Unsur-Unsur Penadahan dalam Pasal 480 KUHP BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hukum Pidana yang merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk : Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut. Tentang penentuan perbuatan mana yang dipandang sebagai perbuatan pidana, kita menganut asas yang dinamakan asas legalitas (principle of legality), yakni asas yang menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus ditentukan sebagai demikian oleh suatu aturan Undang-Undang(Pasal 1 ayat (1) KUHP) atau setidaktidaknya oleh suatu aturan hukum yang telah ada dan berlaku bagi terdakwa (Pasal 14 ayat (2) UUDS dahulu) sebelum orang dapat dituntut untuk dipidana karena perbuatannya. Kejahatan dalam bentuk pencurian terhadap harta benda tidak akan tumbuh subur apabila tidak ada yang menampung hasil curian itu, benda-benda curian itu tidak mungkin untuk selalu dimiliki dan disimpan sendiri, maka di sinilah peranan seorang penadah hasil pencurian terhadap harta benda sangat diperlukan. Adanya penadah sebagai penampung kejahatan pencurian memberikan kemudahan bagi sipelaku untuk memperoleh keuntungan, jadi pelaku pencurian tidak harus menjual sendiri hasil curiannya ke konsumen, tetapi dapat ia salurkan melalui penadah yang berkedok sebagai pedagang di pasar loak. Permasalahan yang timbul itu baik berupa pelanggaran terhadap tata krama kehidupan bermasyarakat maupun aturan-aturan hukum yang bertendensi untuk menciptakan suatu fenomena yang bertentangan dengan kaidah moral dan kaidah susila serta aturan-aturan hukum. Kejahatan yang terjadi itu adalah merupakan realitas dari pada keberadaan manusia yang tidak bisa menerima aturan-aturan itu secara keseluruhan. Kalau hal semacam itu terus dibiarkan berlarut-larut dan kurang mendapat perhatian, maka akan dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat sehingga dapat mengganggu ketertiban umum. Salah satu jenis kejahatan yang biasa terjadi dalam masyarakat baik yang bertentangan dengan kaidah moral, etika dan agama terlebih lagi terhadap peraturan hukum yang tertuang dalam KUHP adalah delik penadahan. Dalam KUHP Indonesia, penadahan berdasarkan Pasal 480 KUHP digabung antara delik sengaja (mengetahui) barang itu berasal dari kejahatan dan delik kelalaian (culpa) ditandai dengan kata-kata “patut dapat mengetahui” barang itu berasal dari kejahatan. Ini disebut delik pro parte doleus pro parte culpa(separuh sengaja dan separuh kelalaian). Jadi, delik ini dapat dilakukan dengan sengaja dan juga dengan culpa. Jadi, jika penadah dapat memperkirakan bahwa barang yang dibeli, ditukar dan seterusnya itu berasal dari hasil kejahatan karena harganya terlalu murah. Di Belanda delik penadahan adalah delik sengaja. Penadahan termasuk delik pemudahan, karena dengan adanya penadah, memudahkan orang melakukan kejahatan, misalnya pencurian.Jika ada yang menadah tentu memudahkan orang mencuri karena ada tempat penyaluran hasil curian. Lebih-lebih jika pencurian itu terorganisasikan. Jika ada orang yang menadah hasil curian mobil, maka komplotan pencuri mobil mudah melakukan pencurian. 1.2 Rumusan Masalah Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam Pasal 480 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengenai penadahan? Bagaimana korelasi penadahan dengan pencurian, penggelapan dan penipuan? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Unsur-Unsur Delik Dalam Pasal Mengenai Penadahan Dalam Pasal 480 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) disebutkan: Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah: (1) Barangsiapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima hadiah, atau untuk menarik keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu benda, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan penadahan; (2) Barangsiapa menarik keuntungan dari hasil sesuatu benda, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan. Unsur-unsur delik yang terdapat dalam Pasal 480 adalah: Barangsiapa pengertian “barang siapa” dalam KUHP, bukan hanya terdapat orang perseorangan (naturlijk persoon) tetapi juga korporasi, baik badan hukum (recht person) ataupun bukan badan hukum untuk mendapat gambaran tentang addressat suatu tindak pidana dapat juga dilakukan dengan melihat hal ihwal kepentingan yang hendak dilindungi oleh norma-norma hukum pidana itu membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima hadiah, atau untuk menarik keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu benda yang dimaksud membeli adalah memperoleh sesuatu dengan menukar/membayar dengan uang yang dimaksud menyewa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kedayagunaan barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak penyewa disanggupi pembayarannya. Yang dimaksud menukar adalah suatu persetujuan untuk memberikan barang secara timbal balik sebagai gantinya suatu barang yang lain Yang dimaksud menerima gadai adalah memberikan pinjaman uang dalam batas waktu tertentu dengan menerima barang sebagai tanggungan dan apabila batas waktu tiba ternyata tidak ditebus maka barang tersebut menjadi hak yang memberikan pinjaman Yang dimaksud menerima hadiah adalah menerima pemberian dari seseorang Yang dimaksud menjual adalah memberikan sesuatu dengan memperoleh pembayaran atau uang Yang dimaksud menyewakan adalah suatu persetujuan dimana salah satu pihak memberikan kepada pihak lain kenikmatan dari barang, dengan menerima pembayaran sebagai gantinya Yang dimaksud menukarkan adalah salah satu pihak yang membantu pihak lain untuk dapat menukarkan suatu barang dengan pihak ketiga, dimana pihak pertama tahu bahwa barang itu merupakan hasil penadahan Yang dimaksud menggadaikan adalah meminjam uang dalam batas waktu tertentu disertai barang hasil penadahan sebagai tanggungan Yang dimaksud mengangkut adalah memuat dan membawa atau mengirimkan Yang dimaksud menyimpan adalah menaruh di tempat yang aman Yang dimaksud menyembunyikan adalah membuat sesuatu tersebut tidak terlihat atau tidak dapat diketahui orang lain yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan penadahan menarik keuntungan dari hasil sesuatu benda yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan Sehingga dikatakan menadah apabila ia: Membeli, menyewa, menukari, menerima gadai, menerima sebagai hadiah, sesuatu barang yang diketahuinya atau patut dapat disangkanya, bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan atau karena mau mendapat untung Menjual, menyewakan, menukarkan, mengadaikan, membawa, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu barang yang diketahuinya atau patut dapat disangkanya bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan. Selain perbuatan-perbuatan diatas yang dapat digolongkan sebagai perbuatan menadah, orang yang mengambil untung dari hasil sesuatu barang, yang diketahuinya atau patut dapat disangkanya bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan, dapat pula dikatakan “menadah”. Penadah juga dapat dikatakan sama buruknya dengan pencuri, namun dalam hal ini penadah merupakan tindak kejahatan yang berdiri sendiri. Menurut Simons perbuatan “penadahan itu sangat erat hubungannya dengan kejahatan-kejahatan seperti pencurian, penggelapan, atau penipuan. Justru karena adanya orang yang mau melakukan penadahan itulah, orang seolah-olah dipermudah maksudnya untuk melakukan pencurian, penggelapan, atau penipuan”. Hal penting lain dari Pasal 480 ini adalah, Terdakwa harus mengetahui atau patut diketahui atau patut menyangka, bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan. disini terdakwa tidak perlu tahu dengan pasti asal barang itu dari kejahatan apa (pencurian, penggelapan, penipuan, pemerasaan, uang palsu, atau lain2) akan tetapi sudah cukup apabila ia patut dapat menyangka (mengira, mencurigai), bahwa barang itu barang “gelap” bukan barang “terang”. Untuk membuktikan elemen ini memang sukar, akan tetapi dalam prakteknya biasanya dapat dilihat dari keadaan atau cara dibelinya barang itu, misalnya dibeli dengan dibawah harga, dibeli pada waktu malam secara bersembunyi yang menurut ukuran ditempat itu memang mencurigakan. Adapun barang yang diperoleh dari kejahatan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: Barang yang didapat dari kejahatan, misalnya barang2 hasil pencurian, penggelapan, penipuan atau pemerasaan. Barang2 ini keadaanya adalah sama dengan barang2 lain yang bukan asal kejahatan tersebut. Dapat diketahuinya, bahwa barang2 itu asal dari kejahatan atau bukan, dilihat dari hasil penyelidikan tentang asal mula dan caranya berpindah tangan. Barang yang terjadi karena telah dilakukan suatu kejahatan, misalnya mata uang palsu, uang kertas palsu, diploma palsu, dll. Barang2 ini rupa dan keadaannya berlainan dengan barang2 tersebut yang tidak palsu. Sifat barang pada sub a adalah berlainan dengan sifat barang tersebut pada sub b.Sifat “asal dari kejahatan” yang melekat pada barang tersebut pada sub a adalah tidak kekal (tidak selama-lamanya), artinya apabila barang tersebut telah diterima oleh orang secara beritikad baik (ter goedertrouw), maka sifatnya “asal dari kejahatan” itu menjadi hilang, dan jika sejak waktu itu barang tersebut dibeli, meskipun yang membeli itu benar-benar mengetahui, bahwa asal barang tersebut dari kejahatan, namun si pembeli tidak dapat dihukum karena sekongkol, sebab elemen “asal dari kejahatan” tidak ada. Misalnya A mencuri sebuah arloji, kemudian digadaikannya dirumah gadai sampai lewat waktunya tidak ditebus (diambil), sehingga barang itu menjadi bur (gugur, daluawarsa) dan seperti biasanya terus dijual lelang oleh pengurus rumah gadai tersebut.Dalam lelangan itu arloji dibeli oleh B, teman si A, yang mengetahui benar2 tentang asal-asul barang itu. Disini B sebenarnya telah membeli barang yang diketahui asal dari kejahatan, akan tetapi tidak dikenakan pasal 480, oleh karena sebab telah diterimanya oleh rumah gadai dengan itikad baik itu, maka sifat “asal dari kejahatan” dari arloji tersebut sudah menjadi hilang. Sebaliknya sifat “asal dari kejahatan” yang melekat dari barang-barang pada sub b itu adalah kekal (tetap untuk selama-lamanya), artinya barang-barang itu bagaimana pun juga keadaanya, tetap dan terus menerus dipandang sebagai barang asal dari kejahatan dan apabila diketahui asal-usulnya tidak bisa dibeli, disimpan, diterima, sebagai hadiah dsb. Tanpa kena hukuman, misalnya orang menerima uang palsu sebagai hadiah, bila ia mengetahui tentang kepalsuan uang itu, senantiasa dapat dihukum. Uang palsu, diploma palsu dsb.Senantiasa wajib diserahkan pada polisi untuk diusut atau kemudian dirusak untuk menjaga jangan sampai dipergunakan orang. Pasal 367 tidak berlaku bagi sekongkol, sehingga sekongkol tidak pernah menjadi delik aduan. Ini berakibat, bahwa bila A mencuri barang milik bapanya dan barang itu ditadah (sekongkol) oleh B (saudara A), maka berdasar pasal 367 bapak itu dapat meniadakan tuntutan pidana terhadap A, anaknya yang mencuri itu, akan tetapi tidak demikian halnya terhadap B, anaknya yang berbuat sekongkol. Penadahan berdasarkan Pasal 480 KUHP digabung antara delik sengaja (mengetahui) barang itu berasal dari kejahatan dan delik kelalaian (culpa) ditandai dengan kata-kata “patut dapat mengetahui” barang itu berasal dari kejahatan. Unsur kesengajaan atau culpa ini secara alternative disebutkan terhadap unsur lain, yaitu bahwa barangnya diperoleh dengan kejahatan. Tidak perlu dipelaku penadahan tahu atau patut harus dapat menyangka dengan kejahatan apa barangnya diperoleh, yaitu apakah dengan pencurian, atau penggelapan, atau pemerasan, atau pengancaman, atau penipuan. Hal ini merupakan unsur yang bersifat subjektif atau perseorangan, yaitu mengenai jalan fikiran atau jalan perasaan seorang pelaku. Akan tetapi, ada unsur objektif yang tidak bergantung kepada jalan fikiran atau jalan perasaan si pelaku, yaitu bahwa barang itu harus benar-benar merupakan hasil dari suatu kejahatan tertentu. Maka, harus terbukti ada terjadi, misalnya pencurian tertentu dan ada barang tertentu yang diperoleh dengan pencurian itu. Dalam praktek, yang biasanya dapat dianggap terbukti adalah unsur culpa, yaitu bahwa si pelaku penadahan dapat dianggap patut harus dapat menyangka asalnya barang dari kejahatan. Jarang dapat dibuktikan bahwa si penadah tahu benar hal ini. Adapaun jenis kejahatan penadahan dapat terbagi dua, yaitu: Penadahan sebagai kebiasaan Tindak pidana ini diatur dalam ketentuan Pasal 481 KUHP yang menyatakan : Barang siapa menjadikan sebagai kebiasaan untuk sengaja membeli, menukarkan, menerima gadai, menyimpan atau menyembunyikan barang, yang diperoleh dari kejahatan, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Yang bersalah dapat dicabut haknya tersebut dalam Pasal 35 Nomor 1-4 dan haknya untuk melakukan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. Hal yang paling penting dikemukakan berkaitan dengan penerapan Pasal 481 KUHP ini adalah bahwa perbuatan penadahan tersebut haruslah menjadi kebiasaan. Artinya harus paling tidak telah dilakukan lebih dari satu kali atau minimal dua kali. Sebab, apabila perbuatan tersebut hanya dilakukan sekali, maka perbuatan tersebut tidak dikenai dengan Pasal 481 KUHP tetapi dikenai dengan Pasal 480 KUHP sebagai tindak pidana penadahan biasa. Penadahan ringan Jenis tidak pidana ini diatur dalam Pasal 482 KUHP yang menyatakan : Diancam karena penadahan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah, jika kejahatan dari mana benda diperoleh adalah satu kejahatan yang dirumuskan dalam Pasal 364, 373 dan 379. 2.2 Korelasi Antara Penadahan dengan Pencurian, Penggelapan, dan Penipuan Korelasi antara penadahan dengan pencurian, penggelapan, dan penipuan dijelaskan dalam Pasal 482 KUHP, yang memuat ketentuan-ketentuan yang menjadi bagian dari penadahan ringan terhadap tindak pidana yang diatur dalam Pasal 364, 373 dan 379 KUHP. Pasal ini ada padanannya dalam Ned. W.v.S yaitu Pasal 417, tetapi rumusannya lain, dikatakan: “sengaja menadah” sebagai kebiasaan dan seterusnya. Jadi, menjadikan kebiasaan menadah dengan sengaja, ancaman pidananya pun lebih ringan, yaitu pidana penjara maksimum enam tahun, tetapi dendanya lebih tinggi dari delik pencurian, yaitu kategori V (seratus ribu gulden). Persamaannya dengan Pasal 481 KUHP, ialah keduanya delik sengaja. Pasal 482 KUHP mengenai penadahan ringan, yaitu menadah hasil pencurian ringan (Pasal 364 KUHP, Penggelapan ringan (Pasal 373 KUHP) dan Penipuan Ringan (Pasal 379 KUHP). Semuanya sudah menjadi Pasal tidur, karena terlalu ringan jumlah hasil curian, penggelapan dan penipuan, yaitu tidak lebih dari 250 rupiah. Mahkamah Agung memutuskan pada 10 Agustus 1957 bahwa “menadah barang dari penadah (penadahan ganda) dapat dipidana, karena penadahan itu sendiri adalah kejahatan, asalkan si pembeli mengetahui atau patut dapat menyangka bahwa barang yang dibelinya itu berasal dari kejahatan incasu penadahan”. Mahkamah Agung memutuskan pada 9 Juli 1958, bahwa “tidak mesti pencuri diadili dulu dari pada penadah, dalam hal ini dipandang cukup dengan telah terbuktinya ada orang yang kecurian dan barang-barang ada pada penadah”.Mahkamah Agung memutuskan pada 21 November 1961, “tindak pidana penadahan dapat berdiri sendiri disamping dan sejajar dengan tindak pidana pencurian”. Mahkamah Agung memutuskan pada 9 Maret 1985, “tindak pidana penadahan ex. Pasal 480 KUHP pada umunya adalah bersifat formil, sehingga ada tidaknya pihak lain yang dirugikan karena tindak pidana yang dilakukan itu bukan unsur yang menentukan.” Terjadinya tindak pidana pencurian, penggelapan, dan penipuan dengan penadahan sangatlah erat kaitannya satu sama lain. Terjadinya sebuah pencurian, penggelapan, atau penipuan bisa sangat sulit ditemukan pelaku dan barang yang menjadi objek hukum, karena ada seorang atau sekelompok penadah yang siap menampung semua barang-barang yang telah dicuri untuk kemudian dijual kembali untuk menghasilkan uang atau digunakan untuk kepentingan pribadi. Penadahan pun seakan-akan menjadi suatu hal yang sangat diperlukan oleh pencuri, tidak hanya untuk menjamin bahwa barang yang telah dicuri dapat menghasilkan uang bagi pelakunya, tetapi sekaligus juga menghilangkan barang hasil pencuriannya. BAB III KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa unsur dari tindak pidana penadahan adalah setiap orang yang mendapatkan suatu barang baik melalui membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima hadiah atau untuk menarik keuntungan, menjual barang itu, menyewakan barang itu, menukarkan barang itu, menggadaikan barang itu, mengangkut barang itu, menyimpan barang itu atau menyembunyikan barang itu yang seharusnya diketahui atau sepatutnya diduga bahwa diperoleh dari suatu tindak kejahatan, maka orang tersebut dapat dikenakan Pasal mengenai Penadahan. Penadahan sendiri terbagi atas dua kategori yaitu penadahan ringan karena penadah hanya menadah barang hasil kejahatan ringan sesuai dengan Pasal 482 KUHP dan penadahan sebagai kebiasaan yang mengakibatkan terjadinya pemberatan hukuman karena adanya unsur kebiasaan sesuai dengan Pasal 481 KUHP. Terdapat hubungan yang sangat erat antara penadahan dan kejahatan lain seperti pencurian, penggelapan dan perbuatan curang. Di dalam kenyataannya, penadah tumbuh seiring dengan semakin maraknya kasus pencurian yang terjadi. Bermacam-macamnya barang yang dicuri inilah yang mengakibatkan terjadinya kategorisasi dalam penadahan. Jika barang yang dicuri masuk dalam kategori kejahatan pencurian ringan, maka dapat dipastikan bahwa penadahan yang dilakukan merupakan jenis penadahan ringan. Namun hal ini tidak berlaku sebaliknya bagi penadahan berat(sebagai kebiasaan), karena penadahan yang dilakukan terhadap barang hasil kejahatan pencurian tidak ringan(biasa) tidak bisa dikategorikan sebagai penadahan berat karena yang dimaksud dengan penadahan sebagai kebiasaan(berat) adalah penadahan yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadikan kebiasaan untuk sengaja membeli, menerima gadai, menyimpan, atau menyembunyikan barang yang diperoleh dari kejahatan. analisis kasus penadahan Kronologi : Polisi terus mendalami sejumlah kasus penadahan, pasca tertangkapnya dua penadah sepeda motor hasil curian berinisial JSR dan SM warga Kecamatan Tempurejo, kemaren (tanggal 23 Oktober 2013) Pasalnya Kasat Reskrim Polres Jember, AKP Makung Ismoyojati, mensinyalir kedua tersangka terlibat jaringan penadahan serta menjadikan penadahan ini sebagai bisnis dan bekerja sama dengan mafia curanmor. Makung berharap, penangkapan kedua penadah sepeda motor hasil curian ini bisa mengungkap kasus-kasus penadahan yang akhir-akhir ini marak terjadi, dan makung juga berharap dengan tertangkapnya kedua tersangka ini juga akan terungkap pula aksi pencurian motor dan pencurian yang lainnya. Analisi Kasus Kedua pelaku penadahan tersebut dapat dijerat Pasal 480 KUHP tentang penadahan, karena telah terbukti membeli sepeda motor hasil curian. Kedua tersangka tersebut sebelumnya telah mengetahui bahwa motor yang mereka beli adalah hasil dari curanmor, sehingga perbuatan kedua tersangka tersebut bisa dikatakan sebagai perbuatan penadahan, karena sudah memenuhi unsur-unsur yang sebagaimana telah disebutkan di Pasal 480 KUHP. 1. Unsur-Unsur Objektif: a. Perbuatan kelompok 1 yakni: 1) Membeli; 2) Menyewa; 3) Menukar; 4) Menerima gadai; 5) Menerima hadiah, atau kelompok 2 Untuk menarik keuntungan; 1) Menjual; 2) Menyewakan; 3) Menukarkan; 4) Menggadaikan; 5) Mengangkut; 6) Menyimpan; 7) Menyembunyikan;.. b. Objeknya suatu benda c. Yang diperolehnya dari suatu kejahatan 2. Unsur-Unsur subjektif: a. Yang diketahuinya b. Yang sepatutnya dapat diduga bahwa benda itu diperoleh dari kejahatan. Pasal 480 KUHP: “Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyak Rp. 900,(sembilan ratus rupiah), dihukum: 1. Karena sebagai sekongkol. Barangsiapa yang membeli, menyewa, menerima tukar, menerima gadai, menerima sebagai hadiah, atau karena hendak mendapat untuk, menjual, menukarkan, menggaadaikan, membawa, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu barang, yang diketahuinya atau yang patut disangkanya diperoleh karena kejahatan. 2. Barangsiapa yang mengambil keuntungan dari hasil sesuatu barang, yang diketahuinya atau yang patut harus disangkanya barang itu diperoleh karena kejahatan.” Bahkan disini kedua tersangka tersebut bisa juga dikenakan Pasal 481 KUHP, karena menjadikan kejahatan ini (penadahan) sebagai kebiasaan dalam hal untuk mencari keuntungan. Dan dapat dipidana penjara maksimal 7 tahun. 1. Unsur-Unsur Objektif: a. Perbuatan: 1) Membeli; 2) Menukar; 3) Menerima gadai; 4) Menyimpan’; 5) Menyembunyikan. b. Objeknya: suatu benda c. Yang diperoleh dari kejahatan d. Menjadikan sebagai kebiasaan. 2. Unsur-Unsur Subjektif: sengaja R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (merujuk pada Penjelasan Pasal 480 KUHP) menjelaskan bahwa yang dinamakan “sekongkol” atau biasa disebut pula “tadah” dalam bahasa asingnya “heling” itu sebenarnya hanya perbuatan yang disebutkan pada Pasal 480 ayat (1) KUHP. Elemen penting dari pasal ini ialah: “terdakwa harus mengetahui atau patut dapat menyangka”, bahwa barang itu dari kejahatan apa (pencurian, penggelapan, penipuan, pemerasan atau lain-lain), akan tetapi sudah cukup apabila ia patut dapat menyangka (mengira, mencurigai), bahwa barang itu “gelap” bukan barang yang “terang”. Untuk membuktikan elemen ini memang sukar, akan tetapi dalam prakteknya biasanya dapat dilihat dari keadaan atau cara dibelinya barang itu, misalnya dibeli dengan di bawah harga, dibeli pada waktu malam secara bersembunyi yang menurut ukuran di tempat itu memang mencurigakan. Dari Penjelasan Pasal 480 KUHP tersebut dapat diketahui bahwa tindak pidana penadahan yang diatur dalam Pasal 480 KUHP ini merupakan tindak pidana formil, sehingga ada tidaknya pihak lain yang dirugikan bukanlah unsur yang menentukan. Hal tersebut dipertegas kembali di dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung No.: 79 K/Kr/1958 tanggal 09 Juli 1958 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung No.: 126 K/Kr/1969 tanggal 29 November 1972 yang menyatakan bahwa “tidak ada peraturan yang mengharuskan untuk lebih dahulu menuntut dan menghukum orang yang mencuri sebelum menuntut dan menghukum orang yang menadah” dan“Pemeriksaan tindak pidana penadahan tidak perlu menunggu adanya keputusan mengenai tindak pidana yang menghasilkan barang-barang tadahan yang bersangkutan” Tidak semua Korban Pasal 480 ini Penadah Mar5 Tidak ada Keadilah di Indonesia ini Pasal 480 KUHP Error ! Saya berani katakan mengapa Error dengan alasan, 1. Saya sangat dirugikan Pasal ini, 2. Denda untuk Penadah disana hanya 900 rupiah ! Logikanya tinggal bayar 1000 rupiah masih ada kembalian Cepek ! 3. Dimanakah perlindungan Warga Negara yang sebenarnya Bukan Penadah ????? Sekarang dimana saja pasti banyak pedagang keliling, mulai dari yang Jalan Kaki, pakai sepeda Motor hingga yang pakai Mobil Nah apakah Kita selalu harus Paksa tanya, Eh lo beli barang dimana ? mana Kwitansinya ? Tentu tidak dan ini adalah Mustahil ! Kalaupun si Pedagang memberikan Data Lengkap dirinya, dari Toko ini disana dan dengan Alamat lengkap Toh, kalau suatu ketika Kalau Salah satu atau Beberapa Barang yang dijualnya.. adalah Barang Curian ????? Bagaimanakah Nasib si Pembeli ?????? Kepolisian akan dengan mudah mengeluarkan Surat Penangkapan Terhadap Tersangka Penadah, Maka disinilah di Negara Kita Indonesia, Kepastian Hukum masih Bull Shit ! Anda Pejabat Negara ? Anda Orang Hukum ? Anda Alat Negara, Polisi ? dsbnya.. Silahkan Debat Saya secara Fair dan Open ! dan Jangan Sepihak ! Kita adakan Debat Publik, hadirkan Semua Unsur Penting, Termasuk Tokoh Masyarakat, Cendikiawan, Mahasiswa, Wakil rakyat,, pokoknya semua Unsur Masyarakat ! Jangan Debat di kantor Anda ! Saya Sendiri, Anda ramai-ramai,, Ketika Pendapat Kalian Kalah, Kalian tidak terima.. dan kalian berbelit-belit.. Dan mengatakan Hak Bapak Bicara di Pengadilan.. Buat apa di Pengadilan ? Justru disana akan lebih banyak Mafia, akan lebih banyak ketidak jujuran ! Terhadap ketidak rincian Pasal 480, maka Saya termasuk sebagai Pihak yang Sangat dirugikan ! Baik secara Material dan Non Material ! Sangat Lucu lagi, Ketika Proses 86 ada, Kok si Maling dilepas begitu saja, Katakanlah Saya buta Hukum, Namun Kriminal yang Jelas adalah Melanggar Hukum, malah Bebas ! Jadi Percuma saja, Sekian Trilyun dihabiskan untuk Wakil Rakyat, yang katanya menggodok Undang-undang.. Kenyataan di Lapangan Omong Kosong ! Saya pernah Baca di Suatu Forum, kalau menjualkan dan Mengedarkan Barang Illegal, atau yang melanggar Hak Cipta dan Hak Paten, juga adalah terjerat Pasal 480, Nah CD, VCD, DVD bajakan masih ada dimana saja, dan Aparat seperti Tutup Mata ! Dari Segi Pihak Penyidik Kepolisian, Juga sangat berat sebelah dalam Hal Argumen, Sangat tidak Profesional.. Memberikan Pertanyaan, yang Justru tidak ada Hubungannya dengan Persoalan, Contoh ringan bertanya Soal 1. Dalam Hal Pengambilan Untung Dagangan, Jawaban Saya, Memang Tidak ada Aturan Baku dan Standard, seorang Bebas Menjual Asalkan SiPembeli bersedia Membayar, Mau untung 1000 atau mau Untung Sejuta, Asalkan ditimbang masih ada Kewajaran, Lucunya Kok Polisi bertanya.. Mana Aturan Undang-undang tertulisnya Pak ? Pertanyaan Orang Bego ! dan Jauh dari Konsep Permasalahan.. 2. Tentang Hukum Pasar, Namanya Barang Elektronik jika itu Bekas, Maka itu berlaku Umum Harga Jual sekitar Separo Harga Baru bisa Lebih dan bisa Kurang tergantung Kondisi dan Umur Unit, Satu lagi yang tidak bisa dijawab Kepolisian, Seorang yang sama Status Tersangka.. Kok yang Kasusnya Berat, Korupsi 1 Trilyun lebih.. Masih Bisa Bebas kesana sini. Lucunya, Masyarakat yang Tidak tahu apa-apa dan terbeli Barang Curian, Malah harus ditahan ! Padahal Barang Bukti sudah diambil, keterangan Lengkap pun sudah diberikan, Justru Sebagai Pembeli sudah sangat dirugikan ! Jadi Keadilan dan Hukum yang Benar faktanya Tidak Ada ! Maka menjadilah Indonesia ini, tetap menjadi Negara Terbelakang, Sangat ditakuti Investor dan Pengusaha Asing, Kecuali.. yang Berani Investasi adalah Penjajah Modern, Kapitalis yang Secara Tidak Langsung sebenarnya sudah Menguasai Indonesia !!!!! Betul-betul Parah Indonesia ! Mar5 Pasal 480 kuhp Pasal yang Error Pasal 480 KUHP Error ! Saya berani katakan mengapa Error dengan alasan, 1. Saya sangat dirugikan Pasal ini, 2. Denda untuk Penadah disana hanya 900 rupiah ! Logikanya tinggal bayar 1000 rupiah masih ada kembalian Cepek ! 3. Dimanakah perlindungan Warga Negara yang sebenarnya Bukan Penadah ????? Sekarang dimana saja pasti banyak pedagang keliling, mulai dari yang Jalan Kaki, pakai sepeda Motor hingga yang pakai Mobil Nah apakah Kita selalu harus Paksa tanya, Eh lo beli barang dimana ? mana Kwitansinya ? Tentu tidak dan ini adalah Mustahil ! Kalaupun si Pedagang memberikan Data Lengkap dirinya, dari Toko ini disana dan dengan Alamat lengkap Toh, kalau suatu ketika Kalau Salah satu atau Beberapa Barang yang dijualnya.. adalah Barang Curian ????? Bagaimanakah Nasib si Pembeli ?????? Kepolisian akan dengan mudah mengeluarkan Surat Penangkapan Terhadap Tersangka Penadah, Maka disinilah di Negara Kita Indonesia, Kepastian Hukum masih Bull Shit ! Anda Pejabat Negara ? Anda Orang Hukum ? Anda Alat Negara, Polisi ? dsbnya.. Silahkan Debat Saya secara Fair dan Open ! dan Jangan Sepihak ! Kita adakan Debat Publik, hadirkan Semua Unsur Penting, Termasuk Tokoh Masyarakat, Cendikiawan, Mahasiswa, Wakil rakyat,, pokoknya semua Unsur Masyarakat ! Jangan Debat di kantor Anda ! Saya Sendiri, Anda ramai-ramai,, Ketika Pendapat Kalian Kalah, Kalian tidak terima.. dan kalian berbelit-belit.. Dan mengatakan Hak Bapak Bicara di Pengadilan.. Buat apa di Pengadilan ? Justru disana akan lebih banyak Mafia, akan lebih banyak ketidak jujuran ! Terhadap ketidak rincian Pasal 480, maka Saya termasuk sebagai Pihak yang Sangat dirugikan ! Baik secara Material dan Non Material ! Sangat Lucu lagi, Ketika Proses 86 ada, Kok si Maling dilepas begitu saja, Katakanlah Saya buta Hukum, Namun Kriminal yang Jelas adalah Melanggar Hukum, malah Bebas ! Jadi Percuma saja, Sekian Trilyun dihabiskan untuk Wakil Rakyat, yang katanya menggodok Undang-undang.. Kenyataan di Lapangan Omong Kosong ! Saya pernah Baca di Suatu Forum, kalau menjualkan dan Mengedarkan Barang Illegal, atau yang melanggar Hak Cipta dan Hak Paten, juga adalah terjerat Pasal 480, Nah CD, VCD, DVD bajakan masih ada dimana saja, dan Aparat seperti Tutup Mata ! Dari Segi Pihak Penyidik Kepolisian, Juga sangat berat sebelah dalam Hal Argumen, Sangat tidak Profesional.. Memberikan Pertanyaan, yang Justru tidak ada Hubungannya dengan Persoalan, Contoh ringan bertanya Soal 1. Dalam Hal Pengambilan Untung Dagangan, Jawaban Saya, Memang Tidak ada Aturan Baku dan Standard, seorang Bebas Menjual Asalkan SiPembeli bersedia Membayar, Mau untung 1000 atau mau Untung Sejuta, Asalkan ditimbang masih ada Kewajaran, Lucunya Kok Polisi bertanya.. Mana Aturan Undang-undang tertulisnya Pak ? Pertanyaan Orang Bego ! dan Jauh dari Konsep Permasalahan.. 2. Tentang Hukum Pasar, Namanya Barang Elektronik jika itu Bekas, Maka itu berlaku Umum Harga Jual sekitar Separo Harga Baru bisa Lebih dan bisa Kurang tergantung Kondisi dan Umur Unit, Satu lagi yang tidak bisa dijawab Kepolisian, Seorang yang sama Status Tersangka.. Kok yang Kasusnya Berat, Korupsi 1 Trilyun lebih.. Masih Bisa Bebas kesana sini. Lucunya, Masyarakat yang Tidak tahu apa-apa dan terbeli Barang Curian, Malah harus ditahan ! Padahal Barang Bukti sudah diambil, keterangan Lengkap pun sudah diberikan, Justru Sebagai Pembeli sudah sangat dirugikan ! Jadi Keadilan dan Hukum yang Benar faktanya Tidak Ada ! Maka menjadilah Indonesia ini, tetap menjadi Negara Terbelakang, Sangat ditakuti Investor dan Pengusaha Asing, Kecuali.. yang Berani Investasi adalah Penjajah Modern, Kapitalis yang Secara Tidak Langsung sebenarnya sudah Menguasai Indonesia !!!!! Betul-betul Parah Indonesia ! Mar5 Pasal 480 kuhp merugikan orang tidak bersalah Pasal 480 KUHP Error ! Saya berani katakan mengapa Error dengan alasan, 1. Saya sangat dirugikan Pasal ini, 2. Denda untuk Penadah disana hanya 900 rupiah ! Logikanya tinggal bayar 1000 rupiah masih ada kembalian Cepek ! 3. Dimanakah perlindungan Warga Negara yang sebenarnya Bukan Penadah ????? Sekarang dimana saja pasti banyak pedagang keliling, mulai dari yang Jalan Kaki, pakai sepeda Motor hingga yang pakai Mobil Nah apakah Kita selalu harus Paksa tanya, Eh lo beli barang dimana ? mana Kwitansinya ? Tentu tidak dan ini adalah Mustahil ! Kalaupun si Pedagang memberikan Data Lengkap dirinya, dari Toko ini disana dan dengan Alamat lengkap Toh, kalau suatu ketika Kalau Salah satu atau Beberapa Barang yang dijualnya.. adalah Barang Curian ????? Bagaimanakah Nasib si Pembeli ?????? Kepolisian akan dengan mudah mengeluarkan Surat Penangkapan Terhadap Tersangka Penadah, Maka disinilah di Negara Kita Indonesia, Kepastian Hukum masih Bull Shit ! Anda Pejabat Negara ? Anda Orang Hukum ? Anda Alat Negara, Polisi ? dsbnya.. Silahkan Debat Saya secara Fair dan Open ! dan Jangan Sepihak ! Kita adakan Debat Publik, hadirkan Semua Unsur Penting, Termasuk Tokoh Masyarakat, Cendikiawan, Mahasiswa, Wakil rakyat,, pokoknya semua Unsur Masyarakat ! Jangan Debat di kantor Anda ! Saya Sendiri, Anda ramai-ramai,, Ketika Pendapat Kalian Kalah, Kalian tidak terima.. dan kalian berbelit-belit.. Dan mengatakan Hak Bapak Bicara di Pengadilan.. Buat apa di Pengadilan ? Justru disana akan lebih banyak Mafia, akan lebih banyak ketidak jujuran ! Terhadap ketidak rincian Pasal 480, maka Saya termasuk sebagai Pihak yang Sangat dirugikan ! Baik secara Material dan Non Material ! Sangat Lucu lagi, Ketika Proses 86 ada, Kok si Maling dilepas begitu saja, Katakanlah Saya buta Hukum, Namun Kriminal yang Jelas adalah Melanggar Hukum, malah Bebas ! Jadi Percuma saja, Sekian Trilyun dihabiskan untuk Wakil Rakyat, yang katanya menggodok Undang-undang.. Kenyataan di Lapangan Omong Kosong ! Saya pernah Baca di Suatu Forum, kalau menjualkan dan Mengedarkan Barang Illegal, atau yang melanggar Hak Cipta dan Hak Paten, juga adalah terjerat Pasal 480, Nah CD, VCD, DVD bajakan masih ada dimana saja, dan Aparat seperti Tutup Mata ! Dari Segi Pihak Penyidik Kepolisian, Juga sangat berat sebelah dalam Hal Argumen, Sangat tidak Profesional.. Memberikan Pertanyaan, yang Justru tidak ada Hubungannya dengan Persoalan, Contoh ringan bertanya Soal 1. Dalam Hal Pengambilan Untung Dagangan, Jawaban Saya, Memang Tidak ada Aturan Baku dan Standard, seorang Bebas Menjual Asalkan SiPembeli bersedia Membayar, Mau untung 1000 atau mau Untung Sejuta, Asalkan ditimbang masih ada Kewajaran, Lucunya Kok Polisi bertanya.. Mana Aturan Undang-undang tertulisnya Pak ? Pertanyaan Orang Bego ! dan Jauh dari Konsep Permasalahan.. 2. Tentang Hukum Pasar, Namanya Barang Elektronik jika itu Bekas, Maka itu berlaku Umum Harga Jual sekitar Separo Harga Baru bisa Lebih dan bisa Kurang tergantung Kondisi dan Umur Unit, Satu lagi yang tidak bisa dijawab Kepolisian, Seorang yang sama Status Tersangka.. Kok yang Kasusnya Berat, Korupsi 1 Trilyun lebih.. Masih Bisa Bebas kesana sini. Lucunya, Masyarakat yang Tidak tahu apa-apa dan terbeli Barang Curian, Malah harus ditahan ! Padahal Barang Bukti sudah diambil, keterangan Lengkap pun sudah diberikan, Justru Sebagai Pembeli sudah sangat dirugikan ! Jadi Keadilan dan Hukum yang Benar faktanya Tidak Ada ! Maka menjadilah Indonesia ini, tetap menjadi Negara Terbelakang, Sangat ditakuti Investor dan Pengusaha Asing, Kecuali.. yang Berani Investasi adalah Penjajah Modern, Kapitalis yang Secara Tidak Langsung sebenarnya sudah Menguasai Indonesia !!!!! Betul-betul Parah Indonesia !