ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE 1 DEMAM BERDARAH DENGUE Batasan : Ialah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe I – IV disertai demam 5-7 hari dan gejala perdarahan. Gejala Klinis : Menurut derajat – tingginya penyakit dbd dibagi menjadi 4 tingkat ๏ WHO, 1975 : ๐๐ฆ๐๐ ๐๐๐ข๐๐ก๐๐๐ โ๐๐๐. Derajat I : Panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas, uji tanuigut positif (+). Derajat II : Sama derajat I ditambah dengan gejala perdarahan spontan ๏ epitaksis, hematemesis, melena, perdarahan gus i dll. Derajat III : Ditandai oleh kegagalan peredaran darah, misalnya : nadi lemah dan cepat ( lebih dari 120/ml, tensi turun 90/70 mmHg ), gelisah, kulit dingin. Derajat IV : Nadi tidak teraba, tensi tak terdengar / tak terukur / menurun. Anggota gerak dingin, berkeringat, kulit biru, gelisah / apatis. Gejala klinis DHF tergantung umur : ๏ท Bayi dan anak kecil : panas disertai ruam / rash. ๏ท Anak besar dan orang dewasa : ๏ Panas tinggi 5-7 hari ๏ Kepala otot sendi merasa sakit ๏ Nyeri seluruh abdomen ๏ Timbul rash ๏ Perasaan tak enak pada epigastrium ๏ Nyeri pada daerah subternal kanan ๏ Tes rempellede (+) ๏ Panas akan turun mendadak ๏ Gejala lain : ๏ท Hati membesar ๏ท Cairan dalam rongga pleura – encephalopati : kejang-kejang, gelisah, koma ๏ท Asites 2 Labotarorium : ๏ Trombositopeni ( kurang dari 100.000/mm3 ) ๏ HB dan PCP meningkat ( lebih dari 20% ) ๏ Leukopeni ๏ mungkin normal / leukositosis Diagnosa banding : a. Campak b. Demam tifoid c. L.T.P d. Leukemi e. Anaime plastic f. Meningitis Cara melakukan uji tourniquet : 1. Digunakan manset yang sesuai 2. Ditentukan pertengahan tekanan systole dan tekanan diastole 3. Dipasang selama 5 menit 4. Dilepaskan tekanan tersebut 5. Dibaca didaerah voler dengan ะค 2,8 cm, interpretasi positif, bila petihae terdapat lebih dari 20 Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinik yang bervariasi : ๏ท Yang paling ringan ( Mild Undifferentiated Febril Illnes ) ๏ท Demam dengue ( Dengue Fever ) ๏ bila yang turun hanya trombosit ๏ท Demam berdarah dengue ( DBD ) ๏ท Sindrom syok dengue ( SSD ) 3 Walaupun secara epidemilogi infeksi ringan lebih banyak terjadi, tapi pada awal penyakit hampir tidak dapat dibedakan antara infeksi ringan dan berat. Patofisiologi DHF Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ๏ bereaksi antibody ๏ terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi mengaktivasi system complement. ๏จ Anti histamine terlepas ๏ terjadi permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadilah trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan factor koagulasi ๏ terjadi perdarahan hebat, terutama saluran gastrointestinal. Beratnya penyakit ditentukan hipermebilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma ๏ hipotensi, trombositopenia, diathesis hemoragik ๏ renjatan / syok. Hematokrit meningkat bersamaan hilangnya plasma ๏ hipovolemik, bila tidak terjadi anoksida jaringan, asidosis metabolic ๏ kematian. Infeksi Virus Dengue Kompleks virus antibody Depresi sumsum tulang Aktivasi complement Perdarahan, trombositopenia Anti histamine dilepaskan Permeabilitas membrane meningkat Kebocoran plasma Hipovolemia Renjatan (syok) hipovolemi, hipotensi Asidosis metabolic 4 1.7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan Tersangka DHF Tersangka DHF Demam tinggi, mendadak terus menerus < 7 hari tidak disertai infeksisaluran nafas bagian atas, badan lemah dan lesu Ada kedaruratan Tidak ada kedaruratan Tanda syok - Muntah terus menerus - Kejang - Muntah darah - Batuk darah Uji tourniquet (+) Uji tourniquet (-) Jml trombosit Jml trombosit - rawat inap >100.000 µ l <100.000 µ l - parasetamol - kontrol tiap sampai hari demam hilang Rawat inap Rawat jalan - minum banyak 1,5 – 2 liter/hari nilai tanda klinis periksa trombosit & Ht bila demam menetap setelah hari sakit ke 3 - parasetamol & control tiap hari sampai demam turun - Periksa HB, Ht, trombosit tiap hari 5 ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian 1.8. Pola Kesehatan Fungsional 1. Pola Persepsi Kesehatan ๏ Keluhan utama : demam tinggi dan menetap 2 – 7 hari, badan lemah ๏ RPD :- ๏ RPS : DHF 2. Pola Nutrisi Metabolic ๏ Nafsu makan kurang, mual, muntah, dehidrasi ๏ Mukosa bibir kering ๏ Perdarahan gusi ๏ Bissing usus menaik 3. Pola Aktivitas / Latihan a. Sirkulasi ๏ท Nadi cepat dan lemah ( syok ) ๏ท Tensi menurun / hipotensi ๏ท Demam ๏ท Terdapat bintik-bintik merah ๏ท Menggigil b. Pernafasan ๏ท Nafas cepat c. Mobilisasi ๏ท Terjadi kelemahan tonus otot ๏ท Tubuh terasa pegal-pegal dan lemah 6 4. Pola istirahat Tidur Adanya kesulitan tidur karena badan terasa pegal-pegal, sakit kepala dan nyeri karena pembesaran hepar. 5 Pola kognitif – Nyeri Nyeri akibat terjadi pembesaran hepar, limpa dan kelenjar getah bening 6 Pola Eliminasi Konstipasi ๏ intake tidak adekuat Pemeriksaan penunjang : ๏ท Trombosit < 100.000/mm2 ๏ท Peningkatan hematocrit > 20% ๏ท Tes tourniquet (+) 1.9 Diagnosa Keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh / hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (viremia). 2. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah. 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan anoreksia. 4. Resti perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. 5. Potensi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat. 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh. 7. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. 8. Konstipasi berhubungan dengan intake adekuat. 9. Gangguan rasa nyaman / nyeri berhubungan dengan hematomagali. 10. Ansietas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk. 7 Diagnosa keperawatan : 1. Peningkatan suhu tubuh / hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (viremia). Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan demam menurun KH : - Suhu tubuh normal ( 36 – 370C ) - Pasien bebas dari demam Intervensi : a. Berikan pasien minum lebih banyak dari biasanya dan jelaskan manfaatnya. R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan. b. Berikan kompres dingin ( axiler dan lipatan paha ) R/ kompres dingin membantu menurunkan suhu tubuh ( efek konduksi ). c. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis R/ terjadi efek evaporasi yaitu perpindahan suhu luar / lingkungan ke dalam tubuh. d. Kolaborasi dengan pemberian antiseptic, misalnya : aspirin, parasetamol R/ digunakan untuk mengulangi demam denganaksi sentralnya pada hipotalamus. e. Opservasi TTV : suhu, nadi, tensi, RR R/ merupakan acuhan salah satu menentukan keadaan umum pasien. 2. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam diharapkan volume cairan terpenuhi. KH : - TTV dalam batas normal - Tidak terjadi dehidrasi - Mukosa lembab 8 Intervensi : 1. Pantau keadaan umum serta TTV R/ hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi 2. Kolaborasi dalam pemberian cairan IV : RI, atau D 5%. R/ digunakan dalam penggantian cairan yang hilang. 3. Dianjurkan pasien banyak minum R/ meningkatkan pemasukan cairan dalam tubuh. 4. Pantau perubahan keluaran urine R/ Indikator dalam menentukan banyaknya urine 5. Pantau turgor kulit, mukosa bibir dan rasa haus R/ indicator dalam menentukan status dehidrasi. 9 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PASIEN DIFTERI 10 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIFTERI Batasan : Difteri : adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh carisnecbacterium diphtheria disertai terbentuknya pseudomembran pada mikosa dan atau kulit. Gejala Klinis : yang terjadi merupakan kumpulan dari gejala berbagai lokasi sebagai akibat kerja kuman toksin atau penyakit. Difteri Hidung : secret serosanguinis, kadang-kadang epistaksis, luka lecet pada daerah nasalabialis dan ditemukannya pseudomembran diseptumnasi. Difteri Faring : panas tidak tinggi ( tinggi bila terjadi infeksi tumpangan dengan kuman lain ). Nyeri telan : ringan, mual, muntah, tidur ngorok, didapatkan pseudomembran di daerah urofaring. Bila berat dapat disertai “Bullneek” dan perdarahan. Difteri Laring : primer atau sebagai perluasan dari difteri faring, didapatkan batuk menggonggong, suara parau dan gejala sumbatan saluran nafas atas (stridor inspirator) GEJALA OBSTRUKSI ๏ท Berupa stridor inspirator, retraksi suprarenal, supraclavicular dan subcostal. ๏ท Derajat obstroksi tergantung pada berat / ringan penyakit. ๏ท Kasus ringan dengan antitoksin ๏ hilan g pada 6 – 10. 11 ๏ท Kasus berat penyumbatan disertai anoksemia ditandai gelisah, sianosis, lemah, koma ๏ bisa. ๏ท Obstruksi akut + kematian mendadak terjadi pada kasus ringan ๏ sebagian membrane terlepas ๏ menyumbat jalan nafas. Difteri Kulit, ditandai ๏ ulkus berbatas jelas dengan dasar membrane putih / abuabu. Difteri Kinjungtiva ๏ konjungtiva palpebra ditandai oedem + adanya membrane Di konjungtiva. Difteri Telinga ๏ cairan mukopurulen yang persisten. Difteri Vulvovaginal ๏ ulkus dengan batas jelas. 12 “ ETIOLOGI “ Corynebacteria diphtheria yang bersifat : - Gram positif - Tahan membentuk spora, tidak bergerak - Tahan beberapa mg, dalam es, air + lender - Mati pada suhu 600c dalam 10 menit - Membentuk eksotoksin yang dipengaruhi oleh bakteri ofag yang mengandung toksigenik - Memproduksi eksotoksin baik invetro / invivo - Bentuk koloni dalam agar-agar ๏ diklasifikasikan menjadi gravis, metis dan intermedium - Virulensi kuman tergantung pada koloni Pathogenesis dan patologi Kuman Diphteri Masuk ๏ - Hidung dan mulut - Menetap pada permukaan mukosa, saluran nafas - Menghasilkan eksotoksin yang diabsorbsi oleh membrane Prod. Toksin Meningkat ๏ - Daerah infeksi meluas - Timbul eksudat - Terbentuk membrane yang melekat putih kelabu, sulit diangkat mudah berdarah Membrane + Jaringan Oedema ๏ - Gangguan pertukaran udara - Sulit bernafas 13 Toksin tersebar keseluruh tubuh lewat peredaran darah : - Merusak jaringan - Organ tubuh ( jantung ) saraf dan ginjal PEMERIKSAAN LABORATORIUM : - Darah lengkap - Faces dan urin lengkap - Hapusan hidung dan tenggorokan (KN) CARA PEMERIKSAAN KN : - KN 1 sebelum mendapat ads - KN 2 hari ke 2 - KN 3 hari ke 3 Selanjutnya KN diambil dari hari ke 7, 8, 9. Bila KN pada hari ke 9 negatif dan tidak ada komplikasi pasien boleh pulang, bila masih positive pemeriksaan diulang 3 hari lagi secara berturut-turut. PEMERIKSAAN EKG : dilakukan dari ke 1 dan diulangi hari ke 9. Bila tak ada kelainan minimal 2x pemeriksaan. 14 Penatalaksanaan A. Pengobatan umum Perawatan yang baik : istirahat total, isolasi, makanan lunak, obs, ketat. Pemeriksaan EKG pada hari 1-3-7 dan setiap mg selama 5 mg. B. Pengobatan khusus 1. Anti difteri toksin (ADS) Dosis : - Difteri ringan ( hidung, mata, kulit ) : 20.000 µ - Difteri sedang ( tonsil, laring ): 40.000 µ - Difteri berat ( disertai penyakit ) : 100.000 µ Selama infeksi toksin difteri ada 3 bentuk : a. Toksin bebas dalam darah b. Toksin bergabung dengan jaringan secara tidak erat c. Toksin bergabung erat dengan jaringan ADS diberikan sekaligus bila uji tes kulit = (negative), bila + (positive) diberikan secara bertahap (besredka). 2. Antimikoba a. Penisilin prokain 50.000 – 100.000 µ / kg / BB / 24 jam. Selama 10 hr ๏ 1 – 2 kali / hr. b. Bila alergi terhadap penisilin ๏ eritromisin 50 mg / kg / 24 jam (max 1 gr) oral, 3 - 4 x / hr selama 10 hr. 3. Kortiskosteroid Bila terdapat obstruksi saluran nafas atas pada PX dengan penyakit pada jantung perlu dipertimbangkan. Bila hari ke 1 ada kegawatan harus dikontrol ECG secepatnya. 15 DAFTAR CARA PEMBERILAN OBAT ADS Dalam pemberian penyuntikkan kita lakukan test terlebih dahulu dengan cara : 1. 0,05 ADS Murni adalah 1 cc Pz / aquadest disuntik 1 str. Ditunggu 15 menit baru dilihat. 2. Bila tes negative, ADS ? bisa diberikan semua asal pasien tisak panas dan nadi baik. 3. Bila tes positif + ADS diberikan secara besredka selama pemberian obs suhu, nadi, tensi dan pernafasan. Bila pasien panas pemberian suntikan ADS harus dihentikan dan usahakan suhu badan diturunkan dengan kompres / antipiretika. CARA PEMBERIAN BESREDKA 1. 0,05 ADS Oplos 1 cc Pz SC. 2. 0,1 ADS Oplos 1 cc Pz SC. 3. 0,1 ADS Murni disuntikkan SC. 4. 0,2 ADS Murni disuntikkan 1M. 5. 0,5 ADS Murni disuntikkan 1M. 6. 2 CC ADS Murni disuntikkan 1M. 7. 4 CC ADS Murni disuntikkan 1M. Sisanya diberikan semuanya kiri, kanan / bila keadaan Px tidak memungkinkan bisa diberikan bertahap 4 cc dengan jarak 15’ tiap 2 pemberian jaraknya ditunggu 15 menit. 16 PEMBERIAN MELALUI INTRA VENA Bila tes ADS ( - ) diberikan secara IV : ๏ท ADS dioplos dengan 200 cc D5 ½ S + ADS sebanyak yang dibutuhkan. ๏ท Dengan D5 ½ S : > 2 Tahun. ๏ท Dengan PZ ๏ท Tidak boleh D5 % & Plasma ๏ ECG baik. Tes dinyatakan ( + ) bila edurasi 10 mm setelah penyuntikkan 15 menit. KEUNTUNGAN ADS / INTRA VENA 1. ‘ Peak Level ‘, serum anti toksin akan dicapai dalam 30 menit. Setelah pemberian Intra Vena ๏ secara 1 M akan dicapai dalam waktu 4 hari. 2. ADS ๏ mencapai Saliva ๏ cepat ๏ 1 M akan dicapai dalam beberapa jam/hari. PENCEGAHAN : 1. Kebersihan perorangan sangat berperan dalam penyebaran penyakit ini terutama bila ada difteri mulut. 2. Pasien yang baru sembuh mempunyai kekebalan yang rendah sehingga perlu diimunisasi lagi. 3. Imunisasi rutin sangat perlu untuk bayi umur 3, 4, 5 bulan disusul boster 1 tahun kemudian berikutnya 3 tahun. 17 4. Pasien boleh baru pulang setelah pemeriksaan KN negative 2x berturut-turut. 5. Pencarian dan pengobatan carier difteri yaitu dengan melakukan pemeriksaan KN hidung, tenggorokan, bila + pasien harus diobati bila perlu dilakukan tonsilektomi. Bila hasil KN + gejala klinis tidak ada, maka cukup diberikan pengobatan penisilin 600.000 unit selama 5 hari / erithromysin 50 mg / kk BB selama 7 hari. Bila KN hasil + dan ada gejala klinis, maka pasien harus mendapat pengobatan dan perawatan di RS. PROGNOSE BAIK ๏ท Bila belum terjadi komplikasi ๏ท Bila pengobatan tidak telambat ๏ท Tergantung lokasi penyakit ๏ท Bila keadaan anak baik ๏ท Bila imunisasi anak sudah lengkap 18 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIFTERI Pengkajian 1. Identitas dapat terjadi pada semua golongan umur namun sering di jumpai pad anak 1 – 10 tahun. 2. Keluhan utama : biasanya klien dating dengan keluhan kesulitan bernafas pada waktu tidur, nyeri pada eaktu makan dan bengkak pada tenggorokan / leher. 3. Riwayat kontak dengan keluarga / orang yang menderita difteri perlu di kaji. 4. Pemeriksaan fisik : a. Pada difteri tonsil – faring terdapat malaise, suhu tubuh > 38,9 0c, terdapat pseodomembran pada tonsil dan dinding faring, serta bullnek. b. Pada difteri laring terdapat stridor, suara parau, dan batuk kering, sementara pada obstruksi laring yang berat terdapat retraksi supra sterna, subcostal, dan supra clavicular. c. Pada difteri hidung terdapat pilek ringan, secret hidung yang serosanguinus sampai mukopurulen, dan membrane putih pada septum nasi. 5. Pemeriksaan Laboratorium. Dignosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul : 1. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas. 2. Perubahan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi. 3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kelainan saraf pada palatum mole. 4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia. 5. Beresiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan menurun. 19 6. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organism virulen. 7. Gangguan aktivitas berhubungan dengan malaise. 8. Kurang pengetahuan terhadap proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai proses penyakit dan penatalaksanaan (pengobatan). Rencana Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi pada jalan nafas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan jalan nafas kembali efektif. Kriteria hasil : - Kx dapat melakukan batuk efektif - Kx dapat bernafas dengan normal ( 20-40 x/mnt) INTERVENSI : 1. Observasi pernafasan irama dan bunyi pernafasan. R/ Berguna dalam menentukan derajat distress pernafasan 2. Atur posisi kepala ditinggikan atau dengan posisi ekstensi R/ Akan membantu memperluas ruang diafragma. 3. Ajarkan untuk batuk efektif dan dilakukan fisioterapi dada. R/ Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia mempertahankan jalan nafas paten, penekanan menurunkan ketidaknyamanan, dan posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan kuat. Kolaborasi : 20 4. Lakukan suction jalan nafas jika terdapat sumbatan. R/ Sekret yang menumpuk dan menetap akan menjadi tempat berkembangnya bakteri. 2. Perubahan suhu rubuh (hipertermi) b/d proses infeksi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan suhu tubuh Kx normal. Kriteria hasil : ๏ท Menunjukkansuhu tubuh normal kembali (N : 36 – 370) ๏ท Mukosa bibir lembab ๏ท Wajah tidak kemerahan Intervensi Mandiri : 1. Observasi suhu pasien (derajat dan pola) R/ Suhu 38,50C – 41,10C menunjukkan proses penyakit infeksius. 2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan selimut tidur sesuai indikasi. R/ Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal. 21 DAFTAR PUSTAKA Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman, Anna M Arvin ( 2000 ). “ Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol II E/15, Jakarta; EGC. Donges, Marilynn C ( 2000 ). “ Rencana Asuhan Keperawatan E/3”. Jakarta, EGC. DR. Nursalam M. Nurs ( Hons ), Rekawati Susilaningrum, SST, Sri Utami, S.Kep. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( Untuk perawat dan Bidan ), Salemba Medika, Jakarta. A. Azis Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Salemba Medika, Jakarta. Aden R. Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak, Banguntapan-Bantul., Yogyakarta Juni 2010. 22