LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TERINTEGRASI PADA PROGRAM PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI RUANGAN KENANGA RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG Ketua : Nenden N. A. M., S.Kep., Ners, MSN / NIDN. 0006028703 Anggota : 1. Henny S. Mediani, S.Kp., MNg., Ph.D / NIDN: 001016538 2. Ikeu Nurhidayah, M.Kep., Sp.Kep.An. / NIDN: 0005048302 3. Fanny Adistie, S.Kep., Ners, M.Kep / NIDN. 0022078604 4. Sri Hendrawati, S.Kep., Ners., M.Kep. / NIDN. 0020118602 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2019 HALAMAN PENGESAHAN Judul PKM Lokasi Kegiatan Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap b. NIP/NIDN c. Jabatan Fungsional d. Program Studi e. Nomor Hp f. Alamat email g. Bidang Keahlian Anggota (1) a. Nama Lengkap b. NIP/NIDN c. Fakultas (2) a. Nama Lengkap b. NIP/NIDN c. Fakultas Anggota (3) a. Nama Lengkap b. NIP/NIDN c. Fakultas (4) a. Nama Lengkap b. NIP/NIDN c. Fakultas Mahasiswa yang Terlibat waktu kegiatan Biaya keseluruhan : Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung : Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung : : Nenden N. A. M., S.Kep., Ners, MSN : 19870206 201604 4 001/ 0006028703 : Asisten Ahli : Keperawatan : 081221077887 : [email protected] : Keperawatan Anak : : Hj. Henny Suzana Mediani, S.Kp., MNg.,Ph.D : 19650101 199006 2 001/001016538 : Keperawatan Anggota : Ikeu Nurhidayah, M.Kep., Sp.Kep.An : 198304052006042001/0005048302 : Keperawatan : Fanny Adistie, S.Kep., Ners, M.Kep : 19860722 201404 2 001/0022078604 : Keperawatan Anggota : Sri Hendrawati, S.Kep., Ners., M.Kep. : 19861120 201604 4 001/0020118602 : Keperawatan : 10 (sepuluh) orang Lama : 2 bulan : Rp. 250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) iii iv KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berjudul “Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.” Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dengan terintegrasi pada Program Profesi Ners Stase Keperawatan Anak angkatan XXXVII Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Oleh karena itu, kegiatan ini melibatkan 10 (sepuluh) mahasiswa yang berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan ini baik moril maupun materil, terutama kepada Dekan Fakultas Keperawatan Unpad, serta perawat dan karyawan Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Identifikasi Masalah 2 1.3 Tujuan Penulisan 3 1.3.1 Tujuan Umum 3 1.3.2 Tujuan Khusus 4 BAB II TINJAUAN LITERATUR 5 BAB III MATERI DAN METODE PELAKSANAAN 10 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah 10 3.2 Realisasi Pemecahan Masalah 11 3.3 Khalayak Sasaran 11 3.4 Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan) 11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1 Hasil yang dicapai 14 4.2 Rencana Keberlanjutan Program 15 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 15 5.1 Kesimpulan 15 5.2 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 17 LAMPIRAN vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah dari Tuhan yang menjadi dambaan bagi setiap keluarga, seorang anak nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Sebagai calon penerus bangsa seorang anak harus diberikan perawatan yang sebaik-baiknya agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Untuk mencapai tahap dewasa seorang anak akan melalui suatu proses berkesinambungan yang disebut sebagai proses tumbuhkembang (Soetjiningsih, 2013). Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah sel-sel tubuh melalui proses pembelahan sel dan sintesis-protein, sehingga mengakibatkan peningkatan ukuran dan berat sel. Sedangkan perkembangan merupakan perubahan secara bertahap dari tahap yang rendah menuju tahap yang lebih tinggi dan menghasilkan peningkatan kemampuan seseorang melalui pertumbuhan, proses menjadi dewasa serta pembelajaran (Wong, 2009). Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda disebabkan oleh faktor internal dan faktor eskternal. Faktor internal yang memengaruhi tumbuhkembang anak diantaranya genetik, usia dimana pertumbuhan berlangsung lebih cepat pada masa tertentu (prenatal, tahun pertama kehidupan, dan masa remaja), dan jenis kelamin dimana fungsi reproduksi perempuan berkembang lebih cepat dibanding lakilaki namun setelah melewati masa pubertas pertumbuhan laki-laki berkembang lebih pesat dibanding perempuan. Faktor eksternal yang memengaruhi tumbuh-kembang anak diantaranya nutrisi ibu selama kehamilan, komplikasi selama persalinan, nutrisi anak, penyakit kronis/kelainan kongenital yang menyertai anak, lingkungan fisis dan kimia, psikologis yang merupakan hasil dari hubungan anak dengan orang di sekitarnya, gangguan hormon, sosio-ekonomi, lingkunan pengasuhan, obat-obatan, dan stimulasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2016). Stimulasi yang dapat diberikan salah satunya adalah dengan Terapi Bermain pada anak. 1.2 Identifikasi Masalah Terdapat lebih dari empat ribu bahasa sebagai alat komunikasi di dunia, dan meskipun bermain tidak dapat didengarkan seperti bahasa, namun dapat dimengerti dan bermakna sehingga manfaatnya hampir sama dengan bahasa pada anak (Landreth, 2001). Sepanjang masa anak-anak, bermain sangat mempengaruhi penyesuaian diri dan sosial anak itu sendiri. Sutton Smith (1971) mengatakan: ”Bermain bagi anak terdiri atas empat 1 mode dasar yang membuat kita mengetahui tentang dunia-meniru, eksplorasi, menguji, dan membangun.” Menurut Landreth (2001), bermain adalah rangkaian perilaku yang sangat kompleks dan multi dimensional yang berubah secara signifikan seiring pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain dilakukan dengan sukarela/spontan, untuk mendapatkan kepuasan atau kegembiraan. Bermain adalah menyenangkan dan mengasyikkan. Bermain dengan imajinasi dan fantasi, memungkinkan anak mengeksplorasi dunia mereka, pertama melalui perasaan mereka dan kemudian menggunakan pikiran dan logika. Melalui eksperimentasi bermain anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda, dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya, mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain. Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai macam perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak akan mendapatkan kegembiraan dan kepuasan. Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku anak-anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam perkembangan mereka. Menurut Vanfleet, et al, 2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, di mana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008, dalam Homeyer, 2008, terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model teoritis untuk membangun proses antar pribadi untuk membantu seseorang mencegah atau mengatasi kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah sakit. Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. 2 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pendidikan dan promosi kesehatan dengan melakukan kegiatan Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah : a. Menyusun rencana pembelajaran pendidikan dan promosi kesehatan dengan melakukan kegiatan Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung b. Menambahkan pemahaman orang tua dan caregiver di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tentang manfaat, dampak dari terapi bermain pada anak. 3 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1. Hasil Penelitian terkait Terapi Bermain Pada Anak Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa frustasi (Santrock, 2007). Menurut Wong, 2009, bermain merupakan kegiatan anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai macam perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak akan mendapatkan kegembiraan dan kepuasan. Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku anak-anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam perkembangan mereka. Anak-anak tidak seperti orang dewasa yang dapat berkomunikasi secara alami melalui kata-kata, mereka lebih alami mengekspresikan diri melalui bermain dan beraktivitas. Menurut Vanfleet, et al, 2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, di mana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008, dalam Homeyer, 2008, terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model teoritis untuk membangun proses antar pribadi untuk membantu seseorang mencegah atau mengatasi kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah sakit. Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain 4 untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. 2.2. Pendidikan Kesehatan Dari data-data yang kami bahas di atas dapat dilihat bahwa tingginya ketidaktahuan akan pendidikan kebersihan dan kesehatan yang baik berdampak pada tingginya jumlah responden yang tidak melakukan praktik kesehatan serta upaya pencegahan penyakit. Pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang harapannya adalah perubahan sikap serta perilaku seseorang dalam pencegahan penyakit dan peningkatan status. Hal ini sesuai dengan D. Nyswander, pendidikan kesehatan adalah proses perubahan dari dalam diri manusia itu sendiri untuk mencapai kesehatan pribadi dan masyarakat. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang dinamis dari sebuah pembentukan di mana seseorang menolak atau menerima informasi baru atau perilaku-perilaku baru dengan tujuan kesehatan hidup. Pendidikan kesehatan juga dapat disimpulkan sebagai suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat dapat mencapai status kesehatan yang optimal. Hal ini penting dilakukan dari masa anak-anak berhubung pertumbuhan dan perkembangan mereka masih panjang. Maka dari itu setiap stimulasi dan intervensi yang kita berikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan mereka. 5 BAB III MATERI DAN METODE PELAKSANAAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Ruangan Kenanga tempat perawatan anak dengan penyakit dalam Hospitalisasi menyebabkan kegiatan bermain terganggu Terapi bermain dapat menjadi suatu cara dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak Pendidikan kesehatan terapi bermain pada anak menjadi solusi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak selama hospitalisasi 6 3.2 Realisasi Pemecahan Masalah Berdasarkan kerangka pemecahan masalah diatas, maka realisasi pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah dengan memberikan Pendidikan Kesehatan yaitu Terapi Bermain pada Anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 3.3 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah orang tua dan caregiver pasien. 3.4 Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan) Metode dan tahapan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada Satuan Acara Pembelajaran (SAP) sebagai berikut : Topik : Terapi Bermain Subtopik :- Sasaran Pengertian terapi bermain - Fungsi terapi bermain - Prinsip pelaksanaan terapi bermain - Demonstrasi terapi bermain : Keluarga dari pasien dengan anak yang sedang menjalani hospitalisasi di ruang rawat inap kenanga 1 dan 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Hari/Tanggal : Jumat/ 26 April 2019 Waktu : 10.00 – 10.30 WIB (1x30 menit) Penyuluh : Kelompok 1 Tempat : Ruang tunggu Kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Kegiatan No Tahap Waktu Media Pengisi Acara 1. Pembukaan 10.00-10.05 - Mengucapkan salam Peserta - Menjawab - Memperkenalkan diri - Melakukan kontrak waktu - Mendengarkan dan menjelaskan tujuan - Menyetujui diadakannya penyuluhan - Mendengarkan - Apersepsi mengenai materi yang akan disampaikan 7 salam 2. Penyajian 10.05-10.25 - materi - Menjelaskan pengertian - Menyimak terapi bermain - Menanggapi Menjelaskan fungsi terapi Menjelaskan prinsip pelaksanaan terapi bermain - Mendemonstrasikan terapi bermain 3. Penutup 10.25-10.30 - Memberikan kesimpulan - Menanggapi - Memberikan evaluasi - Menjawab - Memberikan salam penutup 8 point dan leaflet bermain - Power salam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil yang dicapai Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai Terapi Bermain pada anak di Ruangan Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin telah Menjaga Kebersihan Diri dengan Mencuci Tangan secara Baik dan Benaberjalan dengan baik dan benar berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pada saat perencanaan kegiatan, survey lokasi dan perizinan/suratmenyurat, tidak ada kendala yang berarti baik. Semua tahapan kegiatan terlaksana sesuai dengan rundown acara. Peserta penyuluhan terdiri dari 18orang tua pasien anak di runagan perawatan. Adapun hasil kegiatannya 80% peserta penyuluhan dapat menyebutkan manfaat terapi bermain, 75% peserta penyuluhan dapat menyebutkan cara terapi bermain yang baik dan benar, 75% peserta penyuluhan dapat menyebutkan tahap dari terapi bermain dan 80% peserta penyuluhan dapat mendemonstrasikan kembali terapi bermain. 4.2 Rencana Keberlanjutan Program Program pendidikan kesehatan ini direncanakan akan dilakukan kembali dalam waktu enam bulan ke depan, mengingat anak-anak memerlukan pengulangan informasi untuk dapat mengadopsi suatu informasi menjadi perilaku. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dunia anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Diharapkan dengan bermain, anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar dapat berkembang secara optimal. Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana; Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang; permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan; Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka. 9 5.2 Saran Setelah melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan pada pasien anak di ruangan kenanga kami dapat memberikan saran sebagai berikut a. Bagi Institusi Pendidikan : Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan serupa secara terstruktur dan berkesinambungan untuk mencapai perkembangan yang optimal. b. Bagi orang tua : Perlu dilakukan program secara berkesinambungan dalam memeberikan terapi bermain 10 LAMPIRAN 11 SATUAN ACARA PENGAJARAN Topik : Terapi Bermain Subtopik :- Sasaran Pengertian terapi bermain - Fungsi terapi bermain - Prinsip pelaksanaan terapi bermain - Demonstrasi terapi bermain : Keluarga dari pasien dengan anak yang sedang menjalani hospitalisasi di ruang rawat inap kenanga 1 dan 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Hari/Tanggal : Jumat/ 26 April 2019 Waktu : 10.00 – 10.30 WIB (1x30 menit) Penyuluh : Kelompok 1 Tempat : Ruang tunggu Kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung A. Tujuan Instruksional Umum (TIU): Setelah diberikan penyuluhan mengenai terapi bermain selama 1x30 menit, diharapkan peserta dapat mengetahui dan memahami terapi bermain pada anak yang sedang menjalani hospitalisasi B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Setelah diberikan penyuluhan mengenai terapi bermain selama 1x30 menit, peserta dapat: 1. Menyebutkan kembali pengertian terapi bermain 2. Menyebutkan kembali minimal 3 fungsi dari terapi bermain 3. Menyebutkan kembali minimal 3 prinsip pelaksanaan terapi bermain 4. Mendemonstrasikan terapi bermain C. Materi (Terlampir) D. Kegiatan Penyuluhan 1. Metode 2. Strategi pelaksanaan : : Ceramah, tanya jawab, simulasi Kegiatan No Tahap Waktu Media Pengisi Acara 1. Pembukaan 10.00-10.05 - Mengucapkan salam Peserta - Menjawab - Memperkenalkan diri - Melakukan kontrak waktu - Mendengarkan dan menjelaskan tujuan - Menyetujui diadakannya penyuluhan - Mendengarkan Menjelaskan pengertian - Menyimak terapi bermain - Menanggapi - salam Apersepsi mengenai materi yang akan disampaikan 2. Penyajian 10.05-10.25 - materi - Power point dan Menjelaskan fungsi terapi leaflet bermain - Menjelaskan prinsip pelaksanaan terapi bermain - Mendemonstrasikan terapi bermain 3. Penutup 10.25-10.30 - 3. Media Memberikan kesimpulan - Menanggapi - Memberikan evaluasi - Menjawab - Memberikan salam penutup salam : Power point dan leaflet 4. Organisasi Pembawa acara : Dian Pemateri : Aprilia dan Janet Operator : Silvia Dokumentasi : Zulaika dan Sri Sopi Fasilitator : Irfani, Rohiman, Senvi, Anindita, Nopiyanti 5. Evaluasi Evaluasi dilakukan secara lisan. Penyuluh memberikan pertanyaanpertanyaan seputar materi yang telah disampaikan. Evaluasi diberikan untuk mengetahui sejauh mana peserta mengetahui dan memahami tentang materi terapi bermain pada anak yang sedang menjalani hospitalisasi yang telah disampaikan oleh penyuluh dalam penyuluhan yang telah diberikan. Pertanyaan yang diberikan: - Apakah yang dimaksud dengan terapi bermain? - Sebutkan minimal 3 fungsi dari terapi bermain! - Sebutkan minimal 3 prinsip dari pelaksanaan terapi bermain! - Demonstrasikan terapi bermain! MATERI PENYULUHAN A. Definisi Terapi bermain adalah terapi yang menggunakan alat-alat permainan dalam situasi yang sudah dipersiapkan untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya, baik senang, sedih, marah, dendam, tertekan, atau emosi yang lain. B. Fungsi Terapi Bermain 1. Perkembangan sensoris motorik Aktivitas sensoris motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. 2. Perkembangan intelektual Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tektur, dan membedakan objek, misalnya anak bermain mobilmobilan, kemudian banya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka anak telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainananya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan melatih kemampuan intelektualnya. 3. Perkembangan sosial Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan dari hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi pada anak usia sekolah dan remaja. 4. Perkembangan kreatifitas Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mwujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. 5. Perkembangan kesadaran diri Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannnya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Dalam hal ini, peran orangtua sangat penting untuk menanamkan nilai moral dan etik, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami orang lain. Nilai-nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkuannnya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungnnya dan dapat menyesuaikam diri dengan aturan-aturan kelompok, yang ada dalam lingkungannya. 6. Bermain sebagai terapi Pada saat anak di rawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih, nyeri. Perasan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi bebarapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainanannya (distraksi). Tujuan dari terapi bermain sebagai terapi pada anak dengan hospitalisasi diantaranya: - Untuk mencegah regresi perkembangan - Untuk mengurangi stres dan kecemasan orangtua dan anak - Untuk memfasilitasi komunikasi antara petugas kesehatan dan anak- anak - Untuk mendorong kerjasama anak dalam prosedur rumah sakit C. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain 1. Permaianan tidak banyak menggunakan energi Waktu bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan dan alatalat permainanannya lebih sederhana. Lama pemberian terapi bisa bervariasi, idealnya dilakukan dalah 15-30 menit sehari selama 2-3 hari. Pelaksanaan terapi ini dapat memberikan mekanisme koping dalam menurunkan kecemasan pada anak 2. Mainan harus relatif aman Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari, mainan tidak membuat anak tersedak, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak tajam, tidak membuat anak terjatuh, kuat dan tahan lama serta ukurannya menyesuaikan usia dan kekuatan anak. 3. Tidak bertentangan dengan terapi Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila program terapi mengharuskan anak harus istirahat, maka aktivitas bermain hendaknya dilakukan di tempat tidur. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permaianan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat. 4. Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga Keterlibatan orangtua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang di rawat di rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya tidak dibiarkan sendiri. Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya tidak dibiarkan sendiri. Keterlibatan orangtua dalam perawatan anak di rumah sakit diharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi. Keterlibatan orangtua dan anggota keluarga tidak hanya mendorong perkembangan kemampuan dan keterampilan sosial anak, namun juga akan memberikan dukungan bagu perkembangan emosi positif, kepribadian yang adekuat serta kepedulian terhadap orang lain. Kondisi ini juga dapat menerima kondisi anak sebagaimana adanya. 5. Sesuai dengan kelompok usia Pada rumah sakit yang mempunyai tempat bermain, hendaknya perlu dibuatkan jadwal dari kelompok sesuai usia karena kebutuhan bermain berlainan antara kelompok usia. Infant (Bayi) Mendengarkan musik – musik pengantar tidur Menyediakan mainan dan barang-barang kesukaan seperti boneka binatang, bantal kesayangan, mainan kerincingan Menempatkan mainan-mainan yang dapat menstimulasi anak untuk mendorong, menendang, dan merangkak Bermain petak umpet (peek a boo) Toddler (Balita) Menyediakan mainan dan barang-barang kesukaan seperti boneka, mainan berupa alat musik Menonton film/ kartun favorit Menulis, menggambar dengan tinta berwarna Menyusun blok-blok Bermain dengan plastisin Preschool (Pra sekolah) Menyediakan mainan dan barang-barang kesukaan seperti baju, selimut, boneka Menonton film/ kartun favorit Bermain ular tangga, monopoli Menggambar dengan krayon Membuat kreasi dengan origami dan mozaik (memotong dan menempelkan guntingan kertas) Bermain dengan lilin plastisin Bermain dengan media air dan pasir School-Age Menyediakan mainan dan barang-barang kesukaan seperti baju, selimut, boneka Menonton film/ kartun favorit Mendengarkan lagu favorit Main kartu Menyusun puzzle Memasak Melakukan aktivitas bermain bersama kelompok Membuat buku catatan harian DOKUMENTASI DAFTAR PUSTAKA Carman, S., & Kyle, T. (2013). Essentials of Pediatric Nursing 2nd Edition. China: Library of Congress Ctaloging-In-Publication Data. Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit Proses, Manfaat dan Pelaksanaan. Ponorogo: Ilmiah Kesehatan. Xavier, T., & Sagayamary. (2014). A study to assess the effectiveness of play activities in reducing the level of anxiety among hospitalized children. IOSR Journal of Nursing and Health Science, 3(2), 59-62. Children’s Hospital of Philadelphia. (2019). Play and Recreation during Hospitalization. Philadephia. Philadelphia: Children’s Hospital of Philadelphia. Children’s Hospital of Philadelphia 22