Uploaded by User55331

05 Ulumul Hadis

advertisement
PELESTARIAN HADITS PADA MASA RASUL, SAHABAT, DAN
TABI’IN
MAKALAH
Mata Kuliah : Ulumul Hadist
Dosen Pengampu : Ma’murotussa’adah
HALAMAN JUDUL
Kelompok 5 :
Azkiya Dzil Izzati
(1908056003)
Dwi Zuli Anas
(1908056016)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
3
A. Latar belakang ...................................................................................
3
B. Rumusan masalah ..............................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................
4
A. Pelestarian hadis ................................................................................
4
B. Pentadwinan Hadis ............................................................................
8
C. Ciri-ciri Pelestarian Hadis .................................................................
9
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 10
A. Kesimpulan ........................................................................................ 10
B. Saran .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11
ii | ULUMUL HADITS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Begitu rumitnya proses pelestarian hadis telah menjadi sorotan yang
serius bagi para orientalis untuk melemahkan Islam dari sisi ini. Secara
umum, mereka berpendapat bahwa dalam perkembangan hadis telah
terjadi sedemikian banyak kesimpangsiuran dan perbedaan dikalangan ahli
hadis terhadap hadis yang diriwayatkan nya yang pada akhirnya
menghasilkan sedemikian banyak karya yang tidak sesuai dengan tradisi
masa awal, belum lagi ditambah dengan adanya hadits-hadits ajaib yang
berlebihan dan tidak masuk akal. Karena itu diperlukan usaha-usaha
pelestarian
hadits
sehingga
hadits-hadits
tersebut
tetap
terjaga
kevaliditasannya.
Proses pelestarian tradisi Rasul telah mengalami perjalanan panjang
dan berliku baik dalam aspek lisan maupun perbuatan. Dimulai dari tukar
menukar informasi hingga penghimpunan hadis dalam bentuk tulisan. Para
ulama hadis mengantisipasi dengan mengkritik dan mengklarifikasi hadishadis sesuai dengan stratifikasi dan kevaliditasannya dalam bentuk berupa
kitab-kitab hadis yang mereka tulis.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pelestarian hadis pada masa Rasul, Sahabat, dan Tabi’in ?
2. Bagaimana proses pentadwinan hadis ?
3. Bagaimana ciri-ciri usaha pelestarian hadits di ketiga masa tersebut ?
3 | ULUMUL HADITS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelestarian Hadits
Sejak awal munculnya Islam dengan Nabi Muhammad sebagai
pemegang hak prerogatif keagamaan setelah Allah, para sahabat beliau
selalu berkonsultasi tentang berbagai hal dan masalah-masalah kepada
nabi. Dalam kondisi masyarakat yang ‘ummi (kurang kemampuan bacatulis) para sahabat memang lebih mengandalkan pada hafalan yang diakui
luar biasa. Namun demikian, bukan berarti tulisan atau tradisi tulis menulis
tidak ada.
Hadits dengan segala macamnya yang sekarang sampai di tengah
kita dalam bentuk tertulis di dalam kitab-kitab hadis, pada mulanya adalah
suatu hasil kesaksian. Yakni hasil kesaksian sahabat Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam terhadap sabda, perbuatan, penetapan (taqrir) serta hal
ihwal atau sifat-sifat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dari cara yang
digunakan Nabi menyampaikan haditsnya.1
Apa yang disaksikan oleh sahabat itu lalu disampaikan kepada orang
lain (sebagai penerimanya) seperti Sahabat, Al Mukhadramin, atau Tabi’in.
Al Mukhadramin adalah orang-orang yang hidup pada zaman Nabi dalam
keadaan Islam, namun tidak sempat menemui Nabi dan mendengarkan
hadits dari beliau.2 Al Mukhadramin dan Tabi’in yang menerima riwayat
hadits tadi lalu menyampaikan hadis itu kepada Tabi’in dan atau Tabiut
Tabi’in (generasi umat Islam sesudah Tabi’in). Dan demikian seterusnya,
sehingga hadis itu akhirnya sampai kepada para periwayat yang
melakukan kegiatan penghimpunan hadis. Buah karya para penghimpun
hadis (Al Mukharrij) itulah yang menjadi sumber pengetahuan dan rujukan
hadis pada zaman berikutnya sampai pada zaman sekarang.3
1
M. Erfan Soebahar, 2012, Periwayatan dan Penulisan Hadis Nabi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang), hlm 24
2
http://hapidzcs.blogspot.com/2012/01/golongan-mukhadramin.html?m=1
3
M. Erfan Soebahar, 2012, Periwayatan dan Penulisan Hadis Nabi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang), hlm 25
4 | ULUMUL HADITS
Cara periwayat memperoleh dan menyampaikan hadis pada zaman
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak sama dengan zaman-zaman
sesudahnya karena setiap zaman memiliki ciri khas sesuai dengan
kekhasan tantangan zaman itu sendiri.
1. Periwayatan hadits di Masa Rasul
Pada masa Rasulullah hadits yang diterima oleh para sahabat cepat
tersebar di masyarakat. Hal itu karena para sahabat pada umumnya sangat
berminat untuk memperoleh hadis nabi dan kemudian berminat
menyampaikannya kepada orang lain. Hal demikian terbukti dari
pengakuan sahabat sendiri seperti Umar bin Khattab, Malik bin al
Huwairi, dan Abi Bakrah.4
Hadis yang diterima oleh para sahabat ada yang dihafal dan ada pula
yang dicatat. Sahabat yang banyak menghafal hadits diantaranya, Abu
Hurairah; dan banyak yang banyak mencatat hadits diantaranya, Abu Ali
Bin Abi Thalib, ‘Abdullah bin Amr bin al-'ash, serta ‘Abdullah bin
‘Abbas.
Dari paparan di atas jelas bahwa periwayatan hadis pada zaman Nabi
berjalan lancar. Kelancaran tersebut terjadi karena dua hal. Pertama,
karena cara yang ditempuh oleh Nabi dalam menyampaikan hadits; dan
kedua, karena minat yang begitu besar dari para sahabat untuk
memperoleh Hadits.5
2. Periwayatan Hadis pada Masa Sahabat
Periode kedua sejarah perkembangan hadis, adalah masa Sahabat,
khususnya masa Khulafaur Rasyidin yang berlangsung sekitar 11 H
sampai dengan 40 H. masa ini disebut juga dengan masa Sahabat besar.
Karena pada masa ini para Sahabat masih terfokus pada
pemeliharaan dan penyebaran Al-Quran, maka periwayatan hadis belum
begitu berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya. Oleh
karena itu, masa ini oleh para Ulama dianggap sebagai masa yang
4
Abdul Fatah Idris, 2012, Studi Analisis Tahrij Hadis-Hadis Prediktif dalam Kitab Al-Bukhari,
(Semarang: DIPA IAIN Walisongo Semarang) hlm 75.
5
M. Erfan Soebahar, 2012, Periwayatan dan Penulisan Hadis Nabi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang), hlm 28-29
5 | ULUMUL HADITS
menunjukkan adanya pembatasan periwayatan. Pada masa ini para sahabat
terfokus kepada hal-hal berikut :
a. Menjaga Pesan Rasul
Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rasul SAW berpesan
kepada para Sahabat agar berpegang teguh kepada Al-Quran dan hadis
serta mengajarkannya kepada orang lain. Kecintaan mereka kepada
Rasul dibuktikan dengan melaksanakan segala yang dicontohkannya.
b. Berhati-hati dalam Meriwayatkan dan Menerima Hadis
Perhatian para sahabat pada masa ini terfokus pada usaha
memelihara dan menyebarkan Al-Quran. Ini terlihat dari bagaimana
Al-Quran dibukukan pada masa Abu Bakar atas saran Umar bin
Khattab. Usaha pembukuan ini diulang juga pada masa Usman bin
Affan, sehingga melahirkan mushaf Utsmani. Satu disimpan di
Madinah yang dinamai mushaf Al Imam, dan yang 4 lagi masingmasing disimpan di Mekah, Basrah, Syria, dan Kufah. Sikap
memusatkan perhatian terhadap Al-Quran bukan berarti mereka lalai
terhadap hadis. Mereka memegang hadis seperti halnya yang diterima
dari Rasul SAW secara utuh ketika beliau masih hidup. Akan tetapi
dalam meriwayatkan, mereka sangat berhati-hati dan membatasi diri.
Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang dilakukan
para sahabat, disebabkan mereka khawatir terjadinya kekeliruan, yang
padahal mereka sadari bahwa hadis merupakan sumber tasyri’ setelah
Al-Quran, yang harus terjaga dari kekeliruannya sebagaimana AlQuran. Oleh karenanya, para Sahabat khususnya Khulafaur Rasyidin
dan Sahabat lainnya, seperti Al Zubair, Ibnu Abbas, dan Abu Ubaidah
berusaha memeperketat periwayatan dan penerimaan hadis.6
3. Periwayatan Hadis pada Masa Tabi’in
Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan Tabi’in
tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh Sahabat. Mereka mengikuti
jejak para Sahabat sebagai guru-guru mereka. Pada masa ini, Al-Qur’an
sudah dikumpulkan dalam satu mushaf. Di pihak lain, usaha yang telah
6
Munzier, 1993, Ilmu Hadiz, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm 79-81.
6 | ULUMUL HADITS
dirintis oleh para Sahabat, pada masa Khulafaur Rasyidin, khususnya masa
kekhalifahan Usman para sahabat ahli hadis menyebar ke beberapa
wilayah kekuasan islam. Kepada merekalah para Tabi’in mempelajari
hadis.
Ketika pemerintahan dipegang oleh Bani Umayah, wilayah
kekuasaan Islam sampai meliputi Mesir, Persia, Iraq, Afrika Selatan,
Samarkand dan Spanyol, di samping Madinah, Mekkah, Basrah, Syam dan
Khurasan. Sejalan dengan pesatnya perluasan wilayah kekuasaan Islam,
penyebaran para sahabat ke daerah tersebut terus meningkat, sehingga
masa ini dikenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadis.
a.
Pusat-pusat Pembinaan Hadis
Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan
hadis, sebagai tempat tujuan para Tabi’in dalam mencari hadis. Kotakota
tersebut,
ialah
Madinah
Al-Munawwarah,
Makkah
Al-
Mukarramah, Kufah, Basrah, Syam, Mesir, Magribi dan Andalus,
Yaman dan Khurasan. Dari para Sahabat pembina hadis pada kota
tersebut, ada beberapa orang yang meriwayatkan hadis cukup banyak,
antara lain Abu Hurairah, Abdullah Ibnu Umar, Anas Ibnu Malik,
Aisyah, Abdullah Ibnu Abbas, Jabir Ibnu Abdillah, dan Abi Sa’id Al
Khudri.
Pusat pembinaan pertama adalah Madinah, karena disinilah Rasul
menetap setelah Hijrah. Disini pula Rasul SAW membina masyarakat
Islam yang di dalamnya terdiri Muhajirin dan Ansar dari berbagai suku
atau kabilah, di samping dilindunginya umat-umat nonmuslim, seperti
Yahudi. Para sahabat yang menetap disini, diantaranya Khulafaur
Rasyidin, Abu Hurairah, Siti ‘Aisyah, Abdullah Ibnu Umar, dan Abu
Sa’id Al Khudri, dengan menghasilkan para pembesar Tabi’in, seperti
Sa’id Ibnu Al Musyayyab, Urwah Ibnu Zubair, Ibnu Syihab Al Zuhri,
Ubaidillah Ibnu Utbah Ibnu Mas’ud, dan Salim Ibnu Abdillah Ibnu
Umar.
7 | ULUMUL HADITS
b.
Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadis
Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa Sahabat, setelah
terjadinya Perang Jamal dan Perang Siffin, yaitu ketika kakuasaan
dipegang oleh Ali bin Abi Talib. Akan tetapi, akibatnya cukup panjang
dan berlarut-larut dengan terpecahnya Umat Islam ke dalam beberapa
kelompok (Khawarij, Syi’ah, Mu’awiyah, dan golongan mayoritas yang
tidak masuk ke dalam 3 kelompok tersebut.)
Pergolakan politik ini cukup memberikan pengaruh terhadap
perkembangan hadis berikutnya. Pengaruh yang langsung dan bersifat
negatif, ialah dengan muculnya hadis-hadis palsu untuk mendukung
kepentingan politik masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan
posisi lawan-lawannya.
Adapun pengaruh yang bersifat positif, adalah lahirnya rencana dan
usaha mendorong diadakannya kodifikasi (tadwin) hadis, sebagai upaya
penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat dari
pergolakan politik tersebut.7
B. Pentadwinan Hadis
Usaha ini dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin
Abdul Aziz (Khalifah ke 8 Bani Umayyah), melalui intruksinya kepada
para pejabat daerah agar memperhatikan dan mengumpulkan hadis dari
para penghafalnya. Kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm
(gubernur Madinah) beliau mengintruksikan untuk mengumpulkan hadis.
Intruksi yang sama juga ia tunjukkan kepada Muhammad bin
Syihhab Al Zuhri, yang dinilainya sebagai orang yang lebih banyak
mengetahui hadis daripada yang lainnya.
Abu Bakar bin Hazm berhasil menghimpun hadis dalam jumlah,
yang menurut para Ulama’ kurang lengkap. Sedang Ibnu Syihab Al Zuhri
berhasil menghimpunnya, yang dinilai oleh para Ulama’ lebih lengkap.
Akan tetapi, sayangnya karya kedua Tabi’in ini lenyap dan tidak sampai
pada generasi sekarang.8
7
8
Munzier Suparta, 1993, Ilmu Hadis, (Jakarta: Raja Grafindo Parsada), hlm 85-88.
Munzier Suparta, 1993, Ilmu Hadis, (Jakarta: Raja Grafindo Parsada), hlm 89-90.
8 | ULUMUL HADITS
C. Ciri-ciri Pelestarian Hadits
Ciri pelestarian hadis dari ketiga masa di atas dapat dilihat dari tabel di
bawah ini.
Cara
Memperoleh
Hadis
Masa Nabi
Masa Sahabat
Masa Tabi’in
Langsung
Melalui para sahabat,
Melalui riwayat
dari Nabi
serta para istri Nabi
dari para sahabat
Cara
Dihafal dan
Pemeliharaan
dicatat para
Hadis
sahabat
Perkembangan
Munculnya
Hadis
Hadis
9 | ULUMUL HADITS
Mulai dikumpulkan
Dibatasi, karena fokus
pengkodifikasian AlQuran
Dibukukan
(tadwin)
Sangat pesat,
hingga dikodifikasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeliharaan hadis mengalami berbagai macam proses yang sangat
panjang. Begitu rumitnya menjaga keaslian hadis hingga ke Rasulullah
merupakan jerih payah ijtihad dari para Ulama’ hadis.
Pada masa Nabi, sahabat memperoleh hadis secara langsung dari
Nabi, namun ada beberapa sahabat yang memeproleh hadis Nadi dari
sahabat lain. Setelah Nabi wafat, hadis mulai dikumpulkan dari para
sahabat dan istri-istri Nabi. Lalu pada masa Tabi’in, hadis Nabi mulai
dikodifikasi dan dibukukan oleh Ibnu Syihab Al Zuhri. Demikian rumitnya
memperoleh keaslian hadis, sudah sepatutnya bagi kita untuk menghargai
usaha para Ulama dalam menjaga keasliannya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tuliasan
ini oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
menbangun duna memperbaiki karya penulis di kemudisn hari.
10 | ULUMUL HADITS
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryadilaga, Alfatih, dkk. 2010. Ulumul Hadis. Yogya: Teras.
2. Soebahar, Erfan. 2012. Periwayatan dan Penulisan Hadis Nabi. Semarang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3. Suparta, Munzier. 1993. Ilmu Hadis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
4. Idris, Abdul Fatah. 2012. Studi Analisis Tahrij Hadis-Hadis Prediktif dalam
Kitab Al-Bukhari. Semarang: DIPA IAIN Walisongo Semarang.
5. http://hapidzcs.blogspot.com/2012/01/golongan-mukhadramin.html?m=1
11 | ULUMUL HADITS
Download