MAKALAH TEORI KOMUNIKASI “KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KERAGAMAN BUDAYA” Disusun oleh : Andika Restu Fauzi (2018140095) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 2018/2019 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga saya bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KERAGAMAN BUDAYA” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Komunikasi. Kami sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk itu kami begitu mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini. Penyusun Andika Restu Fauzi 2 DAFTAR ISI BAB I ............................................................................................................................ 4 PENDAHULUAN .................................................................................................... 4 A. Latar Belakang Permasalahan ........................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4 C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 5 BAB II .......................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6 A. Komunikasi Antarbudaya ................................................................................. 6 B. Hambatan Komunikasi Antarbudaya ................................................................ 6 C. Efektifitas Komunikasi dalam Budaya.............................................................. 7 D. Teori Komunikasi Antarbudaya ...................................................................... 13 E. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 14 F. Analisis Komunikasi Efektif dalam Keragaman Budaya ................................ 14 BAB III ....................................................................................................................... 16 PENUTUP .............................................................................................................. 16 A. Kesimpulan ..................................................................................................... 16 B. Saran ................................................................................................................ 16 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pertukaran kebudayaan adalah hal yang sangat mungkin terjadi, karena siapapun yang datang dari suatu negara atau daerah sudah pasti tidak akan terlepas dari budaya di mana ia lahir dan dibesarkan. Dengan budaya yang mengakar di dalam dirinya, ia harus berbagi ruang dengan budaya orang lain. Pertukaran budaya ini, mungkin saja menimbulkan konflik. Konflik bisa diredam dengan lahirnya sebuah kesadaran bahwa setiap orang harus bisa memahami budaya orang lain yang berbeda budaya dengan dirinya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dalam proses komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya dibutuhkan pengertian atau pemahaman yang lebih kompeherensif. Dengan cara mengatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah sangat penting untuk mempelajari komunikasi efektif dalam keragaman budaya? 2. Bagaimana cara berkomunikasi yang efektif terhadap budaya yang beragam? 4 C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah agar semua orang bisa memahami apa itu “Komunikasi Efektif dalam Keragaman Budaya“ dengan berdasarkan “Teori Komunikasi Antarbudaya”. Karena sangat penting pula untuk kita semua memahami kebudayaan pada setiap daerah. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Komunikasi Antarbudaya Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, harus dicatat bahwa studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi (William B. Hart II, 1996). Menurut Alo liliweri dalam buku dasar-dasar komunikasi antar budaya, “komunikasi antarbudaya adalah menambah kata budaya ke dalam pernyataan komunikasi antara dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan”. B. Hambatan Komunikasi Antarbudaya Gangguan komunikasi terjadi jika terdapat salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif (Shannon dan Weaver:1949). sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan komunikan. Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, atau paling fatal adalah mengurangi makna pesan antarbudaya. Gangguan menghambat komunikan menerima pesan dan sumber pesan. Gangguan (noise) dikatakan ada dalam satu sistem komunikasi bila dalam membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan 6 pesan yang diterima. Gangguan itu dapat bersumber dari unsur-unsur komunikasi, misalnya komunikator, komunikan, pesan, media atau saluran yang mengurangi usaha bersama untuk memberikan makna yang sama atas pesan. Gangguan komunikasi yang bersumber dari komunikator dan komunikan misalnya karena perbedaan status sosial dan budaya (stratifikasi sosial, jenis pekerjaan, dan faktor usia), latar belakang pendidikan dan pengetahuan, keterampilan berkomunikasi. Sementara itu gangguan yang berasal dari pesan misalnya, perbedaan pemberian makna atas pesan disampaikan secara verbal, (sinonim, homonim, denotatif dan konotatif), perbedaan tafsir atas non-verbal (bahasa isyarat tubuh). De Vito (1997) menggolongkan tiga macam gangguan, yaitu : 1. Fisik, berupa interfensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain, misalnya desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, kaca mata. 2. Psikologis, interfensi kognitif atau mental, misalnya prasangka dan bias pada sumber-penerima-pikiran yang sempit. 3. Semantik, berupa pembicara dan pendengar memberi arti berlainan, misalnya orang yang berbicara bahasa yang berbeda, menggunakan istilah yang terlalu rumit tidak dipahami pendengar. C. Efektifitas Komunikasi dalam Budaya Berbeda budaya berarti berbeda dalam menyampaikan ide, gagasan, dan berbeda dalam perilaku keseharian. Berbeda budaya berarti berbeda dalam strategi komunikasi. Seorang yang hanya mengerti bahasa daerah tidak akan bisa mengerti bila 7 menerima pesan dalam bahasa Indonesia. Seorang yang budayanya begitu santun kepada orang tua tidak akan menerima orang yang tidak hormat terhadap orang yang dituakan. Seorang yang dalam kebudayaannya terbiasa bersikap apa adanya tidak akan menerima budaya yang penuh kepura-puraan. Candio Elliot mencontohkan, gaya promosi diri mungkin sangat sedikit ditampilkan oleh penduduk asli Amerika (native) termasuk orang Asia umumnya, disusul orang Hispanik, dan gaya seperti itu kebanyakan digunakan oleh orang Afrika. Gaya berpakaian formal mungkin sedikit ditunjukkan oleh orang Hispanik dan penduduk asli orang Afrika, namun sangat banyak dipamerkan oleh orang-orang Anglo (Amerika Campuran). Proses komunikasi yang berlangsung antara orang-orang berbeda budaya tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Willian G. Scoot yang mengutip pendapat Babcot bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi proses komunikasi : 1. The Act (Perbuatan), Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubunganhubungan yang dilakukan oleh manusia. Pada umumnya lambang-lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau dalam keadaan tertentu tanda-tanda lain dapat pula dipergunakan. 2. The Scene (Adegan), Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menekankan hubungannya dengan lingkungan komunikasi. Adegan ini menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan pengertian adegan ini merupakan apa yang 8 dimaksudkan yakni sesuatu yang akan dikomunikasikan dengan melalui simbol apa, sesuatu itu dapat dikomunikasikan. 3. The Agent (Pelaku), Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi. Pengirim dan penerima yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini adalah contoh dari pelaku-pelaku komunikasi tersebut. Dan peranannya seringkali saling menggantikan dalam situasi komunikasi yang berkembang. 4. The Agency (Perantara), Alat-alat yang dibangun dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya perantara itu. Alat-alat itu selain dapat berwujud komunikasi lisan, tatap muka, dapat juga alat komunikasi tertulis seperti surat perintah, memo, buletin, nota, surat tugas dan lainnya yang sejenis. 5. The Purpose (Tujuan), Menurut Grace dalam buku Komunikasi Administrasi dan Beberapa Faktor Penyebab Kegagalannya (karangan Miftah Thoha), ada empat macam tujuan tersebut yaitu : a) Tujuan Fungsional (The Fungsional Goals), ialah tujuan yang secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi atau lembaga. b) Tujuan Manipulasi (The Manipulative Goals). Tujuan ini dimaksudkan untuk menggerakkan orang-orang yang mau menerima ide-ide yang disampaikan baik sesuai ataupun tidak dengan nilai dan sikapnya sendiri. 9 c) Tujuan ini bermaksud untuk menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat kreatif. Komunikasi ini dipergunakan untuk memungkinkan seseorang mampu mengungkapkan perasaan tadi dalam kenyataan. d) Tujuan Keyakinan (The Confidence Goals). Tujuan ini bermaksud untuk meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang pada lingkungan. Faktor-faktor tersebut di atas juga menjadi salah satu penentu sebuah proses komunikasi itu berjalan efektif. Berdasarkan hal itu pula, kita bisa menentukan strategi atau metode komunikasi yang digunakan dalam sebuah proses komunikasi. Komunikasi yang efektif dapat terwujud bila strategi dan metode komunikasi yang digunakan tepat. Strategi komunikasi yang efektif sangat penting diperhatikan dalam sebuah proses komunikasi. Seperti yang disampaikan oleh Onong yang mengatakan bahwa, di kalangan militer terdapat ungkapan yang amat terkenal yang berbunyi, “To win the war, not to win the battle” yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti, “memenangkan perang, bukan memenangkan pertempuran”. Pentingnya strategi adalah untuk memenangkan perang, sedangkan pentingnya taktik adalah untuk memenangkan pertempuran. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting ditujukan kepada strategi komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, mencari strategi yang tepat juga sangat penting. Terutama jika pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi ingin membuat sebuah hasil yang maksimal yakni perubahan, baik 10 dari segi kognitif, afektif sampai kepada psikomotorik. Salah satu bagian dari berhasilnya sebuah strategi adalah dengan menggunakan metode komunikasi yang tepat. Menurut Alo Liliweri, ada tiga metode utama komunikasi yakni : 1. Komunikasi yang Informatif, Metode komunikasi yang membahas informasi tentang orang, objek, tempat, peristiwa, proses, situasi dan kondisi tertentu. Seseorang yang berkomunikasi menyampaikan pesan yang bersifat informatif kepada orang lain, metode ini dimaksudkan mendekatkan seseorang melalui informasi yang sudah dipahami dan dikenal oleh orang lain. 2. Komunikasi Persuasif. Metode komunikasi persuasif ini lebih cepat dan tepat mempengaruhi atau mengubah sikap dan persepsi publik. 3. Komunikasi koersif. Metode ini menerangkan bahwa untuk mempersuasi seseorang atau sekelompok orang agar mereka berubah sikap, maka komunikator akan mengirimkan pesan dengan cara menekan, memaksa, atau memberikan instruksi bahkan dengan taktik “cuci otak” sekalipun. Dengan berbagai metode tersebut, maka komunikasi yang efektif bisa tercapai. Komunikasi yang efektif bisa dilihat dari beberapa kategori, seperti yang diungkapkan oleh Alo Liliweri bahwa kategori kebiasaan berkomunikasi yang efektif adalah : a) Peka ruang dan peka jarak; Pemahaman komunikator dan komunikan tentang bagaimana seharusnya memahami ruang dan jarak pada saat 11 berkomunikasi, antara lain jarak fisik pada saat berlangsungnya komunikasi. b) Peka terhadap budaya berkomunikasi dan berbahasa; Perbedaan antarbudaya mempengaruhi interpretasi atau makna pesan yang terkandung dalam bahasa, tanda dan simbol (baik verbal dan nonverbal). c) Peka terhadap hubungan; efektivitas komunikasi antarbudaya menuntut setiap orang yang berkomunikasi untuk peka terhadap hubungan. Setiap kebudayaan menetapkan dengan pasti dan tetap bagaimana seharusnya manusia berhubungan dalam berbagai konteks. d) Peka terhadap nilai dan norma; Sukses komunikasi antarbudaya dapat dicapai hanya jika seorang yang datang ke suatu tempat yang berbeda budaya dengannya dengan memahami dan menjalankan norma-norma budaya setempat. e) Peka terhadap kepercayaan dan sikap; Komunikasi antarbudaya yang efektif ditentukan oleh bagaimana orang memahami kepercayaan dan sikap kebudayaan orang lain. Pergaulan dengan orang-orang dari suku bangsa maupun agama yang lain akan ditentukan oleh sejauhmana seseorang menunjukkan sikap tertentu yang peduli terhadap kepercayaan orang lain. 12 D. Teori Komunikasi Antarbudaya Beberapa ahli komunikasi antarbudaya mengemukakan pendapatnya tentang definisi teori komunikasi antarbudaya sebagai berikut : 1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa menyatakan dalam buku Intercultural Communication, A Reader bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras dan kelas sosial (Larry A. Samovar dan Richard Porter, 1976:25). 2. Samovar dan Porter (1976:4) juga menyatakan komunikasi antarbudaya terjadi diantara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda. 3. Chaley H. Dood (1991:5) mengungkapkan komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi atau kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta (1991). 4. Komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional, dan kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan (Lustig dan Koster, 1993). 13 Dari beberapa pengertian komunikasi antarbudaya dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi antarbudaya bahwa semakin besar derajat perbedaan antarbudaya maka semakin besar pula kita kehilangan peluang untuk meramalkan suatu tingkat ketidakpastian. E. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memahami kebudayaan yang beragam dapat berkomunikasi secara efektif, yang dimaksudkan budaya adalah suatu kebiasaan seseorang pada lingkungan disekitarnya. Berbeda budaya berarti berbeda dalam strategi komunikasi yang efektif. Seorang yang hanya mengerti bahasa daerah tidak akan bisa mengerti bila menerima pesan dalam bahasa Indonesia. Dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, mencari strategi yang tepat juga sangat penting. Terutama jika pihakpihak yang melakukan proses komunikasi ingin membuat sebuah hasil yang maksimal yakni perubahan, baik dari segi kognitif, afektif sampai kepada psikomotorik. F. Analisis Komunikasi Efektif dalam Keragaman Budaya Dapat di analisis bahwa kebudayaan timbul dengan sendirinya dari kebiasaan suatu lingkungan tersebut. Kebudayaan dapat timbul dengan Cara : 1. Discovery: yaitu penemuan suatu yang baru yang terjadi dengan tidak sengaja, dengan cara kebetulan dan tidak direncanakan. Contoh: penemuan obat-obatan. 14 2. Invention: yaitu kebudayaan yang tercipta dengan adanya suatu rancangan, dengan melalui proses. Contoh: model pakaian, computer dan lain-lain. Kebudayaan juga dapat berubah dengan cara difusi. Difusi adalah penyebaran unsur kebudayaan dalam masyarakat ke masyarakat lain antar individu, antar keluarga atau antar golongan. Difusi ini dapat menyebar dengan dua cara : 1. “Penetration Pacifiqua” yaitu masuknya unsur kebudayaan dari masyarakat ke masyarakat lain tanpa adanya paksaan. Contoh: listrik masuk dalam desa. 2. “Penetration Hard”, yaitu masuknya unsur kebudayaan dari masyarakat satu kemasyarakat lain yang di sertai kekerasan, misal model pakaian yang tidak sesuai dengan adat setempat. 15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Komunikasi yang efektif dapat terwujud bila strategi dan metode komunikasi yang digunakan tepat. Strategi komunikasi yang efektfif sangat penting diperhatikan dalam sebuah proses komunikasi. Komunikasi antarbudaya sebagai bentuk komunikasi antarpribadi dari komunikator dan komunikan yang berbeda budaya. Efektivitas komunikasi antar pribadi itu sangat ditentukan oleh faktor-faktor: keterbukaan, empati, perasaan positif, memberikan dukungan, dan memelihara keseimbangan. Sedangkan prasangka sosial yang menentukan tiga faktor utama yaitu stereotip, jarak sosial, dan sikap diskriminasi. Hubungan antara prasangka dengan komunikasi sangat erat karena prasangkaprasangka diasumsikan sebagai dasar pembentukan perilaku komunikasi. B. Saran Proses komunikasi antarbudaya memberikan hasil yang positif untuk berkomunikasi secara efektif, maka seseorang cenderung akan melakukam interaksi dengan orang lain serta dari budaya lain. Oleh karenanya memahami makna budaya dan segala yang terkait dengan itu merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan demi tercapainya komunikasi yang efektif. 16 DAFTAR PUSTAKA Deddy Mulyana & Jalaluddin Rahmat, Komunikasi antar budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda, Bandung: Remaja Rosdakarya,2000. Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif, Bandung: PT Rosda Karya, 2004. Liliweri Allo, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta: Lkis, 2003. Liliweri Allo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta : Predana Media Group, 2003. Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta: Media Pressindo, 2006. 17