MAKALAH PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP MINERAL NATRIUM, KALIUM, DAN KLORIDA MATA KULIAH KIMIA MAKANAN DOSEN PENGAMPU: Dr., Ir. Alsuhendra, M.Si KELOMPOK 5: Annisa Nabilah Nugroho Dinda Lailatus Syarifah Indah Nitaseptiani Harfiningrum Safika Aisyah Wardiman 1514618035 1514618042 1514618043 1514618055 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN VOKASIONAL SENI KULINER FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2020 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................................................... i BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 1.2 Tujuan .................................................................................................................. 1 BAB II: PEMBAHASAN 2.1 Jenis dan Struktur Kimia Natrium .....…………………………………………………2 2.2 Manfaat, Kebutuhan, dan Sumber Natrium .......................................................... 3 2.3 Jenis dan Struktur Kalium & Klorida ..................................................................... 4 2.4 Manfaat, Kebutuhan, dan Sumber Kalium & Klorida ............................................ 5 BAB III: PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP MINERAL NATRIUM, KALIUM DAN KLORIDA 3.1 Pengolahan Panas (Segar, Kukus, Rebus, Rebus Garam) .................................. 6 3.2 Pengolahan Panas (Panggang) ........................................................................... 8 3.3 Radiasi Pangan .................................................................................................... 9 3.4 Fermentasi ......................................................................................................... 10 3.5 Penggulaan..........................................................................................................11 3.6 Pengawetan dengan Penggaraman ................................................................... 11 3.7 Pengolahan Panas (Goreng, Panggang, Kukus, Rebus) ................................... 12 3.8 Penggaraman pada Telur dan Ikan .................................................................... 13 BAB IV: KESIMPULAN............................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….15 i BAB I PENDAHULUAN (Tugas Dinda Lailatus) 1.1 LATAR BELAKANG Mineral merupakan komponen anorganik yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Defisiensi mineral dapat menyebabkan berbagai macam penyakit sama halnya dengan defisiensi vitamin. Di dalam tubuh mineral berfungsi memberikan struktur pada tubuh seperti tulang dan gigi. Mineral juga dapat digunakan sebagai fungsi regulasi seperti konduktivitas, kontraksi otot, permeabilitas membran dan mengendalikan tekanan darah. Mineral bisa menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Mineral pembentuk asam seperti klorin (Cl), sulfur (S), dan fosfat (P) sedangkan mineral pembentuk basa seperti kalsium (Ca), natrium (Na), kalium (K) dan magnesium (Mg). Mineral juga menjadi bagian dalam pembentukan senyawa essensial bagi tubuh seperti hormon tiroksin yang mengandung iodium (I), sel darah merah yang mengandung besi (Fe), dan asam lambung yang dibentuk dari klor (Cl). Mineral dibutuhkan dalam reaksi metabolisme dan membantu kinerja katalis biologis enzim sebagai kofaktor. Mineral berperan penting dalam transmisi impuls saraf seperti kalsium (Ca) yang membantu mengatur pelepasan asetilkolin. Namun disamping itu kelebihan mineral dalam tubuh juga dapat berbahaya dan merugikan tubuh. 1.2 TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui mineral natrium, kalium dan klorida. 2. Untuk mengetahui jenis pengolahan dan pengaruhnya terhadap mineral natrium, kalium dan klorida. 1 BAB II KIMIA MINERAL NATRIUM, KALIUM, DAN KLORIDA (Tugas Indah Nitaseptiani) 2.1 Jenis dan Struktur Kimia Natrium Natrium (sodium) merupakan salah satu mineral penting bagi tubuh. Natrium memegang peran penting dalam tubuh manusia. Namun, konsumsi yang berlebihan akan berdampak negatif bagi tubuh. Hampir semua bahan makanan mengandung natrium, baik yang secara alami terkandung di dalamnya maupun yang ditambahkan melalui proses pemasakan. Oleh karena itu, defisiensi natrium sangat jarang terjadi. Sebaliknya, kelebihan asupan natrium sering menjadi penyebab munculnya berbagai macam penyakit, sehingga kelebihan asupan natrium perlu diwaspadai dengan mencermati pola makan sehari-hari. A. Jenis Natrium 1. Natrium Chlorida (NaCl) atau table salt/garam meja. Untuk penghasil rasa asin pada makanan. 2. Natrium Carbonate (Na2CO3) Soda Ash atau washing soda. Luas digunakan sebagai elektrolit, water softener, bahan untuk proses pewarnaan pakaian. 3. Sodium Hydroxide (NaOH) atau Caustic Soda. Digunakan dalam banyak industri, terutama sebagai dasar kimia yang kuat dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen dan sebagai pembersih saluran. 4. Sodium peroxide (Na2O2) digunakan untuk pemutih pulp kayu untuk produksi kertas dan tekstil. 5. Sodium nitrate (NaNO3). digunakan dalam produksi pupuk, kembang api dan bom asap, kaca dan enamel tembikar, pengawet makanan, dan roket propelan padat. 6. Sodium thiosulfate (Na2S2O3), digunakan untuk penggunaaan medis, sepertiobat penawar keracunan sianida, atau terapi jamur kulit. 7. Borax (Na2B4O7•10H2O) atau sodium borate, sodium tetraborate, or disodium tetraborate, luas digunakan sebagai pengawet makanan, pembuatan detergent. 8. Sodium Bicarbonate (NaHCO3) atau Baking Soda. Karena memiliki sifat dualisme (asam dan juga basa), baking soda luas digunakan untuk memasak, personal hygiene, agen pembersih perabot rumah tangga, pet care, pemadam api ringan, penggunaan medis, biopestisida, supplement makanan ternak dan lain2. 9. Sodium Laureth Sulfate atau sodium lauryl ether sulfate (SLES). SLES adalah deterjen dan surfaktan yang biasa ditemui di tempat-tempat yang menjual produk perawatan tubuh, seperti sabun, shampo, pasta gigi, dll B. Struktur Natrium Natrium klorida mengkristal dalam struktur face-centered cube (fcc). Dalam struktur itu delapan ion natrium berada di setiap sudut kubus dan enam sisanya berada 2 di pusat setiap bidang sisi kubus. Bilangan koordinasi (BK) untuk kedua ion adalah 6, yaitu setiap ion natrium dikelilingi 6 ion klorida dan demikian sebaliknya. Struktur natrium klorida ini juga terjadi pada hampir semua alkali halide, yaitu semua litium, natrium, kalium, dan rubidium halide serta sesium fluoride. Selain itu, juga didapatkan pada senyawa oksida magnesium, kalsium stronsium, barium, dan kadmiunm. 2.2 Manfaat, Kebutuhan, dan Sumber Natrium A. Manfaat Natrium Natrium dan kalium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang mempunyai fungsi mengatur keseimbangan cairan dan asam basa tubuh serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot B. Kebutuhan Natrium Asupan natrium adalah jumlah natrium dari makanan atau minuman yang dikonsumsi per hari yang diukur menggunakan form semi quantitative food frequency selama satu bulan dikategorikan menjadi dua yaitu lebih bila asupan ≥ 2400 mg/hari dan cukup bila asupan < 2400 mg/hari. Natrium yang dianjurkan oleh WHO kurang dari 2400 mg sehari. Asupan kalium adalah jumlah kalium dari makanan atau minuman yang dikonsumsi per hari yang diukur menggunakan form semi quantitative food frequency selama satu bulan dibedakan menjadi: cukup bila asupan ≥ 2000 mg/ hari dan kurang bila asupan < 2000 mg/ hari. Rasio konsumsi kalium dan natrium adalah proporsi dari setiap kalium dan natrium yang dikonsumsi oleh tubuh per hari yang diukur menggunakan form semi quantitative food frequency selama satu bulan dikategorikan menjadi: kurang bila kurang < 1.5 dan baik bila ≥ 1.5. Aktivitas fisik merupakan kegiatan fisik yang dilakukan selama 24 jam yang diukur dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik selama satu minggu dibedakan menjadi: ringan jika < 3 hari dan jumlahnya < 1500 MET-min/minggu dan sedang jika ≥ 3 hari dan jumlahnya ≥ 1500 MET-min/minggu. Data dianalisis dengan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan tekanan darah. Subyek dengan konsumsi natrium lebih mempunyai risiko 5.7 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan subyek yang mengonsumsi natrium cukup. Asupan natrium yang rendah dengan tingginya asupan kalium mencegah dan mengurangi tekanan darah tinggi. Kalium dapat menurunkan tekanan darah karena berfungsi sebagai diuretik, sehingga pengeluaran natrium dan cairan meningkat. Pada anak balita, sebagian besar asupan natrium (60,3%) berasal dari bahan makanan. Pada usia lebih dari 5 tahun, kontribusi natrium dari bahan makanan semakin kecil dan terendah pada penduduk usia lebih dari 55 tahun (39%). Sebaliknya, kontribusi natrium berasal dari garam semakin meningkat dengan bertambahnya usia. 3 C. Sumber Natrium Natrium adalah zat gizi mikro, yang bukan hanya bersumber dari garam dapur saja, tetapi juga banyak terdapat di dalam bahan makanan lain yang dikonsumsi. Dalam 1 gram garam terkandung sekitar 400 mg natrium. Hasil analisis data ini menunjukkan bahwa bila dilihat dari sumber perolehan makanan ternyata sekitar 73,2 persen asupan natrium diperoleh dari makanan yang dimasak di rumah dan sekitar 23 persen dari makanan yang dibeli. Keadaan di Indonesia hampir serupa dengan hasil studi konsumsi natrium di negara Asia lainnya. Di Jepang dan China, sebanyak 75 persen asupan natrium berasal dari penambahan garam saat memasak dan 25 persen berasal dari saus, termasuk kecap dan miso. 14 Gambaran asupan natrium di negara Asia agak berbeda dengan Amerika dan Inggris. Di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris, diperkirakan sekitar 74 persen asupan sodium berasal dari makanan olahan dan makanan restoran, 10-12 persen berasal dari natrium yang terkandung secara alami dalam makanan, dan 10-15 persen berasal dari penambahan garam dalam proses pemasakan di rumah tangga. Secara keseluruhan rata-rata asupan natrium penduduk Indonesia sebesar 2674 mg, yakni sekitar 52,4 persen natrium berasal dari penambahan garam dalam proses pemasakan dan 47,6 persen dari natrium yang terkandung alami dalam bahan makanan serta dari makanan olahan. 2.3 Jenis dan Struktur Kalium & Klorida Senyawa KCl merupakan senyawa yang larut dalam air dan bersifat mobil dengan indeks garam yang tinggi sehingga bila pupuk ini diberikan terlalu dekat dengan tanaman maka akan menyebabkan plasmolosis. A. Jenis Kalium & Klorida Kalium tersedia dalam berbagai sediaan, baik oral maupun injeksi. Sediaan oral tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, sirup, dan sirup kering. Dosis yang tersedia untuk sediaan kapsul adalah 600 mg dan 750 mg. Dosis yang tersedia untuk sediaan tablet adalah 600 mg, 750 mg, 900 mg, dan 1500 mg. Kapsul dan tablet tersebut bersifat extended release. Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu atau lebih atom klornya memiliki ikatankovalen dalam molekul. Ini berarti klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana dari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl), sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil klorida. B. Struktur Kalium & Klorida Kalium klorida adalah senyawa garam alkali tanah dengan halida yang terbentuk dari unsur kalium dan klor. Wujud umumnya adalah garam kristal berwarna putih atau tak berwarna. Senyawa ini sangat mudah larut dalam air dan terasa asin di lidah, serupa garam dapur. 4 Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl−. Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida; contohnya adalah garam meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl−. 2.4 Manfaat, Kebutuhan, dan Sumber Kalium & Klorida A. Manfaat Kalium & Klorida Salah satu unsur hara yang tergolong dalam unsur hara makro utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman adalah kalium. Kalium diperlukan tanaman untuk berbagai fungsi fisiologis, termasuk di dalamnya adalah metabolisme karbohidrat, aktivitas enzim, regulasi osmotik, efisiensi penggunaan air, serapan unsur nitrogen, sintesis protein, dan translokasi asimilat. Kalium digunakan untuk mengatur detak jantung, osmoregulasi, serta membantu untuk mengontrol tekanan darah tinggi dan dapat menurunkan risiko stroke. Kalium digunakan pada pupuk tanaman. Pupuk kalium yang banyak digunakan di Indonesia saat ini adalah KCl (kalium klorida) dengan kadar 60% K2 O. Klorida dibutuhkan untuk membantu keseimbangan elektrolit atau cairan tubuh, menjaga asam/basa (pH) tubuh, dan penting untuk pencernaan B. Kebutuhan Kalium & Klorida Angka kebutuhan kalium tiap orang berbeda dan umumnya disesuaikan dengan usia, yaitu: Anak usia 1-3 tahun berkisar 3.000 mg per hari. Anak usia 4-6 tahun sekitar 3.800 mg kalium per hari. Remaja dan orang dewasa membutuhkan kalium sebanyak 4.500-4.700 mg per hari. Orang dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mmol klorida per hari C. Sumber Kalium & Klorida Berdasarkan penyelidikan para ahli menyatakan bahwa unsur kalium (K) banyak terdapat pada abu tanaman, sedangkan didalam tanah persediaannya relatif sedikit, jadi keadaannya sama sekali tidak seimbang. Adapun sumber makanan kaya kalium seperti terdapat pada pisang dengan kadar 442 miligram kalium, kentang 542 mg kalium, dan terdapat pula pada kacang,kurma,youghurt, alpukat, dll. Klorida biasa ditemukan dalam garam meja atau garam laut sebagai natrium klorida. Klorida juga ditemukan di banyak sayuran. Makanan yang mengandung tinggi klorida adalah rumput laut, tomat, selada, dan seledri. 5 BAB III PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP MINERAL NATRIUM, KALIUM, DAN KLORIDA (Tugas Safika Aisyah dari poin 3.1 sampai poin 3.4). 3.1 Pengolahan Panas (Kukus, Rebus, Rebus dengan Garam) Mengetahui pengaruh berbagai metode pengolahan terhadap kandungan total mineral remis segar, kukus, rebus dan rebus garam, maka dilakukan analisis ragam, namun sebelum dilakukan analisis ragam terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan galat menggunakan uji kolmogrof simirnov. Berdasarkan uji komolgrof simirnov, ternyata semua perlakuan menghasilkan galat yang menyebar normal sehingga dapat dilakukan analisis ragam. Kandungan mineral esensial pada remis (Corbicula javanica) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1: Kandungan Mineral pada Remis (Nilai mg/100 g basis kering) Komposisi Mineral Natrium Kalium Segar Kukus Rebus Rebus Garam 521,20b 465,01 b 287,43 a 262,85 a 272, 64 a 183,27 a 564,64 c 305,34 a Natrium Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraselular, yang berfungsi sebagai penyeimbang cairan dalam kompartemen tersebut. Natriumlah yang sebagian besar mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel-sel (Almatsier 2006). Kandungan natrium pada remis (Corbicula javanica) segar, kukus, rebus dan rebus garam dalam (mg/100 g basis kering) dapat dilihat pada Gambar 1.1 (Hasil Analisis Remis dengan Pengolahan Segar, Kukus, Rebus, dan Rebus Garam) 6 Hasil analisis ragam menunjukan bahwa metode pengolahan memberikan pengaruh nyata terhadap kadar natrium remis (taraf nyata 0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa metode pengolahan memberikan pengaruh berbeda terhadap kadar natrium remis segar dengan remis yang di kukus dan rebus. Metode pengolahan dengan cara pengukusan menyebabkan kehilangan kadar natrium remis sebanyak 44,87% dan perebusan sebanyak 47,70%. Menurut Lewu et al. (2010) yang menyatakan terjadi penurunan yang signifikan pada kadar natrium Colocasia esculenta (L.) Schott setelah dilakukan proses perebusan. Remis dengan perebusan garam juga memerikan pengaruh berbeda terhadap kadar remis segar, kukus dan rebus. Terjadi peningkatan kandungan natrium sebesar 8,27%, hal ini dikarenakan adanya penetrasi garam pada daging remis pada saat perebusan. Sumber utama natrium adalah garam (Almatsier 2006). Penambahan garam pada proses pengolahan akan meningkatkan kadar garam (natrium) pada tubuh kerang. Semakin tinggi konsentrasi larutan garam maka akan semakin cepat proses penetrasi garam dalam tubuh ikan (Afrianto dan Liviawati 1989) Kekurangan natrium dapat mengakibatkan tergaganggunya keseimbangan cairan dalam tubuh dan dapat menurunkan tekanan darah (Almatsier 2006). Pada kondisi normal, sebanyak 95% dari natrium yang dikonsumsi dapat diserap oleh tubuh (Groff dan Gropper 1999). Mengkonsumsi remis sebanyak 100 g dapat menyumbangkan natrium dalam keadaan segar sebanyak 3,1815,24%, kukus sebanyak 2,29-10,98%, rebus sebanyak 2,15-10,33% dan rebus garam sebanyak 5,13-24,63% dari angka kecukupan gizi. Kalium Bethke et al. (2008) kalium berfungsi sebagai elektrolit penting dalam sistem saraf. Kalium digunakan untuk mengatur detak jantung, osmoregulasi, serta membantu untuk mengontrol tekanan darah tinggi dan dapat menurunkan risiko stroke. Kandungan kalium pada remis segar, kukus, rebus dan rebus garam dalam (mg/100 g basis kering) dapat dilihat pada Gambar 1.2 (Hasil Analisis Remis pada Pengolahan saat Segar, Kukus, Rebus, Rebus Garam) 7 Hasil analisis ragam menunjukan bahwa metode pengolahan memberikan pengaruh nyata terhadap kadar kalium remis (taraf nyata 0,05). Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 21) menunjukkan metode pengolahan memberikan pengaruh berbeda terhadap penurunan kandungan kalium segar dengan yang di kukus, rebus dan rebus garam. Metode pengolahan dengan cara pengukusan menyebabkan kehilangan kadar kalium remis sebanyak 42,81%, perebusan sebanyak 59,07% dan perebusan garam sebanyak 32,33%. Mengkonsumsi remis sebanyak 100 g dapat menyumbangkan kalium dalam keadaan segar sebanyak 3,40%, kukus sebanyak 2,51%, rebus sebanyak 1,74% dan rebus garam sebanyak 3,33% dari angka kecukupan gizi. 3.2 Pengolahan Panas (Panggang) Gambar 1.3 (Hasil Analisis Kadar Abu Snack Food Bars Berbahan Dasar Tepung Pisang Goroho dan Tepung Ampas Tahu) Berdasarkan Gambar 1.3. Kadar abu tertinggi pada perlakuan160°C selama 60 menit sebesar 1.97%, sedangkan kadar abu terendah pada perlakuan 130°C selama 30 menit yaitu 1.05 %. Berdasarkan hasil analisis ragam, menunjukkan Fhitung (27.13) lebih besar dari F-tabel (5.32) pada taraf 5%. Ini menunjukkan bahwa suhu, lama pemanggangan dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar abu snack food bars, seperti terlihat pada Lampiran 8. sehingga dilakukan uji lanjut BNT (Beda nyata terkecil). Adanya oksigen dapat menyebabkan kemungkinan beberapa mineral bervalensi lebih tinggi. Meskipun beberapa komponen pangan rusak dalam proses pemanggangan tetapi tidak pada kandungan mineral bahan pangan. Kandungan abu atau mineral yang ada pada snack food bars berbahan dasar tepung pisang goroho dan tepung ampas tahu ini adalah zat besi, fosfor, kalium, kalsium, magnesium. 8 3.3 Radiasi Pangan Iradiasi pangan pada umumnya menggunakan sumber radiasi pengion berupa sinar gamma, sinar-x, atau berkas elektron. Berdasarkan peraturan standar internasional Codex General Standard untuk makanan iradiasi, hanya ketiga sinar ini yang telah disahkan untuk digunakan dalam aplikasi iradiasi pangan. Derajat perubahan secara fisik dan kimiawi yang terjadi pada saat bahan makanan dipaparkan pada energi iradiasi yang tinggi dapat ditentukan dengan menggunakan energi serap. Dosis serap menyatakan jumlah energi iradiasi yang diserap oleh bahan per satuan massa. Dalam proses iradiasi, energi serap dinyatakan dalam satuan gray (Gy). Sedangkan kemampuan beberapa nuklida (isotop tidak stabil) untuk memancarkan partikel-partikel, sinar gamma, atau sinar-x selama proses peluruhan spontan menjadi nuklida lain yang stabil disebut radioaktivitas. Satuan yang digunakan adalah becquerel (Bq). Ditinjau dari aspek nutrisi, proses iradiasi tidak menimbulkan dampak penurunan keamanan pangan. Perubahan kandungan gizi pada makanan akibat proses iradiasi pada umumnya berkaitan dengan dosis iradiasi, komposisi makanan, suhu, serta ketersediaan oksigen. Pada dosis rendah, perubahan kandungan gizi tidak begitu terlihat, sedangkan pada dosis sedang, penurunan kandungan nutrisi unsur mikro dapat terjadi pada makanan yang kontak dengan udara selama iradiasi atau penyimpanan. Komponen-komponen utama pada makanan seperti protein, lemak, dan karbohidrat hanya mengalami perubahan yang sangat kecil akibat proses iradiasi, bahkan ketika dosis yang digunakan lebih dari 10 kGy. Asam amino esensial, mineral, dan sebagian besar vitamin juga tidak mengalami perubahan yang signifikan akibat iradiasi. 9 3.4 Fermentasi Hasil penelitian ini adalah nilai kadar lemak, pati, gula reduksi dan mineral makro (Na) pada pelet ikan dari limbah organik yaitu daging bekicot, kulit pisang, tulang ikan lele, dan kulit singkong dengan perbandingan 4: 3: 3 yang difermentasi dengan ragi roti Saccharomyces cerevisiae secara aerob pada variasi waktu 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. Pelet ikan pada penelitian ini juga dibuat tanpa fermentasi (0 hari) dan ragi roti (Saccharomyces cerevisiae). Tabel Hasil Analisa Pelet Fermentasi Waktu Kadar Mineral (Natrium) (mg/kg) Fermentasi (Hari) 0 41,98 1 40,48 2 44,63 3 39,09 4 39,39 5 32,46 Tabel Hasil Analisa Pelet Ikan Tanpa Fermentasi dan Tanpa Ragi Roti Tanpa 40,54 Fermentasi Hasil yang didapatkan dari fermentasi adalah bahwa kandungan Natrium mengalami kenaikan sampai hari ke dua lalu mengalami penurunan pada hari ke tiga sampai ke lima fermentasi. Hasil yang didapatkan pada kandungan mineral Natrium tidak memenuhi batas minimum gizi dalam pakan buatan ikan tersebut karena kandungan yang didapatkan di bawah 100m/kg dalam pakan ikan buatan kering. 10 (Tugas Annisa Nabilah dari poin 3.5 sampai poin 3.8) 3.5 Penggulaan Gula mampu memberi stabilitas terhadap mikroorganisme pada suatu produk makanan jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup di atas 70% padatan terlarut biasanya dibutuhkan, karena itu gula dipakai sebagai salah satu teknik pengawetan bahan pangan. Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi paling sedikit 40% padatan terlarut sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air dari bahan pangan berkurang. Gula umumnya digunakan dalam pengawetan buah-buahan karena gula dapat mencegah atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mempengaruhi aktivitas air (aw) dalam bahan pangan. Tujuan dari penggulaan adalah memperpanjang daya simpan produk dan memberi cita rasa pada bahan pangan. 3.6 Pengawetan Pangan Dengan Cara Penggaraman Penggaraman merupakan salah satu pengawetan yang sudah lama dilakukan orang. Penggaraman merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mengawetkan produk hasil perikanan dengan menggunakan garam (NaCl). Pada proses penggaraman pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi kadar air sampai konsentrasi air tertentu sehingga bakteri tidak bias hidup berkembang lagi. Ilmu Teknologi Pangan 89 Garam memberi sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuhtumbuhan yang segar. Garam akan berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan pembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah. Tujuan Penggaraman adalah untuk mengawetkan berbagai macam makanan. Garam biasa digunakan dalam pengawetan produk sayuran, ikan, daging, dan bahan pangan lainnya dengan konsentrasi antara 3% sampai 20% (Desrosier, 1988). Prinsip penggaraman Garam di dalam pengawetan pangan dapat mengikat air sehingga tidak tersedia lagi untuk bakteri. Bersifat sebagai bakteriostatis terutama oleh ion khlor. Mikroorganisme pathogen termasuk Clostridium botulinum kecuali Streptococcus aureus dapat dihambat oleh konsentrasi garam sampai 10-12%. Beberapa mikroorganisme terutama jenis Leuconostoc dan Lactobacillus dapat tumbuh dengan cepat dengan adanya garam. Garam juga mempengaruhi aktivitas air (AW) dari bahan sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme seperti bakteri halofilik (bakteri yang hidup dalam konsentrasi garam yang tinggi) dapat tumbuh dalam larutan garam yang hamper 11 jenuh, tetapi membutuhkan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan. Titik ketiga nilai kekerasan media pendingin air mineral adalah 51,7 HRC dengan laju korosi 3,998 ipy, dan media pendingin oli 33 HRC untuk nilai kekerasan, dan 3,877 ipy. Titik keempat nilai kekerasan media pendingin air mineral adalah 58,2 HRC dengan laju korosi 3,796 ipy, dan media pendingin oli 33,4 HRC untuk nilai kekerasan, dan 4,086 ipy untuk laju korosinya. Jadi semakin keras material maka akan semakin cepat juga laju korosinya. 3.7 Proses Pemanasan (Goreng, Panggang, Kukus, Rebus) Kadar abu pada ikan mujair segar tanpa penambahan bumbu yaitu sebesar 6.33% dan ikan mujair dengan perlakuan penambahan bumbu yaitu sebesar 7.34%. Setelah ikan mujair diolah yaitu digoreng, dipanggang, dikukus, dan direbus, kadar abunya mengalami penurunan baik itu tanpa penambahan bumbu maupun dengan penambahan bumbu dari kadar abu ikan mujair segar. Hal ini diduga penggunaan pemanasan atau suhu tinggi dapat mengakibatkan kadar abu dalam ikan berkurang. Apalagi pada saat pengolahan ditambah dengan media air seperti pada perebusan. Hal ini dapat menghilangkan kadar abu bahan pangan tersebut. Fennema (1996) menyatakan bahwa tingkat kelarutan dari suatu mineral sangat berbeda pada garam anorganik. Mineral natrium, kalium, klorida, dan phosphor merupakan mineral yang sangat larut dalam air. Winarno (1997) menyatakan bahwa air dapat melarutkan berbagai bahan salah satu diantaranya mineral. Sedangkan untuk ikan mujair dengan penambahan bumbu, kadar abu terendah terdapat pada ikan mujair goreng. 12 3.8 Penggaraman pada Telur dan Ikan Salah satu bentuk pengolahan makanan yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah penggaraman, garam dapat berfungsi sebagai pengawet karena garam dapat menarik air dari sekitarnya sehingga bakteri pembusuk tidak dapat berkembang biak. Contoh penggaraman terjadi pada telur. Telur mengandung protein, lemak, vitamin serta mineral. Telur yang diolah dengan penggaraman biasanya disebut ikan asin. Semakin tinggi kadar garam pada telur maka akan semakin asin telurnya. Dalam telur asin terdapat kandungan gizi seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang tingkatnya beberapa kali lebih tinggi dibanding telur biasa. Tetapi perubahan kadar gizi yang signifikan terdapat pada kandungan kalsium dan penurunan kandungan gizi terdapat pada vitamin A. Sedangkan Berdasarkan pengalaman para pengolah ikan asap, perlakuan prapengasapan yaitu perlakuan perendaman ikan dengan menggunakan larutan air garam dapur menghasilkan mutu ikan asap yang lebih baik. Proses penggaraman menggunakan garam dapur (natrium klorida) memiliki tiga tujuan, yaitu menghambat pertumbuhan mikroorganisme, memberikan rasa asin dan menjadikan tubuh ikan menjadi kesat (Moeljanto 1992). 13 BAB IV KESIMPULAN (Tugas Dinda Lailatus) Mineral pembentuk asam seperti klorin (Cl), sulfur (S), dan fosfat (P) sedangkan mineral pembentuk basa seperti kalsium (Ca), natrium (Na), kalium (K) dan magnesium (Mg). Natrium (sodium) memiliki fungsi mengatur keseimbangan cairan dan asam basa tubuh serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Jenis natrium salah satunya ialah Natrium Chlorida (NaCl) atau table salt/garam meja. Natrium memiliki struktur face-centered cube (fcc). Hasil analisis ragam menunjukan bahwa metode pengolahan memberikan pengaruh nyata terhadap kadar natrium remis (taraf nyata 0,05). Kalium diperlukan tanaman untuk berbagai fungsi fisiologis. Wujud umumnya adalah garam kristal berwarna putih atau tak berwarna. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa metode pengolahan memberikan pengaruh nyata terhadap kadar kalium remis (taraf nyata 0,05). Proses iradiasi tidak menimbulkan dampak penurunan keamanan pangan. Perubahan kandungan gizi pada makanan akibat proses iradiasi pada umumnya berkaitan dengan dosis iradiasi, komposisi makanan, suhu, serta ketersediaan oksigen. Tujuan dari penggulaan adalah memperpanjang daya simpan produk dan memberi cita rasa pada bahan pangan. Prinsip penggaraman garam di dalam pengawetan pangan dapat mengikat air sehingga tidak tersedia lagi untuk bakteri. Bersifat sebagai bakteriostatis terutama oleh ion khlor. 14 DAFTAR PUSTAKA 1. Atma, Yoni. 2018. PRINSIP ANALISIS KOMPONEN PANGAN MAKRO & MIKRO NUTRIEN. Yogyakarta. DEEPUBLISH. 2. Jurnal ASUPAN SUMBER NATRIUM, RASIO KALIUM NATRIUM, AKTIVITAS FISIK, DAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI, Listiyaningsih Atun1 , Tri Siswati, Weni Kurdanti, Jurusan Gizi Politeknik Kemenkes Yogyakarta 3. Jurnal PERILAKU PEMILIHAN MAKANAN TINGGI NATRIUM BERPENGARUH TERHADAP ASUPAN NATRIUM PENDERITA HIPERTENSI DI KOTA SEMARANG 4. Jural PENGARUH PEMBERIAN SENYAWA KCl TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH SORGUM (KALIUM KLORIDA) 5. Jurnal Kalium Sulfat dan Kalium Klorida Sebagai Sumber Pupuk Kalium pada Tanaman Bawang Merah. Bandung. 6. Nuryono. 2018. Kimia Anorganik (Struktur dan Ikatan). Yogya:Gadjah Mada University Press. 7. Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (74-83): Kandungan Mineral Remis (Corbicula javanica) Akibat Proses Pengolahan Ella Salamah, Sri Purwaningsih, dan Rika Kurnia. 8. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.73-79, Januari 2015: Aplikasi Teknologi Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Beku - Cahyani, dkk. 9. Jurnal Photon Vol.7 No. 2, Mei 2017: Analisa Kadar Lemak Pati, Gula Reduksi, Mineral (Fe, Ca, Na, Mg) Pelet Ikan dari Limbah Organik – Hasmalina Nasution, dkk. 10. Sumiati, Tintin. 2018. PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP MUTU CERNA PROTEIN IKAN MUJAIR (Tilapia mossambica). Institut Pertanian Bogor: Bogor. 11. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 1, Juni 2013 37 Pengaruh Konsentrasi Garam Berbeda terhadap Mutu Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Dami, Khamal, dkk. 15