5 TH • pil • IUD • IUD • kontrasepsi mantap • IUD • suntikan • suntikan • IUD • sederhana • minipil • minipil • implant • suntikan • pil • pil • suntikan • implant • implant • implant • sederhana • sederhana • sederhana 20 35 • pil • kontrasepsi mantap URUTAN PEMILIHAN KONTRASEPSI YANG RASIONAL KONTRASEPSI UNTUK PERIODE KHUSUS Empat Pilar Safe Motherhood SAFE MOTHERHOOD KB Asuhan Antenatal Persalinan Bersih dan aman Asuhan obstetri esensial Asuhan Maternal Dasar PELAYANAN KESEHATAN PRIMER PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 6 Konsep Kerangka Acuan tentang Analisis Determinan Mortalitas dan Morbiditas Maternal Determinan Antara Keluaran Determinan Jauh Status Kesehatan Kehamilan Status Reproduksi Faktor Sosioekonomi dan kultural Komplikasi Akses ke Pelayanan Kesehatan Kematian/Cacat Perilaku Petugas/ Utilisasi Fasilitasehatan Faktor yang tak diketahui/diluar perkiraan 4 Alur Kelangsungan Hidup Ibu dan BBL Wanita usia reproduktif Kontrasepsi & Gizi Kehamilan Tidak ada kehamilan • Persiapan Kelahiran • Asuhan Antenatal Terarah • Persalinan Bersih dan Aman Abortus spontan atau tidak aman Komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir Tidak ada komplikasi • • • • Persiapan kegawat daruratan Pengenalan yang tepat waktu Tindakan yang cepat Penatalaksanaan yang tepat Asuhan pasca keguguran Angka kelangsungan hidup yang rendah • Asuhan BBL • Asuhan Masa Nifas Angka kelangsungan hidup tinggi KEMAMPUAN KONSELING PETUGAS TEMPAT PELAYANAN KELENGKAPAN ALAT KONTRASEPSI PENGETAHUAN DAN KESADARAN KLIEN Latar Belakang • Dalam situasi tertentu klien membutuhkan pelayanan kontrasepsi yang sesuai dan dapat segera menyelesaikan kebutuhan atau masalah reproduksinya saat itu. • Kondisi emosional, medik, dan kesesuaian jenis kontrasepsi membuat petugas kesehatan pula segera mempertimbangkan berbagai faktor dan rasional untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut Kontrasepsi Pascapersalinan • Dianjurkan untuk menggunakan Metode Laktasi Amenore (ASI Eksklusif). • Tidak harus menghentikan pemberian ASI untuk menggunakan suatu alat kontrasepsi. • Kontrasepsi terpilih seharusnya tidak mempengaruhi kualitas dan jumlah ASI atau mengganggu kesehatan bayi. Infertilitas pascapersalinan • Kesuburan akan kembali dalam waktu 6 minggu pada klien yang tidak menyusukan. • Klien yang menyusukan bayinya mempunyai masa tidak subur yang lebih lama tetapi kembalinya kesuburan tidak dapat ditentukan secara akurat • ASI Eksklusif merupakan jenis kontrasepsi yang cukup efektif (efektifitasnya 98%) jika klien belum mendapat haid, masih dalam 6 bulan pascapersalinan Menentukan Kontrasepsi Pascapersalinan • Pastikan bahwa klien menyusukan bayinya atau tidak • Pilih jenis kontrasepsi yang sesuai • Tidak ada masalah gangguan pembekuan darah, produksi ASI dan tumbuh kembang bayi bila klien menggunakan kontrasepsi Periode Pascakeguguran • Kenali kebutuhan reproduksi klien (konseling APK) dan bantu untuk memilih kontrasepsi yang sesuai • Informasikan berbagai jenis kontrasepsi efektif, metode alamiah tak sesuai untuk pascakeguguran • Perlu jaminan ketersediaan pasokan kontrasepsi • Pastikan jenis pelayanan KB yang dapat diberikan dan sediakan akses bagi pelayanan kesehatan reproduksi lanjutan. • Hindarkan risiko IMS dan ingatkan segera pulihnya kesuburan pascakeguguran Kontrasepsi Pascakeguguran Unmet need/tidak menggunakan/kegagalan Kehamilan Diluar Rencana APK Abortus Tak Aman Tak ada akses/peluang ke Pelayanan Abortus yang Aman Informasi Penting untuk Kontrasepsi • Jelaskan bahwa ovulasi dapat terjadi 11 hari pascaevakuasi sisa konsepsi • Klien dapat hamil sebelum haid berikutnya datang. • Terdapat banyak pilihan metode kontrasepsi yang sesuai dan aman • Lokasi tempat pelayanan kontrasepsi yang dapat memenuhi keinginan klien dan sesuai dengan kondisi kesehatan klien Jenis kontrasepsi • Kontrasepsi pascakeguguran trimester I sama dengan yang dianjurkan untuk masa interval. • Kontrasepsi pascakeguguran trimester II sama dengan kontrasepsi pascapersalinan • Lihat halaman U 51-52 Perhatikan! • Bila jelas ditemukan tanda-tanda infeksi atau dugaan abortus tak aman, atasi dulu infeksi yang terjadi dan perbaiki kondisi medik klien • Penggunaan metode AKDR /Tubektomi sebaiknya ditunda hingga kondisi membaik (3 bulan setelah evakuasi sisa konsepsi) • Dapat menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi, progestin atau barier/spermisida Trauma dan Laserasi Jalan Lahir Pada kondisi tersebut diatas maka: • AKDR, diafragma, spermisida, dan tubektomi belum dapat digunakan hingga kondisinya teratasi dengan baik • Dapat digunakan kontrasepsi hormonal kombinasi, progestin atau kondom Pasien Pascaperdarahan Konsentrasi Hb < 7gr%, maka: • Tunda penggunaan implan, suntik, AKDR dan tubektomi. • Dapat menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi, AKDR dan spermisida Kontrasepsi Darurat • Jenis kontrasepsi yang diberikan setelah terjadi sanggama tanpa pelindungan kontrasepsi apapun • Disebut juga sebagai kontrasepsi pascasanggama (morning after pill ) • Keberhasilannya sangat ditentukan oleh selang waktu antara sanggama dengan pemberian kontrasepsi Jenis dan cara pemberian • Insersi AKDR dalam 3-5 hari pascasanggama • Cukup satu kali pemasangan dan dapat diteruskan apabila diinginkan • Dapat dipilih dari jenis T Cu380A, Multiload, Nova-T, dan sebagainya Pil kombinasi • Microgynon 50, ovral, neogynon,nordiol dan eugynon. • Diberikan dalam jangka waktu 3 hari pascasanggama • Dosis pertama adalah 2 tablet yang diulangi dengan dosis ke dua (2 tablet) 12 jam kemudian Pil kombinasi • Microgynon 30, mikrodiol atau nordette. • Diberikan dalam jarak waktu 3 hari pascasanggama • Dosis pertama adalah 4 tablet yang diulangi dengan dosis kedua (4 tablet) 12 jam kemudian KOK (30 - 33µg EE) Minum 4 tablet 12 jam kemudian Minum 4 tablet Progestin Estrogen atau Bahan lain: AKDR Keterbatasan Pengguna kontrasepsi darurat Efek samping Metode Laktasi Amenorea (Lactational Amenorrhea Method ) 33 Metode Laktasi Amenore • MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan pemberian ASI pada bayinya • Akan tetap mempunyai efek kontrasepstif apabila • Menyusukan secara penuh (eksklusif) • Belum haid • Usia bayi kurang dari 6 bulan • Efektif hingga 6 bulan • Bila ingin tetap belum ingin hamil, kombinasikan dengan metode kontrasepsi lain setelah bayi berusia 6 bulan 34 MLA: Mekanisme Kerja Sekresi GnRH yang tidak teratur menganggu pelepasan hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (leutinizing hormone) untuk menghasilkan sel telur dan menyiapkan endometrium Penghisapan ASI yang intensif secara berulangkali akan menekan sekresi hormon GnRH (gonadotrophin releasing hormone) yang mengatur kesuburan Rendahnya kadar hormon FSH dan LH menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan ovulasi 35 MLA: Keuntungan Kontraseptif Cukup efektif dalam mencegah kehamilan (1-2 kehamilan per 100 wanita di 6 bulan pertama penggunaan) Bila segera menyusukan secara eksklusif maka efek kontraseptif akan segera pula bekerja efektif Tidak mengganggu proses sanggama Tidak ada efek samping sistemik Tidak perlu dilakukan pengawasan medis Tidak perlu pasokan ulangan, cukup dengan selalu memberikan ASI secara eksklusif bagi bayinya Tidak membutuhkan biaya apapun 36 MLA: Keuntungan Non Kontraseptif Bagi anak: • Imunisasi pasif dan perlindungan terhadap berbagai penyakit infeksi lainnya • Sumber nutrisi terbaik bagi bayi • Mengurangi terkenanya kontaminasi dalam air, susu atau formula lain, atau pada peralatan Bagi Ibu: • Mengurangi perdarahan postpartum • Mengeratkan hubungan psikologis ibu-anak • Mengurangi risiko anemia 37 MLA: Keterbatasan Sangat tergantung dengan motivasi pengguna bila memang ingin menggunakan MLA sebagai metode kontrasepsi (pemberian ASI Eksklusif) Untuk kondisi atau alasan tertentu mungkin sulit untuk dilaksanakan Tingkat efektivitasnya sangat tergantung tingkat eksklusifitas menyusukan bayi (hingga usia 6 bulan atau mulai mendapat menstruasi) Tidak melindungi pengguna dari PMS (misalnya: HBV, HIV/ AIDS) 38 MLA sesuai untuk: Wanita yang: Menyusukan bayinya secara eksklusif (memberikan ASI secara penuh tanpa suplementasi lainnya) Belum mendapat haid sejak melahirkan bayinya Menyusukan secara eksklusif sejak bayi lahir hingga bayi berusia 6 bulan 1 1WHO 39 merekomendasikan suplementasi mulai usia 6 bulan. Jika lebih cepat, MLA jadi kurang efektif. MLA: Tidak Sesuai untuk Dilanjutkan bila: Setelah beberapa bulan amenorea, klien mulai mendapat haid Tidak menyusukan secara eksklusif Bayi telah berusia diatas 6 bulan Ibu bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam dalam sehari 40 MLA: Instruksi Bagi Klien Mengenai Pemberian ASI Memberikan ASI (secara penuh) dari kedua payudara sesuai kebutuhan (sekitar 6-10 kali per hari) Memberikan ASI paling sedikit satu kali pada malam hari (tidak boleh lebih dari 4-6 jam diantara 2 pemberian) Jangan gantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan/cairan lain Jika frekuensi menyusukan kurang dari 6-10 kali @ 60 ml per hari atau atau bayi tidur semalaman tanpa menyusu (mendapat ASI), maka MLA kurang dapat diandalkan untuk metode kontrasepsi Menggantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan atau suplemen lainnya maka daya hisap bayi akan berkurang sehingga mengurangi efektifitas mekanisme kerja kontraseptif MLA 41 MLA: Efektifitas Kontraseptif dan Cara Menyusui Cara Menyusukan bayi Frekuensi Menyusukan bayi Lamanya bayi menyusu Jarak antara menyusui Mutu (kesungguhan) bayi menyusu pada ibunya 42 MLA: Instruksi bagi Klien untuk Kontrasepsi Selalu gunakan metode kontrasepsi pendukung, misalnya kondom, yang siap digunakan. Gunakan jika: • Menstruasi Anda kembali • Anda memulai memberikan suplemen diet kepada bayi Anda • Bayi Anda mencapai umur 6 bulan Konsultasi kepada petugas kesehatan atau klinik sebelum menggunakan kontrasepsi lain Jika klien atau pasangannya berisiko tinggi terhadap PMS, selain MLA, gunakan juga kondom untuk tindakan pencegahan tertular PMS 43 KELUARGA BERENCANA ALAMIAH (KBA) 44 Metode KBA Metode Kalendar Suhu Tubuh Basal (STB) Metoda Mukosa Servik (Billings) Simptotermal (STB + Mukosa Servik) 45 KBA: Pemanfaatan Untuk Kontrasepsi: Menghindari sanggama dalam periode subur dalam siklus menstruasi untuk menghindarkan terjadinya kehamilan Untuk Kehamilan: Melakukan sanggama dalam periode subur (disekitar pertengahan siklus menstruasi) dimana peluang terjadinya kehamilan cukup besar. 46 KBA: Manfaat Kontraseptif •Jika dilakukan dengan taat dan benar, dapat untuk mencegah terjadinya kehamilan. •Sebaliknya, jika ingin hamil, maka metode ini dapat membantu untuk menentukan saat terbaik untuk terjadinya kehamilan •Secara metode dan aspek klinik, tak ada risiko atau efek samping •Murah karena tidak menggunakan alat atau memerlukan pasokan ulangan 47 KBA: Manfaat Non-kontraseptif Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem dan kesehatan reproduksi Mempererat tanggung-jawab dan kerjasama kedua belah pihak (pasangan) dalam kesehatan reproduksi Kepedulian dan keterlibatan pasangan atau suami dalam Keluarga Berencana 48 KBA: Keterbatasan Tidak cukup efektif sebagai metode kontrasepsi (9-20 kehamilan per 100 wanita) di tahun pertama penggunaan Tingkat efektifitasnya tergantung dari ketaatan dan konsistensi dalam mengikuti petunjuk penggunaan Memerlukan banyak konseling dan contoh-contoh nyata untuk dapat menggunakannya secara benar Memerlukan mediator atau tenaga terlatih (non-medis) untuk kesinambungan informasi dan komunikasi Harus mampu mengendalikan hasrat atau tidak bersanggama selama periode subur (agar tidak hamil) 49 KBA: Keterbatasan .......... Perlu membuat catatan harian tentang mukus, suhu basal dan gejala biologis penting lainnya Gangguan (misalnya: infeksi regio genitalia) akan menyulitkan interpretasi lendir serviks Diperlukan termometer khusus (suhu basal dengan skala sensitif) untuk MSB Tidak memberi perlindungan terhadap PMS (misalnya: HBV, HIV/AIDS) 50 KBA Sesuai Untuk Wanita/Pasangan : Di Usia Subur (dalam kurun reproduksi sehat) Berbagai Paritas (termasuk Nullipara) Yang oleh alasan Religius atau Kultural, tidak boleh menggunakan metoda kontrasepsi modern/tertentu Karena alasan Medik, tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang bahan aktifnya mempunyai efek sistemik Mampu untuk mengendalikan hasrat atau tidak bersanggama selama periode subur Menyenangi atau bersedia untuk mengamati, mencatat dan menginterpretasikan gejala-gejala fisiologis yang berhubungan dengan kesuburan atau kesehatan reproduksi 51 KBA: Hal-hal Penting Yang Perlu Diketahui Klien Beberapa wanita harus mempertimbangkan KBA : Karena masalah umur, paritas atau kesehatannya, kehamilan merupakan risiko tinggi/kontraindikasi Siklus haidnya tidak teratur atau ditentukan secara pasti (sedang menyusui, pascakeguguran, atau salah mencatat) Siklus haid dan kondisi lendir perlu diamati dan dikenali dengan benar sehingga hanya klien yang termotivasi dan mau mengenali karakteristik pola subur-tak subur yang sesuai dengan metode ini Pasangannya tidak mau bekerjasama atau dapat menahan hasrat bersanggama dalam periode subur Tidak suka memantau, memeriksa atau menyentuh organ genitalia untuk pencatatan gejala fisiologis harian 52 KBA: Kondisi-Yang Perlu Diwaspadai Haid yang tidak atau jarang teratur Vagina atau serviks yang selalu mengeluarkan sekret atau cairan sehingga sulit ditentukan akibat iritasi atau sesuatu yang normal Sedang menyusukan bayinya 53 KBA: Informasi Untuk Klien Yang Menggunakan Metoda Kalendar • Pantau jumlah hari dari 6 siklus haid sambil menahan hasrat sangama pada periode subur atau menggunakan berbagai metoda kontrasepsi lainnya. Kemudian hitunglah periode subur dengan melihat data atau hasil penghitungan dibawah ini. • Dari rata-rata hari siklus terpanjang dan dikurangi 11, maka inilah hari subur terakhir dalam satu siklus menstruasi. • Dari rata-rata hari siklus terpendek, kemudian dikurang 18, maka inilah hari subur pertama (awal) dari siklus menstruasi. • Periode subur dihitung dari hari subur awal hingga subur terakhir (misalnya hari ke 8 -19 dari siklus menstruasi) sehingga diperlukan abstinensia atau hari pantang sanggama atau menggunakan metode pelindung (kondom) selama 12 hari dalam 1 siklus menstruasi yang sedang berlangsung. 54 KBA: Grafik Suhu Basal Temp. (Celsius) 37,1 37,0 36,9 36,8 36,7 36,6 36,5 36,4 36,3 36,2 36,1 36,0 Tidak Subur Garis suhu (pelindung) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Day 55 KBA: Petunjuk bagi Pengguna Metoda Suhu Basal Tubuh (SBT) Aturan Perubahan Suhu/Temperatur : Ukurlah suhu pada jam yang sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur) dan catat pada grafik yang tersedia Gunakan grafik nilai suhu dalam 10 hari pertama siklus haid untuk mengidentifikasi suhu puncak harian “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya Abaikan suhu yang tingginya abnormal yang disebabkan adanya demam atau gangguan lainnya Tariklah sebuah garis 0.05 hingga 0.1ºC melalui yang tertinggi dari semua nilai suhu dalam 10 pertama ini. Garis ini disebut garis pelindung atau garis suhu. 56 KBA: Petunjuk bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh (SBT) Periode tidak subur dimulai pada sore hari setelah tiga hari berturutturut suhu tubuh berada diatas garis pelindung/suhu basal (Aturan Perubahan Suhu). Hari pantang sanggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode tak subur). Masa pantang sanggama untuk metode ini lebih panjang dari metode ovulasi billing. Perhatikan pula kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati. Jika salah satu dari kenaikan diatas suhu basal yang seharusnya berurutan ternyata terjadi penurunan hingga melewati ambang bawah garis pelindung, hal ini dapat menjadi pertanda bahwa ovulasi belum terjadi. Kejadian ini tak dapat diambil sebagai patokan fase tak subur Bila periode tak subur telah terlewati klien boleh untuk tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan sanggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya. 57 KBA: Petunjuk bagi Pengguna Metode Ovulasi Secara normal, mukus (lendir) vagina dapat berubah beberapa kali dalam sehari sehingga perlu dilakukan pengenalan sekresi normal harian sebagai patokan penggunaan metode ini. Tentukan tingkat kesuburan berdasarkan hasil pengamatan lendir (setiap malam) dan beri tanda atau simbol yang sesuai dengan tingkat kesuburan yang sesuai (telah dipelajari) Untuk mengetahui jenis lendir normal harian, paling tidak kedua pasangan tidak melakukan sanggama selama 1 siklus. Selama hari-hari kering (tiada lendir) setelah menstruasi, sanggama pada dua hari berikut masih tergolong aman. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (hari pantang sanggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak subur. 58 KBA: Petunjuk bagi Pengguna Metode Ovulasi ..... Tandailah hari terakhir dari adanya lendir bening, licin dan elastis dengan huruf X. Ini adalah hari puncak dalam periode subur (fase paling subur) Pantang sanggama dilanjutkan hingga 3 hari setelah puncak subur, karena kemampuan hidup sel telur masih berlanjut hingga periode tersebut dan bila terjadi pertemuan dengan sperma, dapat terjadi pembuahan Hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur, mulai kembali periode tak subur sehingga sanggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya 59 KBA: Petunjuk bagi Pengguna Simptotermal Setelah menstruasi berhenti, klien dapat melakukan sanggama hingga dua hari kering berikutnya (periode tidak subur sebelum ovulasi) Setelah periode tidak subur awal tersebut, terjadi ovulasi yang ditandai dengan mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina (sama dengan metode lendir serviks), lakukan pantang sanggama karena ini menandakan periode subur sedang berlangsung Pantang sanggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan hari puncak lendir subur. Apabila kombinasi dua gejala ini tidak dapat menentukan periode tak subur awal, periode subur, dan periode tak subur akhir maka ikuti penghitungan periode subur yang terpanjang dimana masa pantang sanggama harus dilakukan. 60 Sanggama Terputus Sanggama Terputus Manfaat Kontraseptif Manfaat Non-kontraseptif Keterbatasan Sesuai Untuk : Tidak Sesuai Untuk : Petunjuk bagi Klien Kondom Pria 69 Kondom Pria: Definisi Selubung tipis terbuat dari karet, plastik (polivinil) atau bahan alamiah, tanpa atau diberi spermisida untuk menambah efek kontraseptif. Selubung harus disarungkan pada penis saat penis telah dalam kondisi ereksi. Kualitas kondom tergantung bahan dasarnya, bentuk, warna, lubrikasi/ pelumasan, ketebalan, tekstur dan ada-tidaknya tambahan spermisida (biasanya nonoxynol-9). 70 Jenis-Jenis Kondom Pria Lateks (karet) Plastik (polivinil) Bahan alamiah (bahan hewani) 71 Kondom Pria : Mekanisme Kerjanya Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita Sebagai kontrasepsi dan pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikroorganisme penyebab PMS (hanya kondom dari bahan lateks dan polivinil) 72 Kondom Pria: Manfaat Kontraseptif Efektif bila digunakan secara benar Tidak mengganggu produksi ASI Dapat digunakan metode pendukung bersamaan dengan metode lainnya atau metode pelindung ataupun metode sementara Tidak mengganggu kesehatan Tidak ada efek samping sistemik Cukup banyak tersedia diberbagai tempat (farmasi, toko obat atau petugas KB di masyarakat) dan relatif murah Tidak perlu resep atau pemeriksaan kesehatan/medik khusus 73 Kondom Pria: Keuntungan Non-kontraseptif Bentuk partisipasi pria dalam program KB Metode kontrasepsi yang mampu untuk klien terhadap PMS (kondom lateks dan polivinil) Dapat membantu mencegah ejakulasi dini atau mengurangi sensitifitas kontak penis-vagina Mengurangi insidensi kanker servik Mencegah imuno-infertilitas 74 Kondom Pria: Keterbatasan Efektifitasnya tidak terlalu tinggi (3-14 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan1) Tingkat efektifitas kontraseptif sangat tergantung dari ketaatan dalam menjalankan petunjuk penggunaan Sangat tergantung motivasi pengguna (menggunakannya secara benar dan selama kegiatan sanggama) Bagi yang terganggu dengan pengurangan sensitifitas penis, akan lebih sulit untuk mempertahankan ereksi Harus selalu tersedia saat akan digunakan Tidak semua klien dapat membeli di tempat umum Ada masalah dalam pembuangan kondom bekas pakai 1Trussell 75 et al 1998. Kondom Lateks vs. Polyurethane : Angka Kerusakan dan Terlepas 10 Kerusakan Keselipan 8 Persen (%) 6 4 2 0 Lateks Polyurethane Jenis Kondom Sumber: Frezieres et al 1998. 76 Kondom Lateks Angka Kerusakan dan Terlepas 1 0,8 Persen 0,6 (%) 0,4 0,2 0 Kerusakan Terlepas Jenis Kegagalan Sumber: Rosenberg and Waugh 1997. 77 Angka Kegagalan Alat Kontrasepsi Kondom Pria 14 12 10 Persen per tahun 8 6 4 2 0 British Family Planning Assoc. 1974 US Couples (Typical) Sumber: Glass, Vessey and Wiggins 1974; Hatcher et al 1994. 78 Perbandingan Ukuran Spermatozoa Bakteri: N. gonorrhea C. trachomatis U. urealyticum Virus: CMV HSV HIV HPV HBV HBSAg Udara/air 79 3000 nm 1000 nm 300 nm 200 nm 150!300 nm 100!150 nm 120 nm 45!55 nm 42 nm 22 nm < 0.1 nm Frekuensi Serokonversi HIV dengan Penggunaan Kondom diantara para Pekerja Seks 100 80 Persen HIV Serokonversi 60 40 20 0 Tidak ada < 50% < 50% Penggunaan Kondom Sumber: Ngugi et al 1988. 80 100% Kondom Pria sesuai untuk: Pria yang menyukai metode ini dan ingin berpartisipasi aktif KB Pasangan yang butuh alat kontrasepsi siap pakai Pasangan yang membutuhkan alat kontrasepsi sementara menunggu kontrasepsi terpilih lainnya (misalnya: implant, IUD atau sterilisaasi atas kehendak sendiri) Pasangan yang butuh metode pendukung selain metode lain atau sementara belum segera efektif Pasangan yang menggunakan kontrasepsi hanya saat sanggama Pasangan dengan risiko tinggi tertular PMS (termasuk HBV dan HIV/ AIDS), dimana kontrasepsi lain (yang sedang digunakan) tidak memiliki kemampuan untuk itu 81 Kondom Pria : Informasi Tambahan yang Diperlukan Gunakan metode efektif lain apabila tidak dapat memenuhi syarat penggunaan yang benar Bila kehamilan mempunyai risiko tinggi atau sangat serius terhadap kesehatan pasangan perempuan Klien alergi terhadap bahan pembuat kondom Pertimbangkan kembali penggunaan kondom bila klien ingin kontrasepsi jangka panjang Pasangan yang tak ingin repot setiap saat akan melakukan sanggama Kondom tidak sesuai untuk mereka yang tidak mau tahu dengan aturan atau cara penggunaan yang benar 82 Kondom Pria: Penanganan Efek Samping Umum Reaksi alergi, meskipun tidak biasa, dapat membuat rasa tak nyaman dan menimbulkan gangguan serius Reaksi alergi terhadap kondom atau iritasi lokal pada penis : • Pastikan bahwa kondom tidak bahan-bahan tambahan • Jika timbul reaksi di setiap penggunaan, gunakan kondom alamiah (lambskin atau gut) atau metode lain.1 • Bantu klien memilih metode lainnya. Reaksi alergi terhadap spermisida: • Jika timbul gejala setelah sanggama dan bukan akibat PMS, sediakan spermisida jenis lainnya atau kondom tanpa bahan spermisida atau bantu klien memilih metode yang lain. 1 Kondom alamiah tidak mencegah PMS (misalnya: HBV, HIV/AIDS), tidak dianjurkan untuk klien dengan risiko tinggi PMS. 83 Kondom Pria : Penanganan Masalah-Masalah Lainnya Mengurangi kenikmatan seksual : Jika masalah sensitifitas tetap mengganggu walaupun telah diganti kondom yang lebih tipis, gunakan metode yang lain. Kondom dicurigai rusak atau ditemukan rusak (sebelum hubungan seksual): Periksa apakah terdapat lubang atau terjadi kebocoran Buang kondom yang cacat, gunakan kondom baru terutama yang mengandung spermasida Kondom rusak atau terlepas selama hubungan intim: Lindungi dengan kontrasepsi darurat yang tersedia 84 Kondom Pria : Petunjuk Bagi Klien Gunakan kondom baru setiap akan bersanggama dan jangan dioles dengan minyak pelumas Sebaiknya gunakan kondom yang mengandung spermasida untuk perlindungan maksimum. Jangan gunakan gigi, pisau, gunting atau benda-benda tajam lainnya untuk membuka kemasan kondom. Kondom harus dipasang/disarungkan ke penis yang telah ereksi sebelum penetrasi ke dalam vagina, karena tumpahan air mani sebelum ejakulasi juga mengandung sperma aktif. 85 Kondom Pria Petunjuk ................... Bila tak ada ruang penampung di ujung kondom, sisakan 1-2 cm bagian ujung kondom untuk penampung ejakulat Cabut penis sebelum ereksi hilang, pegang gelang kondom (di bagian pangkal), agar sperma tidak tumpah Setiap kondom harus digunakan sekali pakai Buang kondom bekas pakai secara benar di tempat sampah khusus, jamban atau ditanam. 86 Kondom Pria Petunjuk ................................ Sediakan kondom ekstra. Jangan simpan di tempat panas karena dapat merusak kondom dan menimbulkan kebocoran atau robekan saat digunakan. Periksa pada kemasannya bahwa kondom tersebut tidak kedaluarsa. Jangan gunakan kondom jika kemasannya robek atau kondom terlihat rusak atau rapuh. Minyak mineral, minyak sayur, baby oil atau petrolatum dapat merusak kondom (jangan gunakan sebagai pelumas). Jika butuh pelumas, gunakan air liur atau sekret vagina. 87 Bagaimana Memasang Kondom Pria Buka kemasan kondom secara hati-hati agar kondom tidak robek. Jangan lepas gulungan kondom sebelum memasangnya. Pasang kondom pada saat penis telah ereksi Sumber: WHO 1997. 88 Bagaimana Memasang ..... Jika klien tidak bersunat, tarik preputium ke belakang. Tekan ujung kondom (tempat penampung ejakulat) dan tempelkan di ujung penis. Sumber: WHO 1997. 89 Bagaimana Memasang ..... Sambil menahan ujungnya, gelincirkan gulungan kondom ke arah pangkal penis untuk menyarungkan seluruh bagian penis Sumber: WHO 1997. 90 Bagaimana Cara Mengeluarkan Kondom Pria Setelah ejakulasi dan ereksi penis masih bertahan, pegang cincin kondom dan bersamaan dengan itu keluarkan penis dari vagina Lepaskan kondom dari penis dan pastikan tidak terjadi tumpahan air mani Sumber: WHO 1997. 91 Penggunaan Kondom Pria: Apa yang Harus Dikatakan Jika Dia Mengatakan Saat dia mengatakan: “Saya tidak dapat merasakan apaapa. Seperti memakai sebuah jas hujan.” “saya tahu saya bersih (bebaspenyakit); Saya tidak melakukan hubungan seks dengan siapapun selama_ bulan.” Anda dapat mengatakan: “Saya tahu ada penurunan sensasi, tetapi masih banyak sensasi yang bisa dirasakan.” (Bukalah kondom dan rasakan ketipisannya). “Terima kasih telah memberitahukan kepada saya. Setahu saya, saya juga bebas-penyakit. Tetapi saya juga masih suka menggunakan kondom karena mungkin saja diantara kita mengidap suatu infeksi dan tidak mengetahuinya.” Sumber: AIDSTECH, AMREF and National AIDS Control Programme 1992. 92 Penggunaan Kondom Pria: Apa yang Dikatakan Jika Dia Mengatakan Saat dia mengatakan: “Hanya kali ini saja.” “Saya tidak punya kondom.” Anda dapat mengatakan: “Satu kali sudah cukup (untuk membuat hamil/ ketularan).” “Saya punya.” Sumber: AIDSTECH, AMREF and National AIDS Control Programme 1992. 93 Penggunaan Kondom Pria: Apa yang Dikatakan Jika Dia Mengatakan Saat dia mengatakan: “Kondom itu tidak alami, palsu, membuat lemas” “Kamu tidak pernah meminta saya untuk memakai kondom sebelumnya.” Anda dapat mengatakan: “PMS, terutama AIDS, juga membuat lemas” “Ini akan membantu mencegah infeksi atau infeksi ulang.” Sumber: AIDSTECH, AMREF and National AIDS Control Programme 1992. 94 Kondom Pria: Kapan Kontrasepsi Darurat Diperlukan? Jika klien tidak ingin hamil, dan pasangannya: Tidak menggunakan kondom secara benar Lupa menggunakan kondom pada saat dia berhubungan seksual Ragu bahwa kondom yang digunakan tidak berfungsi baik atau telah rusak Melihat bahwa kondom bocor atau robek 95 Diafragma 96 Diafragma: Definisi Lateks (karet) yang berbentuk kubah yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menutupi serviks sebelum sanggama 97 Jenis-Jenis Diafragma Flat spring (pegas logam pipih) Coil spring (pegas cincin) Arching spring (kombinasi pegas logam dan cincin) 98 Diafragma : Mekanisme Kerja Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba fallopi) dan lengkung dalam kubahnya dipakai untuk menempatkan spermisida 99 Diafragma Manfaat Kontraseptif Segera efektif Tidak mempengaruhi produksi ASI Tidak mengganggu proses sanggama karena dapat disiapkan beberapa saat sebelumnya Tak ada risiko terhadap kesehatan klien Tidak ada efek samping yang sistemik 100 Diafragma Manfaat Non Kontraseptif Beberapa jenis diafragma (terutama bila digunakan bersamaan dengan spermasida) dapat memberi perlindungan terhadap PMS (misalnya: HBV, HIV/AIDS) Dapat menampung sementara darah menstruasi bila sanggama dilakukan saat menstruasi 101 Diafragma: Keterbatasan Tidak terlalu efektif (6-201 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian jika diafragma dikombinasikan dengan spermisida) Efektivitas kontraseptif sangat tergantung pada motivasi klien dan cara penggunaan yang benar, ketersediaan pasokan, dan waktu pemasangan yang sesuai Kesinambungan penggunaan diafragma sangat tergantung dari kepuasan pengguna selama menggunakan metode ini Perlu pemeriksaan pelvik atau pasca-aplikasi oleh tenaga pelaksana terlatih untuk menjamin ketepatan pemasangan Dapat terjadi infeksi saluran kemih bila proses pemasangan tidak tepat/salah Harus tetap terpasang hingga 6 jam pasca-sanggama 1 102 Trussell et al 1998. Diafragma Sesuai Untuk: Wanita yang : Tidak mau atau tak boleh mengunakan kontrasepsi hormonal (misalnya: perokok yang berusia > 35 tahun) Tidak menyukai metode yang dipasangkan oleh orang lain (misalnya: AKDR) Sedang menyusui dan butuh kontrasepsi pendukung Jarang melakukan sanggama dengan pasangannya Ingin menggunakan metode yang dapat melindungi klien dari PMS tetapi pasangannya tidak mau menggunakan kondom Ingin metode antara sebelum menentukan metode terpilih 103 Diafragma: Langkah Pencegahan Penyulit / Komplikasi (WHO Kelas 3) Diafragma tidak direkomendasikan untuk wanita dengan kondisi dibawah ini, kecuali jika metode lain tidak tersedia atau tidak cocok: •Riwayat Toxic Shock Syndrome (TSS) •Alergi terhadap karet atau spermisida •Infeksi saluran kemih (Urinary Tract Infection) berulang •Stenosis vaginal •Kelainan pada organ genitalia 104 Diafragma Informasi Tambahan dalam Konseling untuk Wanita dengan kondisi berikut: Wanita dengan faktor usia, paritas atau masalah kesehatannya tidak boleh hamil atau kehamilan berisiko tinggi terhadap keselamatannya Wanita dengan cacat fisik atau tidak suka menyentuh organ genitalia Tidak ingin terganggu kenyamanannya dalam proses sanggama Pasangan yang ingin menggunakan kontrasepsi efektif Pasangan yang tak ingin repot sebelum melakukan sanggama Pasangan yang hanya menyukai metode yang mudah dan tidak harus selalu benar dalam cara penggunaannya Pasangan yang malas mencuci tangan atau membersihkan diri atau tidak mempunyai cukup sabun dan air bersih 105 Diafragma Penanganan Efek Samping (TSS) Toxic Shock Syndrome (TSS): Periksa tanda/gejala TSS (misalnya: demam, bintikbintik merah pada kulit, mual, muntah, diare, konjungtivitis, lemah, hipotensi dan syok). Jika ditemukan hal tersebut di atas, rujuk klien ke fasilitas kesehatan yang menyediakan cairan infus dan antibiotik. Bila perlu, berikan rehidrasi oral bila dan analgesik non-narkotik (NSAID atau aspirin) jika demam tinggi (> 38C). 106 Diafragma Penanganan Efek Samping ISK Infeksi Saluran Kemih (UTI): Beri antibiotika yang sesuai dan adekuat Bila diafragma jadi metode pilihan pertama klien dan ternyata klien sering mengalami UTI berulang maka nasehatkan untuk segera berkemih pasca-sanggama Bila selalu ISK berulang, tawarkan antibiotika profilaksis pasca-sanggama atau bantu klien untuk memilih metode lain yang lebih sesuai untuknya. 107 Diafragma Penanganan Efek Samping Alergi & Nyeri Reaksi alergi akibat diafragma atau spermisida: Jika alergi, beri antidotumnya kemudian bantu klien untuk memilih metode lain yang lebih sesuai Walau jarang terjadi, reaksi alergi membuat rasa tidak nyaman dan dapat mengganggu kesehatan Keluhan nyeri dapat disebabkan oleh penekanan pada kandung kemih atau rektum. Nilai kesesuaian ukuran forniks dan diafragma. Jika terlalu besar, ganti dengan yang sesuai. Pantau dan evaluasi keluhan dapat teratasi 108 Diafragma Penanganan Efek Samping Lainnya Cairan kotor dan berbau dari vagina (tidak boleh tertampung lebih dari 24 jam) : • Periksa ada tidaknya PMS atau benda asing. Jika tidak ada, ingatkan klien untuk segera melepas diafragma pascasanggama (setelah 6 jam) • Jika berulang, nasehatkan untuk menjaga kebersihan vagina. Luka dinding vagina yang disebabkan oleh tekanan pegas diafragma: • Untuk sementara waktu hentikan penggunaan dan gunakan metode pendukung. Jika lukanya telah sembuh, periksa kesesuaian ukuran forniks-diafragma untuk memperoleh diameter yang lebih tepat 109 Diafragma Petunjuk Bagi Klien Untuk kontrasepsi, gunakan diafragma setiap kali bersanggama Kosongkan kandung kemih (kemih) kemudian cuci tangan Periksa ada-tidaknya lubang pada diafragma dengan cara menekan karetnya dan lihat dibawah sinar lampu atau mengisinya dengan air. Ambil spermisida atau jelly dan masukkan ke kubah diafragma. Untuk memudahkan insersi, oleskan sedikit krim/jelly di lingkar luar diafragma atau introitus vagina. Tekan lingkaran tengah pegas hingga sisi satu dan yang lainnya menyatu. 110 Petunjuk Pemasangan Bagi Klien Posisi-posisi di bawah ini dapat digunakan untuk memasukkan diafragma: • Satu kaki dinaikkan ke atas kursi atau toilet • Berbaring • Berjongkok Buka bibir vagina seluas mungkin Masukkan diafragma (dengan spermasida) ke dalam vagina dan letakkan ujung lipatan depan ke forniks anterior dan lipatan belakang ke forniks posterior 111 Petunjuk Pemasangan Bagi Klien Masukkan jari tangan untuk meraba servik (teraba seperti ujung hidung) untuk memastikan bahwa servik telah tertutup. Diafragma dapat diletakkan di dalam vagina maksimal 6 jam sebelum sanggama • Jika sanggama baru terjadi lebih dari 6 jam, pemberian spermisida dan pemasangan diafragma harus diulangi kembali • Jika perlu krim atau jelly tambahan dapat ditambahkan untuk menambah lubrikasi (sanggama berulang-kali) 112 Petunjuk Pemasangan Bagi Klien Biarkan diafragma di dalam vagina sedikitnya 6 jam pascasanggama (tidak boleh lebih dari 6 jam atau hingga 24 jam pasca-sanggama) Tidak dianjurkan untuk melakukan penyemprotan ke dalam vagina. Bila ingin melakukan bilasan atau penyemprotan, harus setelah diafragma dikeluarkan (setelah 6 jam pascasanggama) Lepaskan diafragma dengan jalan memasukkan jari diantara pegas dan forniks anterior (keluarkan tekanan negatif yang mungkin timbul), kemudian tarik diafragma keluar Cucilah diafragma dengan sabun dan air bersih serta keringkan secara penuh sebelum disimpan pada tempatnya. 113 Kapan Kontrasepsi Darurat diperlukan? Jika tidak ingin hamil tetapi klien: Lupa / tak sempat memasang diafragma pada saat bersanggama Diafragma tidak terpasang baik dan benar Melakukan sanggama lebih dari 6 jam pasca-insersi diafragma tetapi tidak mengganti spermisida yang telah terpasang Tidak membiarkan diafragma dalam vagina 6 jam pasca-sanggama 114 Spermisida 115 Spermisida 116 Spermisida: Mekanisme Kerja 117 Spermisida: Pilihan 118 Spermisida Manfaat Kontraseptif 119 Spermisida Manfaat non-kontraseptif *Kondom adalah satu-satunya metoda kontraseptif yg terbukti memberi proteksi terhadap PKM 120 Spermisida: Keterbatasan 1 Trussell et al 1998. 121 Spermisida Sesuai Untuk: 122 SpermisidaTidak Sesuai Untuk 123 Spermisida Penanganan Efek Samping • Jika disebabkan oleh spermisida tertentu, coba jenis spermisida yang lain atau jika masih tak menolong, bantu klien memilih metode lain • Yakinkan bahwa sensasi hangat adalah normal. Kalau masih tetap mengeluh, ganti dengan spermisida lain atau bantu klien memilih metoda lain • Pilih dari jenis spermisida yang mudah larut atau bila ragu bahwa tidak bekerja efektif, tawarkan metode lain 124 Spermisida: Informasi Umum 125 Spermisida: Petunjuk Penggunaan Aerosol (Busa) 126 Spermisida Petunjuk Penggunaan Tablet, Supositoria, Film Spermasida 127 Spermisida Petunjuk Penggunaan ………………………. Catatan 128 Spermisida Petunjuk Penggunaan Krim 129 Spermisida Hambatan Medis dari Penyedia Pelayanan 130 Kontrasepsi Oral Kombinasi Jenis-Jenis KOK • • • • • • Cara Kerja KOK Kemasan o o Manfaat Kontraseptif Manfaat ... Manfaat Non Kontraseptif Manfaat Non Kontraseptif Manfaat Non Kontraseptif Mengurangi Risiko Kanker Ovarium Kanker Payudara bias Keterbatasan KOK Keterbatasan Pengguna Potensial Pengguna Potensial • • • • • Sasaran untuk Konseling Tambahan Kontraindikasi atau kehati-hatian penggunaan kontrasepsi (WHO) Kontraindikasi Untuk Penggunaan Jangka Panjang KO Kombinasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Kontraindikasi Untuk Penggunaan Jangka Panjang KOK 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Alasan-alasan Penghentian Penggunaan KO Kombinasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi Oral (WHO) aman & bermanfaat Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi Oral (WHO) aman & bermanfaat Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi Oral (WHO) manfaat diatas risiko Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi Oral (WHO) Pertimbangkan Manfaat terhadap Risiko Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi Oral (WHO) Risiko lebih besar dari Manfaat Kontrasepsi Suntikan Kombinasi (KSK) Jenis-jenis KSK • 25 mg Depo Medroksiprogesteron • Asetat (DMPA) dan 5 mg Estradiol Valerat. 50 mg Noretindron Enantat (Net-En) dan 5 mg Estradiol Sipionat Mekanisme Kerja Menekan ovulasi Mengurangi transportasi sperma di saluran telur (tuba fallopi) Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses implantasi Mempertebal mukus serviks (mencegah penetrasi sperma) Keuntungan KONTRASEPTIF • • • • • • • • • Tak mengganggu proses sanggama Tidak perlu periksa dalam Efek samping minimal Klien tidak perlu menyimpan obat Tak tergantung kebiasaan lupa minum obat Mengurangi jumlah perdarahan anemia Mengurangi nyeri haid/dismenore Mencegah kanker ovarium dan endometrium Mencegah kehamilan ektopik Keterbatasan • • • • • Ada perubahan pola haid Pada awal penggunaan sering timbul mual, pusing, tegang dan nyeri payudara Efektivitas berkurang bila berinteraksi dengan anti konvulsif (fenitoin, barbiturat) dan tuberkulostatik (rifampisin) Kadang-kadang timbul komplikasi serius (stroke, serangan jantung, thrombosis paru) Kesuburan tak segera pulih walaupun penggunaannya telah dihentikan KSK sesuai untuk Wanita dengan kondisi sebagai berikut: • Menyusukan bayi > 6 bulan • Pascapersalinan dan tidak menyusukan bayinya • Yang mengalami dismenore/nyeri haid hebat KSK tidak sesuai untuk wanita dengan kondisi sebagai berikut: • Hamil atau diduga hamil • Perdarahan per vaginam yang belum jelas asalnya/penyebabnya • Perokok dengan usia > 35 th • Riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (>180/110) • Riwayat Thromboemboli atau Diabetes Melitus lebih dari 20 th • Penyakit hati akut • Keganasan payudara Waktu untuk memulai penggunaan • Dalam 7 hari pertama menstruasi • Setelah 7 hari jika belum melakukan sanggama atau sedang menggunakan metode kontrasepsi lain • Tidak haid pastikan dulu klien, dalam 7 hari kemudian tidak sanggama atau sedang menggunakan metode kontrasepsi lain • Pasca persalinan 6 bulan, memberikan ASI Eksklusif, belum haid pastikan tidak hamil Waktu untuk memulai penggunaan: • Pasca abortus berikan dalam 7 hari pertama pascaevakuasi sisa konsepsi • Ganti cara: • Suntikan lain sesuai jadwal • Kontrasepsi Hormonal Kombinasi lain, bila digunakan secara benar segera berikan. Lakukan uji kehamilan bila meragukan • Non hormonal bila dipastikan tidak hamil, dapat segera berikan. Bila hingga hari 7 menstruasi, tak perlu kontrasepsi pelindung lainnya Cara Penggunaan • Berikan secara intra muskuler, setelah penggunaan awal, perlu diulangi setiap 4 minggu • Dianjurkan untuk 7 hari lebih awal risiko perubahan pola haid atau timbul gangguan berupa perdarahan • Bila terlambat lebih dari 7 hari bila tidak sanggama atau menggunakan kontrasepsi lain (kondom) maka dapat diberikan suntikan ulangan Kondisi Medik yang harus diperhatikan • • • • • Penderita hipertensi < 180/110 dapat menggunakan KSK jika TD terkontrol dan dibawah pengawasan dokter Diabetes Melitus terkontrol, diderita < 20 tahun dapat memakai KSK Migren, dapat menggunakan KSK jika tidak ditemukan kelainan neurologik Pengguna rifampisin/obat epilepsi, pilih KSK dengan etinil estradiol 50 g Penderita anemi bulan sabit (sickle cell), tidak dapat menggunakan KSK Menatalaksana Efek Samping • Amenorea Singkirkan kemungkinan hamil Jika hamil konseling bahwa darah tidak terkumpul di rahim • Mual/pusing atau muntah Pastikan tidak hamil. Informasikan hal tsb bisa terjadi. Jika hamil konseling/rujuk • Spotting Konseling bahwa hal tersebut adalah normal. Bila sangat menganggu atau berlanjut terus ganti cara Hal yang harus diingat klien • Harus suntik ulang setiap 4 mg • Bila tidak haid 2 bulan harus pastikan bahwa klien tidak hamil • Harus memberitahukan pada petugas bila menggunakan obat-obatan lain bersamaan dengan penggunaan KSK • Ada efek samping berupa mual, sefalgia, tegang dan nyeri payudara, dan spotting pada 2-3 kali suntikan pertama KONTRASEPSI ORAL PROGESTIN (KOP) Progestin-Only Pills (POP) 169 Jenis-Jenis KOP • • Pil Progestin Microlut® Micronor® Ovrette® Bahan Aktif Levonorgestrel Norethindrone Norgestrel Banyaknya µg 300 350 75 170 Mekanisme Kerja Menekan ovulasi Mengurangi transportasi sperma dalam saluran telur (tuba fallopii) Perubahan endometrium membuat implantasi lebih sulit Mengentalkan lendir servik (mencegah penetrasi sperma) 171 Manfaat Kontraseptif • • • • • 172 Manfaat Nonkontraseptif • • • • • • • 173 Keterbatasan • • • • • • 174 KOP sesuai untuk: • • • • • 175 KOP sesuai untuk: • • • • • 176 Konseling Tambahan untuk: • • 177 KOP tidak sesuai untuk: Source: WHO 1996. 178 Beberapa Kondisi Medik yang Perlu diperhatikan pada Pengguna KOP: Source: WHO 1996. 179 Beberapa Kondisi Medik yang perlu diperhatikan pada pengguna KOP: • • • • Source: WHO 1996. 180 Kondisi Medik yang Masih Dapat Dipertimbangkan: • • • • • • • 181 Saat penggunaan KOP • • • • • 182 Efek Samping yang Perlu ditangani • • • • • • • 183 Penanganan Amenorea • • • 184 Penanganan Perdarahan atau Spotting • • • Ingatkan klien akan adanya perdarahan lucut setelah selesai KOK. 185 Penatalaksanaan Perdarahan yang Banyak, Lama dan Diluar Siklus • • • 1Ingatkan klien tentang adanya perdarahan lucut setelah KOK selesai. 186 Penatalaksanaan Perdarahan yang Banyak, Lama dan Diluar Siklus • • 187 Interaksi Obat • 188 Yang Perlu Diingat Oleh Klien • • • • • 189 Yang Perlu Diingat Oleh Klien • • • • • • 190 Informasi Umum • • • • 191 Perhatikan ! 192 193 • • 194 Menekan ovulasi Memperlambat transportasi sperma di dalam saluran telur (tuba fallopi)i Membuat endometrium tidak siap untuk implantasi Mengentalkankan lendir serviks sehingga mempersulit penetrasi sperma 195 1 Trussell et al 1998. Catatan: Angka keampuhan ini hanya mengacu pada DMPA. 196 197 198 199 200 201 202 203 204 Source: WHO 1996. 205 Source: WHO 1996. 206 207 120 100 pengguna DMPA 80 Angka kehamilan 60 1 kumulatif (%) 40 2 Pengguna kontraseptif nonhormonal 50th Percentile 20 0 0 5 10 15 20 25 30 35 Bulan setelah pencabutan atau sejak Injeksi terakhir 1Pengguna 2 yang hamil setelah menghentikan penggunaan kontrasepsi AKDR atau metode barier. Source: Schwallie 1974. 208 DMPA Net-En Lamanya 3 bulan 2 bulan Perdarahan Kebanyakan kasus Metroragia dan berupa amenorea polimenore Jarum/nyeri Diameter kecil /kurang nyeri Diameter besar /lebih nyeri Kisaran periode suntik ulang Hingga 4 minggu Hingga 2 minggu Biaya Lebih murah Lebih mahal Pulihnya ovulasi Lebih lambat Lebih cepat 209 210 211 1Ingatkan klien akan ada perdarahan setelah menyelesaikan KOK. 212 1Ingatkan klien akan ada perdarahan setelah menyelesaikan KOK. 213 214 215 216 217 218 219 220 221 Norplant® (Implant) 222 Pemakaian Norplant Implants Seluruh dunia 60 negara Lebih dari 6 juta pemakai 223 Norplant Implants 224 Norplant Implants: Farmakodinamik 225 Norplant Implants: Mekanisme Kerja Menekan ovulasi Mengurangi motilitas tuba Mengganggu pertumbuhan endometrium Menebalkan mukus serviks 226 Konsentrasi Levonorgestrel dalam serum pemakai Norplant 0.8 0.7 0.6 Konsentrasi rata-rata LNG dalam sirkulasi (ng/ml) 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 1 2 3 4 Tahun sesudah insersi Implants Sumber: Nash 1990. 227 Norplant Implants: Keuntungan Kontrasepsi Implant 1Trussell 228 et al 1998. Norplant Implants: Keuntungan Kontrasepsi (lanjutan) 229 Norplant Implants: Keuntungan Nonkontrasepsi 230 Norplant Implants: Keterbatasan (lanjutan) 231 Norplant Implants Sesuai Untuk: 232 Norplant Implants Pada Wanita sedang Laktasi 233 Norplant Implants: Tidak Sesuai (WHO kelas 4) untuk: Source: WHO 1996. 234 Norplant Implants: Perlu Pertimbangan (WHO kelas 3) Source: WHO 1996. 235 Norplant Implants: Kondisi yang masih memberi peluang untuk penggunaan 236 Waktu Penggunaan 237 Norplant Implants: Pencegahan Infeksi Source: Tietjen et al 1995. 238 Norplant Implants: Nilai Kehamilan Kumulatif Berat Badan 1 Angka Kehamilan Kumulatif Densitas Tabung Kurang Pekat Lebih Pekat < 50 kg 0 0.3 50-59 kg 2.0 4.3 60-69 kg 1.5 4.5 > 70 kg 2.4 9.3 This is the product marketed worldwide since 1992. 239 Sivin 1988. Source: Norplant Implants: KET Source: Population Council 1995. 240 Norplant Implants: Perbandingan Angka Kejadian KET Per 1,000 woman-years Implants (5 years) 1.3 Copper T380A (3 years) 0.342 Progestasert (1 year) 3.603 All U.S. Women (1 year) Source: Population Council 1995. 241 2.7 Norplant Implants: KET Source: TGWG 1994. 242 Norplant Implants: Perubahan Pola Haid Pola Siklus Menstruasi Siklus Reguler Siklus Ireguler Amenorea Source: Shoupe et al 1991. 243 Tahun I Tahun V (% pengguna) (% pengguna) 27 66 7 62 38 0 Norplant Implants: Sepuluh kondisi yang sering dikeluhkan Efek Samping Duh (Sekret) Vaginal Sakit Kepala Nyeri Panggul Penambahan Berat Badan Pusing Nyeri Payudara Gatal pada Genitalia Reaksi Cemas Servisitis Mual Source: Sivin 1997. 244 % Wanita 25.4 26.6 15.9 12.5 8.9 8.7 10.9 8.9 9.0 6.2 Norplant Implants: Efek Samping Umum Efek Samping Perdarahan ireguler atau banyak Sakit Kepala Perubahan BB Tegang Payudara Keluar ASI Jerawat 245 Penanganan Periksa problem ginekologis Konseling dan atasi dengan KOK, NSAIDs atau estrogen oral Analgesik Non-narkotik Diet, nasehat dan latihan Gunakan penyangga payudara Hindarkan stimulasi putting susu Diet, krim pembersih dan antibiotika topikal Norplant Implants: Interaksi dengan obat lainnya 246 Norplant Implants: Masalah Insersi Masalah % Wanita Infeksi < 1.0 Ekspulsi < 0.5 Cellulitis < 0.5 Source: Population Council 1990. 247 Norplant Implants: Instruksi untuk klien 248 Norplant Implants: Informasi Umum 249 Norplant Implants: Tanda bahaya 250 Perbandingan Perawat-Bidan vs. Dokter: Memasukkan Norplant Implants di Indonesia Dokter Bidan/Perawat Waktu Insersi 7.6 menit 7.4 menit Waktu Pencabutan 21.7 menit 21.8 menit Hematoma 1.8% 1.7% Infeksi Luka 1.4% 1.1% Abses 0.7% Tak ada 96% 97% Komplikasi Tanpa komplikasi Source: Affandi 1987. 251 ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Pelatihan Teknologi Kontrasepsi Terkini (Contraceptive Technology Update – CTU) Jakarta, 20 – 24 Mei 2003 252 Tujuan Sesi 253 IUD di Seluruh Dunia 100 juta pengguna di seluruh dunia Sumber: Treiman et al 1995. 254 Jenis-Jenis AKDR Penguat Kontrasepsi 255 IUD Tembaga: Cara Kerja Menurunkan motilitas sperma melalui kavum uteri Mengentalkan lendir atau mukus serviks Mengganggu proses reproduksi sebelum sel telur mencapai kavum uteri Merubah garis/jalur endometrial 256 IUD: Keuntungan Kontraseptif 1 Trussell et al 1998. 257 AKDR: Keuntungan Non Kontraseptif 258 AKDR: Keterbatasan 259 AKDR Sesuai Untuk: 260 AKDR: Tidak Sesuai (WHO Kelas 4) Sumber: WHO 1996. 261 AKDR: Kondisi yang Perlu Dipertimbangkan (WHO Kelas 3) Sumber: WHO 1996. 262 AKDR: Informasi Penting dalam Konseling 263 Waktu Pemasangan AKDR 264 AKDR: Pencegahan Infeksi 265 Memasukkan IUD: Metode Tarik (1) Masukkan AKDR yang lengannya telah dilipat ke dalam inserter (2) Tahan pendorong dan tarik selubung inserter ke bawah Sumber: PATH and Population Council 1989. 266 AKDR: Efek Samping 267 AKDR: Masalah Lain yang Mungkin Timbul 268 AKDR: Pemasangan Segera Pascaplasenta 269 AKDR Pascaplasenta: Angka Ekspulsi Spontan 14 12 10 Dokter yang belum berpengalaman Dokter berpengalaman angka per 100 8 wanita 6 4 2 0 1 6 12 18 24 30 36 Bulan setelah dimasukkan Sumber: Theiry, Van Kets and Van der Pas 1985. 270 AKDR: Petunjuk Bagi Klien 271 AKDR: Petunjuk ........................ 272 AKDR: Informasi Umum 273 Waspada Bila Terjadi Hal-Hal Berikut: 274 AKDR: Penanganan Masalah Perdarahan 275 AKDR: Penanganan Kram dan Nyeri 276 AKDR: Penanganan Keluhan Benang AKDR 277 AKDR: Penanganan Keluhan Benang (lanjutan) 278 IUD: Petunjuk untuk Melepas 279 IUD: Barier pada Petugas Pelayanan 280 Teknik Insersi 2011 • Cunam Ovum Lurus (Straight Ring Forceps-Foerster) 10” • Cunam Ovum Lengkung (Curve Ring Forceps) 10” • Cunam Ovum Lengkung Panjang (Long Curve Ring Forceps) 12” • Spekulum Sims • Gunting • Mangkok (bowl) • Kapas • Alas Bokong • Buka penutup plastik AKDR hingga setengah bagian • Keluarkan inserter dan pendorong AKDR • Masukkan ujung klem ovum (menelusuri benang) hingga mencapai AKDR • Buka ujung klem ovum untuk menjepit AKDR (bila perlu, tahan dengan ujung jari tangan yang lain sehingga AKDR tidak bergerak ke atas) • Pastikan AKDR terpegang oleh klem ovum pada kedua lengan dan batangnya • Jepit (jangan mengunci gagang klem ovum) dan tarik AKDR hingga ke luar dari kemasannya • Perhatikan posisi AKDR sudah tepat (ujung klem ovum pada bagian tengah lengan dan arah batang AKDR sejajar dengan lengan klem ovum) • Bawa AKDR ke depan vulva yang telah disiapkan dengan bilasan larutan antiseptik • Perhatikan ketepatan aplikasi jepitan agar AKDR tidak jatuh Teknik Insersi dengan Klem Ovum • Dengan satu tangan, pegang klem ovum porsio (telah disiapkan sebelumnya) • Angkat dan tarik secara halus klem tersebut ke atas dengan sudut 45 • Masukkan AKDR (pada klem AKDR di tangan yang lain) melalui introitus dan ikuti alur lengan klem porsio hingga melewati ostium uteri eksternum • Setelah melewati ostium dan memasuki kavum uteri maka arahkan AKDR ke fundus uteri • Lepaskan tangan pemegang klem porsio dan pindahkan ke fundus uteri (dari luar) untuk memastikan klem ovum AKDR telah mencapai fundus • Setelah klem AKDR berada di fundus, tempatkan AKDR di bagian tersebut dengan jalan membuka jepitan dan memutar gagang klem sekitar 45 • Tarik perlahan-lahan klem pemegang AKDR ke arah luar sambil tangan luar menekan fundus uteri untuk memfiksasi AKDR • Tarik klem ovum AKDR ke luar secara perlahanlahan dan biarkan ujung klem tetap terbuka sehingga tidak menjepit batang atau benang AKDR pada saat dikeluarkan • Lepaskan tekanan pada fundus setelah ujung klem AKDR dapat dikeluarkan seluruhnya • Keluarkan AKDR dari kemasan sterilnya (gunakan klem ovum seperti teknik insersi dengan klem) • Ambil AKDR tersebut dengan cara menjepitnya diantara jari telunjuk dan tengah • Perbaiki posisi AKDR pada jarijari penjepit sehingga batang AKDR terpegang baik diantara jari-jari tersebut • Angkat klem porsio (sudah disiapkan sebelumnya) • Arahkan AKDR yang ada diantara 2 jari tangan yang lain ke introitus dan jalan lahir yang telah dibilas dengan larutan antiseptik sebelumnya • Masukkan AKDR melalui vagina dan ostium hingga mencapai daerah fundus uteri • Sesuaikan posisi ibu jari, jari manis dan kelingking dengan kondisi jalan lahir sehingga diperoleh akses yang memadai bagi jari tekunjuk dan tengah (AKDR) untuk mencapai fundus • Lepaskan jepitan pada AKDR dengan jalan mengangkat (menjauhkan) jari telunjuk dari jari tengah dan memutar tangan sekitar 30 • Setelah ADKR lepas dan menyentuh dinding fundus, tarik tangan dalam sambil menekan fundus uteri (dengan tangan luar) hingga keluar seluruhnya 294 Female: 170 million Source: Church and Geller 1990. 295 •Minilaparotomi Subumbilikus •Minilaparotomi Suprapubik •Laparoskopi 296 • Keputusan penggunaan harus memenuhi azaz sukarela • Klien berhak membatalkan putusan setiap saat sebelum prosedur dilaksanakan. • Klien harus memahami bahwa Kontrasepsi Mantap bersifat permanen (non-reversible). • Tidak diperkenankan memasukkan unsur insentif dalam menerima Kontap. • Persetujuan Tindakan Medik (PTM) dari klien merupakan syarat mutlak untuk melakukan Tubektomi. • Persetujuan dari pasangannya merupakan bukti bahwa ia mengetahui klien telah memberi PTM dan bersedia menanggung berbagai konsekuensi yang mungkin timbul (misalnya: biaya, efek samping, pengobatan/perawatan) 297 Mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (fertilisasi) dengan jalan menutup atau oklusi saluran telur (tuba fallopii) 298 Kontrasepsi Metode Operatif menyediakan ruang untuk memposisikan Elektrokoagulasi atau aplikasi instrumen bedah. cincin titanium 299 Kontrasepsi Metode Operatif menyediakan ruang untuk memposisikan Elektrokoagulasi atau aplikasi instrumen bedah. cincin titanium 300 Kontrasepsi Metode Operatif 301 Kontrasepsi Metode Operatif Extra- retroperitoneal 302 Kontrasepsi Metode Operatif Tidak mencekam atau koagulasi pembuluh darah 303 Kontrasepsi Metode Operatif Cincin Tuba 304 Kontrasepsi Metode Operatif 305 Kontrasepsi Metode Operatif 306 • Sangat efektif (0.51 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian) • Segera efektif dan bersifat permanen • Tidak mengganggu proses sanggama • Sangat sesuai untuk klien yang tidak boleh hamil / kehamilan dapat mengancam keselamatannya • Menggunakan teknik pembedahan sederhana dan menggunakan anestesia lokal • Tidak ada efek samping jangka panjang • Tak menganggu produksi atau mengubah fungsi hormon atau aktifitas seksual 1 Trussell et al 1998. 307 •Tidak mengganggu produksi ASI •Mengurangi risiko kanker ovarium 308 • Risiko 39% lebih rendah dibandingkan dengan klien non-oklusi tuba • Pengurangan risiko tidak tergantung dari jenis atau teknik metode sterilisasi • Risiko tetap rendah hingga 25 tahun pasca-oklusi tuba Source: Green et al 1997. 309 • Bersifat permanen dan rekanalisasi tidak menjamin pulihnya kesuburan • Banyak terjadi penyesalan, terutama bila usia klien < 35 • Risiko pembedahan bertambah bila digunakan anestesi umum • Ada rasa tidak nyaman dan nyeri pasca-bedah • Perlu operator terampil/terlatih (spesialis atau pelaksana khusus untuk laparoscopy) • Untuk jangka panjang, efektifitasnya relatif berkurang • Meningkatkan risiko kehamilan ektopik • Tidak melindungi terhadap PMS (mis: HBV, HIV/AIDS) 310 Kelompok Usia 18–33 Angka Kegagalan Kumulatif 1 2.6 > 34 0.7 Semua usia 1.8 1 Kehamilan per 100 wanita diatas 10 tahun Source: CREST Study 1996. 311 Angka Kegagalan 1 Metoda Koagulasi Unipolar 1 Tahun 0.02 10 Tahun 0.81 Salpingektomi Parsial Postpartum 0.01 0.75 Pemakaian Cincin Silikon 0.62 1.72 Salpingektomi Parsial Interval 0.75 2.01 Koagulasi Bipolar 0.35 2.48 Pemakaian Jepit Pegas 1.82 3.65 Kehamilan per 100 prosedur Source: CREST Study 1996. 1 312 Metode Kehamilan per 100 Wanita-Tahun Laparoskopi Cincin 0.0–0.6 (N=15 penelitian) Koagulasi 0.1–1.3 (N=14 penelitian) Klip 0.0–0.7 (N= 4 penelitian) Minilaparotomi Pomeroy Source: Church and Geller 1990. 0.2–0.8 (N= 4 penelitian) 313 Risiko kehamilan: • Lebih tinggi dibandingkan hasil temuan sebelumnya selama tahun pertama penggunaan • Kurang dari 2% diatas 10 tahun pemakaian (18.5 per 1000 prosedur) • Paling tinggi pada wanita berusia dibawah 30 tahun • Lebih besar bila dilakukan dengan teknik salpingektomi parsial pascapersalinan (8 per 100 prosedur) • Tertinggi bila dilakukan dengan penjepit pegas (37 per 100 prosedur) 1CREST 1996. 314 Kehamilan ektopik: • 1 dari 3 kehamilan pascatubektomi adalah ektopik • Risiko kumulatif dalam 10 tahun adalah 7.3 per 1000 prosedur • Risiko menjadi 2 kali lebih tinggi pada pengguna di bawah 30 tahun • Risiko dalam tahun ke 4 –10 adalah tiga kali lebih tinggi dibanding tahun ke 1 – 3 1CREST 1996. 315 Wanita: • Berusia > 22 hingga < 45 • Menghentikan fertilitas (tidak ingin anak lagi) secara efektif dan permanen • Kehamilan mengancam keselamatan jiwanya • Pascapersalinan • Pascakeguguran • Laktasi (dalam 48 jam atau setelah 6 minggu) • Mengerti arti permanen, sukarela, dan telah memberi persetujuan untuk prosedur tersebut 316 • takut dengan prosedur operasi • belum pasti tentang rencana atau kebutuhan reproduksi dikemudian hari • tidak mengerti azaz permanen, sukarela atau merasa tidak perlu memberikan persetujuan tindakan medik 317 • Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya (perlu evaluasi atau konfirmasi) • Infeksi panggul yang akut • Infeksi sistemik yang akut (misalnya: influenza, gastroenteritis, hepatitis virus, dsb) • Anemia (Hb < 7 g/dl) • Infeksi kulit di daerah operasi • Kanker ginekologik • Trombosis vena dalam Perlu penundaan atau terapi yang sesuai hingga kondisi membaik atau memungkinkan untuk dilaksanakan Source: WHO 1996. 318 • Diabetes Melitus • Penyakit jantung simptomatis • Hipertensi (> 160/100 mmHg) terutama yang disertai kelainan vaskuler • Kelainan Pembekuan Darah • Obesitas (> 80 kg/176 lb), perbandingan tinggi dan berat badan tidak normal) • Hernia abdominalis atau hernia umbilikalis • Parut sayatan/sayatan ganda pada dinding abdomen bawah 319 Jangka pendek • Insidensi adalah 1% dari total prosedur • Tergantung keahlian operator • Berkaitan dengan prosedur/teknik bedah Jangka panjang • Tingkat efektifitas kontraseptif relatif menurun dengan pertambahan waktu 320 Minilaparotomi dan Laparoskopi: • Trauma kandung kemih • Perdarahan dari mesosalfing • Konvulsi dan reaksi toksik anestesia lokal • Fistula vesiko-vaginalis • Depresi atau henti pernafasan • Cedera organ dalam atau intra-abdominal Laparoskopi (terutama): • Emboli gas atau udara • Reaksi Vaso-vagal 321 • Perdarahan atau hematoma disertai nyeri bawah kulit (di tempat pembedahan) • Perdarahan organ dalam (ovarium, tuba, atau usus) • Demam Pascabedah • Infeksi luka insisi atau jaringan sekitarnya • Emboli gas (laparoskopik, sangat jarang) 322 • Dapat dilakukan setiap saat selama klien tidak hamil atau kemungkinan hamil dapat disingkirkan • Hari ke 6–13 dari siklus haid (fase proliferatif lebih disukai) • Pascapersalinan (48 jam pertama atau setelah 6 minggu. Jika ingin dilakukan di luar waktu tersebut, klien sudah di-immunisasi (tetanus toxoid), dan mendapat lindungan antibiotik maka tubektomi dapat dilaksanakan oleh operator yang berpengalaman • Pascakeguguran segera atau dalam 7 hari pertama, selama tidak ditemukan komplikasi infeksi 323 • Lebih dipilih yang menggunakan anestesia lokal • Anestesi Umum dan Operator Handal ditujukan pada kasus-kasus: • obesitas • kelainan organ ginekologi (sudah diketahui sebelumnya) • alergi terhadap anesthesia lokal • dengan masalah medik yang dapat menjadi penyulit atau menimbulkan komplikasi selama prosedur 324 • Jaga luka insisi bersih dan kering selama 2 hari. Lakukan kegiatan harian secara bertahap. • Sebaiknya hindari sanggama selama 1 minggu atau klien siap untuk itu • Jangan melakukan kerja berat/mengangkat benda berat selama 1 minggu. • Untuk nyeri pasca-tubektomi gunakan 1 - 2 tablet analgesik setiap 4 sampai 6 jam. • Jadwalkan kunjungan ulangan antara hari ke 7–14. • Pesankan untuk kembali setelah 1 minggu jika menggunakan benang jahit yang tidak dapat diserap (non-adsorbable) 325 • Karena gas (CO2) akan terkumpul di bawah diafragma maka dalam 12-24 jam pascatindakan akan timbul nyeri dibagian bahu selama 12–24 jam setelah laparoskopi • Oklusi tuba segera efektif sejak operasi selesai. • Siklus haid akan berlanjut seperti biasa. • Gunakan kondom jika risiko tinggi PMS (misalnya: HBV, HIV/AIDS). 326 Hubungi petugas atau kembali ke klinik jika: • Demam ( > 38°C atau 100.4°F) • Pusing atau limbung disertai pingsan • Nyeri perut bawah yang terus-menerus atau bertambah parah/berat • Perdarahan atau ada cairan abnormal yang keluar melalui luka insisi • Tanda-tanda atau gejala hamil 327 •Konseling dan pengamatan lanjutan harus sama seperti pada tempat pelayanan tetap. •Semua praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan harus ditaati. •Harus tersedia penanganan untuk komplikasi jangka pendek dan jangka panjang 328 • Menerapkan batasan usia untuk pengguna potensial (muda dan tua) • Pengetahuan yang terbatas tentang tubektomi dan menggunakannya dalam menseleksi pengguna potensial • Membuat kriteria yang kaku tentang tenaga pelaksana (operator): • Hanya dokter spesialis • Hanya dokter saja 329 Kontrasepsi Mantap Pria VASEKTOMI 330 Vasektomi: Pengguna Global Male: 43 million Source: Church and Geller 1990. 331 Vasektomi di Amerika Serikat Source: Liskin, Benoit and Blackburn 1992. 332 Jenis Vasektomi 333 Vasektomi dengan Insisi 334 Vasektomi Tanpa Pisau 335 Kontrasepsi Metode Operatif Vasektomi: Komplikasi di Amerika Serikat KOMPLIKASI ANGKA1 HEMATOMA 1.95 INFEKSI 3.48 1 Per 100 vasektomi; 65,155 kasus Source: Kendrick et al 1987. 337 Vasektomi Source: Carignan 1995. 338 VTP: Komplikasi Prosedur di Cina KOMPLIKASI ANGKA1 HEMATOMA 0.09 INFEKSI 0.91 1 Per 100 vasektomi; 179,741 kasus Source: Li et al 1991. 339 Perbandingan VTP dan Vasektomi Konvensional METODE KASUS KOMPLIKASI JUMLAH ANGKA1 VTP 680 3 2 0.4 Konvensional 523 16 3 3.1 Per 100 vasektomi 2 hematoma (pengeringan bekas bedah tdk diperlukan); 1 infeksi 3 9 hematoma (2 memerlukan pengeringan bekas bedah); 7 infeksi Source: Nirapathpongporn et al 1990. 1 2 340 Keunggulan VTP vs Konvensional Keunggulan VTP Tehnik Mencapai Vasa risiko perdarahan/hematoma lebih kecil Metode anestesi Lebih efektif dan aman Instrumen Sedikit (klem fiksasi, diseksi dan gunting) Penutupan kulit Tidak diperlukan Kerusakan jaringan Minimal Komplikasi Komplikasi lebih sedikit Waktu prosedur Lebih singkat Source: AVSC International 1997. 341 Vasektomi: Hal-hal Penting Sebelum Penggunaan 342 Vasektomi: Mekanisme Kerja 343 Vasektomi: Manfaat Kontraseptif 344 Vasektomi: Manfaat Non-kontraseptif 345 Vasektomi: Keterbatasan 346 Vasektomi: Efek Jangka Panjang Source: Pollack 1993. 347 Vasektomi Sesuai Untuk: 348 Vasektomi: Informasi Penting dalam Konseling 349 Vasektomi: Kondisi (WHO Kelas 3) yang Perlu Dipertimbangkan bagi Calon Pengguna Perlu dilakukan penundaan atau penanganan yang sesuai hingga kondisinya membaik atau memenuhi syarat tindakan operatif 1 Prosedur mungkin akan memerlukan dilakukan di sarana tingkat tinggi. Source: WHO 1996. 350 Vasektomi: Kondisi yang Memerlukan Operator Handal dan Fasilitas Pendukung 351 Vasektomi: Riwayat Sosiomedik Klien yang Perlu Diketahui 352 Vasektomi: Tenaga Pelaksana dan Tempat Pelayanan Vasektomi di Amerika Serikat 353 Vasektomi: Masalah Pasca-bedah 354 Vasektomi: Petunjuk Untuk Klien 355 Vasektomi: Petunjuk Untuk Klien 356 Vasektomi: Informasi Umum 357 Vasektomi Hubungi Petugas dan kembali ke Klinik bila terjadi hal-hal berikut : 358 Vasektomi: Persyaratan Program 359 Vasektomi: Barier Medik dalam Pelayanan 360 Kondisi Umum menghambat program KB Program KB Sasaran kuantitatif program KB Proses Kehamilan Ovulasi : keluarnya sel telur (ovum) dari folikel yang pecah Fertilisasi : Bersatunya sperma dengan ovum (biasanya terjadi di ampula tuba) zygote Nidasi : Perlekatan Blastokist pada endometrium (biasanya terjadi di korpus uteri anterior ataupun posterior Implantasi : blastula tertanam dalam endometrium Pencegahan kehamilan ( kontrasepsi ) Metode kontrasepsi ideal Metode kontrasepsi Efektifitas metode kontrasepsi Metode kontrasepsi alamiah Metode kontrasepsi alamiah Metode kontrasepsi alamiah Metode kontrasepsi alamiah Metode senggama terputus Metode amenorea laktasi (MAL) Metode senggama dengan pelindung Metode senggama dengan pelindung Metode kontrasepsi pil Metode kontrasepsi pil Metode kontrasepsi suntikan Metode kontrasepsi implan Metode alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Jenis alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Jenis alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Teknik insersi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Metode alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Metode alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Metode alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Metode kontrasepsi mantap Metode kontrasepsi mantap wanita Metode kontrasepsi mantap wanita Metode kontrasepsi mantap wanita Teknik ligasi dan reseksi Teknik laparoskopi dan kuldoskopi Metode kontrasepsi mantap wanita Kegagalan kontrasepsi mantap wanita Terima Kasih