Uploaded by Yanti Octaviani

119776981-Hak-Asasi-Manusia-Versi-Islam-dan-Barat

advertisement
TUGAS PKN
Dosen : Adam Rasyid, S.E., M.Si
HAK ASASI MANUSIA VERSI
BARAT DAN ISLAM
ANDI SYAHRIL
361 12 039
1B-D3
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI UJUNGPANDANG
MAKASSAR 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan keapda penulis, sehingga
penulisan makalah yang berjudul “PERBEDAAN HAK ASASI MANUSIA
DALAM
PERSPEKTIF
BARAT
DAN
PERSPEKTIF
BARAT
”
ini
terselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tecurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW serta Keluarga beliau, Para sahabat dan Para pengikut
beliau sampai akhir zaman, amin ya Rabbal Alamin.
Penulis menyadari, bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna,. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun dan untuk perbaikan makalah
yang akan datang. Semoga makalah ini memberikan manfaat khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya, Amin.
Makassar,
Nopember 2012
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFATAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. ..................................................................................................... La
tar Belakang ................................................................................ 1
1.2. ..................................................................................................... R
umusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. ..................................................................................................... Tu
juan dan Kegunaan ..................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................ 3
2.1. ..................................................................................................... Ti
njauan Pustaka ........................................................................... 3
2.1.1. Pengertian HAM ................................................................ 3
2.1.2. Sejarah HAM ..................................................................... 4
2.1.3. HAM dalam konsep Barat ................................................. 6
2.1.4. HAM dalam konsep Islam .................................................. 9
2.1.5. Perbedaan Pandangan antara Islam dan Barat
Tentang HAM ..................................................................... 15
2.2. ..................................................................................................... A
nalisi Masalah ............................................................................. 16
BAB III. PENUTUP ................................................................................. 32
3.1. ..................................................................................................... K
esimpulan .................................................................................... 32
3.2. ..................................................................................................... S
aran ............................................................................................. 33
DAFATAR PUSTAKA ........................................................................... 34
iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi manusia sebagai
pemimpin, setiap manusia harus mengerti terlebih dahulu hak-hak
dasar yang melekat pada dirinya seperti kebebasan, persamaan,
perlindungan dan sebagainya. Hak-hak tersebut bukan merupakan
pembererian seseorang, organisasi, atau Negara, tapi adalah
anugrah Allah yang sudan dibawanya sejak lahir kea lam dunia.
Hak-hak itulah yang kemudian disebut dengan Hak Azazi
Mannusia. Tanpa memahami hak-hak tersebut adalah mustahil ia
dapat menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai khalifah
Tuhan. Namun persoalannya kemudian, apakah setiap manusia
dan
setiap
muslim
sudah
menyadari
hak-hak
tersebut?
Jawabannya, mungkin belum setiap orang, termasuk umat islam
menyadarinya. Hal ini mungkin akibat rendahnya pendidikan atau
sistem social politik dan budaya di suatu tempat yang tidak kondusif
untuk anak dapat bekembang dengan sempurna (Ahmad Kosasih,
HAM dalam Perspektif Islam 2003:5).
Dalam sudut pandang Islam Hak Asasi Manusia suadah
diatur berdasarkan atau berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist.
Karena Al-Qur’an dan Hadist merupakan pedoman hidup bagi
seluruh manusia yang ada di bumi ini pada umumnya dan bagi
umat islam pada khususnya.oleh karena itu umat munusia pada
umumnya dan umat islam pada khususnya apabila tidak ingin hakhaknnya diramapas oleh orang lain, maka hendaknya ia harus
mengetahui hak-haknya dan selalu memperjuangkannya selama
tidak mengambil atau melampui batas dari hak-hak orang lain.
1
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1) Bagaimanakah Hak Asasi Manusia menurut PBB?
2) Perspektif manakah yang diadopsi oleh PBB?
3) Perspektif manakah yang benar antara Barat dan Islam?
4) Bagaimanakah hubungan HAM dalam hukum Islam?
5) Bagaimanakah hukum Islam mengenai HAM?
6) Bagaimanakah HAM di Indonesia?
7) Apa saja Contoh Kasus Pelanggaran HAM Dari Sudut Pandang
Islam?
1.3. Tujuan Dan Kegunaan
1) Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
a. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen kepada
Mahasiswa semester I; Prodi D3-Akuntansi pada Mata
Kuliah PKN
b. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Barat dan Islam
tentang HAM
2) Kegunaan
Kegunaan dari penulisan makalah ini, antara lain:
a. Sebagai
bahan
bacaan
bagi
mahasiswa
yang
ingin
megetahui bagaimana perspekstif Barat tentang HAM dan
perspektif Islam tentang HAM
b. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dalam menulis
Karya Ilmiah
c. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademik,
yang diberikan oleh Dosen
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian HAM
Berikut ini beberapa pengertian tentang hak asasi manusia,
antara lain:
a. Secara etimolgi hak merupakan unsur normative yang
berfungsi
sebagai
pedoman
prilaku
melindumgi
kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang
bagi manusia dalam menjadi harkat dan martabatnya.
Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar
yang dimiliki manusia sebagai fitrah, sehingga tak
satupun
makhluk
mengintervensinya
apalagi
mencabutnya.
b. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB),
dalam
Teaching
Human
Rights,
United
Nations
sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan
bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap
manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia
c. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai hak yang kodrati.
d. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
3
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
2.1.2. Sejarah HAM
Istilah hak asasi manusia baru muncul setelah
Revolusi Perancis, dimana para tokoh borjuis berkoalisi
dengan tokoh-tokoh gereja untuk merampas hak-hak rakyat
yang telah mereka miliki sejak lahir. Akibat dari penindasan
panjang yang dialami masyarakat Eropa dari kedua kaum ini,
muncullah perlawanan rakyat danyang akhirnya berhasil
memaksa para raja mengakui aturan tentang hak asasi
manusia.
Negara yang sering disebut sebagai negara pertama
di dunia yang memperjuangkan hak asasi manusia adalah
Inggris. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak asasi
terjadi di Inggris. Perjuangan tersebut tampak dengan
adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil
disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen tersebut adalah
MAGNA CHARTA. Tindakan sewenang-wenang Raja Inggris
mengakibatkan rasa tidak puas dari para bangsawan yang
akhirnya berhasil mengajak Raja Inggris untuk membuat
suatu perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam
Agung. Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang
prinsip dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan
hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja.
Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan
atau dirampas harta kekayaannya atau diasingkan atau
dengan
cara
apapun
dirampas
hak-haknya,
kecuali
berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna Charta
itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak
tertentu
yang
prinsip
telah
diakui
dan
dijamin
oleh
4
pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya
perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan
bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi
daripada kekuasaan raja.
Perjuangan di negara Inggris memicu perjuanganperjuangan di banyak negara untuk Hak Asasi Manusia.
Seperit misalnya Amerika Serikat dengan Presiden Flanklin
D.Roosevelt tentang “empat kebebasan” yang diucapkannya
di depan Kongres Amerika Serikat tanggal 6 Januari 1941
antara lain kebebasan untuk berbicara dan melahirkan
pikiran (freedom of speech and expression), kebebasan
memilih
agama
sesuai
dengan
keyakinan
dan
kepercayaannya (freedom of religion), kebebasan dari rasa
takut (freedom from fear), kebebasan dari kekurangan dan
kelaparan (freedom from want).
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946,
disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh
organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan
Bangsa-Bangsa
yang
terdiri
dari
18
anggota.
PBB
membentuk komisi hak asasi manusia (commission of
human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di
bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun
kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB
yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima
baik
hasil
kerja
panitia
tersebut.
Karya
itu
berupa
UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau
Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak Asasi Manusia,
yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil
dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan
persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya
5
absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember
diperingati sebagai hari Hak Asasi Manusia.
2.1.3. Hak Asasi Manusia dalam Konsep Barat
Barat mendefinisikan HAM sebagai hak yang melekat
pada diri setiap manusia sejak lahir secara alami tanpa ada
kaitan sama sekali dengan ajaran agama apa pun. HAM
dalam pandangan Barat murni merupakan hasil pemikiran
dan penetapan akal semata, terlepas sama sekali dari
dogma agama. Definisi tersebut melepaskan ikatan HAM
dari doktrin ajaran agama, sehingga norma-norma agama
sama sekali tidak menjadi ukuran penting dalam terminologi
HAM.
Dengan makna HAM seperti ini, maka HAM sering
dihadap-hadapkan dengan agama, sehingga HAM sering
dipahami sebagai sesuatu yang bertentangan dengan ajaran
agama. Bahkan karena HAM sering digunakan untuk
mengkerdilkan agama, akhirnya HAM dianggap sebagai
musuh agama. Berdasarkan definisi tersebut pula, maka
setiap
manusia
berhak
untuk
memenuhi
kebutuhan
biologisnya dengan melakukan aneka hubungan sex yang
diinginkannya, sebagaimana setiap manusia berhak untuk
makan dan minum apa saja yang disukainya. Karenanya,
menurut Barat bahwa perzinahan dan LGBT (Lesbian, Gay,
Bisexual dan Transgender) serta aneka penyimpangan sex
lainnya, adalah merupakan HAM. Begitu pula mengkonsumsi
makanan dan minuman haram, semuanya adalah HAM.
Selain itu, HAM dalam pandangan Barat tidak statis, tapi
berubah-ubah tergantung penilaian akal yang dikuasai hawa
nafsu terhadap situasi dan kondisi serta kepentingan, karena
lepas dari doktrin agama sama sekali. Bisa jadi, sesuatu
6
yang dianggap HAM pada saat ini, namun di kemudian hari
tidak lagi dianggap sebagai HAM. Begitu pula sebaliknya,
sesuatu yang tidak dianggap HAM pada saat ini, namun di
kemudian hari bisa dianggap sebagai HAM. Misalnya, saat
ini mengkonsumsi khamar (miras) di Amerika Serikat
dianggap sebagai HAM, bahkan menjadi gaya hidup
modern.
Padahal
pada
tahun
1919,
pemerintah
AS
menganggap Miras bukan bagian HAM, bahkan AS
menyatakan perang terhadap Miras dan melarangnya sama
sekali.
Saat itu pemerintah AS mengeluarkan UndangUndang Anti Miras yang sosialisasinya menelan biaya US $
60 ribu dan dana pelaksanaannya mencapai Rp.75 Milyar,
sesuai dengan nilai mata uang di zaman itu. Dan
menghabiskan 250 juta lembar kertas berbentuk selebaran.
Selama 14 tahun pemberlakuan UU Anti Miras di AS, telah
dihukum mati sebanyak 300 orang peminum miras dan
dihukum penjara sebanyak 532.335 orang. Tapi ternyata,
masyarakat AS justru makin hobby meminum miras, yang
pada akhirnya memaksa pemerintah mencabut UU Anti
Miras pada tahun 1933 M, dan membebaskan miras sama
sekali. Nah, bisa jadi saat ini mengkonsumsi Narkoba
dianggap musuh besar HAM di berbagai belahan dunia,
namun di kemudian hari justru Narkoba dianggap sebagai
HAM, bahkan gaya hidup masa depan, sebagaimana Kasus
Miras. Gejala itu sudah mulai ada, misalnya sejak beberapa
tahun lalu di Indonesia ada usulan dari Lingkar Ganja
Nusantara kepada Badan Narkotik Nasional dan pemerintah
serta DPR RI agar melegalisasi ganja. Itulah sebabnya, HAM
dalam pandangan Barat tidak memiliki kaidah dan batasan
yang jelas, sehingga manakala definisi HAM mereka
7
berbenturan dengan kepentingan mereka sendiri atau
kemauan hawa nafsu mereka, maka mereka berlindung
dibalik pengecualian-pengecualian atau ketentuan-ketentuan
hukum khusus atau perubahan ketetapan Konvensi HAM.
Dalam istilah modern, yang dimaksud dengan hak
adalah wewenang yang diberikan oleh undang – undang
kepada seseorang atas sesuatu tertentu dan nilai tertentu.
Dan dalam wacana modern ini, hak asasi dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Hak asasi alamiah manusia sebagai manusia, yaitu
menurut kelahirannya, seperti hak hidup, hak kebebasan
pribadi dan hak berkerja.
b. Hak asasi yang diperoleh manusia sebagai bagian dari
masyarakat sebagau anggota keluarga dan sebagai
individu masyarakat, seperti hak memiliki, hak berumahtangga,
hak mendapat
keamanan, hak mendapat
keadilan dan hak persamaan dalam hak. Terdapat
berbagai klasifikasi yang berbeda mengenai hak asasi
manusiamenurut pemikiran barat, diantaranya:
1) Pembagian hak menurut hak materiil yang termasuk
di
dalamnya;
hak keamanan,
kehormatan
dan
pemilihan serta tempat tinggal, dan hak moril, yang
termasuk di dalamnya; hak beragama, hak sosial
dan berserikat.
2) Pembagian
hak
menjadi
tiga:
hak
kebebasan
kehidupan pribadi, hak kebebasan kehidupan rohani,
dan hak kebebasan membentuk perkumpulan dan
perserikatan.
3) Pembagian hak menjadi dua; kebebasan negatif yang
membentuk ikatan-ikatan terhadap negara untuk
8
kepentingan warga; kebebasan positif yang meliputi
pelayanan negara kepada warganya.
Dapat dimengerti bahwa pembagian-pembagian ini
hanya melihat dari sisi larangan negara menyentuh hak-hak
ini. Sebab hak asasi dalam pandangan barat tidak dengan
sendirinya
mengharuskan
negara
memberi
jaminan
keamanan atau pendidikan, dan lain sebagainya. Akan tetapi
untuk membendung pengaruh Sosialisme dan Komunisme,
partai-partai politik di Barat mendesak agar negaraikut
campur-tangan dalam memberi jaminan hak-hak asasi
seperti untuk bekerja dan jaminan sosial. Hak asasi menurut
barat dapat dilihat semakin berkembang sampai saat ini,
bahkan telah banyak pemikiran mereka tentang hak asasi
manusia yang sudah di adopsi kaum Muslim. Sungguh
sangat disayangkan jika hal ini terus berlanjut karena hal ini
semakin hari semakin menjauhkan umat islam dengan
hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah. Sebagai contoh,
sekarang banyak yang menuntut masalah kesetaraan
gender, kecaman terhadap poligami, pernikahan berbeda
agama (muslim-nonmuslim), kebebasan yang sebebasbebasnya.
2.1.4. Hak Asasi Manusia Dalam Konsep Islam
a. Sejarah Hak Asasi Manusia dalam Konsep Islam
Hak asasi manusia dalam islam telah dibicarakan
sejak empat belas abad yang lalu. Hal ini dibuktikan
dengan adanya Piagam Madinah (mitsaq Al- Madinah)
yang terjadi pada saat nabi Muhammad berhijrah ke kota
Madinah. Dalam Dokumen Madinah atau Piagam
Madinah itu berisi antara lain pengakuan dan penegasan
9
bahwa semua kelompok di kota Nabi itu, baik umat
yahudi, umat nasrani, maupun umat islam sendiri, adalah
merupakan suatu bangsa. Dari pengakuan terhadap
semua pihak untuk bekerja sama sebagai suatu bangsa,
di dalam piagam itu terdapat pengakuan mengenai HAM
bagi masing-masing pihak yang bersepakat dalam
piagam itu. Secara langsung dapat dilihat bahwa dalam
piagam
Madinah
itu
HAM
sudah
mendapatkan
pengakuan oleh islam. Pandangan islam yang khas
tentang hak asasi manusia sebenarnya telah hadir
sebelum deklarasi universal HAM PBB pada 18 Shafar
1369 Hijriyah atau bertepatan dengan 10 Desember
1948 Masehi.
Secara internasional umat islam yang terlembagakan
dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 5
Agustus1990 mengeluarkan deklarasi tentang HAM dari
perspektif islam. Deklarasi yang juga dikenal sebagai
“Deklarasi
Kairo”
ketentuantentang
mengandung
hak
asasi
prinsip
manusia
dan
berdasarkan
syari‟ah (Azra). Memang, terdapat prinsip-prinsip HAM
yang universal; sama dengan adanya perspektif islam
universal
tentang
HAM
(huqud
al-insan),
yang
dalambanyak hal komatibel dengan Deklarasi Universal
HAM (DUHAM). Tetapi juga harus diakui, terdapat
upaya-upaya dikalangan sarjana Muslim dan negara
Islamdi
Timur
Tengah
untuk
lebih
mengkontekstualisasikan DUHAM dengan interpretasi
tertentu dalam islam dan bahkan dengan lingkungan
sosial budaya masyarakat-masyarakat muslim tertentu
pula.
10
b. Pandangan Islam Tentang HAM
Dalam Islam definisi HAM adalah hak yang melekat
pada diri setiap manusia sejak lahir sebagai karunia
Allah SWT, sehingga hak tersebut tidak akan pernah
bertentangan dengan Kewajiban Asasi Manusia (KAM)
yang telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasulullah
SAW. Inti dari KAM adalah kewajiban manusia beribadah
kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam
QS.51.Adz-Dzaariyaat : 56 yang terjemahnya : "Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku." Dengan KAM segenap
umat Islam wajib tunduk, patuh dan taat menjalankan
semua perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, serta wajib
pula meninggalkan segala larangan Allah SWT dan
Rasul-Nya, semata-mata hanya untuk mencari ridhoNya. Dengan demikian, HAM tidak berdiri sendiri, tapi
selalu diikat dengan KAM. Jadi, definisi HAM terikat erat
dengan doktrin ajaran agama Islam, sehingga normanorma agama Islam menjadi tolok ukur paling utama
dalam terminologi HAM.
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi
menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh
hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu
yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah
bersabda:
"Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu
haram atas kamu."
(HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja
menahan
melainkan
diri
dari
menyentuh
mempunyai
kewajiban
hak-hak
asasi
memberikan
ini,
dan
menjamin hak-hak ini.
11
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar
tentang persamaan, kebebasan dan penghormatan
terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam
memandang semua manusia sama dan mempunyai
kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang
dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya
ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13,
yang
artinya
sebagai
berikut
“Hai
:
manusia,
sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan
perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan
bersuku-suku
agar
kamu
saling
mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum adalah
yang paling takwa.”
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin
perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada
perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim
dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu
kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk
berperang demi melindungi hak-hak ini. Dari sinilah
kaum muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orangorang yang tidak maumembayar zakat. Negara juga
menjamin tidak ada pelanggaran terhadap hak-hak ini
dari pihak individu. Sebab pemerintah mempunyai tugas
sosial yang apabila tidak dilaksanakan berarti tidak
berhak untuk tetap memerintah. Allah berfirman:
"Yaitu
orang-orang
kedudukannya
menegakkan
di
shalat,
yang
muka
jika
bumi,
menunaikan
Kami
niscaya
zakat,
teguhkan
mereka
menyuruh
berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar. Dan
kepada Allah-lah kembali semua urusan."
12
(QS. 22: 4)
Dalam islam, juga dikenal hak pribadi masing-masing.
Jaminan pertama hak-hak pribadi dalam sejarah umat
manusia adalah dijelaskan Al-Qur‟an:
"Hai
orang-orang
memasuki
rumah
meminta
izin
yang
beriman,
yang
dan
janganlah
bukanrumahmu
memberi
salam
kamu
sebelum
kepada
penghuninya...dst." (QS. 24: 27-28)
Dalam menjelaskan ayat tersebut, Ibnu Hanbal dalam
Syarah Tsulatsiyah Musnad Imam Ahmad menjelaskan
bahwa orang yang melihat melalui celah-celah pintu atau
melalui lubang tembok atau sejenisnya selain membuka
pintu, lalu tuan rumah melempar atau memukul hingga
mencederai matanya, maka tidak ada hukuman apapun
baginya, walaupun ia mampu membayar denda. Jika
mencari aib orang dilarang kepada individu, maka itu
dilarang pula kepada negara. Penguasa tidak dibenarkan
mencari-cari kesalahan rakyat atau individu masyarakat.
Rasulullah saw bersabda:
“Apabila pemimpin mencari keraguan di tengah manusia,
maka ia telah merusak mereka.”
Imam Nawawi dalam Riyadus-Shalihin menceritakan
ucapan Umar:
“orang-orang dihukumi dengan wahyu pada masa
rasulullah aw. Akan tetapi wahyu telah terhenti. Oleh
karenanya kami hanya menghukumi apa yang kami lihat
secara lahiriah dari amal perbuatan kalian”. Muhammad
Ad-Daghmi dalam At- Tajassus wa Ahkamuhu fi Syari’ah
Islamiyah
berpendapat
mengungkapkan
bahwa
bahwa
tindakanpenguasa
para
ulama
mencari-cari
kesalahan untuk mengungkap kasus kejahatan dan
13
kemunkaran,
menggugurkan
upayanya
dalam
mengungkap kemungkaran itu. Para ulama menetapkan
bahwa pengungkapan kemunkaran bukan hasil dari
mencari-mencari
kesalahan
yang
dilarang
agama.
Perbuatan mencari-cari kesalahan sudah dilakukan
manakala muhtasib telah berupaya menyelidiki gejalagejala kemunkaran pada diri seseorang, atau dia telah
berupaya mencari-cari bukti yang mengarah kepada
adanya perbuatan kemunkaran. Para ulama menyatakan
bahwa setiap kemunkaran yang belum tampak buktibuktinya secara nyata, maka kemunkaran itu dianggap
kemunkaran tertutup yang tidak dibenarkan bagi pihak
lain untuk mengungkapkannya. Jika tidak, maka upaya
pengungkapan ini termasuk termasuk tajassus yang
dilarang agama.
Dasar Islam adalah keadilan yang ditegakkan atas
dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu.
Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa
adanya
kebebasan,
sementara
kebebasan
secara
eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab
itu sendiri. Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat
pada lima hal pokok yang terangkum dalam al-dloruriyat
al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah
fi al-islam (hak-hak asasi manusia dalam Islam). Konsep
ini mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh
setiap individu, yaitu hifdzu al-din (penghormatan atas
kebebasan beragama), hifdzu al-mal (penghormatan
atas
harta
benda),
hifdzu
al-nafs
wa
al-‘ird
(penghormatan atas jiwa, hak hidup dan kehormatan
individu) hifdzu al-‘aql (penghormatan atas kebebasan
14
berpikir) dan hifdzu al-nasl (keharusan untuk menjaga
keturunan).
Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap
umat Islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan
yang lebih manusiawi, berdasarkan atas penghormatan
individu atas individu, individu dengan masyarakat,
masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan
negara dan komunitas agama dengan komunitas agama
lainnya.
2.1.5. Perbedaan Pandangan antara Islam dan Barat Tentang
HAM
Terdapat
perbedaan-perbedaan
yang
mendasar
antara konsep HAM dalam Islam dan HAM dalam konsep
Barat sebagaimana yang diterima oleh perangkat-perangkat
internasional. HAM dalam Islam didasarkan pada premis
bahwa aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di muka
bumi. Sedangkan dunia Barat, bagaimanapun, percaya
bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh hukumhukum negara atau sejumlah otoritas yang mencukupi untuk
tercapainya aturan-aturan publik yang aman dan perdamaian
semesta.
Selain itu, perbedaan yang mendasar juga terlihat dari
cara memandang terhadap HAM
itu sendiri. Di Barat,
perhatian kepada individu-individu timbul dari pandanganpandangan yang besifat anthroposentris, dimana manusia
merupakan ukuran terhadap gejala tertentu. Sedangkan
Islam, menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu
Tuhan Yang Maha Tinggi dan manusia hanya untuk
mengabdi kepada-Nya. Berdasarkan atas pandangan yang
bersifat anthroposentris tersebut, maka nilai-nilai utama dari
15
kebudayaan Barat seperti demokrasi, institusi sosial dan
kesejahteraan ekonomi sebagai perangkat yang mendukung
tegaknya
HAM
itu
berorientasi
kepada
penghargaan
terhadap manusia. Dengan kata lain manusia menjadi akhir
dari pelaksanaan HAM tersebut.
Berbeda keadaanya pada dunia Timur(Islam) yang
bersifat theosentris, larangan dan perintah lebih didasarkan
pada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadist.
Al-Qur’an
menjadi
transformasi
dari
kualitas
kesadaran manusia. Manusia disuruh untuk hidup dan
bekerja diatas dunia ini dengan kesadaran penuh bahwa ia
harus menunjukkan kepatuhannya kepada kehendak Allah
swt. Mengakui hak-hak dari manusia adalah sebuah
kewajiban dalam rangka kepatuhan kepada-Nya.
2.2. Analis Masalah
2.2.1. Bagaimanakah Hak Asasi Manusia menurut PBB?
Tanggal 10 Desember 2012 ini diperingati hari Hak
Asasi Manusia (HAM) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Pengertian HAM yang dimaksudkan di sini adalah
HAM dalam arti universal atau HAM yang dianggap berlaku
bagi semua bangsa. Dimulai dari pengertian dasar, yaitu
hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan atau disebut
juga sebagai hak-hak dasar yang bersifat kodrati. Definisi
HAM sekalipun sudah memiliki rumusan yang kongkret, akan
tetapi masih membawar persoalan yang sesungguhnya
dapat melanggar butir-butir pokok di dalam definisi HAM itu
sendiri. PBB melalui organisasi-organisasi independen
seringkali masih memaksakan definisi HAM berlaku bagi
semua bangsa. Sementara itu, setiap bangsa terbentuk dan
dibentuk dari situasi dan sejarah masa lalu yang berbeda
16
dengan bangsa-bangsa lainnya. Jika saja pemaksaan
kehendak dianggap melanggar HAM, maka pelaksanaan
konsep HAM itu sendiri tidak boleh dipaksakan begitu saja.
Secara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia
lahir
pada
tanggal
memproklamirkan
10
Desember 1948,
Deklarasi
Universal
ketika
HAM.
PBB
Yang
di
dalamnya memuat 30 pasal, yang kesemuanya memaparkan
tentang hak dan kewajiban umat manusia. Secara eksplisit,
HAM adalah suatu yang melekat pada manusia, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia,
sifatnya
tidak dapat
dihilangkan
atau
dikurangi
oleh
siapapun. Adapun isi dalam mukadimah Deklarasi Unuversal
tentang HAM oleh PBB adalah:
a. Pengakuan atas martabat dan hak-hak yang sama bagi
semua anggota keluarga, kemanusiaan dan keadilan di
dunia
b. Menagabaikan dan memandang rendah hak asasi
manusia akan menimbulkan perbuatan yang tidak sesuai
dengan hati nurani manusia
c. Hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum.
d. Persahabatan antara Negara-negara perlu dianjurkan.
e. Memberikan hak-hak yang sama baik laki-laki maupun
perempuan
f. Memberi penghargaan terhadap pelaksanaan hak-hak
manusia dan kebebasan pada umat manusia.
g. Melaksanakan hak-hak dan kebebasan secara tepat dan
benar.
17
2.2.2. Perspektif manakah yang diadopsi oleh PBB?
Pada tanggal 10 Desember 1948, Majelis Umum PBB
mengeluarkan Resolusi 217 A (III) tentang Deklarasi
Universal HAM. Secara umum resolusi tersebut cukup baik,
karena didorong oleh semangat penegakan keadilan bagi
seluruh umat manusia. Namun karena dasar pemikiran
resolusinya bersumber dari HAM Barat, maka sejumlah item
yang diatur di dalamnya bertentangan dengan ajaran
agama, khususnya agama Islam. Pasal 16 resolusi tersebut
adalah "Pasal Kawin Bebas", karena menjamin kebebasan
bagi pria mau pun wanita yang sudah dewasa dengan hak
yang sama untuk menikah tanpa batasan agama dan tanpa
peran Wali Nikah. Padahal dalam pandangan umum Islam
diharamkan "Kawin Beda Agama" dan "Kawin Tanpa Wali".
Dan Pasal 18 resolusi tersebut adalah "Pasal Murtad",
karena menjamin kebebasan bagi setiap orang untuk
berganti agama apa pun, termasuk yang murtad dari Islam.
Padahal dalam Islam setiap muslim diharamkan untuk keluar
dari Islam, bahkan diancam Hukuman Mati.
Jadi, di dalam Majelis Umum PBB yang lebih
mendominasi adalah HAM versi barat.
2.2.3. Perspektif manakah yang benar antara Barat dan Islam?
Definisi HAM yang benar adalah definisi yang
diberikan Islam, yaitu bahwa HAM adalah hak yang melekat
pada diri setiap manusia sejak lahir sebagai karunia Allah
SWT, sehingga hak tersebut tidak akan pernah bertentangan
dengan Kewajiban Asasi Manusia (KAM) yang telah
digariskan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Indonesia
sebagai negara mayoritas berpenduduk muslim terbanyak
dan terbesar di dunia yang memiliki empat pilar negara yang
18
berjiwakan Piagam Jakarta dengan inti Ketuhanan Yang
Maha Esa dan Syariat Islam, maka tidak ada pilihan lain
dalam soal HAM, kecuali hanya boleh mendefinisikan HAM
sesuai dengan definisi Islam. Karenanya, ke depan para
Aktivis Islam dari berbagai Ormas Islam harus mampu
merebut semua posisi keanggotaan di Komnas HAM,
sehingga mampu menjadikan HAM dan KAM sebagai ruh
dan jiwa dalam semua program dan aktivitas Komnas HAM.
2.2.4. Bagaimanakah hubungan HAM dalam hukum Islam?
Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum dalam
Islam memberikan penghargaan yang tinggi terhadap hak
asasi manusia. Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama
bagi umat Islam telah meletakkan dasar-dasar HAM serta
kebenaran dan keadilan, jauh sebelum timbul pemikiran
mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia. Ini dapat
dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam AlQur’an, antara lain :
a. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup,
pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana kehidupan,
misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping itu,
Al-Qur’an juga berbicara tentang kehormatan dalam 20
ayat.
b. Al-Qur’an juga menjelaskan dalam sekitas 150 ayat
tentang ciptaan dan makhluk-makhluk, serta tentang
persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam Surat AlHujarat ayat 13.
c. Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap menentang
kezaliman dan orang-orang yang berbuat zalim dalam
sekitar 320 ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam
19
50 ayat yang diungkapkan dengan kata-kata : ‘adl, qisth
dan qishash.
d. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara
mengenai
larangan
memaksa
untuk
menjamin
kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan
aspirasi. Misalnya yang dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi
ayat 29.
Begitu juga halnya dengan Sunnah Nabi. Nabi
Muhammad saw telah memberikan tuntunan dan contoh
dalam penegakkan dan perlindungan terhadap HAM. Hal ini
misalnya terlihat dalam perintah Nabi yang menyuruh untuk
memelihara hak-hak manusia dan hak-hak kemuliaan,
walaupun terhadap orang yang berbeda agama, melalui
sabda beliau : “Barang siapa yang menzalimi seseorang
mu’ahid (seorang yang telah dilindungi oleh perjanjian
damai) atau mengurangi haknya atau membebaninya di luar
batas kesanggupannya
atau
mengambil sesuatu
dari
padanya dengan tidak rela hatinya, maka aku lawannya di
hari kiamat.”
2.2.5. Bagaimanakah hukum Islam mengenai HAM?
Hukum Islam telah mengatur dan melindungi hak-hak
asasi manusia. Antar lain sebagai berikut :
a. Hak hidup dan memperoleh perlindungan
Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama
bagi manusia, yang merupakan karunia dari Allah bagi
setiap manusia. Perlindungan hukum islam terhadap hak
hidup manusia dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan
syari’ah yang melinudngi dan menjunjung tinggi darah
dan nyawa manusia, melalui larangan membunuh,
ketentuan qishash dan larangan bunuh diri. Membunuh
20
adalah salah satu dosa besar yang diancam dengan
balasan neraka, sebagaimana firman Allah dalam Surat
Al-Nisa’ ayat 93 yang artinya sebagai berikut : “Dan
barang siapa membunuh seorang muslim dengan
sengaja maka balasannya adalah jahannam, kekal dia di
dalamnya dan Allah murka atasnya dan melaknatnya
serta menyediakan baginya azab yang berat.”
b. Hak kebebasan beragama
Dalam
Islam,
kebebasan
dan
kemerdekaan
merupakan HAM, termasuk di dalmnya kebebasan
menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Oleh
karena itu, Islam melarang keras adanya pemaksaan
keyakinan agama kepada orang yang telah menganut
agama lain. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat ALBaqarah ayat 256, yang artinya: “Tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama Islam, sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar dan jalan yang salah.”
c. Hak atas keadilan
Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan
merupakan
disiplin
mutlak
untuk
menegakkan
kehormatan manusia. Dalam hal ini banyak ayat-ayat AlQur’an
maupun
Sunnah
ang
mengajak
untuk
menegakkan keadilan, di antaranya terlihat dalam Surat
Al-Nahl ayat 90, yang artinya : “Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
perbuatan keji , kemungkaran dan permusuhan.”
d. Hak persamaan
Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan
derajat mutlak di antara manusia tanpa memndang
warna
kulit,
ras
atau
kebangsaan,
melainkan
21
menjadikannya realitas yang penting. Ini berarti bahwa
pembagian umat manusia ke dalam bangsa-bangsa, rasras, kelompok-kelompok dan suku-suku adalah demi
untuk adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras
atau suku dapat bertemu dan berkenalan dengan rakyat
yang berasal dari ras atau suku lain.
Al-Qur’an
menjelaskan
idealisasinya
tentang
persamaan manusia dalam Surat Al-Hujarat ayat 13,
yang artinya : ”Hai manusia, sesungguhnya Kami
ciptakan kamu laki-laki dan perempuan, dan Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
di antara kamu adalah yang paling takwa.”
e. Hak mendapatkan pendidikan
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan
dan
pengajaran.
Setiap
orang
berhak
mendapatkan pendidikan sesuai dengan kesanggupan
alaminya. Dalam Islam, mendapatkan pendidikan bukan
hanya merupakan hak, tapi juga merupakan kewajiban
bagi setiap manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh
hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari :
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.”
Di
samping
itu,
Allah
juga
memberikan
penghargaan terhadap orang yang berilmu, di mana
dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11 dinyatakan bahwa
Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang berilmu.
f. Hak kebebasan berpendapat
Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat
dan menyatakan pendapatnya dalam batas-batas yang
ditentukan hukum dan norma-norma lainnya. Artinya
22
tidak seorangpun diperbolehkan menyebarkan fitnah dan
berita-berita yang mengganggu ketertiban umum dan
mencemarkan
nama
baik
orang
lain.
Dalam
mengemukakan pendapat hendaklah mengemukakan
ide atau gagasan yang dapat menciptakan kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Kebebasan berpendapat dan
mengeluarkan pendapat juga dijamin dengan lembaga
syura, lembaga musyawarah dengan rakyat, yang
dijelaskan Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 38, yang
artinya : “Dan urusan mereka diputuskan dengan
musyawarah di antara mereka.”
g. Hak kepemilikan
Islam menjamin hak kepemilikan yang sah dan
mengharamkan
penggunaan
cara
apa
pun
untuk
mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya,
sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat
188, yang artinya : “Dan janganlah sebagian kamu
memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan
harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan harta
benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal
kamu mengetahuinya.”
i.
Hak mendapatkan pekerjaan dan Memperoleh Imbalan
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai
hak, tetapi juga sebagai kewajiban. Bekerja merupakan
kehormatan yang perlu dijamin, sebagaimana sabda
Nabi saw : “Tidak ada makanan yang lebih baik yang
dimakan seseorang dari pada makanan yang dihasilkan
dari tangannya sendiri.” (HR. Bukhari)
Sehubungan
dengan
hak
bekerja
dan
memperoleh upah dari suatu pekerjaan dijelaskan dalam
23
beberapa ayat dalam Al-Qur’an menyatakan sebagai
berikut:
1. ”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik lakilaki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami
berikan kepada mereka ganjaran dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”(Q.s.An-Nahl/16:97) .
2. Dialah yang menajadikan bumi ini mudah bagi kamu,
maka berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah
sebagian dari rizki Nya. Dan hanya kepada Nya lah
kamu kembali (Q.S.Al-Mulk/67:15).
3. Katakanlah,
tiap-tiap
orang
berbuat
menurut
keadaan(keahlian) nya.(Q.S.Al-Israa’/17:84).
Ayat-ayat
di
atas
menunjukkan
bahwa
Islam
memberikan kesempatan kepada manusia untuk
bekerja dan berusaha serta memperoleh imbalan
berupa upah dari apa yang dikerjakannya untuk
mendapatkan penghidupan yang layak bagi dirinnya.
Pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang
hendaklah yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Allah
SWT
juga
mengakui
adanya
jenis-jenis
pekerjaan yang beraneka ragamnya, dan oleh karena
itu,
seseorang
yang
akan
bekerja
itu
harus
ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya
supaya ia bertanggung jawab dengan pekerjaannya
tersebut. Sebab, seseorang yang mengerjakan suatu
pekerjaan yang bukan bidang keahliannya bukan saja
tidak bisa dipertanggungjawabkannya bahkan dapat
mendatangkan bencana bagi orang lain.
24
2.2.6. Bagaimanakah HAM di Indonesia?
Fakta sejarah membuktikan bahwa Piagam Jakarta
22 Juni 1945 yang menolak segala bentuk penjajahan di
atas muka Bumi, lebih dulu ada dari pada Piagam PBB yang
lahir tanggal 24 Oktober 1945. Artinya, Indonesia lebih dulu
memiliki Deklarasi Universal HAM ketimbang PBB. Namun
demikian, aturan HAM secara rinci di Indonesia baru lahir
pasca Reformasi 1998 melalui Amandemen UUD 1945 yang
melahirkan Pasal 28 dan Pasal 28 huruf a s/d j tentang
HAM. Lalu dilanjutkan dengan lahirnya UU No. 33 Th. 1999
tentang HAM yang sekaligus menjadi dasar pendirian Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia yang disingkat Komnas HAM.
Penegakan HAM di Indonesia patut diapresiasi dan wajib
kita dukung. Namun sayang sejuta sayang, pendefinisian
HAM dalam UUD dan UU HAM yang ada masih merujuk
kepada definisi HAM Barat, sehingga pada prakteknya
menjadi bertolak belakang dengan pilar-pilar bangsa dan
negara Indonesia. Buktinya, Komnas HAM di Indonesia
banyak melakukan tindakan yang bertentangan dengan
Asas Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjadi inti
Pancasila dan UUD 1945 sebagai dua pilar utama negara.
Pertama, Pembelaan Komnas HAM terhadap aliran sesat
Ahmadiyah dan aliran-aliran sesat lainnya, yang secara
terang-terangan telah menodai ajaran Islam. Padahal sesuai
dengan UU Penodaan Agama yang tertuang dalam Penpres
No.1 / 1965, UU No.5 Th.1969 dan KUHP Pasal 156a
tentang larangan Penodaan Agama, mestinya semua aliran
sesat yang telah menodai dan menistakan agama ditolak
keras oleh Komnas HAM, bukan dijustifikasi dan dilegitimasi
dengan pembelaan hingga tingkat internasional. Apalagi
sesuai Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
25
dalam Resolusi Majelis Umum PBB No. 2200 A (XXI) Pasal
18 ayat 3 yang memberikan hak kepada negara untuk
melakukan pembatasan hukum yang diperlukan untuk
melindungi keselamatan, ketertiban, kesehatan atau moral
umum, atau hak asasi dan kebebasan orang lain. Ditambah
lagi dengan putusan Sidang PBB di Jenewa - Swiss pada
tanggal 26 Maret 2009 bahwa penodaan agama adalah
pelanggaran HAM. Kedua, Pembelaan Komnas HAM secara
terang-terangan
terhadap
LGBT.
Itu
terlihat
dalam
pembelaan Komnas HAM terhadap Irsyad Manji dan Lady
Gaga yang merupakan icon LGBT Internasional. Bahkan
Komnas HAM pernah terlibat langsung dalam rangkaian
acara "Kontes Waria" di Hotel Bumi Wiyata Jl. Margonda
Raya, Depok - Jawa Barat, pada tanggal 30 April 2010. Dan
kini sudah kesekian kali Komnas HAM mengajukan atau
merestui para Aktivis LGBT ikut Fit and Proper Tes di DPR
RI untuk jadi anggota Komnas HAM. Padahal, LGBT itu
bertentangan dengan ajaran agama Islam dan bertentangan
juga dengan empat pilar utama negara dan bangsa
Indonesia, yaitu : Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal
Ika dan NKRI. Ketiga, Pembelaan Komnas HAM secara
terang-terangan terhadap gerakan Anti Perda Syariah dan
aksi penolakan UU Pornografi, dengan dalih menolak
diskriminasi dan perlindungan terhadap minoritas serta
pelestarian
budaya
dan
adat
istiadat.
Padahal,
pemberlakuan Syariat Islam hanya kepada mayoritas muslim
dan tidak dipaksakan kepada minoritas non muslim,
sehingga tidak ada itu tindak diskriminatif yang merugikan
kalangan
non
muslim.
Bahkan
manakala
mayoritas
diwajibkan tunduk dan patuh kepada Syariat Islam, justru
minoritas akan terlindungi, karena Syariat Islam adalah
26
Syariat Rahmat untuk semesta alam. Soal adat dan budaya,
Islam
selalu
memberi
ruang
pelestarian
dan
pengembangannya selama tidak melanggar norma agama.
Ada pun yang melanggar mesti diluruskan, seperti adat
telanjang tanpa pakaian di depan umum, itu bukan budaya
terpuji, tapi keterbelakangan. Nah, keterbelakangan itu harus
dibina agar berperadaban, bukan dilestarikan agar tetap
primitif. Fakta dan Data di atas sudah cukup membuktikan
bahwa
paradigma
Komnas
HAM
murni
merupakan
paradigma HAM Barat. Bahkan ada indikasi lain yang
menunjukkan bahwa Komnas HAM memang sudah jadi
Antek Barat, antara lain adalah tingginya tingkat pembelaan
Komnas HAM terhadap "kasus-kasus kecil" yang dialami
minoritas seperti kasus HKBP di Ciketing Bekasi dan Gereja
Yasmin di Bogor, namun terhadap "kasus-kasus besar"
seperti pembantaian ribuan umat Islam dan pembakaran
ratusan Masjid di Ambon, Poso, Sambas dan Sampit,
ternyata Komnas HAM tuli, bisu dan buta : "Shummun
Bukmun 'Umyun".
2.2.7. Apa saja Contoh Kasus Pelanggaran HAM Dari Sudut
Pandang Islam?
Berikut ini beberapa contoh kasus pelanggaran HAM,
antara lain:
a. Pelanggaran Ham Oleh Tni
umumnya
terjadi
pada
masa
pemerintahan
Presiden Suharto, dimana (dikemudian hari berubah
menjadi TNI dan Polri) menjadi alat untuk menopang
kekuasaan. Pelanggaran HAM oleh TNI mencapai
puncaknya pada akhir masa pemerintahan Orde Baru,
dimana perlawanan rakyat semakin keras.
27
b. Kasus Pelanggaran Ham Yang Terjadi Di Maluku
Konflik dan kekerasan yang terjadi di Kepulauan
Maluku sekarang telah berusia 2 tahun 5 bulan; untuk
Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku Tenggara 100%
aman dan relatif stabil, sementara di kawasan Maluku
Tengah (Pulau Ambon, Saparua, Haruku, Seram dan
Buru) sampai saat ini masih belum aman dan khusus
untuk Kota Ambon sangat sulit diprediksikan, beberapa
waktu yang lalu sempat tenang tetapi sekitar 1 bulan
yang lalu sampai sekarang telah terjadi aksi kekerasan
lagi dengan modus yang baru ala ninja/penyusup yang
melakukan operasinya di daerah – daerah perbatasan
kawasan Islam dan Kristen (ada indikasi tentara dan
masyarakat biasa).
Akibat konflik/kekerasan ini tercatat 8000 orang
tewas, sekitar 4000 orang luka – luka, ribuan rumah,
perkantoran dan pasar dibakar, ratusan sekolah hancur
serta terdapat 692.000 jiwa sebagai korban konflik yang
sekarang telah menjadi pengungsi di dalam/luar Maluku.
Komunikasi sosial masyarakat tidak jalan dengan
baik, sehingga perasaan saling curiga antar kawasan
terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga
yang menginginkan konmflik jalan terus. Perkembangan
situasi dan kondisis yang terakhir tidak ada pihak yang
menjelaskan kepada masyarakat tentang apa yang
terjadi sehingga masyrakat mencari jawaban sendiri dan
membuat antisipasi sendiri.
Wilayah pemukiman di Kota Ambon sudah terbagi
2 (Islam dan Kristen), masyarakat dalam melakukan
aktifitasnya
selalu
dilakukan
dilakukan
dalam
kawasannya hal ini terlihat pada aktifitas ekonomi seperti
28
pasar sekarang dikenal dengan sebutan pasar kaget
yaitu pasar yang muncul mendadak di suatu daerah
yang dulunya bukan pasar hal ini sangat dipengaruhi
oleh
kebutuhan
riil
masyarakat;
transportasi
menggunakan jalur laut tetapi sekarang sering terjadi
penembakan yang mengakibatkan korban luka dan
tewas; serta jalur – jalur distribusi barang ini biasa
dilakukan diperbatasan antara supir Islam dan Kristen
tetapi sejak 1 bulan lalu sekarang tidak lagi juga
sekarang sudah ada penguasa – penguasa ekonomi
baru pasca konflik.
c. Pelanggaran Ham Atas Nama Agama
Kita telah mengenal banyak sekelompok manusia
dengan atribut agama, berlindung dalam lembaga
agama,
mereka
kemanusiaan
justru
melakukan
(crimes against
kejahatan
humanity) entah
itu
Kristen, Islam atau agama apapun. Atas nama ‘agama
yang suci’ mereka melakukan ‘pelecehan yang tidak
suci’ kepada sesamanya manusia. Akhir abad 20 atau
awal abad 21, akhir-akhir ini kita disuguhi sajian-sajian
berita
akan
kebobrokan
manusia
yang
beragama
melanggar hak asasi manusia, misalnya kelompok AlQaeda dan sejenisnya menteror dengan bom, dan
olehnya mungkin sebagian dari kita telah prejudice
menempatkan orang-orang Muslim di sekitar kita sama
jahatnya dengan kelompok ‘Al-Qaeda’.
Di sisi lain Amerika Serikat (AS) sebagai ‘polisi
dunia’ sering memakai ‘isu terorisme yang dilakukan AlQaeda’ untuk melancarkan macam-macam agendanya.
Invasi AS ke Iraq, penyerangan ke Afganistan dan
negara-negara lain yang disinyalir ‘ada terorisnya’.
29
Namun kehadiran pasukan AS dan sekutunya di Iraq
tidak berdampak baik, mungkin pada awalnya terlihat AS
dengan sejatanya yang super-canggih menguasai Iraq
dalam sekejap, namun pasukan mereka babak-belur
dalam ‘perang-kota’, ini mengingatkan kembali sejarah
buruk, dimana mereka juga kalah dalam perang gerilya
di Vietnam. Kegagalan pasukan AS mendapat kecaman
dari dalam negeri, bahkan sekutunya, Inggris misalnya.
Tekanan-tekanan ini membuat PM Inggris Tony Blair
memilih mengakhiri karirnya sebelum waktunya barubaru ini. Karena ia berada dalam posisi yang sulit :
menuruti tuntutan dalam negeri ataukah menuruti tuan
Bush.
d. Pelanggaran Ham Oleh Mantan Gubernur Tim-Tim
Abilio Jose Osorio Soares, mantan Gubernur
Timtim, yang diadili oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia
(HAM) ad hoc di Jakarta atas dakwaan pelanggaran
HAM berat di Timtim dan dijatuhi vonis 3 tahun penjara.
Sebuah keputusan majelis hakim yang bukan saja
meragukan tetapi juga menimbulkan tanda tanya besar
apakah vonis hakim tersebut benar-benar berdasarkan
rasa keadilan atau hanya sebuah pengadilan untuk
mengamankan suatu keputusan politik yang dibuat
Pemerintah
Indonesia
waktu
itu
dengan
mencari
kambing hitam atau tumbal politik. Beberapa hal yang
dapat disimak dari keputusan pengadilan tersebut adalah
sebagai berikut ini.
Pertama, vonis hakim terhadap terdakwa Abilio
sangat meragukan karena dalam Undang-Undang (UU)
No 26/2000 tentang Pengadilan HAM Pasal 37 (untuk
dakwaan primer) disebutkan bahwa pelaku pelanggaran
30
berat HAM hukuman minimalnya adalah 10 tahun
sedangkan menurut pasal 40 (dakwaan subsider)
hukuman minimalnya juga 10 tahun, sama dengan
tuntutan jaksa. Padahal Majelis Hakim yang diketuai
Marni Emmy Mustafa menjatuhkan vonis 3 tahun penjara
dengan denda Rp 5.000 kepada terdakwa Abilio Soares.
31
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai Hak Asasi Manusia di atas, kita
dapat tarik kesimpulan bahwa HAM dalam perspektif barat jauh
berbeda dengan HAM dalam perspektif Islam. Hampir disegala
aspek HAM versi barat bertentangan dengan HAM versi Islam
utamanya syariat Islam. HAM versi barat membebaskan sebebasbebasnya manusia tanpa ada batasan. Selain itu, HAM dalam
pandangan Barat tidak statis, tapi berubah-ubah tergantung
penilaian akal yang dikuasai hawa nafsu terhadap situasi dan
kondisi serta kepentingan, karena lepas dari doktrin agama sama
sekali. Sedangkan Islam itu adalah agama yang asy-syumul
(lengkap). Ajaran Islam meliputi seluruh aspek dan sisi kehidupan
manusia. Islam memberikan pengaturan dan tuntunan pada
manusia, mulai dari urusan yang paling kecil hingga urusan
manusia yang berskala besar. Dan tentu saja telah tercakup di
dalamnya aturan dan penghargaan yang tinggi terhadap HAM.
Memang tidak dalam suatu dokumen yang terstruktur, tetapi
tersebar dalam ayat suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.
Hak Asasi Manusia telah di atur dalam Al-Qur’an dan Hadist
dan umat islam harus benar-benar mengetahui hak-hak yang
diberikan kepadanya dan menggunakan haknya tersebut sebaikbaiknya selama tidak bertentangan dan melanggar hak orang lain.
32
3.2. SARAN
a. Setelah membaca dan membahas makalah ini, hendaklah kita
sebagai mahasiswa menghormati hak orang lain.
b. Hendaklah kita sadar atas kasus-kasus HAM yang terjadi di
Indonesia.
c. Hendaklah kita terus mengkaji secara mendalam pengetahuan
kita tentang HAM.
d. Penulis mengharapkan saran dan kritikan dari berbagai pihak
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
 http://dhanielalu.blog.com/makalah-ham-dan-pandangan-islamtentang-ham/
 http://majlistalimalamin.blogspot.com/2012/10/ham-versi-barat-hamversi-islam.html
 http://donaemons.wordpress.com/2009/01/29/pelanggaranpelanggaran-ham-di-indonesia
 http://www.scribd.com/doc/87749066/HAM-Menurut-Islam-Dan-Barat
 http://harisscivic.blogspot.com/2012/04/makalah-ham-dalamperspektif-islam_25.html
 http://maixelsh.wordpress.com/2011/02/21/hak-asasi-manusiauniversal-declaration-of-human-rights-1948/
34
Download