Uploaded by qonitapraviantiazka

[PDF] MAKALAH KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN

advertisement
KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN
Disusun oleh:
Amrullah
17120260
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari
BANJARMASIN – KALIMANTAN SELATAN
2018
1
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................i
Daftar Isi ............................................................................................ii
Kata Pengantar ..................................................................................iii
Bab I Pendahuluan ............................................................................1
Bab II. Pembahasan ...........................................................................2
Bab III. Kesimpulan ............................................................................9
Daftar Pustaka ...................................................................................10
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi publik dalam profesi pengadministrasi.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Kotabaru, Oktober 2018
Penyusun
BAB I
3
PENDAHULUAN
Ketika era globalisasi dan informasi belum sepenuhnya diantisipasi,
Indonesia harus menghadapi krisis ekonomi dan reformasi yang berlanjut dengan
berbagai tuntutan seperti otonomi, demokratisasi, dan perlindungan hak-hak asasi
manusia. Berbagai hal itu sering terkait satu dengan lainnya. Tuntutan seperti
itupun merupakan hal yang wajar. Sayangnya, masalah-masalah besar itu tidak
bias dipecahkan segera dan serempak, bahkan fakta-fakta yang ada menunjukkan
bahwa satu permasalahanpun seringkali tidak dapat dipecahkan dengan
memuaskan. Karenanya, masalah yang dihadapi Indonesia sekarang sangat
kompleks dan berlarut-larut.
Apakah kaitan antara perubahan-perubahan itu dengan kebijakan
kependudukan? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya dilihat dulu lingkup
permasalahan kependudukan. Pada satu sisi, permasalahan itu berputar pada
masalah pokok demografis, yaitu fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan
mobilitas (migrasi).
Secara sepintas, terutama bagi orang awam, permasalahan ini tampak
sederhana. Namun, bila menyadari bahwa permasalahan kependudukan tidak
mengkaji individu per individu, masalahnya tidak pernah sederhana. Oleh karena
itu, pada sisi lain, permasalahan kependudukan bias melebar ke berbagai
permasalahan sosial ekonomi lain.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai kebijakan kependudukan,
sehingga
diharapakan
dengan
adanya
pembahasan
mengenai
kebijakan
kependudukan, akan menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang kebijakan
kependudukan.
BAB II
4
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kebijakan Kependudukan
Kebijakan
Kependudukan
adalah
kebijakan
yang
ditujukan
untuk
mempengaruhi besar, komposisi, distribusi dan tingkat perkembangan penduduk.
sedangkan DR. Elibu Bergman (Harvard university) Mendefinisikan kebijakan
penduduk sebagai tindakan-tindakan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan
dimana didalamnya termasuk pengaruh dan karakteristik penduduk. Secara
umum kebijakan penduduk harus ditujukan untuk:
1)
Melindungi kepentingan dan mengembangkan kesejahteraan penduduk itu
sendiri terutama generasi yang akan datang.
2)
Memberikan kemungkinan bagi tiap-tiap orang untuk memperoleh kebebasan
yang lebih besar, guna menentukan apa yang terbaik bagi kesejahteraan diri,
keluarga dan anaknya.
3)
Kebijakan harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk itu
sendiri. Pemecahan masalah kependudukan dengan pengendalian kelahiran saja
tidak menjamin bahwa hasilnya secara otomatis akan meningkatkan kualitas hidup
penduduk yang bersangkutan atau generasi yang akan datang.
Pada tahun 1965 PBB mempunyai kebijakan kependudukan yang jelas dan
menjadi dasar bagi tindakan-tindakan yang nyata, walaupun badan yang bernama
“The Population Commission” dengan resmi sudah dapat disahkan pada tanggal 3
oktober 1946.
B.
Menyoal Kebijakan Kependudukan di Indonesia
AKTIVIS Sita Aripurnami menggunakan kutipan Zillah Eisenstein, The
Color of Gender (1994) ini pada baris pertama tesis berjudul Reproductive Rights
Between Control and Resistence: A Reflection on the Discourse of Population
Policy in Indonesia, yang diajukan untuk mendapatkan Master of Science pada
The Gender Institute, London School of Economics (LSE) London, Inggris.
Sungguh kutipan yang tepat untuk menganalisis politik reduksionis dalam
kebijakan kependudukan di Indonesia, yakni bagaimana kebijakan kependudukan
direduksi menjadi kebijakan keluarga berencana; kebijakan berencana direduksi
5
menjadi kebijakan kontrasepsi; kebijakan kontrasepsi direduksi lagi menjadi
hanya kontrasepsi bagi perempuan. Dari 20 jenis kontrasepsi yang beredar, 90
persen di antaranya ditujukan untuk perempuan.
Bank Dunia pernah menyebut Indonesia sebagai "salah satu transisi
demografis paling mengesankan di negara sedang berkembang". Pada masa itu
tingkat fertilitas turun dari 5,5 menjadi tiga per kelahiran, sementara tingkat
kelahiran kasar turun dari 43 menjadi 28 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 1970,
pertumbuhan penduduk turun dari sekitar 3,5 persen menjadi 2,7 persen dan turun
lagi menjadi 1,6 persen pada tahun 1991. Banyak negara berkembang kemudian
belajar implementasi program KB di Indonesia. Tetapi, hampir bisa dipastikan,
dalam "transfer pengetahuan" itu tidak disebut metode yang membuat program itu
sukses; yakni koersi (pemaksaan dengan ancaman) terhadap perempuan,
khususnya dari kelompok masyarakat kelas bawah, terutama saat awal program
diperkenalkan.
DI bawah panji-panji Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS),
program pengendalian penduduk (baca: KB dengan alat kontrasepsi) dilancarkan.
Seperti halnya di negara berkembang lain awal tahun 1970-an, pemerintah Orde
Baru meyakini KB sebagai strategi ampuh mengejar ketertinggalan pembangunan.
Ajaran Malthusian mengasumsikan, dengan jumlah penduduk terkendali rakyat
lebih makmur dan sejahtera. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi-yang
merupakan
pereduksian
makna
"pembangunan"-tinggi
guna
mencapai
kemakmuran, di antara syaratnya adalah "zero growth" di bidang kependudukan.
Hubungan antara pengendalian jumlah penduduk dan pembangunan ekonomi
menjadi semacam kebenaran, sehingga tidak lagi memerlukan pembuktian. Dalam
Konferensi Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Cairo, Mesir, 1994,
lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengungkapkan, kebijakan kependudukan
yang reduksionis ini dikonstruksi sistematis melalui lembaga internasional.
Pertumbuhan penduduk menjadi prakondisi bantuan pembangunan.
Di Indonesia, seperti pernah dikemukakan aktivis kesehatan reproduksi
Ninuk Widyantoro, para petugas medis hanya diajari cara memasang susuk (nama
lain dari Norplant), tetapi tidak cara mengeluarkannya. Pendarahan dan efek
6
samping lain pemasangan kontrasepsi di tubuh perempuan sering dianggap tidak
soal. Secara ironis pula, perencanaan program sebagian besar dilakukan laki-laki.
Angka
keberhasilan
KB
dijadikan
salah
satu
komponen
keberhasilan
pembangunan, sehingga cara apa saja digunakan untuk mencapai "angka
keberhasilan" itu. Manusia, khususnya perempuan, telah berubah maknanya
menjadi hanya angka dan target. Caranya, tak jarang menggunakan pemaksaan
dan ancaman aparat. Penelitian Sita Aripurnami dan Wardah Hafidz awal tahun
1990-an memperlihatkan, hal itu terjadi pada pemasangan IUD di desa-desa.
Rezim Orde Baru, seperti halnya rezim pembangunanisme di mana pun,
memperlakukan perempuan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas peledakan
jumlah penduduk. Dengan demikian, mereka harus dikontrol ketat. Sosiolog Ariel
Heryanto pernah menyatakan, program KB telah membuat alat reproduksi
perempuan seperti milik sah negara yang bisa digunakan para birokrat korup
untuk mendapatkan utang. Pelajaran masa lalu ini amat berharga, karena
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia salah satunya disebabkan
persoalan KB. Ke depan, kebijakan kependudukan harus dikembalikan pada
hakikatnya semula dengan menempatkan kesehatan reproduksi perempuan
sebagai landasan. Itu berarti, perempuan mempunyai hak mengontrol tubuhnya
untuk bebas dari paksaan, kekerasan,serta diskriminasi pihak mana pun. Akses
pada pelayanan kesehatan reproduksi harus dibuka untuk siapa pun. Proses
demokrasi harus dimulai dari persoalan ini.
C.
Konperensi Kependudukan Dunia
Konperensi kependudukan dunia dilaksanakan oleh PBB tahun 1954 di
Roma. Kehati-hatian mewarnai penyebutan masalah kepadatan penduduk. Prokontra terjadi tentang adanya masalah kepadatan penduduk.
Tahun
1954-1965
laporan-laporan
tentang
tekanan-tekanan
yang
disebabkan oleh kepadatan penduduk dalam kehidupan politik, ekonomi dan
sosial dalam bentuk angka-angka stastistik membuka mata dunia akan adanya
masalah kependudukan. Hal ini tercermin dalam konperensi kependudukan dunia
ke-2 yang dilaksanakan oleh PBB di Beograd tahun 1965. Sejak konperensi ini
7
masalah kependudukan dinyatakan sebagai masalah dunia yang harus segera
ditangani.
Pada hari HAM 1968, dicetuskan Deklarasi pemimpin-pemimpin dunia
tantang kependudukan. Deklarasi itu diterima sebagai resolusi XVII dalam
konperensi tentang HAM di Teheran pada tanggal 12 Mei 1968. Presiden
Indonesia merupakan salah seorang dari 30 orang kepala negara yang turut
menendatanganinya.
Pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat sangat merintangi taraf hidup,
kemajuan, peningkatan kesehatan dan sanitasi, pengadaan perumahan dan alat-alat
pengangkutan, peningkatan kebudayaan, kesempatan rekreasi dan untuk banyak
nagara merintangi pemberian pangan yang cukup kepada rakyat. Ringkasnya citacita manusia seluruh dunia untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik
diganggu dan dibahayakan oleh pertumbuhan penduduk yang tak dikendalikan itu.
Pernyataan Bersama PBB mengenai kependudukan oleh Sekjen PBB U Than 10
Desember 1966 adalah: “Kami para pemimpin Negara-negara yang sangat
memperhatikan masalah kependudukan sependapat bahwa:
a.
Masalah
kependudukan
perlu
menjadi
unsur
utama
dalam
rencana
pembangunan jangka panjang bila negara itu ingin mencapai tujuan ekonomi yang
dicita-citakan oleh rakyat.
b.
Sebagian orang dari para orang tua ingin memperoleh pengetahuan tentang caracara merencanakan keluarga dan adalah hak tiap-tiap manusia untuk menentukan
jumlah dan menjarangkan kelahiran anaknya.
c.
Perdamaian yang sesungguhnya dan kekal sangat bergantung pada cara kita
menanggulangi pertumbuhan penduduk.
d.
Tujuan Keluarga Berencana adalah untuk memperkaya kehidupan umat manusia
bukan untuk mengekangnya; bahwa dengan keluarga berencana tiap-tiap orang
akan memperoleh kesempatan yang lebih baik untuk mencapai kemuliaan hidup
dan mengembangkan bakatnya.
e.
Sadar bahwa gerakan keluarga berencana adalah untuk kepentingan keluarga
dan negara maka kami para penandatanganan sangat berharap pemimpinpemimpin seluruh dunia menyepakati pernyataan itu.
8
Deklarasi
kependudukan
tersebut,
merupakan
pangkal
tolak
dari
dilaksanakan program kependudukan atas dasar kebijakan kependudukan tiap
Negara. Sekarang sebagian besar dari negara-negara anggota PBB telah memiliki
kebijakan kependudukan termasuk Indonesia. Dalam menentukan suatu kebijakan
tentang kependudukan yang penting adalah memperhatikan kualitas penduduk itu
sendiri, stabilitas dari sumber-sumber kehidupan mereka, kelangsungan adanya
lapangan kerja, standar kehidupan yang menyenangkan, dimana keamanan
nasional maupun kebahagiaan perorangan harus diperhitungkan.
Kebijakan
kependudukan
dapat
dilakukan
melalui
3
komponen
perkembangan penduduk yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
perpindahan penduduk (migrasi). Mencegah pertumbuhan penduduk sebenarnya
dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti : peningkatan migrasi keluar,
peningkatan jumlah kematian atau penurunan jumlah kelahiran.
Cara yang pertama sulit kiranya untuk dilakukan sebab semua negara di
dunia ini melakukan pengawasan dan pembatasan orang-orang asing pendatang
baru, sehingga mempersulit terjadinya migrasi secara besar-besaran. Juga tidak
mungkin
diharapkan
bahwa
pemerintah
berani
menjalankan
kebijakan
peningkatan jumlah kematian. Jadi satu-satunya cara yang tinggal adalah dengan
menurunkan jumlah kelahiran. Keuntungan pertama yang nyata dari hasil
penurunan jumlah kelahiran adalah perbaikan kesehatan ibu dan anak-anak yang
sudah ada, dan penghematan pembiayaan pendidikan.
Usaha memecahkan kepadatan penduduk karena tidak meratanya penyebaran
penduduk, seperti terdapat di JAMBAL (Jawa, Madura,dan Bali) adalah dengan
memindahkan penduduk tersebut dari pulau Jawa, Madura, dan Bali ke pulaupulau lain. Usaha ini di Indonesia dikenal dengan nama “Transmigrasi” dan telah
ditempatkan pada prioritas yang tinggi. Disamping migrasi, masalah lainnya perlu
dipecahkan adalah perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah
perkotaan, yang dikenal dengan nama “Urbanisasi”. Menurut hasil sensus 1980,
18,8% dari jumlah penduduk Indonesia bermukim di daerah kota. Setengah abad
yang lalu jumlah penduduk kota di Indonesia telah berkembang lebih cepat
daripada perkembangan penduduk Indonesia. Hampir sepertiga dari pertambahan
9
penduduk Indonesia dalam dekade terakhir ditampung oleh daerah perkotaan.
Masalah yang timbul adalah belum siapnya kota-kota tersebut untuk menampung
pendaftar baru yang melampaui kemampuan daya tampung kota-kota tadi.
Secara garis besarnya tujuan kebijakan kependudukan, adalah sebagai
berikut: memelihara keseimbangan antara pertambahan dan penyebaran penduduk
dengan perkembangan pembangunan sosial ekonomi, sehingga tingkat hidup yang
layak dapat diberikan kepada penduduk secara menyeluruh. Usaha yang demikian
mencakup seluruh kebijakan baik di bidang ekonomi, sosial, kulturil, serta
kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatan nasional, pembagian
pendapatan yang adil, kesempatan kerja dan pembangunan pendidikan secara
menyeluruh. Strategi yang digunakan adalah jangka panjang maupun jangka
pendek.
Di Indonesia tujuan jangka panjang diusahakan dapat dijangkau dengan:
1.
Peningkatan volume transmigrasi ke daerah-daerah yang memerlukannya.
2.
Menghambat pertumbuhan kota-kota besar yang menjurus kea rah satu-satunya
kota besar di suatu pulau tertentu dan mengutamakan pembangunan pedesaan.
Tujuan jangka pendek diarahkan kepada penurunan secara berarti pada
tingkat fertilitas, peningkatan volume transmigrasi setiap tahunnya dan
perencanaan serta pelaksanaan urbanisasi yang mantap.
Program-program kebijakan yang disusun untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
1.
Meningkatkan program keluarga berencana sehingga dapat melembaga dalam
masyarakat. Termasuk semua program pendukung bagi keberhasilannya seperti
peningkatan mutu pendidikan, peningkatan umur menikah pertama, peningkatan
status wanita.
2.
Meningkatkan dan menyebarluaskan program pendidikan kependudukan.
3.
Merangsang terciptanya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
4.
Meningkatkan program transmigrasi secara teratur dan nyata.
5.
Mengatur perpindahan penduduk dari desa ke kota secara lebih komprehensif di
dalam perencanaan pembangunan secara menyeluruh.
6.
Mengatasi masalah tenaga kerja.
7.
Meningkatkan pembinaan dan pengamanan lingkungan hidup.
10
Hambatan-hambatan yang ada dalam usaha memecahkan masalah kepadatan
penduduk.
Penduduk di hampir semua negara berkembang termasuk Indonesia selama
berabad-abad hidupnya telah dipengaruhi oleh nilai, norma dan adat istiadat yang
bersifat positif terhadap sikap dan tingkah laku yang menginginkan anak banyak.
Struktur kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (agama) telah
memantapkan kehidupan pribadi. Untuk dapat merubah sikap dan tingkah laku
tersebut menjadi sikap dan tingkah laku untuk menyenangi dan menginginkan
anak sedikit diperlukan program pendidikan dan program-program pemberian
motivasi lainnya.
Kebijaksanaan kependudukan secara menyeluruh harus memperhitungkan
hambatan-hambatan dari segi politis, ekonomis, sosial, budaya, agama juga dari
segi psikologis perorangan dan masyarakat yang di negara-negara berkembang
masih cenderung mendukung diterimanya banyak anak. Program-program
“beyond family planning” harus lebih diintensifkan dan diekstensifkan. Di
samping usaha peningkatan produksi dalam segala bidang kebutuhan hidup
penduduk (pangan, sandang, rumah, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain), perlu
ditingkatkan usaha yang berhubungan dengan:
1.
Pelaksanaan wajib belajar dan perbaikan mutu pendidikan.
2.
Perluasan kesempatan kerja.
3.
Perbaikan status wanita dan perluasan kesempatan kerja bagi mereka.
4.
Penurunan kematian bayi dan anak-anak.
5.
Perbaikan kesempatan urbanisasi.
6.
Perbaikan jaminan sosial dan jaminan hari tua.
11
BAB III
KESIMPULAN
Kebijakan
Kependudukan
adalah
kebijakan
yang
ditujukan
untuk
mempengaruhi besar, komposisi, distribusi dan tingkat perkembangan penduduk
Kebijakan
kependudukan
dapat
dilakukan
melalui
tiga
komponen
perkembangan penduduk yaitu :
1)
kelahiran (fertilitas)
2)
kematian (mortalitas)
3)
perpindahan penduduk (migrasi).
Sedangkan Mencegah pertumbuhan penduduk sebenarnya dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti : peningkatan migrasi keluar, peningkatan jumlah
kematian atau penurunan jumlah kelahiran.
Alasan yang rasional mengapa diperlukan kebijakan kependudukan. Pertama,
salah satu fungsi pemerintah adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Ini
tujuan paling mendasar dari setiap kebijakan pembangunan. Kedua, perilaku
demografi (demographic behavior) terdiri dari sejumlah tindakan individu. Ketiga,
tindakan tersebut merupakan usaha untuk memaksimalkan utilitas atau
kesejahteraan individu. Keempat, kesejahteraan masyarakat tidak selalu
merupakan penjumlahan dari kesejahteraan individu. Kelima, oleh karena itu
pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk berusaha mengubah situasi dan
kondisi sehingga mempengaruhi persepsi tentang kesejahteraan individu dan pada
akhirnya kesejahteraan masyarakat sama dengan penjumlahan dari kesejahteraan
individu.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0007/11/IPTEK/meny10.htm
Siasah
Masruri,
Muhsinatun,dkk.2002.Pendidikan
Kependudukan
dan
Lingkungan Hidup.Yogyakarta:UPT MKU UNY
penulis: Ardi widayanto, mahasiswa pknh, uny jogja
Follow: @ardimoviz
Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/makalah-kebijakankependudukan.html#ixzz5UvJHVDZe
13
Download