Konsep Ketuhanan Dalam Islam Oleh: Junaidi Idrus, S.Ag., M.Hum Akar-akar persoalan: 1. Siapakah Tuhan itu? 2. Bagaimana Sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan ? 3. Bagaimana pemikiran Tuhan menurut agama-agama wahyu ? 4. Sejauhmana Pembuktian wujud adanya Tuhan ? Tiga hal fundamental dalam membicarakan tentang Tuhan: a. Bedakan antara Tuhan dengan ide tentang Tuhan b. Manusia telah menyembah Tuhan sebelum muncul problematika tentang Tuhan c. Tidak ada pandangan individual tentang Tuhan yang dianggap final PENDAHULUAN Seorang muslim yang paripurnaa adalah nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan manusia, sehingga sulit diterka mana lebih dulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian aqidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi aqidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran aqidah yang benar dan lurus. 1.SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG KONSEP KETUHANAN Sejarah pemikiran manusia yang dimaksud di sini adalah pemikiran yang berdasarkan pengalaman lahiriah-batiniah ( penelitian rasional atau pengalaman batin). Dalam konteks literatur historis agama pemikiran tentang Tuhan dikenal dengan teori evolusionisme ( suatu proses kepercayaan tingkat sederhana sampai menjadi tingkat sempurna). Tokoh atau Pemikir dan penganut yang mengemukakan teori evolusionisme : Max Muller, EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens. Pemikiran Barat sebagai berikut : a. “Tuhan” Dinamisme. Manusia sejak zaman primitif sudah mengenal dan mengakui adanya kekuatan gaib yang mempengaruhi hidup manusia. Yang dimaksud berpengaruh di sini adalah “sebuah benda”. Benda tersebut bisa berpengaruh negatif – positif. Namun “kekuatan benda” tersebut juga di sebut bermacam-macam, ada namanya “mana”, “tuah”, “Syakti”. Semua kekuatan tersebut tidak dapat di cerna oleh panca indera manusia, namun ia dapat di rasakan pengaruhnya. b. “Tuhan” Animisme. Setiap benda dianggap mempunyai roh. Roh bagi masyarakt primitif bisa bersifat aktif meski benda tersebut kelihatan mati. Oleh karena itu, roh dianggap sesuatu yang hidup ( rasa senang dan kebutuhan-kebutuhan). Karena roh mempunyai kebutuhan, masyarakat primitif menyediakan sesajian sebagai salah satu wujud memenuhi kebutuhan roh, jika tidak, manusia bisa terkena dampak negatif dari roh tersebut. c. “Tuhan” Politeisme. Bagi “Tuhan politeisme”, eksistensi “Tuhan Dinamisme dan Animisme” belum dapat memberikan konsep ketuhanan yang sebenarnya karena masih bersifat sanjungan dan pujaan saja. Baginya, dari sekian banyak roh-roh ada beberapa saja yang dianggap unggul, punya karakter dan punya pengaruh terhadap hidup manusia. Di antara roh yang unggul tersebut disebut sebagai dewa ( dewa yang bertanggungjawab terhadap cahaya, air, angin dan sebagainya. d. “Tuhan” Henoteisme. Dari sekian banyak dewa yang ada, hanya mengakui satu dewa saja. Namun manusia masih mengakui Tuhan bangsa lain. (Tuhan tingkat nasional). e. “Tuhan” Monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme di tinjau dari segi filsafat ketuhanan terbagi menjadi 3: 1. Deisme ( Tuhan bersifat transenden: setelah pencipataan alam, Tuhan tidak terlibat lagi dengan hasil ciptaannya). 2. Panteisme ( Tuhan bersifat imanen: Tuhan menampakkan diri dalam berbagai fenomena alam). 3. Teisme ( Tuhan pada prinsip bersifat transenden, mengatasi semesta kenyataan, tetapi Tuhan juga selalu terlibat dengan alam semesta). Pemikiran Umat Islam sebagai berikut: Secara garis besar pemikiran umat Islam tentang ketuhanan timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara sederhana ada aliran pemikiran bersifat liberal, tradisional, dan di antara keduanya. Sebab timbulnya berbagai aliran Islam tersebut lantaran karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami alqur’an dan hadits dengan pendekatan kontekstual, sehingga lahir aliran bersifat liberal. Sebagian umat Islam memahami dengan pendekatan tekstual, lahirlah aliran bersifat tradisional. Sedangkan “memadukan” kedua pemikiran tersebut lahirlah aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Di antara aliran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mu’tazilah ( disebut kaum rasional yang menekankan pemakaian akal secara intensif dalam memahami semua ajaran dan keimanan. Salah satu pemikiran mereka: Orang Islam yang berbuat dosa besar, maka ia tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara dua posisi tersebut; “ manzilah bainal manzilatain”. 2. Qodariah ( Manusia mempunyai kebebasan dalam berbuat dan berkehendak). Artinya, prediket kafir atau mukmin diadasrkan atas pilihan dan tanggung jawabnya sendiri. 3. Jabariah ( manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berbuat atau berkehendak. Artinya, semua perilaku manusia di tentukan dan dipaksa oleh Allah). 4. Asy’ariyah dan Maturidiah ( pendapatnya berada antara Qadariah dan Jabariah). 2. TELAAH PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN 4 argumen klasik tentang adanya Tuhan: 1. argumen ontologi : berdasarkan logika semata ( pembuktian tentang Tuhan dengan cara menghubungkannya pada ide tentang Zat Yang Maha Sempurna. 2. argumen kosmologi: 3. Argumen teleologi: 4. Argumen moral: 3. KONSEP TAUHID: NILAI-NILAI KETUHANAN AGAMA ISLAM