Uploaded by winaannisa97

Laporan PKM 2019 Terapi Bermain di Kenanga

advertisement
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TERINTEGRASI PADA
PROGRAM PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN ANAK
TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI RUANGAN KENANGA
RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG
Ketua
: Nenden N. A. M., S.Kep., Ners, MSN / NIDN. 0006028703
Anggota :
1. Henny S. Mediani, S.Kp., MNg., Ph.D / NIDN: 001016538
2. Ikeu Nurhidayah, M.Kep., Sp.Kep.An. / NIDN: 0005048302
3. Fanny Adistie, S.Kep., Ners, M.Kep / NIDN. 0022078604
4. Sri Hendrawati, S.Kep., Ners., M.Kep. / NIDN. 0020118602
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Judul PKM
Lokasi Kegiatan
Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap
b. NIP/NIDN
c. Jabatan Fungsional
d. Program Studi
e. Nomor Hp
f. Alamat email
g. Bidang Keahlian
Anggota (1)
a. Nama Lengkap
b. NIP/NIDN
c. Fakultas
(2)
a. Nama Lengkap
b. NIP/NIDN
c. Fakultas
Anggota (3)
a. Nama Lengkap
b. NIP/NIDN
c. Fakultas
(4)
a. Nama Lengkap
b. NIP/NIDN
c. Fakultas
Mahasiswa yang Terlibat
waktu kegiatan
Biaya keseluruhan
:
Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
: Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
:
: Nenden N. A. M., S.Kep., Ners, MSN
: 19870206 201604 4 001/ 0006028703
: Asisten Ahli
: Keperawatan
: 081221077887
: [email protected]
: Keperawatan Anak
:
: Hj. Henny Suzana Mediani, S.Kp., MNg.,Ph.D
: 19650101 199006 2 001/001016538
: Keperawatan Anggota
: Ikeu Nurhidayah, M.Kep., Sp.Kep.An
: 198304052006042001/0005048302
: Keperawatan
: Fanny Adistie, S.Kep., Ners, M.Kep
: 19860722 201404 2 001/0022078604
: Keperawatan Anggota
: Sri Hendrawati, S.Kep., Ners., M.Kep.
: 19861120 201604 4 001/0020118602
: Keperawatan
: 10 (sepuluh) orang Lama
: 2 bulan
: Rp. 250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
iii
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
karuniaNya, sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
yang berjudul “Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.”
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dengan terintegrasi pada
Program Profesi Ners Stase Keperawatan Anak angkatan XXXVII Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran. Oleh karena itu, kegiatan ini melibatkan 10 (sepuluh) mahasiswa
yang berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah mendukung pelaksanaan kegiatan ini baik moril maupun materil, terutama kepada
Dekan Fakultas Keperawatan Unpad, serta perawat dan karyawan Ruangan Kenanga RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya anak-anak sebagai generasi penerus
bangsa.
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi Masalah
2
1.3 Tujuan Penulisan
3
1.3.1
Tujuan Umum
3
1.3.2
Tujuan Khusus
4
BAB II TINJAUAN LITERATUR
5
BAB III MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
10
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
10
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah
11
3.3 Khalayak Sasaran
11
3.4 Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
14
4.1 Hasil yang dicapai
14
4.2 Rencana Keberlanjutan Program
15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
15
5.1 Kesimpulan
15
5.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan anugrah dari Tuhan yang menjadi dambaan bagi setiap
keluarga, seorang anak nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Sebagai calon
penerus bangsa seorang anak harus diberikan perawatan yang sebaik-baiknya agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Untuk mencapai tahap dewasa seorang
anak akan melalui suatu proses berkesinambungan yang disebut sebagai proses tumbuhkembang (Soetjiningsih, 2013). Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah sel-sel
tubuh melalui proses pembelahan sel dan sintesis-protein, sehingga mengakibatkan
peningkatan ukuran dan berat sel. Sedangkan perkembangan merupakan perubahan
secara bertahap dari tahap yang rendah menuju tahap yang lebih tinggi dan menghasilkan
peningkatan kemampuan seseorang melalui pertumbuhan, proses menjadi dewasa serta
pembelajaran (Wong, 2009).
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda disebabkan
oleh faktor internal dan faktor eskternal. Faktor internal yang memengaruhi tumbuhkembang anak diantaranya genetik, usia dimana pertumbuhan berlangsung lebih cepat
pada masa tertentu (prenatal, tahun pertama kehidupan, dan masa remaja), dan jenis
kelamin dimana fungsi reproduksi perempuan berkembang lebih cepat dibanding lakilaki namun setelah melewati masa pubertas pertumbuhan laki-laki berkembang lebih
pesat dibanding perempuan. Faktor eksternal yang memengaruhi tumbuh-kembang anak
diantaranya nutrisi ibu selama kehamilan, komplikasi selama persalinan, nutrisi anak,
penyakit kronis/kelainan kongenital yang menyertai anak, lingkungan fisis dan kimia,
psikologis yang merupakan hasil dari hubungan anak dengan orang di sekitarnya,
gangguan hormon, sosio-ekonomi, lingkunan pengasuhan, obat-obatan, dan stimulasi
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2016). Stimulasi yang
dapat diberikan salah satunya adalah dengan Terapi Bermain pada anak.
1.2 Identifikasi Masalah
Terdapat lebih dari empat ribu bahasa sebagai alat komunikasi di dunia, dan
meskipun bermain tidak dapat didengarkan seperti bahasa, namun dapat dimengerti dan
bermakna sehingga manfaatnya hampir sama dengan bahasa pada anak (Landreth, 2001).
Sepanjang masa anak-anak, bermain sangat mempengaruhi penyesuaian diri dan sosial
anak itu sendiri. Sutton Smith (1971) mengatakan: ”Bermain bagi anak terdiri atas empat
1
mode dasar yang membuat kita mengetahui tentang dunia-meniru, eksplorasi, menguji,
dan membangun.” Menurut Landreth (2001), bermain adalah rangkaian perilaku yang
sangat kompleks dan multi dimensional yang berubah secara signifikan seiring
pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain dilakukan dengan sukarela/spontan,
untuk mendapatkan kepuasan atau kegembiraan. Bermain adalah menyenangkan dan
mengasyikkan. Bermain dengan imajinasi dan fantasi, memungkinkan anak
mengeksplorasi dunia mereka, pertama melalui perasaan mereka dan kemudian
menggunakan pikiran dan logika. Melalui eksperimentasi bermain anak-anak
menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda, dapat menimbulkan
kepuasan. Selanjutnya, mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar
dunia bermain.
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak.
Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional,
sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan
pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Berdasarkan paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi
berbagai macam perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain
anak akan mendapatkan kegembiraan dan kepuasan. Terapi bermain merupakan kegiatan
untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku anak-anak karena responsif terhadap
kebutuhan unik dan beragam dalam perkembangan mereka. Menurut Vanfleet, et al,
2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, di mana mereka
dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga dapat mengungkapkan
perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Terapi bermain merupakan terapi yang
diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal
lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah
sakit yang ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008, dalam Homeyer,
2008, terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model teoritis untuk
membangun proses antar pribadi untuk membantu seseorang mencegah atau mengatasi
kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain merupakan salah
satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi
stress anak ketika dirawat di rumah sakit. Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam
kehidupan anak dan sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress.
2
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pendidikan dan promosi kesehatan dengan
melakukan kegiatan Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah :
a. Menyusun rencana pembelajaran pendidikan dan promosi kesehatan dengan
melakukan kegiatan Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
b. Menambahkan pemahaman orang tua dan caregiver di Ruangan Kenanga RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung tentang manfaat, dampak dari terapi bermain pada anak.
3
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1. Hasil Penelitian terkait Terapi Bermain Pada Anak
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan
bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa frustasi
(Santrock, 2007). Menurut Wong, 2009, bermain merupakan kegiatan anak-anak, yang
dilakukan berdasarkan keinginannya sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress dan
tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain. Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat
tepat untuk anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan
aspek emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Berdasarkan paparan di
atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk
mengatasi berbagai macam perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan
bermain anak akan mendapatkan kegembiraan dan kepuasan.
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku
anak-anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam perkembangan
mereka. Anak-anak tidak seperti orang dewasa yang dapat berkomunikasi secara alami
melalui kata-kata, mereka lebih alami mengekspresikan diri melalui bermain dan
beraktivitas. Menurut Vanfleet, et al, 2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk
permainan anak-anak, di mana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling
mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan
mereka. Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk
menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai
perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada.
Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008, dalam Homeyer, 2008,
terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model teoritis untuk
membangun proses antar pribadi untuk membantu seseorang mencegah atau mengatasi
kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain merupakan salah
satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi
stress anak ketika dirawat di rumah sakit. Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam
kehidupan anak dan sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain
4
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress.
2.2. Pendidikan Kesehatan
Dari data-data yang kami bahas di atas dapat dilihat bahwa tingginya
ketidaktahuan akan pendidikan kebersihan dan kesehatan yang baik berdampak pada
tingginya jumlah responden yang tidak melakukan praktik kesehatan serta upaya
pencegahan penyakit. Pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan yang harapannya adalah perubahan sikap serta perilaku
seseorang dalam pencegahan penyakit dan peningkatan status. Hal ini sesuai dengan D.
Nyswander, pendidikan kesehatan adalah proses perubahan dari dalam diri manusia itu
sendiri untuk mencapai kesehatan pribadi dan masyarakat. Pendidikan kesehatan adalah
suatu proses yang dinamis dari sebuah pembentukan di mana seseorang menolak atau
menerima informasi baru atau perilaku-perilaku baru dengan tujuan kesehatan hidup.
Pendidikan kesehatan juga dapat disimpulkan sebagai suatu upaya untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.Pendidikan kesehatan berupaya
agar masyarakat dapat mencapai status kesehatan yang optimal. Hal ini penting
dilakukan dari masa anak-anak berhubung pertumbuhan dan perkembangan mereka
masih panjang. Maka dari itu setiap stimulasi dan intervensi yang kita berikan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan mereka.
5
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Ruangan Kenanga
tempat perawatan anak
dengan penyakit dalam
Hospitalisasi
menyebabkan kegiatan
bermain terganggu
Terapi bermain dapat
menjadi suatu cara
dalam menunjang
pertumbuhan dan
perkembangan anak
Pendidikan kesehatan
terapi bermain pada
anak menjadi solusi
untuk menunjang
pertumbuhan dan
perkembangan anak
selama hospitalisasi
6
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah
Berdasarkan kerangka pemecahan masalah diatas, maka realisasi pemecahan
masalah yang akan dilakukan adalah dengan memberikan Pendidikan Kesehatan yaitu
Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
3.3 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah orang tua dan caregiver pasien.
3.4 Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)
Metode dan tahapan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) sebagai berikut :
Topik
: Terapi Bermain
Subtopik
:-
Sasaran
Pengertian terapi bermain
-
Fungsi terapi bermain
-
Prinsip pelaksanaan terapi bermain
-
Demonstrasi terapi bermain
: Keluarga dari pasien dengan anak yang sedang menjalani
hospitalisasi di ruang rawat inap kenanga 1 dan 2 RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung
Hari/Tanggal
: Jumat/ 26 April 2019
Waktu
: 10.00 – 10.30 WIB (1x30 menit)
Penyuluh
: Kelompok 1
Tempat
: Ruang tunggu Kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung
Kegiatan
No
Tahap
Waktu
Media
Pengisi Acara
1.
Pembukaan
10.00-10.05 -
Mengucapkan salam
Peserta
-
Menjawab
-
Memperkenalkan diri
-
Melakukan kontrak waktu
-
Mendengarkan
dan menjelaskan tujuan
-
Menyetujui
diadakannya penyuluhan
-
Mendengarkan
-
Apersepsi mengenai materi
yang akan disampaikan
7
salam
2.
Penyajian
10.05-10.25
-
materi
-
Menjelaskan pengertian
-
Menyimak
terapi bermain
-
Menanggapi
Menjelaskan fungsi terapi
Menjelaskan prinsip
pelaksanaan terapi bermain
-
Mendemonstrasikan terapi
bermain
3.
Penutup
10.25-10.30 -
Memberikan kesimpulan
-
Menanggapi
-
Memberikan evaluasi
-
Menjawab
-
Memberikan salam penutup
8
point dan
leaflet
bermain
-
Power
salam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil yang dicapai
Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai Terapi Bermain pada anak di Ruangan
Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin telah Menjaga Kebersihan Diri dengan Mencuci
Tangan secara Baik dan Benaberjalan dengan baik dan benar berjalan sesuai dengan
yang direncanakan. Pada saat perencanaan kegiatan, survey lokasi dan perizinan/suratmenyurat, tidak ada kendala yang berarti baik. Semua tahapan kegiatan terlaksana sesuai
dengan rundown acara. Peserta penyuluhan terdiri dari 18orang tua pasien anak di
runagan perawatan. Adapun hasil kegiatannya 80% peserta penyuluhan dapat
menyebutkan manfaat terapi bermain, 75% peserta penyuluhan dapat menyebutkan cara
terapi bermain yang baik dan benar, 75% peserta penyuluhan dapat menyebutkan tahap
dari terapi bermain dan 80% peserta penyuluhan dapat mendemonstrasikan kembali
terapi bermain.
4.2 Rencana Keberlanjutan Program
Program pendidikan kesehatan ini direncanakan akan dilakukan kembali dalam
waktu enam bulan ke depan, mengingat anak-anak memerlukan pengulangan informasi
untuk dapat mengadopsi suatu informasi menjadi perilaku.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dunia anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Diharapkan dengan
bermain, anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar dapat berkembang
secara optimal. Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: Permainan tidak banyak menggunakan
energi, waktu bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat
permainannya lebih sederhana; Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi
silang; permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan; Anak kecil perlu
rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka.
9
5.2 Saran
Setelah melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan pada pasien anak di ruangan
kenanga kami dapat memberikan saran sebagai berikut
a. Bagi Institusi Pendidikan : Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan serupa secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk mencapai perkembangan yang optimal.
b. Bagi orang tua : Perlu dilakukan program secara berkesinambungan dalam
memeberikan terapi bermain
10
LAMPIRAN
11
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Topik
: Terapi Bermain
Subtopik
:-
Sasaran
Pengertian terapi bermain
-
Fungsi terapi bermain
-
Prinsip pelaksanaan terapi bermain
-
Demonstrasi terapi bermain
: Keluarga dari pasien dengan anak yang sedang
menjalani hospitalisasi di ruang rawat inap kenanga 1
dan 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Hari/Tanggal
: Jumat/ 26 April 2019
Waktu
: 10.00 – 10.30 WIB (1x30 menit)
Penyuluh
: Kelompok 1
Tempat
: Ruang tunggu Kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Setelah diberikan penyuluhan mengenai terapi bermain selama 1x30 menit,
diharapkan peserta dapat mengetahui dan memahami terapi bermain pada anak
yang sedang menjalani hospitalisasi
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
Setelah diberikan penyuluhan mengenai terapi bermain selama 1x30
menit, peserta dapat:
1. Menyebutkan kembali pengertian terapi bermain
2. Menyebutkan kembali minimal 3 fungsi dari terapi bermain
3. Menyebutkan kembali minimal 3 prinsip pelaksanaan terapi bermain
4. Mendemonstrasikan terapi bermain
C. Materi
(Terlampir)
D. Kegiatan Penyuluhan
1. Metode
2. Strategi pelaksanaan :
: Ceramah, tanya jawab, simulasi
Kegiatan
No
Tahap
Waktu
Media
Pengisi Acara
1.
Pembukaan
10.00-10.05 -
Mengucapkan salam
Peserta
-
Menjawab
-
Memperkenalkan diri
-
Melakukan kontrak waktu
-
Mendengarkan
dan menjelaskan tujuan
-
Menyetujui
diadakannya penyuluhan
-
Mendengarkan
Menjelaskan pengertian
-
Menyimak
terapi bermain
-
Menanggapi
-
salam
Apersepsi mengenai materi
yang akan disampaikan
2.
Penyajian
10.05-10.25
-
materi
-
Power
point dan
Menjelaskan fungsi terapi
leaflet
bermain
-
Menjelaskan prinsip
pelaksanaan terapi bermain
-
Mendemonstrasikan terapi
bermain
3.
Penutup
10.25-10.30 -
3. Media
Memberikan kesimpulan
-
Menanggapi
-
Memberikan evaluasi
-
Menjawab
-
Memberikan salam penutup
salam
: Power point dan leaflet
4. Organisasi
Pembawa acara : Dian
Pemateri
: Aprilia dan Janet
Operator
: Silvia
Dokumentasi
: Zulaika dan Sri Sopi
Fasilitator
: Irfani, Rohiman, Senvi, Anindita, Nopiyanti
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan. Penyuluh memberikan pertanyaanpertanyaan seputar materi yang telah disampaikan. Evaluasi diberikan
untuk mengetahui sejauh mana peserta mengetahui dan memahami tentang
materi terapi bermain pada anak yang sedang menjalani hospitalisasi yang
telah disampaikan oleh penyuluh dalam penyuluhan yang telah diberikan.
Pertanyaan yang diberikan:
-
Apakah yang dimaksud dengan terapi bermain?
-
Sebutkan minimal 3 fungsi dari terapi bermain!
-
Sebutkan minimal 3 prinsip dari pelaksanaan terapi bermain!
-
Demonstrasikan terapi bermain!
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi
Terapi bermain adalah terapi yang menggunakan alat-alat permainan dalam
situasi yang sudah dipersiapkan untuk membantu anak mengekspresikan
perasaannya, baik senang, sedih, marah, dendam, tertekan, atau emosi yang
lain.
B. Fungsi Terapi Bermain
1. Perkembangan sensoris motorik
Aktivitas sensoris motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tektur, dan membedakan objek, misalnya anak bermain mobilmobilan, kemudian banya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka
anak telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat
mainananya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya
pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak
melakukan eksplorasi, akan melatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak
untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan dari
hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami lawan bicara, dan belajar tentang
nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi pada anak usia
sekolah dan remaja.
4. Perkembangan kreatifitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mwujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya
dan membandingkannnya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain. Dalam hal ini, peran orangtua sangat penting
untuk menanamkan nilai moral dan etik, terutama dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk memahami orang lain. Nilai-nilai moral: anak
mempelajari nilai benar dan salah dari lingkuannnya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain anak akan mendapat
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima
di lingkungnnya dan dapat menyesuaikam diri dengan aturan-aturan
kelompok, yang ada dalam lingkungannya.
6. Bermain sebagai terapi
Pada saat anak di rawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas,
sedih, nyeri. Perasan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi bebarapa stresor yang ada di lingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan,
anak
akan
dapat
mengalihkan
rasa
sakitnya
pada
permainanannya (distraksi). Tujuan dari terapi bermain sebagai terapi pada
anak dengan hospitalisasi diantaranya:
-
Untuk mencegah regresi perkembangan
-
Untuk mengurangi stres dan kecemasan orangtua dan anak
-
Untuk memfasilitasi komunikasi antara petugas kesehatan dan
anak- anak
-
Untuk mendorong kerjasama anak dalam prosedur rumah sakit
C. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain
1. Permaianan tidak banyak menggunakan energi
Waktu bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan dan alatalat permainanannya lebih sederhana. Lama pemberian terapi bisa
bervariasi, idealnya
dilakukan
dalah
15-30
menit
sehari selama 2-3 hari. Pelaksanaan terapi
ini dapat memberikan mekanisme koping dalam menurunkan kecemasan
pada anak
2. Mainan harus relatif aman
Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak
kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya,
seperti boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa
ke tempat tidur di malam hari, mainan tidak membuat anak tersedak, tidak
mengandung bahan berbahaya, tidak tajam, tidak membuat anak terjatuh,
kuat dan tahan lama serta ukurannya menyesuaikan usia dan kekuatan
anak.
3. Tidak bertentangan dengan terapi
Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila program
terapi mengharuskan anak harus istirahat, maka aktivitas bermain
hendaknya dilakukan di tempat tidur. Permainan tidak boleh bertentangan
dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah
baring, harus dipilih permaianan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan
anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain
khusus yang ada di ruang rawat.
4. Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga
Keterlibatan
orangtua
mempunyai
kewajiban
untuk
tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun
sedang di rawat di rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah sakit
seharusnya tidak dibiarkan sendiri. Anak yang dirawat di rumah sakit
seharusnya tidak dibiarkan sendiri. Keterlibatan orangtua dalam perawatan
anak di rumah sakit diharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi.
Keterlibatan orangtua dan anggota keluarga tidak hanya mendorong
perkembangan kemampuan dan keterampilan sosial anak, namun juga
akan memberikan dukungan bagu perkembangan emosi positif,
kepribadian yang adekuat serta kepedulian terhadap orang lain. Kondisi ini
juga dapat menerima kondisi anak sebagaimana adanya.
5. Sesuai dengan kelompok usia
Pada rumah sakit yang mempunyai tempat bermain, hendaknya
perlu dibuatkan jadwal dari kelompok sesuai usia karena kebutuhan
bermain berlainan antara kelompok usia.
Infant (Bayi)

Mendengarkan musik – musik pengantar tidur

Menyediakan mainan dan barang-barang kesukaan seperti boneka
binatang, bantal kesayangan, mainan kerincingan

Menempatkan mainan-mainan yang dapat menstimulasi anak untuk
mendorong, menendang, dan merangkak

Bermain petak umpet (peek a
boo) Toddler (Balita)

Menyediakan mainan dan barang-barang kesukaan seperti boneka,
mainan berupa alat musik

Menonton film/ kartun favorit

Menulis, menggambar dengan tinta berwarna

Menyusun blok-blok

Bermain dengan plastisin
Preschool (Pra sekolah)

Menyediakan mainan dan barang-barang kesukaan seperti baju,
selimut, boneka

Menonton film/ kartun favorit

Bermain ular tangga, monopoli

Menggambar dengan krayon

Membuat kreasi dengan origami dan mozaik (memotong dan
menempelkan guntingan kertas)

Bermain dengan lilin plastisin

Bermain dengan media air dan pasir
School-Age

Menyediakan mainan dan barang-barang kesukaan seperti baju,
selimut, boneka

Menonton film/ kartun favorit

Mendengarkan lagu favorit

Main kartu

Menyusun puzzle

Memasak

Melakukan aktivitas bermain bersama kelompok

Membuat buku catatan harian
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Carman, S., & Kyle, T. (2013). Essentials of Pediatric Nursing 2nd Edition. China: Library of
Congress Ctaloging-In-Publication Data.
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit Proses, Manfaat dan
Pelaksanaan. Ponorogo: Ilmiah Kesehatan.
Xavier, T., & Sagayamary. (2014). A study to assess the effectiveness of play activities in
reducing the level of anxiety among hospitalized children. IOSR Journal of Nursing and
Health Science, 3(2), 59-62.
Children’s Hospital of Philadelphia. (2019). Play and Recreation during Hospitalization.
Philadephia. Philadelphia: Children’s Hospital of Philadelphia. Children’s Hospital of
Philadelphia
22
Download