Pancasila Sebagai Staats Fundamental Norm Kelompok 9 D3 Teknik Informatika Pancasila Sebagai Staats Fundamental Norm Kelompok 9 D3 Teknik Informatika Anggota Adam Arthur Faizal TI A Anggita Sari Dita Rossiyana Wulandari TI B TI A Arvianto Ahmad Al Ghozali TI A 3 Apa yang dimaksud dengan Staats Fundamental Norm? Dalam penjelasannya secara etimologi Staats Fundamental Norm berasal dari bahasa Jerman yang terdiri dari Staats = Negara, Fundamental = yang paling mendasar dan Norm = norma. Jadi, bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah pokok kaidah negara yang fundamental. 4 Perkembangan teori - Hans Kelsen Hans Kelsen mengembangkan teori Hirearki Norma Hukum (Stufentheorie) bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hirearki tata susunan, dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipothesis dan fiktif, yaitu Norma Dasar (Grundnorm). 5 Perkembangan teori - Hans Naviasky Hans Naviasky menyempurnakan teori yang dikembangkan oleh gurunya, Hans Kelsen, dan membuat susunan Tata Susunan Norma Hukum Negara (die Stufenordnung der Rechtsnormen) dalam empat tingkatan: - Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara) atau Grundnorm (menurut teori Kelsen) - Staatsgrundgezets (Aturan Dasar/Pokok Negara) - Formell Gezets (UU Formal) 6 Perkembangan teori - Notonegoro 7 Bagaimana kedudukan Pancasila sebagai Staats Fundamental Norm? Pancasila sebagai Staats Fundamental Norm Penempatan Pancasila sebagai Staats fundamental normSedangkan menurut Hans Nawiansky, Pancasila merupakan Staat Fundamental Norm yang artinya Pancasila berada dalam urutan tertinggi dalam tata urutan peraturan dan menjadi dasar bagi peraturan yang ada di bawahnya, sehingga peraturan yang ada di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.. 8 Bagaimana kedudukan UUD 1945 sebagai Staats Fundamental Norm? Pembukaan UUD 1945 sebagai Staats Fundamental Norm Seperti yang dibahas sebelumnya terkait dengan teori staatsfundamentalnorm menurut Hans Newiasky yang bersumber pada gurunya, Hans Kelsen. Staatsfundamentalnorm mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap, terlekat pada kelangsungan hidup negara dan berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi yang secara hukum tidak dapat diubah. Dalam hal inilah Notonagoro mengembangkan secara heuristic (artinya seni dan ilmu pengetahuan pada suatu penemuan) sistem tertib hukum Indonesia yang berdasarkan filsafat Pancasila yaitu Pembukaan UUD 1945. Maka pada hakikatnya esensi atau inti staatsfundamentalnorm adalah Pancasila itu sendiri.45. Maka pada hakikatnya esensi atau inti staatsfundamentalnorm adalah Pancasila itu sendiri.. 9 Unsur mutlak menurut ilmu hukum tata negara 1. Dari segi terjadinya Ditentukan oleh pembentuk negara dan dari suatu pernyataan menjadi kehendak pembentuk negara sebagai dasar-dasar negara yang dibentuknya. Pembentuk negara --> PPKI 2. Dari segi sisinya a. Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut : – Dasar tujuan negara : - Tujuan umum “ ...ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.” - Tujuan khusus “...melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.” b. Ketentuan diadakannya Undang-undang Dasar Negara : “...maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.” c. Bentuk hukum “ ...yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.” d. Dasar filsafat negara “...dengan berdasar kepada Ketuhanan YME, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” 11 Pendapat mengenai Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945 1.Terpisah Karena kedudukan Pembukaan sebagai sumber tertib hukum sehingga lebih tinggi dari batang UUD 1945. Pengertian terpisah --> Dalam batang tubuh UUD harus menciptakan pokok-pokok pikiran yang ada dalam Pembukaan UUD 1945. 2. Menjadi satu kesatuan - Ketetapan No. XX/ MPRS/ 1966 Pembukaan UUD tidak boleh diubah dan atau ditiadakan oleh siapapun juga secara hukum, oleh alat perlengkapan negara termasuk MPR hasil pemilu. - Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 37 UUD 1945 MPR mempunyai kewenangan mengubah UUD, hal itu hanya berkaitan dengan pasal-pasalnya saja. 4. Eksistensi Pembukaan UUD 1945 bagi Kelangsungan Negara Republik Indonesia • Pembukaan UUD 1945 disebut sebagai penjelmaan Proklamasi 17 Agustus 1945 • Mengubah Pembukaan UUD 1945 = membubarkan Republik Indonesia Hal ini dikarenakan : • Pembukaan UUD 1945 sebagai staatsfundamentalnorm dari segi terjadinya ditentukan oleh pembentuk negara yang menentukan dasar – dasar negara, tujuan negara, bentuk negara, kekuasaan negara, dan filafat negara pancasila. • Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum tertinggi di Republik Indonesia dan mengandung faktor – faktor mutlak bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia. • Dari segi isi, kedudukan UUD 1945 adalah pengejawantahan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang hanya satu kali terjadi dan menjadi awal bangsa Indonesia dalam hidup berbangsa. 13 Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945 1. Alinea pertama Terkandung pengakuan hak kodrat dalam kata ‘bangsa’. Hak kodrat adalah hak yang merupakan karunia dari Tuhan yang Maha Esa, yang melekat pada manusia sebagai makhluk individu dan sosial. 2. Alinea kedua ● Sebagai suatu konsekuensi logis dari pernyataan akan kemerdekaan pada alinea pertama. ● Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia menjadi bukti objektif yang selanjutnya menuju pada suatu cita-cita bersama yaitu suatu masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran. - Bersatu : bangsa sebagai kebulatan kesatuan karena unsur utama adalah negara. - Berdaulat : Negara yang merdeka dan berdiri atas kemampuannya sendiri. - Adil : Keadilan dalam kehidupan bersama, antara negara terhadap warga negara dan begitu juga sebaliknya - Kemakmuran : Tercapainya tingkat dan martabat manusia yang lebih tinggi yang meliputi seluruh kodrat manusia. 15 3. Alinea ketiga – Terdapat 2 nilai dalam alenia 3 a. Nilai religius, “atas berkat Rahmat Allah … “ Bangsa Indonesia mengakui bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kemerdekaan merupakan rahmat Tuhan. b. Nilai moral, “yang didorong oleh keinginan luhur…” Bangsa Indonesia mengakui nilai-nilai moral dan hak kodrat untuk segala bangsa. 4. Alinea keempat – Kelanjutan berdirinya negara RI tgl 17 Agustus 1945, dirinci lebih lanjut tentang prinsipprinsip serta pokok-pokok kaidah persatuan negara Indonesia – 4 Prinsip pokok kenegaraan : a. Tentang tujuan negara - Tujuan Khusus : hubungan politik dalam negeri Indonesia “Melindungi segenap bangsa…” --> pengertian negara hukum formal “memajukan kesejahteraan umum… “ --> pengertian hukum material - Tujuan umum : hubungan politik luar negeri bebas aktif b. Tentang ketentuan diadakannya UUD negara Negara besifat konstitusional. Alenia 4 merupakan dasar yuridis bahwa pembukaan UUD 1945 merupakan sumber bagi adanya batang tubuh UUD c. Tentang bentuk negara Bentuk negara adalah repuplik yang berkedualatan rakyat dengan pengertian bahwa negara dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat dan kekuasaan ditangan rakyat. d. Tentang filsafat negara 17 KEDUDUKAN DAN FUNGSI PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945 Secara umum kedudukan Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai hukum dasar, sebagai sumber hokum tertinggi dari keseluruhan produk hokum di Indonesia. Dalam hal ilmu hukum, pembukaan Undang-Undang Dasar memiliki kedudukan di atas pasal-pasal yang berada dalam UUD 1945. Meski berbeda kedudukan, antara pasal-pasal dengan pembukaan UUD1945 terdapat hubungan yang kausal dan organis. Ditinjau berdasarkan isi, alinea pertama sampai ketiga tidak memiliki arti yang kausal organis dengan pasal-pasalnya. Karena isinya menjelaskan peristiwa yang mendahului terbentuknya negara Indonesia. Sedangkan alinea keempat memuat dasar fundamental, yakni tujuan negara, ketentuan UUD negara, bentuk negara, dan dasar filsafat negara Pancasila. PEMBUKAAN UUD 1945 DALAM TERTIB HUKUM DI INDONESIA Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum negara memiliki dua aspek yang sangat fundamental, yaitu: a. Memberikan factor-factor mutlak bagi terwujudnya tertib hokum Indonesia b. Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terkandung Asas Kerohanian Negara atau Dasar Filsafat Negara RI. 19 PEMBUKAAN UUD MEMENUHI SYARAT ADANYA TERTIB HUKUM INDONESIA Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, termuat unsurunsur yang menurut ilmu hokum disyaratkan bagi adanya suatu tertib hokum di Indonesia (recht orde), atau (legal orde), yaitu suatu kebulatan dan keseluruhan peraturan-peraturan hokum. Adapun syarat-syarat hokum yang dimaksud adalah : 1. Adanya kesatuan subjek 2. Adanya kesatuan asas kerohanian 3. Adanya kesatuan daerah 4. Adanya kesatuan waktu Pokok – pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945 - Pokok pikiran pertama - Pokok pikiran kedua - Pokok pikiran ketiga - Pokok pikiran keempat The Power of PowerPoint | thepopp.com 21 Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 - Hubungan secara formal - Hungungan secara material The Power of PowerPoint | thepopp.com 22 Hubungan Proklamasi dengan UUD 1945 Setidaknya terdapat tiga unsur yang menghubungkan pembukaan UUD 1945 dengan proklamasi kemerdekaan , yaitu: 1)Penetapan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 bersamaan dengan penetapan Presiden dan wakil Presiden merupakan wujud konkret dari adanya proklamasi kemerdekaan. 2)Pembukaan UUD 1945 sejatinya merupakan pernyataan kemerdekaan yang lebih rinci dari cita-cita luhur yang menjadi pendorong tegaknya kemerdekaan, dalam bentuk negara Indonesia yang merdeka bersatu berdaulat, bersatu, adil dan makmur berdasarkan asas kerokhanian Pancasila. 23 Hubungan Proklamasi dengan UUD 1945 Sedangkan hubungan keduanya berdasarkan sifat kesatuan antara proklamasi kemerdekaan dan pembukaan UUD 1945 adalah: 1) Memberikan penjelasan (terdapat pada bagian I dan bagian II Pembukaan) 2) Memberi penjelasan atas terlaksananya proklamasi (terdapat pada bagian III pembukaan) 3) Memberikan pertanggungjawaban atas terlaksanya proklamasi kemerdekaan (terdapat pada bagian IV pembukaan) 24 KASUS SETYA NOVANTO DALAM PERSPEKTIF PANCASILA DAN UUD 1945