Perencanaan Pajak Untuk Leasing Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Perencanaan Pajak yang diampu oleh : Drs. Amber Lumbantoruan, M.Si., Ak. Disusun Oleh: Kelompok 2 Niken Shafa Swastika C1C017102 Windi Wahyuningsih C1C018036 Fitria Zulfa Destiana C1C018038 Yoel Silver C1C018087 Bendiktus Masa Niat S.G C1C018104 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 2020 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Pajak Untuk Leasing” untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pajak. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Amber Lumbantoruan selaku dosen mata kuliah Perencanaan Pajakyang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan dan juga wawasan.Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca.Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Wassalamu'alaikum Wr.Wb Purwokerto, 16 Maret 2020 Penyusun ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................1 1.3 Tujuan .......................................................................................................1 1.4 Manfaat .....................................................................................................2 1.5 Ruang Lingkup .........................................................................................2 1.6 Metode-Metode ........................................................................................2 BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................3 2.1 Pengertian Leasing ...................................................................................3 2.2 Perlakuan Perpajakan Untuk Transaksi Leasing ......................................3 2.3 Perlakuan Perpajakan Untuk Leasing .......................................................5 2.4 Perencanaan Pajak Untuk Leasing ...........................................................7 2.5 Perbandingan antara Leasing dengan Pembelian Langsung ..................13 BAB 3 PENUTUP ................................................................................................14 3.1 Kesimpulan .............................................................................................14 3.2 Saran .......................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15 iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan waktu dan perekonomian Indonesia permasalahan yang melibatkan leasing semakin banyak dan kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit. Perbedaan jenis leasing menyebabkan perbedaan dalam pengungkapan laporan keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya pada pajak penghasilan badan akhir tahun. Perlakuan akuntasi perpajakan dan akuntansi komersial untuk finance lease dan operating lease berbeda. Operating lease diperlakukan sama dengan sewa menyewa biasa sehingga tidak menimbulkan perbedaan waktu, sedangkan untuk finance lease, akuntansi perpajakan dan akuntansi komersialnya berbeda. Finance lease merupakan suatu bentuk sewa di mana kepemilikan barang tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Bila pada masa akhir sewa pihak penyewa tidak bisa melunasi sewanya, maka barang tersebut tetap merupakan milik pemberi sewa. Sedangkan operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang disewanya. Sedangkan, barangnya sendiri tetap menjadi milik pemberi sewa. 1.2 Perumusan Masalah Berikut adalah perumusan masalah mengenai Perencanaan Pajak untuk Leasing: 1) Apa itu transaksi leasing? 2) Apa saja jenis pembiayaan leasing? 3) Bagaimana perlakuan perpajakan untuk leasing? 4) Bagaimana perencanaan pajak untuk leasing? 5) Bagaimana perbandingan antara leasing dengan pembelian langsung? 1.3 Tujuan Makalah ini disusun dengan tujuan : 1) Untuk mengetahui apa itu transaksi leasing 1 2) Untuk mengetahui apa saja jenis pembiayaan leasing 3) Untuk mengetahui bagaimana perlakuan perpajakan untuk leasing 4) Untuk mengetahui bagaimana perencanaan pajak untuk leasing yang baik bagi perusahaan 5) Untuk mengetahui bagaimana perbandingan yang lebih baik antara leasing atau pembelian langsung 1.4 Manfaat Penyusunan makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi individu yang mempelajarinya: 1) Dapat merencanakan pajak untuk leasing 2) Dapat membuat keputusan yang terbaik apakah leasing atau pembelian langsung 3) Perusahaan dapat menyediakan alternatif dalam merencanakan pajak untuk leasing 1.5 Ruang Lingkup Makalah ini berisi pembahasan mengenai perencanan pajak untuk leasing pada intinya. Di dalamnya dijelaskan apa itu transaksi leasing dan jenis pembiayaannya, bagaimana perlakuan pajak untuk leasing dan alternatif mana yang sebaiknya diambil perusahaan untuk kepentingan pembayaran pajak. 1.6 Metode-Metode 1.6.1Metode Penulisan Metode Penelitian Kualitatif Yaitu sebuah metode penelitian yang sifatnya deskriptif,menggunakan analisis,mengacu pada data,memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan pendukung. 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik Sekunder Dalam hal ini peneliti tidak secara langsung mengambil data sendiri tetapi meneliti dan memanfaatkan data dari berbagai sumber yang dapat dijadikan referensi. 2 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Leasing Leasing adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (penguins barang modal); lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan barang modal selamajangka waktu tertentu, dengan suatu imbalan berkala dari lessee yang besarnya tergantung dari perjanjian antara lessor dengan lessee, lessee dapat diberikan hak opsi (option right) untuk memberi barang modal tersebut paa akhir masa kontrak. Dengan demikian hak milk atas modal tersebut tetap menjadi milk lessor selama waktu kontrak lease Leasing dengan hak opsi ( finance leaselcapital lease) adalah leasing dimana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk memberi objek leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Leasing tanpa opsi ( operating lease ) adalah leasing dimana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing tersebut. Ditinjau dari teknis pelaksanaan transaksi leasing dapat dilakukan secara langsung (direct lease) maupun dengan cara penjualan dan penyewaan kembali (sale and lease back) . Dari sisi lease seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal selama masa kontrak dapat dibebankan, padahal jangka waktu lease mungkin jauh lebih pendek dari umur ekonomis. Dengan demikian, sebenarnya leasee dapat melakukan penyusutan yang dipercepat (accelerated depreciation) melalui metode akuntansi sewa (rental accounting method). 2.2 Perlakuan Perpajakan Untuk Transaksi Leasing Dalam pasal 2,3,dan 4 Keputusan Menteri Keuangan nomor 1169/KMK.01/1991 kegiatan leasing dapat digolongkan sebagai finance lease (leasing digolongkan dengan hak opsi) maupun dengan operating lease (leasing tanpa hak opsi). leasing digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua kriteria berikut : 3 a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama ditambahkan dengan nilai sisa barang modal harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor. b. Masa leasing ditentukan sekurang-kurangnya 2(dua) tahun untuk barang modal golongan 1 ; 3(tiga) tahun untuk barang modal golongan 2 dan 3 ; dan 7(tujuh) tahun untuk golongan bangunan. c. Perjanjian leasing memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. d. Dalam pasal 16 Keputusan Menteri Keuangan nomor 1169/KMK.01/1991 mengatur mengenai ketentuan perpajakan bagi lessee yang melakukan transaksi finance lease sebagai berikut : 1. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewagunausahakan sempai saat lessee membeli barang tersebut. 2. Setelah lessee menggunakan hak opsinya membeli barang modal yang disewagunausahakan maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan dasar yaitu harga opsi barang modal yang bersangkutan. 3. Pembayaran leasing yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lesse. 4. Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang ditentukan, Direktor Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya leasing tersebut dan memperlakukannya sebagai operating lessee. perubahan ini tidak dilakukan apabila terjadi karena force majeur, gagal bayar (default), maupun pertimbangan ekonomi tanpa motif menghindari pajak dan tidak ada hubungan istimewa antara lessor dengan lesse. 5. Lessee tidak memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha. 4 2.3 Perlakuan Perpajakan Untuk Leasing 2.3.1 Penjualan dan Penyewaan Kembali a. Untuk penjualan dan penyewaan kembali tanpa hak opsi, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masukan yang telah dikreditkan oleh lessee harus dibayar kembali. b. Atas penyewaan kembali barang modal tersebut, maka lessor harus memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) c. Pengalihan tanah dan bangunan leasing : 1. Saat lessee menjual kepada lessor, lessee dikenakan PPh 5% (lima persen) dari nilai jual (nilai akta) atau nilai objek pajak (NJOP) yang digunakan untuk menghitung PBB jika nilai jual lebih rendah dari NJOP. 2. Saat lessor menjual kepada lessee, lessor dikenakan PPh 5% (lima persen) dari nilai opsi. 2.3.2 Perlakuan Standar Akuntansi terhadap Transaksi Leasing Berdasarkan PSAK Nomor 30 tentang Standar Akuntansi Sewa Guna Usaha (2002), dalam menentukan jenis leasing pertimbangan yang digunakan adalah asas makna ekonomi. Suatu transaksi leasing akan dikelompokkan sebagai leasing dengan hak opsi apabila memenuhi syaratsyarat berikut ini: 1. Lessee memiliki hak opsi untuk membeli aset yang disewagunausahakan pada akhir masa leasing dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha. 2. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh lesse ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal serta bunganya sebagai keuntungan lessor (full payout lease). 3. Masa leasing minimum dua tahun.Apabila salah satu syarat diatas tidak terpenuhi, transaksi tersebut dikelompokkan sebagai sewa menyewa biasa atau sewa guna usaha tanpa hak opsi. 5 2.3.2 Akuntansi untuk Leasing dengan Hak Opsi Akuntansi untuk leasing adalah sebagai berikut: 1. Pembayaran jaminan dibukukan sebagai piutang kepada lessor. 2. Nilai tunai dari seluruh pembayaran leasing dan nilai sisa dibukukan sebagai aset tetap dan kewajiban leasing. 3. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai tunai adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh lesosor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal leasing. 4. Pembayaran leasing yang dilakukan selama jangka waktu kontrak dialokasikan dan dibukukan sebagai angsuran pokok dan beban bunga. 5. Aset tetap leasing yang dikapitalisasi selanjutnya diamortisasi selama taksiran umur ekonomisnya dengan menggunakan metode yang sama untuk aset sejenis. 6. Pada akhir tahun harus dilakukan penyesuaian terhadap bunga akrual, amortisasi aset leasing akhir tahun, dan amortisasi keuntungan modal dan kerugian modal. 7. Dalam laporan keuangan disajikan sebagai bagian dari aset tetap, sejumlah neto dikurangi akumulasi amortisasi. 8. Kewajiban leasing disajikan sebagai bagian dari kewajiban dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk usaha lesse. 9. Apabila dilakukan transaksi jual dan sewa kembali maka selisih harga jual dengan nilai buku aset dibukukan sebagai “keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan” yang harus diamortisasi secara proposional. 10. Apabila terjadi penghentian lebih awal di mana pembayaran sewa dilunasi sebelum berakhirnya kontrak maka selisih antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan. 11. Apabila lesse mengambil opsi pada akhir masa kontrak dan harga opsi sama dengan jaminan yang diberikan maka jaminan tersebut akan 6 dikompensasikan dengan sisa kewajiban leasing. Apabila opsi tidak sama dengan jaminan, kekurangan/kelebihan harus diselesaikan antara lesse dan lessor secara tunai. 12. Setelah mengambil opsi, akun leasing direklasifikasikan ke dalam akun aset tetap yang relevan. 2.4 Perencanaan Pajak Untuk Leasing Perencanaan pajak dapat digunakan untuk aset tetap yang baru akan dibeli maupun aset tetap yang telah dimiliki. Untuk aset tetap yang bariu akan dibeli pertimbangannya adalah membeli secara langsung (tunai/kredit) atau dengan menyewa. Sedangkan untuk aset tetap yang telah dimiliki, pertimbangannya adalah mempertahankannya, melakukan revaluas, atau dijual dan di leasingkan. 2.4.1 Membeli Secara Langsung atau Melalui Leasing dengan Hak Opsi Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pajak untuk hal ini antara lain: 1. Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung penghsilan kena pajak adalah beban penyusutan. 2. Besarnya beban penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan. 3. Apabila membeli secara leasing, semua biaya dikeluarkan untuk membayar leasing tersebut dapat dibiayakan pada tahun yang bersangkutan. 4. Masa leasing bisa lebih pendek dari umur ekonomis sehingga perusahaan dapat membiayakan perolehan aset tetap lebih cepat dibandingkan apabila menggunakan penyusutan. 2.4.2 Penjualan dan Penyewaan Kembali Pada saat penjualan dari lessee kepada lessor, lessee dikenakan PPH 5% dari nilai jual. Saat lessor menjual kepada lessee, maka lessor dikenakan PPh 5% dari nilai opsi. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah jika gedung dimiliki secara langsung maka biaya yang boleh 7 dikurangkan hanya beban penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dlam jangka waktu 20 tahun. Apabila diperoleh melalui leasing dengan hak opsi maka semua biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran sewa baik atas tanah maupun bangunan dapat dibiayakan.` 2.4.3 Pengadaan Mesin Baru Contoh Kasus: PT ABC untuk meningkatkan produksi merencanakan menambah mesin B dengan harga Rp.1.000.000.000. Perusahaan sedang mempertimbangkan untuk : a. Menggunakan sewa guna usaha dengan Hak Opsi b. Membeli langsung Mesin tersebut termasuk aset tetap Kelompok 2. Dalam perhitungan ini diasumsikan jangka waktu sewa empat tahun dan jaminan sama dengan nilai opsi, yaitu 10% dari nilai mesin yang disewagunausahakan. Alternatif mana yang harus dipilih? 1. Pengadaan Mesin Melalui Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi a. Menentukan tingkat suku bunga yang akan digunakan Langkah pertama dalam analisis ini adalah menentukan tingkat suku bunga yang akan digunakan sebagai berikut: Jaminan/DP : 10% x Rp. 1.000.000.000 : Rp. 100.000.000 Nilai sewa guna usaha : Rp. 900.000.000 (nilai leasing yang akan diangsur) Tingkat bunga : 22% Tingkatdiskon : 20% 8 Umur Aset b. Menghitung besarnya angsuran biaya sewa yang harus dibayar : 4 tahun setiap bulan Tabel di bawah ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut. PV = Nilai sewa guna usaha (450.000.000) i = Tingkat bunga per bulan = d = Tingkat diskon per bulan = n = Jangka waktu (2 tahun = 24 bulan) 22% 12 20% 12 = 1,83% = 1,67% 9 Tabel Skedul Pembayaran Biaya Sewa dan Nilai Tunainya 10 Berdasarkan perhitungan pada table Skedul Pembayaran Biaya Sewa dan Nilai Tunainya, total biaya sewa secara nominal adalah sebesar Rp1.361.062.562,40, sedangkan nilai tunai (present value — PV) dengan tingkat diskon 20% adalah sebesar Rp947.345.315,65. Semua biaya sewa ini dapat diakui sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak. Selain biaya sewa yang masih dapat dikurangkan adalah beban penyusutan. Setelah mengambil alih mesin yang disewagunausahakan dengan hak opsi, nilai perolehan aset dapat disusutkan oleh perusahaan sesuai dengan metode dan umur aset bersangkutan yang telah ditetapkan. Berikut adalah perhitungan beban penyusutan nilai opsi dengan metode penyusutan saldo menurun untuk nilai aset sebesar Rp100.000.000 dan umur aset delapan tahun. 11 Tabel Penyusutan Mesin yang Dibeli dan yang Disewagunausahakan dengan Hak Opsi dengan Tingkat Diskon 20% Berdasarkan tabel skedul pembayaran dan tabel beban penyusutan di atas, dengan menggunakan tingkat bunga sewa guna usaha 22% dan tingkat diskon 20%, nilai perolehan keseluruhan mesin (lease fee dan nilai opsi) adalah sebesar Rp1.461.062.562,52 dan total nilai tunai yang dapat dibiayakan adalah Rp974.636.190,66. 2. Pengadaan Mesin Baru dengan Pembelian Langsung Jika perusahaan melakukan pembelian mesin secara langsung, maka yang dapat diakui sebagai biaya adalah beban penyusutan. Untuk mnghitung besarnya beban penyusutan, metode yang dapat digunakan adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun. Besarnya biaya per tahun penyusutan nilai aset sebesar Rp1.000.000.000 dengan tingkat diskon 20% dan umur mesin delapan tahun menggunakan metode penyusutan saldo menurun. 12 Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai tunai dari akumulasi penyusutan dengan tingkat diskon 20% adalah Rp565.903.584,16. 2.5 Perbandingan antara Leasing dengan Pembelian Langsung Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan pembelian langsung secara tunai dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Untuk sewa guna usaha, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh biaya sewa dan beban penyusutan sebesar nilai opsi.Sedangkan, untuk pembelian langsung adalah sebesar beban penyusutannya saja. 13 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perjanjian leasing yang lahir pada prosedur mekanisme laeasing terdiri dari ketentuan-ketentuan yang salah satunya adalah ketentuan mengenai tanggung jawab para pihak terhadap obyek leasing. Pembagian dan pengaturan mengenai tanggung jawab para pihak terhadap obyek leasing tersebut pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh jenis pembiayaan yang terdapat dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara khusus pembagian dan pengaturan tersebut pada dasarnya harus didasarkan pada kesepakatan para pihak dalam perjanjian, sedangkan pelaksanaanya harus dilakukan sesuai Undang-Undang. 3.2 Saran Perusahaan dalam mengambil keputusan harus memperhatikan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang dalam penentuan apakah harus dilakukan leasing atau pembelian langsung sebuah aset. Ketika perusahaan telah memutuskan untuk mengambil leasing, maka dalam perencanaan pajak perlu mengetahui alternatif yang dapat dipilh guna perencanaan pajak. 14 DAFTAR PUSTAKA Suandy,Erly. 2006. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat. https://slideplayer.info/slide/2582455/?_gl=1*zgkvn*_ga*STVUdFpoQ2hOZ nA1OXctbkxsZmZKVWR3LXVmM1ZTMncxX1FHNWpFUnU3eWVkNWljRG52 WGM3aFprWjVZRXI2Sg http://www.pajakita.net/2014/10/aspek-perpajakan-pada-kegiatansewa.html https://dconsultingbusinessconsultant.com/perencanaan-pajak-sewa-gunausaha/ https://www.academia.edu/11346654/Pajak_Atas_Sewa_Guna_Usaha 15