TUGAS MAKALAH ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK OLEH NAMA : SAPIL ULLAH STAMBUK : 217 101 002 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS LAKIDENDE KONAWE 2020 i KATA PENGANTAR Alhamdulillah dengan segenap kerendahan hati, Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Etika Administasi Publik” Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memimpin, membimbing serta menuntun umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang. Suatu kebanggaan tersendiri bagi Penulis karena dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kasalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Amiin. Unaaha, 15 April 2020 Penulis ii DAFTAR ISI SAMPUL ............................................................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2 D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Etika .................................................................................................... 4 B. Konsep EtikaAdministrasi Negara ...................................................... 6 C. Etika Administrasi Negara dalam Implementasinya ........................... 15 D. Contoh Kasus Terkait Pelanggaran Etika Administrasi Negara ........ 16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 20 B. Saran ................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA iii BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Setiap masyarakat atau bangsa pasti mempunyai pegangan moral yang menjadi landasan sikap, perilaku dan perbuatan mereka untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Dengan pegangan moral itu mana yang baik dan mana yang buruk, benar dan salah serta mana yang dianggap ideal dan tidak. Oleh karena itu dimana pun kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara peranan etika tidak mungkin dikesampingkan. Semua warganegara berkepentingan dengan etika. Salah satu kelemahan dasar dalam pelayanan publik di Indonesia adalah masalah moralitas. Etika sering dilihat sebagai elemen yang kurang berkaitan dengan dunia pelayanan publik. Padahal, dalam literatur tentang pelayanan publik dan administrasi publik, etika merupakan salah satu elemen yang sangat menentukan kepuasan publik yang dilayani sekaligus keberhasilan organisasi di dalam melaksanakan pelayanan publik itu sendiri. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh birokrasi, maka telah terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan fungsi pelayanan publik, yang ditandai dengan adanya pergeseran paradigma dari rule government yang lebih menekankan pada aspek peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi paradigma good governance yang tidak hanya berfokus pada kehendak atau kemauan pemerintah 1 semata, tetapi melibatkan seluruh komponen bangsa, baik birokrasinya itu sendiri pihak swasta dan masyarakat (publik) secara keseluruhan. Asumsi bahwa semua aparat pemerintah adalah pihak yang telah teruji pasti selalu membela kepentingan publik atau masyarakatnya, tidak selamanya benar. Banyak kasus membuktikan bahwa kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, partai dan bahkan struktur yang lebih tinggi justru mendikte perilaku seorang birokrat atau aparat pemerintahan. Birokrat dalam hal ini tidak memiliki etika yang baik dalam menjalankan kewajibannya. B. Rumusan Masalah a. Jelaskan mengenai etika b. Jelaskan konsep mengenai etika administrasi negara c. Jelaskan etika administrasi Negara dalam implementasinya d. Jelaskan contoh kasus terkait pelanggaran etika administrasi negara C. Tujuan Penulisan a. Untuk mengetahui penjelasan mengenai etika b. Untuk mengetahui bagaimana konsep mengenai etika administrasi negara c. Untuk mengetahui implementasi etika administrasi negara di Indonesia d. Untuk mengetahui kasus pelanggaran etika administrasi negara dan analisisnya 2 D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca mengenai etika administrasi, mengetahui contoh kasus terkait dengan pelanggaran etika administrasi, dan mengetahui sejauh mana teoriteori tentang etika administrasi diimplementasikan dalam birokrasi indonesia dalam konteks kekinian. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Etika Etika berasal dari bahasa Yunani etos, yang artinya kebiasaan atau watak, sedangkan moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang artinya cara hidup atau kebiasaan. Dari isyilah ini muncul pula istilah morale atau moril, tetapi artinya sudah jauh sekali dari pengertian asalnya.Moril bisa berarti semangat atau doronganbatin. Disamping itu terdapat istilah norma yang berasal dari bahasa Latin. (norma: penyiku atau pengukur), dalam bahasa inggris norma berarti aturan atau kaidah. Dalam kaitannya dalam prilaku manusia, norma digunakan sebagai pedoman atau haluan bagi perilaku yang seharusnya dan juga untuk menakar atau menilai sebelum ia dilakukan. Moral merujuk kepada tingkah laku yang bersifat spontan seperti rasa kasih, kemurahan hati, kebesaran jiwa, yang kesemuanya tidak terdapat dalam peraturan-peraturan hukum, sedangkan moralitas mempunyai makna yang lebih khusus sebagai bagian dari etika. Moralitas berfokus pada hukum-hukum dan prinsip abstrak dan bebas. Orang yang telah mengingkari janji yang diucapkannya dapat dianggap sebagai orang yang tidak dipercaya atau tidak etis, tetapi bukan berarti tidak bermoral, namun menyiksa anak disebut tindakan tidak bermoral. Secara Epistimologis etika dan moral memiliki kemiripan, namun sejalan dengan perkembangan ilmu dan kebiasaan dikalangan cendekiawan ada pergeseran arti. Etika cenderung dipandang sebagai suatu cabang ilmu dalam 4 filsapat yang mempelajari nilai baik dan buruk manusia. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma. Etika merupakan seperangkat nilai sebagai pedoman, acuan, referensi, acuan, penuntun apa yang harus dilakukan dalam menjalankan tugasnya, tapi juga sekaligus berfungsi sebagai standar untuk menilai apakah sifat, perilaku, tindakan atau sepak terjangnya dalam menjalankan tugas dinilai baik atau buruk. Oleh karenanya, dalam etika terdapat sesuatu nilai yang dapat memberikan penilaian bahwa sesuatu tadi dikatakan baik, atau buruk. Pemikiran tentang etika berlangsung pada tiga aras: (1) filosofik, (2) sejarah, dan (3) kategorial. Pada aras filosofik, etika dibahas sebagai bagian integral Filsafat, disamping metafisika, Epistemologi, Estetika, dan sebangsanya. Pada aras sejarah, etika dipelajari sebagai etika masyarakat tertentu pada zaman tertentu, misalnya Greek and Graeco-Roman Ethics, Mediaeval Ethics, sedangkan etika pada aras kategorial dibahas sebagai etika profesi, etika jabatan, dan etika kerja. Sebagai bagian etika, Etika pemerintahan terletak pada aras kategorial, sedangkan sebagai bagian Ilmu Pemerintahan, pada arasphilosophical. Etika menurut Bertens (1977) “seperangkat nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan dari seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan Darwin (1999) mengartikan Etika adalah prinsip-prinsip moral yang disepakati bersama oleh suatu kesatuan masyarakat, yang menuntun perilaku individu dalam berhubungan dengan individu lain masyarakat. Selanjutnya Darwin (1999) juga mengartikan Etika Birokrasi 5 (Administrasi Negara) adalah sebagai seperangkat nilai yang menjadi acuan atau penuntun bagi tindakan manusia dalam organisasi. Dengan mengacu kedua pendapat ini, maka etika mempunyai dua fungsi, yaitu pertama sebagai pedoman, acuan, referensi bagi administrasi negara (birokrasi publik) dalam menjalankan tugas dan kewenangannya agar tindakannya dalam birokrasi sebagai standar penilaian apakah sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik dinilai abik, buruk, tidak tercela, dan terpuji. Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai acuan, referensi, penuntun, bagi birokrasi publik dalam menjalan tugas dan kewenangannya antara lain, efisiensi, membedakan milik pribadi dengan milik kantor, impersonal, merytal system,responsible, accountable, dan responsiveness. B. Konsep EtikaAdministrasi Negara Etika administrasi Negara yaitu bidang pengetahuan tentang ajaran moral dan asas kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam menunaikan tugas pekerjaannya dan melakukan tindakan jabatannya. Bidang pengetahuan ini diharapkan memberikan berbagai asas etis, ukuran baku, pedoman perilaku, dan kebijakan moral yang dapat diterapkan oleh setiap petugas guna terselenggaranya pemerintahan yang baik bagi kepentingan rakyat. Sebagai suatu bidang studi, kedudukan etika administrasi negara untuk sebagian termasuk dalam ilmu administrasi Negara dan sebagian yang lain tercakup dalam lingkungan studi filsafat. Dengan demikian etika admistrasi Negara sifatnya tidak lagi sepenuhnya empiris seperti halnya ilmu administrasi, 6 melainkan bersifat normatif. Artinya etika administrasi Negara berusaha menentukan norma mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap petugas dalam melaksanakan fungsinya da memegang jabatannya. Etika administrasi Negara karena menyangkut kehidupan masyarakat, kesejahteraan rakyat, dan kemajuan bangsa yang demikian penting harus berlandaskan suatu ide pokok yang luhur. Dengan demikian, etika itu dapat melahirkan asas, standar, pedoman, dan kebajikan moral yang luhur pula. Sebuah ide agung dalam peradaban manusia sejak dahulu sampai sekarang yang sangat tepat untuk menjadi landasan ideal bagi etika administrasi Negara adalah Keadilan, dan memang inilah yang menjadi pangkal pengkajian Etika Admnistrasi Negara, untuk mewujudkan keadilan. Adapun secara substantif Bidang Studi Etika Administrasi Negara diadakan untuk mengetahui beberapa hal berikut : Tujuan ideal administrasi Ciri-ciri administrasi yang baik Penyalahgunaan wewenang yang terjadi pada administrator Perbandingan bentuk-bentuk administrasi yang baik dan buruk Pengertian Administrasi Negara Menurut Para Ahli 1. John M.Pfifner dan Robert V.Presthus dalam Syafiie (2009:31) Pengertian administrasi negara menurut John M.Pfifner dan Robert V.Presthus adalah: Administrasi negara meliputi implementasi kebijaksanaan pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik. 7 Administrasi negara dapat didefinisikan sebagai koordinasi usaha-usaha perorangan dan kelompok untuk melaksanakn kebijaksanaan pemerintah. Hal ini meliputi pekerjaan sehari-hari pemerihtah. Secara ringkas, administrasi negara adalah suatu proses yang bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, pengarahan, kecakapan, dan teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang. 2. George J.Gordon Pengertian administrasi negara menurut George J. Gordon adalah administrasi negara dapat dirumuskan sebagai seluruh proses baik yang dilakukan organisasi maupun perseorangan yang berkaitan dengan penerapan atau pelaksanaan hukum dan peraturan yang dikeluarkan oleh badan legislatif, eksekutif serta peradilan. 3. Marshall E.Dimock, Gladys O.Dimock, dan Louis W Koening Pengertian administrasi negara menurut Marshall E.Dimock, Gladys O.Dimock, dan Louis W Koening adalah kegiatan pemerintah didalam melaksanakna kekuasaan politiknya. 4. Dwight Waldo Pengertian administrasi negara menurut Dwight Waldo adalah manajemen dan organisasi dari manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah. 5. Edward H. Litchfield 8 Pengertian administrasi negara menurut Edward H. Litchfield adalah suatu studi mengenai bagaimana bermacam-macam badan pemerintah diorganisir, diperlengkapi dengan tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan, dan dipimpin. 6. Prof Dr. Prajudi Atmosudirjo Pengertian administrasi negara menurut Prof Dr. Prajudi Atmosudirjo adalah bantuan penyelenggaraan dari pemerintah artinya pemerintah (pejabat) tidak dapat menunaikan tugas-tugas kewajibannya tanpa administrasi negara. 7. Dwight Waldo Pengertian administrasi negara menurut Dwight Waldo terdapat dua pengertian, yaitu: Administrasi negara adalah organisasi dan manajemen dari manusia dan benda guna mencapai tujuan administrasi. Administrasi negara adalah seni tentang manajemen yang dipergunakan untuk mengatur urusan negara. 8. John Pfiffer dan Robert V Pengertian administrasi negara menurut John Pfiffer dan Robert V adalah suatu proses yang bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah pengarahan kecakapan dan teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya,memberikan arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang. 9. Dimocks Pengertian administrasi negara menurut Dimocks adalah kegaitan negara dalam melaksanakan kekuasaan atau wewenang politiknya. 10. Pfifffer dan Preshtus 9 Pengertian administrasi negara menurut Pfiffer dan Preshtus adalah suatu proses yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan negara. 11. Mustafa, SH Pengertian administrasi negara menurut Mustafa, SH adalah sebagai gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk dan disusun secara bertingkat yang diserahi kepada badan-badan pembuat undang-undang dan badan-badan kehukuman. Ada 3 prinsip yang harus dipegang agar sebuah Administrasi dapat dikatakan baik yakni: 1. Prinsip Pelayanan kepada Masyarakat Prinsip utama prinsip demokrasi adalah asas kedaulatan rakyat. Asas kedaulatan rakyat mensyaratkan bahwa rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan negara, dari sini dapat dipahami bahwa pemerintah ada memang untuk memberi pelayanan kepada masyarakat. 2. Prinsip Keadilan Sosial dan Pemerataan Prinsip ini berhubungan dengan distribusi pelayanan yang harus sesuai, tidak “pilih kasih” dan relatif merata di seluruh wilayah sebuah negara/ pemerintahan. 3. Mengusahakan Kesejahteraan Umum Maksudnya adalah setiap pejabat pemerintah harus memiliki komitmen dan untuk peningkatan kesejahteraan dan bukan semata mata karena diberi amanat 10 atau dibayar oleh negara melainkan karena mempunyai perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan warga negara pada umumnya. Persoalan-persoalan etis yang dibahas dalam etika Administrasi yang sekaligus menjadi ruang lingkup dari Etika Administrasi itu sendiri menurut J. Alder antara lain : Apakah ukuran-ukuran dari administrasi yang baik ? Apakah sifat dasar dari administrasi yang jelek ? Apakah ada bentuk/model Administrasi yang baik atau jelek? Apakah keberhasilan administrasi ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai, yaitu efisiensinya dalam melaksanakan tugas? Dari sini dapat diketahui bahwa lingkup Etika Administrasi Negara adalah pada penentuan nilai dalam proses administrasi. Kedudukan etika administrasi negara berada diantara etika profesi dan etika politik sehingga tugas administrasi negara tetap memerlukan perumusan kode etik yang dapat dijadikan sebagai pedoman bertindak bagi segenap aparat publik. Etika adminisrtasi Negara merupakan salahsatu wujud control terhadap administrasi Negara dalam melaksanakan apa yang menjadi tugaspokok, fungsi dan kewenangannya. Jika administrasi Negara menginginkan sikap, tindakan dan prilakunya di katakana baik, maka dalam menjalankan tugas pokok, fungsi, dan kewenangannya harus menyandarkan pada etika administrasi negara.Etika administrasi Negara di samping di gunakan sebagai pedoman, acuan, dan referensi administrasi Negara dapat pula digunakan sebagai standar untuk menilai apakah sikap, prilaku, dan kebijakannya dapat dikatakan baik atau buruk. 11 Etika administrasi negara sangat erat berkaitan dengan etika kehidupan berbangsa. Administrasi negara/publik tidak hanya terbatas pada kumpulan sketsa yang digunakan untuk membenarkan kebijakan pemerintah atau hanya terbatas pada suatu disiplin ilmu saja - putting the ideas (Peter Senge, 1990) tetapi lebih jauh dari itu, administrasi negara dijelaskan Wilson (1978) sebagai suatu upaya untuk menaruh perhatian – concern terhadap pelaksanaan suatu konstitusi ketimbang upaya membuatnya. Jadi sangat jelas bahwa dalam administrasi negara dikenal etika administrasi negara yang tujuannya adalah untuk menyelengarakan kegiatan administrasi negara dengan baik, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat. Itu berarti, saat etika administrasi negara digunakan dengan baik oleh para penyelenggara negara (administrator) maka etika kehidupan berbangsa pun dapat berlangsung dengan baik, sebaliknya, apabila etika administrasi negara tidak secara benar melandasi setiap pergerakan dalam administrasi negara maka dapat diindikasikan begitu banyaknya masalah yang berdampak pada kehidupan berbangsa. Etika sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan berbangsa. Khususnya Etika Politik dan Pemerintah. Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif; menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat; menghargai perbedaan; jujur dalam persaingan; ketersediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per orang ataupun kelompok orang; serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika pemerintahan mengamanatkan agar para pejabat memiliki rasa 12 kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila dirinya merasa telah melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara. Sebaliknya, saat etika administrasi negara tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka tercipta suatu ketidakseimbangan yang berujung pada masalahmasalah kompleks yang sulit diselesaikan di Indonesia. Karena pada saat ini, dimana seharusnya Indonesia yang menganut sistem demokrasi dapat lebih baik dengan perspektif dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat ternyata harus terpuruk karena pada kenyataannya, hampir semua pejabat politik dan pemerintah hanya memikirkan kepentingan diri pribadi dan kelompoknya. Adanya ‘budaya’ korupsi yang telah sejak lama menodai penyelenggaraan administrasi negara di Indonesia menunjukkan bahwa etika administrasi negara telah sangat dilanggar oleh para penyelenggara negara. Ketika etika untuk mengambil tindakan yang berhubungan langsung dengan kegiatan negara dilanggar inilah maka dapat dipastikan etika politik dan pemerintah sama sekali tidak diperhatikan. Dengan melihat semua fakta itulah, perlu adanya kesadaran bagi seluruh rakyat Indonesia akan pentingnya etika administrasi negara yang mendasari baik buruknya suatu penyelenggaraan negara, dan kemudian etika administrasi negara tersebut sangat menentukan bagaimana etika kehidupan berbangsa, khususnya etika politik dan pemerintah. 8 (delapan) unsur administrasi negara, yaitu: 1. Organisasi 2. Manajemen 13 3. Komunikasi 4. Kepegawaian 5. Perbekalan 6. Keuangan 7. Ketatausahaan 8. Hubungan masyarakat Delapanusnsurini merupakan unsur-unsur yang tak dapat terlepas dari etika administrasi negara. Sistem sensor, praktek organisasi, praktek manajemen, praktek kepegawaian apabila dijalankan sesuai etika administrasi negara maka akann berlangsung dengan baik dan akan jauh lebih mudah dalam mencapai tujuan bersama. Dalam suatu organisasi yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan kerjasama yang biasanya dilakukan dengan adanya kelompok-kelompok kerja yang kemudian juga berhubungan dengan proses manajemen memperlihatkan bahwa etika administrasi negara lah yang paling berperan. Karena sekalipun suatu organisasi telah menetapkan peraturan beserta sistem manajemennya akan menjadi tidak berguna ketika ternyata etika administrasi negara tidak diperhatikan. Dalam etika publik, setidaknya ada tiga perhatian (concern), antara lain: 1. Pelayan publik yang berkualitas dan relevan. 2. Dimensi normatif dan dimensi reflektif (bagaimana bertindak) menciptakan suatu institusi yang adil. 3. Modalitas etika, menjembatani agar norma moral bisa menjadi tindakan nyata (sistem, prosedur, sarana yang memudahkan tindakan etika). 14 Berdasarkan concern etika publik tersebut, dapat dilihat adanya suatu sistem sensor yang menandai keberadaan etika administrasi negara. Untuk melihat apakah pelayan publik berkualitas dan relevan, apakah dimensi normatif dan reflektif sudah berjalan baik dan meciptakan suatu institusi yang adil dan apakah modalitas etika sudah menjadi tindakan nyata membuat adanya suatu sistem sensor yang menjadi penilai bagi perhatian publik yang ada. C. Etika Administrasi Negara dalam Implementasinya Dalampenerapannya banyak sudah contoh kasus yang ada di Indonesia berkaitan dengan etikaadministrasinegara. Mulai dari hal terkecil saat pembuatan KTP, karena organisasi pemerintah tidak melangsungkan hidupnya dengan etika, maka dengan mudah terjadi praktek pungutan liar yang merugikan masyarakat. Hal itu juga yang kemudian membuat penilaian tentang buruknya manajemen pemerintahan yang ada. Seharusnya, dalam keberlangsungan negara, adanya komunikasi sesuai etika dapat berlangsung dengan benar baik antara pejabat pemerintah sebagai penyelenggara negara maupun antara rakyat dan pemerintah agar tercipta suatu koordinasi yang kontekstual dan berdampak positif bagi rakyat dan pemerintah. Dalam etika administrasi negara yang dapat dikatakan harus melingkupi semua proses penyelenggaraan negara. Namun, pada prakteknya, kepegawaian di Indonesia seringkali berjalan tidak sesuai dengan etika yang ada. Dapat dilihat dari awal, proses seleksi saja sudah mengindikasikan adanya kecurangan misalnya dengan adanya kasus penyuapan untuk diterima 15 sebagai PNS. Kecurangan ini kemudian berdampakburuk, karena dengan kecuranganiniakantimbul sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Sama halnya dengan ketatausahaan, tanpa etika administrasi negara, ketatausahaan akan berlangsung tidak transparan dan merugikan masyarakat. Keuangan negara pun rusak karena penyelenggaraan anggaran yang tidak berlandaskan etika administrasi negara, praktek korupsi ada dimana-mana, akuntabilitas publik pun menjadi sesuatu yang sangat dipertanyakan keberadaannya, kalau sudah begitu maka hubungan masyarakat pun tidak akan berjalan dengan baik. Masyarakat sudah mengalami krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Penyelenggaraan negara terlihat berlangsung dengan kacau, itu semua disebabkan karena pengabaian terhadap etika administasi negara. Dengan melihat kenyataan tersebut, perlu adanya kesadaran baik dari pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan negara, maupun dari masyarakat yang semestinya dilayani dengan negara, semuakegiatanpemerintahantidaklepasdari etika baik administrasi oleh negara. Ketika eksistensi etika tersebut dipertanyakan, maka semua komponen negara pun akan menjadi tak jelas kemana arah dan tujuannya. D. Contoh Kasus Terkait Pelanggaran Etika Administrasi Negara Urip Tri Gunawan, terpidana 20 tahun perkara suap penanganan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Peneliti dari Indonesia Corruption Watch, Lalola Easter Kaban, menilai pembebasan mantan jaksa tersebut janggal. “Ini tidak masuk akal. Apa pertimbangan terpidana kasus 16 korupsi besar bisa bebas bersyarat bahkan sebelum menjalani separuh dari masa hukumannya,” kata Lalola kepada Tempo, Ahad, 14 Mei 2017. Analisis : Beberapa waktu lalu di Indonesia santer terdengar kasus yang berhubungan dengan etika administrasi. Kasus terebut adalah kasus penyuapan. Kasus- kasus penyuapan yang terjadi dikalangan birokrat Indonesia belakangan ini tentunya sangat bertentangan dengan etika administrasi. Kasus yang berhubungan dengan etika dalam birokrasi pemerintahan ini melibatkan beberapa profesi dalam bidang hokum dan ketata negara yang melakukan pelanggaran terhadap etika seperti pejabat administrasi negara, anggota legislatif, jaksa, hakim, kepolisian, pegawai perpajakan, dan lain sebagainya. Kasus santer tentang penyuapan beberapa waktu lalu tersebut adalah kasus penyuapan JaksaUrip Tri Gunawan yang menerima suap sebesar 660 ribu dolar AS atau lebih dari Rp. 6 Miliar dari Arthalita Suryani. Kasus ini merupakan kasus yang harus menja di koreksi penegakan hukum di Indonesia dan terutama dalam bidang korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang rentan terhadap kasus penyuapan. Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus-kasus yang terjadi di dalam konteks etika berasal dari seluruh elemen pemerintahan baik eksekutif, legislative maupun yudikatif. Padahal pejabat pemerintah baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif harus mematuhi etika jabatannya masing-masing.Etika 17 dalam birokrasi pemerintahan merupakan hal yang sangat penting untuk keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan untuk menjaga citra birokrasi agar birokrasi pemerintahan terusmen dapat kepercayaan dari masyarakat. PenangkapanterhadapjaksaUrip Tri Gunawan, telahmembukaborokbesar di tubuhKejaksaanAgung, khususnya Korupsi Adhy aksa.Ditangkapnya jaksa ketua penyidikan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) untuk BDNI Urip Tri Gunawan memunculkan desakan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengambil alih penanganan kasus BLBI. KPK dinilai relative lebih independen dan mendapat kepercayaan publik. Kasus tertangkapnya jaksa penyelidik kasus BLBI Urip Tri Gunawan atas dugaan penerimaan uang senilai 660 ribudolar AS, diharapkan menjadi "shock teraphy" (terapikejut) bagi parajaksa sehingga mereka takut untuk menerima suap. Jaksa merupakan profesi yang terhormat, oleh karenanya seorang jaksa yang terhormat semestinya sudah teruji moralitasnya. Hal itu tercermin dalam perilaku dan kehidupannya, kemudian dalam dia bertindak dalam profesinya.Dan yang terpenting dia bias berbuat terbaik bagi bangsanya. Jaksa bukan sebagai pelengkap dalam proses penegakan hukum. Dia harus bertanggung jawab sebagai organ yang harus menegakkan hukum dan bagaimana supremasi hukum berjalan dengan baik. Sekarangini, banyak jaksa yang masih jauh dari harapan yang didambakan masyarakat.Para jaksa sebagai penegak hokum harus konsisten menegakan hokum dengan menerapkan hokum dengan baik. Sebagai penegak hokum harus member contoh menegakkan hukum yang baik, bukan sebaliknya, memberi contoh 18 menegakkan hukum tapi melanggar hukum. Ini sangat fatal. Hal itu juga menyebabkan masyarakat bertanya terhadap penegakkan hukum yang ada. Jadi jikadi tarik inti dasar perlunya etika dalam administrasi negara adalah agar administrator public dapat mempertanggung jawabkan cara kerjanya berdasarkan pada nilai-nilai dalam masyarakat demokratis. 19 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penerapan etika adminitrasi dalam prakteknya terutama dalam administrasi pemerintahan memiliki banyak aspek yang harus dijalankan dengan sebaikbaiknya, sepert imenjalankan asas-asas birokrasi pemerintahan yang baik, dengan mewujudkan prinsip demokratis, keadilan social dan pemerataan serta mewujudkan kesejahteraan umum. Berbicara masalah etika tentunya tidak terlepas dari sifat individu yang menjalankan kegiatan baik itu dalam berorganisasi maupun kegiatan kesehariannya.Tentunya dalam praktek menerapkan etika administrasi dalam pemerintahan perlu adanya kesadaran dari masing-masing aparat birokrasi untuk benar-bena rmenjalankan tugas pokok dan fungsinya. Selain itu dalam upaya penerapan etika administrasi pemerintahan yang baik, perlu adanya aturan-aturan yang dibuat untuk mengatur para birokrat untuk tetap konsisten menjalankan dan mengamal kanetika yang baik dalam administrasi pemerintah. Jika dilihat kondisi Indonesia pada saat ini, melalui fakta-fakta yang ada, saat ini masih banyak instansi-instansi pemerintah yang belum mampu menerapkan prinsip etika administrasi yang baik, sekal ilagi hal ini bertumpu pada kemauan individu-individu yang berkerja dalam instansi tersebut untuk dapat merubah kebiasaan yang buruk dan mengantinya dengan penerapan etika administrasi yang baik. 20 DAFTAR PUSTAKA https://bagusspurnama.blogspot.com/2012/07/etika-adm-negara.html https://ryzhoulry.blogspot.com/2010/11/konsep-etika-asministasi-publik.html https://rocketadmistrasi.com/definisipembangunan/https://www.bukusemu.my.id/2016/12permasalahan-etika-admpublik.html 21