Gema Jan 2016 V3 isi.indd

advertisement
Daftar Isi
01 Senandung Pagi
Jimmy Hng
04 Menelusuri jejak sejarah & pemikiran
doktrin Calvinis
Pdt. A.R. Persang
11 Predestinasi di dalam TULIP
Pnt. Rusmin Satiawijaya
14 BINER 0&1
Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama
18 Anugerah yang tidak dapat ditolak
Dkn. Anthon Simangunsong
24 Calvinisme dan Pengaruhnya
Pdt. Budianto Lim
30 TAK SATUPUN
Dkn. Boaz Wibowo
Redaksi menerima kiriman dokumen (artikel, renungan, liputan, dan lain-lainnya) dari para
pembaca, kirimkan ke [email protected]. Tim Redaksi akan mempertimbangkan dan
memutuskan dokumen mana yang akan dimuat dalam Majalah GEMA.
Penasehat Pdt. Abraham Ruben Persang Majelis Pendamping Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama
Tim Redaksi Boaz Y. Wibowo, Jimmy Hng, Yosafat Tri Hanggoro, Angelina Kosasih
Tim Layout Albert Wiyono, Jennifer Chandra Webmaster Nicky Sagitta Hiedajat
Cetak & Distribusi Ratna Lie e-mail [email protected] website www.gema-gpo.sg
MENELUSURI JEJAK SEJARAH DAN
PEMIKIRAN DOKTRIN CALVINIS,
KHUSUSNYA DOKTRIN T.U.L.I.P
Oleh: Pdt. Abraham Ruben Persang
Gema pada awal tahun 2016
menerbitkan edisi khusus ini, yang
berisi tulisan-tulisan tentang doktrin
Calvinis, khususnya doktrin yang
dikenal dengan akronim T.U.L.I.P.
merupakan ‘hadiah’ untuk kita semua
yang bersekutu, beribadah, melayani
dan berjemaat di GPO.
Gema edisi 17/I/16
Mengapa disebut ‘hadiah’? Pertama,
doktrin T.U.L.I.P. merupakan salah
satu dasar penting ajaran Gereja,
dengan mengetahui, mengerti dan
menghayatinya, maka berarti setiap
pribadi yang percaya akan sangat
bersyukur untuk anugerah keselamatan
dari Allah dan sangat bersyukur
untuk dahsyatnya kasih Allah. Kedua,
biasanya tulisan-tulisan tentang
doktrin dimuat dalam kemasan
yang kaku dan tidak praktis, tidak
demikian dengan Gema edisi khusus
kali ini, tulisan-tulisan tentang doktrin
dituangkan dengan kalimat-kalimat
yang ‘menyapa’ setiap pembaca
dengan istilah sederhana namun sarat
dengan makna, dan para penulisnya
2
pun bukan hanya tahu dan mengerti
tentang doktrin yang dituliskan tetapi
lebih dari itu, para penulisnya pun
adalah pribadi-pribadi yang memiliki
kehidupan iman yang menghayati
akan kebenaran pengajaran itu yang
berlandaskan pada firman TUHAN.
Dan yang ketiga, Gema edisi khusus
ini terbit untuk melengkapi sukacita
Natal. Sebagaimana kita bersukacita
atas Natal Kristus, kedatangan-Nya
dan penggenapan janji keselamatanNya, maka edisi Gema kali ini
memperlengkapi pengetahuan dan
pemahaman kita serta meneguhkan
penghayatan kita akan hadiah
terbesar dari Allah yaitu Ia memilih
dan menetapkan kita untuk menerima
anugerah keselamatan.
Bagian berikut di bawah ini akan
mengantar masuk ke dalam arena
tulisan-tulisan tentang doktrin T.U.L.I.P.
dengan memaparkan dan mengulas
secara umum sejarah gereja dan
pemikiran doktrin keselamatan serta
pergulatannya hingga sampai pada
doktrin Calvinis, khususnya doktrin
T.U.L.I.P.
Era Reformasi Gereja, yang dimotori
oleh Martin Luther merupakan dasar
pijak untuk kita memulai perjalanan
menapaktilasi sejarah dan
pemikiran doktrin Calvinis.
Namun, kita perlu juga perlu
tahu bahwa sesuai kajian
para pakar sejarah gereja,
Gema edisi 17/I/16 –
3
sejak awal para Rasul memberitakan
Injil dan Jemaat mula-mula makin
bertambah dan berkembang serta
meluas, maka seiring dengan itu
berkembang pula pemikiran-pemikiran
tentang ajaran Kristus dan Kekristenan.
Ada pemikiran-pemikiran yang sama
sekali berbeda dengan ajaran Kristus
dan Kekristenan, seperti: Mandeanism
– sebuah pengajaran yang hanya
percaya akan keberadaan Yohanes
Pembaptis dan tidak menerima
keberadaan Kristus maupun karya
keselamatan dalam Kristus; Gnosticism
– sebuah pengajaran yang menolak
akan kemanusiaan Kristus Yesus, bagi
mereka tidak mungkin yang ilahi
menjadi yang non ilahi. Pemikiran
dan pengajaran dari Kekristenan dan
sekitar Kekristenan terus bertumbuh
dan berkembang sejak jemaat mulamula, yang kemudian mendorong
adanya pengelompokan ajaran, seperti
Kristen Ortodoks Timur dan Kristen
Barat (Katolikisme).
Bagan di atas ini memperlihatkan
perjalanan pertumbuhan,
perkembangan dan pengelompokan
ajaran-ajaran yang berkembang dari
dan di sekitar Kekristenan.
Kekristenan yang lebih berkembang
dan meluas adalah Kekristenan
Barat; hal ini terjadi karena dunia
Barat – dalam hal ini Eropa, adalah
bagian dunia yang masyarakatnya
giat melakukan banyak eksplorasi dan
ekspansi ke dunia-dunia baru melalui
penjelajahan laut. Kekristenan Barat
Gema edisi 17/I/16
terus berkembang seiring dengan
gerak langkah dari para pioneer yang
melakukan penjelajahan ke wilayahwilayah yang baru. Dan seiring dengan
itu pula, terbangun ‘kemesraan’
antara Gereja dengan Negara (dalam
hal ini Raja), juga kelas Bangsawan.
Kemesraan yang disertai dengan
belaian kemudahan dan kemewahan,
membuat Gereja terlena bahkan
‘terlacur’ dengan melakukan perilaku
pembenaran atas nama kebenaran
Gereja untuk membenarkan segala
bentuk perilaku ketidakbenaran para
Raja dan Bangsawan pada saat itu.
Kebenaran firman TUHAN dibungkus
rapi dalam jubah-jubah kebesaran
ritual para Imam di Gereja membelai
lembut para Raja dan Bangsawan
yang mampu ‘membeli’ materai
pengampunan yang diberikan oleh
Gereja. Perilaku para elite imam ini
telah merendahkan wibawa rasuli dan
4
menyelewengkan ajaran-ajaran dasar
tentang keselamatan yang adalah
anugerah dari Allah dalam Kristus
Yesus. Keadaan ini telah membuat
Gereja (Kekristenan Barat) semakin
terpuruk, dan semakin jauh dalam
memelihara kebenaran firman TUHAN.
Martin Luther adalah seorang
Biarawan, seorang Imam yang batin
dan imannya gelisah memperhatikan
tindak-tanduk dari para elite Gereja
dengan segala kebijakan Gerejawi
yang semakin duniawi. Sebagai
seorang yang memberi diri untuk
pelayanan gereja TUHAN, Martin
Luther sepenuhnya mengabdikan
dirinya dengan berusaha melakukan
segala perbuatan baik untuk
menyenangkan Allah dan melayani
orang lain melalui doa-doa untuk jiwajiwa mereka. Ia memiliki kehidupan
spiritual yang ketat dan terus-menerus
melakukan pengakuan dosa. Dan
dari semua yang ia lakukan, ia
semakin sadar akan keberadaannya
yang penuh dengan dosa. Martin
Luther juga seorang yang sangat
baik pencapaiannya dalam bidang
akademis teologi: Pada 1508 ia
mulai mengajar teologi di Universitas
Wittenberg. Luther mendapatkan
gelar sarjananya dalam Studi
Alkitab pada 9 Maret 1508, dan
pada 9 Oktober 1512, Martin
Luther menerima gelar
Doktor Teologinya dan pada
Gema edisi 17/I/16 –
5
21 Oktober 1521, ia “diterima menjadi
anggota senat dosen teologi” dan
diangkat menjadi Doktor dalam Kitab
Suci. Dengan disiplin yang sangat
ketat Martin Luther mempelajari
Kitab Suci secara mendalam, ia
menenggelamkan dirinya dalam
mempelajari Alkitab dan Gereja
perdana. Dan sebagai hasilnya, Luther
menjadi yakin bahwa Gereja telah
keliru dalam beberapa kebenaran
sentral dari Kekristenan yang diajarkan
dalam Kitab Suci — yang terpenting
di antaranya adalah doktrin tentang
pembenaran oleh iman semata.
Luther mulai mengajarkan bahwa
keselamatan sepenuhnya adalah
pemberian dari anugerah Allah
melalui Kristus yang diterima oleh
iman. Luther melihat kebenaran yang
berasal dari Alkitab mula-mula dan
melihat kesalahan orde gereja Katolik
yang banyak menutup-nutupi doktrin
Alkitab yang sebenarnya. Pendalaman
Surat Paulus, khususnya
Surat Roma
menuntun
Martin Luther
pada
pemahaman dasar yang kemudian
dikenal sebagai motto reformasi
gereja: sola fide (hanya karena iman),
sola gratia (hanya karena anugerah),
sola scriptura (hanya oleh Firman
Tuhan). Dasar inilah yang membuat
Martin Luther sangat menentang
ajaran gereja tentang Indulgensia suratsurat penghapusan dosa. Indulgensia
adalah penghapusan (sepenuhnya atau
sebagian) dari penghukuman sementara
yang masih ada bagi dosa-dosa setelah
kesalahan seseorang dihapuskan melalui
absolusi (pernyataan oleh imam bahwa
dosa seseorang telah dihapuskan). Saat
itu terjadi penyalahgunaan indulgensia
oleh oknum-oknum Gereja, yaitu sebuah
indulgensia dapat dibeli seorang umat
untuk dirinya sendiri ataupun untuk salah
seorang sanak keluarga yang sedang
berada di api penyucian. Johann Tetzel,
seorang imam Dominikan, ditugasi
berkeliling di seluruh wilayah keuskupan
Uskup Agung Albert dari Mainz
untuk mempromosikan dan menjual
indulgensia demi mengumpulkan dana
Gema edisi 17/I/16
untuk merenovasi Basilika St. Petrus di
Roma. Tetzel berhasil dengan tugasnya
ini, sampai-sampai ia memiliki pesan:
“Begitu mata uang bergemerincing di
dalam kotak, jiwa yang sedang menanti
di api penyucian pun akan terlepas”.
Bagi Martin Luther penjualan surat
indulgensia ini sebagai penyelewengan
yang dapat menyesatkan umat
sehingga mereka hanya mengandalkan
indulgensia itu saja dan mengabaikan
pengakuan dosa dan pertobatan
sejati. Dan Martin Luther menyatakan
keberatannya dengan sangat
tegas, di samping melalui khotbahkhotbahnya, ia juga menempelkan
95 dalil keberatannya di pintu
Gereja Wittenberg. Pimpinan Gereja
menganggap Luther sebagai penyesat.
Namun pengaruh Martin Luther semakin
meluas; pimpinan gereja membujuk
Luther untuk diam. Oleh pimpinan
Gereja Roma Luther diekskomunikasi
dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge
Domine pada tanggal 15 Juni 1520.
Namun pada bulan Oktober Luther
membakar ijazahnya di tempat umum
dan menunjukkan kesungguhannya
dalam memperjuangkan kebenaran
firman TUHAN.
Alih-alih meredam dan menghancurkan
perjuangan Martin Luther, dengan cara
mengekskomunikasikannya; gerakan
reformasi justru semakin berkembang
dan salah seorang yang cukup besar
pengaruhnya dalam gerakan reformasi
6
gereja ini, adalah John Calvin, teolog
Kristen dari Perancis. Pada usia 12
tahun, ia dipekerjakan oleh uskup
setempat sebagai jurutulis (clerk) dan
menerima tonsure, yaitu pencukuran
rambut di ubun-ubun sebagai tanda
dedikasi kepada gereja. Calvin kuliah
di Collège de la Marche, Paris, untuk
mempelajari bahasa Latin; dan setelah
itu ia kuliah di Collège de Montaigu
dalam bidang filsafat. Pada tahun 1532,
Calvin telah menjadi Doktor Hukum di
Orléans. Pada 1536 Calvin menetap di
Jenewa, kemudian ia menjadi pendeta
di Strasbourg dari 1538-1541, lalu
kembali ke Jenewa. Yohanes Calvin
menikah, ia meminta teman-temannya
menolongnya mencarikan seorang
perempuan yang “sederhana, taat,
tidak sombong, tidak boros, sabar, dan
bisa merawat kesehatan saya.” Pada
1539 ia menikah dengan Idelette de
Bure, janda seseorang yang dulunya
anggota Anabaptis di Strasbourg.
John Calvin menerbitkan beberapa
revisi dari Institutio (Institusi Agama
Kristen), sebuah karya yang menjadi
dasar dalam teologi Kristen yang masih
dibaca hingga sekarang. Ia juga banyak
menulis tafsiran tentang kitab-kitab
di dalam Alkitab. Calvin di Jenewa,
dengan khotbah-khotbahnya dan
tulisan-tulisannya menyebarkan
gagasan-gagasannya tentang
bagaimana Gereja Reformasi
yang benar. Dari karya-karya
Gema edisi 17/I/16 –
7
John Calvin ini, dikumpul dan disatukan
menjadi sebuah system ajaran, yang
dikenal dengan sebutan Calvinisme.
Pengaruh pengajaran John Calvin
dalam perkembangan doktrin-doktrin
Reformasi Protestan dimulai ketika
ia berusia 25 tahun, ketika ia mulai
menulis edisi pertamanya dari Institusi
Agama Kristen pada 1534. Calvin
memberikan pengaruh secara pribadi
yang besar terhadap Protestanisme,
memengaruhi doktrin-doktrin gerejagereja Hervormd. Gereja-gereja
Hervormd, dan juga Calvin, tergolong
pada tahap kedua dari Reformasi
Protestan, ketika gereja-gereja Injili
mulai tebentuk setelah Martin Luther
dikucilkan dari Gereja Katolik. Sejak
awal jelas bahwa doktrin gerejagereja Hervormd berkembang dalam
arah yang bebas dari Luther. Doktrin
dari gereja-gereja Hervormd dan
seluruh kumpulan ajaran Calvin yang
kemudian disebut sebagai “Calvinisme”.
Teologi Calvinis
kadang-kadang
diidentifikasi
dengan lima
pokok
Calvinisme, atau disebut juga doktrin
rahmat, yang merupakan sebuah
respon pokok demi pokok terhadap
lima pokok dari Remonstrans Arminian
dan yang berfungsi sebagai sebuah
ringkasan dari keputusan yang
dihasilkan oleh Sinode Dort tahun
1619. Kelima pokok itu berfungsi
sebagai ringkasan perbedaan antara
Calvinisme dan Arminianisme, tetapi
bukan sebagai ringkasan lengkap
dari tulisan Calvin atau teologi
gereja-gereja Reformed pada
umumnya. Dalam bahasa Inggris,
dikenal dengan singkatan TULIP:
Total depravity (Kerusakan total),
Unconditional election (Pemilihan
tanpa syarat), Limited atonement
(Penebusan terbatas), Irresistible grace
(Anugerah yang tidak dapat ditolak),
Perseverance of the saints (Ketekunan
orang-orang kudus). Di samping itu
ada pokok ajaran Calvinis lainnya,
yaitu: Predestinasi, Pembenaran yang
diberikan, Syafaat para kudus tentang
penolakan kultus kepada para kudus,
Teologi Perjanjian, Apologetika,
Calvinisme menjadi sistem teologi dari
mayoritas Gereja Kristen di Skotlandia,
Belanda, dan bagian-bagian tertentu
dari Jerman dan berpengaruh di
Perancis, Hongaria (khususnya di
Transilvania dan Polandia). Sebagian
dari gereja-gereja Calvinis sebagai
buah karya para misionaris abad
ke-19 dan abad ke-20, khususnya
di Indonesia, Korea dan Nigeria.
Calvinisme adalah sebuah sistem
teologis dan pendekatan kepada
kehidupan Kristen yang menekankan
kedaulatan pemerintahan Allah atas
segala sesuatu.
Memahami jejak-jejak sejarah gereja
dan pemikirannya hingga pada doktrin
Calvinis atau Calvinisme, maka kita
melihat big picture dari sejarah gereja
dan lebih lagi sejarah keselamatan.
Prinsip yang kita pelihara, kita syukuri
anugerah keselamatan yang TUHAN
beri, hingga pada akhirnya, bukan
karena usaha kita atau kemampuan
kita, tetapi semata-mata karena
kemurahan kasih-Nya. Artikel-artikel
berikut dalam edisi Gema kali ini akan
menuntun lebih dalam dari 5 pokok
ajaran Calvinis yang dikenal dengan
istilah T.U.L.I.P. •
TUHAN YESUS memberkati kita semua.
Gema edisi 17/I/16
8
PREDESTINASI
DI DALAM TULIP
Oleh: Pnt. Rusmin Satiawijaya
Istilah predestinasi (Allah memilih
seseorang bahkan sebelum ia
dilahirkan untuk diselamatkan)
sering secara sengaja dihindari di
dalam khotbah, topik persekutuan,
maupun kelompok PA (Pemahaman
Alkitab). Topik predestinasi dianggap
tabu karena konsep Allah memilih
seseorang untuk diselamatkan dan
yang lainnya tidak, seakan-akan
menggambarkan Allah sebagai
Allah yang pilih kasih dan
tidak adil. Tapi bukankah
Gema edisi 17/I/16 –
9
kasih memang harus memilih?
Seorang rekan mengatakan
bahwa kalau kasih
tidak memilih,
maka kita
akan menikah
dengan siapa saja. Kalau kasih tidak
memilih untuk tetap setia kala suka
duka, sehat sakit, kaya papa, maka
tidak ada kasih di dalam pernikahan.
Bahkan tidak ada pernikahan karena
pernikahan adalah ikatan kasih dua
insan yang memilih untuk memberikan
dirinya secara unik kepada
pasangannya. Kalau kasih tidak
memilih, maka sahabat dan teman
biasa tidak ada bedanya. Kalau kasih
tidak memilih maka kasih tidak lagi
spesial dan berharga. Justru karena
tidak semua orang mendapatkan,
maka kasih menjadi lebih berharga.
Kasih Allah jauh lebih mulia dari kasih
manusia. Tatkala Allah memilih untuk
mengasihi, maka Allah membuat
pilihan sebagai Allah yang Maha Kasih,
Maha Adil, Maha Tahu dan sekaligus
Maha Kuasa. Sehingga pilihan-Nya
pastilah penuh dengan belas kasihan,
adil, bijaksana, dan sempurna.
Sebenarnya yang adil bagi kita semua
adalah kebinasaan kekal. Sehingga jika
Allah memilih untuk menyelamatkan
siapa yang mau Ia selamatkan, maka
itu menunjukkan belas kasihan Allah,
bukannya ketidak-adilan Allah. Bagi
kita yang merasa Allah tidak adil,
sebenarnya kita sedang merasa
bahwa kita layak diselamatkan karena
kebaikan atau merit kita.
Di dalam keterbatasan kita, kita
mungkin tidak akan pernah tahu
mengapa Allah memilih kita. Hal
tersebut hanyalah merupakan
kedaulatan dan hak Tuhan semata.
Namun kita bisa bersukacita karena
tahu setidaknya akan ketiga hal ini:
1. Kita bersukacita karena jika Allah
tidak memilih kita, maka kita tidak
akan pernah mampu memilih Allah.
Kita sudah rusak dan bobrok total
(Total Depravity). Kita dikandung di
dalam dosa (Mazmur 51:5), ternodai
oleh dosa, dan adalah budak dosa
(Yohanes 8:34, Roma 6:6). Tidak ada
satupun serat dalam keberadaan
kita mampu, atau bahkan mau,
memilih Allah. Sehingga berita
mengenai predestinasi, di mana
Allah memilih kita semata-mata
berdasarkan kedaulatan-Nya, dan
bukan berdasarkan kebaikan kita
(Unconditional Election), merupakan
berita sukacita yang luar biasa bagi
kita yang sebenarnya tidak bisa
menyelamatkan diri kita sendiri.
2. Kita bersukacita karena Allah yang
memilih kita adalah Allah yang maha
kuasa, yang mampu mengerjakan
Gema edisi 17/I/16
10
keselamatan bagi kita secara
sempurna (Limited Atonement)
dan menjaga serta memelihara kita
sampai kesudahan (Perseverance of
the Saints). Sehingga karena Allah
yang memilih, maka Allah yang
mengerjakan dan tidak ada satupun
andil kita sebagai manusia di dalam
karya keselamatan tersebut (Efesus
2:8-9). Jika Ia memilih kita, maka
kita dapat mempunyai keyakinan
dan kepastian bahwa kita tidak akan
pernah kehilangan keselamatan
kita (Yohanes 10:28), walaupun di
kala kita sedang tidak setia. Karena
keselamatan kita bukan berdasarkan
kepada kesetiaan kita yang rapuh,
melainkan kepada kesetiaan Allah
yang sudah berkenan memilih
kita. Keselamatan kita bukan
karena perbuatan dan karya kita,
melainkan karena apa yang Kristus
sudah perbuat di kayu salib, yaitu
mengerjakan karya keselamatan
bagi kita.
3. Kita dengan semangat dan
sukacita akan lebih terdorong dan
termotivasi untuk mengabarkan Injil
kepada semua orang. Karena jika
Allah yang memilih, maka outcome
atau hasil dari penginjilan kita
bukanlah tergantung atas
keterampilan atau persiapan
kita. Melainkan sematamata karena pilihan dan
karya Allah. Sehingga
Gema edisi 17/I/16 –
11
kita tidak perlu kuatir apalagi takut
untuk menginjili. Allah akan menarik
orang-orang pilihan-Nya kepadaNya (Irresistible Grace). Sehingga
kita hanya perlu fokus untuk setia
memberitakan Injil dan sedia
memberikan penjelasan akan iman
percaya kita, dengan lemah lembut
dan hormat tentunya (1 Petrus 3:15).
Kiranya istilah predestinasi bukan lagi
merupakan suatu istilah yang tabu atau
menakutkan untuk dibahas. Melainkan:
• Memberikan kita syukur dan
kekaguman akan kebesaran dan
kemurahan kasih Allah,
• Memberikan kita jaminan dan sukacita
dalam kehidupan rohani kita, dan
• Memberikan kita keberanian dan
semangat untuk menjadi saksi Injil-Nya.
Sehingga kita yang sudah dipilih
dan dikasihi boleh membagikan
kasih tersebut dan terus hidup bagi
kemuliaan-Nya •
BINER 0&1
Oleh: Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama
Teringat masa kecil waktu saya masih
SD, saat ujian akhir sekolah. Selain
pertanyaan dalam bentuk jawaban
isian bebas atau essay yang biasanya
ditaruh di bagian paling akhir, ada
pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk
jawaban pilihan. Di awal masa sekolah,
jawaban hanya berupa benar atau
salah, beberapa waktu kemudian,
lebih bervariasi lagi dengan jawaban
Gema edisi 17/I/16
pilhan A, B, C & D, dan di kelas-kelas
akhir, pilihan jawabannya semakin
bervariasi, bisa semuanya benar atau
semuanya salah, bisa A & B benar, dan
lain sebagainya.
Walaupun pilihannya semakin
bervariasi, pada intinya jawaban itu
hanya mempunyai dua kemungkinan
yaitu jawaban yang benar dan jawaban
yang salah, true or false. Atau dalam
bahasa mesin komputer biasanya
hanya memakai simbol 0 atau 1.
Inilah yang disebut sistem bilangan
basis dua atau system bilangan Biner.
Kata Biner sendiri (diambil dari KBBI)
berarti: 1. Terjadi dari atau ditandai
oleh dua benda atau dua bagian;
serba dua; 2. Berdasar dua (tentang
bilangan pada sistem bilangan).
Sejak dari kecil, jalan pikiran kita
12
sudah terbiasa dengan memakai cara
berpikir biner, yang biasanya hanya
mempunyai dua pilihan, benar atau
salah, ke kanan atau ke kiri, maju atau
mundur, naik atau turun, cepat atau
lambat. Jarang kita mempunyai pilihan
yang lebih dari dua pilhan, ataupun
keduanya kita pilih secara bersamasama karena biasanya pilihan ini
berlawanan atau kontradiksi satu sama
lainnya. Maka tidak heran orang-orang
(yang belum percaya) pada umumnya
sulit menerima konsep ke-Kristenan, karena di dalam ke-Kristen-an
banyak pemahaman yang sepertinya
berlawanan satu sama lainnya atau
tidak bisa menjadi satu. Tetapi kita
umat Kristen meng-iman-i percaya
hal yang berlihat berlawanan atau
kontradiksi tersebut. Sebagai contoh,
Tuhan Yesus adalah Allah 100% dan
juga manusia 100%, Dia yang Raja
segala raja, tetapi merendahkan
diri sebagai hamba, Allah yang
transcendent, sekaligus Allah yang
immanent. Di dalam ke-Kristen-an,
kita menyebutnya sebagai Paradoks,
bukan Kontradiksi.
Hukum Kontradiksi adalah aturan
yang menyatakan bahwa sesuatu
tidak dapat dikatakan adalah “A”
dan bukan “A” pada waktu
yang sama dan dalam relasi
yang sama pula. Contohnya:
seorang pria dapat menjadi
seorang ayah dan seorang
Gema edisi 17/I/16 –
13
anak pada waktu yang sama, tetapi ia
tidak dapat menjadi seorang pria dan
bukan seorang pria pada waktu yang
sama. Sedangkan Paradoks adalah
sesuatu yang kelihatannya kontradiksi,
namun apabila diteliti secara cermat
dapat dipecahkan atau dijelaskan.
Kata Paradoks sering digunakan
dengan kontradiksi. Sesuatu yang
kontradiksi satu sama lainnya, tidak
dapat dibenarkan ada pada saat
yang bersamaan, harus memilih salah
satu. Sedangkan untuk Paradoks, ke
dua hal tersebut dapat dibenarkan
ada pada saat yang bersamaan dan
bisa dijelaskan atau dipecahkan,
walaupun mungkin terpecahkan
melalui sebuah perdebatan.
Di dalam pemahaman iman Kristen,
ada dua pandangan yang selalu
menimbulkan perdebatan yang tidak
pernah berakhir, kedua pandangan
itu adalah Predestinasi dan Free
Will. Secara sederhana Predestinasi
berbicara mengenai
Allah di dalam
kedaulatanNya, yang
memilih
orang-orang untuk diselamatkan
, sedangkan Free Will berbicara
mengenai keselamatan manusia
diperoleh setelah manusia
memberikan respon, dengan memilih
untuk menerima Yesus sebagai Juru
Selamatnya. Kedua pandangan ini
seperti dua garis sejajar yang tidak
pernah ketemu dan kontradiksi satu
sama lainnya, saya sering melihat
perdebatan di antara orang-orang
yang memegang kedua pemahaman
ini. Masing-masing mengeluarkan
ayat-ayat dari Firman Tuhan untuk
mendukung pemahaman mereka, dan
biasanya perdebatan diakhiri tanpa
sebuah konklusi, bahkan ada yang
akhirnya menjadi panas dan ribut.
Setelah membaca sebuah buku
tentang Predestinasi, saya melihat
sebenarnya pandangan Predestinasi
tidak menihilkan atau menghilangkan
peran free will manusia. Tidak dapat
dipungkiri sejak Allah menciptakan
manusia menurut rupa dan gambarNya di dalam kitab Kejadian, maka
Gema edisi 17/I/16
dengan sendirinya manusia juga
mempunyai kehendak bebas (seperti
Allah), hanya setelah manusia jatuh
ke dalam dosa, kehendak bebas
ini sudah tercemar, sehingga untuk
menggunakan free will-nya di dalam
memutuskan dengan benar,
kadang Allah perlu campur tangan
didalamnya, termasuk peran
Roh Kudus di dalam mendorong
manusia untuk menerima Yesus
sebagai Juru Selamatnya.
Sebenarnya perdebatan di antara
dua pandangan ini lebih kepada
mana yang terlebih dahulu di dalam
proses keselamatan manusia. Apakah
Allah yang memilih dulu orangorang tertentu untuk menyelamatkan
manusia, kemudian Roh Kudus
mendorong dan mempengaruhi
manusia pada saat menggunakan free
will-nya untuk memilih dan menerima
Yesus sebagai Juru Selamat, ataukah
manusia yang menggunakan free
will-nya terlebih dahulu, dengan
dorongan Roh Kudus untuk menerima
Yesus sebagai Juru Selamatnya dan
masuk menjadi bagian umat pilihanNya. Saya melihat paling tidak
ada dua hal persamaan dari kedua
pemahaman ini, keduanya tetap
berpegang pada peranan Roh Kudus
di dalam menyelamatkan manusia,
dan keduanya percaya tidak semua
manusia diselamatkan. Selain itu ada
hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dari
14
kedua pemahaman ini, yang masih
menjadi misteri, dan biasanya berakhir
dengan satu jawaban yaitu semuanya
kembali kepada kedaulatan Allah.
Bagi yang memegang pemahaman
Predestinasi dan menghilangkan
peran kehendak bebas manusia,
maka bahayanya akan mudah jatuh ke
dalam pemikiran fatalisme, semuanya
sudah ditakdirkan oleh Tuhan Allah,
jika semuanya sudah ditentukan
oleh Allah, termasuk didalamnya
kejahatan dan dosa manusia, maka
akan menjadi kontradiksi dengan sifat
Allah yang Maha Kudus, sangat tidak
mungkin Allah menciptakan kejahatan
dan dosa.
Bagi yang memegang pemahaman
Free Will (kehendak bebas) dan tidak
memegang paham predestinasi, ada
beberapa hal yang menjadi masukan
sebagai bahan pemikiran:
• Jikalau manusia menggunakan
kehendak bebasnya (free
will) terlebih dahulu, maka
Allah menjadi tidak berdaulat
sepenuhnya terhadap keselamatan
manusia, rencana keselamatan
manusia bergantung 100% kepada
respons dari kehendak bebas
manusia untuk memilih.
• Peran Roh Kudus untuk
mendorong manusia
bertobat, menerima Yesus
sebagai Juru Selamat, jika
manusia menggunakan
Gema edisi 17/I/16 –
15
kehendak bebasnya bisa menolak
terus dorongan Roh Kudus, sampai
akhirnya dia tidak diselamatkan, maka
itu berarti kehendak bebas manusia
lebih berkuasa dari (berkuasa di atas)
Roh Kudus, berarti Allah tidak maha
kuasa dan bisa gagal.
Predestinasi dan kehendak manusia
seharusnya jangan dilihat sebagai
sebuah kontradiksi, yang saling
bertentangan dan harus memilih
salah satu, tetapi sebaiknya dilihat
sebagai sebuah paradoks, keduanya
ada memperkaya pemahaman iman
Kristen, dan juga saling melengkapi
di dalam rencana keselamatan
Allah terhadap umat pilihan-Nya,
walaupun tetap keduanya tidak
dapat menjawab dengan sempurna,
dan masih ada bagian yang masih
menjadi misteri Allah.
Sumber: Wikipedia dan buku Kaum Pilihan
Allah, R.C Sproul
ANUGERA
TIDAK DA
(Irresistible Gra
Oleh: Dkn Anthon Simangunsong
Dalam artikel ini kita akan membahas
aspek anugerah yang tidak dapat
ditolak dari konsep TULIP, dari lima hal
yang disampaikan oleh John Calvin
dalam pemahamannya akan teologi
reform, atau lebih kita kenal dengan
Five Points of Calvinism (Lima pokok
pikiran Calvin).
Seperti yang mungkin sudah kita
ketahui, TULIP merupakan suatu
singkatan yang terdiri dari:
1. Total Depravity (kerusakan total
manusia yang berdosa)
2. Unconditional Election (pilihan Allah
yang tanpa syarat)
3. Limited Atonement (penebusan Kristus
hanya terbatas bagi umat pilihan)
Gema edisi 17/I/16
16
4. Irresistible Grace (anugerah Roh
Kudus yang tidak dapat ditolak)
5. Perseverance of the Saints
(Ketekunan orang-orang kudus)
Kelima pokok pikiran di atas harus
dilihat sebagai kesatuan yang utuh
dan bergantung satu sama lain alias
tidak berdiri sendiri-sendiri. Dalam
arti, ketika kita berusaha mengerti
alami akan berakhir di neraka kekal.
Anugerah ini tidak dapat kita tolak. Itu
berarti bahwa jika Tuhan memberikan
anugerah kepada kita, tidak ada yang
dapat kita lakukan untuk menolaknya
dan menggagalkan niat Allah untuk
membawa kita ke surga. Kepastian
keselamatan bagi umat pilihan Allah
dituliskan dalam Yohanes 6:37 di
mana Yesus berkata: “Semua yang
H YANG
APAT DITOLAK
ace) dalam TULIP
pokok pikiran ke empat, kita tidak
dapat memahaminya terlepas dari
pemahaman pokok pikiran pertama.
Kebenaran Alkitab ke empat dari
lima poin Calvinisme ini mengajarkan
bahwa kasih karunia Allah untuk
menyelamatkan seseorang tidak
dapat dilawan atau ditolak. Kasih
karunia adalah kekuatan Allah untuk
menyelamatkan manusia dari
dosa-dosanya , karena kalau
tidak manusia akan dibawa
ke neraka. Anugerah akan
membawa manusia ke
surga, yang tadinya secara
Gema edisi 17/I/16 –
17
diberikan Bapa kepada-Ku ...”,
tidak ada keraguan bahwa mereka
akan diselamatkan. Yohanes 6:44
mengatakan bahwa mereka
yang datang kepada
Allah, datang
karena Allah
menarik
mereka.
Bukan kehendak manusia, tetapi
kehendak Allah adalah yang terutama
dan kuat.
Beberapa orang tidak mempercayai
kebenaran ini dan mengatakan bahwa
hal itu bertentangan dengan keinginan
manusia. “Manusia menendang dan
berteriak sepanjang jalan ke surga.”
Tapi itu bukan bagaimana Alkitab
menyajikan kasih karunia Allah. Tuhan
membuat umat-Nya “bersedia pada
hari kuasaNya”(Mazmur 110: 3). Kita
juga dapat melihat peristiwa Rasul
Paulus menerima Kristus sebagai suatu
ilustrasi yang indah. “ Dengan kasih
karunia Allah ‘dia adalah sebagaimana
dia ada (I Korintus 15:10). Dan segera
setelah pertobatannya ia mengatakan
dengan rela,” Tuhan, apakah yang
engkau mau untuk aku lakukan”
(Kisah Para Rasul 9:6). Itu pasti tidak
bertentangan dengan kemauannya.
Anugerah Allah adalah manis dan
tak dapat dilawan. Dia membuat kita
menyukainya dan tidak ingin hal yang
lain. Orang-orang yang telah dipilih
untuk diselamatkan dan yang bagi
mereka korban Kristus telah diberikan
akan benar-benar diselamatkan.
Mereka dipanggil dari kegelapan oleh
suara Anak Allah yang berkuasa dan
kemudian dibimbing ke dalam terang
anugerah Allah yang menakjubkan.
Ini tidak hanya terjadi pada awalnya,
ketika Roh Allah memulai pekerjaan
anugerah di dalam hati mereka, tetapi
berulang kali anak-anak Allah juga
dikaruniai dan diperkaya dengan
berkat-berkat dan kebaikan Ilahi dalam
kehidupan rohani mereka.
Anugerah yang tidak dapat ditolak
adalah doktrin dalam teologi
reformed, yang mengajarkan bahwa
anugerah keselamatan Allah secara
efektif diterapkan untuk siapa
(umat pilihan) yang Ia tentukan
untuk selamat, dan pada saat yang
ditentukan Tuhan, menaklukkan
perlawanan mereka untuk mematuhi
panggilan Injil, membawa mereka
kepada iman di dalam Kristus.
Pertama-tama, kita perlu mengerti arti
anugerah. Anugerah adalah sesuatu
yang diberikan kepada seseorang
yang tidak layak menerima.
Misalnya, seorang penjahat yang luar
biasa biadab, kemudian menerima
pengampunan dari pengadilan, itu
adalah anugerah. Mengerti anugerah
harus disandingkan dengan mengerti
Gema edisi 17/I/16
18
dosa dan kerusakan total manusia.
Memisahkan dua hal penting ini
mengakibatkan munculnya bidat-bidat
di sepanjang sejarah gereja.
Dalam buku “Five Points of Calvinism”
Dr. Edwin Palmer memberikan
istilah “kerja sama” untuk doktrin
ini. Artinya, di dalam keselamatan,
Allah memberikan anugerah
kepada manusia, dan manusia harus
menerimanya dengan iman, jika
tidak, maka keselamatan itu tidak bisa
diperoleh manusia. Benarkah ajaran
ini? Jika “benar”, maka di dalam
keselamatan manusia, unsur jasa baik
manusia (dengan dalih “iman”) tetap
diperhitungkan, padahal berkali-kali
Alkitab menegaskan bahwa di dalam
keselamatan manusia, tidak ada
unsur jasa baik yang diperhitungkan,
semuanya murni anugerah Allah! Hal
ini jelas bertentangan dengan inti
pengajaran Alkitab. Bukan hanya itu
saja, doktrin ini sangat berbahaya,
yaitu mengajarkan bahwa Allah
“kewalahan” kalau manusia tidak
meresponi anugerah-Nya melalui
iman. Jika manusia tidak menerima
anugerah Allah melalui iman, maka
Allah tidak mau menyelamatkan (atau
istilah kerennya: Allah “ngambek”).
Bukankah doktrin ini sangat
berbahaya dan merendahkan
otoritas kemahakuasaan
Allah yang berdaulat?
Gema edisi 17/I/16 –
19
Lalu, apa yang Alkitab ajarkan?
Mengerti anugerah Allah yang
tidak dapat ditolak harus didasari
dari mengerti akan kerusakan total
manusia akibat dosa. Dalam pokok
pikiran pertama dari lima pokok ajaran
Calvin ini, kita telah merenungkan
dan mempelajari makna kerusakan
total manusia berdosa yang merusak
seluruh keberadaan manusia, dari
rasio, emosi, kehendak, dll. sehingga
motivasi kita dalam berbuat baik tidak
lagi murni untuk memuliakan Tuhan.
Bayangkan kerusakan total manusia itu
seperti seorang penjahat kelas kakap
dan sangat biadab yang akan dihukum
mati. Lalu, orang yang paling biadab
ini tiba-tiba mendapat pengampunan,
yaitu tidak jadi dihukum mati, kirakira sebagai orang normal, apa yang
dilakukan oleh orang ini? Menolak?
Tentu tidak. Justru, menerima, bahkan
mungkin orang ini akan berlutut
bersyukur kepada orang yang telah
membebaskannya dari
hukuman mati.
Begitu juga
dengan umat
pilihan-Nya.
Kepada mereka diberikan anugerah
Allah yang menyelamatkan, dan tentu
mereka pasti menerima anugerah itu
dengan penuh rasa syukur, karena
mereka telah dimerdekakan dari dunia
kegelapan dan dibawa kepada Terang
Allah. Respons mereka ini pun adalah
anugerah Allah.
Mari kita telusuri apa yang Alkitab
ajarkan tentang anugerah yang tidak
dapat ditolak. Seperti yang telah kita
bahas di atas, ayat Alkitab pertama
yang mengajar bahwa anugerah Roh
Kudus tidak dapat ditolak adalah
perumpamaan Tuhan Yesus sebagai
Gembala Domba yang baik di dalam
Injil Yohanes 10. Di ayat 16, Tuhan
Yesus mengajarkan bahwa dombadomba lain yang dari kandang lain
dituntun-Nya. Ayat ini TIDAK berkata
bahwa domba-domba lain yang mau
ikut dituntun-Nya, tetapi ayat ini
mengatakan bahwa domba-domba
lain dituntun-Nya juga. Apakah ini
paksaan? TIDAK. Ini terjadi karena
Gema edisi 17/I/16
anugerah. Bayangkan, Tuhan Yesus
menyamakan kita (umat pilihanNya) seperti domba-domba yang
suka menurut dan mengenal siapa
Gembalanya. Kalau kita disamakan
seperti domba, mengapa kita maunya
seperti buaya atau binatang lain yang
mau berjalan sendiri tanpa pemimpin/
gembala? Ini kegagalan manusia berdosa
yang terus menganggap diri “pintar”.
Rasul Paulus menjelaskan kronologi dari
pemilihan sampai pemuliaan anak-anak
Allah secara rinci dan teliti di dalam
Roma 8:29-30, “Sebab semua orang
yang dipilih-Nya dari semula, mereka
juga ditentukan-Nya dari semula untuk
menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi
yang sulung di antara banyak saudara.
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari
semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggil-Nya,
mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan
mereka yang dibenarkan-Nya, mereka
itu juga dimuliakan-Nya.” Pada kedua
ayat ini, tidak ada satu-pun indikasi
bahwa orang yang telah dipilih Allah
tiba-tiba menolak anugerah Allah
itu lalu binasa. Justru kedua ayat ini
menunjukkan kronologi teliti yang Paulus
paparkan dari pemilihan, penentuan
Allah, pemanggilan, pembenaran,
sampai pemuliaan mereka yang telah
dipilih-Nya. Tidak ada pemisahan di
antara proses ini.
20
Apa signifikansi doktrin anugerah
yang tidak dapat ditolak?
anugerah Allah yang mahadahsyat ini •
Anugerah Allah yang tidak dapat
ditolak membawa kita pada
keagungan karya Allah. Melalui pokok
pikiran ini kita menyadari bahwa karya
Allah begitu agung sehingga Ia rela
menyelamatkan beberapa orang dari
manusia dari jurang dosa yang gelap
dan membawa mereka kepada terang
Allah yang ajaib. Kalau keselamatan
manusia diletakkan pada kehendak
bebas manusia, lalu manusia bisa
menerima atau menolak anugerah
Allah, percayalah, hampir bisa
dipastikan manusia berdosa banyak
(atau hampir semua) memilih untuk
menolak anugerah Allah, karena dosa
manusia telah mencengkeram hidup
mereka sehingga mereka menolak
kebenaran. Akibatnya, dosa semakin
bertambah, dan Allah “kewalahan”.
Tetapi puji Tuhan, Alkitab mengajarkan
bahwa manusia diselamatkan mutlak
dan murni atas inisiatif anugerah
Allah. Mungkin seolah-olah bagi
kita, anugerah Allah “memaksa”
kita sehingga kita menerima Kristus,
padahal kita “tidak mau”, tetapi
ketika kita makin lama makin melihat
“paksaan” Allah ini, kita mendapati
begitu agungnya karya Allah
yang Maha Besar ini sehingga
kita tidak henti-hentinya
mengucap syukur atas
Ucapan syukur atas
anugerah Allah yang tidak
dapat ditolak ini harus
diteruskan juga kepada
orang-orang lain dengan
memberitakan Injil kepada
mereka, sehingga kita
membawa mereka juga
bersama-sama mengalami
dan melihat kedahsyatan
anugerah Allah di luar rasio
manusia yang terbatas.
Gema edisi 17/I/16 –
21
“
“
Oleh: Pdt. Dr. Budianto Lim, M.Div, M.Th
Sekitar tahun 2007-2008, saya dan
istri menempati HDB sewaan 3 kamar
tidur, Blok 395 Bukit Batok West Ave 5.
Tanpa kami duga ternyata HDB yang
baru tersebut juga menjadi berkat
Gema edisi 17/I/16
bagi anggota keluarga lain. Kakak
ipar dan kedua anak, yang sulung
pria usia 3,5 tahun dan yang bungsu
perempuan usia 9 bulan, sempat
tinggal bersama kami untuk beberapa
bulan. Ada satu kesempatan dimana
saya ajak keponakan bernama Darren
untuk main petak umpet (hide and
seek) di dalam rumah. Saya sembunyi,
Darren mencari. Ketika saya sembunyi,
saya langsung tentukan tempat
yang mudah untuk ditemukan oleh
anak 3,5 tahun. Setelah itu Darren
mulai mencari saya dengan kelucuan
dan keluguannya sendiri. Dia teriak
panggil “Icang” sambil masuk ke
toilet, menengok ke kolong ranjang,
22
buka lemari satu demi satu, masuk
ke kamar satu demi satu, bahkan
sempat teriak di koridor HDB. Tentu
akhirnya ia berhasil menemukan saya
karena tempat persembunyian sudah
ditentukan untuk dapat ditemukan
oleh anak seusianya. Ketika ia
berupaya mencari, saya tidak pernah
mengekang kehendak bebasnya.
Meski pengajaran ini semakin tidak
mudah diterima di zaman yang sangat
meninggikan hak manusia, tidak
sedikit komunitas Kristen yang masih
meyakini dan terus mengajarkannya.
Pengajaran kedaulatan kasih Allah
dalam memilih seseorang sebelum
dunia dijadikan berasal dari kitab
suci dan pada dasarnya, John Calvin
di abad 16 menggarisbawahi ajaran
Alkitabiah ini. Dengan bergulirnya
sejarah gereja pasca Reformasi,
ajaran tentang pemilihan dirumuskan
oleh para pengikut Calvin dengan
singkatan T.U.L.I.P. Saudara-saudari
DAN PENGARUHNYA
Dari peristiwa kecil tersebut, saya
segera tersentak dan bersyukur.
Karena ketika Allah dalam
kedaulatan kasihNya memilih untuk
menyelamatkan, Ia sebenarnya tidak
melanggar kehendak bebas manusia
yang adalah pemberianNya. Inilah
esensi umum pengajaran gereja yang
menganut paham Calvinis. Kedaulatan
Kasih Allah tidak akan bertentangan
dengan kehendak bebas manusia.
Sebuah hikmat Allah yang sering
menjadi sandungan bagi
manusia yang terlalu optimis
pada kemampuan dirinya
untuk memilih Allah.
Gema edisi 17/I/16 –
23
bisa membacanya dalam artikelartikel sebelumnya. Namun T.U.L.I.P
bukan dirumuskan oleh Calvin sendiri.
T.U.L.I.P lahir sebagai sebuah respons
atas 5 artikel pengajaran Jacob
Arminius yang sangat
humanis (baca:
menekankan
kehendak
bebas
manusia). Semua perdebatan terjadi
di Belanda dan ditutup dengan
Sidang Internasional Gereja Reformed
Belanda di Dordrecht atau Dort pada
tahun 1618-1619.
Namun T.U.L.I.P bukan satusatunya rumusan pengajaran para
pengikut Calvin (Calvinis). John
Piper mencatat Timothy George
menggunakan rumusan R.O.S.E.S
(Radical Depravity, Overcoming Grace,
Sovereign Election, Eternal Life,
Singular Redemption). Roger Nicole
memilih rumusan G.O.S.P.E.L yaitu
Grace, Obligatory Grace, Sovereign
Grace, Provision-making Grace,
Effectual Grace dan Lasting Grace.
Masih banyak pengajar lainnya yang
merumuskan dengan cara berbeda
meski esensinya serupa.
Menginventarisasi gereja-gereja atau
denominasi yang kuat memegang
ajaran Calvinis sebenarnya tidak terlalu
mudah. Sebab keragaman ekspresi
teologia banyak dipengaruhi bukan
Gema edisi 17/I/16
hanya oleh pengakuan iman tertulis
tetapi juga oleh pemimpin institusi
baik gereja maupun Sekolah Alkitab.
Tentu secara umum kita tetap bisa
memberi catatan adanya tiga grup
besar yang masih terus menganut
kuat paham Calvinisme ini, antara lain
Gereja Reformed, Gereja Presbyterian
dan Gereja Congregational.
Gereja Reformed sendiri berasal dari
gereja-gereja Calvinis di Eropa dan
perlahan dibawa ke Amerika Utara.
Sekarang komunitas gereja Reformed
yang konservatif di Amerika antara lain
Christian Reformed Church of North
America & United Reformed Church of
North America.
Gereja Presbyterian sendiri dirintis
oleh John Knox, yang sempat
mengungsi dari Skotlandia ke Jenewa,
Swiss dan belajar dibawah bimbingan
John Calvin. Sekembalinya John
Knox ke Skotlandia, beliau merintis
berdirinya denominasi Presbyterian.
Saudara-saudari dapat mengunjungi
gereja Presbyterian pertama yaitu St.
Giles Cathedral di Edinburgh. Gereja
Presbyterian sendiri juga akhirnya
berkembang ke Amerika Utara dan
terbagi menjadi: (a) Presbyterian
Church (PCUSA) yang sudah
menyangkal ajaran Limited Atonement
dan menganut paham liberal; (b)
Presbyterian Church of America (PCA)
yang lebih konservatif; (c) Associate
24
Reformed Presbyterian Church; (d)
Evangelical Presbyterian Church; (e)
Orthodox Presbyterian Church (tidak
ada afiliasi dengan Eastern Orthodox);
(f) Cumberland Presbyterian Church
yang menolak semua ajaran Calvinis
tetapi tetap menerapkan sistem
pemerintahan gereja presbyterian.
Gereja Congregational adalah turunan
dari gerakan kaum Puritan dari Inggris
di abad 17. Akibat penganiayaan
dari pihak Katolik dan Anglikan,
kelompok Puritan menyebrangi
Samudera Atlantik dan membangun
koloni baru di kota Plymouth,
Massachussets (Amerika Serikat).
Kaum Puritan tergolong Calvinis tulen
dan sekarang tergolong dalam 2 grup
yang konservatif: (a) Congregational
Christian Churches & (b) Conservative
Congregational Christian Conference
dan United Church of Christ yang
dikenal sebagai kelompok terbesar
tetapi menganut paham liberalisme.
Gereja Baptis juga suka disebut
sebagai turunan dari Gereja
Congregational dan Betlehem
Baptist Church dimana Pdt John
Piper melayani tergolong gereja yang
amat kuat menganut ajaran Calvinis.
Southern Baptist Convention
yang merupakan payung
besar gereja-gereja Baptis di
Amerika dan dunia juga
mencantumkan pengajaran
Gema edisi 17/I/16 –
25
pemilihan sebagai bagian integral dari
anugerah Allah.
Yang menarik bagi Gereja Presbyterian
Orchard adalah para pendahulu
kita merintis PUKBI sebagai sebuah
persekutuan oikumene. Artinya
identitas GPO sejak dari awal
adalah mau merangkul semua
orang Kristen dari berbagai latar
belakang denominasi dan ajaran.
Meski banyak yang salah menyikapi
gerakan oikumene sebagai gerakan
yang mengijinkan ajaran ‘gado-gado’,
kita tidak perlu terkecoh dengan
semua itu. Sebab sejak 1995, GPO
memutuskan untuk berada dibawah
naungan Sinode Presbyterian
Singapura. Implikasinya adalah
menerima pengajaran yang dianut
oleh Presbyterian dengan pegangan
Pengakuan Iman Westminster.
Semangat oikumenis sejati perlu
terus dijaga. Oikumenis sejati adalah
persekutuan komunitas
murid Kristus yang
mau setia pada
pengajaran
Alkitabiah.
Saya percaya apa yang dirumuskan
dalam ajaran Calvinis khususnya
mengenai doktrin pemilihan adalah
ajaran yang setia pada wahyu Allah di
seluruh Alkitab.
Dengan semangat saling merangkul
dan mengasihi inilah, saya rindu agar
semua jemaat di GPO menyikapi
perbedaan pendapat mengenai ajaran
ini demikian:
1. Gereja yang sungguh-sungguh
mengasihi Yesus Kristus sebagai
kepalaNya adalah gereja yang akan
terus berupaya setia pada seluruh
wahyu Allah dalam kitab suci.
Sampai saat ini, saya bersyukur
sebab untuk isu pengajaran,
gereja Presbyterian di Singapura
terus berada pada lajur kesetiaan
tersebut. Oleh karena itu, terus
cintai GPO dan jangan abaikan
keberadaan GPO di tengah payung
yang lebih besar yaitu Presbyterian
Singapura.
Gema edisi 17/I/16
2. Sadarilah dan rendah hatilah bahwa
Gereja Tuhan Yesus Kristus lebih
besar dari denominasi Presbyterian.
Kita meyakini ajaran gereja
Presbyterian khususnya doktrin
predestinasi adalah benar dan setia
pada Firman Tuhan. Namun kita
tidak perlu memutlakan hal tersebut
apalagi berspekulasi terlalu jauh
berdasarkan filsafat-filsafat tertentu.
Artinya jika ada orang Kristen
yang kesulitan mengikuti logika
Alkitabiah atas doktrin predestinasi,
maka jangan kita segera mengecap
ia sesat dan tidak diselamatkan. Hal
ini saya utarakan khususnya ketika
kita berjumpa dengan teman atau
sanak saudara yang berasal dari
gereja dengan teologia Arminian.
Mereka percaya keselamatan
hanya melalui Yesus Kristus, tiap
26
orang bertobat akibat karya Roh
Kudus dan diadopsi oleh Bapa
Surgawi menjadi anak-anak Allah.
Perbedaan umum terdapat pada
memaknai peran manusia dalam
seluruh prosesnya sebab mereka
tidak mau menerima kealpaan
manusia dengan kehendak
bebasnya. Bagi Calvinis tulen,
manusia itu bukan sakit tetapi
mati sehingga tidak ada kekuatan
(kehendak bebas) memilih Allah.
Semua pekerjaan anugerah Allah.
3. Pekerjaan penginjilan adalah
sebuah kepastian bagi komunitas
Kristiani yang mengimani
tindakan Allah dalam doktrin
predestinasi. Tanpa Allah memilih
untuk beranugerah, seseorang
dimenangkan semata-mata karena
kemampuan orang itu untuk
memilih. Deduksi logis dari hal
tersebut adalah Allah pun tidak
lebih berkuasa dari manusia. Justru
dengan menganut ajaran Calvin
khususnya mengenai kedaulatan
kasih Allah dalam memilih, kita
mempunyai kepastian bahwa
pekerjaan pengabaran Injil tidak
pernah sia-sia. Mengapa? Sebab
semua orang pilihan Allah pasti
meresponi anugerah Allah
melalui karya Yesus Kristus
di atas kayu salib. Jadi
dampak terpenting dari
Gema edisi 17/I/16 –
27
komunitas Kristiani yang menghayati
dengan tepat dan benar doktrin
predestinasi, komunitas tersebut
makin menggebu-gebu untuk
membagi kesaksian mengenai kasih
Yesus Kristus.
Dalam hal inilah kita patut memeriksa
apakah keyakinan kita atas pengajaran
predestinasi yang Alkitabiah hanya
berhenti pada penerimaan secara
mental/kognitif atau sudah menjadi
bagian identitas kita.
Kiranya Tuhan Allah memberkati
dan menolong kita semua untuk
makin mengasihiNya •
Walau khotbah tentang
doktrin Predestinasi jarang kita
dengarkan di khotbah minggu
di gereja, topik ini cukup ramai
dalam diskusi di seminar-seminar,
pembinaan jemaat, maupun
mailing list. Namun tidak jarang
Gema edisi 17/I/16
28
terjadi, diskusi yang ditujukan
untuk pengajaran dan
perdebatan yang sehat menuju
pengetahuan yang benar akan
Allah, malah menambah
kebingungan dan
menimbulkan perselisihan
antar kelompok.
Kiranya dengan GEMA Edisi
Khusus ini, kita memiliki pengenalan
yang nyata akan Allah yang hidup,
dan kita lebih memiliki keinginan
untuk belajar mengenai Allah
melalui Firman Tuhan yang
ada di Alkitab dan memohon
pertolongan Roh Kudus dalam
pertumbuhan iman kita.
Berikut beberapa catatan yang
kebaikan, kita tidak mengerti
akan kebaikan, bahkan kita tidak
mengingini kebaikan. Kita tidak
sedang terapung di permukaan
laut dan berusaha menarik
perhatian penolong, tapi kita
sedang berada di dasar lautan,
pasif dan mati. Bersyukur bahwa
kalau kita memiliki hasrat untuk
memohon kepada Allah untuk
menolong kita, itu hanya karena
Allah sendiri yang bekerja di dalam
kita menurut kerelaan-Nya.
Oleh: Dkn. Boaz Wibowo
TAK SATUPUN
dapat kita ambil dari tulisan-tulisan
di GEMA kali ini dan beberapa hal
sebagai respon pemahaman kita
akan doktrin TULIP.
1. Total Depravity (Kerusakan Total)
Menyadari bahwa TAK SATUPUN
yang baik dari manusia yang
menyenangkan hati Allah.
Fundamentally, kerusakan
total ini membuat kita
tidak mampu melakukan
Gema edisi 17/I/16 –
29
2. Unconditional Election
(Pemilihan Tanpa Syarat)
Menyadari bahwa TAK SATUPUN
atribut yang ada pada kita atau
perbuatan kita yang membuat
kita punya kemungkinan yang
lebih besar untuk dipilih Allah.
Menyadari bahwa kita tidak akan
pernah mencintai Yesus kalau
bukan Dia yang mencintai kita
terlebih dulu, bahwa kita tidak
akan pernah memilih Yesus
kalau bukan Dia yang memilih
kita dulu, dan oleh Roh Kudus
yang telah memberi kita iman.
Seperti halnya seorang bayi tidak
pernah memilih untuk dilahirkan,
sama juga dengan born-again
Christian, kita tidak memilih
untuk lahir baru. Bersyukur akan
jaminan keselamatan dari Allah
selain karena Kristus mati untuk
penebusan dosa-dosa kita, dan
juga atas iman yang Allah berikan.
3. Limited Atonement (Penebusan
Terbatas)
Menyadari bahwa TAK
SATUPUN manusia yang dapat
menyelamatkan diri dari hukuman
kekal. Menyadari bahwa kita
sudah dipilih oleh Allah dan
dikasihi-Nya, dan kita menjadi
bagian dari kawanan domba yang
digembalakan Yesus. Menyadari
bahwa pada saat Kristus mati, (1)
Dia menjadi korban pengganti
untuk dosa-dosa kita; (2) Dia
meredakan murka Allah; (3)
Dia mendamaikan kita dengan
Allah sehingga tidak ada lagi
perseteruan antara kita dan Allah;
dan (4) Dia membebaskan kita
dari kutukan dan hukuman.
Bersyukur atas pekerjaan Yesus
di dunia ini, sehingga setiap
manusia yang sudah dipilih Allah,
mendapat keselamatan melalui
penebusan oleh Yesus.
4. Irresistible Grace (Anugerah
yang Tidak Dapat Ditolak)
Menyadari bahwa keselamatan
adalah anugerah yang tak
terbendung bagi orang yang
dipilih Allah, apapun latar
belakang orang tersebut. Seperti
halnya Paulus sebelumnya adalah
pembunuh orang-orang Kristen,
dia berbalik menjadi pengikut
Kristus. Tidak ada yang dapat
Gema edisi 17/I/16
30
dia lakukan selain percaya. TAK
SATUPUN yang dapat kita lakukan
untuk membendung luapan kasih
Allah atas kita.
Bersyukur atas Roh Kudus yang
tinggal dan bekerja di antara kita,
orang yang sudah dipilih Allah
dan sudah ditebus oleh Kristus,
sehingga kita dimampukan untuk
percaya.
5. Perseverance of the Saints
(Ketekunan orang-orang kudus)
Menyadari bahwa kita lemah
dan tidak mampu menjaga iman
sampai pada akhirnya. Menyadari
bahwa iman bukan hal yang kita
persembahkan kepada Allah,
tapi karunia Allah bagi kita, itu
artinya bahwa Allah tidak berhenti
setelah memilih dan menebus
kita, tetapi juga terus menjaga
dan menguatkan kita. TAK
SATUPUN yang dapat merampas
kita dari tangan kasih Tuhan.
Bersyukur atas kasih setia Tuhan
yang tidak berkesudahan walau
kita jauh bangun dalam kehidupan
iman kita.
Sikap kita terhadap Predestinasi
Keamanan bukan berasal dari
kekayaan kita. Sukacita
bukan berada di pekerjaan
dan penghasilan kita.
Negara atau kota dimana
Gema edisi 17/I/16 –
31
kita tinggal tidak menjamin hidup
kita. Warna kulit dan etnisitas kita
bukanlah indikator dekatnya rahmat
Tuhan atas kita. Bahkan agama
yang kita anut dan gereja dimana
kita beribadah bukanlah yang
menyelamatkan kita. Janganlah kita
menyombongkan diri.
Keselamatan tidak didasarkan
atas pengetahuan teologia kita,
tidak berdasarkan apakah kita
Calvinist atau Arminian; apakah
kita Presbyterian, Methodist, atau
Pentecostal. Namun berdasarkan
kasih Tuhan yang memilih kita
dan memberi kita iman sehingga
kita percaya bahwa Kristus telah
menebus kita dari dosa. Janganlah
kita bermegah.
Doktrin TULIP hanya sebagian dari
doktrin mengenai Allah, dan sebagai
manusia yang terbatas kita tidak
mampu mengerti semua mengenai
Allah dan masih banyak hal yang
belum terungkap dan
menjadi bagian
dari Misteri
Ilahi.
Karena TAK SATUPUN manusia yang sempurna sehingga dapat menghasilkan
doktrin yang sempurna juga jika tanpa pertolongan Roh Kudus. Janganlah
kita berhenti belajar Firman Tuhan.
Call To Action
• Bertekun dalam membaca Firman Tuhan
Mengikuti kelas belajar Alkitab, mengikuti Persekutuan Wilayah, mengikuti
program KeMAS (Kelar Membaca Alkitab Setahun)
• Bertekun dalam doa dan pujian
Mengadakan Mezbah Keluarga rutin, Mengikuti MPD (Malam Puji dan Doa)
• Ikut serta dalam pekerjaan misi
Mengikuti Mezbah Doa Tim Misi, mengikuti mission trip
Tuhan Memberkati
Download