Uploaded by User49098

FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM

advertisement
FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian
rupa, sehingga manusia rela dikuasai olehnya. Perkataan dipentingkan atau diutamakan, biasa
berarti paling dipuja, dipuji, dicintai, diagungkan dan diharapkan dapat memberikan keselamatan
atau kegembiraan, dan termasuk sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Menurut Ibnu Taimiyah, definisi al-ilah atau tuhan ialah yang dipuja dengan penuh kecintaan
hati, tunduk kepada-nya, merendahkan diri kepadan-nya, takut dan mengharapkan-nya, kepada-nya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan dan bertawakal kepada-nya untuk kemaslahatan
diri, meminta perlindungan daripada-nya dan menimbulkan ketenangan di saat mengingat-nya dan
terpaut cinta kepada-nya.
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka
dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama
agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha
memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal
budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan
secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi
manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Pemikiran manusia tentang tuhan.
kepercayaan pada adanya tuhan adalah dasar yang utama sekali dalam faham keagamaan.
Tiap-tiap agama pada umumnya berdasar atas kepercayaan pada sesuatu kekuatan gaib, dan cara
hidup tiap-tiap manusia yang percaya pada agama di dunia ini amat erat hubungannya dengan
kepercayaan kepada kekuatan gaib tersebut. Kekuatan gaib itu, kecuali dalam agama-agama yang
bersifat primitive, disebut tuhan. Agama-agama primitive belum memberi nama tuhan kepada
kekuatan gaib itu. Dengan kata lain kekuatan gaib itu belumlah berasal dari luar alam ini, tetapi
masih bepangkal dalam alam sendiri dan baru mempunyai arti dinamisme dan animisme.
Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan.
1. Pemikiran Barat
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yg menyatakan adanya
proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori
tsb mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson
Smith, Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tenteng Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah :
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang
berpengaruh dlm kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditunjukkan pada
benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada
pula yang berpengruh negatif.
b.
Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh
dalam hidupnya. Setiap benda yg dianggap benda baik mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif,
roh dipercayai sbg suatu yg aktif sekalipun bendanya telah mati.
c.
Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, krn terlalu
banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yg lebih dari yang lain kemudian disebut dewa.
Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya.
d. Henoteisme
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan. Namun manusia masih
mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan
Henoteime (Tuhan tingkat Nasional).
e.
Monoteisme
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam 3 paham yaitu :
deisme, panteisme dan teisme. Evolusioner dlm kepercayaan thd Tuhan sebagaimana dinyatakan
oleh Max Muller dan EB.Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya
monoteisme dlm masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya
rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen.
Pemikiran umat islam tentang tuhan
Awal atau permulaan meyakini suatu agama adalah mengetahui dan meyakini adanya allah.
Jalan mengetahui dan meyakini adanya allah dalam agama samawi, atau semua agama yang
diturunkan oleh allah kepada nabi atau rasulnya untuk disampaikan kepada umat manusia, tidak
terjadi seperti perkembangan pemikiran adanya tuhan, mulai dalam bentuk dinamisme, animism,
politeisme, henoteisme dan akhirnya baru sampai kepada monoteisme. Perkembangan pemikiran
dalam agama samawi, dalam pemikiran masyarakat islam, langsung mengetahui dan meyakini
adanya tuhan allah, tanpa melalui perkembangan pemikiran seperti dalam pemikiran masyarakat
primitive.
Dalam agama samawi pemikiran langsung meyakini adanya tuhan allah, oleh karena
menurut agama samawi setiap umat mempunyai rasul atau utusan allah. Rasul-rasulnya umat
manusia langsung menganut monoteisme tanpa melalui perkembangan dari dinamisme, animism,
politeisme, dan henoteisme. Juga dengan wahyu dan rasulnya umat manusia mengetahui hanya
kepada allah swt tempat mengabdi dan tempat meminta dan tidak ada tuhan kecuali dia.
Argumen Bukti Adanya Tuhan.
menurut Harun Nasution ada beberapa argument sebagai berikut adanya tuhan, yaitu:
1. Argumen Ontologis,
Argumen Ontologis dimajukan buat pertamakali oleh Plato dengan teori ideanya.
Menurut Plato tiap-tiap yang ada di ala mini mesti ada ideanya. Yang dimaksdu dengan
idea adalah devinisi atau konsep universal dari setiap sesuatu. Setiap sesuatu di alam
mempunyai idea, dan idea inilah merupakan hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud
sesuatu. Idea-idea berada dalam alam sendiri yaitu alam idea. Benda-benda yang kita
lihat di alam nyata ini bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan, copi atau gambaran ideidenya yang ada dalam alam ide. Idea-idea bukan bercerai-berai, tetapi semuanya
bersatu dalam idea tertinggi yang diberi nama idea kebaikan atau The Absolut Good
yaitu yang mutlak baik atau disebut Tuhan.
2. Argumen Kosmologis.
Argumen ini dimajukan aristoteles dengan teorinya setiap benda yang dapat ditangka
dengan pancaindera mempunyai materi dan bentuk. Materi sifatnya berubah sedangkan
bentuk sifatnya kekal. Antara bentuk dan materi ada hubungan gerak. Yang
menggerakkan ialah bentuk dan yang digerakkan adalah materi. Argumen Kosmologis ini
disebut juga argument sebab musabab, yang timbul dari paham bahwa alam adalah
bersifat mungkin dan bukan bersifat wajib dalam wujudnya.
3. Argumen Teleologis.
Telos berarti tujuan, teleologis berarti serba tujuan. Alam yang teleologis yaitu alam
yang diatur menurut sesuatu tujuan tertentu. Dengan kata lain alam ini dalam
keseluruhannya berevolusi dan beredar kepada sesuatu tujuan tertentu. Bagian-bagian
dari ala mini mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya dan bekerja
sama dalam menuju tercapainya tujuan-tujuan tertentu. Menurut argumen teleologis,
ala mini mempunyai tujuan dalam evolusinya. Alam sendiri tak bisa menentukan tujuan
itu, dan yang mampu menentukan tujuan itu haruslah zat yang lebih tinggi dari alam itu
sendiri yaitu tuhan.
4. Argumen Moral.
Diantara argumen-argumen yang ada tentang adanya tuhan, argument morallah pada
pendapat ahli-ahli filosof agama yang terpenting dan terkuat. Argument moral ini
banyak dihubungkan dengan nama Immanuel kant. Beliau berpendapat bahwa manusia
mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan sanubarinya. Orang merasa
bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan
menjalankan perbuatan-perbuatan baik. Pembalasan baik dari perbuatan baik dan
pemberian ganjaran bagi perbuatan buruk tidak bisa terjadi begitu saja, tetapi mesti
berasal dari satu zat yang maha adil, dan zat inilah yang disebut tuhan.
Mengenal Hakikat Allah.
Sesungguhnya hakikat dari zat Allah SWT itu tidak mungkin di ma’rifati (dikenal atau
diketahui) oleh akal pikiran dan juga pasti tidak dapat dicapai betapa keadaan yang sebenarnya.
Sebabnya, adalah karena akal pikiran manusia itu sudah tentu tidak akan dapat menjangkau hal
tersebut, karena manusia itu tidak diberi petunjun dan jalan untuk menemukannya dan
mencapainya. Manusia hingga saat ini pun masih belum dapat mengetahui secara pasti tentang
hakikat jiwa manusia itu sendiri.
Mengingat zat atau hakikat allah itu tidak dapat dijangkau dengan akal pikiran dan tidak
dapat dengan mata kepala manusia itu sendiri, maka Allah menyampaikan wahyunya melalui hadits
nabi Muhammad SAW yang isinya jangan memikirkan zat Allah, sebagaimana sabdanya:
“berpikirlah kamu semua perihal makhluk Allah(apa-apa yang diciptakannya) dan janganlah kamu
sekalian berpiki mengenai zat Allah, sebab sesungguhnya kamu semua sudah tentu tidak dapat
mencapai keadaan hakikatnya.”
Mema’rifati (mengenal) hakikat zat Allah atau mengetahui zat Allah dengan akal pikiran, dan melihat
zat-nya dengan (penglihatan) mata adalah suatu hal yang tak mungkin. Tetapi, suatu jalan untuk
mema’rifati atau mengenal-nya adalah dengan jalan memikirkan dan menghayati semua makhluk
atau semua yang diciptakan oleh Allah, atau yang disebut alam semesta beserta isinya.
Langit dan bumi dan segala peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan suatu
kenyataan yang sangat mengagumkan dan menakjubkan akal dan hati sanubari manusia, dan
merupakan suatu pertanda bahwa Allah SWT itu ada.

Adanya iman dapat menumbuhkan keyakinan, bahwa allah-lah yang member rizki.
Manakala rizki telah diberikan, tak seorangpun yang dapat menghalanginya
walaupun orang itu tamak atau benci.

Adanya iman dapt menimbulkan kekuatan moral pada manusia dan bahkandapat
menghubungkan manusia dengan zat yang maha tinggi, yaitu Allah sebagai sumber
kebaikan, keindahan dan kesempurnaan.

Adanya iman Allah memberikan kehidupan sejahtera kepada orang-orang mukmin
didunia. Kehidupan sejahtera ini, suatu bukti kasih Allah kepada orang mukmin.
Adanya petunjuk Allah, beserta pertolongannya dalam menghadapu musuhmusuhnya.
Download