MAKALAH FISIOLOGI POHON PENGARUH TAHAP PERKEMBANGAN BUNGA TERHADAP KANDUNGAN MINYAK ATSIRI PADA SPESIES CANANGA ODORATA Disusun oleh : Nama : Duta Cahya Alam NIM : 19/440031/KT/08916 Dosen Pembimbing : Dr. Dwinastuti Dwi Atmanto, M.P. FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2020 ABSTRAK Kenanga (Cananga odorata) adalah nama bagi sejenis bunga dan pohon yang menghasilkannya. Ada 2 kelompok utama kenanga yang dibudidayakan yaitu kelompok Cananga (forma marcophylla Steeins) dan Ylang-ylang (forma genuina Steeins). Kenanga memiliki Bunga kenanga temasuk bunga majemuk dalam karangan bunga yang berbentuk payung, pendek, dan menggantung. Terdiri dari 6 lembar daun mahkota bunga yang berbentuk lanset dan mempunyai aroma yang khas.zat kimia yang terkandung dalam bunga kenanga adalah saponin, flavonoid serta komponen minyak atsiri yang mengandung senyawa polifenol. 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai beraneka ragam tumbuhan. Setiap tumbuhan mempunyai hasil metabolit sekunder berbeda yang dapat digunakan sebagai bahan pokok dalam usaha penemuan dan pengembangan obat baru. Tumbuhan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kosmetik alami yang telah menjadi kebutuhan untuk mengatasi berbagai gangguan kulit. Bunga kenanga merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan obat dan kosmetika alami. Bunga kenanga yang terkenal menghasilkan minyak atsiri kenanga adalah dari spesies Cananga odorata forma macrophylla yang disebut sebagai kenanga biasa. Sementara itu, bunga kenanga yang berasal dari Filipina dan Thailand yaitu bunga kenanga spesies Cananga odorata forma genuina dan Cananga odorata forma fruticosa yang menghasilkan minyak atsiri (Taiz, 2002; Tan, 2015). Kenanga adalah flora identitas Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Di Aceh, bunga kenanga dikenal dengan nama Bungong Seulanga. Bunga ini banyak menempati peran di dalam upacara-upacara khusus, misal dalam upacara pernikahan. Kenanga merupakan tumbuhan berbatang besar sampai diameter 0,1-0,7 meter dengan usia puluhan tahun. Tumbuhan kenanga mempunyai batang yang lurus, getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon kenanga biasa atau macrophylla dapat mencapai 5-20 meter dan pada genuina atau ylang-ylang tinggi pohon hanya mencapai 3 meter (Jin, 2015). Batang pohon tanaman ini cocok untuk dijadikan bahan peredam suara (akustik). Bunga kenanga terdiri dari enam lembar daun dengan mahkota berwarna hijau kekuningan serta dilengkapi tiga lembar daun berwarna hijau. Dasar bunganya berbentuk bundar pipih dan mengembung sedangkan benang sari jumlahnya banyak, bertangkai pendek dan tersusun dalam gulungan spiral (Nurazah, 2009). Putik bunga bertangkai pendek, berkepala bundar dan berlendir. Bunganya mengandung minyak biang/cananga minyak yang wangi. Dan oleh sebab itu, makalah ini dibuat untuk meneliti pengaruh tahap perkembangan nbunga pada spesies Cananga odorata supaya dapat diketahui waktu dimana bunga tersebut memiliki kualitas minyak terbaik untuk tujuan tertentu jika dilihat dari unsur penyusun minyak tersebut. 2. METODE Sampel Bunga Terdapat empat kategori sampel bunga Kenanga yang digunakan untuk percobaan lebih lanjut dimana kategori tersebut adalah tahap pertumbuhan bunga. Empat tahap yang berbeda dari bunga adalah sebagai berikut: tahap tunas: kelopak tertutup sepenuhnya, hijau; I, tahap awal pembungaan: kelopak kecil dan pendek semi terbuka, hijau, sekitar sembilan hari setelah tahap tunas; II, tahap berbunga penuh: benar-benar terbuka besar dan kelopak panjang, hijau kekuningan, kurang lebih dua puluh hari setelah tahap tunas; dan III, berbunga akhir tahap: kelopak dewasa penuh, kuning, 30 hari setelah tahap tunas. Ekstraksi Bunga Metode peras adalah suatu metode yang dilakukan untuk memperoleh cairan sarisari tumbuhan segar yang dihaluskan menjadi materi awalnya. Cairan perasan sangat penting untuk memperoleh essens homopstis. Cairan perasan menunjukkan seluruh bahan yang terkandung dalam tumbuhansegar dalam perbandingan yang sama seperti dalam materi awalnya (Dusturia, 2014). Pemerasan diawali dengan dengan proses penggilingan ataupun proses penggerusan bahan menjadi bentuk yang lebih halus sehingga mempermudah dalam mendapatkan cairan yang merupakan sari-sari tumbuhan. Kromatografi Gas-Spektrometri Massa Minyak hasil ekstraksi dapat diidentifikasi dengan perbandingan spektrum massa mereka dan perbandingan indeks retensi mereka (RI). RI ditentukan dari campuran standar n-alkana (C8 – C40) dalam kondisi yang sama. Kamper ditambahkan untuk melayani sebagai standar internal. Jumlah setiap senyawa dihitung dengan mengukur area puncaknya terkait dengan jumlah kamper yang diketahui. 3. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Intensitas Aroma Bunga mengandung senyawa yang memicu aroma harum yang berbeda pada waktu yang berbeda pula pada tahap perkembangan (Dudareva et al., 2000). Bunga kenanga memiliki sedikit aroma bunga ketika kelopaknya berwarna hijau, tapi aroma mereka secara bertahap menjadi lebih kuat saat memasuki fase dewasa. Untuk menguji intensitas keseluruhan dan keanekaragaman aroma bunga selama pengembangan bunga, total minyak esensial dari bunga pada empat tahap perkembangan yang berbeda dianalisis oleh GC-MS (Kromatografi Gas-Spektrometri Massa). Dari hasil analisis dapat diketahui komposisi kimiawi dari minyak atsiri dari tahap kuncup bunga ke tiga tahap terbuka yang berbeda pengembangan bunga sangat beragam, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Bunga yang memiliki kandungan senyawa pemicu lebih banyak terdapat pada tahap pendewasaaan sampai puncak mekarnya bunga tersebut. 4. KESIMPULAN Pada penelitian kali ini, dapat disimpulkan bahwa semua bunga kenanga memiliki kandungan minyak atsiri. Kandungan minyak atsiri akan bertambah seiring dengan bertambah dewasanya bunga tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan minyak atsiri dengan kualitas dan kuantitas terbaik, sebaiknya gunakan bunga yang sudah sepenuhnya mekar. 5. DAFTAR PUSTAKA Dusturia, N., Hikamah, S. R., & Sudiarti, D. (2016). Efektivitas antibakteri bunga kenanga (Cananga odorata) dengan metode konvensional terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Jurnal Bioshell, 5(1). Jin, J.(2015). The floral transcriptome of ylang ylang uncovers biosynthetic pathways for volatile organic compounds and a multifunctional and novel sesquiterpene synthase. Journal of experimental botany, 66(13), 3959-3975. Nurazah, Z., Radzali, M., Syahida, A., & Maziah, M. (2009). Effects of plant growth regulators on callus induction from Cananga odorata flower petal explant. African Journal of Biotechnology, 8(12). Taiz, L., & Zeiger, E. (2002). Plant Physiology. 3rd. England: Sinauer Associates. Tan, L. T. H., Lee, L. H., Yin, W. F., Chan, C. K., Abdul Kadir, H., Chan, K. G., & Goh, B. H. (2015). Traditional uses, phytochemistry, and bioactivities of Cananga odorata (Ylang-Ylang). Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2015.