LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN ACARA IV TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DALAM INVENTARISASI HUTAN Disusun oleh: Nama NIM Shift Co-ass : Mahatma Naufal Pradana : 15/382895/KT/08097 : Senin, pukul 15.00-17.00 WIB : Yoena Renalin Brahmana : LABORATORIUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN & LABORATORIUM KOMPUTASI DAN BIOMETRIKA HUTAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016 ACARA IV TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DALAM INVENTARISASI HUTAN I. Tujuan 1. Membuat rancangan teknik sampling pada unit populasi berupa petak 2. Mengenal tanda-tanda/legenda yang terdapat pada peta perusahaan hutan yang berkaitan dengan inventarisasi hutan II. Dasar Teori Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik mengumpulkan, mengevaluasi, dan menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan. Karena secara umum hutan merupakan areal yang luas, maka data biasanya dikumpulkan dengan kegiatan sampling. Selain itu inventarisasi hutan juga dapat disebut sebagai suatu usaha untuk menguraikan kualitas dan kuantitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tempat tumbuhnya. Suatu inventarisasi hutan lengkap dipandang dari segi penaksiran kayu harus berisi deskripsi areal berhutan serta pemilikannya, penaksiran pohon-pohon yang masih berdiri, penaksiran tempat tumbuh, dan pengeluaran hasil (Husch, 1987). Pada umumnya inventarisasi hutan berhadapan dengan areal hutan yang luas. Selain itu, inventarisasi hutan menuntut hasil pengukuran yang cermat untuk memenuhi bermacam-macam tujuan inventarisasi hutan. Maka dari itu, cara sampling selalu digunakan dibandingkan pengukuran 100%. Menurut Simon (1996), penggunaan sampling memiliki beberapa keuntungan yaitu: 1. Pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat 2. Pekerjaan yang lebih cepat tersebut membuat biaya yang diperlukan lebih murah 3. Lebih mudah dalam pengambilan kesimpulan karena angka yang didapat lebih sederhana 4. Dapat digunakan untuk pengamatan tujuan yang lain atau tidak terpusat pada satu perhatian saja Penentuan sampling jalur sistematik terkait dengan petak ukur pengamatan. Petak ukur ini berbasis pada plot persegi maupun persegi panjang yang umumnya dibuat tegak lurus garis kontur atau sungai yang mengarah ke puncak gunung atau bukit agar keragaman karakteristik tegakan yang diukur dapat terwakili. Adanya penentuan petak ukur ini tidak lepas dari pengamatan, pengukuran, dan penandaan pohon inti yang meliputi jumlah, jenis, diameter, dan tingkat kerusakannya. Biasanya kegiatan ini digunakan untuk inventarisasi hutan alam. Metode sampling jalur sistematik merupakan suatu metode yang ditentukan berdasarkan luas tertentu dari unit contohnya, yakni berdasarkan dengan unit contoh berbentuk jalur yang terdistribusi secara sistematik. Sistematik dalam hal ini diartikan bahwa jalur tersebar merata dengan lebar jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke jalur lainnya (Sutarahardja, 1997). Besarnya anggota sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti praktis, ketepatan, non-responden, dan analisis data. Teknik untuk menghitung besarnya anggota sampel secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara proporsi dan ketelitian estimasi (Usman, 2008). Untuk inventarisasi hutan secara garis besar sistematik sampling dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu Continous Strip Sampling (CSS), Line Plot Sampling (LPS), dan Uniform Systematic Sampling (USS) (Simon, 1996). Intensitas sampling adalah suatu bilangan yang menggambarkan perbandingan antara jumlah sampel dengan jumlah populasi seluruhnya. Besar kecilnya intensitas sampling tergantung pada tingkat kecermatan yang diinginkan dan heterogenitas dari populasi yang dihadapi (Madyana, 1989) III. Alat dan Bahan A. Alat: - Alat tulis - Kalkulator - Milimeter blok - Kertas kalkir - Tabel random B. Bahan: - Peta kawasan hutan dengan skala 1:10.000 IV. Cara Kerja Salin 6 petak dari peta kawasan hutan beserta simbol-simbolnya pada kertas kalkir Tempelkan gambar pada kertas milimeter blok Continous Strip Sampling (CSS) Line Plot Sampling (LPS) IS 10% dan lebar jalur 20 m IS 2,5% , jarak antar line 100 m, dan luas tiap PU 0,1 Ha Hitung Xmax dan jarak antar jalur (JAJ) Hitung Xmax dan Ymax, jarak antar PU (JAPU), dan jari-jari PU (r) Uniform Systematic Sampling (USS) • IS 0,5% luas PU 0,02 Ha • IS 1% luas PU 0,04 Ha • IS 2,5% luas PU 0,1 Ha Hitung Xmax dan Ymax, jarak antar jalur (JAJ), dan jarijari PU Tulis arti simbol yang ada dalam peta Rencanakan teknik sampling pada tiap petak Simple Random Sampling (SRS) IS 5% dan luas PU 0,1 Ha Hitung Xmax dan Ymax, luas populasi terwakili, dan jumlah PU Deskripsi: 1. Setiap praktikan menyalin 6 petak dari sebuah peta kawasan hutan ke dalam kertas kalkir dengan skala 1:10.000. Simbol-simbol yang terdapat dalam peta juga disalin dengan lengkap 2. Gambar petak yang telah disalin kemudian dipotong sesuai dengan bentuknya dan ditempelkan pada sistem sumbu x dan y di kertas milimeter blok 3. Selanjutnya dibuat rencana teknik sampling pada masing-masing petak sebagai berikut: Metode Continous Strip Sampling (CSS) 4. Untuk metode CSS digunakan Intensitas Sampling (IS) sebesar 10% dan lebar jalur sampling 20 meter 5. Dalam metode CSS hanya perlu dihitung nilai Xmax dan jarak antar jalur (JAJ). Nilai Xmax didapatkan dari koordinat X terbesar pada petak. Nilai Xmax digunakan untuk mencari koordinat petak ukur (PU) yang pertama dengan cara: π = ππππ₯ × ππππππππ ππππππ Bilangan random diperoleh melalui kalkulator. Selanjutnya dicari nilai JAJ dengan rumus: πππππ ππππ’π π½π΄π½ = × 100% πΌπ Metode Line Plot Sampling (LPS) 6. Metode LPS menggunakan IS 2,5%, JAJ 100 m, dan luas tiap PU 0,1 Ha 7. Hitung nilai Xmax dan Ymax untuk mencari koordinat PU awal. Selanjutnya hitung jarak antar PU (JAPU) dan jari-jari PU (r) dengan rumus: π½π΄ππ = πΏπ’ππ ππ × 100% π½π΄π½ × πΌπ π=√ πΏπ’ππ ππ π Metode Uniform Systematic Sampling (USS) 8. Metode USS dibagi menjadi tiga kategori yaitu a. USS dengan IS 0,5% dan luas PU 0,02 Ha b. USS dengan IS 1% dan luas PU 0,04 Ha c. USS dengan IS 2,5% dan luas PU 0,1 Ha 9. Hitung nilai Xmax dan Ymax yang selanjutnya digunakan untuk mencari koordinat PU yang pertama. Selanjutnya hitung JAJ sekaligus JAPU dengan rumus: π½π΄π½ = π½π΄ππ = √ πΏπ’ππ ππ × 100% πΌπ Kemudian hitung jari-jari petak ukur (r) dengan rumus: πΏπ’ππ ππ π=√ π Metode Simple Random Sampling (SRS) 10. Metode SRS menggunakan IS 5% dan luas PU 0,1 Ha 11. Hitung nilai Xmax dan Ymax yang digunakan untuk mencari koordinat Pu yang pertama. Kemudian hitung luas populasi terwakili dengan rumus: πΏπ’ππ ππ πΏπ’ππ ππππ’πππ π π‘πππ€πππππ = × 100% πΌπ Langkah selanjutnya adalah menghitung berapa jumlah PU yang harus dibuat dengan rumus: πΏπ’ππ πππ‘π π½π’πππβ ππ = πΏπ’ππ ππππ’πππ π π‘πππ€πππππ Selanjutnya buat tabel yang berisi data nilai Xmax, Ymax, bilangan random x dan y, dan koordinat x dan y dari tiap PU yang dibuat 12. Setelah semua metode sampling dihitung dan didapatkan hasilnya, kemudia tulis keterangan/legenda dari simbol-simbol yang ada di dalam petak Untuk memperoleh gambaran dari suatu populasi dengan menghemat biaya, waktu, dan tenaga maka pengambilan data terhadap populasi yang jumlahnya banyak dilakukan dengan pengambilan sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang secara statistik dianggap representatif untuk mewakili karakteristik populasi. Dalam pengambilan sampel terdapat beberapa metode diantaranya adalah metode random sederhana (simple random sampling), sistematik (systematic sampling), stratifikasi (stratified samoling), dan sampling bertingkat (multistage sampling). Praktikum acara IV ini menggunakan metode simple random sampling dan systematic sampling. Simple random sampling (SRS) adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak, yang artinya setiap individu memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Karena tiap individu memiliki peluang yang sama, maka metode SRS ini memiliki nilai taksiran yang bebas bias. Metode ini merupakan satu-satunya metode pengambilan sampel yang diakui keberadaannya menurut teori statistik karena metode ini bebas bias. Pelaksanaan metode SRS dapat dibantu dengan pengundian, kalkulator, dan tabel random. Systematic sampling adalah metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan sebuah pola yang tetap sehingga sampel yang satu kedudukannya akan sistematis atau teratur terhadap sampel lainnya. Metode systematic sampling dibagi menjadi tiga metode yaitu metode Continous Strip Sampling (CSS) yaitu pengambilan sampel yang dibuat berupa jalur dengan jarak tertentu, metode Line Plot Sampling (LPS) yaitu pengambilan sampel yang berbentuk petak ukur pada suatu garis lurus, dan metode Uniform Systematic Sampling (USS) yaitu pengambilan sampel dengan petak ukur yang tersebar secara seragam. Tiap metode sampling yang digunakan pada praktikum ini baik simple random sampling maupun systematic sampling memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Metode SRS memiliki kelebihan yaitu mudah dalam penentuan lokasi samplingnya karena dilakukan secara acak. Selain itu metode SRS merupakan metode yang bebas bias karena tiap individu memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Metode SRS juga merupakan satu-satuna metode yang diakui keberadaannya menrut teori statistik. Kelemahan metode SRS adalah metode ini membutuhkan waktu yang lama untuk pembuatan petak ukur (PU) di lapangan akibat lokasi PU yang tidak teratur. Apabila memerlukan waktu yang lama, maka biaya yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu dalam metode SRS terkadang rancangan PU tidak menggambarkan keadaan hutan yang sesungguhnya sehingga kurang representatif. Metode systematic sampling memiliki kelebihan mudah dalam merencanakannya, membutuhkan waktu dan biaya yang lebih sedikit, serta hasilnya lebih teliti. Namun kelemahannya adalah metode ini tidak diakui menurut teori statistik karena bias. Kemudian besarnya nilai rata-rata sampel juga tidak dapat ditentukan apakah bebas bias atau tidak. Selain itu pada metode ini tidak terdapat cara untuk menaksir besarnya standar error. Intensitas Sampling (IS) adalah sebuah bilangan yang menggambarkan perbandingan antara jumlah sampel yang diambil dengan jumlah populasi yang sesungguhnya. Nilai IS biasanya dinyatakan dalam bentuk persen. Besarnya nilai IS dipengaruhi oleh tingkat kecermatan (presisi/P) dan ragam populasi. Semakin tinggi kecermatan maka nilai IS juga akan semakin tinggi. Pada populasi yang homogen, nilai IS relatif rendah. Sedangkan pada populasi yang heterogen maka nilai IS akan semakin besar. Teknik sampling terbagi menjadi metode sampling, bentuk sampling, ukuran sampling, dan intensitas sampling. Teknik sampling yang pertama yaitu dengan menggunakan metode simple random sampling (SRS). Dengan metode SRS bentuk samplingnya belum ditentukan. Bentuk sampling akan mengikuti dengan tipe hutan yang diamati. Ukuran sampling pada metode SRS adalah 0,1 ha. Kemudian dengan metode SRS digunakan IS sebesar 5%. Kemudian teknik sampling yang kedua yaitu menggunakan metode systematic sampling. Pada metode ini terdapat dua bentuk sampling. Bentuk sampling lingkaran digunakan pada metode LPS dan USS. Sementar metode CSS memiliki bentuk sampling berupa jalur. Kemudian ukuran sampling yang digunakan adalah pada metode CSS jalur dengan lebar 20 m, pada metode LPS 0,1 ha pada tiap petak ukur dengan jarak antar jalur 100 m, dan pada metode USS adalah 0,02 ha, 0,04 ha, dan 0,1 ha. IS yang digunakan yaitu 10% untuk metode CSS, 2,5% untuk metode LPS, dan untuk metode USS terdapat tiga IS yaitu 0,5% (untuk luas PU 0,02 ha), 1% (untuk luas PU 0,04 ha), dan 2,5% (untuk luas PU 0,1 ha). Peta kawasan hutan mirip dengan peta pada umumnya. Pada peta kawasan hutan juga terdapat berbagai macam simbol di dalamnya. Pada praktikum ini digunakan Peta Kawsan Hutan RPH Getas – RPH Ngladok. Dari peta tersebut terdapat beberapa legenda yang hampir ada pata tiap petak diantaranya yaitu nomor petak, batas petak, kelas umur tanaman, tahun tanamn tanaman, bonita, KBD, alur induk, anak petak, serta simbol-simbol lain yang merupakan penjelas wilayah seperti simbol sungai dan jalan setapak. Legenda ini penting dalam kegiatan inventarisasi hutan karena dengan adanya legenda ini maka sebelum dilakukan inventarisasi hutan dapat diketahui dari peta bagaiamana kondisi lokasi tersebut. Melalui legenda dapat diketahui lokasi petak, jenis tanaman apa yang ada dalam kawasan, perkiraan usianya, kondisi wilayahnya, serta batas-batas wilayah yang penting untuk diketahui sebelum melakukan inventarisasi. - - Husch, B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. University Indonesia Press,. Jakarta. Madyana. 1989. Macam-macam Bentuk Petak Ukur. Djambatan. Jakarta. Simon, Hasanu. 1996. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sutarahardja, S. 1997. Metode Petak Berubah (tree sampling) dalam Menduga Volume Tegakan Hutan Tanaman Bahan Pelatihan Potret Utara .Kerjasama Fahutan Institut Pertanian Bogor dengan Perum Perhutani. Bogor. Usman, H. 2008. Metode Sampling Inventarisasi Hutan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.