Uploaded by User48984

Tugas Individu Manajemen Pencemaran Kuliah 2 (Eva Melyna V - 1806257493)

advertisement
TUGAS MANAJEMEN PENCEMARAN
REVIEW MATERI KULIAH KE-2 (14 Februari 2020)
EVA MELYNA VIRLYA NPM : 1806257493
Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan
(Studi Kasus Perusahaan Minnesota Mining and Manufacturing Company / 3M)
Tanggung jawab lingkungan (Corporation Environmental Responsibility) tidak dapat dipisahkan
dengan konsep tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), sebab pada
intinya tanggung jawab lingkungan perusahaan adalah salah satu bagian dari tanggungjawab social
perusahaan.
Minnesota Mining and Manufacturing Company merupakan perusahaan internasional dalam
bidang kimia yang bermarkas di Maplewood, Minnesota Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan
tahun 1902. Perusahaan yang bernilai 122 miliar dolar AS ini mempekerjakan lebih dari 90.000 orang
di lebih dari 65 negara. Perusahaan adalah produsen zat kimia per-and poly-fluoroalkyl (PFAS)
selama lebih dari 50 tahun. Substansi kimia ini bukan produk alami dan banyak digunakan oleh
perusahaan lain untuk memproduksi lapisan anti-lengket teflon, bungkus makanan kertas yang tahan
minyak, alat-alat kegiatan outdoor, serta busa pemadam kebakaran. Pada 1953, mereka menemukan
produk andalan Scotchgard, yakni cairan penolak air, minyak, dan lemak yang mengandung varian
PFAS: PFOS (Perfluorooctane sulfonate). Sejak saat itu 3M mulai membuang banyak limbah kimia
PFAS beserta variannya dengan cara yang tidak aman. Skandal terbesar perusahaan adalah timbulnya
pencemaran air (danau, air tanah), limbah PFAS itu juga meracuni ikan. Perlu dicatat, PFAS adalah
zat kimia ‘abadi’ yang tidak dapat terurai. Jika terkonsumsi manusia, PFAS akan terakumulasi di
tubuh, utamanya di hati, ginjal dan darah, dan membutuhkan waktu lama untuk dikeluarkan. Namun,
masalahnya, bahkan ketika keluar melalui urine, zat itu tetap tak terurai.
Dengan kejadian tersebut maka 3M menerapkan Produksi Bersih, dalam bentuk Program Pencegahan
Pencemaran / 3P (Pollution Prevention Pays). Program pencegahan pencemaran ini dilakukan oleh
3M secara sukarela (voluntary) sejak tahun 1975 dan merupakan cerminan sikap proaktif yang dianut
oleh perusahaan itu. Hal terpenting dari kebijaksanaan 3M adalah kemampuan dan kemauannya
dalam menggeser paradigma dari pendekatan end-of-pipe ke pendekatan up-the-pipe. Bagi mereka,
cara terbaik mengelola limbah adalah dengan tidak menimbulkan limbah. Program 3P meliputi 4 hal
yaitu : reduksi pencemaran melalui reformulasi produk barang yang dihasilkan (product
reformulation), modifikasi proses (process modification), merancang kembali peralatan yang
digunakan dalam proses produksi (redesigning equipment), penggunaan kembali bahan buangan
(waste recycling). Hal ini sejalan dengan konsep perusahaan 3M, yaitu bahan buangan/pencemar
(pollutants) + pengetahuan (knowledge/technology) = sumberdaya potensial (potential resources), dan
sumberdaya potensial adalah keuntungan potensial (potential profit).
Berbagai langkah dan usaha telah dilakukan untuk mencegah pencemaran baik di negara maju
maupun negara berkembang. Langkah dan usaha dalam tanggung jawab lingkungan di negara
berkembang khususnya Indonesia dijalankan dengan dua regulasi yaitu kebijakan pemerintah dan
kebijakan perusahaan.
Regulasi pemerintah yang telah berjalan antara lain UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (pengganti UU 23/1997, UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian (pengganti UU 5/1994) dimana disebukan mewujudkan industri hijau yaitu industri
yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber
daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk mewujudkan
Industri Hijau, perusahaan industri secara bertahap: membangun komitmen bersama dan menyusun
kebijakan perusahaan untuk pembangunan Industri Hijau, menerapkan kebijakan pembangunan
Industri Hijau, menerapkan sistem manajemen ramah lingkungan, dan mengembangkan jaringan
bisnis dalam rangka memperoleh bahan baku, bahan penolong, dan teknologi ramah lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup, dimana setiap perusahaan wajib untuk menyusun dokumen lingkungan serta PerMen LH
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Salah satu regulasi bagi perusahaan dalam tanggung jawab meminimalisir pencemaran adalah
PROPER. PROPER atau Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
adalah penilaian
kinerja pengelolaan
lingkungan suatu perusahaan yang
memerlukan indikator yang terukur, dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan peran perusahaan
dalam melakukan pengelolaan lingkungan sekaligus menimbulkan efek stimulan dalam pemenuhan
peraturan lingkungan dan nilai tambah terhadap pemeliharaan sumber daya alam, konservasi energi,
dan pengembangan masyarakat. Peringkat kinerja usaha/kegiatan yang terdiri dari Emas apabila
usaha/kegiatan tersebut secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan dalam proses produksi/
jasa, melaksanakan bisnis beretika dan tanggung jawab terhadap masyarakat, Hijau apabila telah
melakukan pengelolaan lingkungan yang lebih dari dipersyaratkan dalam peraturan, Biru apabila telah
melakukan upaya pengelolaan lingkungan sesuai peraturan yang berlaku, Merah apabila upaya
pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan persyaratan dalam peraturan, dan Hitam
apabila usaha/kegiatan sengaja melakukan perbuatan melakukan kelalaian yang mengakibatkan
pencemaran dan kerusakan lingkungan dan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku.
Download