TUGAS KELOMPOK MANAJEMEN STRATEGI RUMAH SAKIT ISU STRATEGI Dosen: Dr. dr. Hj. A. Indahwaty Sidin, MHSM Anggota : 1. Falensia Dwita Lestari 2. Besse Sitti Hajar 3. A.Jamala Indira K022191009 K022191013 K022191025 KELAS A PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019 Tugas 1 Pada tanggal 11 Maret 2020, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghabyesus menetapkan Corona Virus Disease ( Covid-19) dikategorikan sebagai pendemi. Alasannya, karena virus ini terus menyebar cepat hingga ke wilayah yang jauh dari pusat wabah di 166 negara hanya dalam beberapa hari. Jumlah orang yang positif terinfeksi sebanyak 207.860 orang dan 8.657 orang meninggal dunia akibat Covid-19. Tak terkecuali di Indonesia. Pemerintah telah mengumumkan secara resmi virus corona sebagai bencana nasional. Sejak pertama kali Presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga positif Covid-19 pada 2 Maret 2020, hingga tanggal 28 Maret 2020 terdapat 29 provinsi yang ditemukan adanya kasus positif. Separuh lebih kasus positif Corona terdapat di DKI Jakarta dengan total pasien covid-19 sebanyak 675 kasus. Diikuti Jawa Barat 149 kasus, Banten 106 kasus, Jawa Timur 90 kasus, dan Jawa Tengah 63 kasus. Tidak menutup kemungkinan lonjakan kasus akan meningkat tajam pada minggu-minggu berikutnya. Probabilitas kematian di Indonesia termasuk tinggi dibandingkan negara lain. Melihat data di atas strategi yang dilakukan untuk memutus penularan virus Covid-19 memunculkan banyak polemik. Strategi-strategi yang dilakukan belum mampu memutuskan rantai penyebaran covid-19. Isu Strategi 1. Rapid Test Di awal bulan Maret, pemerintah sudah membatasi kegiatan-kegiatan yang mengundang keramaian. Mereka juga sudah membatasi akses transportasi . namun upaya tidak dilakukan karena pemerintah pusat berkalikali menegaskan bahwa tidak akan mengambil opsi karantina wilayah atau lockdown. Tetapi opsi yang akan digelar adalah opsi rapid test dengan cakupan wilayah yang luas. Rapid test sukses diterapkan sudah di Korea Selatan. Metode rapid test yang digunakan adalah Q-Tip (semacam stik panjang) yang membutuhkan beberapa menit saja. Tes ini dianggap efektif dalam menekan penyebaran virus covid-19. Hal ini terbukti angka kematian di Korea Selatan turun 0,1% atau 84 orang. Korea selatan pun berhasil menurunkan angka kematian tanpa melakukan lockdown atau melarang perjalanan. Tetapi korea selatan sedari awal melakuakn pengujian massal dan deteksi dini . hal ini yang membedakannya dari Negara lain. Rapid test yang dilakukan di Indonesia berbeda dengan korea selatan yaitu menggunakan serum darah yang diambil dari darah pasien. hal ini mendukung karena rapid test ini bisa dilaksanakan oleh semua laboraturium di rumah sakit yang ada di Indonesia. Rapid test masih sementara berjalan, tetapi strategi ini tidak efektif untuk mencegah penyebaran virus. Erlina mengukakan bahwa “seseorang dalam masa inkubasi , kemudian diperiksa rapid test serologi belum terdeksi, nanti jadi seolah-olah negative, ini disebut negative palsu” . Sehingga diagnosa yang salah akan berdampak pada persepsi masyarakat yang merasa aman saja akan kembali beraktivitas, kemudian malah menjadi penyebar virus. 2. Lockdown/ karantina wilayah Lock down secara harfiah adalah kunci. Secara istilah lockdown adalah penutupan akses masuk maupun keluar suatu daerah yang berdampak. Selain menutup akses keluar transportasi, dengan pembatasan kegiatan di tempat umum/fasilitas umum, tempat peribadatan, sekolah dan tempat kerja. Lockdown sudah diberlakukan di Negara-negara seperti China, Italia, Arab Saudi Denmark dan masih banyak Negara lain yang menerapkan strategi tersebut untuk menghentikan penyebaran virus covid-19. Sejumlah daerah di Indonesia pun telah menerapkan kebijakan lockdown seperti papua,tegal,tasikmalaya. Meski pemerintah pusat belum mengeluarkan kebijakan tersebut. Bahkan opsi lockdown ini tidak menjadi opsi bagi pemerintah pusat karena mereka menganggap opsi lockdown membawa dampak ekonomi,sosial serta keamanan jika diterapkan di Indonesia. Tanpa opsi lockdown pun saat ini Covid 19 telah memukul perekonomian Indonesisa. Nilai tukar rupiah, misalnya, sudah melemah diangka hampir Rp 16 ribu. Tetapi opsi lockdown/karantina wilayah memberikan dampak besar pencegahan penyebaran virus. Dengan karantina wilayah akses pergerakan orang atau barang keluar masuk wilayah dapat dibatasi. Sehingga penyebaran virus tidak meluas. 3. PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) Saat ini, pemerintah memutuskan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar untuk menekan penyebaran covid-19 di Indonesia. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No 21 tahun 2020 tentang pembatan sosial berskala besar dalam rangka percepatan penanganan covid-19. Peraturan ini mengacu pada tiga dasar, yaitu undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang bencana, undang-undang nomor 6 tahun 2018 tentang kesehatan dan undang-undang nomor 23 tahun 1959 tentang bahaya. Dalam hal ini darurat sipil Dalam peraturan tersebut , pembatasan sosial berskala besar diartikan sebagai pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi covid-19 , untuk mencegah kemungkinan penyebaran virus tersebut. Pembatasan sosial berskala besar paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan peribatan dan pembatasan kegiatan di tempat umum/fasilitas umum. Melalui peraturan pemerintah ini, daerah dapat melakukan pembatasan sosial berskala besar atau pembatasan terhadap pergerakan orang dan barang untuk satu provinsi atau kabupaten atau kota tertentu. Namun kebijakan pemerintah daerah harus melalui persetujuan menteri kesehatan. Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar didasarkan atas pertimbangan epidemologis, besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya pertahanan dan keamanan. Perbedaan antara lockdown/karantina wilayah dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) 1. PBSS merupakan pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam satu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaan penyakit atau kontaminasi (pasal 1 ayat 11) sedangkan karantina wilayah adalah pembatasan penduduk dalam satu wilayah termasuk wilayah pintu masuk beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaan penyakit atau kontaminasi (pasal 1 ayat 10) . sehingga PBSS masih tetap ada pergerakan keluar masuk. 2. Karantina wilayah berdasarkan pasal 55 ayat 1, pemerintah pusat diamanatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup dasar orang. Sedangkan PBSS tidak dijelaskan secara mendetail. Tetapi keputusan tersebut menimbulkan banyak perdebatan. Kebijakan yang dibuat pemerintah pusat memperlihatkan banyaknya kerancuan. Bahkan kebijakan tersebut dianggap tidak efektif dalam pencegahan penyebaran covid-19. Kerancuan dari kebijakan tersebut 1) Ketidak jelasan mengenai langkah konkrit dari PBSS tersebut, yang bisa memberhentikan penyebaran virus covid-19 2) Mengenai pemenuhan kebutuhan dasar penduduk yang masih simpangsiur. Jikalau PBSS bagian dari amanat UU kesehatan, maka pemerintah wajib memperhatikan pemenuhan kebuhatn penduduk dan kebutuhan pendidikan. 3) Banyaknya penolakan kebijakan darurat sipil sebagai penyerta kebijakan pembatasan sosial berskala besar. Khusus untuk rumah sakit : 1. Banyaknya rumah sakit kekuranga APD . sehingga tenaga medis memiliki resiko besar dalam melakukan penanganan terhadap pasien 2. Pendapan rumah sakit menurun dengan adanya pengeluaran biaya APD yang meningkat, kunjungan poli menurun, pembiayaan pasien covid-19 yang sampai saat ini belum jelas alurnya (khusus untuk rumah sakit yang bukan rumah sakit rujukan) 3. Jumlah Bed rumah sakit rujukan yang terbatas sehingga rumah sakit yang bukan rumah sakit yang bukan rumah sakit rujukan mengalami keterbatasan fasilitas dalam upaya perawatan pasien. Tugas 2 Masalah yang sering muncul di instalasi bedah sentral yaitu 1. Operasi elektif mengalami keterlambatan karena operator terlambat hadir 2. Pasien sering terlambat diantarkan ke ruang bedah operasi 3. Keterlambatan pelaksanaan operasi elektif disebabkan karena adanya operasi cito yang dilakukan di kamar operasi yang sebelumnya sudah dijadwalkanutuk operasi elektif 4. Kurangnya sosialisasi SOP yang ada terutama kepada dokter spesialis baru selain itu, kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan SOP di kamar operasi. Dari permasalahan di bedah sentral, strategi yang cocok pada permasalah tersebut adalah