PENGAIRAN PASANG SURUT "PENGANTAR PENGAIRAN PASANG SURUT" (TKS – 3608) Dosen Pengajar: ADHI SURYA, ST., MT.,ESP NIDN : 1126058001 Disusun Oleh : KIKI HARIYADI NPM : 17640046 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL BANJARMASIN MARET 2020 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat dan Karunia-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai “Pengantar Pengairan Pasang Surut” sebagai bahan materi pembelajaran mata kuliah. Penyusunan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas agar mahasiswa terlatih guna meningkatkan motifasi belajar mahasiswa. Dalam penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Adhi Surya ST, MT, ESP. selaku dosen pembawa mata kuliah Pengairan Pasang Surut. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membutuhkan, khususnya bagi saya sendiri sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Amin Yaa Robbal ‘Alamiin. Wassalam. Banjarmasin, 16 Maret 2020 Kiki Hariyadi i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................................ I - 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... I - 1 1.3. Tujuan Dan Manfaat ...................................................................................... I - 2 1.4. Metode Penuliasan Makalah .......................................................................... I - 2 1.5. Sistematika Penuliasan Makalah .................................................................... I - 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Pasang Surut ...................................................................................... II - 3 2.2. Teori Pasang Surut ........................................................................................... II - 3 2.3. Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut ..................................................... II - 5 2.4. Tipe Pasang Surut ........................................................................................... II - 6 2.5. Arus Pasang Surut ............................................................................................ II - 7 2.6. Pengaruh Pasang Surut Terhadap Aktivitas Manusia ..................................... II - 9 2.7. Alat-Alat Pengukur Pasang Surut ................................................................... II - 10 2.8. Pasang Surut Di Perairan Indonesia ................................................................. II - 12 BAB III CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... III - 14 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ iii BIODATA PENULIS ................................................................................................ iv ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono, 2007). 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, maka pokok bahasan dalam makalah ini sebagai berikut: 1. Apa definisi dari pasang surut ? 1 2 2. Apa teori yang membahas pasang surut ? 3. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut ? 4. Apa saja tipe-tipe pasang surut? 5. Bagaimana arus pasang surut ? 6. Bagaimana pengaruh pasang surut terhadap aktivitas manusia ? 7. Apa alat yang bisa digunakan untuk mengukur pasang surut? 8. Bagaimana pasang surut di Indonesia ? 1.3. Tujuan Dan Masalah Berdasarkan perumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dan manfaat dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui devenisi dari pasang surut 2. Untuk mengetahui teori yang membahas pasang surut 3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut 4. Untuk mengetahui tipe-tipe pasang surut 5. Untuk mengetahui arus pasang surut 6. Untuk mengetahui pengaruh pasang surut terhadap aktivutas manusia 7. Untuk mengetahui alat yang bisa digunakan untuk mengukur pasang surut 8. Untuk mengetahui pasang surut di Indonesia 1.4. Metode Penulisan Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain seperti e-book, web dan perangkat media massa yang diambil dari internet. 1.5. Sistematika Penulisan Makalah Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan makalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan sub-bab yang berkaitan dengan sumber daya data. Terakhir, bab penutup terdiri atas kesimpulan. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Pasang Surut Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. 2.2. Teori Pasang Surut a. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory) Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara 3 4 kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumibulan dan sistem bumi matahari. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987). b. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory) Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstituekonstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (17961825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah : • Kedalaman perairan dan luas perairan • Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis) • Gesekan dasar 5 Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya. 2.3. Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasarlaut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh 6 deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994) Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit diatas 24 jam (Priyana,1994) Sedangkan Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah : a) Kedalaman perairan dan luas perairan b) Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis) c) Gesekan dasar 2.4. Tipe Pasang Surut Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu : 1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa. 2. Pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya. 7 3. Pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal. Sedangkan menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu : 1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide) Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata 2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andam 3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat. 4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur 2.5. Arus Pasang Surut Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut (Tidal current). 8 Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya. Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas. Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasarlaut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi vertikal. menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas. Berikut penjelasan arus pasang surut: a. Pasut semi diurnal atau pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam), Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. misalnya di perairan selat Malaka. b. Pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali pasang dan satu kali surut dalam 24 jam), Periode pasangsurut adalah 24 jam 50 menit, misalnya di sekitar selat Karimata c. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) terhadap merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai utara jawa barat 9 d. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni Pasang surut memiliki banyak pengaruh bagi kehidupan yang ada di bumi terutama didaerah yang di pengaruhi oleh arus pasang surut, baik organime laut maupun manusia manusia. Pasang surut memiliki pengaruh yang cukup besar bagi aktivitas manusia, karena manfaatnya yang banyak. 2.6. Pengaruh Pasang Surut Terhadap Aktivitas Manusia Pengaruh pasang surut dengan manusia sangatlah banyak dan erat dapat kita lihat dari segi manfaatnya. 1. Pembuatan garam Sebagai mana kita ketahui garam merupakan suatu kebutuhan dapur yang sangat penting selain itu garam juga bisa dimanfaat kan sebagai pupuk untuk tanaman . Dengan memanfaatkan pasang surut air laut seseorang dapat menbuat garam dengan cara tertentu. Yang nantinya bisa di manfaatkan untuk semua orang. 2. Persawahan Pasang Surut Persawahan pasang surut merupakan persawahan yang di pengaruhi oleh air pasang dan surut. Ketika air pasang biasanya digunakan untuk memasukan air ke lahan persawahan supaya struktur tanah di sawa tersebut tidak kering meskipun pada saat musim kemarau. 3. Sarana berlabuhnya kapal di dermaga yang dangkal Air pasang yang tinggi atau besar bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang membawa kapal besar untuk berlabuh di daerah (dermaga) yang dangkal, yang biasany tidak terjangkau oleh kapalnya Karena daerah tersebut cukup dangkal untu kapalnya. 4. Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPs)Penggerak Generator Listrik. Kekuatan arus pasang surut tertentu bisa menjadi sumber tenaga pembangkit listrik yang bisa di manfaatkan oleh kalangan banyak. 10 5. Sarana transportasi Pemanfaatan perairan laut sebagai sarana transportasi sudah dikenal sejak jaman nenek moyang dulu. Mereka memanfaatkan sarana transportasi laut untuk kepentingan pindah tempat (mencari tempat tinggal baru), ekonomi dan lain-lain. 2.7. Alat-Alat Pengukur Pasang Surut Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Tide Staff. Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka lautatau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. Syarat pemasangan papan pasut adalah : 1 .Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air 2. Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air). 3. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur 4. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus 5. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan 6. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi 7. Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil. 8. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah. 11 2. Tide Gauge. Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu : 1. Floating tide gauge (self registering) Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut. 2. Pressure tide gauge (self registering) Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut. 3. Satelit. Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelitGeos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. 12 Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya. 2.8.Pasang Surut Di Perairan Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan 13 Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono, 2007). BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pasang surut laut adalah glombang yang di bangkitkan oleh interaksi antara laut matahari dan bulan. Secara fisik pasang surut adalah proses naik turunya permukaan air. Teori pasang surut : Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory) dan Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory) Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Tipe-tipe pasang surut : Pasang surut diurnal, pasang surut semi diurnal dan pasang surut campuran. Pasang surut merupakan suatu fenomena yang sanggat berpengaruh bagi aktifitas manusia, karena manfatnya yang begitu banyak, seperti Pembuatan garam, Persawahan Pasang Surut, saran berlabuhnya kapal di dermaga yang dangkal, Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPs) Penggerak Generator Listrik dan sebagai tranportasi dan masi banyak yang lainnya. Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah: Tide Staff dan tide Guag 14 DAFTAR PUSTAKA Defant, A. 1958. Ebb And Flow. The Tides of Earth, Air, and Water. The University of Michigan Press, Michigan. Diposaptono, S. 2007. Karakteristik Laut Pada Kota Pantai. Direktorat Bina Pesisir, Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North-Holland Publishing Company. Amsterdam Gross, M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jersey King, C. A. M. 1966. An Introduction to Oceanography. McGraw Hill Book Company, Inc. New York. San Francisco. Mac Millan, C. D. H. 1966. Tides. American Elsevier Publishing Company, Inc., New York Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. Ed. Priyana, 1994. Studi pola Arus Pasang Surut di Teluk Labuhantereng Lombok. Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga www.dishidros.or.id Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography, 2th edition. Pergamon Press www.academia.edu. Andrean Jonathan Edisom. 2015 “Pasang Surut Air Laut” https://www.academia.edu/10133700/makalah_pasang_surut_air_laut.html [Diakses Senin, 16 Maret 2020 Pukul 18:50 Wita] iii BIODATA PENULIS Nama Lengkap : Kiki Hariyadi Tempat dan Tanggal Lahir : Banjarmasin, 16 Juli 1999 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Dahlia Kebun Sayur Rt, 14 No. 36 No. Telp : +6281257028923 Email : [email protected] Program Studi : Teknik Sipil NPM : 17640046 Motto Hidup : Spend Your Time With What do You Like!!! Hobi : Tidur, Menonton Film Dan Membaca Webtoon Riwayat Pendidikan : TK : TK Kemala Bhayang Kari (2002 – 2004 ) SD : SDN Mawar 6 (2004 – 2010) SMP : SMP Negeri 1 Banjarmasin (2010 – 2013) SMK : SMK Negeri 5 Banjarmasin (Teknik Gambar Bangunan) (2013 – 2016) Universitas : Universitas Islam Kalimantan MAB (2017 – Sekarang) iv