Uploaded by Kiki

BAB I PENGANTAR PENGAIRAN PASANG SURUT

advertisement
PENGAIRAN PASANG SURUT
"PENGANTAR PENGAIRAN PASANG SURUT"
(TKS – 3608)
Dosen Pengajar:
ADHI SURYA, ST., MT.,ESP
NIDN : 1126058001
Disusun Oleh :
KIKI HARIYADI
NPM : 17640046
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
MARET 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat dan
Karunia-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai
“Pengantar Pengairan Pasang Surut” sebagai bahan materi pembelajaran mata kuliah.
Penyusunan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas agar mahasiswa terlatih
guna meningkatkan motifasi belajar mahasiswa. Dalam penyusunan makalah ini saya merasa
masih banyak kekurangan baik teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi
penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada Bapak Adhi Surya ST, MT, ESP. selaku dosen pembawa mata kuliah
Pengairan Pasang Surut. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi yang membutuhkan, khususnya bagi saya sendiri sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Amin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Wassalam.
Banjarmasin, 16 Maret 2020
Kiki Hariyadi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang ................................................................................................ I - 1
1.2.
Rumusan Masalah ........................................................................................... I - 1
1.3.
Tujuan Dan Manfaat ...................................................................................... I - 2
1.4.
Metode Penuliasan Makalah .......................................................................... I - 2
1.5.
Sistematika Penuliasan Makalah .................................................................... I - 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Pasang Surut ...................................................................................... II - 3
2.2.
Teori Pasang Surut ........................................................................................... II - 3
2.3.
Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut ..................................................... II - 5
2.4.
Tipe Pasang Surut ........................................................................................... II - 6
2.5.
Arus Pasang Surut ............................................................................................ II - 7
2.6.
Pengaruh Pasang Surut Terhadap Aktivitas Manusia ..................................... II - 9
2.7.
Alat-Alat Pengukur Pasang Surut ................................................................... II - 10
2.8.
Pasang Surut Di Perairan Indonesia ................................................................. II - 12
BAB III CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Kesimpulan ..................................................................................................... III - 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ iii
BIODATA PENULIS ................................................................................................ iv
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan
yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada
di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus
laut cukup besar.
Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut
Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia
memiliki pasang surut cukup tinggi.
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran
pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan
batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan
laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola
pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian
(semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut.
Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh
bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan
Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe
ganda yang menonjol.
Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat
Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok
diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta
dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang
surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di
Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat
madura yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di
Papua (Diposaptono, 2007).
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka pokok bahasan dalam makalah ini
sebagai berikut:
1. Apa definisi dari pasang surut ?
1
2
2. Apa teori yang membahas pasang surut ?
3. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut ?
4. Apa saja tipe-tipe pasang surut?
5. Bagaimana arus pasang surut ?
6. Bagaimana pengaruh pasang surut terhadap aktivitas manusia ?
7. Apa alat yang bisa digunakan untuk mengukur pasang surut?
8. Bagaimana pasang surut di Indonesia ?
1.3. Tujuan Dan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dan manfaat
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui devenisi dari pasang surut
2. Untuk mengetahui teori yang membahas pasang surut
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut
4. Untuk mengetahui tipe-tipe pasang surut
5. Untuk mengetahui arus pasang surut
6. Untuk mengetahui pengaruh pasang surut terhadap aktivutas manusia
7. Untuk mengetahui alat yang bisa digunakan untuk mengukur pasang surut
8. Untuk mengetahui pasang surut di Indonesia
1.4. Metode Penulisan
Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam
penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari
buku, tetapi juga dari media media lain seperti e-book, web dan perangkat
media massa yang diambil dari internet.
1.5. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab
pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar
belakang, rumusan makalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi
berdasarkan sub-bab yang berkaitan dengan sumber daya data. Terakhir, bab
penutup terdiri atas kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai
naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan
menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan
oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih
kecil.
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut
atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut
bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal.
Efek
sentrifugal
adalah
dorongan
ke
arah
luar
pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
dekat daripada jarak matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan
dua
tonjolan
(bulge) pasang
surut
gravitasional
di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut
antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
2.2. Teori Pasang Surut
a. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac
Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara
3
4
kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya
ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Untuk
memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan
pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumibulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan
kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force)
yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan
dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari.
Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi
dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
b. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan
yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada
kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat
membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstituekonstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP,
kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh
gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (17961825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat
pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya
pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang
periodenya
sebanding
dengan
gaya
pembangkit
pasut.
Karena
terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu
diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut
adalah :
• Kedalaman perairan dan luas perairan
• Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
• Gesekan dasar
5
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan
bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda
membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke
kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan
dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya
juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut,
gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat
mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase
lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier
semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.
2.3. Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
pasang
surut
berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya,
revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari.
Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan,
pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga
terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu
perairan seperti, topogafi dasarlaut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya,
sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki,
1961).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada
jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan
dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
6
deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan
dan matahari (Priyana,1994)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan
terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang
saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang
lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa
bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi.
Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan
bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut
terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang
menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan
permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi
matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih
kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut
selama periode sedikit diatas 24 jam (Priyana,1994)
Sedangkan Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
a) Kedalaman perairan dan luas perairan
b) Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
c) Gesekan dasar
2.4. Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan
respon
yang
berbeda
terhadap
gaya
pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di
sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat
diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal.
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali
surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal.
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang
hampir sama tingginya.
7
3. Pasang surut campuran.
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa
(deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan
mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Sedangkan menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi
menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang
tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka
hingga Laut Andam
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat
berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing
Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan
memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan
Jawa dan Indonesia Bagian Timur
2.5. Arus Pasang Surut
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya
pasang
surut,
diiringi
oleh
gerakan
air
horizontal
yang
disebut
dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap
saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit
seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut (Tidal current).
8
Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai
akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah
berkurangnya.
Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah
akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan
yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut
adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki
karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb.
Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal,
seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi
terhadap aksi dari perairan lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan
gesekan pada dasarlaut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan
turbulensi
vertikal.
menyebabkan
bercampurnya
lapisan
air
bawah
secara
Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah,
pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air
dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah
kontras dari perairan yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara
jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam
kepadatan air pada setiap sisi batas.
Berikut penjelasan arus pasang surut:
a. Pasut semi diurnal atau pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua kali
surut dalam 24 jam), Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24
menit. misalnya di perairan selat Malaka.
b. Pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali pasang dan satu kali surut
dalam 24 jam), Periode pasangsurut adalah 24 jam 50 menit, misalnya di
sekitar selat Karimata
c. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal) terhadap merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua
kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di
Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai utara jawa barat
9
d. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah
ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi
konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam
saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni
Pasang surut memiliki banyak pengaruh bagi kehidupan yang ada di
bumi terutama didaerah yang di pengaruhi oleh arus pasang surut, baik
organime laut maupun manusia manusia. Pasang surut memiliki pengaruh
yang cukup besar bagi aktivitas manusia, karena manfaatnya yang banyak.
2.6. Pengaruh Pasang Surut Terhadap Aktivitas Manusia
Pengaruh pasang surut dengan manusia sangatlah banyak dan erat dapat
kita lihat dari segi manfaatnya.
1. Pembuatan garam
Sebagai mana kita ketahui garam merupakan suatu kebutuhan dapur
yang sangat penting selain itu garam juga bisa dimanfaat kan sebagai
pupuk untuk tanaman . Dengan memanfaatkan pasang surut air laut
seseorang dapat menbuat garam dengan cara tertentu. Yang nantinya bisa
di manfaatkan untuk semua orang.
2. Persawahan Pasang Surut
Persawahan pasang surut merupakan persawahan yang di pengaruhi
oleh air pasang dan surut. Ketika air pasang biasanya digunakan untuk
memasukan air ke lahan persawahan supaya struktur tanah di sawa
tersebut tidak kering meskipun pada saat musim kemarau.
3. Sarana berlabuhnya kapal di dermaga yang dangkal
Air pasang yang tinggi atau besar bisa dimanfaatkan oleh orang-orang
yang membawa kapal besar untuk berlabuh di daerah (dermaga) yang
dangkal, yang biasany tidak terjangkau oleh kapalnya
Karena daerah
tersebut cukup dangkal untu kapalnya.
4. Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPs)Penggerak Generator
Listrik.
Kekuatan arus pasang surut tertentu bisa menjadi sumber tenaga
pembangkit listrik yang bisa di manfaatkan oleh kalangan banyak.
10
5. Sarana transportasi
Pemanfaatan perairan laut sebagai sarana transportasi sudah dikenal
sejak jaman nenek moyang dulu. Mereka memanfaatkan sarana
transportasi laut untuk kepentingan pindah tempat (mencari tempat tinggal
baru), ekonomi dan lain-lain.
2.7. Alat-Alat Pengukur Pasang Surut
Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi
meter.
Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di
lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling
sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian
muka lautatau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya
terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1 .Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih
tergenang oleh air
2. Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada
daerah aliran sungai
(aliran debit air).
3. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang
menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
4. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah
untuk diamati dan dipasang tegak lurus
5. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga
sehingga papan mudah dikaitkan
6. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga
data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
7. Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus
stabil.
8. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan
sampah.
11
2. Tide Gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara
mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur
ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam
komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan
air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan
dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat
ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan
cara rambu pasut.
2. Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide
gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui
perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat
pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga
selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini
jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.
3. Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun
1975 saat
diluncurkannya sistem satelitGeos-3. Pada saat ini secara umum
sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang
yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari
lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata
(MSL) global.
Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi
dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang
sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini,
altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa
gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa
tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali
oleh satelit.
12
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik
altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak
vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas
permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea
Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai
selisih
antara
tinggi satelit dengan
jarak
vertikal.
Variasi
muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena
kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time
series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan
melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya.
2.8.Pasang Surut Di Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan
yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada
di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang,
dan arus laut cukup besar.
Hasil pengukuran tinggi pasang surut di
wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir
daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi.
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran
pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan
batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung
dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk
pola pasang surut yang beragam.
Di Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal)
mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang
surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69
sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya
adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang
surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa.
Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan
Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada
umumnya adalah pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan
13
Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter.
Di Laut Jawa
umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura
yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua
(Diposaptono, 2007).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pasang surut laut adalah glombang yang di bangkitkan oleh interaksi
antara laut matahari dan bulan. Secara fisik pasang surut adalah proses naik
turunya permukaan air. Teori pasang surut : Teori Kesetimbangan
(Equilibrium Theory) dan Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada
jarak matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang
dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu
rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Tipe-tipe pasang surut :
Pasang surut diurnal, pasang surut semi diurnal dan pasang surut campuran.
Pasang surut merupakan suatu fenomena yang sanggat berpengaruh bagi
aktifitas manusia, karena manfatnya yang begitu banyak, seperti Pembuatan
garam, Persawahan Pasang Surut, saran berlabuhnya kapal di dermaga yang
dangkal, Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPs) Penggerak
Generator Listrik dan sebagai tranportasi dan masi banyak yang lainnya.
Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah: Tide Staff dan
tide Guag
14
DAFTAR PUSTAKA

Defant, A. 1958. Ebb And Flow. The Tides of Earth, Air, and Water. The
University of Michigan Press, Michigan.

Diposaptono, S. 2007. Karakteristik Laut Pada Kota Pantai. Direktorat
Bina Pesisir,

Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters.
North-Holland Publishing Company. Amsterdam

Gross, M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc.
Englewood Cliff. New Jersey

King, C. A. M. 1966. An Introduction to Oceanography. McGraw Hill
Book Company, Inc. New York. San Francisco.

Mac Millan, C. D. H. 1966. Tides. American Elsevier Publishing
Company, Inc., New York

Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut.
Ed.

Priyana, 1994. Studi pola Arus Pasang Surut di Teluk Labuhantereng
Lombok. Wyrtki, K. 1961.

Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga
www.dishidros.or.id

Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography,
2th edition. Pergamon Press

www.academia.edu. Andrean Jonathan Edisom. 2015 “Pasang Surut Air
Laut”
https://www.academia.edu/10133700/makalah_pasang_surut_air_laut.html
[Diakses Senin, 16 Maret 2020 Pukul 18:50 Wita]
iii
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Kiki Hariyadi
Tempat dan Tanggal Lahir : Banjarmasin, 16 Juli 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Dahlia Kebun Sayur Rt, 14 No. 36
No. Telp : +6281257028923
Email : [email protected]
Program Studi : Teknik Sipil
NPM : 17640046
Motto Hidup : Spend Your Time With What do You Like!!!
Hobi : Tidur, Menonton Film Dan Membaca Webtoon
Riwayat Pendidikan :
TK : TK Kemala Bhayang Kari (2002 – 2004 )
SD : SDN Mawar 6 (2004 – 2010)
SMP : SMP Negeri 1 Banjarmasin (2010 – 2013)
SMK : SMK Negeri 5 Banjarmasin (Teknik Gambar Bangunan) (2013 – 2016)
Universitas : Universitas Islam Kalimantan MAB (2017 – Sekarang)
iv
Download