Tugas Sejarah Peminatan Masjid-Masjid Peninggalan Kerajaan Islam Disusun Oleh : Nama : Fitria Taha Kelas : XI IPS 3 SMA Negeri 1 Tapa Tahun Pelajaran 2018/2019 Masjid Pada Kerajaan Islam A. Masjid Sunan Ampel Masjid Peninggalan Kerajaan Islam ini dibangun oleh Sunan Ampel pada tahun 1421. Bersama kedua sahabatnya yakni Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji membangun Masjid Sunan Ampel ini. Luas masjid ini kurang lebih sekita 2 km persegi. Masjid ini berdiri di atas 16 pilar kayu setinggi 17 meter. Kayu tersebut berdiameter 60 centimeter tanpa menggunakan satu penyambung. B. Masjid Agung Demak Masjid ini berada di pesisir utara Jawa, yakni Kabupaten Demak, tepatnya di desa Bintoro. Masjid tersebut digagas pertama oleh pihak kesultanan Demak bersama Wali Songo pada tahun 1466. Masjid Agung Demak ini mempunyai empat tiang penyangga. Tiga di antaranya disebut saka guru dan Menariknya, salah satu tiang terbuat dari sepihan kayu yang dinamakan saka latar. Sedangkan di samping masjid terdapat Museuym Masjid Agung Demak. Di dalam museum terdapat berbagai koleksi unik masjid yang bersejarah. Contohnya sepeti Beduk dan Kentongan yang dulunya dibuat oleh Para Wali Song. Masjid Agung Demak didirikan pada 1479. C. Masjid Agung Cirebon Masjid Agung Cirebon didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Masjid ini diberi nama Masjid Agung Kasepuhan atau masjid Agung Sang Cipta Rasa. Masjid ini terletak berada di wilayah kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat. Sang pemakrasa dari pembangunan masjid ini adalah Sunan Gunung Jati. Sekaligus beliau yang mengarsitek masjid ini. Untuk pembangunan masjid ini belum ada data yang pasti. Namun, kurang lebih pembangunan masjid ini selessai pada tahun 1480. Tahun ini bertepatan dengan masa penyebaran agama islam oleh para Wali Songo. Ada hal yang unik dari masjid ini, yaitu masjid ini memiliki Sembilan pintu yang menuju ke satu ruangan utama. Kesembilan dari pintu tersebut melambangkan dari jumlah para wali yaitu Sembilan. D. Masjid Menara Kudus Sama seperti masjid Agung Cirebon, Masjid Menara Kudus ini dibangun oleh salah satu Wali Songo yaitu Sunan Kudus. Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1549 di kota kudus. Batu pertama bangunan masjid ini istimewa yaitu batu yang berasal dari Masjid Al-Aqsa, Baitul Maqdis, Palestina. Menariknya bentuk menara masjid ini mirip dengan bentuk candi. Hal ini menunjukkan terjadi pencampuran pengaruh kebudayaan agama hindu dan Budha pada bangunan Masjid. Bukan berarti sang sunan mencampurkan agama islam dengan agama lain. Namun itu merupakan cara Sunan Kudu untuk menyampaiakan ajaran agama Islam kepada masyarakat Jawa. Hal tersebut agar para para penganut Hindu dan Budha pada masa itu mudah menerima kedatangan agama Islam. Uniknya pada menaranya ialah dibangun tanpa menggunakan semen, hanya menggunakan tanah liat sebagai perekat bangunan. Serta dihiasi dengan 32 piring biri yang bergambarkan lukisan menarik. E. Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten dibangun pada tahun 1560 pada masa pemerintahan sultan pertama dari Kesultananan Banten, Sultan Maulana Hasaniddin. Arsitek masjid ini bernama Tjek Ban Tjut, seorang arsitek dari Cina. Pada bagian atap bangunan Masjid Agung Banten menyerupai pagoda khas Cina. Sedangkan Untuk menara masjid memiliki tinggi 24 meter yang dibangun oleh Hendrik Lucasz Cardeel, arsitek dari belanda. Menara Masjid Agung Banten terletak di sisi timur banyak dijadikan tempat wisata. Karena memang menara masjid ini yang di arsiteki oleh Cardeel begitu unik. Selain itu, arsitek dari belanda itu juga membangun bangunan khusus di sisi selatan masjid. Dulunya tempat itu digunakan sebagai tempat musyawarah. Untuk di sisi utara dan selatan terdapat makam para Sultan Banten dan Keluarganya. Masjid ini memiliki payung besar seperti di Masjid Nabawi. F. Masjid Katangka Masjid ini didirikan oleh pihak Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan. Masjid ini dinamai dengan unik yakni dari nama pohon, Katangka. Berbagai sumber mengatakan bahwa masjid ini berdiri pada 1603 Masehi. Masjid ini memiliki ciri khas kubah yang berbentuk mirip joglo. Bangunan masjid terdiri dari empat tiang penyangga. Masjid pernah beberapa kali mengalami renovasi yakni pada 1816, 1884. Dilanjutkan di masa setelah kemerdekaan pada 1963, 1971, 1980 dan terakhir tahun 2007. G. Masjid Raya Baiturrahman Aceh Masjid ini dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda memimpin pada 1612. Pada versi lain, masjid ini bahkan sudah ada dari masa sultan Alaidin Mahmusyah pada 1292. Pada bagian dinding masjid ini diklengkapi dengan dinding dan pilar dengan relief tangga marmer dari China. Masjid ini pertama kali didesain oleh arsitek Belanda yang bernama Gerrit Bruins. Mirip dengan Masjid Raya Banten, masjid ini juga memiliki payung raksasa. Masjid Peninggalan Kerajaan Islam ini pernah di hancurkan belanda pada tahun 1873. Akan tetapi pada tahun 1877 dibangaun kembali oleh belanda sendiri sebegai bentuk permintaan maaf. Pembangunan ulang masjid dilakukan pada tahun 1879. Waktu pembangunan masjid ini kurang lebih memakan waktu 4 tahun, atau selesai dibangun pada tahun 1883. Pada tahun 2004 ketika terjadi Tsunami di Aceh, masjid ini tetap megah dan kokoh berdiri. Masjid Raya Baiturrahman juga digunakan sebagai tempat pengungsian saat itu. H. Masjid Sultan Ternate Masjid ini dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Zainal Abidin. Namun, ada pendapat yang mengatakan pendirian masjid ini sekitar awal abad ke-17. Bahkan sampai saat ini belum diketahui angka pasti mengenai waktu tepat berdirinya Masjid Sultan Ternate. Kemegahan masjid ini menjadi simbol keberadaaan kerajaan islam di wilayah timur nusantara. Kerajaan ternate menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan, tepatnya pada tahun 1486 Masehi. Selain itu, kerajaan juga memberlakukan hukum islam dan dibentuk lembaga yang sesuai dengan syariat islam. Serta kerajaan melibatkan para ulama dalam mengatur pemerintahannya. I. Masjid Raya Medan Masjid Raya Medan dibangun pada tahun 1906, dikenal juga dengan nama Masjid Al-Mashun. Pada tahun 1909 masjid ini selesai dibangun oleh Sultan Ma’mun Al Rasyid perkasa alam. Penampakan masjid ini dibangun semegah mungkin oleh Sultan Ma’mun. menurut beliau, masjid haruslah lebih megah dibandingkan dengan Istana Maimun, sebuah istana milik Sultan. Untuk membangun masjid ini, bahan bangunan dan rancangan masjid di inpor dari luar negeri. Bahan masjid seperti marmer untuk dekorasi masjid di impor dari Italia dan Jerman. Kemudian kaca patri dari Cina dan lampu gantung dari Prancis. Sedangkan untuk merancang masjid, sang Sultan menggunakan jasa arsitek dari Belanda. Tingdeman, perancang dari Belanda ini merancang masjid ini dengan corak bangunan Maroko, Eropa, Melayu, dan timur Tengah. Campuran corak tersebut membuat masjid ini begitu unik dan menarik. L. Masjid Raya Ganting Padang Sejarah mencatat bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1700 masehi. Masjid ini juga beberapa dipindahkan ke beberapa tempat. Kemudian pada akhirnya dibangun dan tidak dipindah lagi di daeerah Ganting, kota Padang, Sumatra Barat. Yang menarik dari bentuk masjid ini adalah model atap masjid yang berbentuk delapan. Masjid ini pernah mengalami pengembangan yang dibantu belanda sebagai kompensasi digunakannya tanah wakaf oleh pemerintah belanda. Belanda mengganti tanah yang dijadikan jalur transportasi pabrik semen Indarung ke Pelabuhan Telur Bayur. Pada pembangunan masjid ini juga dibantu oleh pekerja etnis cina. Pada tahun 1833 daerah padang dilanda gempa dan Tsunami. Uniknya sama seperti Masjid Raya Baiturrahman, masjid peninggalan kerajaan Islam ini tetap kokoh berdiri sampai sekarang. Ada juga fakta menarik mengenai masjid ini. Masjid megah ini pernah dijadikan tempat pengungsian pertama Bung karno. Pada tahun 1942, saat sebelum beliau dikirim ke Bengkulu untuk di asingkan. M. Masjid Sultan Suriansyah Masjid Sultan Suriansyah disebut juga dengan Masjid Kuin, sebuah masjid yang memiliki sejarah di Kota Banjarmasin. Pembangunan masjid ini dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah. Masjid ini menjadi masjid tertua di Kalimantan Selatan. Menariknya masjid ini terletak di tepi sungai Kuin bagian kiri. Untuk arsitekturnya berbentuk tradsional Banjarmasin dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang. Sedang di bagian mihrab Masjid atap dibuat terpisah dengan bangunan utama masjid.