Uploaded by User53680

ASUHAN KEPERAWATAN DBD DAN DIFTERI

advertisement
ASUHAN
KEPERAWATAN ANAK DENGAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
1
DEMAM BERDARAH DENGUE
Batasan : Ialah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe I – IV
disertai demam 5-7 hari dan gejala perdarahan.
Gejala Klinis :
Menurut derajat – tingginya penyakit dbd dibagi menjadi 4 tingkat ๏ƒ  WHO,
1975 : ๐‘‡๐‘ฆ๐‘๐‘’ ๐‘’๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘ก๐‘–๐‘œ๐‘› โ„Ž๐‘’๐‘Ÿ๐‘’.
Derajat I
: Panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas, uji tanuigut positif (+).
Derajat II
: Sama derajat I ditambah dengan gejala perdarahan spontan ๏ƒ  epitaksis,
hematemesis, melena, perdarahan gus i dll.
Derajat III : Ditandai oleh kegagalan peredaran darah, misalnya : nadi lemah dan
cepat ( lebih dari 120/ml, tensi turun 90/70 mmHg ), gelisah, kulit dingin.
Derajat IV : Nadi tidak teraba, tensi tak terdengar / tak terukur / menurun. Anggota
gerak dingin, berkeringat, kulit biru, gelisah / apatis.
Gejala klinis DHF tergantung umur :
๏‚ท
Bayi dan anak kecil : panas disertai ruam / rash.
๏‚ท
Anak besar dan orang dewasa :
๏ƒ˜ Panas tinggi 5-7 hari
๏ƒ˜ Kepala otot sendi merasa sakit
๏ƒ˜ Nyeri seluruh abdomen
๏ƒ˜ Timbul rash
๏ƒ˜ Perasaan tak enak pada epigastrium
๏ƒ˜ Nyeri pada daerah subternal kanan
๏ƒ˜ Tes rempellede (+)
๏ƒ˜ Panas akan turun mendadak
๏ƒ˜ Gejala lain :
๏‚ท
Hati membesar
๏‚ท
Cairan dalam rongga pleura – encephalopati : kejang-kejang, gelisah, koma
๏‚ท
Asites
2
Labotarorium :
๏ƒ˜ Trombositopeni ( kurang dari 100.000/mm3 )
๏ƒ˜ HB dan PCP meningkat ( lebih dari 20% )
๏ƒ˜ Leukopeni ๏ƒ  mungkin normal / leukositosis
Diagnosa banding :
a. Campak
b. Demam tifoid
c. L.T.P
d. Leukemi
e. Anaime plastic
f. Meningitis
Cara melakukan uji tourniquet :
1. Digunakan manset yang sesuai
2. Ditentukan pertengahan tekanan systole dan tekanan diastole
3. Dipasang selama 5 menit
4. Dilepaskan tekanan tersebut
5. Dibaca didaerah voler dengan ะค 2,8 cm, interpretasi positif, bila petihae terdapat
lebih dari 20
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinik yang bervariasi :
๏‚ท
Yang paling ringan ( Mild Undifferentiated Febril Illnes )
๏‚ท
Demam dengue ( Dengue Fever ) ๏ƒ  bila yang turun hanya trombosit
๏‚ท
Demam berdarah dengue ( DBD )
๏‚ท
Sindrom syok dengue ( SSD )
3
Walaupun secara epidemilogi infeksi ringan lebih banyak terjadi, tapi pada awal
penyakit hampir tidak dapat dibedakan antara infeksi ringan dan berat.
Patofisiologi DHF
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ๏ƒ  bereaksi
antibody ๏ƒ  terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi mengaktivasi system
complement.
๏ƒจ
Anti histamine terlepas ๏ƒ  terjadi permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadilah trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan factor koagulasi ๏ƒ  terjadi
perdarahan hebat, terutama saluran gastrointestinal.
Beratnya penyakit ditentukan hipermebilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma ๏ƒ  hipotensi, trombositopenia, diathesis hemoragik ๏ƒ  renjatan / syok.
Hematokrit meningkat bersamaan hilangnya plasma ๏ƒ  hipovolemik, bila tidak terjadi
anoksida jaringan, asidosis metabolic ๏ƒ  kematian.
Infeksi Virus Dengue
Kompleks virus antibody
Depresi sumsum tulang
Aktivasi complement
Perdarahan, trombositopenia
Anti histamine dilepaskan
Permeabilitas membrane meningkat
Kebocoran plasma
Hipovolemia
Renjatan (syok) hipovolemi, hipotensi
Asidosis metabolic
4
1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Tersangka DHF
Tersangka DHF
Demam tinggi, mendadak terus
menerus < 7 hari tidak disertai
infeksisaluran nafas bagian atas,
badan lemah dan lesu
Ada kedaruratan
Tidak
ada
kedaruratan
Tanda syok
-
Muntah terus menerus
-
Kejang
-
Muntah darah
-
Batuk darah
Uji tourniquet (+)
Uji tourniquet (-)
Jml trombosit
Jml trombosit
- rawat inap
>100.000 µ l
<100.000 µ l
- parasetamol
- kontrol tiap
sampai
hari
demam
hilang
Rawat inap
Rawat jalan
- minum banyak
1,5 – 2 liter/hari
nilai
tanda
klinis
periksa trombosit &
Ht
bila
demam
menetap
setelah
hari sakit ke 3
-
parasetamol & control tiap hari sampai
demam turun
-
Periksa HB, Ht, trombosit tiap hari
5
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1.8. Pola Kesehatan Fungsional
1. Pola Persepsi Kesehatan
๏ƒ˜ Keluhan utama : demam tinggi dan menetap 2 – 7 hari, badan lemah
๏ƒ˜ RPD
:-
๏ƒ˜ RPS
: DHF
2. Pola Nutrisi Metabolic
๏ƒ˜ Nafsu makan kurang, mual, muntah, dehidrasi
๏ƒ˜ Mukosa bibir kering
๏ƒ˜ Perdarahan gusi
๏ƒ˜ Bissing usus menaik
3. Pola Aktivitas / Latihan
a. Sirkulasi
๏‚ท
Nadi cepat dan lemah ( syok )
๏‚ท
Tensi menurun / hipotensi
๏‚ท
Demam
๏‚ท
Terdapat bintik-bintik merah
๏‚ท
Menggigil
b. Pernafasan
๏‚ท
Nafas cepat
c. Mobilisasi
๏‚ท
Terjadi kelemahan tonus otot
๏‚ท
Tubuh terasa pegal-pegal dan lemah
6
4. Pola istirahat Tidur
Adanya kesulitan tidur karena badan terasa pegal-pegal, sakit kepala dan nyeri
karena pembesaran hepar.
5 Pola kognitif – Nyeri
Nyeri akibat terjadi pembesaran hepar, limpa dan kelenjar getah bening
6
Pola Eliminasi
Konstipasi ๏ƒ  intake tidak adekuat
Pemeriksaan penunjang :
๏‚ท
Trombosit < 100.000/mm2
๏‚ท
Peningkatan hematocrit > 20%
๏‚ท
Tes tourniquet (+)
1.9 Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh / hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
(viremia).
2. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
berhubungan dengan anoreksia.
4. Resti perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5. Potensi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal-pegal seluruh
tubuh.
7. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
8. Konstipasi berhubungan dengan intake adekuat.
9. Gangguan rasa nyaman / nyeri berhubungan dengan hematomagali.
10. Ansietas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk.
7
Diagnosa keperawatan :
1. Peningkatan suhu tubuh / hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
(viremia).
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
demam menurun
KH
: - Suhu tubuh normal ( 36 – 370C )
- Pasien bebas dari demam
Intervensi :
a. Berikan pasien minum lebih banyak dari biasanya dan jelaskan manfaatnya.
R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan.
b. Berikan kompres dingin ( axiler dan lipatan paha )
R/ kompres dingin membantu menurunkan suhu tubuh ( efek konduksi ).
c. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
R/ terjadi efek evaporasi yaitu perpindahan suhu luar / lingkungan ke dalam
tubuh.
d. Kolaborasi dengan pemberian antiseptic, misalnya : aspirin, parasetamol
R/ digunakan untuk mengulangi demam denganaksi sentralnya pada
hipotalamus.
e. Opservasi TTV : suhu, nadi, tensi, RR
R/ merupakan acuhan salah satu menentukan keadaan umum pasien.
2. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam diharapkan
volume cairan terpenuhi.
KH
: - TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi dehidrasi
- Mukosa lembab
8
Intervensi :
1. Pantau keadaan umum serta TTV
R/ hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi
2. Kolaborasi dalam pemberian cairan IV : RI, atau D 5%.
R/ digunakan dalam penggantian cairan yang hilang.
3. Dianjurkan pasien banyak minum
R/ meningkatkan pemasukan cairan dalam tubuh.
4. Pantau perubahan keluaran urine
R/ Indikator dalam menentukan banyaknya urine
5. Pantau turgor kulit, mukosa bibir dan rasa haus
R/ indicator dalam menentukan status dehidrasi.
9
ASUHAN
KEPERAWATAN ANAK PASIEN
DIFTERI
10
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIFTERI
Batasan :
Difteri
:
adalah
suatu
penyakit
infeksi
akut
yang
disebabkan
oleh
carisnecbacterium diphtheria disertai terbentuknya pseudomembran pada
mikosa dan atau kulit.
Gejala Klinis
: yang terjadi merupakan kumpulan dari gejala berbagai lokasi
sebagai akibat kerja kuman toksin atau penyakit.
Difteri Hidung
: secret serosanguinis, kadang-kadang epistaksis, luka lecet pada
daerah
nasalabialis
dan
ditemukannya
pseudomembran
diseptumnasi.
Difteri Faring
: panas tidak tinggi ( tinggi bila terjadi infeksi tumpangan dengan
kuman lain ).
Nyeri telan
: ringan, mual, muntah, tidur ngorok, didapatkan pseudomembran
di daerah urofaring. Bila berat dapat disertai “Bullneek” dan
perdarahan.
Difteri Laring
:
primer atau sebagai perluasan dari difteri faring, didapatkan
batuk menggonggong, suara parau dan gejala sumbatan saluran
nafas atas (stridor inspirator)
GEJALA OBSTRUKSI
๏‚ท
Berupa stridor inspirator, retraksi suprarenal, supraclavicular dan subcostal.
๏‚ท
Derajat obstroksi tergantung pada berat / ringan penyakit.
๏‚ท
Kasus ringan dengan antitoksin ๏ƒ  hilan g pada 6 – 10.
11
๏‚ท
Kasus berat penyumbatan disertai anoksemia ditandai gelisah, sianosis, lemah,
koma ๏ƒ  bisa.
๏‚ท
Obstruksi akut + kematian mendadak terjadi pada kasus ringan ๏ƒ  sebagian
membrane terlepas ๏ƒ  menyumbat jalan nafas.
Difteri Kulit, ditandai ๏ƒ  ulkus berbatas jelas dengan dasar membrane putih / abuabu.
Difteri Kinjungtiva ๏ƒ  konjungtiva palpebra ditandai oedem + adanya membrane
Di konjungtiva.
Difteri Telinga ๏ƒ  cairan mukopurulen yang persisten.
Difteri Vulvovaginal ๏ƒ  ulkus dengan batas jelas.
12
“ ETIOLOGI “
Corynebacteria diphtheria yang bersifat :
-
Gram positif
-
Tahan membentuk spora, tidak bergerak
-
Tahan beberapa mg, dalam es, air + lender
-
Mati pada suhu 600c dalam 10 menit
-
Membentuk eksotoksin yang dipengaruhi oleh bakteri ofag yang mengandung
toksigenik
-
Memproduksi eksotoksin baik invetro / invivo
-
Bentuk koloni dalam agar-agar ๏ƒ  diklasifikasikan menjadi gravis, metis dan
intermedium
-
Virulensi kuman tergantung pada koloni
Pathogenesis dan patologi
Kuman Diphteri Masuk ๏ƒ 
-
Hidung dan mulut
-
Menetap pada permukaan mukosa, saluran nafas
-
Menghasilkan eksotoksin yang diabsorbsi oleh membrane
Prod. Toksin Meningkat ๏ƒ 
-
Daerah infeksi meluas
-
Timbul eksudat
-
Terbentuk membrane yang melekat putih kelabu, sulit diangkat mudah berdarah
Membrane + Jaringan Oedema ๏ƒ 
-
Gangguan pertukaran udara
-
Sulit bernafas
13
Toksin tersebar keseluruh tubuh lewat peredaran darah :
-
Merusak jaringan
-
Organ tubuh ( jantung ) saraf dan ginjal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
-
Darah lengkap
-
Faces dan urin lengkap
-
Hapusan hidung dan tenggorokan (KN)
CARA PEMERIKSAAN KN :
-
KN 1 sebelum mendapat ads
-
KN 2 hari ke 2
-
KN 3 hari ke 3
Selanjutnya KN diambil dari hari ke 7, 8, 9. Bila KN pada hari ke 9 negatif dan tidak ada
komplikasi pasien boleh pulang, bila masih positive pemeriksaan diulang 3 hari lagi
secara berturut-turut.
PEMERIKSAAN EKG : dilakukan dari ke 1 dan diulangi hari ke 9. Bila tak ada kelainan
minimal 2x pemeriksaan.
14
Penatalaksanaan
A. Pengobatan umum
Perawatan yang baik : istirahat total, isolasi, makanan lunak, obs, ketat.
Pemeriksaan EKG pada hari 1-3-7 dan setiap mg selama 5 mg.
B. Pengobatan khusus
1. Anti difteri toksin (ADS)
Dosis :
- Difteri ringan ( hidung, mata, kulit ) : 20.000 µ
- Difteri sedang ( tonsil, laring ): 40.000 µ
- Difteri berat ( disertai penyakit ) : 100.000 µ
Selama infeksi toksin difteri ada 3 bentuk :
a. Toksin bebas dalam darah
b. Toksin bergabung dengan jaringan secara tidak erat
c. Toksin bergabung erat dengan jaringan
ADS diberikan sekaligus bila uji tes kulit = (negative), bila + (positive) diberikan
secara bertahap (besredka).
2. Antimikoba
a. Penisilin prokain 50.000 – 100.000 µ / kg / BB / 24 jam. Selama 10 hr ๏ƒ 
1 – 2 kali / hr.
b. Bila alergi terhadap penisilin ๏ƒ  eritromisin 50 mg / kg / 24 jam (max 1 gr)
oral, 3 - 4 x / hr selama 10 hr.
3. Kortiskosteroid
Bila terdapat obstruksi saluran nafas atas pada PX dengan penyakit pada
jantung perlu dipertimbangkan.
Bila hari ke 1 ada kegawatan harus dikontrol ECG secepatnya.
15
DAFTAR CARA PEMBERILAN OBAT ADS
Dalam pemberian penyuntikkan kita lakukan test terlebih dahulu dengan cara :
1. 0,05 ADS Murni adalah 1 cc Pz / aquadest disuntik 1 str. Ditunggu 15 menit baru
dilihat.
2. Bila tes negative, ADS ? bisa diberikan semua asal pasien tisak panas dan nadi
baik.
3. Bila tes positif + ADS diberikan secara besredka selama pemberian obs suhu,
nadi, tensi dan pernafasan. Bila pasien panas pemberian suntikan ADS harus
dihentikan dan usahakan suhu badan diturunkan dengan kompres / antipiretika.
CARA PEMBERIAN BESREDKA
1. 0,05 ADS Oplos 1 cc Pz SC.
2. 0,1 ADS Oplos 1 cc Pz SC.
3. 0,1 ADS Murni disuntikkan SC.
4. 0,2 ADS Murni disuntikkan 1M.
5. 0,5 ADS Murni disuntikkan 1M.
6. 2 CC ADS Murni disuntikkan 1M.
7. 4 CC ADS Murni disuntikkan 1M.
Sisanya diberikan semuanya kiri, kanan / bila keadaan Px tidak memungkinkan bisa
diberikan bertahap 4 cc dengan jarak 15’ tiap 2 pemberian jaraknya ditunggu
15 menit.
16
PEMBERIAN MELALUI INTRA VENA
Bila tes ADS ( - ) diberikan secara IV :
๏‚ท
ADS dioplos dengan 200 cc D5 ½ S + ADS sebanyak yang dibutuhkan.
๏‚ท
Dengan D5 ½ S : > 2 Tahun.
๏‚ท
Dengan PZ
๏‚ท
Tidak boleh D5 % & Plasma ๏ƒ  ECG baik.
Tes dinyatakan ( + ) bila edurasi 10 mm setelah penyuntikkan 15 menit.
KEUNTUNGAN ADS / INTRA VENA
1. ‘ Peak Level ‘, serum anti toksin akan dicapai dalam 30 menit. Setelah
pemberian Intra Vena ๏ƒ  secara 1 M akan dicapai dalam waktu 4 hari.
2. ADS ๏ƒ  mencapai Saliva ๏ƒ  cepat ๏ƒ  1 M akan dicapai dalam beberapa jam/hari.
PENCEGAHAN :
1. Kebersihan perorangan sangat berperan dalam penyebaran penyakit ini
terutama bila ada difteri mulut.
2. Pasien yang baru sembuh mempunyai kekebalan yang rendah sehingga perlu
diimunisasi lagi.
3. Imunisasi rutin sangat perlu untuk bayi umur 3, 4, 5 bulan disusul boster 1 tahun
kemudian berikutnya 3 tahun.
17
4. Pasien boleh baru pulang setelah pemeriksaan KN negative 2x berturut-turut.
5. Pencarian dan pengobatan carier difteri yaitu dengan melakukan pemeriksaan
KN hidung, tenggorokan, bila + pasien harus diobati bila perlu dilakukan
tonsilektomi.
Bila hasil KN + gejala klinis tidak ada, maka cukup diberikan pengobatan
penisilin 600.000 unit selama 5 hari / erithromysin 50 mg / kk BB selama 7 hari.
Bila KN hasil + dan ada gejala klinis, maka pasien harus mendapat pengobatan
dan perawatan di RS.
PROGNOSE BAIK
๏‚ท
Bila belum terjadi komplikasi
๏‚ท
Bila pengobatan tidak telambat
๏‚ท
Tergantung lokasi penyakit
๏‚ท
Bila keadaan anak baik
๏‚ท
Bila imunisasi anak sudah lengkap
18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DIFTERI
Pengkajian
1. Identitas dapat terjadi pada semua golongan umur namun sering di jumpai pad
anak 1 – 10 tahun.
2. Keluhan utama : biasanya klien dating dengan keluhan kesulitan bernafas pada
waktu tidur, nyeri pada eaktu makan dan bengkak pada tenggorokan / leher.
3. Riwayat kontak dengan keluarga / orang yang menderita difteri perlu di kaji.
4. Pemeriksaan fisik :
a. Pada difteri tonsil – faring terdapat malaise, suhu tubuh > 38,9 0c, terdapat
pseodomembran pada tonsil dan dinding faring, serta bullnek.
b. Pada difteri laring terdapat stridor, suara parau, dan batuk kering, sementara
pada obstruksi laring yang berat terdapat retraksi supra sterna, subcostal,
dan supra clavicular.
c. Pada difteri hidung terdapat pilek ringan, secret hidung yang serosanguinus
sampai mukopurulen, dan membrane putih pada septum nasi.
5. Pemeriksaan Laboratorium.
Dignosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul :
1. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada
jalan nafas.
2. Perubahan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kelainan saraf pada
palatum mole.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia.
5. Beresiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan menurun.
19
6. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organism virulen.
7. Gangguan aktivitas berhubungan dengan malaise.
8. Kurang pengetahuan terhadap proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai proses penyakit dan penatalaksanaan (pengobatan).
Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi pada jalan nafas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan jalan
nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
-
Kx dapat melakukan batuk efektif
-
Kx dapat bernafas dengan normal ( 20-40 x/mnt)
INTERVENSI :
1. Observasi pernafasan irama dan bunyi pernafasan.
R/ Berguna dalam menentukan derajat distress pernafasan
2. Atur posisi kepala ditinggikan atau dengan posisi ekstensi
R/ Akan membantu memperluas ruang diafragma.
3. Ajarkan untuk batuk efektif dan dilakukan fisioterapi dada.
R/ Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia
mempertahankan
jalan
nafas
paten,
penekanan
menurunkan
ketidaknyamanan, dan posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam
dan kuat.
Kolaborasi :
20
4. Lakukan suction jalan nafas jika terdapat sumbatan.
R/
Sekret
yang
menumpuk
dan
menetap
akan
menjadi
tempat
berkembangnya bakteri.
2. Perubahan suhu rubuh (hipertermi) b/d proses infeksi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan suhu
tubuh Kx normal.
Kriteria hasil :
๏‚ท
Menunjukkansuhu tubuh normal kembali (N : 36 – 370)
๏‚ท
Mukosa bibir lembab
๏‚ท
Wajah tidak kemerahan
Intervensi
Mandiri :
1. Observasi suhu pasien (derajat dan pola)
R/ Suhu 38,50C – 41,10C menunjukkan proses penyakit infeksius.
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan selimut tidur sesuai indikasi.
R/ Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.
21
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman, Anna M Arvin ( 2000 ). “ Ilmu Kesehatan
Anak Nelson Vol II E/15, Jakarta; EGC.
Donges, Marilynn C ( 2000 ). “ Rencana Asuhan Keperawatan E/3”. Jakarta, EGC.
DR. Nursalam M. Nurs ( Hons ), Rekawati Susilaningrum, SST, Sri Utami, S.Kep.
Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( Untuk perawat dan Bidan ), Salemba
Medika, Jakarta.
A. Azis Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Salemba Medika,
Jakarta.
Aden R. Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak, Banguntapan-Bantul.,
Yogyakarta Juni 2010.
22
Download