TUGAS METODE PENELITIAN (RESUME JENIS PENGAMBILAN SAMPEL PADA 5 TUGAS AKHIR) DISUSUN OLEH : FERGA SARAGIH (170404138) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN TEKNIK TEKNIK SIPIL 2020 TUGAS AKHIR I “PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL PORUS YANG MENGGUNAKAN LIQUID ASBUTON SEBAGAI BAHAN PENGIKAT” oleh MUTHIAH REZKY ZACHRAINI Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengadakan kegiatan percobaan di laboratorium. Agregat diperoleh dari Sungai Bili-Bili Kecamatan Parangloe hasil stone crusher PT. Bima Moriesya Anugrah Propinsi Sulawesi Selatan, sedangkan liquid Asbuton diambil dari Laboratorium Bidang Pengujian dan Pengembangan Teknologi Dinas Bina Marga Propinsi Sulawesi Selatan. Berikutnya dibuat benda uji dibuat berdasarkan lima variasi lama perendaman dan suhu perendaman untuk pengujian Indirect Tensile Strength (ITS). Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran aspal porus terlebih dahulu diuji karakteristik dari masingmasing bahan baik agregat kasar, agregat halus maupun pengujian terhadap liquid asbuton dimana metode pengujian mengacu pada SNI dan pengujian ini dilakukan di laboratorium. Tiap variasi lama perendaman dan variasi suhu dibuat tiga benda uji (total 30 benda uji). Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengujian Sifat Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran aspal porus terlebih dahulu diuji karakteristik dari masing-masing bahan agregat kasar, agregat halus maupun pengujian terhadap liquid Asbuton dimana metode pengujian mengacu pada Standar Nasional Indonesia dan pengujian ini dilakukan di laboratorium. 2. Pembuatan Benda Uji Setelah bahan yang digunakan diuji dan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan untuk campuran aspal porus selanjutnya dibuat komposisi campuran untuk pembuatan benda uji. Komposisi campuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu komposisi campuran sistem gradasi terbuka (open graded) dengan trial gradation. Agregat yang digunakan yaitu agregat lolos saringan 3/4” tertahan saringan 1/2” dan lolos saringan 1/2” tertahan saringan 3/8” dengan perbandingan 50:50 terhadap komposisi agregat kasar serta menggunakan agregat halus yang lolos saringan no. 4 dan tertahan saringan no. 200 sebanyak 10 % dari kapasitas mould. Bahan pengikat yang digunakan yaitu 100% liquid Asbuton dengan kadar aspal 9%. Permeabilitas Aspal Porus Pengujian permeabilitas menggunakan benda uji aspal porus di dalam mould yang telah direndam sampai jenuh. Mould kosong diletakkan diatas mould yang berisi benda uji. Bagian dalam sambungan kedua mould dioles vaselin, agar air tidak menembus keluar. Ke dalam mould kosong diisi air setinggi 5 cm. Lama waktu perembesan air melalui media aspal porus dicatat. Pengujian Indirect Tensile Strength (ITS) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan material dalam menerima gaya tarik, yang dalam hal ini dapat melakukan pengujian ITS (Indirect Tensile Strength). Uji Kekuatan tarik tak langsung (ITS) sangat berguna dalam memahami karakteristik nilai kekuatan tarik serta memprediksi nilai kekuatan tersebut sejak munculnya retak dalam campuran. Prosedur pengujian ini dilakukan dengan melakukan pembebanan tekan yang dilakukan secara terus menerus dengan laju konstan sampai mencapai beban maksimum, dimana setelah pembebanan maksimum maka benda uji akan mengalami retak. Indirect tensile strength adalah tegangan tarik maksimum dihitung dari pembebanan maksimum, benda uji mengalami putus atau terbelah menjadi dua bagian. Regangan Dari hasil pengujian ITS, terlihat perubahan bentuk yaitu terjadi retak pada benda uji. Perubahan bentuk ini diasumsikan sebagai regangan. Tetapi regangan yang dimaksud di sini bukanlah regangan pada umumnya karena tidak ditemukan referensi untuk menghitung regangan tarik pada benda uji yang berbentuk bulat. Regangan dihitung dari pertambahan panjang pada benda uji dimana pertambahan panjang itu diketahui dari dial yang diletakkan pada bagian tengah kedua sisi benda uji. Pada saat pengujian kuat tarik tidak langsung, pembacaan dial kanan dan kiri dilakukan setiap kenaikan 10 kg. Pembacaan dial dihentikan jika jarum pembebanan telah berbalik arah. Jumlah benda uji Semakin besar suhu yang diberikan maka semakin kecil nilai kuat tarik tidak langsungnya. Ini diakibatkan oleh kenaikan suhu yang mengakibatkan kenaikan aktivitas biologis sehingga membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu akan menyebabkan kekentalan aspal menurun sehingga nilai kuat tarik semakin kecil seiring besarnya suhu yang diberikan. Campuran aspal porus mudah ter-disintegrasi dapat juga disebabkan karena air laut memiliki garam. Nilai ITS test semakin kecil seiring dengan lama perendaman yang dilakukan. Lama perendaman dan suhu yang diberikan pada campuran aspal memberikan pengaruh terutama terhadap daya lekat aspal yang mengalami penurunan sehingga memberikan nilai kuat tarik yang menurun seiring dengan lama perendaman yang diberikan. Penurunan yang terjadi sangat signifikan apalagi pada lama perendaman 24 jam dimana penurunan persentase nilai kuat tarik tidak langsungnya sebesar 53%. Ini disebabkan selain dikarenakan di dalam air laut terdapat kandungan zat bersifat korosif dan dapat menyebabkan kerusakan dari apa yang dilaluinya, juga dikarenakan suhu yang tinggi dan perendaman yang lama sehingga mempengaruhi kohesi aspal. Semakin lemah kohesi aspal maka akan semakin mudah agregat melepaskan diri dari agregat yang lain sehingga campuran aspal akan semakin mudah retak. Lama perendaman dan suhu yang tinggi sangat mempengaruhi daya lekat aspal. Dan semakin besar nilai ITS maka semakin besar pula nilai regangannya. Hal ini disebabkan sifat fleksibilitas yang dimiliki benda uji.Dimana benda uji tidak mampu lagi menahan beban yang diberikan sehingga benda uji mengalami deformasi permanen. Deformasi akan semakin besar dan kemampuan benda uji untuk menahan beban menurun hingga kondisi sampel retak dan akhirnya pecah. Dari penjelasan diatas, penelitian ini menggunakan sampling design : Probability Simple Random Sampling, karena pada perendaman air laut menggunakan variasi suhu dan lama perendaman memberikan pengaruh terhadap nilai kuat tarik pada aspal porus. b. Dari hasil pengujian ITS test yang dilakukan menunjukkan bahwa variasi suhu dan lama rendaman air laut menunjukan pengaruh terhadap karakteristik aspal porus. Semakin lama benda uji direndam dan semakin besar suhu yang diberikan, maka semakin kecil nilai kuat tarik tidak langsungnya. TUGAS AKHIR II ‘PENGARUH RENDAMAN AIR LAUT TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK DENGAN PERKUATAN GFRP AKIBAT BEBAN FATIK’ oleh WILLIAM Penelitian yang dilakukan adalah studi pengaruh rendaman air laut terhadap kapasits lentur balok dengan perkuatan GFRP akibat beban fatik. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan rancangan campuran beton normal dengan f’c = 25 MPa. Penelitian kali ini menggunakan 4 balok beton bertulang dengan dimensi 15 cm x 20 cm x 60 cm. Masing-masing benda uji diberi perlakuan yang berbeda-beda,1 balok tanpa perkuatan GFRP,1 balok dengan perkuatan GFRP tanpa perendaman,1 balok dengan perkuatan GFRP dengan waktu rendaman 1 bulan dan 1 balok dengan perkuatan GFRP dengan waktu rendaman 6 bulan sebesar 11,53%. Glass Fiber Rainforced Polymer adalah salah satu material yang saat ini banyak diteliti sebagai solusi dari perkuatan dan perbaikan struktur beton.Material ini tergolong relatif mahal namun memiliki beberapa kelebihan seperti ketahanan terhadap korosi, memiliki kuat tarik tinggi, elastis dan merupakan material yang sangat ringan. Penggunaan material GFRP cukup luas, tidak hanya terbatas pada konstruksi gedung namun juga digunakan pada konstruksi lepas pantai yang terekspos oleh air laut seperti konstruksi dermaga dan jembatan. Pada umumnya struktur yang terekspos air laut akan mengalami penurunan kekuatan akibat korosi yang terjadi pada tulangan. Fatik merupakan fenomena terjadinya kerusakan material karena pembebanan yang berulang ulang. Diketahui bahwa apabila pada suatu material dikenakan tegangan berulang, maka material tersebut akan patah pada tegangan yang jauh lebih rendah dibandingkan tegangan yang dibutuhkan untuk menimbulkan perpatahan pada beban statik. Mekanisme kerusakan fatik dibagi menjadi tiga tahap yaitu inisiasi atau pembentukan retak(crack initiation), pertumbuhan dan perambatan retak (crack growth, crack propagation) dan kerusakan fatik (fatigue damage). Proses kerusakan fatik dimulai dari pembebanan berulang pada material selama waktu tertentu sehingga terbentuk regangan plastis pada daerah konsentrasi tegangan. Regangan plastis ini akan memicu terbentuknya inisiasi retak. Tegangan tarik kemudian akan memicu inisiasi retak untuk tumbuh dan merambat sampai terjadinya kerusakan. Untuk pemasangan GFRP digunakan metode Wet Lay-up. Bahan perekat yang digunakan dalam penelitian ini juga merupakan produk dari Fyfe Co dengan nama Tyfo S komponen A dan komponen B. Untuk proses pencampuran antara komponen A dan komponen B digunakan perbandingan 2:1. Pengujian Pembebanan Fatik. Pengujian ini dilakukan pada benda uji skala penuh (full scale) berukuran 150 mm x 200 mm x 3300 mm, dengan memberi pembebanan berulang pada balok beton bertulang dengan frekuensi dan jumlah siklus tertentu. Pembebanan fatik pada pengujian ini mengacu pada ACI 440.2R-08 dimana tegangan tekan beton yang diisyaratkan yaitu sebesar 45% f’c. Adapun data-data yang dihasilkan pada pengujian ini yaitu data regangan dan lendutan untuk tiap siklus pembebanan melalui PC oleh rangkaian alat uji strain gauge. .Pengujian Balok BFN adalah balok normal tanpa perendaman yang berfungsi sebagai balok kontrol untuk balok lain karena memiliki karasteristik yang sama. Pengujian dilakukan dengan pembebanan berulang dengan beban maksimum 19 kN, beban minimum 4 kN dan frekuensi 1.5 Hz. Dari hasil pengujian balok BFN mengalami kegagalan pada siklus 600.000. ini menunjukkan bahwa bahwa seiring dngan peningkatan jumlah siklus pembebanan maka regangan beton,regangan baja dan lendutan akan semakin besar meskipun beban yang diberikan tetap. Dari penjelasan diatas, penelitian ini menggunakan sampling design: Probability Multi Stage Sampling karena adanya 3 variasi beertingkat yaitu BF0, BF1 dan BF6 dimana masing masing pengujian dilakukan dengan pemberian beban berulang maksimum sebanyak 24kN, minimum 4kN dan frekwensi 1,5Hz. balok rendaman 1 bulan sebesar 45.02 kN dengan Mu sebesar 28.7952 kNm.Sedangkan untuk balok rendaman 6 bulan beban ultimit Pu sebesar 39.48 kN dengan Mu sebesar 25.4724 kNm terjadi penurunan 11,53% dari balok rendaman 1. TUGAS AKHIR III ‘PENGARUH PENAMBAHAN PASIR TERHADAP TINGKAT KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK’ oleh CHRISTIAN PRASENDA Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah terjamah atau sudah tidak alami lagi yang telah terganggu oleh lingkungan luar, dan tanah tidak terganggu (undistrub soil) yaitu tanah yang belum terjamah atau masih alami yang tidak terganggu oleh lingkungan luar. Akan tetapi dalam penelitian ini cukup dengan pengambilan sampel dengan cara disturb soil (tanah terganggu). Sampel tanah diambil di beberapa titik pada lokasi pengambilan sampel menggunakan cangkul sedalam 50 cm, hal ini dilakukan agar membuang tanah-tanah yang mengandung humus dan akar-akar tanaman. Sampel tanah tersebut digunakan untuk pengujian analisis saringan, batas-batas konsistensi, pemadatan (proctor modified) dan CBR. Pengambilan sampel tanah terganggu (disturb) cukup dimasukan kedalam karung.Pengambilan sampel tanah tersebut sesuai dengan kebutuhan tanah yaitu sebanyak 120 kg, yang digunakan untuk percobaan sebanyak 20 sample dan masing-masing sample memerlukan tanah kurang lebih 6 kg. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji analisis saringan, uji berat jenis, uji kadar air, uji batas-batas konsistensi, uji proctor modified, uji CBR dan peralatan lainnya yang ada di Laboratorium MekanikaTanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing Material (ASTM). Penelitian ini yaitu tanah lunak dengan klasifikasi lempung lunak dengan plastisitas rendah yang berasal dari Rawa Sragi, Kecamatan Jabung, Lampung Timur. Meninjau dari penelitian terdahulu yang mengatakan jenis tanah lempung lunak, salah satunya berada di lokasi tersebut. Tanah tersebut sebelum diuji, dijemur terlebih dahulu untuk memudahkan dalam proses penyaringan agar butirannya tidak melekat satu sama lain, kemudian diayak lolos saringan No. 4 (4,75 mm). Pasir yang digunakan pasir kali yang diambil dari Desa Fajar Bulan, Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Metode pencampuran sample tanah dengan menggunakan pasir adalah : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pasir sebagai campuran dengan variasi presentase pasir yaitu : 5%, 10% dan 15%. Data-data yang digunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut : a. Nilai Analisis Saringan; Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-2216. b. Nilai Berat Jenis; Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos saringan No. 40. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji hydrometer, maka tanah harus lolos saringan # 200 (diameter = 0.074 mm). Uji berat jenis ini menggunakan standar ASTM D-854. c. Nilai Kadar Air d. Nilai Batas Atterberg; a). Batas Cair (Liquid Limit) Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-4318. Dan b). Batas Plastis (Plastic limit) Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai batas plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-4318. e. Nilai Pemadatan Tanah; Tujuannya adalah untuk menentukan kepadatan maksimum tanah dengan cara tumbukan yaitu dengan mengetahui hubungan antara kadar air dengan kepadatan tanah. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D- 1557 yaitu pencampuran kemudian di padatkan. f. Nilai CBR Tanah Asli; Tujuannya adalah untuk menentukan nilai CBR dengan mengetahui kuat hambatan campuran tanah dengan pasir terhadap penetrasi kadar air optimum. g. Nilai CBR Campuran Tanah + Kadar Pasir (persentase kadar Pasir yang digunakan adalah 5%, 10% dan 10%) Pemakaian kadar pasir sebagai bahan stabilisasi terhadap tanah lempung plastisitas rendahmampu menaikkan nilai berat jenis tanah pada setiap penambahanpasirnya. Pada hasil pengujian batas Atterberg, kadar campuran pasirdapat menaikkan nilai batas plastis. Nilai indeks plastisitas pada masing- masing kadar campuran pasir mengalami penurunan. Sedangkan untuk nilai batas cair untuk kadar pasir mengalami penurunan. Nilai CBR pada pencampuran kadar pasir mengalami kenaikan nilai CBR meskipun tidak terjadi peningkatan nilai CBR standard maupun CBR Modified yang tidak terlalu signifikan dengan hasil yang lebih besar pada CBR modified. Pada pengujian dapat dilihat bahwa penggunaan CBR modified lebih baik dibandingkan menggunakan CBR standard, hal ini disebabkan oleh proses pemadatan yang lebih banyak sehingga membuat daya dukung tanah menjadi lebih besar. Dari penjelasan diatas, penelitian ini menggunakan sampling design : Probability Simple Random Sampling, karena Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan campuran pasir dengan variasi campuran sebanyak 5%,10% dan 15% dan tanah yang diambil meliputi tanah terganggu dan tidak terganggu . Setelah itu dilakukan pengujian CBR, Berat Jenis, Batas-batas Atterberg untuk setiap sampel. Semakin banyak variasi campuran pasir yang ditambahkan mengakibatkan kadar air semakin menurun yang akan membuat nilai daya dukung tanah meningkat, nilai berat jenis dan batas plastis meningkat, sedangkan nilai batas cair dan indeks plastisitasnya menurun. TUGAS AKHIR IV ‘STUDI KEKUATAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN AIR TAWAR DAN AIR LAUT SEBAGAI AIR PENCAMPUR’ oleh RISKA PUSPITASARI Kebutuhan air bersih dalam kehidupan sehari hari semakin meningkat namun potensi sumber air semakin kecil sehingga perlu memikirkan alternatif penggunaan air untuk pekerjaan konstruksi. Dalam kaitan ini, diadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan kekuatan mortar yang menggunakan air laut dan air tawar. Penelitian ini bersifat eksperimental yang membuat mix desain mortar silinder ukuran diameter 57 mm dan tinggi 100 mm, dan benda uji balok berukuran 100 mm x 100 mm x 400 mm untuk kuat lentur mortar. Perawatan benda uji masing-masing menggunakan air tawar saja dengan perendaman umur 1, 3, 7 dan 28 hari. Dalam pembuatan mortar, air merupakan salah satu faktor penting, karena air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air untuk pembuatan mortar minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-lain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum. Air laut mengandung sampai 35.000 ppm (3,5%) garam dan umumnya hanya dapat dipakai untuk beton tanpa tulangan. Meskipun kekuatan awalnya lebih tinggi dari beton biasa, setelah 28 hari kekuatannya akan lebih rendah. Pengurangan kekuatan ini dapat dihindari dengan mengurangi faktor air semen.Penggunaan air laut dimungkinkan untuk digunakan dengan syarat pada lingkungan maritime harus mempunyai factor air semen lebih kecil dari 0.45 dan tebal selimut beton sedikitnya 7.5 mm. Admixture (bahan tambah) didefinisikan sebagai material selain air, agregat, semen dan fiber yang digunakan dalam campuran beton atau mortar, yang ditambahkan dalam adukan segera sebelum atau selama pengadukan dilakukan (ACI 116R-2000). Penelitian yang dilakukan adalah uji ekperimental, dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti dan mengacu pada peraturan SNI (Standar Nasional Indonesia) serta literaturliteratur yang berkaitan. Sumber air laut yang digunakan berasal dari Pantai Barombong Agregat halus (pasir) dari sungai Bili-Bili, Kabupaten Gowa. Dengan embuatan Benda Uji silinder ∅5 x 10 cm dan Pembuatan Benda Uji Balok 10 x 10 x 40 cm Dari penjelasan penelitian, jenis sample yang digunakan adalah Sampling-Stratified Random Sampling, karena menggunakan 2 bahan yang heterogen yaitu jenis air tawar dan air laut dalam pencampuran mortar. TUGAS AKHIR V ‘ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA MAKASSAR BERBASIS SPATIAL’ oleh ANDI IKMAL MAHARDY Kota Makassar merupakan ibu kota provinsi Sulawesi selatan yang juga tidak terlepas dari masalah banjir. sebanyak 24 kelurahan di enam kecamatan dengan total luas wilayah terdampak banjir mencapai 22,45 km2 atau sekitar 14, 3 persen (%) dari total luas wilayah kota makassar sebesar 176,77 km2 (BPS Makassar2014). Pemetaan daerah rawan banjir di Kota Makassar dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) berbasis spasial dilakukan untuk mengklasifikasi zona banjir yang berada di kota Makassar berdasarkan Draft revisi Rencana Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Makassar 2010-2030. Selain itu, untuk mengidentifikasi jumlah ruas jalan yang terdampak banjir dilakukan dengan menggunakan hasil pemetaan wilayah rawan banjir berbasis spasial sehingga, dapat di ketahui persebaran luasan zona rawan banjir berada pada enam kawasan terpadu berdasarkan draft Revisi RTRW kota Makassar 2010-2030 dan jumlah ruas jalan yang terdampak banjir di kota Makassar sebanyak 77 ruas jalan. Waktu pengamatan dilakukan mulai Januari hingga April 2014 selama 7 kali pada hari dan waktu yang berbeda berdasarkan waktu hujan turun yang dapat menyebabkan banjir yaitu pada tanggal 23, 24, 26, 29 dan 30 Januari 2014 dan 4 hingga 5 April 2014. Meninjau lokasi banjir di beberapa wilayah yang di identifikasikan rawan banjir berdasarkan informasi yang ada. Pengumpulan data: a. Data primer = hasil survei dan observasi lapangan. Pengambilan data dilakukan dengan tinjauan langsung lokasi banjir di beberapa tempat untuk mengetahui letak kordinat wilayah terdampak banjir agar terposisi pada proses pemetaan. b. Data sekunder = Data Kependudukan Kota Makassar tahun 2013 Data Penduduk Kota Makassar tahun 2013 bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk yang bermukim di setiap kecamatan yang berada di zona rawan banjir. Metode analisis yang dipakai, adalah Analisis Deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan Dari penejelasan penelitian tersebut maka metode sample yang digunakan adalah Purposive Random Sampling, karena masyarakat pada daerah tersebut tetap tinggal menetap secara administrative dan tercatat sebagai penduduk didaerah penelitian yang mengalami dampak banjir.