Uploaded by User51669

RANGKUMAN MODUL I

advertisement
RANGKUMAN MODUL I - VI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu di SD
Dosen Pengampu: Hj. Dwi Siwi Yudiarti, M.Pd.
Disusun Oleh:
Lasmanawati
857304882
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS TERBUKA
MODUL I
KONSEP DASAR DAN MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN TERPADU
KEGIATAN BELAJAR 1:
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TERPADU
A. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Integrated
curriculum
(kurikulum
terpadu)
dan
integrated
learning
(pembelajaran terpadu) memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain.
Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin
ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan, dan sikap.
Rasional pemaduan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Kebanyakan masalah dan pengalaman bersifat interdisipliner.
Adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan
berbagai masalah.
Memudahkan anak membuat hubungan antarskemata dan transfer
pemahaman antarkonteks.
Demi efisiensi
Adanya tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan Aminuddin tahun 1994, pengertian pembelajaran
terpadu dapat dilihat sebagai:
1. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai macam
pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekelilingnya sesuai
kemampuan dan perkembangan anak.
2. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara
serempak (simultan).
3. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata
pelajaran yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar lebih bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada
praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Menurut para tokoh
Psikologi Gestalt, pembelajaran terpadu menolak proses latihan/hafalan (drill)
sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Pendekatan
pembelajaran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (learning by doing).
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Terdapat beberapa karakteristik pembelajaran terpadu antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berpusat pada siswa
Memberikan pengalaman langsung kepada siswa
Pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas
Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
Bersifat luwes (fleksibel)
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Kelebihan pembelajaran terpadu:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan siswa
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa
4. Dapa menumbuh kembangkan keterampilan berfikir siswa
5. Menyajikan kegiatan yang sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
siswa dalam lingkungannya
6. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial siswa
Selain beberapa kelebihan tersebut, terdapat kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran terpadu di antaranya:
1. Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dalam kurikulum sekolah dasar
tahun 2004 masih terpisah-pisah
2. Dibutuhkan sarana dan prasarana belajar yang memadai untuk mencapai
kompetensi dasar secara optimal
3. Belum semua guru memahami konsep ini secara utuh
C. LANDASAN PEMBELAJARAN TERPADU
Landasan pembelajaran terpadu di SD, antara lain:
1. Landasan Filosofis
Dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu. Pembelajaran terpadu sangat dipengaruhi oleh 3 aliran filsafat, yaitu:
a. Progresivisme, proses pembelajaran pada umumnya ditekankan pada
pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang
alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
b. Konstruktivisme, melihat pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam
pembelajaran. Siswa berinteraksi langsung dengan objek dan
lingkungannya.
c. Humanisme, melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan
motivasi yang dimilikinya.
Secara fitrah siswa memiliki bekal atau potensi yang sama dalam upaya
memahami sesuatu. Implikasi tersebut dalam pembelajaran, yaitu:
a. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber informasi
b. Siswa sebagai subjek belajar yang mampu menemukan pemahamannya
sendiri
c. Guru sebagai model, pendamping, motivator, fasilitator dan pembelajar
Dilihat dari motivasi dan minat, siswa memiliki ciri tersendiri. Implikasi
dari pandangan tersebut dalam pembelajaran, yaitu:
a. Isi pembelajaran bermanfaat bagi siswa secara aktual
b. Siswa menyadari penguasaan isi pembelajaran bagi kehidupan
c. Isi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan, pengalaman,
dan pengetahuan siswa
2.
Landasan Psikologis
Berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi/teori
belajar. Pandangan psikologis yang melandasi pembelajaran terpadu, yaitu:
a. Masing-masing siswa membangun realitasnya sendiri.
b. Pikiran seseorang mempunyai kemampuan untuk mencari pola dan
hubungan antar gagasan yang ada.
c. Siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan yang
dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk berkembang.
d. Keseluruhan perkembangan anak adalah terpadu dan anak melihat dirinya
dan sekitarnya secara utuh (holistik).
3.
Landasan Praktis
Kondisi nyata yang pada umumnya terjadi dalam proses pembelajaran.
Melandasi dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, yaitu:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga banyak informasi
yang harus dimuat dalam kurikulum.
b. Hampir semua pelajaran diberikan secara terpisah satu sama lain.
c. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran cenderung lebih bersifat
lintas mata pelajaran.
d. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dapat dipersempit dengan
pembelajaran yang dirancang secara terpadu.
4.
Landasan Sosial Budaya
Kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan
budayanya menjadi dasar dan acuan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran
terpadu.
5.
Landasan IPTEK
Sebagai upaya menyelaraskan pembelajaran terpadu dengan perkembangan
dan kemajuan IPTEK.
D. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN TERPADU
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan pada saat penggalian tema,
pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian, antara laim:
1. Prinsip dalam proses penggalian tema
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tema hendaknya tidak terlalu luas tetapi juga tidak terlalu sempit tetapi
dapat digunakan memungkinkan menghubungkan berbagai konsep,
sehingga konsep-konsep menjadi bermakna.
Tema harus bermakna, artinya tema yang dikaji harus memberikan bekal
belajar siswa selanjutnya
Tema sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis siswa.
Tema yang dikembangkan dapat menampung minat anak.
Tema mempertimbangkan peristiwa otentik yang terjadi di sekitar.
Tema mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, sehinga tidak
menyimpang.
Tema mempertimbangkan kletersediaan sumber belajar.
2. Prinsip dalam proses pelaksanaan
a.
Guru bukianlah aktor tunggal yang memerankan sebagai seorang ahli,
nara sumber, orator, pengarah yang mendominasi pembelajaaran.
b.
Tugas secara jelas didiskusikan antara guru dan siswa.
c.
Guru memiliki sikap terbuka dan akomodatif terhadap ide-ide siswa yang
terkadang tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
3. Prinsip dalam proses penilaian
a.
b.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri
sendiri (self-evaluation) disamping bentuk penilaian lainnya.
Guru mengajak siswa menilai pemerolehan belajar yang dicapai
berdasarkan kriteria pencapaian tujuan yang telah disepakati.
E. MANFAAT PEMBELAJARAN TERPADU
Beberapa manfaat pelaksanaan pembelajaran terpadu, antara lain:
1. Menghemat materi karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan
dihilangkan.
2. Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna.
3. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir siswa.
4. Mendapatkan pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu.
5. Memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat mempertinggi
kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning).
6. Dengan pemaduan pembelajaran antar mata pelajaran diharapkan penguasaan
materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.
7. Pengalaman belajar antar mata pelajaran sangat positif untuk membentuk
pendekatan menyeluruh pembelajaran terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan.
8. Motivasi belajar dapat diperbaiki dan ditingkatkan dalam pembelajaran antar
mata pelajaran.
9. Pembelajaran tepadu membantu menciptakan struktur kognitif atau
pengetahuan awal siswa yang dapat menjembatani pemahaman yang terkait,
pemahaman yang terorganisasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang
konsep-konsep yang sedang dipelajari, dan akan terjadi transfer pemahaman
dari satu konteks ke konteks yang lain.
10. Terjadi kerja sama yang lebih meningkat antara para guru, para siswa, gurusiswa, dan siswa-orang/ nara sumber lain.
KEGIATAN BELAJAR 2:
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
A. BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
1. Model Penggalan ( Fragmented )
2. Model Keterhubungan ( Connected )
3. Model Sarang ( Nested )
4. Model Urutan / Rangkaian ( Sequenced )
5. Model Bagian ( Shared )
6. Model Jaring Lab-laba ( Webbed )
7. Model Galur ( Threaded )
8. Model Keterpaduan ( Integrated )
9. Model Celupan ( Immersed )
10. Model Jaringan ( Networked )
B. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DISEKOLAH DASAR
1. Model jaring laba-laba
Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik.
2. Model keterhubungan ( Connected )
Adalah model pembelajaran yang secara sengaja di usahakan untuk
menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topic dengan topic lain,
satu ketrampilan dengan ketrampilan lain.
3. Model Keterpaduan ( Intergrated )
Merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antarmata
pelajaran.
MODUL II
PROSEDUR UMUM PEMBELAJARAN TERPADU
KEGIATAN BELAJAR 1:
KEGIATAN PENDAHULUAN DALAM PEMBELAJARAN TERPADU
A. MAKNA KEGIATAN PENDAHULUAN
Kegiatan pendahuluan merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Kegiatan
pendahuluan pada dasarnya merupakan kegiatan yang harus ditempuh guru dan
siswa pada setiap kali pelaksanaan sebuah pembelajaran. Fungsi kegiatan
pendahuluan terutama adalah untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang
efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan
nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para
siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Melalui
kegiatan ini, siswa akan termotivasi untuk aktif berbicara dan mengeluarkan
pendapatnya sehingga pada akhirnya akan muncul rasa ingin tahu dari setiap anak.
Dengan demikian, melalui kegiatan pendahuluan siswa akan tergiring pada
kegiatan inti baik yang berkaitan dengan tugas belajar yang harus dilakukannya
maupun berkaitan dengan materi ajar yang harus dipahaminya.
B. BENTUK KEGIATAN PENDAHULUAN
Kegiatan menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang
akan dibahas disebut kegiatan awal pembelajaran. Sementara itu kegiatan yang
tidak langsung berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan dibahas
disebut kegiatan pra pembelajaran. Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan
dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya, yaitu menciptakan kondisikondisi awal pembelajaran yang kondusif, memberi acuan, melaksanakan
kegiatan apersepsi (apperception) dan penilaian awal (pre-test). Kegiatan
pendahuluan seperti sebagai berikut:
1. Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru sejak
awal dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang perlu
dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang efektif tersebut
misalnya:
a. Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance)
Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau
memeriksa terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas
terhitung banyak maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu menyita
atau menghabiskan waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah
dengan menanyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan
siswa yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa
yang tidak hadir tersebut.
b. Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness)
Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat
dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang
dilakukan pada awal pembelajaran diantaranya:
1) Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan
sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
2) Menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif dalam kelas.
3) Menunjukkan sikap penuh semangat (antusiasme) dan minat mengajar yang
tinggi.
4) Mengontrol (mengelola) seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran.
5) Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
serta minat dan perhatian siswa.
6) Menentukan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat
melakukannya.
c. Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Sejak saat awal pembelajaran, siswa harus sudah mulai diarahkan pada suatu
kondisi atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka menumbuhkan
keaktifan siswa dalam belajar. Suasana yang demokratis dalam pembelajaran
terpadu akan menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan,
keberanian
untuk
bertanya,
keberanian
berpendapat
atau
mengeluarkan
ide/gagasan, dan keberanian memperlihatkan unjuk kerja (performance). Untuk
itu guru hendaknya mengembangkan kegiatan awal pembelajaran yang
memungkinkan siswa merasa bebas, sukarela, tidak merasa ditekan atau dipaksa
dalam belajar.
d. Membangkitkan motivasi belajar siswa
Motivasi merupakan motor penggerak aktivitas belajar. Motivasi belajar
siswa berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila siswa
yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau
bermanfaat baginya maka motivasi belajarnya akan muncul dengan kuat. Motivasi
belajar seperti intrinsik atau motivasi internal. Motivasi ekstrinsik atau motivasi
eksternal merupakan motivasi belajar dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu
(pujian, hadiah). Motivasi intrinsik disebut pula motivasi murni. Guru harus
berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada diri siswa di awal kegiatan
pembelajaran terpadu. Umpamanya dengan cara menjelaskan kaitan tujuan
pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Memunculkan motivasi
ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberikan penguatan seperti
memberi pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan,
atau memberi nasihat.
e. Membangkitkan perhatian siswa
Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu
objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar
makin baik, dan hasilnya akan makin baik pula. Oleh karena itu sejak awal
pembelajaran terpadu guru harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat
kepada pelajaran.
2. Memberi Acuan
Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan diartikan
sebagai upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran
umum tentang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan ditempuh
selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam
memberi acuan, diantaranya sebagai berikut:
a. Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar
materi yang akan dipelajari
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran
adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai
siswa setelah pembejaran dilakukan atau garis besar materi yang akan dipelajari
untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut.
b. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan
alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan di awal pembelajaran adalah
menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam tahapan
ini, guru juga perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang
bagaimana yang harus ditempuh siswa untuk menguasai kemampuan tersebut atau
dalam mempelajari teman, topik, atau materi pembelajaran terpadu. Misalnya, jika
dalam pembelajaran akan digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan
teknik atau langkah-langkah yang akan ditempuh siswa selama kegiatan diskusi.
Jika dalam proses pembelajaran akan digunakan metode eksperimen maka guru
harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah eksperimen yang akan
ditempuh. Jika pembelajaran akan berlangsung dengan kerja kelompok maka guru
membentuk kelompok dan menyampaikan teknik atau prosedur kerja kelompok
tersebut.
3. Membuat Kaitan (Melaksanakan Apersepsi)
Kegiatan membuat kaitan pada awal pembelajaran biasanya dikenal dengan
melakukan apersepsi. Dengan kata lain, apersepsi itu pada dasarnya yaitu
menumbuhkan tanggapan-tanggapan lama yang telah dimiliki siswa sebelum
memberikan bahan baru, atau menerima tanggapan-tanggapan baru dengan
bantuan tanggapan-tanggapan lama. Atau dengan kata lain apersepsi menekankan
pada upaya guru dalam menghubungkan materi pelajaran yang sudah dimiliki
oleh siswa dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa.
Berikut ini beberapa cara diantaranya yang dapat dilakukan guru dalam
membuat kaitan atau melakukan apersepsi:
a. Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya.
b. Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari.
c. Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas.
4. Melaksanakan Tes Awal
Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur dan mengetahui sejauh
mana materi akan bahan pelajaran yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa.
Informasi ini akan digunakan oleh guru untuk menentukan darimana pembahasan
materi baru akan dimulai.
KEGIATAN BELAJAR 2:
KEGIATAN INTI DALAM PEMBELAJARAN TERPADU
A.
MAKNA KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Kegiatan inti sering disebut juga kegiatan instruksional, pada dasarnya
kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experience). Kegiatan inti
dalam pembelajaran terpadu merupakan kegiatan yang kompleks terutama dalam
proses penguasaan pengalaman belajar siswa terhadap kemampuan yang telah
dirumuskan secara terpadu. Dengan demikian, untuk menumbuhkan pengalaman
belajar siswa secara terpadu perlu ditempuh melalui proses pembelajaran yang
direncanakan secara matang.
Pada prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu.
B.
BENTUK KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan awal tersebut dilakukan maka selanjutnya guru
mengorganisasikan atau mengatur proses pembelajaran dengan menggunakan
cara/teknik/metode/pendekatan yang bervariasi yang memungkinkan siswa
memperoleh
pengalaman
belajar
berkadar
aktivitas
tinggi.
Kegiatan inti pembelajaran, baik dalam pembelajaran terpadu, maupun
pembelajaran
biasa,
menggambarkan
penggunaan
strategi
dan
media
pembelajaran serta metode belajar dalam upaya membantu siswa mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Berkenaan dengan menggunakan strategi pembelajaran, terdapat beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan guru. Faktor-faktor tersebut adalah:
1.
Tujuan
Tujuan pembelajaran menentukan kegiatan pembelajaran yang dirancang
dan dilaksanakan guru. Adapun tujuan kegiatan pembelajaran yang diharapkan
dikuasai oleh siswa berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, ketrampilan,
serta pembentukan sikap dan nilai.
2.
Materi
Jenis dan tingkat kesulitan materi juga turut menentukan penentuan kegiatan
pembelajaran. Apabila materi yang akan dibahas bersifat abstrak maka dalam
kegiatan pembelajaran guru hendaknya memberikan contoh-contoh. Apabila
materi yang dibahas merupakan materi baru maka guru hendaknya memberikan
pelajaran singkat atau melakukan demonstrasi. Sebaliknya apabila materi yang
dibahas sudah dikenal siswa maka guru dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang menuntut siswa untuk mengatasi masalah yang berkaitan
dengan materi tersebut.
3.
Siswa
Dalam menentukan kegiatan pembelajaran guru hendaknya memperhatikan
faktor siswa, yang mencakup karakteristik dan jumlah siswa di dalam kelas.
Apabila guru akan melaksanakan percobaan laboratorium, guru harus yakin
bahwa aalat dan bahan yang ada di laboratorium bukan merupakan hal yang baru
sehingga pada waktu memasuki laboratorium siswa tidak merasa canggung
menggunakan alat-alat percobaan. Apabila guru akan meminta siswa untuk
melakukan diskusi kelompok, guru sudah yakin bahwa siswa sudah mampu
mengemukakan dan menanggapi pendapat.
4.
Guru
Kemampuan
guru
dalam
mengelola
kegiatan
pembelajaran
perlu
diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila guru merasa tidak
mampu melakukan percobaan, sebaiknya guru meminta bantuan guru lain
melakukan percobaan tersebut.
5.
Fasilitas, Ruang dan Waktu
Faktor lain yang perlu dilakukan guru dalam menentukan kegiatan
pembelajaran adalah fasilitas, ruang dan waktu yang tersedia. Melakukan
percobaan secara individual memang akan sangat baik bagi siswa. Tetapi apabila
alat dan bahan yang tersedia tidak mencukupi untuk setiap siswa, bukan berarti
percobaan ditiadakan. Dalam hal ini guru bisa meminta siswa untuk melakukan
percobaan kelompok. Selain itu apabila guru tidak memliliki waktu yang tidak
banyak, metode kerja kelompok kurang tepat dilaksanakan karena akan
menghabiskan waktu hanya untuk membentuk kelompok dan mempersiapkan
fasilitas yang diperlukan,.
Selain menggabarkan penggunaan strategi pembelajaran dan metode
mengajar, dalam kegiatan inti pembelajaran juga menggambarkan penggunaan
media pembelajaran. Tanpa media pembelajaran yang berfariasi maka kegiatan
inti pembelajaran terpadu tidak akan berjalan dengan efektif. Dengan
menggunakan media pembelajaran, kita dapat memanfaatkan nilai yang
terkandung dalam media pembelajaran untuk memfasilitasi trjadinya proses
belajar dari siswa. Berikut beberapa nilai yang dapat dipetik dari penggunaan
media dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu:
a.
Media dapat mengkongkretka konsep-konsep yang abstrak.
b.
Media dapat menghadirkan objek-objek yang terlalu bahaya atau sukar
didapat ke dalam lingkungan belajar.
c.
Media dapat menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil.
d.
Media dapat memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
KEGIATAN BELAJAR 3:
KEGIATAN AKHIR DAN TIDAK LANJUT DALAM PEMBELAJARAN
TERPADU
A.
MAKNA KEGIATAN AKHIR DAN TINDAK LANJUT
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai
kegiatan untuk menutup semua rangkaian kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini
juga mengandung makna sebagai kegiatan untuk memantapkan pemahaman siswa
terhadap kompetensi dasar dan bahan pembelajaran yang telah dipelajarinya, serta
mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung dan dijalani oleh siswa dan guru. Dalam melakukan kegiatan akhir
pembelajaran, guru akan mengetahui kompetensi yang sudah dan belum dikuasai
siswa. Kegiatan yang biasa dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini adalah
memberikan tes, baik lisan maupun tertulis.
B.
BENTUK KEGIATAN AKHIR DAN TINDAK LANJUT
Waktu yang desideiakan untuk kegiatan akhir dan tindak lanjut ini biasanya
relatif singkat (kurang lebih 5-10menit). Dalam hal ini, guru perlu mengatur dan
memanfaatkan waktu seefesien mungkin melalui bentuk-bentuk kegiatan yang
tepat.
1.
Kegiatan Akhir Pembelajaran
Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk meyakinkan bahwa kompetensi
yang ditetapkan dikuasai siswa diantaranya adalah:
a.
Meninjau kembali penguasaan siswa
Untuk meninjau kembali penguasaan siswa terhadap materi yang telah
dipelajari
siswa,
guru
dapat
melakukan
dua
cara
yaitu
merangkum
(menyimpulkan) pokok materi atau membuat ringkasan materi pelajaran. Dalam
melaksanakan kegiatan membuat rangkuman/kesimpulan/ringkasan, hendaknya
memperhatikan kriteria berikut:
1) Beracuan pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar.
2) Singkat, jeles dan bahasa (tulis/lisan) mudah dipahami.
3) Kesimpulan/rangkuman/ringkasan tidak keluar dari topik yang telah dibahas.
4) Dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin.
Pada dasarnya kegiatan meninjau kembali penguasaan setiap siswa ini
dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini dapat
dilakukan pada setiap penggal kegiatan atau setelah satu topik dibahas.
b.
Melaksanakan penilaian
Memberikan tes adalah salah satu kegiatan akhir yang sering dilakukan
guru. Tes yang diberikan pada akhir pembelajaran disebut tes akhir (post-test),
yaitu test yang ditujukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang telah dipelajari.
Waktu yang tersedia untuk kegiatan akhir relatif singkat maka guru prlu
mengedintifikasi kegiatan teknik yang dianggap tepat untuk menilai penguasaan
siswa. Dalam prosesnya guru dapat melakukan penilaian secara lisan maupun
tertulis. Apabila waktu yang tersedia kurang banyak maka guru dapat menunjuk
beberapa siswa yang termasuk pada kelompok lambat belajar (slow learner) untuk
menjawab pertanyaan lisan atau membuat kesimpulan. Atau apabila waktunya
cukup banyak dan memadai, guru dapat melakukan penilaian secara tertulis. Hal
ini menunjukan bahwa guru harus memiliki kreatifitas yang tinggi dalam menilai
hasil belajar siswa agar pelaksaan penilaian akhir tersebut efektif dan efisien.
2.
Melaksanakan Tindak Lanjut Pembelajaran
Kegiatan tindak lanjut pembelajaran dapat dilaksanakan diluar jam
pelajaran, sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Pada prinsipnya kegiatan
tidak lanjut pembelajaran dilaksanakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa
baik dalam bentuk pengayaan (enrichment) maupun perbaikan (remedial).
Beberapa alternatif kegiatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan kegiatan
tindak lanjut pembelajaran terpadu berikut ini:
a.
Memberikan pekerjaan rumah
b.
Membahas kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit
c.
Menugaskan membaca materi pelajaran tertentu
d.
Memberikan motivasi atau bimbingan belajar
e.
Mengemukakan topik untuk pertemuan berikutnya.
Download