Uploaded by octary321

OUTLINE KOMUNIKASI ANTAR AGAMA DAN BUDAYA

advertisement
Nama : Indah Octary
NIM : 11170510000164
OUTLINE
KOMUNIKASI ANTARA PUSAT DAN DAERAH MENGENAI GERAKAN
SEPARATIS ORGANISASI PAPUA MERDEKA DALAM PERSPEKTIF
IMPOSITION DAN NEGOTIATION
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah organisasi yang di dirikan pada tahun 1965
untuk mengakhiri Pemerintahan Provinsi Papua dan Papua Barat untuk memisahkan diri dari
Indonesia. Seperti diketahui gerakan ini dilarang di Indonesia. OPM memiliki sudut pandang
secara imposition, sedang disisi lain pemerintah memiliki sudut pandang secara negotiation.
Perbedaan pendapat ini dapat dikomunikasikan dengan konsep al-musyawarah.
Dari permasalahan di atas, sebagai tujuan dari makalah ini dapat diajukan sebuah
pertanyaan mayor, yaitu bagaimana komunikasi antara kelompok pusat dan kelompok daerah
mengenai Organisasi Papua Merdeka dalam perspektif imposition dan negotiation?
Pertanyaan ini akan dijawab dengan tiga pertanyaan minor: (1) Apa bentuk sikap imposition
yang ditampilkan oleh kelompok OPM? (2) Seperti apa Pemerintah Indonesia merespon
gerakan OPM dengan sudut pandang negotiation ? (3) Apa bentuk konsep al-musyawarah
yang tepat mengenai organisasi papua merdeka?
Makalah ini menyatakan, bahwa dalam masalah gerakan separatis Organisasi Papua
Merdeka, baik pihak pemerintah pusat maupun pihak OPM sendiri cenderung saling
menegasikan. OPM sebagai kelompok daerah terus berusaha untuk memerdekakan diri dari
Indonesia. Karenanya pemerintah pusat juga tak henti berusaha untuk mempertahankan
Papua sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai alat analisis, makalah ini menggunakan teori imposition dan negotiation
(Bakti, 2003). Menurut Bakti, imposition merupakan sikap yang cenderung memaksakan
agama dengan cara-cara berupa bujukan, rayuan, paksaan, tekanan, intimidasi atau dengan
cara melalui perang suci. Sedangkan, negotiation merupakan sika yang mengutamakan sama
rata dan sama rasa. Dalam Islam kedua teori ini dapat dikaji dengan konsep al-musyawarah.
Sebab itu, al-musyawarah menjadi konsep yang relevan di sini. Al-Zuhaili (2013:566)
mengatakan musyawarah adalah aktivitas bertukar pikiran atau diskusi guna memperoleh
solusi (kesimpulan) dari persoalan yang dimusyawarahkan. Mengenai masalah negara seperti
ini tidak bisa diputuskan oleh satu pihak saja. Karena kedua belah pihak pasti mempunyai
argumennya masing-masing. Dalam makalah ini, pihak OPM dan pihak pemerintah pusat
hendaknya melakukan diskusi atau musyawarah untuk menemukan solusi dari masalah yang
ada.
Makalah ini memberikan jawaban: pertama, bentuk sikap imposition OPM tampak
dari keinginan yang bersifat memaksa untuk memisahkan diri dari Indonesia. Mereka juga
melakukan gerakan-gerakan separatis yang mengancam keamanan dan mengganggu
kestabilan negara. Kedua, pemerintah pusat berusaha meredam tuntutan pemisahan diri dari
Indonesia ini dengan cara menggalakkan pembangunan Infrastruktur di Papua. Ketiga, dalam
menghadapi masalah ini konsep al-musyawarah sangat dibutuhkan sebagai jalan tengah
untuk kedua belah pihak.
Sebagai refleksi, imposition dan negotiation dalam penerapannya tidak bisa
disalahkan. Namun dapat diketahui gerakan separatis OPM yang mengancam keamanan
serta sikap pemerintah pusat yang terkesan menggampangkan juga tidak bisa dibenarkan.
Oleh sebab itu sikap paling tepat diantara keduanya adalah menentukan jalan tengah yang
mana dapat dipertimbangkan untuk kesejahteraan bersama.
Kata kunci: OPM, gerakan separatis, Papua, pemerintah pusat, al-musyawarah
Download