Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 148 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global DAMPAK KENAIKAN AIR SUNGAI DI KOTA PALEMBANG Oleh: Ir. Arvi Argyantoro, MA Ir. Puthut Samyahardja, MSc Ir. Ida Medawaty Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari dampak serius yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim adalah dengan terjadinya kenaikan muka air laut secara global. Hal tersebut telah diindikasikan pada Laporan yang disusun oleh The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC) yang dipublikasikan pada Desember 1995. Pada laporan tersebut dijelaskan bahwa pada tahun 2100 kenaikan muka air laut akan berkisar antara 15 cm sampai dengan 90 cm dengan ratarata sekitar 50 cm. Di wilayah Asia Pasifik, kenaikan muka air laut akan mengakibatkan kerusakan yang serius pada kondisi kehidupan manusia dan alam. Berdasarkan laporan dari IPPC (1990), kenaikan muka air laut akan mengakibatkan beberapa hal, seperti: - adanya genangan di lahan rendah dan rawa - perubahan pada gelombang serta banjir - terjadinya erosi (pengikisan) pantai - adanya intrusi air garam pada sungai dan air tanah - naiknya muka air sungai - terjadinya perubahan deposit sedimen - serta adanya perubahan pasang dan ombak. GLOBAL WARMING KENAIKAN MUKA AIR LAUT Genangan di lahan rendah dan rawa Gelombang besar dan banjir Erosi Pantai Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang Kenaikan muka air sungai Intrusi air garam sungai dan air tanah Perubahan pasang dan ombak Perubahan deposit sendimen halaman - 149 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Sumber : Data Book of Sea Level Rise 2000 Gb.1. Skema Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Oleh karena hal tersebut, saat ini perlu pula kita cermati akan kemungkinan terjadinya pada wilayah negara kita. Dan juga melihat bahwa pengaruh kenaikan muka air laut juga terjadi pada adanya kenaikan muka air sungai, maka perlu diadakannya suatu observasi pada kota di Indonesia yang berada di tepi sungai ataupun yang dilalui oleh sungai. Hal tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui dampaknya terhadap kehidupan di kota pinggir sungai tersebut. 1.2. Tujuan Melakukan investigasi perkiraan dampak yang disebabkan adanya kenaikan muka air laut, yang dalam hal ini berpengaruh pada kenaikan muka air sungai di kota Palembang. 1.3. Lingkup Pembahasan Melaksanakan survey untuk mendapatkan data yang meliputi: - Geomorfologi kawasan - Tata guna lahan - Ketinggian lahan - Tipologi bangunan yang ada dalam kawasan - Tinggi muka air pasang dan banjir - Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkiraan pada masa mendatang akibat peningkatan muka air sungai terhadap daerah perkotaan. II. GAMBARAN UMUM KOTA PALEMBANG 2.1. Letak Geografis Letak kota Palembang adalah antara 101- 105 Bujur timur, dan antara 1,5 - 2 Lintang selatan atau terletak pada bagian timur propinsi Sumatra Selatan, dipinggir kanan kiri sungai Musi lebih kurang 105 km dari laut (selat bangka). Batas –batas kota pada bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Ogan Komering Ilir, dan pada bagian Utara, Timur dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Musi Banyu Asin. Luas wilayah berdasarkan PP nomor 23 tahun 1988 ditetapkan luas wilayah kota ini menjadi 400,6 km2 . Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 150 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global PROPINSI SUMATERA SELATAN PULAU SUMATERA KOTA PALEMBANG Gb.2. Posisi kota Palembang di P. Sumatera 2.2. Keadaan Iklim Pengaruh letak dekat katulistiwa, serta banyaknya aliran sungai membuat keadaan alam di kota ini menjadi tropis dengan angin lembab nisbi, suhu cukup panas ( antara 22 - 32 C ) dan curah hujan terbanyak pada bulan maret, yaitu 428 mm dan yang paling sedikit di bulan Juli 22 mm. Pada bulan Juni, Juli Agustus dan September suhu tinggi, pada bulan lainnya suhu menurun. Pada bulan Agustus sampai April angin dari barat daya, barat laut. Aliran sungainya mengalir dengan deras ke pedalaman, selama sembilan bulan dalam setahun dan pada waktu itu sangat baik untuk dilayari. Berdasarkan data pada tahun 1999, kelembaban udara paling tinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 88% dan terendah pada bulan April sebesar 69%. Sedangkan kecepatan angin rata-rata adalah antara 2 – 5 km/jam dengan kecepatan tertinggi antara bulan September hingga Desember dan terendah antara bulan Maret hingga April. Adapun berdasarkan data pada tahun 1999, penyinaran matahari untuk periode 8 jam, berkisar antara 30% sampai dengan 76%, dengan penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan terendah terjadi pada bulan Januari. Sedangkan untuk periode 12 jam, berkisar antara 21% hingga Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 151 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global 59%, dengan penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 59% dan terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 21%. 2.3. Administratif 2.3.1. Batasan dan Wilayah Administratif Kota Palembang adalah ibu kota Propinsi Sumatera Selatan, secara administratif luas kota Palembang 400.61 Km2. Kota Palembang berbatasan dengan kabupaten daerah tingkat II Musi Banyuasin, sedangkan bagian selatan berbatasan kabupaten Daerah TingkatII Muaara Enim dan kabupaten daerah Tingkat II Ogan Komering. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan nomor 783/SK/III/1995 tanggal 2 Oktober 1995 tentang Pemekaran Kelurahan dalam Kota Palembang, maka kota Palembang mempunyai 8 wilayah administratif dan 103 kelurahan. Tabel.1. Banyaknya Kelurahan, Desa dan Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Palembang No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kecamatan Ilir Barat II Seberang Ulu I Seberang Ulu II Ilir Barat I Ilir Timur I Ilir Timur II Sako Sukarami TOTAL Jumlah Kelurahan 12 15 14 12 17 17 4 9 100 Jumlah Desa 1 2 1 3 Luas Wilayah (km2) 75,00 60,00 25,86 29,69 15,50 53,50 42,50 98,56 400,61 Sumber : Palembang Dalam Angka 1999 2.3.2. Penduduk Penduduk Kota Palembang, berdasarkan hasil SUSENAS tahun 1999 adalah sebanyak 1.426.335 jiwa dengan perincian 694.782 jiwa penduduk laki-laki dan 731.553 jiwa penduduk perempuan. Pertumbuhan penduduk pada saat ini sebesar 2,48% (SP90-SUSENAS 99), mengalami penurunan jika dibanding dekade delapan puluhan yang sebesar 3,87% (SP80-SP90). Kepadatan penduduk kota Palembang pada tahun 1999 adalah sebesar 3.560 jiwa/km2. Kecamatan yang terpadat adalah Kecamatan Ilir Timur I dengan tingkat kepadatan sebesar 14.478 jiwa/km2 dan yang terendah adalah Kecamatan Sukarami sebesar 1.145 jiwa/km2. Tabel.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Kota Palembang tahun 1999 Kecamatan Penduduk Laki-Laki Perempuan Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang Jumlah halaman - 152 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Ilir Barat II Seberang Ulu I Seberang Ulu II Ilir Barat I Ilir Timur I Ilir Timur II Sako Sukarami TOTAL 59.164 119.742 89.567 87.783 108.367 145.063 30.539 54.557 694.782 63.359 124.708 94.653 90.531 116.042 150.267 33.697 58.296 731.553 122.523 244.450 184.220 178.314 224.409 295.330 64.236 112.853 1426.335 Sumber : Palembang Dalam Angka 1999 Tabel.3. Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Kota Palembang Kelompok Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20- 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 + TOTAL Penduduk Laki-Laki Perempuan 60.468 64.470 68.934 70.782 93.159 91.981 29.901 100.092 77.347 71.481 48.372 59.532 50.424 55.259 43.908 59.949 52.926 34.563 32.928 33.300 22.512 28.464 13.674 19.953 40.233 41.157 634.786 730.983 Jumlah 124.938 139.716 185.010 189.993 148.824 107.904 106.383 103.857 87.489 66.228 50.976 33.627 81.350 1.365.769 Sumber : Palembang Dalam Angka 1999 Tabel.4. Kepadatan Penduduk per Kecamatan Di Kota Palembang (1999) Kecamatan Ilir Barat II Seberang Ulu I Seberang Ulu II Ilir Barat I Ilir Timur I Ilir Timur II Sako Sukarami TOTAL Jumlah Penduduk 122.523 244.450 184.220 178.314 224.409 295.330 64.236 112.853 1.426.335 Luas (km2) 75,00 60,00 25,86 29,69 15,50 53,50 42,50 98,56 400,61 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1.633 4.074 7.368 6.025 14.478 5.520 1.511 1.145 3.560 Sumber : Palembang Dalam Angka 1999 2.3.3. Pengembangan Kota Palembang Pengembangan pembangunan Kota Palembang dilaksanakan dan disesuaikan denngan kebijakan strategi pengembangan Tata Tuang Wilayah Kota yang berorientasikan Palembang sebagai kota yang kompak, nyaman dan bertaraf Internasional yaitu ssistem wilayah dan menata penggunaan lahan peruntukan, serta dilengkapi dengan prasarana lingkungan, fasilitas dan utilitas umum. Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk Kota Palembang sangat pesat yang menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan perumahan maupun daerah komersial Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 153 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global perkotaan, industri dan jasa. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kegiatan lainnya mengakibatkan menurunnya daya tampung lahan di pusat kota, pengembangan industri kearah selatan dan timur kota, dan pengembangan kearah selatan kota. Perubahan fungsi dan peruntukan lahan akan mengurangi kapasitas infiltrasi dan meningkatkan kecepatan maupun volume limpasan air permukaan. Hal ini mengakibatkan perubahan terhadap tingkat kebutuhan sarana dan prasarana drainase perkotaan. 2.3.4. Pemanfaatan Lahan Di wilayah Kota Palembang, lahan yang tidak atau belum terbangun relatif lebih luas daripada lahan yang telah terbangun. Dari data yang dikemukakan dalam RTRWK Palembang 1994-2004 menyebutkan bahwa dari total luas 400,61 km2 wilayah Kota Palembang, sekitar 63% merupakan lahan yang belum/tak terbangun dan sisanya 37% merupakan areal yang terbangun. Dari lahan yang terbangun tersebut, 25% adalah merupakan perumahan, 60% dipergunakan untuk perdagangan, perkantoran/jasa, fasilitas pelayanan umum dan industri kecil dan sisanya merupakan jaringan jalan kota dan utilitas lainnya. Menurut Badan Pertanahan Nasional Kota Palembang setelah pengukuran secara planimetris, luas terbangun di wilayah kota Palembang adalah sebesar 29,93% sedangkan yang belum terbangun sebesar 70,07% (untuk rincian, lihat tabel 5). Tabel 5. Pemanfaatan Lahan Kota Palembang No I II Jenis Pemanfaatan Kawasan Lindung 1. Kawasan Perlindungan Setempat (Sempadan Sungai) 2. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan 3. Kawasan Suaka Alam dan Hutan Wisata Kawasan Budidaya 1. Kawasan Terbangun 2. Kawasan Belum Terbangun TOTAL Luas (Ha) 350,25 % 1,00 94,25 0,27 209,25 0,60 46,75 0,13 34.583,75 10.456,08 24.127,67 34.934,00 99,00 29,93 69,07 100,00 Sumber: Buku Kompilasi Data RTRW Kota Palembang 1994-2004 III. GEOMORFOLOGI 3.1. Topografi Ada karakter topografi yang agak berbeda antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Bagian wilayah Seberang Ulu pada umunmya mempunyai topografi yang relatif datar, dan sebagian besar dengan tanah asli berada di bawah permukaan air pasang maksimum Sungai Musi (+ 3,75 m di atas permukaan laut) kecuali lahan-lahan yang telah dibangun (dan akan dibangun) dimana permukaan tanah telah mengalami penimbunan (dan reklamasi). Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 154 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Di bagian wilayah Seberang Ilir ditemui adanya variasi topografi (ketinggian) dari 4 m sampai 20 m di atas permukaan laut dan ditemui adanya penggunaan-penggunaan mikro dan lembah-lembah yang "kontinyu" dan tidak terdapat topografi yang terjal. Sampai jarak sekitar 5 Km ke arah utara Sungai Musi kondisi topografinya relatif menaik sampai punggungan dan setelah itu semakin ke utara menurun kembali. Dengan demikian dari aspek topografi pada prinsipnya tidak ada faktor pembatas untuk pengeinbangan ruang, yaitu berupa kemiringan atau kelerengan yang besar. 3.2. Geologi Dan Jenis Tanah Jenis tanah aluvial, liat dan berpasir, letaknya pada lapisan yang masih muda, dan banyak mengandung minyak bumi karena letak Palembang diatas lembah Palembang- Jambi. Tanah relatif datar dan yang paling tinggi adalah terletak didaerah Bukit Siguntang ( 27 meter), juga tempat sedikit tinggi dibagian utara kota, sebagian tanah kota Palembang selalu tergenang air baik diwaktu hujan dan sesudahnya, dan ada bagian-bagian daerah yang tergenang terus menerus. Secara umum untuk wilayah Kotamadya Palembang batuan dasar pembentuk lapisan tanah adalah berupa lempung, pasir lempung, napai dan napal pasiran. Batuan ini bersifat plastis teguh dan kedap air. Keadaan stratigrafi wilayah ini terbagi atas 3 bagian, yaitu a. Satuan Aluvial dan rawa, terdapat di Seberang Ulu dan rawa-rawa di bagian timur dan bagian barat wilayah Kotamadya Palembang. b. Satuan Palembang Tenpah, mempunyai batuan lempung dan lempung pasir yang kedap air, tersebar di bagian utara yaitu ke arah Kenten, Talang Betutu dan Sungai Ringgit (Muba), dan di sebelah selatan tersebar ke arab Indralaya (OKI) dan Gelumbang (Muara Enim). c. Satuan Palembanp, Bawah, tersebar di bagian dalam Kota Palembang dengan arah memanjang ke Barat Daya Tenggara dan merupakan suatu rangkaian antiklin. Sebagian besar jenis tanah di wilayah Kotamadya Palembang ini adalab tanah liat dan lapisan aluvial terutama di Seberang Ilir, sementara di Seberang Ulu terdiri dari tanah liat berpasir. 3.3. Hidrologi Sungai Musi merupakan sungai terbesar yang membelah Kota Palembang menjadi dua bagian yaitu daerah seberang hulu dan daerah seberang ilir, sungai besar lainnya yang melintasi kota Palembang adalah Sungai Ogan, sungai Komering, sungai Keramasan dan sungai-sungai kecil yang mengalirkan air hujan di wilayah kota Palembang yaitu sungai Sekanak, sungai Bendung, sungai Lawang Kidul, sungai Sriguna, sungai Aur dan lain-lain.Secara makro ssungai-sungai tersebut bermuara di sungai Musi. Permukaan air sungai Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pada musim hujan dimana curah hujan besar di ikuti oleh air pasang hampir sebagian kota Palembang tergenang air. Data curah hujan yang dipakai adalah data curah hujan tahun 1985 s/d 1999 dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Kenten. 3.2. Lingkungan Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 155 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global 3.2.1. Banjir/Genangan Air Dengan kondisi topografi yang dominan diatas dan hidrologi yang terdiri atas sungai-sungai besar dan banyak sungai-sungai kecil, maka secara umum wilayah Kotamadya Palembang banyak tergenang (menurut data pokok sekitar 37 % dari luas wilayah) dan tergenang musiman (sekitar 15 % dari luas wilayah), dengan kecenderungan genangan/rawa yang lebih luas di bagian Seberang Ulu. 3.2.2. Intrusi Air Laut Dengan jauhnya letak kota Palembang dari muara sungai Musi di Laut Cina Selatan, maka intrusi air laut tidak begitu berpengaruh. IV. KAWASAN Kawasan yang menjadi lokasi observasi adalah Kecamatan Ilir Timur I dengan beberapa alasan: - wilayah Kecamatan Ilir Timur I berada pada lokasi yang berhubungan langsung dengan sungai Musi; - Wilayah ini memiliki kepadatan yang paling tinggi; - Wilayah ini yang mempunyai daerah yang mencakup daerah sungai, daerah aliran sungai dan dataran. 4.1. Letak Geografis Dan Administratif Kecamatan Ilir Timur I berpenduduk 162.990 jiwa dengan kepadatan penduduk tertinggi 800 jiwa/ha, terendah 147 jiwa/ha dan luas wilayah 933,73 ha terdiri dari 12 kelurahan , 91 RW dan 301 RT yang berbatasan dengan : Sebelah utara dengan kecamatan Sukarame Sebelah selatan dengan kecamatan Seberang Ulu II Sebelah barat dengan kecamatan Ilir barat I Sebelah timur dengan kecamatan Ilir timur II Wilayah Kecamatan Ilir Timur I dengan fungsi lahan sebagai kawasan perdagangan/jasa, permukiman serta perkantoran/pemerintah an Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 1999-2009 halaman - 156 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Gb 3. Pemanfaatan Lahan Wilayah Kecamatan Ilir Timur I Adapun luas wilayah menurut kelurahan tahun 1998 dapat dilihat pada tabel 6 berikut: Tabel 6. Luas Wilayah Kecamatan Ilir Timur I berdasarkan Kelurahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kelurahan 13 Ilir 14 Ilir 15 Ilir 16 Ilir 17 Ilir 18 Ilir 20 Ilir D.I 20 Ilir D II 20 Ilir D III 20 Ilir D IV Kepandean Baru Sei Pangeran TOTAL Luas (ha) 8,20 8,70 22,83 24,00 30,00 18,00 163,30 200,00 140,00 96,00 90,00 134,00 933,73 Sumber: Kecamatan Ilir Timur I Dalam Angka 1998 Seperti telah diutarakan di atas bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Ilir Timur I ini adalah untuk perumahan dan perkantoran/jasa. Untuk lengkapnya perincian penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Komposisi Penggunaan Lahan Kecamatan Ilir Timur I Kelurahan 1. 13 Ilir 2. 14 Ilir 3. 15 Ilir 4. 16 Ilir 5. 17 Ilir 6. 18 Ilir 7. 20 Ilir D I 8. 20 Ilir D II 9. 20 Ilir D III 10.20 Ilir D IV 11.Kepandean Baru 12.Sei Pangeran Perumahan 7,20 8,50 20,83 10,00 15,00 10,75 150,00 140,00 125,50 90,00 6,10 107,00 691,71 Pertokoan/kantor 0,50 0,10 1,50 13,00 13,00 5,00 12,00 20,00 7,00 2,50 4,50 24,00 103,10 Lainnya 0,50 0,10 0,50 1,00 2,00 0,25 1,30 40,00 5,00 3,50 1,60 3,00 58,75 Sumber: Kecamatan Ilir Timur I Dalam Angka 1998 Untuk Sarana perekonomian, Kecamatan Ilir Timur I memiliki beberapa pasar permanen, pasar tidak permanen dan toko/warung, untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Jumlah Sarana Perekonomian menurut kelurahan Kelurahan 1. 13 Ilir 2. 14 Ilir 3. 15 Ilir 4. 16 Ilir 5. 17 Ilir 6. 18 Ilir 7. 20 Ilir D I 8. 20 Ilir D II 9. 20 Ilir D III 10.20 Ilir D IV 11.Kepandean Baru Pasar Permanen 1 1 1 1 1 - Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang Pasar tidak Permanen 1 - Toko 24 40 185 1.263 1.235 679 325 30 710 33 42 halaman - 157 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global 12.Sei Pangeran 1 Sumber: Kecamatan Ilir Timur I Dalam Angka 1998 415 Sebagai salah satu daerah pelayanan jasa dan perdagangan, di Kecamatan Ilir Timur I ini terdapat beberapa hotel, baik yang memiliki taraf bintang ataupun melati, dengan perincian seperti pada tabel 9. Tabel 9. Jumlah Hotel Berbintang/ Melati dirincimenurut kelurahan Kelurahan Berbintang Melati 1. 13 Ilir 1 2. 14 Ilir 3. 15 Ilir 2 4. 16 Ilir 3 5. 17 Ilir 2 5 6. 18 Ilir 3 7. 20 Ilir D I 2 8. 20 Ilir D II 9. 20 Ilir D III 1 10.20 Ilir D IV 11.Kepandean Baru 12.Sei Pangeran 2 4 Sumber: Kecamatan Ilir Timur I Dalam Angka 1998 Jumlah 1 2 3 7 3 2 1 6 Sebagai tempat/daerah perdagangan di Kecamatan Ilir Timur I juga terdapat beberapa jenis usaha, baik usaha rumah tangga maupun yang berbadan hukum, seperti pada tabel 10 di bawah: Tabel 10. Jumlah kegiatan berdasarkan usaha tahun 1998 Kelurahan Rumah Usaha tempat Usaha ber Tangga tetap Badan Hukum 1 . 13 Ilir 802 161 28 2 . 14 Ilir 768 307 9 3 . 15 Ilir 1.316 419 43 4 . 16 Ilir 470 2.190 50 5 . 17 Ilir 713 877 150 6 . 18 Ilir 442 551 55 7 . 20 ilir D I 2.880 521 59 8 . 20 Ilir D II 2.683 690 21 9 . 20 Ilir D III 2.189 560 199 10.20 Ilir D IV 3.127 824 37 11.Kepandean baru 505 120 43 12.Sei Pangeran 1.942 462 57 Sumber: Kecamatan Ilir Timur I Dalam Angka 1998 Usaha rumah tangga 282 279 4 78 67 42 251 614 296 290 15 76 V. TIPE BANGUNAN PERKOTAAN 5.1. Satuan Unit Analisa Untuk wilayah/daerah yang menjadi titik perhatian terhadap tipe bangunan perkotaan adalah Kelurahan 13 Ilir. Hal ini diambil dengan mempertimbangkan : - Kelurahan 13 ilir letaknya berhubungan langsung dengan Sungai Musi; - Daerah ini terletak pada daerah rendah yang memiliki kemungkinan tinggi untuk tergenang apabila muka air sungai akan naik; - Kepadatan dari penduduk yang tinggi - Jenis bangunan yang ada homogen Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 158 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Kelurahan 13 Ilir mempunyai luas 8,2 Ha dengan penduduk sebanyak 4496 jiwa dan kepadatannya adalah 548,3 jiwa/ha. Adapun mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagian besar merupakan buruh, baik buruh tani maupun buruh angkutan. PERUMAHAN KELURAHAN 13 ILIR •Luas 8.2 Ha •Penduduk 4.496 orang •Kepadatan 548,3 org/ha Gb. 4. Lokasi dari Kelurahan 13 Ilir 5.1. Pola Pengelompokan Bangunan Pada bagian Utara, bangunan cenderung mengelompok tak beraturan dengan bagian pinggir linier memanjang menyusur anak sungai Musi. Sedangkan pada bagian Barat terkesan mengikuti pola grid yang agak lebih teratur. Gb 6. Pola Pengelompokan Bangunan di sebelah Barat Pola Pengelompokan DampakGb.5. Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang Bangunan Sebelah Utara (RT 9, 10, 11) halaman - 159 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Pada area yang menjadi satuan analisa adalah wilayah RT09 dan RT11. Bangunan di kedua RT tersebut sebahagian besar adalah rumah tinggal 5.2. Fungsi Bangunan Fungsi Bangunan pada Kelurahan 13 Ilir Kecamatan Ilir Timur I terdiri dari beberapa jenis, seperti untuk rumah, pergudangan, hotel, sekolah, industri kecil dan sarana peribadatan (mesjid dan mushalla). Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Jumlah dan Fungsi Bangunan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fungsi Bangunan Sekolah Dasar Rumah permanen Rumah Semi Permanen Rumah Non Permanent Industri Sabun Dok Kapal Puskesmas Mesjid Mushalla Jumlah 2 312 57 11 1 1 1 2 4 Sumber: Data Kelurahan/Desa Kecamatan Ilir Timur I 5.3. Prasarana Jalan Lingkungan Untuk Jalan lingkungan pada area perumahan terbuat dari beton yang merupakan bantuan dari World Bank pada tahun 1991. Jalan lingkungan tersebut merupakan perubahan dari jalan tanah yang selalu tergenang di saat air sungai pasang. Ini juga merupakan salah satu adaptasi terhadap pasangnya air sungai Musi. Gb 7.Konstruksi beton dari “jalan layang” Gb 8.Konstruksi beton dari “jalan layang” dan drainasenya Jaringan Listrik Untuk wilayah Kelurahan 13 Ilir, semua rumah telah teraliri arus listrik Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 160 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Jaringan Telepon Di lokasi ini telah juga tersedia jaringan telepon. Pengguna telepon rumah terdapat 78 sambungan. Air Bersih Sarana air bersih di wilayah Kelurahan 13 Ilir saat ini tidak begitu baik keadaannya. Walaupun sebenarnya di lokasi terdapat beberapa tangki air bersih (Terminal Air Hidran Umum) sumbangan dari Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. Namun kesemuanya saat ini sudah tidak berfungsi lagi. Demikian juga halnya dengan kran umum dari PDAM. Kini masyarakat bergantung pada penjual air dorongan yang menjual air bersih dalam jerigen. Gb 9. Terminal Air Hidran Umum yang sudah tidak berfungsi lagi Gb 9A. Saluran Air Bersih yang tidak berfungsi lagi Drainase Sistem drainase di lokasi juga tidak berfungsi dengan baik. Pada saat pasang terdapat beberapa tempat yang tergenang air, namun pada saat surut, air tetap menggenang. Mandi Cuci Kakus Untuk mandi cuci dan kakus, terdapat beberapa jenis, pertama adalah dengan menggunakan konstruksi kayu dengan pembuangan langsung ke sungai. Yang kedua adalah dengan menggunan bangunan mck dengan pembuangan yang disalurkan ke sungai dan atau septic-tank. Gb 10. (kiri) bangunan MCK (tradisional) dengan struktur kayu serta buang langsung ke sungai Gb 11. (kanan) bangunan MCK dengan struktur bata serta buang melalui Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembangseptic tank halaman - 161 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global 5.4. Bentuk Bangunan Untuk bentuk, bangunan di kelurahan 13 Ilir ini terdapat 2 jenis, yaitu bangunan panggung dan bangunan biasa (detached). Untuk bangunan panggung biasanya adalah untuk rumah tinggal, sedangkan yang bangunan biasa adalah untuk fungsi bangunan lain, seperti pergudangan, hotel, sekolah serta industri seperti dok kapal. Gb 12. Bangunan Rumah Tinggal yang berbentuk Panggung Gb 13. Bangunan Sekolah yang berbentuk Non Panggung 5.5. Hasil Investigasi Bangunan Contoh Nama Pemilik : Sayuti usia 65 tahun Alamat : RT. 09 / RW 04 Kelurahan 13 Ilir, Kecamatan Ilir Timur 1 Kota : Palembang Pekerjaan : eks Pedagang Pasar 16 Ilir Palembang Jumlah Penghuni : 5 orang ditambah 30 orang yang menyewa bagian bawah rumah yang terdiri dari 10 pintu Fungsi Bangunan : Rumah Tinggal Usia Bangunan : Mulai dibangun pada tahun 1905 dan mulai dihuni tahun 1909 Kondisi Bangunan Bangunan rumah tinggal ini berupa bangunan panggung dengan struktur kayu yang terdiri dari: Pondasi dari kayu ulin dan kolom-kolom terbuat dari kayu sungkit Dinding juga terbuat dari papan kayu dengan lebar papan 25 cm. Struktur rangka atap dari kayu Penutup atap dari genteng keramik. Rumah panggung milik Pak Sayuti ini, bagian atasnya tidak pernah terendam oleh air, karena memang telah memiliki tinggi yang cukup. Namun demikian, dengan adanya para penyewa yang datang dari Jawa dan menetap di bagian bawah rumah panggung ini, ada satu unit ruang yang Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 162 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global sempat tergenang oleh air pada saat adanya pasang besar yang datang setiap akhir tahun. Sedangkan unit-unit lain tidak mengalami hal serupa. Meskipun unit-unit lain tidak tergenang oleh air, namun kondisi dari tanah di bawah bangunan selalu basah. Dihuni oleh Kel. Sayuti Dihuni oleh Kel. Pendatang Tanah Gb 14 . Penghunian Rumah 4 4 4 R. MAKAN DAPUR 3 3 R. TIDUR R. DUDUK 5 R. TIDUR Gb 16. Bagian Dalam Rumah Tinggal Kel. Sayuti 4 + 0.30 4 R. KELUARGA DAN TAMU + 0.00 4 BERANDA - 0.30 TERAS 3 - 2.30 Gb 17. Bagian Dalam Unit Hunian yang berada di bawah rumah kel. Sayuti Gb 15. Denah Rumah Tinggal Kel. Sayuti Rumah tinggal Pak Sayuti ini, meskipun telah berusia hampir 100 tahun dan kolom bagian bawah sering terendam air tapi belum pernah mengalami perbaikan (penggantian) kolom. Yang pernah mengalami penggantian adalah lantai papan kayunya. Adapun kayunya berasal dari daerah Jambi yang mereka sebut kayu ulen. Tenaga kerja yang melaksanakan perbaikan berasal dari Seberang Ulu. Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 163 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Gb 18. Kolom bagian atas yang nampak masih kuat pada rumah panggung kel. Sayuti Gb 19. Rumah Kel Sayuti bagian depan, di sebelah kanan bawah nampak kolong dari bangunan yang diperuntukan unit hunian Gb 20. Kolom Pondasi yang terlihat masih kuat pada rumah panggung kel. Sayuti 2 Nama Pemilik : A. Somad Ujang usia 65 tahun Alamat : RT. 11 / RW 04 Kelurahan 13 Ilir, Kecamatan Ilir Timur 1 Kota : Palembang Pekerjaan : eks pekerja pada bengkel las Jumlah Penghuni : 7 orang Fungsi Bangunan : Rumah Tinggal Usia Bangunan : Mulai dibangun pada tahun 1930 dan mulai dihuni tahun 1932 Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 164 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Kondisi Bangunan Bangunan rumah tinggal ini berupa bangunan panggung dengan struktur kayu yang terdiri dari: Pondasi dari kayu ulin yang tidak beraturan dan kolom-kolom terbuat dari kayu sungkit Dinding juga terbuat dari papan kayu dengan lebar papan 25 cm. Struktur rangka atap dari kayu Penutup atap dari genteng keramik. MCK Dapur & R. Makan 5 R.Tidur 2,5 2 R.Tamu & Kel 2 Ti d ur 3 2 Gb. 21. Bagian luar rumah tinggal Kel. Somad Ujang 2 Gb. 22. Denah Rumah Tinggal Bapak Somad Ujang Gb. 23. Bagian dalam rumah tinggal Bapak Somad Ujang Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang Gb. 24. Bagian luar rumah tinggal Bapak Somad Ujang halaman - 165 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Unit yang dihuni Keluarga Pak Somad Ujang ini merupakan unit sewa yang dimiliki oleh pemilik yang tinggal di bagian atas bangunan. Selama tinggal di rumah ini unit ini, air pasang yang paling tinggi tidak pernah sampai masuk pada unit hunian. Batas maksimum yang pernah terjadi adalah sekitar 10cm di bawah lantai rumah. Kerusakan/penggantian pada kolom pondasi kayu bangunan belum pernah terjadi, meskipun kolom tersebut selalu terendam air.Adapun kerusakan yang terjadi adalah pada lantai bangunan yang bukan diakibatkan oleh adanya rendaman air. 5.6. Tipe-Tipe Adaptasi Terhadap Kenaikan Muka Air Sungai Pada dasarnya kenaikan air sungai adalah merupakan hal biasa bagi masyarakat Ilir Timur I. Hal ini dikarenakan hampir setiap hari air sungai akan pasang yang dimulai sekitar pukul 04.00 dan akan bertambah hingga siang hari pukul 10.00 dan akan mulai surut kembali sekitar pukul 12.00 siang. Guna mengadaptasi bangunan terhadap pasang surut air sungai, masyarakat mulai membangun rumah tinggalnya dengan menggunakan bangunan panggung, dimana bangunan bertumpu pada tiang-tiang dengan ketinggiantertentu (berkisar antara 1 meter hingga 2 meter). Namun sejalan dengan pertambahan penduduk yang berasal dari imigran-imigran yang datang dari pulau Jawa, masyarakat setempat mulai menyewakan “rumah bawah” pada para imigran tersebut. Rumah bawah tersebut adalah kamar-kamar yang dibuat pada bagian bawah (kolong) dari rumah panggung tersebut. Namun pada beberapa kasus, karena terbatasnya ketinggian bagian bawah rumah panggung, maka unit huniannya memiliki tinggi yang terbatas (lebih kurang setinggi 1,30 meter), seperti terlihat pada gambar di bawah. Gb 25. Bangunan Rumah Panggung dengan Bagian bawah dihuni ole masyarakat pendatang Gb 26. Unit Hunian dibagian bawah rumah panggung yang hanya memiliki ketinggian 130 cm Adaptasi lain adalah dengan pembangunan tanggul/talud pada sisi anak sungai Musi di bagian timur wilayah Keluraha Ilir 13 ini. Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 166 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Selain itu untuk menjaga air tidak mengganggu transportasi, juga adanya pembangunan jalan panggung (atau yang dikenal oleh penduduk dengan nama “jalan layang”), yaitu jalan yang memiliki ketinggian dari atas tanah dengan konstruksi beton. Adapun ketinggian dari tanah adalah berkisar 20 sampai dengan 50 centimeter. Gb 27. Pembuatan tanggul di sepanjang anak sungai Musi untuk membendung naiknya air Gb 28. Pembuatan “jalan layang” yang lebih tinggi dari air pasang Selain itu, untuk menyiasati agar sampah-sampah yang terdapat pada air pasang tidak sampai pada bagian area hunian adalah dengan menggunakan sebatang bambu. Gb 29. Sebatang Bambu yang dipasang pada permukaan air untuk penahan sampah 5.7. Kondisi Dan Kerusakan Yang Terjadi Pada umumnya bangunan yang ada di lokasi studi (Kelurahan 13 Ilir) memiliki kualitas kayu yang baik, yaitu menggunakan kayu ulin yang tahan terhadap air. Ini terbukti dari beberapa kasus yang ada, bahkan dari bangunan yang berusia hampir satu abad masih tegak berdiri dengan struktur yang masih kuat, meskipun kolom yang berfungsi sebagai penyangga bangunan kerapkali terendam oleh air. Namun memang ada beberapa unit rumah yang kualitas kayunya kurang baik, Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 167 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global mulai mengalami pengikisan/pelapukan. Hal ini yang tentunya membahayakan bangunan rumah itu sendiri. Selain ada beberapa kolom yang berfungsi sebagai penyangga bangunan yang mengalami kerusakan, ada juga bagian-bagian lain yang mengalami kerusakan berkaitan dengan rendaman air. Seperti misalnya lantai bangunan bagian luar yang sempat atau bahkan sering terendam oleh air, mengalami kerusakan yang cukup parah. Gb 30. Kondisi keruskan dari lantai bangunan bagian luar yang sering terkena rendaman air dan juga air hujan Gb 31. Kondisi kolom penyangga bangunan yang mulai terkikis oleh air yang menggenang VI. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan (observasi) yang dilakukan di lapangan, dapat diberikan beberapa kesimpulan: - Kota Palembang merupakan daerah pasang surut sungai dengan daerah genangan air yang cukup besar, yaitu sekitar 37% dari luasan wialayahnya. Dari areal tersebut banyak terjadi di daerah pinggiran/tepian sungai Musi dan terutama di daerah seberang Ulu. - Bangunan-bangunan yang ada di tepi sungai atau daerah yang sering terkena pasang air sungai menggunakan bangunan panggung, untuk menyiasati agar tidak terendam oleh air pasang tersebut. Selain itu, mereka juga menggunakan bahan yang tahan terhadap air, seperti misalnya penggunaan kayu ulin pada kolom penyangga bangunan yang memang dikenal tahan terhadap air bahkan untuk masa hampir seratus tahun. Oleh karena itu, kerusakan bangunan yang diakibatkan oleh rendaman air pasang sungai dapat dieliminir/dikurangi. Meski pada bagian-bagian rumah lainnya yang tidak terkena oleh air pasang banyak mengalami kerusakan, seperti misalnya lantai kayu bangunan, atap dan sebagainya, dimana dikarenakan kualitas kayu yang kurang baik. Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 168 Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global - Adanya perubahan fungsi pada bangunan panggung, yang pada awalnya adalah rumah memang dibuat panggung untuk menghindari air pasang. Namun pada saat ini bagian bawah rumah tersebut disewakan pada pendatang yang berasal dari Jawa, sehingga ada beberapa kasus yang ternyata bagian bawah dari rumah tersebut mempunyai tinggi plafon yang sangat minim, dikarenakan untuk menjaga agar air tidak masuk pada unit hunian mereka pada saat air pasang. - Masyarakat di lokasi studi telah terbiasa dengan adanya air pasang, baik ditinjau dari segi mental dan fisik. Atau dapat dikatakan bahwa masyarakat telah mampu beradaptasi secara mental dan fisik. Ini dapat terlihat bahwa meskipun beberapa daerah selalu terendam oleh air dengan sampah yang cukup kotor, masyarakat jarang mengalami suatu penyakit yang serius, demikian pula halnya dengan penyakit kulit. - Melihat gejala akan adanya kemungkinan naiknya muka air laut yang juga akan menyebabkan air sungai turut naik, tentunya daerah lokasi studi akan terendam lebih tinggi dari kondisi air pasang maksimum pada saat ini. Hal yang menjadi permasalahan utama adalah adanya hunian di bagian bawah rumah panggung tersebut. Keadaan ini akan banyak ditemui di pinggiran sungai Musi maupun anak-anak sungai Musi. Dampak Kenaikan Muka Air Sungai Di Kota Palembang halaman - 169