Uploaded by User52593

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

advertisement
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
Dosen Pengampuh :
Icha Fajriana, S.I.A., M.Si.
Disusun Oleh : Kelompok 5
Okta Rifaldo
(1822210028)
Firdaus
(1822210030)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MULTI DATA
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “PAJAK
PENGHASILAN PASAL 23” Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat dan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Palembang, 20 Oktober 2019
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah .......................................................................................................................... 4
C. Tujuan............................................................................................................................................ 4
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Pajak Penghasilan pasal 23 ......................................................................................... 5
Objek Pajak Penghasilan pasal 23 ................................................................................................. 5
Tarif Pajak Penghasilan pasal 23 .................................................................................................. 5
Penghasilan yang tidak Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 ..................................................... 7
Ketentuan Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 ..................................................................... 8
Menghitung Pajak Penghasilan pasal 23 ....................................................................................... 8
BAB III PENUTUPAN
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Latar Belakang
Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam
pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang
sangat potensial. Penerimaan hasil pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran yang
berkaitan dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk kebutuhan masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu pajak merupakan iuran wajib yang dipungut dari warga Negara
Indonesia yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang. Untuk mendukung berjalannya
pembangun di Indinesia dibutuhkan peran serta kesadaran masyarakat tentang kewajiban
membayar pajak, karena pada akhirnya hasil penerimaan pajak dari masyarakat juga akan
digunakan untuk kepentingan masyarakat. Sehingga fungsi dari diberlakukannya pajak adalah
pencapaian peningkatan ekonomi suatu negara. Sehingga pajak merupakan alternatif yang sangat
potensial sebagai sumber penerimaan negara.
Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah di potong Pajak Penghasilan
Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya
oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
Rumusan Masalah
Apa Pengertian Pajak Penghasilan pasal 23?
Apa saja Objek Pajak Penghasilan pasal 23 ?
Bagaimana Tarif Pajak Penghasilan pasal 23 ?
Apa saja Penghasilan yang tidak Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 ?
Bagiamana Ketentuan Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 ?
Bagaimana menghitung Pajak Penghasilan pasal 23?
Tujuan
Untuk Mengetahui apa itu pajak penghasilan pasal 23
Untuk Mengetaui apa saja objek yang ada didalam pajak penghasilan
Untuk Mengetahui tarif pajak penghasilan
Untuk Mengetahui apa saja penghasilan yang tidak di potong pajak penghasilan pasal 23
Untuk Mengetahui bagimana ketentuan penyetoran dan pelaporan pph pasal 23
Untuk Mengetahui bagaimana menghitung pajak penghasilan pasal 23
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal
21. Biasanya PPh Pasal 23 dikenakan saat adanya transaksi di antara dua pihak. Pihak yang
berlaku sebagai penjual atau penerima penghasilan atau pihak yang memberi jasa akan
dikenakan PPh Pasal 23. Sementara pihak pemberi penghasilan atau pembeli atau pihak
penerima jasa akan memotong dan melaporkannya kepada kantor pajak.[1]
Pemotongan PPh Pasal 23 adalah pihak-pihak yang membayarkan penghasilan, yang terdiri
atas badan pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, Penyelenggaraan kegiatan, Bentuk
usaha tetap (BUT), Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, Orang pribadi sebagai Wajib
Pajak dalam negeri yang telah mendapat penunjukkan dari Direktur Jenderal Pajak untuk
memotong pajak PPh Pasal 23, yang meliputi :
1) Akuntan, arsitek, dokter, Notaries, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali PPAT
tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas.
2) Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Objek Pajak Penghasilan Pasal 23
penghasilan yang dipotong PPh pasal 23:
Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
Royalti;
Hadiah, Penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh dalam pasal 21;
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau
bangunan; dan
Imbalan sehubngan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah di potong PPh sebagaiman dimaksud dalam pasal 21.
C.
Tarif Penghasilan Pajak Pasal 23
Tarif dari pajak penghasilan (PPh Pasal 23) dikenakan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau
jumlah bruto dari penghasilan. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang
diberlakukan, yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya.
Di bawah ini adalah tarif dan objek pajak yang terkena PPh Pasal 23 yang berlaku di Indonesia :
1.
Dikenakan 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
·
dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan royalti;
·
Hadiah, Penghargaan, Bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh pasal 21.
5
2.
1)
2)
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
Dikenakan 2% (dua persen) dari jum;ah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, atas :
Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan /
atau bangunan; dan
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak penghasilan pasal 21. Jasa lain terdiri dari:
Jasa penilai (appraisal)
Jasa aktuaris;
Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
Jasa perancang (design) ;
Jasa pengeboran (drilling) dibidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali yang
dilakukan oleh bentuk usaha tetap BUT;
Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
Jasa penebangan hutan;
Jasa pengplahan limbah;
Jasa penyediaan tenaga kerja (outsourcing services);
Jasa perantara dan/atau keadenan;
Jasa dibidang perdagangan surat-sura berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI,
da KPEI;
Jasa custodian/penyimpanan/penitipan kecuali yang dilakukan oleh KPEI;
Jasa apengisian suara(dubbing) dan/atau sulih suara;
Jasa mix film;
Jasa sehubungan software computer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya dibidang kontruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha kontruksi;
Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV
kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan lain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha kontruksi;
Jasa maklon;
Jasa penyelidikan dan keamanan;
Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
Jasa pengepakan
Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain
untuk penyampaian informasi;
Jasa pembasmian hama;
6
·
·
a)
b)
c)
d)
D.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
Jasa kebersihan atau cleaning service
Jasa catering atau tata boga
Dalam hal Wajib Pajak yang menerima tau memperoleh penghasilan tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100%
(seratus persen). Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dapati dibuktikan oleh Wajib Pajak,
antara lain dengan cara menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Tidak
termasuk:
Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja
yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur
pembelian);
Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada
pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);
Pembayaran penggantian biaya (reimbursement), yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah
yang nyata-nyata telah dibayarkan pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur
tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).
Penghasilan yang tidak Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23
PPh Pasal 23 juga mengatur beberapa penghasilan yang tidak dikenakan pajak dengan
rincian daftar berikut ini.
Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.
Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.
Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam
negeri, koperasi, dan BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat:
dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor;
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya;
7
e.
Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi
sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.
E.
Ketentuan Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 mengatur mengenai jadwal penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 23.
1.
PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar,
atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
2.
PPh Pasal 23 disetor Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan takwim berikutnya
setelah bulan saat terutang pajak.
3.
SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir.
Apabila jatuh tempo batas akhir pelaporan atau penyetoran PPh Pasal 23 bertepatan dengan
hari libur, termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
F.
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Objek Pajak
Besarnya PPh Pasal 23
Dividen
15% x jumlah dividen
Bunga
15% x jumlah bunga
Royalti
15% x jumlah royalti
Sewa
2% x jumlah sewa
Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya 15% x jumlah
selain yang telah dipotong Pajak
hadiah/penghargaan/bonus
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1) huruf e
Sewa dan penghasilan lain sehubungan
2% x jumlah sewa
dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang telah dikenai Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2)
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik,
2% x jumlah imbalan (tidak
jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
termasuk PPN)
konsultan, dan jasa lain.
8
1.
·
Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa
PT. ABC membayar jasa service kepada CV. Service sebesar Rp. 3.000.000,Jawab :
Jika CV. Service mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23 :
PPh Pasal 23 = 2% x Rp. 3.000.000
= Rp. 60.000
Jika CV. Service tidak mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23 :
PPh Pasal 23 = 100% x 2% x Rp. 3.000.000
= Rp. 120.000
PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya sebesar Rp120.000.000 (sudah
termasuk PPN). PT Nuansaraya tidak mempunyai NPWP. yang harus dipotong oleh PT Indoraya
adalah :
PPh Pasal 23 = 200% x 2% x Rp120.000.000
= Rp4.800.000
2.
Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen
Pada 10 Mei 2015, PT Dahlia mengumumkan akan membagikan dividen melalui Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), dan melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Melati sebesar
Rp30.000.000 yang melakukan penyertaan modal sebesal 15%.
Jawab:
PPh Pasal 23 = 15% x Rp30.000.000 = Rp4.500.000
3.
Perhitungan PPh Pasal 23 atas Sewa
PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata dengan nilai sewa sebesar
Rp35.000.000 kepada Sugianto Haris. PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur
adalah:
Jawab:
PPh Pasal 23 = 2% x Rp35.000.000
= Rp700.000
.
i.
·
4.
Perhitungan PPh Pasal 23 atas Hadiah dan Penghargaan
Pada 20 Maret 2012, PT Abadi memberikan hadiah perlombaan kepada PT Makmur sebagai
juara umum lomba senam sehat sebesar Rp150.000.000. PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh
PT Abadi adalah:
Jawab:
PPh Pasal 23 = 15% x Rp150.000.000
= Rp22.500.000
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal
21. pajak merupakan iuran wajib yang dipungut dari warga Negara Indonesia yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang. Untuk mendukung berjalannya pembangun di Indinesia
dibutuhkan peran serta kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar pajak, karena pada
akhirnya hasil penerimaan pajak dari masyarakat juga akan digunakan untuk kepentingan
masyarakat. Sehingga fungsi dari diberlakukannya pajak adalah pencapaian peningkatan
ekonomi suatu negara.
10
DAFTAR PUSTAKA
Suprianto, Edy . Perpajakan Di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011)
Mardiasmo. PERPAJAKAN. ( Yogyakarta : ANDI, 2016)
Peraturan Direktur Jendral Pajak, 2012, (www.pajak.co.id/content/seri-pph-pajak-penghasilanpasal-23, diakses 27 Juni 2012.
[1] Peraturan Direktur Jendral Pajak, 2012, (www.pajak.co.id/content/seri-pph-pajakpenghasilan-pasal-23, diakses 27 Juni 2012).
[2] Mardiasmo, PERPAJAKAN, ( Yogyakarta : ANDI, 2016) hlm.285
[3] Mardiasmo, PERPAJAKAN, ( Yogyakarta : ANDI, 2016) hlm.286
[4] Mardiasmo, PERPAJAKAN, ( Yogyakarta : ANDI, 2016) hlm.287
[5] Mardiasmo, PERPAJAKAN, ( Yogyakarta : ANDI, 2016) hlm.288
[6] Edy Suprianto, Perpajakan Di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 40-41.
[7] Edy Suprianto, Perpajakan Di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 42
11
Download