Uploaded by yuugha.thebest

Ilmu Pendidikan (pendidikan non formal berbasis islam)

advertisement
ARTIKEL TENTANG LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Puspo Nugroho, M.Pd.I.
Disusun Oleh :
Nama
: Prayoga Noor Rizki
NIM
: 1710110030
Prodi
: PAI – A/ Semester 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
2018
1. Majlis Taklim
Secara etimologis, majlis taklim dapat diartikan sebagai tempat untuk melaksanakan
pengajaran atau pengajian agama Islam. Dalam perkembangannya, majlis taklim tidak lagi
terbatas sebagai tempat pengajaran saja, tetapi telah menjadi lembaga atau institusi yang
menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama Islam. Majlis taklim, sebagai lembaga
pendidikan non formal Islam, mempunyai kedudukan yang penting di tengah masyarakat
muslim Indonesia, antara lain; Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan
kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah swt.
Taman rekreasi rohaniah, Wadah silaturahmi yang menghidupsuburkan syiar Islam, Media
penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa.
Ditinjau dari kelompok sosial dan dasar pengikat jama’ahnya, majelis taklim dapat
dikelompokkan dalam beberapa macam : majelis taklim yang pesertanya terdiri dari jenis
tertentu seperti kaum bapak, kaum ibu, remaja dan campuran (tua, muda,pria dan wanita)
;majelis taklim yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga sosial keagamaan, kelompok
penduduk disuatu daerah, istansi dan organisasi tertentu.
Metode penyajian majelis taklim dapat dikategorikan menjadi: (a) Metode ceramah,
terdiri dari ceramah umum, yakni pengajar /ustad/kiai bertindak aktif memberikan pengajaran
sementara jama’ahnya pasif, dan ceramah-ceramah khusus, yaitu pengajar dan jama’ah samasama aktif dlam bentuk diskusi; (b) metode halaqah, yaitu pengajar membacakan kitab
tertentu, sementara jama’ah mendengarkan; (c) metode campuran, yakni melaksanakan
berbagai metode sesuai kebutuhan.
Materi yang dipelajari dalam majelis taklim mencakup; pembacaan al-qur’an serta
tajwidnya, tafsir bersama ulum al-qur’an, hadis dan mustalah-nya, fikih dan usul fikih,
tauhid, akhlaq, ditambah lagi dengan materi-materi yang dibutuhkan para jama’ah misalnya
masalah penanggulangan kenakalan pada anak, masalah undang-undang perkawinan, dan
lain-lain. Majelis taklim dikalangan masyarakat betawi biasanya memakai buku-buku
berbahasa Arab atau bahasa Arab Melayu seperti tafsir jalalain, nail al-authar, dan lain-lain.
Pada majelis-majelis taklim lain dipakai juga kitab-kitab yang berbahasa Indonesia sebagai
pegangan, misalnya fikih Islam karangan Sulaiman Rasyid dan beberapa buku terjemahan.
2. Remaja Masjid
Remaja masjid adalah suatu organisasi kepemudaan yang diadakan di setiap masjid
yaitu semua muslim yang sudah akil balig yang berkediaman di sekitar masjid.Dalam
praktek, organisasi ini diisi oleh sekumpulan orang. Biasanya disebut pengurus yang
memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian pengaturan hubungan
antara pengurus dan pembagian tugas antara mereka berjalan dengan baik dan efektif. Tetapi
tentu saja organisasi tersebut bukanlah statis melainkan dinamis berkembang sesuai dengan
ruang dan waktunya.
Remaja masjid adalah merupakan organisasi masjid dengan demikian berarti sebuah
badan yang terdiri dari para pengurus masjid yang mengelola dan mengurus masjid.
Organisasi masjid ini sangat penting keberadaannya untuk memaksimalkan fungsi masjid
baik sebagai tempat ibadah maupun sosial kemasyarakatan. Untuk mewujudkan organisasi
masjid yang baik tentu saja harus didukung oleh :
2
a. Tenaga manusia.
b. Pengurus yang terampil
c. Modal atau dana yang cukup
d. Alat dan sarana penunjang
e. Sikap mental dari anggotanya
Hal ini mengisyaratkan bahwa struktur organisasinya betul-betul harus ditata
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Dalam tingkat
sosial yang sederhana organisasi harus dibuat sederhana. Sementara dalam tataran sosial yang
kompleks maka organisasi pun harus disusun sesuai keadaannya. Masjid merupakan salah
satu sarana dakwah yang sangat penting, karena itu keberadaan remaja masjid juga dianggap
penting. Remaja masjidlah yang menggerakkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi
masyarakat sekitar dan memberdayakan pemuda-pemuda setempat. Organisasi remaja masjid
berusaha membumikan bilai-nilai ideal ajaran agama. Ini berarti yang mereka rasakan sebagai
nilai-nilai ideal ajaran agama ke dalam kehidupan nyata sebagai upaya penyelesaian
persoalan-persoalan kemasyarakatan.
Ada beberapa kegiatan yang biasanya dilaksanakan oleh remaja masjid, semisal
ceramah agama, pelatihan leadership, training motivation dan lain sebagainya. Mereka juga
tak jarang menghandle acara-acara keagamaan seperti peringatan maulid dan Isra Mi’raj Nabi
Besar Muhammad saw, peringatan satu Muharram dan kegiatan nuzul al-Qur’an pada Bulan
Suci Ramadhan. Dengan demikian remaja masjid termasuk lembaga pendidikan non formal
yang banyak memberikan kontribusi bagi pendidikan Islam.
3. Pesantren Kilat
Pengertian Pesantren kilat (sanlat) yang dimaksudkan di sini adalah kegiatan yang
biasa dilakukan pada waktu hari libur sekolah yang seringnya diadakan pada bulan puasa dan,
diisi dengan berbagai bentuk kegiatan keagamaan seperti, buka bersama, pengajian dan
diskusi agama atau kitab-kitab tertentu, shalat tarawih berjama’ah, tadarus al-qur’an dan
pendalamannya, dan lain sebagainya. Jelasnya, kegiatan ini merupakan bentuk kegiatan
intensif yang dilakukan dalam jangka tertentu yang diikuti secara penuh oleh peserta didik
selama 24 jam atau sebagian waktu saja dengan maksud melatih mereka untuk menghidupkan
hari-hari dan malam-malam bulan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan ibadah. Yang pasti
bahwa kegiatan yang dijalankan di sini ada mencontoh apa yang dilakukan di pesantrenpesantren pada uumnya baik yang bersifat salaf maupun yang modern. Tujuan dan target
kegiatan pesantren kilat:
a. Memberi pemahaman yang menyeluruh tentang pentingnya menghidupkan hari-hari
dan malam-malam Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan positif (ibadah).
b. Meningkatkan amal ibadah peserta didik dan guru atau yang lainnya pada bulam
Ramadhan yang arahnya mendorong pembentukan kepribadian peserta didik baik
secara rohani maupun jasmani dengan melakukan penghayatan terhadap ibadah puasa
dan amal-amal ibadah yang ia kerjakan .
c. Memberikan pemahaman yang mendalam kepada para peserta didik tentang ajaran
agama dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3
d. Meningkatkan syi’ar Islam baik untuk tujuan persuasif rekruitmen peserta didik dalam
partisipasi kegiatan keagamaan maupun untuk tujuan pembangunan opini dan citra
positif nan semarak dalam bulan puasa.
e. Mengisi waktu luang dengan lebih memakai dan memperdalam iman dan takwa.
Kegiatan pesantren kilat memerlukan inprovisasi dari setiap penyelenggaranya
dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik yang mengikutinya. Kegiatan pesantren kilat
(sanlat) ini bisa diselenggarakan denga dua model, yaitu dengan mengasramakan para peserta
agar dapat mengikuti kegiatan selama 24 jam, atau sebagian waktu saja sehingga peserta
didik tidak perlu diasramakan. Akan tetapi sekedar gambaran berikut ini dijabarkan beberapa
bentuk dan pelaksanakan kegiatan yang bisa diselenggarakan untuk mengisi program
pesantren kilat (sanlat), di antaranya : Kegiatan rutin di bulan ramadhan dilakukan secara
berjama’ah antara lain shalat lima waktu; shalat tarawih; tadarus al-qur’an buka puasa
bersama dan sahur bersama. Kuliah atau ceramah agama menjelang atau setelah shalat
tarawih; dan setelah shalat subuh. Tadarus al-qur’an dilakukan secara terencana dan
terjadwal sedemikian rupa dengan melibatkan seluruh peserta pesantren kilat. Yang efektif
biasanya dilakukan setelah shalat tarawih.
Pengkajian agama, bisa diisi dengan tafsir al-qur’an pengajian kitab-kitab kuning
(klasik) ataupun modren dibidang akidah, akhlaq, fikih dan lainnya, dengan narasumber
tertentu atau guru. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari setelah peserta didik menyelesaikan
tugas-tugas individualnya. Dialog mengenai pengalaman-pengalaman keagamaan yang
didapat selama mengikuti kegiatan pesantren kilat. Kegiatan ini bisa dialokasikan jadwalnya
secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang ada.
4. Raudhatul Athfal
Lembaga pendidikan Islam untuk anak-anak usia prasekolah, yaitu usia 4 sampai 6
tahun yang dikelola oleh masyarakat dengan lama pendidikan 1 atau 2 tahun. Ciri khas taman
kanak-kanak ini terlihat dari upaya pengembangan keimanan dan ketaqwaan yang intensif
pada jiwa anak didik melalui penciptaan suasana keagamaan di kelas dan penjiwaan semua
bidang pengembangan dengan ajaran Islam. Lembaga ini mempunyai beberapa nama, seperti
Bustanul Atfal (Taman Kanak-Kanak) dan Tarbiyatul Atfal (Pendidikan Kanak-Kanak).
Organisasi Muhammadiyah memakai istilah Bustanul Atfal Aisyiah, sedangkan di dalam
Nahdatul Ulama (NU) dipakai dua nama, yaitu Raudhatul Atfal Ma’arif NU dan Taman
Kanak-Kanak Ma’arif NU.
Pendirian Raudhatul Atfal antara lain dimaksudkan agar anak-anak yang beragama
Islam memperoleh pendidikan agama secara dini sejak usia 4 tahun. Pendidikan agama perlu
dimulai pada usia 4 tahun karena dalam teori ilmu pendidikan pada usia ini anak-anak sedang
berada pada masa peka yang cukup tinggi, masa meniru kelakuan orang dewasa, atau disebut
juga masa pembentukan sikap dan kepribadiannya. Pemberian pendidikan agama pada anakanak sejak usia dini bertujuan untuk meletakkan dasar yang kokoh kearah perkembangan
sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta. Semua itu diperlukan anak didik
agar menjadi muslim yang dapat menghayati dan mengamalkan agamanya dengan baik,
berakhlak mulia, dan sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu, sebagai
lembaga pendidikan, Raudhatul Atfal juga merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani serta rohani anak didik seusia dengan sifat alami anak.
Kegiatan pendidikan di Raudhatul Atfal meliputi perkembangan berbagai aspek dalam diri
manusia, yaitu: Aspek moral, Keimanan dan Ketaqwaan, Kedisiplinan, Kemampuan
4
Berbahasa, Daya Cipta, Perasaan/Emosi, Kemampuan Bermasyarakat, Keterampilan,
Pendidikan Jasmani. Perbedaan kegiatan pendidikan Raudhatul Atfal dengan taman kanakkanak pada umumnya pada umumnya terletak dalam segi perkembangan keimanan dan
ketaqwaan. Pada Raudhatul Atfal segi ini dilaksanakan secara intensif melalui cara-cara
sebagai berikut:
a. Membimbing anak didik mengenal Allah SWT dan para utusannya.
b. Menghafal surah-surah pendek dan doa sehari-hari.
c. Praktek Ibadah.
d. Membiasakan mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri.
e. Menanamkan rasa hormat kepada ibu, bapak, para orang tua, dan tokoh-tokoh
masyarakat.
f. Mengenalkan anak didik pada lembaga-lembaga Islam dan berbagai upacara
keagamaan, serta menyantuni orang yang sedang di timpa musibah.
Kurikulum Raudhatul Atfal dirumuskan dalam kurikulum integrasi yang di sebut juga
kurikulum terpadu. Kurikulum integrasi adalah kurikulum yang tidak mengenal batas-batas
mata pelajaran. Bahan pelajaran disajikan dalam bentuk satu kesatuan yang utuh dan tidak
terpisah-pisah. Artinya semua materi pelajaran disajikan dalam bentuk satu unit kegiatan
belajar. Kurikulum integrasi mempunyai tiga bentuk yaitu:
1) Experience curriculum (kurikulum pengalaman), yaitu pengaturan/penyusunan
program kegiatan dilakukan berdasarkan pengalaman kegiatan anak/aktifitas anak,
seperti bermain, bercerita, bepergian, dan bertamasya.
2) Social Function Curriculum (kurikulum fungsi sosial), yaitu pengaturan dan
penyusunan program kegiatan yang didasarkan atas kehidupan anak yang menyangkut
fungsi-fungsi sosial, misalnya kegiatan pelestarian, pelindungan, keagamaan,
kebudayaan, produksi, rekreasi, dan kreasi.
3) Child Centered Curriculum (kurikulum yang dipusatkan pada anak),yaitu
pengaturan/penyusunan program kegiatan yang didasarkan atas pendekatan yang
terpusat pada diri anak.
Akhir
Pembahasan
Selain lembaga pendidikan Islam formal, lembaga pendidikan Islam non formal juga
memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan pendidikan Islam di kalangan
muslim Indonesia. Di antara beberapa lembaga pendidikan Islam non formal yang sangat
berperan dan terus mengalami perkembangan dan kemajuan dengan karakteristiknya masingmasing adalah Pesantren Kilat, Majlis Taklim, Remaja Masjid dan Raudhatul Athfal.
Pesantren Kilat, pada umumnya kegiatan yang diadakan pada bulan suci ramadhan bagi para
murid-murid tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas
guna mengisi kekosongan selama liburan ramadhan. Majlis taklim adalah lembaga pengajian
dan perwiridan bagi para orang tua atau golongan dan kelompok tertentu yang biasanya lebih
didominasi oleh kaum ibu-ibu. Remaja masjid memainkan peranan sebagai pemakmur masjid
yang berasal dari para pemuda sekitar masjid yang menjadi salah satu sentral dakwah Islam.
Sedangkan Raudhatul Athfal adalah lembaga yang dikhususkan bagi anak-anak pra sekolah
5
atau sebelum mereka masuk ke sekolah dasar, untuk memberikan pemahaman awal bagi
mereka mengenai pengetahuan Islam dan lainnya.
Sumber :
http://www.aneka.com/2012/04/lembaga-pendidikan-islam-non-formal.html
Pendapat mengenai pendidikan islam non formal :
Menurut saya, pendidikan islam non formal merupakan suatu pendidikan yang
penting. Dikarenakan pembentukan karakter yang sesuai dengan agama islam perlu
ditanamkan sejak dini, pendidikan dasar bagi seorang anak akan tertanam kuat sehingga
ketika nanti menginjak dewasa pendidikan akan lebih mudah terbentuk. Selain itu,
pendidikan yang ditanamkan dalam pesantren tak kalah penting, bagi seorang yang tidak bisa
belajar kepesantren dianjurkan untuk mengikuti pesantren kilat. Karena pendidikan agama
yang lebih intens perlu diketahui walaupun hanya sekilas dalam sebuah pesantren kilat.
Dalam masyarakat tentu perlu untuk berorganisasi untuk melatih kemandirian diri
khususnya dalam pengembangan agama islam. Peran remaja masjid untuk melatih
kemandirian diri dan juga dalam syi’ar agama tentu dibutuhkan. Sudah seharusnya para
remaja aktif dalam kegiatan agama, selain untuk pengembangan diri, juga berlatih untuk
mensyi’arkan agama islam.
Manusia yang telah mengalami pendidikan informal, dan formal sangat perlu untuk
aktif dalam majlis-majlis yang ada. Karena manusia harus terus belajar untuk menjadi
pribadi-pribadi yang baik. Didalam majlis taklim akan diberikan pengajaran dan pengajian
oleh beberapa ulama mengenai perkembangan masalah yang ada. Karena kehidupan yang
dinamis, masyarakat perlu untuk mengetahui serta menyikapi perkembangan sesuai syariat
yang ada. Maka dari itu, pendidikan islam non formal penting untuk ummat islam. Mulai dari
penanaman karakter hingga belajar tingkat lanjut untuk menyikapi masalah-masalah yang ada
supaya tetap berjalan dalam naungan islamiyyah.
6
Download