Uploaded by User55617

Female Family Planning

advertisement
KELUARGA BERENCANA
DAN
METODE KONTRASEPSI
dr.Gde Sastra Winata, M. Biomed, SpOG (K)
Obstetric and Gynecology department, Faculty of Medicine
Udayana University
Program KB dan perubahan struktur
dan fungsi keluarga
Program KB dan Kesehatan ibu
dan anak
FASE
FASE
FASE
MENCEGAH KEHAMILAN
MENJARANGKAN KEHAMILAN
TIDAK HAMIL LAGI
3 – 5 TH
• pil
• IUD
• IUD
• kontrasepsi mantap
• IUD
• suntikan
• suntikan
• IUD
• sederhana
• minipil
• minipil
• implant
• suntikan
• pil
• pil
• suntikan
• implant
• implant
• implant
• sederhana
• sederhana
• sederhana
20
35
• pil
• kontrasepsi
mantap
URUTAN PEMILIHAN KONTRASEPSI YANG RASIONAL
KONTRASEPSI UNTUK PERIODE KHUSUS
Empat Pilar Safe Motherhood
SAFE MOTHERHOOD
KB
Asuhan
Antenatal
Persalinan
Bersih dan
aman
Asuhan
obstetri
esensial
Asuhan Maternal Dasar
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
6
Konsep Kerangka Acuan tentang Analisis Determinan
Mortalitas dan Morbiditas Maternal
Determinan Antara
Keluaran
Determinan Jauh
Status Kesehatan
Kehamilan
Status Reproduksi
Faktor Sosioekonomi
dan kultural
Komplikasi
Akses ke Pelayanan Kesehatan
Kematian/Cacat
Perilaku Petugas/
Utilisasi Fasilitasehatan
Faktor yang tak diketahui/diluar perkiraan
4
Alur Kelangsungan
Hidup Ibu dan BBL
Wanita usia reproduktif
Kontrasepsi
& Gizi
Kehamilan
Tidak ada
kehamilan
• Persiapan Kelahiran
• Asuhan Antenatal Terarah
• Persalinan Bersih dan Aman
Abortus spontan
atau tidak aman
Komplikasi
pada ibu dan bayi
baru lahir
Tidak ada
komplikasi
•
•
•
•
Persiapan kegawat daruratan
Pengenalan yang tepat waktu
Tindakan yang cepat
Penatalaksanaan yang tepat
Asuhan pasca keguguran
Angka kelangsungan
hidup yang rendah
• Asuhan BBL
• Asuhan Masa
Nifas
Angka kelangsungan
hidup tinggi
KEMAMPUAN
KONSELING
PETUGAS
TEMPAT PELAYANAN
KELENGKAPAN
ALAT
KONTRASEPSI
PENGETAHUAN
DAN KESADARAN
KLIEN
Latar Belakang
• Dalam situasi tertentu klien membutuhkan pelayanan
kontrasepsi yang sesuai dan dapat segera
menyelesaikan kebutuhan atau masalah
reproduksinya saat itu.
• Kondisi emosional, medik, dan kesesuaian jenis
kontrasepsi membuat petugas kesehatan pula segera
mempertimbangkan berbagai faktor dan rasional
untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut
Kontrasepsi Pascapersalinan
• Dianjurkan untuk menggunakan Metode Laktasi
Amenore (ASI Eksklusif).
• Tidak harus menghentikan pemberian ASI untuk
menggunakan suatu alat kontrasepsi.
• Kontrasepsi terpilih seharusnya tidak mempengaruhi
kualitas dan jumlah ASI atau mengganggu kesehatan
bayi.
Infertilitas pascapersalinan
• Kesuburan akan kembali dalam waktu 6 minggu pada
klien yang tidak menyusukan.
• Klien yang menyusukan bayinya mempunyai masa
tidak subur yang lebih lama tetapi kembalinya
kesuburan tidak dapat ditentukan secara akurat
• ASI Eksklusif merupakan jenis kontrasepsi yang
cukup efektif (efektifitasnya 98%) jika klien belum
mendapat haid, masih dalam 6 bulan pascapersalinan
Menentukan Kontrasepsi
Pascapersalinan
• Pastikan bahwa klien menyusukan
bayinya atau tidak
• Pilih jenis kontrasepsi yang sesuai
• Tidak ada masalah gangguan
pembekuan darah, produksi ASI dan
tumbuh kembang bayi bila klien
menggunakan kontrasepsi
Periode Pascakeguguran
• Kenali kebutuhan reproduksi klien (konseling APK)
dan bantu untuk memilih kontrasepsi yang sesuai
• Informasikan berbagai jenis kontrasepsi efektif,
metode alamiah tak sesuai untuk pascakeguguran
• Perlu jaminan ketersediaan pasokan kontrasepsi
• Pastikan jenis pelayanan KB yang dapat diberikan dan
sediakan akses bagi pelayanan kesehatan reproduksi
lanjutan.
• Hindarkan risiko IMS dan ingatkan segera pulihnya
kesuburan pascakeguguran
Kontrasepsi Pascakeguguran
Unmet need/tidak
menggunakan/kegagalan
Kehamilan Diluar Rencana
APK
Abortus Tak Aman
Tak ada akses/peluang ke
Pelayanan Abortus yang Aman
Informasi Penting untuk Kontrasepsi
• Jelaskan bahwa ovulasi dapat terjadi 11 hari
pascaevakuasi sisa konsepsi
• Klien dapat hamil sebelum haid berikutnya datang.
• Terdapat banyak pilihan metode kontrasepsi yang
sesuai dan aman
• Lokasi tempat pelayanan kontrasepsi yang dapat
memenuhi keinginan klien dan sesuai dengan kondisi
kesehatan klien
Jenis kontrasepsi
• Kontrasepsi pascakeguguran trimester I
sama dengan yang dianjurkan untuk masa
interval.
• Kontrasepsi pascakeguguran trimester II
sama dengan kontrasepsi
pascapersalinan
• Lihat halaman U 51-52
Perhatikan!
• Bila jelas ditemukan tanda-tanda infeksi atau dugaan
abortus tak aman, atasi dulu infeksi yang terjadi dan
perbaiki kondisi medik klien
• Penggunaan metode AKDR /Tubektomi sebaiknya
ditunda hingga kondisi membaik (3 bulan setelah
evakuasi sisa konsepsi)
• Dapat menggunakan kontrasepsi hormonal
kombinasi, progestin atau barier/spermisida
Trauma dan Laserasi Jalan Lahir
Pada kondisi tersebut diatas maka:
• AKDR, diafragma, spermisida, dan tubektomi
belum dapat digunakan hingga kondisinya
teratasi dengan baik
• Dapat digunakan kontrasepsi hormonal
kombinasi, progestin atau kondom
Pasien Pascaperdarahan
Konsentrasi Hb < 7gr%, maka:
• Tunda penggunaan implan, suntik, AKDR dan
tubektomi.
• Dapat menggunakan kontrasepsi hormonal
kombinasi, AKDR dan spermisida
Kontrasepsi Darurat
• Jenis kontrasepsi yang diberikan setelah terjadi
sanggama tanpa pelindungan kontrasepsi apapun
• Disebut juga sebagai kontrasepsi pascasanggama
(morning after pill )
• Keberhasilannya sangat ditentukan oleh selang waktu
antara sanggama dengan pemberian kontrasepsi
Jenis dan cara pemberian
• Insersi AKDR dalam 3-5 hari
pascasanggama
• Cukup satu kali pemasangan dan dapat
diteruskan apabila diinginkan
• Dapat dipilih dari jenis T Cu380A,
Multiload, Nova-T, dan sebagainya
Pil kombinasi
• Microgynon 50, ovral,
neogynon,nordiol dan eugynon.
• Diberikan dalam jangka waktu 3 hari
pascasanggama
• Dosis pertama adalah 2 tablet yang
diulangi dengan dosis ke dua (2 tablet)
12 jam kemudian
Pil kombinasi
• Microgynon 30, mikrodiol atau
nordette.
• Diberikan dalam jarak waktu 3 hari
pascasanggama
• Dosis pertama adalah 4 tablet yang
diulangi dengan dosis kedua (4
tablet) 12 jam kemudian
KOK
(30 - 33µg EE)
Minum
4 tablet
12 jam kemudian
Minum
4 tablet
Progestin
Estrogen
atau
Bahan lain:
AKDR
Keterbatasan
Pengguna kontrasepsi darurat
Efek samping
Metode Laktasi Amenorea
(Lactational Amenorrhea Method )
33
Metode Laktasi Amenore
• MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang
mengandalkan pemberian ASI pada bayinya
• Akan tetap mempunyai efek kontrasepstif apabila
• Menyusukan secara penuh (eksklusif)
• Belum haid
• Usia bayi kurang dari 6 bulan
• Efektif hingga 6 bulan
• Bila ingin tetap belum ingin hamil, kombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain setelah bayi berusia 6 bulan
34
MLA: Mekanisme Kerja
Sekresi GnRH yang tidak teratur
menganggu pelepasan hormon FSH
(follicle stimulating hormone) dan LH
(leutinizing hormone) untuk
menghasilkan sel telur dan
menyiapkan endometrium
Penghisapan ASI yang intensif
secara berulangkali akan menekan
sekresi hormon GnRH
(gonadotrophin releasing hormone)
yang mengatur kesuburan
Rendahnya kadar hormon FSH dan
LH menekan perkembangan folikel
di ovarium dan menekan ovulasi
35
MLA: Keuntungan Kontraseptif
 Cukup efektif dalam mencegah kehamilan (1-2 kehamilan per
100 wanita di 6 bulan pertama penggunaan)
 Bila segera menyusukan secara eksklusif maka efek kontraseptif
akan segera pula bekerja efektif
 Tidak mengganggu proses sanggama
 Tidak ada efek samping sistemik
 Tidak perlu dilakukan pengawasan medis
 Tidak perlu pasokan ulangan, cukup dengan selalu memberikan
ASI secara eksklusif bagi bayinya
 Tidak membutuhkan biaya apapun
36
MLA: Keuntungan Non Kontraseptif
Bagi anak:
• Imunisasi pasif dan perlindungan terhadap berbagai
penyakit infeksi lainnya
• Sumber nutrisi terbaik bagi bayi
• Mengurangi terkenanya kontaminasi dalam air, susu atau
formula lain, atau pada peralatan
Bagi Ibu:
• Mengurangi perdarahan postpartum
• Mengeratkan hubungan psikologis ibu-anak
• Mengurangi risiko anemia
37
MLA: Keterbatasan
 Sangat tergantung dengan motivasi pengguna bila
memang ingin menggunakan MLA sebagai metode
kontrasepsi (pemberian ASI Eksklusif)
 Untuk kondisi atau alasan tertentu mungkin sulit untuk
dilaksanakan
 Tingkat efektivitasnya sangat tergantung tingkat
eksklusifitas menyusukan bayi (hingga usia 6 bulan atau
mulai mendapat menstruasi)
 Tidak melindungi pengguna dari PMS (misalnya: HBV,
HIV/ AIDS)
38
MLA sesuai untuk:
Wanita yang:
 Menyusukan bayinya secara eksklusif (memberikan
ASI secara penuh tanpa suplementasi lainnya)
 Belum mendapat haid sejak melahirkan bayinya
 Menyusukan secara eksklusif sejak bayi lahir hingga
bayi berusia 6 bulan 1
1WHO
39
merekomendasikan suplementasi mulai usia 6 bulan. Jika lebih cepat, MLA jadi kurang efektif.
MLA:
Tidak Sesuai untuk Dilanjutkan bila:
 Setelah beberapa bulan amenorea, klien
mulai mendapat haid
 Tidak menyusukan secara eksklusif
 Bayi telah berusia diatas 6 bulan
 Ibu bekerja dan terpisah dari bayinya lebih
dari 6 jam dalam sehari
40
MLA: Instruksi Bagi Klien Mengenai
Pemberian ASI
 Memberikan ASI (secara penuh) dari kedua payudara sesuai
kebutuhan (sekitar 6-10 kali per hari)
 Memberikan ASI paling sedikit satu kali pada malam hari (tidak
boleh lebih dari 4-6 jam diantara 2 pemberian)
 Jangan gantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan/cairan
lain
 Jika frekuensi menyusukan kurang dari 6-10 kali @ 60 ml per hari
atau atau bayi tidur semalaman tanpa menyusu (mendapat ASI),
maka MLA kurang dapat diandalkan untuk metode kontrasepsi
 Menggantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan atau
suplemen lainnya maka daya hisap bayi akan berkurang
sehingga mengurangi efektifitas mekanisme kerja kontraseptif
MLA
41
MLA:
Efektifitas Kontraseptif dan Cara
Menyusui
 Cara Menyusukan bayi
 Frekuensi Menyusukan bayi
 Lamanya bayi menyusu
 Jarak antara menyusui
 Mutu (kesungguhan) bayi menyusu
pada ibunya
42
MLA: Instruksi bagi Klien untuk
Kontrasepsi
 Selalu gunakan metode kontrasepsi pendukung, misalnya
kondom, yang siap digunakan. Gunakan jika:
• Menstruasi Anda kembali
• Anda memulai memberikan suplemen diet kepada bayi Anda
• Bayi Anda mencapai umur 6 bulan
 Konsultasi kepada petugas kesehatan atau klinik sebelum
menggunakan kontrasepsi lain
 Jika klien atau pasangannya berisiko tinggi terhadap PMS,
selain MLA, gunakan juga kondom untuk tindakan pencegahan
tertular PMS
43
KELUARGA BERENCANA ALAMIAH
(KBA)
44
Metode KBA
Metode Kalendar
Suhu Tubuh Basal (STB)
Metoda Mukosa Servik (Billings)
Simptotermal (STB + Mukosa Servik)
45
KBA: Pemanfaatan
Untuk Kontrasepsi:
 Menghindari sanggama dalam periode subur dalam
siklus menstruasi untuk menghindarkan terjadinya
kehamilan
Untuk Kehamilan:
 Melakukan sanggama dalam periode subur (disekitar
pertengahan siklus menstruasi) dimana peluang
terjadinya kehamilan cukup besar.
46
KBA: Manfaat Kontraseptif
•Jika dilakukan dengan taat dan benar, dapat
untuk mencegah terjadinya kehamilan.
•Sebaliknya, jika ingin hamil, maka metode ini
dapat membantu untuk menentukan saat terbaik
untuk terjadinya kehamilan
•Secara metode dan aspek klinik, tak ada risiko
atau efek samping
•Murah karena tidak menggunakan alat atau
memerlukan pasokan ulangan
47
KBA: Manfaat Non-kontraseptif
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang
sistem dan kesehatan reproduksi
Mempererat tanggung-jawab dan kerjasama
kedua belah pihak (pasangan) dalam kesehatan
reproduksi
Kepedulian dan keterlibatan pasangan atau
suami dalam Keluarga Berencana
48
KBA: Keterbatasan
 Tidak cukup efektif sebagai metode kontrasepsi (9-20 kehamilan
per 100 wanita) di tahun pertama penggunaan
 Tingkat efektifitasnya tergantung dari ketaatan dan konsistensi
dalam mengikuti petunjuk penggunaan
 Memerlukan banyak konseling dan contoh-contoh nyata untuk
dapat menggunakannya secara benar
 Memerlukan mediator atau tenaga terlatih (non-medis) untuk
kesinambungan informasi dan komunikasi
 Harus mampu mengendalikan hasrat atau tidak bersanggama
selama periode subur (agar tidak hamil)
49
KBA: Keterbatasan ..........
Perlu membuat catatan harian tentang mukus,
suhu basal dan gejala biologis penting lainnya
Gangguan (misalnya: infeksi regio genitalia) akan
menyulitkan interpretasi lendir serviks
Diperlukan termometer khusus (suhu basal dengan
skala sensitif) untuk MSB
Tidak memberi perlindungan terhadap PMS
(misalnya: HBV, HIV/AIDS)
50
KBA Sesuai Untuk Wanita/Pasangan :
 Di Usia Subur (dalam kurun reproduksi sehat)
 Berbagai Paritas (termasuk Nullipara)
 Yang oleh alasan Religius atau Kultural, tidak boleh
menggunakan metoda kontrasepsi modern/tertentu
 Karena alasan Medik, tidak dapat menggunakan kontrasepsi
yang bahan aktifnya mempunyai efek sistemik
 Mampu untuk mengendalikan hasrat atau tidak bersanggama
selama periode subur
 Menyenangi atau bersedia untuk mengamati, mencatat dan
menginterpretasikan gejala-gejala fisiologis yang berhubungan
dengan kesuburan atau kesehatan reproduksi
51
KBA:
Hal-hal Penting Yang Perlu Diketahui
Klien
Beberapa wanita harus mempertimbangkan KBA :
 Karena masalah umur, paritas atau kesehatannya, kehamilan
merupakan risiko tinggi/kontraindikasi
 Siklus haidnya tidak teratur atau ditentukan secara pasti (sedang
menyusui, pascakeguguran, atau salah mencatat)
 Siklus haid dan kondisi lendir perlu diamati dan dikenali dengan benar
sehingga hanya klien yang termotivasi dan mau mengenali
karakteristik pola subur-tak subur yang sesuai dengan metode ini
 Pasangannya tidak mau bekerjasama atau dapat menahan hasrat
bersanggama dalam periode subur
 Tidak suka memantau, memeriksa atau menyentuh organ genitalia
untuk pencatatan gejala fisiologis harian
52
KBA: Kondisi-Yang Perlu Diwaspadai
Haid yang tidak atau jarang teratur
Vagina atau serviks yang selalu
mengeluarkan sekret atau cairan sehingga
sulit ditentukan akibat iritasi atau sesuatu
yang normal
Sedang menyusukan bayinya
53
KBA: Informasi Untuk Klien Yang
Menggunakan Metoda Kalendar
• Pantau jumlah hari dari 6 siklus haid sambil menahan hasrat sangama
pada periode subur atau menggunakan berbagai metoda kontrasepsi
lainnya. Kemudian hitunglah periode subur dengan melihat data atau
hasil penghitungan dibawah ini.
• Dari rata-rata hari siklus terpanjang dan dikurangi 11, maka inilah hari
subur terakhir dalam satu siklus menstruasi.
• Dari rata-rata hari siklus terpendek, kemudian dikurang 18, maka
inilah hari subur pertama (awal) dari siklus menstruasi.
• Periode subur dihitung dari hari subur awal hingga subur terakhir
(misalnya hari ke 8 -19 dari siklus menstruasi) sehingga diperlukan
abstinensia atau hari pantang sanggama atau menggunakan metode
pelindung (kondom) selama 12 hari dalam 1 siklus menstruasi yang
sedang berlangsung.
54
KBA: Grafik Suhu Basal
Temp.
(Celsius)
37,1
37,0
36,9
36,8
36,7
36,6
36,5
36,4
36,3
36,2
36,1
36,0
Tidak Subur
Garis suhu (pelindung)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Day
55
KBA:
Petunjuk bagi Pengguna Metoda Suhu Basal Tubuh (SBT)
Aturan Perubahan Suhu/Temperatur :
 Ukurlah suhu pada jam yang sama setiap pagi (sebelum bangkit dari
tempat tidur) dan catat pada grafik yang tersedia
 Gunakan grafik nilai suhu dalam 10 hari pertama siklus haid untuk
mengidentifikasi suhu puncak harian “normal dan rendah” dalam pola
tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya
 Abaikan suhu yang tingginya abnormal yang disebabkan adanya demam
atau gangguan lainnya
 Tariklah sebuah garis 0.05 hingga 0.1ºC melalui yang tertinggi dari semua
nilai suhu dalam 10 pertama ini. Garis ini disebut garis pelindung atau garis
suhu.
56
KBA:
Petunjuk bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh (SBT)
 Periode tidak subur dimulai pada sore hari setelah tiga hari berturutturut suhu tubuh berada diatas garis pelindung/suhu basal (Aturan
Perubahan Suhu).
 Hari pantang sanggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga
sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah
masuk periode tak subur). Masa pantang sanggama untuk metode
ini lebih panjang dari metode ovulasi billing. Perhatikan pula kondisi
lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
 Jika salah satu dari kenaikan diatas suhu basal yang seharusnya
berurutan ternyata terjadi penurunan hingga melewati ambang
bawah garis pelindung, hal ini dapat menjadi pertanda bahwa ovulasi
belum terjadi. Kejadian ini tak dapat diambil sebagai patokan fase tak
subur
 Bila periode tak subur telah terlewati klien boleh untuk tidak
meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan sanggama
hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu
basal siklus berikutnya.
57
KBA:
Petunjuk bagi Pengguna Metode Ovulasi
 Secara normal, mukus (lendir) vagina dapat berubah beberapa kali
dalam sehari sehingga perlu dilakukan pengenalan sekresi normal
harian sebagai patokan penggunaan metode ini.
 Tentukan tingkat kesuburan berdasarkan hasil pengamatan lendir
(setiap malam) dan beri tanda atau simbol yang sesuai dengan
tingkat kesuburan yang sesuai (telah dipelajari)
 Untuk mengetahui jenis lendir normal harian, paling tidak kedua
pasangan tidak melakukan sanggama selama 1 siklus.
 Selama hari-hari kering (tiada lendir) setelah menstruasi, sanggama
pada dua hari berikut masih tergolong aman.
 Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (hari
pantang sanggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket
menunjukkan masa tidak subur.
58
KBA:
Petunjuk bagi Pengguna Metode Ovulasi .....
 Tandailah hari terakhir dari adanya lendir bening, licin dan elastis
dengan huruf X. Ini adalah hari puncak dalam periode subur (fase
paling subur)
 Pantang sanggama dilanjutkan hingga 3 hari setelah puncak subur,
karena kemampuan hidup sel telur masih berlanjut hingga periode
tersebut dan bila terjadi pertemuan dengan sperma, dapat terjadi
pembuahan
 Hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur, mulai
kembali periode tak subur sehingga sanggama dapat dilakukan
hingga datang haid berikutnya
59
KBA:
Petunjuk bagi Pengguna Simptotermal
 Setelah menstruasi berhenti, klien dapat melakukan sanggama hingga
dua hari kering berikutnya (periode tidak subur sebelum ovulasi)
 Setelah periode tidak subur awal tersebut, terjadi ovulasi yang ditandai
dengan mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina (sama
dengan metode lendir serviks), lakukan pantang sanggama karena ini
menandakan periode subur sedang berlangsung
 Pantang sanggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari
berurutan dan hari puncak lendir subur.
 Apabila kombinasi dua gejala ini tidak dapat menentukan periode tak
subur awal, periode subur, dan periode tak subur akhir maka ikuti
penghitungan periode subur yang terpanjang dimana masa pantang
sanggama harus dilakukan.
60
Sanggama Terputus
Sanggama Terputus


Manfaat Kontraseptif






Manfaat Non-kontraseptif



Keterbatasan



Sesuai Untuk :





Tidak Sesuai Untuk :






Petunjuk bagi Klien



Kondom Pria
69
Kondom Pria: Definisi
Selubung tipis terbuat dari karet, plastik (polivinil)
atau bahan alamiah, tanpa atau diberi spermisida
untuk menambah efek kontraseptif.
Selubung harus disarungkan pada penis saat penis
telah dalam kondisi ereksi.
Kualitas kondom tergantung bahan dasarnya,
bentuk, warna, lubrikasi/ pelumasan, ketebalan,
tekstur dan ada-tidaknya tambahan spermisida
(biasanya nonoxynol-9).
70
Jenis-Jenis Kondom Pria
Lateks (karet)
Plastik (polivinil)
Bahan alamiah
(bahan hewani)
71
Kondom Pria : Mekanisme
Kerjanya
Mencegah sperma
masuk ke saluran
reproduksi wanita
Sebagai kontrasepsi dan
pelindung terhadap infeksi atau
transmisi mikroorganisme
penyebab PMS (hanya kondom
dari bahan lateks dan polivinil)
72
Kondom Pria: Manfaat Kontraseptif
Efektif bila digunakan secara benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Dapat digunakan metode pendukung bersamaan dengan
metode lainnya atau metode pelindung ataupun metode
sementara
Tidak mengganggu kesehatan
Tidak ada efek samping sistemik
Cukup banyak tersedia diberbagai tempat (farmasi, toko obat
atau petugas KB di masyarakat) dan relatif murah
Tidak perlu resep atau pemeriksaan kesehatan/medik khusus
73
Kondom Pria:
Keuntungan Non-kontraseptif
Bentuk partisipasi pria dalam program KB
Metode kontrasepsi yang mampu untuk klien terhadap
PMS (kondom lateks dan polivinil)
Dapat membantu mencegah ejakulasi dini atau
mengurangi sensitifitas kontak penis-vagina
Mengurangi insidensi kanker servik
Mencegah imuno-infertilitas
74
Kondom Pria: Keterbatasan
Efektifitasnya tidak terlalu tinggi (3-14 kehamilan per 100 wanita selama
tahun pertama penggunaan1)
Tingkat efektifitas kontraseptif sangat tergantung dari ketaatan dalam
menjalankan petunjuk penggunaan
Sangat tergantung motivasi pengguna (menggunakannya secara benar
dan selama kegiatan sanggama)
Bagi yang terganggu dengan pengurangan sensitifitas penis, akan lebih
sulit untuk mempertahankan ereksi
Harus selalu tersedia saat akan digunakan
Tidak semua klien dapat membeli di tempat umum
Ada masalah dalam pembuangan kondom bekas pakai
1Trussell
75
et al 1998.
Kondom Lateks vs. Polyurethane :
Angka Kerusakan dan Terlepas
10
Kerusakan
Keselipan
8
Persen
(%)
6
4
2
0
Lateks
Polyurethane
Jenis Kondom
Sumber:
Frezieres et al 1998.
76
Kondom Lateks
Angka Kerusakan dan Terlepas
1
0,8
Persen 0,6
(%)
0,4
0,2
0
Kerusakan
Terlepas
Jenis Kegagalan
Sumber: Rosenberg and Waugh 1997.
77
Angka Kegagalan Alat Kontrasepsi
Kondom Pria
14
12
10
Persen per
tahun
8
6
4
2
0
British Family
Planning Assoc.
1974
US Couples (Typical)
Sumber: Glass, Vessey and Wiggins 1974; Hatcher et al 1994.
78
Perbandingan Ukuran
Spermatozoa
Bakteri:
N. gonorrhea
C. trachomatis
U. urealyticum
Virus:
CMV
HSV
HIV
HPV
HBV
HBSAg
Udara/air
79
3000 nm
1000 nm
300 nm
200 nm
150!300 nm
100!150 nm
120 nm
45!55 nm
42 nm
22 nm
< 0.1 nm
Frekuensi Serokonversi HIV dengan Penggunaan
Kondom diantara para Pekerja Seks
100
80
Persen HIV
Serokonversi
60
40
20
0
Tidak ada
< 50%
< 50%
Penggunaan Kondom
Sumber: Ngugi et al 1988.
80
100%
Kondom Pria sesuai untuk:
Pria yang menyukai metode ini dan ingin berpartisipasi aktif KB
Pasangan yang butuh alat kontrasepsi siap pakai
Pasangan yang membutuhkan alat kontrasepsi sementara
menunggu kontrasepsi terpilih lainnya (misalnya: implant, IUD
atau sterilisaasi atas kehendak sendiri)
Pasangan yang butuh metode pendukung selain metode lain
atau sementara belum segera efektif
Pasangan yang menggunakan kontrasepsi hanya saat
sanggama
Pasangan dengan risiko tinggi tertular PMS (termasuk HBV dan
HIV/ AIDS), dimana kontrasepsi lain (yang sedang digunakan)
tidak memiliki kemampuan untuk itu
81
Kondom Pria :
Informasi Tambahan yang Diperlukan
 Gunakan metode efektif lain apabila tidak dapat memenuhi syarat
penggunaan yang benar
 Bila kehamilan mempunyai risiko tinggi atau sangat serius
terhadap kesehatan pasangan perempuan
 Klien alergi terhadap bahan pembuat kondom
 Pertimbangkan kembali penggunaan kondom bila klien ingin
kontrasepsi jangka panjang
 Pasangan yang tak ingin repot setiap saat akan melakukan
sanggama
 Kondom tidak sesuai untuk mereka yang tidak mau tahu dengan
aturan atau cara penggunaan yang benar
82
Kondom Pria:
Penanganan Efek Samping Umum
Reaksi alergi, meskipun tidak biasa, dapat membuat
rasa tak nyaman dan menimbulkan gangguan serius
 Reaksi alergi terhadap kondom atau iritasi lokal pada penis :
• Pastikan bahwa kondom tidak bahan-bahan tambahan
• Jika timbul reaksi di setiap penggunaan, gunakan kondom alamiah
(lambskin atau gut) atau metode lain.1
• Bantu klien memilih metode lainnya.
 Reaksi alergi terhadap spermisida:
• Jika timbul gejala setelah sanggama dan bukan akibat PMS, sediakan
spermisida jenis lainnya atau kondom tanpa bahan spermisida atau
bantu klien memilih metode yang lain.
1
Kondom alamiah tidak mencegah PMS (misalnya: HBV, HIV/AIDS), tidak dianjurkan untuk klien dengan risiko tinggi PMS.
83
Kondom Pria :
Penanganan Masalah-Masalah
Lainnya
Mengurangi kenikmatan seksual :
 Jika masalah sensitifitas tetap mengganggu walaupun telah
diganti kondom yang lebih tipis, gunakan metode yang lain.
Kondom dicurigai rusak atau ditemukan rusak
(sebelum hubungan seksual):
 Periksa apakah terdapat lubang atau terjadi kebocoran
 Buang kondom yang cacat, gunakan kondom baru terutama
yang mengandung spermasida
Kondom rusak atau terlepas selama hubungan intim:
 Lindungi dengan kontrasepsi darurat yang tersedia
84
Kondom Pria : Petunjuk Bagi Klien
Gunakan kondom baru setiap akan bersanggama dan
jangan dioles dengan minyak pelumas
Sebaiknya gunakan kondom yang mengandung
spermasida untuk perlindungan maksimum.
Jangan gunakan gigi, pisau, gunting atau benda-benda
tajam lainnya untuk membuka kemasan kondom.
Kondom harus dipasang/disarungkan ke penis yang telah
ereksi sebelum penetrasi ke dalam vagina, karena
tumpahan air mani sebelum ejakulasi juga mengandung
sperma aktif.
85
Kondom Pria
Petunjuk ...................
Bila tak ada ruang penampung di ujung
kondom, sisakan 1-2 cm bagian ujung
kondom untuk penampung ejakulat
Cabut penis sebelum ereksi hilang,
pegang gelang kondom (di bagian
pangkal), agar sperma tidak tumpah
Setiap kondom harus digunakan sekali
pakai
Buang kondom bekas pakai secara benar
di tempat sampah khusus, jamban atau
ditanam.
86
Kondom Pria
Petunjuk ................................
 Sediakan kondom ekstra. Jangan simpan di tempat panas
karena dapat merusak kondom dan menimbulkan kebocoran
atau robekan saat digunakan.
 Periksa pada kemasannya bahwa kondom tersebut tidak
kedaluarsa.
 Jangan gunakan kondom jika kemasannya robek atau kondom
terlihat rusak atau rapuh.
 Minyak mineral, minyak sayur, baby oil atau petrolatum dapat
merusak kondom (jangan gunakan sebagai pelumas). Jika
butuh pelumas, gunakan air liur atau sekret vagina.
87
Bagaimana Memasang Kondom
Pria
Buka kemasan kondom
secara hati-hati agar
kondom tidak robek.
Jangan lepas gulungan
kondom sebelum
memasangnya.
Pasang kondom pada
saat penis telah ereksi
Sumber: WHO 1997.
88
Bagaimana Memasang .....
Jika klien tidak bersunat,
tarik preputium ke
belakang.
Tekan ujung kondom
(tempat penampung
ejakulat) dan tempelkan
di ujung penis.
Sumber: WHO 1997.
89
Bagaimana Memasang .....
Sambil menahan
ujungnya, gelincirkan
gulungan kondom ke
arah pangkal penis
untuk menyarungkan
seluruh bagian penis
Sumber: WHO 1997.
90
Bagaimana Cara Mengeluarkan
Kondom Pria
Setelah ejakulasi dan
ereksi penis masih
bertahan, pegang
cincin kondom dan
bersamaan dengan itu
keluarkan penis dari
vagina
Lepaskan kondom dari
penis dan pastikan
tidak terjadi tumpahan
air mani
Sumber: WHO 1997.
91
Penggunaan Kondom Pria:
Apa yang Harus Dikatakan Jika Dia Mengatakan
Saat dia mengatakan:
“Saya tidak dapat merasakan apaapa. Seperti memakai sebuah jas
hujan.”
“saya tahu saya bersih (bebaspenyakit); Saya tidak melakukan
hubungan seks dengan siapapun
selama_ bulan.”
Anda dapat mengatakan:
“Saya tahu ada penurunan sensasi, tetapi
masih banyak sensasi yang bisa
dirasakan.” (Bukalah kondom dan
rasakan ketipisannya).
“Terima kasih telah memberitahukan
kepada saya. Setahu saya, saya juga
bebas-penyakit. Tetapi saya juga masih
suka menggunakan kondom karena
mungkin saja diantara kita mengidap
suatu infeksi dan tidak mengetahuinya.”
Sumber: AIDSTECH, AMREF and National AIDS Control Programme 1992.
92
Penggunaan Kondom Pria: Apa yang
Dikatakan Jika Dia Mengatakan
Saat dia mengatakan:
“Hanya kali ini saja.”
“Saya tidak punya kondom.”
Anda dapat mengatakan:
“Satu kali sudah cukup (untuk
membuat hamil/ ketularan).”
“Saya punya.”
Sumber: AIDSTECH, AMREF and National AIDS Control Programme 1992.
93
Penggunaan Kondom Pria: Apa yang
Dikatakan Jika Dia Mengatakan
Saat dia mengatakan:
“Kondom itu tidak alami, palsu,
membuat lemas”
“Kamu tidak pernah meminta
saya untuk memakai kondom
sebelumnya.”
Anda dapat mengatakan:
“PMS, terutama AIDS, juga
membuat lemas”
“Ini akan membantu mencegah
infeksi atau infeksi ulang.”
Sumber: AIDSTECH, AMREF and National AIDS Control Programme 1992.
94
Kondom Pria:
Kapan Kontrasepsi Darurat
Diperlukan?
Jika klien tidak ingin hamil, dan pasangannya:
Tidak menggunakan kondom secara benar
Lupa menggunakan kondom pada saat dia berhubungan
seksual
Ragu bahwa kondom yang digunakan tidak berfungsi
baik atau telah rusak
Melihat bahwa kondom bocor atau robek
95
Diafragma
96
Diafragma: Definisi
Lateks (karet) yang berbentuk
kubah yang dimasukkan ke
dalam vagina untuk menutupi
serviks sebelum sanggama
97
Jenis-Jenis Diafragma
Flat spring (pegas logam pipih)
Coil spring (pegas cincin)
Arching spring (kombinasi pegas
logam dan cincin)
98
Diafragma : Mekanisme Kerja
Mencegah masuknya sperma
melalui kanalis servikalis ke
uterus dan saluran telur (tuba
fallopi) dan lengkung dalam
kubahnya dipakai untuk
menempatkan spermisida
99
Diafragma
Manfaat Kontraseptif
Segera efektif
Tidak mempengaruhi produksi ASI
Tidak mengganggu proses sanggama karena
dapat disiapkan beberapa saat sebelumnya
Tak ada risiko terhadap kesehatan klien
Tidak ada efek samping yang sistemik
100
Diafragma
Manfaat Non Kontraseptif
Beberapa jenis diafragma
(terutama bila digunakan
bersamaan dengan spermasida)
dapat memberi perlindungan
terhadap PMS (misalnya: HBV,
HIV/AIDS)
Dapat menampung sementara
darah menstruasi bila sanggama
dilakukan saat menstruasi
101
Diafragma: Keterbatasan
Tidak terlalu efektif (6-201 kehamilan per 100 wanita selama
tahun pertama pemakaian jika diafragma dikombinasikan
dengan spermisida)
Efektivitas kontraseptif sangat tergantung pada motivasi klien
dan cara penggunaan yang benar, ketersediaan pasokan, dan
waktu pemasangan yang sesuai
Kesinambungan penggunaan diafragma sangat tergantung
dari kepuasan pengguna selama menggunakan metode ini
Perlu pemeriksaan pelvik atau pasca-aplikasi oleh tenaga
pelaksana terlatih untuk menjamin ketepatan pemasangan
Dapat terjadi infeksi saluran kemih bila proses pemasangan
tidak tepat/salah
Harus tetap terpasang hingga 6 jam pasca-sanggama
1
102
Trussell et al 1998.
Diafragma Sesuai Untuk:
Wanita yang :
Tidak mau atau tak boleh mengunakan kontrasepsi hormonal
(misalnya: perokok yang berusia > 35 tahun)
Tidak menyukai metode yang dipasangkan oleh orang lain
(misalnya: AKDR)
Sedang menyusui dan butuh kontrasepsi pendukung
Jarang melakukan sanggama dengan pasangannya
Ingin menggunakan metode yang dapat melindungi klien dari
PMS tetapi pasangannya tidak mau menggunakan kondom
Ingin metode antara sebelum menentukan metode terpilih
103
Diafragma:
Langkah Pencegahan Penyulit / Komplikasi (WHO Kelas 3)
Diafragma tidak direkomendasikan untuk wanita dengan
kondisi dibawah ini, kecuali jika metode lain tidak tersedia
atau tidak cocok:
•Riwayat Toxic Shock Syndrome (TSS)
•Alergi terhadap karet atau spermisida
•Infeksi saluran kemih (Urinary Tract Infection)
berulang
•Stenosis vaginal
•Kelainan pada organ genitalia
104
Diafragma
Informasi Tambahan dalam Konseling untuk Wanita dengan
kondisi berikut:
 Wanita dengan faktor usia, paritas atau masalah kesehatannya
tidak boleh hamil atau kehamilan berisiko tinggi terhadap
keselamatannya
 Wanita dengan cacat fisik atau tidak suka menyentuh organ
genitalia
 Tidak ingin terganggu kenyamanannya dalam proses
sanggama
 Pasangan yang ingin menggunakan kontrasepsi efektif
 Pasangan yang tak ingin repot sebelum melakukan sanggama
 Pasangan yang hanya menyukai metode yang mudah dan tidak
harus selalu benar dalam cara penggunaannya
 Pasangan yang malas mencuci tangan atau membersihkan diri
atau tidak mempunyai cukup sabun dan air bersih
105
Diafragma
Penanganan Efek Samping (TSS)
Toxic Shock Syndrome (TSS):
 Periksa tanda/gejala TSS (misalnya: demam, bintikbintik merah pada kulit, mual, muntah, diare,
konjungtivitis, lemah, hipotensi dan syok).
 Jika ditemukan hal tersebut di atas, rujuk klien ke
fasilitas kesehatan yang menyediakan cairan infus dan
antibiotik.
 Bila perlu, berikan rehidrasi oral bila dan analgesik
non-narkotik (NSAID atau aspirin) jika demam tinggi
(> 38C).
106
Diafragma
Penanganan Efek Samping ISK
Infeksi Saluran Kemih (UTI):
 Beri antibiotika yang sesuai dan adekuat
 Bila diafragma jadi metode pilihan pertama klien dan
ternyata klien sering mengalami UTI berulang maka
nasehatkan untuk segera berkemih pasca-sanggama
 Bila selalu ISK berulang, tawarkan antibiotika profilaksis
pasca-sanggama atau bantu klien untuk memilih
metode lain yang lebih sesuai untuknya.
107
Diafragma
Penanganan Efek Samping Alergi
& Nyeri
 Reaksi alergi akibat diafragma atau spermisida:
Jika alergi, beri antidotumnya kemudian bantu klien untuk
memilih metode lain yang lebih sesuai
Walau jarang terjadi, reaksi alergi membuat rasa tidak
nyaman dan dapat mengganggu kesehatan
 Keluhan nyeri dapat disebabkan oleh penekanan pada
kandung kemih atau rektum. Nilai kesesuaian ukuran forniks
dan diafragma. Jika terlalu besar, ganti dengan yang sesuai.
Pantau dan evaluasi keluhan dapat teratasi
108
Diafragma
Penanganan Efek Samping Lainnya
 Cairan kotor dan berbau dari vagina (tidak boleh
tertampung lebih dari 24 jam) :
• Periksa ada tidaknya PMS atau benda asing. Jika tidak ada,
ingatkan klien untuk segera melepas diafragma pascasanggama (setelah 6 jam)
• Jika berulang, nasehatkan untuk menjaga kebersihan vagina.
 Luka dinding vagina yang disebabkan oleh tekanan
pegas diafragma:
• Untuk sementara waktu hentikan penggunaan dan gunakan
metode pendukung. Jika lukanya telah sembuh, periksa
kesesuaian ukuran forniks-diafragma untuk memperoleh
diameter yang lebih tepat
109
Diafragma
Petunjuk Bagi Klien
Untuk kontrasepsi, gunakan diafragma setiap kali bersanggama
Kosongkan kandung kemih (kemih) kemudian cuci tangan
Periksa ada-tidaknya lubang pada diafragma dengan cara
menekan karetnya dan lihat dibawah sinar lampu atau
mengisinya dengan air.
Ambil spermisida atau jelly dan masukkan ke kubah diafragma.
 Untuk memudahkan insersi, oleskan sedikit krim/jelly di lingkar
luar diafragma atau introitus vagina. Tekan lingkaran tengah
pegas hingga sisi satu dan yang lainnya menyatu.
110
Petunjuk Pemasangan Bagi Klien
 Posisi-posisi di bawah ini dapat digunakan untuk memasukkan
diafragma:
• Satu kaki dinaikkan ke atas kursi atau toilet
• Berbaring
• Berjongkok
 Buka bibir vagina seluas mungkin
 Masukkan diafragma (dengan spermasida) ke dalam vagina dan
letakkan ujung lipatan depan ke forniks anterior dan lipatan
belakang ke forniks posterior
111
Petunjuk Pemasangan Bagi
Klien
 Masukkan jari tangan untuk meraba servik (teraba
seperti ujung hidung) untuk memastikan bahwa servik
telah tertutup.
 Diafragma dapat diletakkan di dalam vagina maksimal 6
jam sebelum sanggama
• Jika sanggama baru terjadi lebih dari 6 jam,
pemberian spermisida dan pemasangan diafragma
harus diulangi kembali
• Jika perlu krim atau jelly tambahan dapat
ditambahkan untuk menambah lubrikasi (sanggama
berulang-kali)
112
Petunjuk Pemasangan Bagi
Klien
 Biarkan diafragma di dalam vagina sedikitnya 6 jam pascasanggama (tidak boleh lebih dari 6 jam atau hingga 24 jam
pasca-sanggama)
 Tidak dianjurkan untuk melakukan penyemprotan ke dalam
vagina. Bila ingin melakukan bilasan atau penyemprotan,
harus setelah diafragma dikeluarkan (setelah 6 jam pascasanggama)
 Lepaskan diafragma dengan jalan memasukkan jari diantara
pegas dan forniks anterior (keluarkan tekanan negatif yang
mungkin timbul), kemudian tarik diafragma keluar
 Cucilah diafragma dengan sabun dan air bersih serta
keringkan secara penuh sebelum disimpan pada tempatnya.
113
Kapan Kontrasepsi Darurat
diperlukan?
Jika tidak ingin hamil tetapi klien:
Lupa / tak sempat memasang diafragma pada saat
bersanggama
Diafragma tidak terpasang baik dan benar
Melakukan sanggama lebih dari 6 jam pasca-insersi
diafragma tetapi tidak mengganti spermisida yang
telah terpasang
Tidak membiarkan diafragma dalam vagina 6 jam
pasca-sanggama
114
Spermisida
115
Spermisida
116
Spermisida: Mekanisme Kerja
117
Spermisida: Pilihan
118
Spermisida
Manfaat Kontraseptif
119
Spermisida
Manfaat non-kontraseptif
*Kondom adalah satu-satunya metoda kontraseptif yg terbukti memberi proteksi terhadap PKM
120
Spermisida: Keterbatasan
1
Trussell et al 1998.
121
Spermisida Sesuai Untuk:
122
SpermisidaTidak Sesuai Untuk
123
Spermisida
Penanganan Efek Samping
• Jika disebabkan oleh spermisida tertentu, coba jenis spermisida
yang lain atau jika masih tak menolong, bantu klien memilih
metode lain
• Yakinkan bahwa sensasi hangat adalah normal. Kalau masih
tetap mengeluh, ganti dengan spermisida lain atau bantu klien
memilih metoda lain
• Pilih dari jenis spermisida yang mudah larut atau bila ragu
bahwa tidak bekerja efektif, tawarkan metode lain
124
Spermisida: Informasi Umum
125
Spermisida:
Petunjuk Penggunaan Aerosol (Busa)
126
Spermisida
Petunjuk Penggunaan Tablet, Supositoria, Film Spermasida
127
Spermisida
Petunjuk Penggunaan ……………………….
Catatan
128
Spermisida
Petunjuk Penggunaan Krim
129
Spermisida
Hambatan Medis dari Penyedia Pelayanan
130
Kontrasepsi Oral Kombinasi
Jenis-Jenis KOK
•
•
•
•
•
•
Cara Kerja KOK
Kemasan
o
o
Manfaat Kontraseptif
Manfaat ...
Manfaat Non Kontraseptif
Manfaat Non Kontraseptif
Manfaat Non Kontraseptif
Mengurangi Risiko Kanker Ovarium
Kanker Payudara
bias
Keterbatasan KOK
Keterbatasan
Pengguna Potensial




Pengguna Potensial
•
•
•
•
•
Sasaran untuk Konseling Tambahan
Kontraindikasi atau kehati-hatian
penggunaan kontrasepsi (WHO)


Kontraindikasi Untuk Penggunaan Jangka Panjang KO Kombinasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kontraindikasi Untuk Penggunaan Jangka
Panjang KOK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Alasan-alasan Penghentian Penggunaan KO
Kombinasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi
Oral (WHO)
aman & bermanfaat










Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi
Oral (WHO)
aman & bermanfaat
Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi
Oral (WHO)
manfaat diatas risiko
Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi
Oral (WHO)
Pertimbangkan Manfaat terhadap
Risiko
Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi
Oral (WHO)
Risiko lebih besar dari Manfaat
Kontrasepsi Suntikan Kombinasi (KSK)
Jenis-jenis KSK
• 25 mg Depo Medroksiprogesteron
•
Asetat (DMPA) dan 5 mg Estradiol
Valerat.
50 mg Noretindron Enantat (Net-En)
dan 5 mg Estradiol Sipionat
Mekanisme Kerja
Menekan ovulasi
Mengurangi transportasi
sperma di saluran telur (tuba
fallopi)
Mengganggu pertumbuhan
endometrium, sehingga
menyulitkan proses implantasi
Mempertebal mukus serviks
(mencegah penetrasi sperma)
Keuntungan
KONTRASEPTIF
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tak mengganggu proses sanggama
Tidak perlu periksa dalam
Efek samping minimal
Klien tidak perlu menyimpan obat
Tak tergantung kebiasaan lupa minum obat
Mengurangi jumlah perdarahan  anemia
Mengurangi nyeri haid/dismenore
Mencegah kanker ovarium dan endometrium
Mencegah kehamilan ektopik
Keterbatasan
•
•
•
•
•
Ada perubahan pola haid
Pada awal penggunaan sering timbul mual, pusing,
tegang dan nyeri payudara
Efektivitas berkurang bila berinteraksi dengan anti
konvulsif (fenitoin, barbiturat) dan tuberkulostatik
(rifampisin)
Kadang-kadang timbul komplikasi serius (stroke,
serangan jantung, thrombosis paru)
Kesuburan tak segera pulih walaupun
penggunaannya telah dihentikan
KSK sesuai untuk Wanita dengan
kondisi sebagai berikut:
• Menyusukan bayi > 6 bulan
• Pascapersalinan dan tidak
menyusukan bayinya
• Yang mengalami
dismenore/nyeri haid hebat
KSK tidak sesuai untuk wanita dengan
kondisi sebagai berikut:
• Hamil atau diduga hamil
• Perdarahan per vaginam yang belum
jelas asalnya/penyebabnya
• Perokok dengan usia > 35 th
• Riwayat penyakit jantung atau tekanan
darah tinggi (>180/110)
• Riwayat Thromboemboli atau Diabetes
Melitus lebih dari 20 th
• Penyakit hati akut
• Keganasan payudara
Waktu untuk memulai penggunaan
• Dalam 7 hari pertama menstruasi
• Setelah 7 hari  jika belum melakukan
sanggama atau sedang menggunakan
metode kontrasepsi lain
• Tidak haid  pastikan dulu klien,
dalam 7 hari kemudian tidak sanggama
atau sedang menggunakan metode
kontrasepsi lain
• Pasca persalinan 6 bulan, memberikan
ASI Eksklusif, belum haid  pastikan
tidak hamil
Waktu untuk memulai penggunaan:
• Pasca abortus  berikan dalam 7 hari
pertama pascaevakuasi sisa konsepsi
• Ganti cara:
• Suntikan lain  sesuai jadwal
• Kontrasepsi Hormonal Kombinasi lain, bila
digunakan secara benar  segera berikan.
Lakukan uji kehamilan bila meragukan
• Non hormonal  bila dipastikan tidak
hamil, dapat segera berikan. Bila hingga
hari 7 menstruasi, tak perlu kontrasepsi
pelindung lainnya
Cara Penggunaan
• Berikan secara intra muskuler,
setelah penggunaan awal, perlu
diulangi setiap 4 minggu
• Dianjurkan untuk 7 hari lebih awal 
risiko perubahan pola haid atau
timbul gangguan berupa perdarahan
• Bila terlambat lebih dari 7 hari  bila
tidak sanggama atau menggunakan
kontrasepsi lain (kondom) maka
dapat diberikan suntikan ulangan
Kondisi Medik yang harus diperhatikan
•
•
•
•
•
Penderita hipertensi < 180/110 dapat
menggunakan KSK jika TD terkontrol
dan dibawah pengawasan dokter
Diabetes Melitus terkontrol, diderita
< 20 tahun dapat memakai KSK
Migren, dapat menggunakan KSK jika
tidak ditemukan kelainan neurologik
Pengguna rifampisin/obat epilepsi,
pilih KSK dengan etinil estradiol 50 g
Penderita anemi bulan sabit (sickle
cell), tidak dapat menggunakan KSK
Menatalaksana Efek Samping
• Amenorea
Singkirkan kemungkinan hamil
Jika hamil  konseling bahwa
darah tidak terkumpul di rahim
• Mual/pusing
atau muntah
Pastikan tidak hamil. Informasikan
hal tsb bisa terjadi.
Jika hamil  konseling/rujuk
• Spotting
Konseling bahwa hal tersebut
adalah normal. Bila sangat
menganggu atau berlanjut terus
 ganti cara
Hal yang harus diingat klien
• Harus suntik ulang setiap 4 mg
• Bila tidak haid 2 bulan  harus pastikan
bahwa klien tidak hamil
• Harus memberitahukan pada petugas
bila menggunakan obat-obatan lain
bersamaan dengan penggunaan KSK
• Ada efek samping berupa mual, sefalgia,
tegang dan nyeri payudara, dan spotting
pada 2-3 kali suntikan pertama
KONTRASEPSI
ORAL PROGESTIN (KOP)
Progestin-Only Pills (POP)
169
Jenis-Jenis KOP
•
•
Pil Progestin
Microlut®
Micronor®
Ovrette®
Bahan Aktif
Levonorgestrel
Norethindrone
Norgestrel
Banyaknya
µg
300
350
75
170
Mekanisme Kerja
Menekan ovulasi
Mengurangi transportasi
sperma dalam saluran
telur (tuba fallopii)
Perubahan endometrium
membuat implantasi lebih
sulit
Mengentalkan lendir
servik (mencegah
penetrasi sperma)
171
Manfaat Kontraseptif
•
•
•
•
•
172
Manfaat Nonkontraseptif
•
•
•
•
•
•
•
173
Keterbatasan
•
•
•
•
•
•
174
KOP sesuai untuk:
•
•
•
•
•
175
KOP sesuai untuk:
•
•
•
•
•
176
Konseling Tambahan untuk:
•
•
177
KOP tidak sesuai untuk:
Source: WHO 1996.
178
Beberapa Kondisi Medik yang Perlu
diperhatikan pada Pengguna KOP:
Source: WHO 1996.
179
Beberapa Kondisi Medik yang perlu
diperhatikan pada pengguna KOP:
•
•
•
•
Source: WHO 1996.
180
Kondisi Medik yang Masih Dapat
Dipertimbangkan:
•
•
•
•
•
•
•
181
Saat penggunaan KOP
•
•
•
•
•
182
Efek Samping yang Perlu ditangani
•
•
•
•
•
•
•
183
Penanganan Amenorea
•
•
•
184
Penanganan Perdarahan atau Spotting
•
•
•
Ingatkan klien akan adanya perdarahan lucut setelah selesai KOK.
185
Penatalaksanaan Perdarahan yang Banyak, Lama
dan Diluar Siklus
•
•
•
1Ingatkan
klien tentang adanya perdarahan lucut setelah KOK selesai.
186
Penatalaksanaan Perdarahan yang Banyak,
Lama dan Diluar Siklus
•
•
187
Interaksi Obat
•
188
Yang Perlu Diingat Oleh Klien
•
•
•
•
•
189
Yang Perlu Diingat Oleh Klien
•
•
•
•
•
•
190
Informasi Umum
•
•
•
•
191
Perhatikan !
192
193
•
•
194
Menekan ovulasi
Memperlambat transportasi
sperma di dalam saluran telur
(tuba fallopi)i
Membuat endometrium tidak siap
untuk implantasi
Mengentalkankan lendir serviks
sehingga mempersulit
penetrasi sperma
195
1
Trussell et al 1998. Catatan: Angka keampuhan ini hanya mengacu pada DMPA.
196
197
198
199
200
201
202
203
204
Source: WHO 1996.
205
Source: WHO 1996.
206
207
120
100
pengguna DMPA
80
Angka
kehamilan
60
1
kumulatif (%)
40
2
Pengguna
kontraseptif
nonhormonal
50th
Percentile
20
0
0
5
10
15
20
25
30
35
Bulan setelah pencabutan atau sejak Injeksi terakhir
1Pengguna
2
yang hamil setelah menghentikan penggunaan kontrasepsi
AKDR atau metode barier.
Source: Schwallie 1974.
208
DMPA
Net-En
Lamanya
3 bulan
2 bulan
Perdarahan
Kebanyakan kasus Metroragia dan
berupa amenorea
polimenore
Jarum/nyeri
Diameter kecil
/kurang nyeri
Diameter besar
/lebih nyeri
Kisaran periode
suntik ulang
Hingga 4 minggu
Hingga 2 minggu
Biaya
Lebih murah
Lebih mahal
Pulihnya ovulasi
Lebih lambat
Lebih cepat
209
210
211
1Ingatkan klien
akan ada perdarahan setelah menyelesaikan KOK.
212
1Ingatkan
klien akan ada perdarahan setelah menyelesaikan KOK.
213
214
215
216
217
218
219
220
221
Norplant® (Implant)
222
Pemakaian Norplant Implants
Seluruh dunia
60 negara
Lebih dari 6 juta pemakai
223
Norplant Implants
224
Norplant Implants:
Farmakodinamik
225
Norplant Implants: Mekanisme
Kerja
Menekan ovulasi
Mengurangi motilitas tuba
Mengganggu pertumbuhan
endometrium
Menebalkan mukus serviks
226
Konsentrasi Levonorgestrel
dalam serum pemakai Norplant
0.8
0.7
0.6
Konsentrasi
rata-rata LNG
dalam sirkulasi
(ng/ml)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
1
2
3
4
Tahun sesudah insersi Implants
Sumber:
Nash 1990.
227
Norplant Implants:
Keuntungan Kontrasepsi Implant
1Trussell
228
et al 1998.
Norplant Implants: Keuntungan
Kontrasepsi (lanjutan)
229
Norplant Implants:
Keuntungan Nonkontrasepsi
230
Norplant Implants: Keterbatasan
(lanjutan)
231
Norplant Implants Sesuai Untuk:
232
Norplant Implants
Pada Wanita sedang Laktasi
233
Norplant Implants:
Tidak Sesuai (WHO kelas 4) untuk:
Source: WHO 1996.
234
Norplant Implants:
Perlu Pertimbangan (WHO kelas 3)
Source: WHO 1996.
235
Norplant Implants:
Kondisi yang masih memberi
peluang untuk penggunaan
236
Waktu Penggunaan
237
Norplant Implants: Pencegahan
Infeksi
Source: Tietjen et al 1995.
238
Norplant Implants:
Nilai Kehamilan Kumulatif
Berat
Badan
1
Angka Kehamilan Kumulatif
Densitas Tabung
Kurang Pekat
Lebih Pekat
< 50 kg
0
0.3
50-59 kg
2.0
4.3
60-69 kg
1.5
4.5
> 70 kg
2.4
9.3
This is the product marketed worldwide since 1992.
239 Sivin 1988.
Source:
Norplant Implants: KET
Source: Population Council 1995.
240
Norplant Implants:
Perbandingan Angka Kejadian KET
Per 1,000
woman-years
Implants (5 years)
1.3
Copper T380A (3 years)
0.342
Progestasert (1 year)
3.603
All U.S. Women (1 year)
Source: Population Council 1995.
241
2.7
Norplant Implants: KET
Source: TGWG 1994.
242
Norplant Implants:
Perubahan Pola Haid
Pola Siklus Menstruasi
Siklus Reguler
Siklus Ireguler
Amenorea
Source: Shoupe et al 1991.
243
Tahun I
Tahun V
(% pengguna) (% pengguna)
27
66
7
62
38
0
Norplant Implants:
Sepuluh kondisi yang sering
dikeluhkan
Efek Samping
Duh (Sekret) Vaginal
Sakit Kepala
Nyeri Panggul
Penambahan Berat Badan
Pusing
Nyeri Payudara
Gatal pada Genitalia
Reaksi Cemas
Servisitis
Mual
Source: Sivin 1997.
244
% Wanita
25.4
26.6
15.9
12.5
8.9
8.7
10.9
8.9
9.0
6.2
Norplant Implants: Efek Samping
Umum
Efek Samping
Perdarahan
ireguler atau
banyak
Sakit Kepala
Perubahan BB
Tegang Payudara
Keluar ASI
Jerawat
245
Penanganan
Periksa problem ginekologis
Konseling dan atasi dengan KOK,
NSAIDs atau estrogen oral
Analgesik Non-narkotik
Diet, nasehat dan latihan
Gunakan penyangga payudara
Hindarkan stimulasi putting susu
Diet, krim pembersih dan
antibiotika topikal
Norplant Implants:
Interaksi dengan obat lainnya
246
Norplant Implants: Masalah
Insersi
Masalah
% Wanita
Infeksi
< 1.0
Ekspulsi
< 0.5
Cellulitis
< 0.5
Source: Population Council 1990.
247
Norplant Implants: Instruksi
untuk klien
248
Norplant Implants: Informasi
Umum
249
Norplant Implants: Tanda bahaya
250
Perbandingan Perawat-Bidan vs. Dokter:
Memasukkan Norplant Implants di Indonesia
Dokter
Bidan/Perawat
Waktu Insersi
7.6 menit
7.4 menit
Waktu Pencabutan
21.7 menit
21.8 menit
Hematoma
1.8%
1.7%
Infeksi Luka
1.4%
1.1%
Abses
0.7%
Tak ada
96%
97%
Komplikasi
Tanpa komplikasi
Source: Affandi 1987.
251
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
(AKDR)
Pelatihan Teknologi Kontrasepsi Terkini (Contraceptive Technology Update – CTU)
Jakarta, 20 – 24 Mei 2003
252
Tujuan Sesi
253
IUD di Seluruh Dunia
100 juta pengguna di seluruh dunia
Sumber: Treiman et al 1995.
254
Jenis-Jenis AKDR Penguat Kontrasepsi
255
IUD Tembaga: Cara Kerja
Menurunkan motilitas
sperma melalui kavum
uteri
Mengentalkan
lendir atau mukus
serviks
Mengganggu proses
reproduksi sebelum
sel telur mencapai
kavum uteri
Merubah
garis/jalur
endometrial
256
IUD: Keuntungan Kontraseptif









1
Trussell et al 1998.
257
AKDR: Keuntungan Non Kontraseptif



258
AKDR: Keterbatasan








259
AKDR Sesuai Untuk:
260
AKDR: Tidak Sesuai (WHO Kelas 4)
Sumber: WHO 1996.
261
AKDR:
Kondisi yang Perlu Dipertimbangkan (WHO
Kelas 3)
Sumber: WHO 1996.
262
AKDR:
Informasi Penting dalam Konseling
263
Waktu Pemasangan AKDR



264
AKDR: Pencegahan Infeksi



265
Memasukkan IUD: Metode Tarik
(1)
Masukkan
AKDR yang
lengannya telah
dilipat ke dalam
inserter
(2)
Tahan pendorong
dan tarik selubung
inserter ke bawah
Sumber: PATH and Population Council 1989.
266
AKDR: Efek Samping
267
AKDR: Masalah Lain yang Mungkin Timbul







268
AKDR:
Pemasangan Segera Pascaplasenta





269
AKDR Pascaplasenta:
Angka Ekspulsi Spontan
14
12
10
Dokter yang
belum
berpengalaman
Dokter
berpengalaman
angka per 100 8
wanita
6
4
2
0
1
6
12
18
24
30
36
Bulan setelah dimasukkan
Sumber: Theiry, Van Kets and Van der Pas 1985.
270
AKDR: Petunjuk Bagi Klien
271
AKDR: Petunjuk ........................



272
AKDR: Informasi Umum
273
Waspada Bila Terjadi Hal-Hal Berikut:
274
AKDR:
Penanganan Masalah Perdarahan
275
AKDR:
Penanganan Kram dan Nyeri
276
AKDR:
Penanganan Keluhan Benang AKDR
277
AKDR:
Penanganan Keluhan Benang (lanjutan)
278
IUD: Petunjuk untuk Melepas
279
IUD: Barier pada Petugas Pelayanan








280
Teknik Insersi
2011
• Cunam Ovum Lurus (Straight Ring
Forceps-Foerster) 10”
• Cunam Ovum Lengkung (Curve
Ring Forceps) 10”
• Cunam Ovum Lengkung Panjang
(Long Curve Ring Forceps) 12”
• Spekulum Sims
• Gunting
• Mangkok (bowl)
• Kapas
• Alas Bokong
• Buka penutup plastik AKDR
hingga setengah bagian
• Keluarkan inserter dan
pendorong AKDR
• Masukkan ujung klem ovum
(menelusuri benang) hingga
mencapai AKDR
• Buka ujung klem ovum untuk
menjepit AKDR (bila perlu,
tahan dengan ujung jari
tangan yang lain sehingga
AKDR tidak bergerak ke atas)
• Pastikan AKDR terpegang
oleh klem ovum pada
kedua lengan dan
batangnya
• Jepit (jangan mengunci
gagang klem ovum) dan
tarik AKDR hingga ke luar
dari kemasannya
• Perhatikan posisi AKDR
sudah tepat (ujung klem
ovum pada bagian tengah
lengan dan arah batang
AKDR sejajar dengan lengan
klem ovum)
• Bawa AKDR ke depan vulva
yang telah disiapkan dengan
bilasan larutan antiseptik
• Perhatikan ketepatan
aplikasi jepitan agar AKDR
tidak jatuh
Teknik Insersi dengan Klem Ovum
• Dengan satu tangan, pegang
klem ovum porsio (telah
disiapkan sebelumnya)
• Angkat dan tarik secara halus
klem tersebut ke atas dengan
sudut 45
• Masukkan AKDR (pada klem
AKDR di tangan yang lain)
melalui introitus dan ikuti alur
lengan klem porsio hingga
melewati ostium uteri
eksternum
• Setelah melewati ostium dan
memasuki kavum uteri maka
arahkan AKDR ke fundus uteri
• Lepaskan tangan pemegang
klem porsio dan pindahkan ke
fundus uteri (dari luar) untuk
memastikan klem ovum AKDR
telah mencapai fundus
• Setelah klem AKDR berada di
fundus, tempatkan AKDR di
bagian tersebut dengan jalan
membuka jepitan dan memutar
gagang klem sekitar 45
• Tarik perlahan-lahan klem
pemegang AKDR ke arah luar
sambil tangan luar menekan
fundus uteri untuk memfiksasi
AKDR
• Tarik klem ovum AKDR
ke luar secara perlahanlahan dan biarkan ujung
klem tetap terbuka
sehingga tidak menjepit
batang atau benang
AKDR pada saat
dikeluarkan
• Lepaskan tekanan pada
fundus setelah ujung
klem AKDR dapat
dikeluarkan seluruhnya
• Keluarkan AKDR dari kemasan
sterilnya (gunakan klem ovum
seperti teknik insersi dengan
klem)
• Ambil AKDR tersebut dengan
cara menjepitnya diantara jari
telunjuk dan tengah
• Perbaiki posisi AKDR pada jarijari penjepit sehingga batang
AKDR terpegang baik diantara
jari-jari tersebut
• Angkat klem porsio
(sudah disiapkan
sebelumnya)
• Arahkan AKDR yang ada
diantara 2 jari tangan
yang lain ke introitus dan
jalan lahir yang telah
dibilas dengan larutan
antiseptik sebelumnya
• Masukkan AKDR melalui
vagina dan ostium hingga
mencapai daerah fundus
uteri
• Sesuaikan posisi ibu jari, jari
manis dan kelingking dengan
kondisi jalan lahir sehingga
diperoleh akses yang
memadai bagi jari tekunjuk
dan tengah (AKDR) untuk
mencapai fundus
• Lepaskan jepitan pada AKDR
dengan jalan mengangkat
(menjauhkan) jari telunjuk dari
jari tengah dan memutar
tangan sekitar 30
• Setelah ADKR lepas dan
menyentuh dinding fundus,
tarik tangan dalam sambil
menekan fundus uteri (dengan
tangan luar) hingga keluar
seluruhnya
294
Female: 170 million
Source: Church and Geller 1990.
295
•Minilaparotomi Subumbilikus
•Minilaparotomi Suprapubik
•Laparoskopi
296
• Keputusan penggunaan harus memenuhi azaz sukarela
• Klien berhak membatalkan putusan setiap saat sebelum
prosedur dilaksanakan.
• Klien harus memahami bahwa Kontrasepsi Mantap bersifat
permanen (non-reversible).
• Tidak diperkenankan memasukkan unsur insentif dalam
menerima Kontap.
• Persetujuan Tindakan Medik (PTM) dari klien merupakan
syarat mutlak untuk melakukan Tubektomi.
• Persetujuan dari pasangannya merupakan bukti bahwa ia
mengetahui klien telah memberi PTM dan bersedia
menanggung berbagai konsekuensi yang mungkin timbul
(misalnya: biaya, efek samping, pengobatan/perawatan)
297
Mencegah pertemuan
sperma dengan sel telur
(fertilisasi) dengan jalan
menutup atau oklusi
saluran telur (tuba
fallopii)
298
Kontrasepsi Metode Operatif
menyediakan ruang untuk memposisikan
Elektrokoagulasi atau aplikasi
instrumen bedah.
cincin titanium
299
Kontrasepsi Metode Operatif
menyediakan ruang untuk memposisikan
Elektrokoagulasi atau aplikasi
instrumen bedah.
cincin titanium
300
Kontrasepsi Metode Operatif
301
Kontrasepsi Metode Operatif
Extra-
retroperitoneal
302
Kontrasepsi Metode Operatif
Tidak mencekam atau
koagulasi pembuluh darah
303
Kontrasepsi Metode Operatif
Cincin
Tuba
304
Kontrasepsi Metode Operatif
305
Kontrasepsi Metode Operatif
306
• Sangat efektif (0.51 kehamilan per 100 wanita dalam
tahun pertama pemakaian)
• Segera efektif dan bersifat permanen
• Tidak mengganggu proses sanggama
• Sangat sesuai untuk klien yang tidak boleh hamil /
kehamilan dapat mengancam keselamatannya
• Menggunakan teknik pembedahan sederhana dan
menggunakan anestesia lokal
• Tidak ada efek samping jangka panjang
• Tak menganggu produksi atau mengubah fungsi
hormon atau aktifitas seksual
1
Trussell et al 1998.
307
•Tidak mengganggu produksi ASI
•Mengurangi risiko kanker ovarium
308
• Risiko 39% lebih rendah dibandingkan dengan klien
non-oklusi tuba
• Pengurangan risiko tidak tergantung dari jenis atau
teknik metode sterilisasi
• Risiko tetap rendah hingga 25 tahun pasca-oklusi
tuba
Source: Green et al 1997.
309
• Bersifat permanen dan rekanalisasi tidak menjamin
pulihnya kesuburan
• Banyak terjadi penyesalan, terutama bila usia klien < 35
• Risiko pembedahan bertambah bila digunakan anestesi
umum
• Ada rasa tidak nyaman dan nyeri pasca-bedah
• Perlu operator terampil/terlatih (spesialis atau pelaksana
khusus untuk laparoscopy)
• Untuk jangka panjang, efektifitasnya relatif berkurang
• Meningkatkan risiko kehamilan ektopik
• Tidak melindungi terhadap PMS (mis: HBV, HIV/AIDS)
310
Kelompok Usia
18–33
Angka Kegagalan
Kumulatif 1
2.6
> 34
0.7
Semua usia
1.8
1
Kehamilan per 100 wanita diatas 10 tahun
Source: CREST Study 1996.
311
Angka Kegagalan 1
Metoda
Koagulasi Unipolar
1 Tahun
0.02
10 Tahun
0.81
Salpingektomi Parsial Postpartum
0.01
0.75
Pemakaian Cincin Silikon
0.62
1.72
Salpingektomi Parsial Interval
0.75
2.01
Koagulasi Bipolar
0.35
2.48
Pemakaian Jepit Pegas
1.82
3.65
Kehamilan per 100 prosedur
Source: CREST Study 1996.
1
312
Metode
Kehamilan per 100
Wanita-Tahun
Laparoskopi
Cincin
0.0–0.6 (N=15 penelitian)
Koagulasi
0.1–1.3 (N=14 penelitian)
Klip
0.0–0.7 (N= 4 penelitian)
Minilaparotomi
Pomeroy
Source: Church and Geller 1990.
0.2–0.8 (N= 4 penelitian)
313
Risiko kehamilan:
• Lebih tinggi dibandingkan hasil temuan sebelumnya
selama tahun pertama penggunaan
• Kurang dari 2% diatas 10 tahun pemakaian (18.5 per
1000 prosedur)
• Paling tinggi pada wanita berusia dibawah 30 tahun
• Lebih besar bila dilakukan dengan teknik salpingektomi
parsial pascapersalinan (8 per 100 prosedur)
• Tertinggi bila dilakukan dengan penjepit pegas (37 per
100 prosedur)
1CREST
1996.
314
Kehamilan ektopik:
• 1 dari 3 kehamilan pascatubektomi adalah ektopik
• Risiko kumulatif dalam 10 tahun adalah 7.3 per 1000 prosedur
• Risiko menjadi 2 kali lebih tinggi pada pengguna di bawah 30
tahun
• Risiko dalam tahun ke 4 –10 adalah tiga kali lebih tinggi
dibanding tahun ke 1 – 3
1CREST
1996.
315
Wanita:
• Berusia > 22 hingga < 45
• Menghentikan fertilitas (tidak ingin anak lagi) secara
efektif dan permanen
• Kehamilan mengancam keselamatan jiwanya
• Pascapersalinan
• Pascakeguguran
• Laktasi (dalam 48 jam atau setelah 6 minggu)
• Mengerti arti permanen, sukarela, dan telah memberi
persetujuan untuk prosedur tersebut
316
• takut dengan prosedur operasi
• belum pasti tentang rencana atau kebutuhan
reproduksi dikemudian hari
• tidak mengerti azaz permanen, sukarela atau
merasa tidak perlu memberikan persetujuan
tindakan medik
317
• Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya (perlu evaluasi atau konfirmasi)
• Infeksi panggul yang akut
• Infeksi sistemik yang akut (misalnya: influenza,
gastroenteritis, hepatitis virus, dsb)
• Anemia (Hb < 7 g/dl)
• Infeksi kulit di daerah operasi
• Kanker ginekologik
• Trombosis vena dalam
Perlu penundaan atau terapi yang sesuai hingga kondisi membaik atau memungkinkan untuk dilaksanakan
Source: WHO 1996.
318
• Diabetes Melitus
• Penyakit jantung simptomatis
• Hipertensi (> 160/100 mmHg) terutama yang
disertai kelainan vaskuler
• Kelainan Pembekuan Darah
• Obesitas (> 80 kg/176 lb), perbandingan tinggi
dan berat badan tidak normal)
• Hernia abdominalis atau hernia umbilikalis
• Parut sayatan/sayatan ganda pada dinding
abdomen bawah
319
Jangka pendek
• Insidensi adalah 1% dari total prosedur
• Tergantung keahlian operator
• Berkaitan dengan prosedur/teknik bedah
Jangka panjang
• Tingkat efektifitas kontraseptif relatif menurun
dengan pertambahan waktu
320
Minilaparotomi dan Laparoskopi:
• Trauma kandung kemih
• Perdarahan dari mesosalfing
• Konvulsi dan reaksi toksik anestesia lokal
• Fistula vesiko-vaginalis
• Depresi atau henti pernafasan
• Cedera organ dalam atau intra-abdominal
Laparoskopi (terutama):
• Emboli gas atau udara
• Reaksi Vaso-vagal
321
• Perdarahan atau hematoma disertai nyeri bawah
kulit (di tempat pembedahan)
• Perdarahan organ dalam (ovarium, tuba, atau
usus)
• Demam Pascabedah
• Infeksi luka insisi atau jaringan sekitarnya
• Emboli gas (laparoskopik, sangat jarang)
322
• Dapat dilakukan setiap saat selama klien tidak hamil
atau kemungkinan hamil dapat disingkirkan
• Hari ke 6–13 dari siklus haid (fase proliferatif lebih
disukai)
• Pascapersalinan (48 jam pertama atau setelah 6
minggu. Jika ingin dilakukan di luar waktu tersebut,
klien sudah di-immunisasi (tetanus toxoid), dan
mendapat lindungan antibiotik maka tubektomi dapat
dilaksanakan oleh operator yang berpengalaman
• Pascakeguguran segera atau dalam 7 hari pertama,
selama tidak ditemukan komplikasi infeksi
323
• Lebih dipilih yang menggunakan anestesia
lokal
• Anestesi Umum dan Operator Handal
ditujukan pada kasus-kasus:
• obesitas
• kelainan organ ginekologi (sudah diketahui
sebelumnya)
• alergi terhadap anesthesia lokal
• dengan masalah medik yang dapat menjadi penyulit
atau menimbulkan komplikasi selama prosedur
324
• Jaga luka insisi bersih dan kering selama 2 hari.
Lakukan kegiatan harian secara bertahap.
• Sebaiknya hindari sanggama selama 1 minggu atau
klien siap untuk itu
• Jangan melakukan kerja berat/mengangkat benda
berat selama 1 minggu.
• Untuk nyeri pasca-tubektomi gunakan 1 - 2 tablet
analgesik setiap 4 sampai 6 jam.
• Jadwalkan kunjungan ulangan antara hari ke 7–14.
• Pesankan untuk kembali setelah 1 minggu jika
menggunakan benang jahit yang tidak dapat diserap
(non-adsorbable)
325
• Karena gas (CO2) akan terkumpul di bawah
diafragma maka dalam 12-24 jam pascatindakan akan timbul nyeri dibagian bahu
selama 12–24 jam setelah laparoskopi
• Oklusi tuba segera efektif sejak operasi
selesai.
• Siklus haid akan berlanjut seperti biasa.
• Gunakan kondom jika risiko tinggi PMS
(misalnya: HBV, HIV/AIDS).
326
Hubungi petugas atau kembali ke klinik jika:
• Demam ( > 38°C atau 100.4°F)
• Pusing atau limbung disertai pingsan
• Nyeri perut bawah yang terus-menerus atau
bertambah parah/berat
• Perdarahan atau ada cairan abnormal yang
keluar melalui luka insisi
• Tanda-tanda atau gejala hamil
327
•Konseling dan pengamatan lanjutan
harus sama seperti pada tempat
pelayanan tetap.
•Semua praktik pencegahan infeksi
yang dianjurkan harus ditaati.
•Harus tersedia penanganan untuk
komplikasi jangka pendek dan jangka
panjang
328
• Menerapkan batasan usia untuk pengguna
potensial (muda dan tua)
• Pengetahuan yang terbatas tentang tubektomi
dan menggunakannya dalam menseleksi
pengguna potensial
• Membuat kriteria yang kaku tentang tenaga
pelaksana (operator):
• Hanya dokter spesialis
• Hanya dokter saja
329
Kontrasepsi Mantap Pria
VASEKTOMI
330
Vasektomi: Pengguna Global
Male: 43 million
Source: Church and Geller 1990.
331
Vasektomi di Amerika Serikat
Source: Liskin, Benoit and Blackburn 1992.
332
Jenis Vasektomi
333
Vasektomi dengan Insisi
334
Vasektomi Tanpa Pisau
335
Kontrasepsi Metode Operatif
Vasektomi:
Komplikasi di Amerika Serikat
KOMPLIKASI
ANGKA1
HEMATOMA
1.95
INFEKSI
3.48
1
Per 100 vasektomi; 65,155 kasus
Source: Kendrick et al 1987.
337
Vasektomi
Source: Carignan 1995.
338
VTP: Komplikasi Prosedur di Cina
KOMPLIKASI
ANGKA1
HEMATOMA
0.09
INFEKSI
0.91
1
Per 100 vasektomi; 179,741 kasus
Source: Li et al 1991.
339
Perbandingan VTP dan Vasektomi Konvensional
METODE
KASUS
KOMPLIKASI
JUMLAH
ANGKA1
VTP
680
3
2
0.4
Konvensional
523
16 3
3.1
Per 100 vasektomi
2 hematoma (pengeringan bekas bedah tdk diperlukan); 1 infeksi
3 9 hematoma (2 memerlukan pengeringan bekas bedah); 7 infeksi
Source: Nirapathpongporn et al 1990.
1
2
340
Keunggulan VTP vs Konvensional
Keunggulan VTP
Tehnik Mencapai Vasa risiko perdarahan/hematoma lebih kecil
Metode anestesi
Lebih efektif dan aman
Instrumen
Sedikit (klem fiksasi, diseksi dan gunting)
Penutupan kulit
Tidak diperlukan
Kerusakan jaringan
Minimal
Komplikasi
Komplikasi lebih sedikit
Waktu prosedur
Lebih singkat
Source: AVSC International 1997.
341
Vasektomi:
Hal-hal Penting Sebelum Penggunaan
342
Vasektomi: Mekanisme Kerja
343
Vasektomi: Manfaat Kontraseptif
344
Vasektomi: Manfaat Non-kontraseptif
345
Vasektomi: Keterbatasan
346
Vasektomi: Efek Jangka Panjang
Source: Pollack 1993.
347
Vasektomi Sesuai Untuk:
348
Vasektomi:
Informasi Penting dalam Konseling
349
Vasektomi:
Kondisi (WHO Kelas 3) yang Perlu Dipertimbangkan bagi Calon
Pengguna
Perlu dilakukan penundaan atau penanganan yang sesuai hingga kondisinya membaik atau memenuhi syarat
tindakan operatif
1
Prosedur mungkin akan memerlukan dilakukan di sarana tingkat tinggi. Source: WHO 1996.
350
Vasektomi:
Kondisi yang Memerlukan Operator Handal dan Fasilitas
Pendukung
351
Vasektomi:
Riwayat Sosiomedik Klien yang Perlu Diketahui
352
Vasektomi:
Tenaga Pelaksana dan Tempat Pelayanan Vasektomi
di Amerika Serikat
353
Vasektomi:
Masalah Pasca-bedah
354
Vasektomi: Petunjuk Untuk Klien
355
Vasektomi: Petunjuk Untuk Klien
356
Vasektomi: Informasi Umum
357
Vasektomi
Hubungi Petugas dan kembali ke Klinik bila terjadi
hal-hal berikut :
358
Vasektomi: Persyaratan Program
359
Vasektomi:
Barier Medik dalam Pelayanan
360
Kondisi Umum menghambat
program KB
Program KB
Sasaran kuantitatif program KB
Proses Kehamilan
 Ovulasi : keluarnya sel telur (ovum) dari folikel yang pecah
 Fertilisasi : Bersatunya sperma dengan ovum (biasanya terjadi di
ampula tuba)  zygote
 Nidasi : Perlekatan Blastokist pada endometrium (biasanya terjadi di
korpus uteri anterior ataupun posterior
 Implantasi : blastula tertanam dalam endometrium
Pencegahan kehamilan ( kontrasepsi )
Metode kontrasepsi ideal
Metode kontrasepsi
Efektifitas metode kontrasepsi
Metode kontrasepsi alamiah
Metode kontrasepsi alamiah
Metode kontrasepsi alamiah
Metode kontrasepsi alamiah
Metode senggama terputus
Metode amenorea laktasi (MAL)
Metode senggama dengan pelindung
Metode senggama dengan pelindung
Metode kontrasepsi pil
Metode kontrasepsi pil
Metode kontrasepsi suntikan
Metode kontrasepsi implan
Metode alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR)
Jenis alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR)
Jenis alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR)
Teknik insersi alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR)
Metode alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR)
Metode alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR)
Metode alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR)
Metode kontrasepsi mantap
Metode kontrasepsi mantap wanita
Metode kontrasepsi mantap wanita
Metode kontrasepsi mantap wanita
Teknik ligasi dan reseksi
Teknik laparoskopi dan kuldoskopi
Metode kontrasepsi mantap wanita
Kegagalan kontrasepsi mantap wanita
Terima Kasih
Download