Uploaded by Kohita R Perdana

2

advertisement
2.3 Kerangka Konseptual
Meningkatnya Epidemiologi Penyakit Batuk dan Flu di
daerah Turen Kabupaten Malang
Edukasi mengenai “Etika Batuk dan Bersin serta 6
Langkah Cuci Tangan”
1.
Pretest
2.
Penyuluhan
3.
Postest
Pemahaman masyarakat dalam etika batuk dan
bersin serta 6 langkah cuci tangan
2.4 Kerangka Operasional
Mendiskusikan Tema Penyuluhan
Menentukan Sasaran
Penyuluhan
Menentukan Waktu dan
Tempat Penyuluhan
Persiapan Bahan
Penyuluhan
Pembuatan Materi
Penyuluhan
Pembuatan Kuesioner, Poster,
dan Leaflet Penyuluhan
Pelaksanaan
Penyuluhan
Pengolahan Data Output
dari Hasil Penyuluhan
Penyusunan Laporan
Keterangan :
: pra penyuluhan
: penyuluhan
Pengumpulan Laporan
: post penyuluhan
Hasil Pengamatan dan Umpan Balik
Penjelasan :
Tema Penyuluhan
: Tingkat Pengetahuan Masyarakat mengenai Etika Batuk dan
Bersin serta 6 Langkah Cuci Tangan
Sasaran Penyuluhan
: Pasien yang datang ke Puskesmas Turen
Waktu Penyuluhan
: Senin, 17 Februari 2020 pukul 07.30 – 08.30 WIB
Tempat Penyuluhan
: Ruang Tunggu Pasien di Puskesmas Turen
Persiapan Bahan Penyuluhan : Terdiri dari pembuatan materi penyuluhan yang disesuaikan
dengan konten kuesioner, poster, dan leaflet penyuluhan.
Persiapan dilakukan secara berkelompok.
Pelaksanaan Penyuluhan
:
Kelompok beranggotakan 3 orang, dimana dari 3 orang
tersebut dibagi menjadi 1 sebagai penyampaian materi, 2 membagikan lembar pretest dan
postest, dokumentasi serta yang bertanggung jawab untuk daftar hadir peserta. Penyuluhan
dilakukan secara person to group, dengan alur sebagai berikut:
1. Menunggu peserta penyuluhan sehingga dirasa cukup.
2. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, dan memohon izin untuk meminta
kesediaan waktunya sebentar hendak memberikan penyuluhan.
3. Memberikan kuesioner dan memohon izin untuk kesediaannya mengisi
kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat pengetahuan sasaran mengenai
materi penyuluhan sebelum pemberian penyuluhan (pretest).
4. Memberikan penyuluhan dengan alat bantu poster dan leaflet.
5. Memberikan kuesioner dan memohon izin untuk kesediaannya mengisi
kuesioner kembali untuk mengevaluasi pemberian penyuluhan (posttest).
6. Memberikan leaflet kepada sasaran penyuluhan.
7. Memberikan ucapan terimakasih dan salam kepada sasaran penyuluhan.
2.5 Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Penyuluhan dilakukan pada 33 orang. Sebelum dilakukan penyuluhan setiap sasaran
mengisi kuisioner pretest (5 soal) terlebih dahulu untuk mengetahui gambaran pengetahuan
masyarakat mengenai etika batuk dan 6 langkah cuci tangan yang benar. Selanjutnya
dilakukan pemberian informasi mengenai etika batuk dan 6 langkah cuci tangan yang benar
dengan media leaflet dan poster. Setelah dilakukan penyuluhan sasaran diminta untuk
mengisi kembali kuisioner post test untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pengetahuan
sasaran sebagai indikator keberhasilan penyuluhan. Kuisioner yang telah diisi direkap dan
dinilai dengan ketentuan nilai benar adalah 1 dan jika salah maka nilai 0, kemudian total nilai
dibagi 5 dan dikalikan 100 untuk mendapatkan nilai akhir. Nilai pretest yang didapat
dikategorikan sebagai tingkat pengetahuan baik, cukup, dan kurang, sehingga didapat data
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pengkategorian tingkat pengetahuan pasien
Nilai
Kategori
Frekuensi Pre-test Frekuensi Post-test
100 − 81
Tinggi
19
31
80 − 79
Sedang
8
2
60 − 0
Rendah
6
0
Tingkat Pengetahuan Pasien
Berdasarkan Nilai
40
31
30
19
20
8
10
2
6
0
0
100-81
80-61
Frekuensi Pre-test
60-0
Frekuensi Post-test
Gambar 2.1 Grafik Pengkategorian Tingkat Pengetahuan Pasien
Dilihat dari gambar 2.1, data yang diambil dari 33 responden dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan setelah dilakukan penyuluhan yang
dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test dimana pasien yang dengan pengetahuan kurang
sebelum penyuluhan (pre-test) sebanyak 14 orang tetapi setelah dilakukan penyuluhan tidak
ada responden dengan kategori pengetahuan kurang. Sebanyak 33 responden mengalami
peningkatan pengetahuan terkait Etika Batuk dan Bersin serta 6 Langkah Cuci Tangan
sebanyak 12 responden dan 1 responden memiliki tingkat pengetahuan tetap yaitu tidak ada
responden yang tingkat pengetahuannya menurun (Lampiran 4).
Dalam penyuluhan terdapat 5 soal daan hasil dari tingkat pengetahuan responden
terkait penyimpanan obat yang baik dan benar dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Tingkat Jumlah Pengetahuan Responden Tentang Etika Batuk dan 6 Langkah Cuci Tangan
No
1
Soal
Pretest
Harus selalu menggunakan masker saat flu dan batuk.
28
Postest
33
Menutup mulut saat bersin dan batuk ditempat umum
2
30
33
3
Mencuci tangan setiap setelah digunakan untuk
menutup mulut atau hidung saat batuk dan bersin.
30
32
4
Terdapat 6 langkah cuci tangan yang benar
26
32
5
Membuang tissue yang sudah dipakai untuk bersin ke
tempat sampah
33
33
35
30
25
20
15
10
5
0
1
2
3
Pretest
4
5
Postest
Gambar 2.2 Grafik Hasil Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Berdasarkan data, diatas dapat dilihat untuk soal nomor 1 “Harus selalu menggunakan
masker saat flu dan batuk” yang dijawab oleh 33 responden sebelum melakukan penyuluhan
didapatkan hasil 28 responden menjawab benar dan 5 responden menjawab salah. Kemudian
setelah dilakukan penyuluhan didapatkan hasil 33 responden menjawab benar. Berdasarkan
gambar 2.2, umpan balik responden berdasarkan hasil pre-test dan post-test terdapat
peningkatan pengetahuan terkait pengunaan masker saat flu dan batuk. Pada saat pre-test
terdapat 28 responden yang menjawab benar dan saat post-test terdapat 33 responden yang
menjawab benar . Pada kasus soal nomor 1 terdapat beberapa responden yang tidak mengerti
mengenai pentingnya penggunaan masker saat flu dan batuk dapat mengurangi resiko
penularan penyakit dari penderita ke orang sehat disekitarnya. Sebagian responden
berpendapat bahwa tidak terbiasa menggunakan masker saat sakit. Setelah dilakukan
penjelasan dan edukasi cara penggunaan masker dan pentingnya penggunaan masker saat flu
dan batuk, akhirnya responden dapat mengerti dan memahami tujuan dari penggunaan
masker tersebut.
Kemudian untuk soal nomor 2 “Menutup mulut saat bersin dan batuk ditempat umum” yang
dijawab oleh 33 responden sebelum melakukan penyuluhan didapatkan hasil 30 pasien
menjawab benar dan setelah dilakukan penyuluhan didapatkan 33 pasien menjawab benar.
Berdasarkan gambar 2.2, umpan balik responden berdasarkan hasil pre-test dan post-test
mengalami peningkatan pengetahuan mengenai etika menutup mulut saat bersin dan batuk di
tempat umum yaitu sejumlah 3 orang . Pada kasus soal nomor 2, terdapat responden tidak
menutup mulut saat bersin dan batuk dan ada pula yang menganggap bahwa cara etika batuk
adalah dengan menutup mulut dengan mengepalkan tangan dan membatukan di kepalan
tangan atau telapak tangan , akan tetapi etika batuk yang benar adalah tata cara batuk yang
baik dan benar dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju,
sehingga bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain. Setelah dilakukan
pemberian edukasi dan informasi tentang bahaya penyebaran virus saat batuk dan bersin
melalui droplet yang dihasilkan, para responden akhirnya mengerti tentang pentingnya
menutup mulut saat bersin dan batuk di tempat umum.
Kemudian untuk soal nomor 3 “Mencuci tangan setiap setelah digunakan untuk menutup
mulut atau hidung saat batuk dan bersin” yang dijawab oleh 33 responden sebelum
melakukan penyuluhan didapatkan hasil 30 pasien menjawab benar dan setelah dilakukan
penyuluhan didapatkan 32 pasien menjawab benar. Berdasarkan gambar 2.2, umpan balik
responden berdasarkan hasil pre-test dan post-test mengalami peningkatan pengetahuan
mengenai mencuci tangan setiap setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat
batuk dan bersin sejumlah 2 orang. Pada kasus soal nomor 3, responden masih ragu bahwa
mencuci tangan setelah batuk atau bersin dapat mengurangi resiko penyebaran virus dan
banyak responden yang belum mengetahui cara mencuci tangan dengan 6 langkah cuci
tangan. Mencuci tangan merupakan pilar utama untuk mencegah infeksi yang masuk melalui
tangan, karena tangan merupakan sumber penularan kuman secara langsung ataupun tidak
langsung. Tangan yang kotor dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit pada
tubuh seperti diare dan influenza. Setelah dilakukan pemberian edukasi dan informasi tentang
pentingnya cuci tangan untuk mengurangi resiko penyebaran virus penyakit dan membasmi
kuman penyebab penyakit, responden menjadi lebih mengerti cara mencuci tangan dengan 6
langkah cuci tangan dan mengerti pentingnya cuci tangan yang baik dan benar.
Pada data pertanyaan nomor 4 yaitu “Terdapat 6 langkah cuci tangan yang benar” yang
dijawab oleh 33 responden, merupakan pertanyaan dengan jumlah responden menjawab
benar paling sedikit sebelum dilakukan penyuluhan yaitu dengan hasil 26 pasien menjawab
benar dan 7 orang menjawab salah. Berdasarkan gambar 2.2, umpan balik responden
berdasarkan hasil pre-test dan post-test terdapat peningkatan pengetahuan terkait pengunaan
masker saat flu dan batuk. Pada saat pre-test terdapat 26 responden yang menjawab benar dan
saat post-test terdapat 32 responden yang menjawab benar . Banyak pasien yang belum
mengetahui langkah mencuci tangan yang benar, beberapa pasien menyampaikan hanya
mencuci tangan dengan air, padahal mencuci tangan yang benar harus dilakukan dengan
sabun dan air yang mengalir. Sabun dapat membunuh kuman, sedangkan air mengalir dapat
meluruhkan kuman di tangan. Setelah dilakukan penyuluhan mengenaai 6 langkah mencuci
tangan, pasien sangat antusias dan menjadi paham langkah-langkah mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir.
Pada pertanyaan nomor 5 yaitu “Membuang tissue yang sudah dipakai untuk bersin ke tempat
sampah” yang dijawab oleh 33 responden sebelum melakukan penyuluhan didapatkan hasil
33 responden menjawab benar dan 0 responden menjawab salah. Kemudian setelah dilakukan
penyuluhan didapatkan hasil 33 responden menjawab benar. Berdasarkan gambar 2.2, umpan
balik responden berdasarkan hasil pre-test dan post-test adalah tetap, hal ini menunjukan
bahwa seluruh responden sudah mengetahui pentingnya membuang tissue yang sudah dipakai
untuk bersin ke tempat sampah dengan presentase pemahaman sebesar 100 %.
Berdasarkan tabel 2.1 mengenai pengkategorian tingkat pengetahuan pasien, dapat diketahui
bahwa pada saat pre-test sejumlah 6 responden dengan nilai 0-60 (kurang) dengan presentase
18,2%, 8 responden dengan nilai 79-80 (cukup) dengan presentase 24,2 % , 19 responden
dengan nilai 80-100 (bail) dengan presentase 57,6 % yang menjawab benar dan saat post-test
terdapat sejumlah 31 responden yang menjawab benar dengan peningkatan pemahaman
sebesar 93,9 % dan hanya 2 responden dengan nilai cukup dengan presentase menurun
sejumlah 6,06 %. Hal ini menunjukan dengan adanya penyuluhan dapat meningkatkan
pemahaman masyarakat mengenai etika batuk dan 6 ;angkah cuci tangan.
PENGEMBANGAN
Pemberian pelayanan informasi seperti ini tidak hanya berhenti pada penyuluhan, namun
dapat dikembangkan. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan program penyuluhan
farmasi yang terjadwal (minimal 1 minggu sekali) dengan tema yang berbeda. Selain itu juga
dapat dikembangkan melalui penyuluhan per desa dari rumah ke rumah untuk menjangkau
masyarakat yang mungkin jarang ke puskesmas. Pemberian informasi ini dapat
dikembangkan dengan penambahan media yang menarik seperti video dan menggunakan
presentasi yang dapat dilihat oleh masyarakat secara jelas. Dalam melakukan pengembangan
materi dapat dilakukan penyusunan materi informasi obat lainnya yang bersifat praktis,
sederhana namun penting untuk dipahami. Materi dapat didaftar dan dijadwalkan untuk
penyuluhan.
Download