Uploaded by Sandi Asmara

ANI LAPORAN PU

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara kita termasuk negara penghasil minyak atsiri dan minyak ini juga
merupakan komoditi yang menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu pada
tahun-tahun terakhir ini, minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari
pemerintah Indonesia. Sampai saat ini Indonesia baru menghasilkan sembilan
jenis minyak atsiri yaitu: minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam,
minyak akar wangi,minyak pala, minyak kayu putih dan minyak sereh wangi.
Dari sembilan jenis minyak atsiri ini terdapat enam jenis minyak yang paling
menonjol di Indonesia yaitu: minyak pala minyak nilam, minyak cengkeh dan
minyak sereh wangi.
Minyak sereh merupakan komoditi di sektor agribisnis yang memiliki pasaran
bagus dan berdaya saing kuat di pasaran luar negeri. Tetapi tanaman sereh ini
tampaknya masih banyak yang belum digarap untuk siap diinvestasi. Sebagai
contoh tanaman sereh wangi, tanaman penghasil minyak atsiri yang dalam
perdagangan dikenal dengan nama "ei tronella oil". Nama ini masih asing bagi
sebagian orang, sebab hampir sepuluh tahun lebih sereh wangi luput dari
perbincangan dan perhatian orang (Anonimous, 2004).
2
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa pada saat sekarang ini minyak sereh wangi
mempunyai harga pasaran yang tinggi sesudah minyak pala dan minyak lada. Hal
ini tentu akan melipat gandakan penghasilan petani. Hanya masalahnya sekarang
adalah masih banyak para petani sereh wangi yang melakukan penyulingan hanya
secara tradisionil saja. Sehingga untuk mendapatkan rendemen yang tinggi serta
kwalitas minyak yang dikehendaki konsuwen tidak terpenuhi.Dibalik harga yang
tinggi dari minyak sereh wangi itu, minyak ini sangat sulit dicari dalam jumlah
yang banyak, artinya dapat menghasilkan rendemen yang tinggi serta memenuhi
kwalitas ekspor.( Djati Waluyo Djoar, Panut Sahari, dan Sugiyono.2011)
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah
menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan
bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami.
Para ahli biologi menganggap, Minyak Atsiri merupakan metabolit sekunder yang
biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh
hewan(hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat
alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang
juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan
yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan
sebagai Minyak Atsiri.
Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1)
pengempaan (pressing), (2) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction),
3
dan (3) penyulingan (distillation). Penyulingan merupakan metode yang paling
banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan dilakukan
dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang
diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh
dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.
1.2 Tujuan Praktik Umum
Tujuan dari Praktik Umum ini adalah:
a. Mengetahui proses pengolahan minyak atsiri dari tanaman sereh wangi
b. Mengetahui pemanfaatan minyak atsiri sereh wangi
c. Mengetahui kinerja minyak atsiri sereh wangi
1.3 Waktu dan Tempat Praktik Umum
Praktik Umum ini telah dilaksanakan selama 30 hari kerja mulai dari tanggal 9
Juli 2017 hingga 9 Agustus 2018 di Balai Penelitian Tanaman Industri dan
Penyegar (Balittri) Sukabumi, Jawa Barat.
1.4 Metode Pelaksanaan Praktik Umum
Pelaksanaan Praktik Umum ini dilakukan dengan cara Pengumpulan data, Studi
Pustaka, Praktik Lapang, Konsultasi, Diskusi, dan Pembuatan Laporan.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data tentang Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITTRI).
4
b. Studi Pustaka
Melakukan perbandingan antara hasil kegiatan di lapang serta literatur yang ada di
lapang dengan literatur lain dan teori yang telah diberikan pada saat kuliah.
Ditujukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan proses
penyulingan minyak serai wangi di Balai Penelitian Tanaman Industri dan
Penyegar (BALITTRI).
c. Praktik Lapang.
Melakukan magang dengan praktik di lapang di bawah pengawasan dan
bimbingan pembimbing lapang, yakni dengan melakukan penyiapan bahan baku
sampai menghasilkan minyak serai wangi.
d. Konsultasi
Konsultasi dilakukan dengan pembimbing lapang dan karyawan-karyawan di
lingkungan Praktik Umum untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang
terkait untuk mendukung kegiatan praktik umum khususnya tentang proses
penyulingan minyak serai wangi.
e. Diskusi
Diskusi dilaksanakan dengan pembimbing untuk mendapatkan kelengkapan data,
informasi,dan koreksi draft yang digunakan sebagai bahan pembuatan laporan
Praktik Umum.
5
f. Pembuatan Laporan
Penulisan laporan diawali dengan membuat laporan sementara dan menyusun
draft untuk laporan akhir yang dilakukan di lokasi Praktik Umum dengan
bimbingan pembimbing lapang.
6
II. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM BALAI PENELITIAN
TANAMAN INDUSTRI DAN PENYEGAR (BALITTRI)
2.1. Sejarah dan Perkembangan Balai Penelitian Tanaman Industri dan
Penyegar.
Balai Penelitian Tanaman lndustri dan Penyegar (Balittri) terletak di Jalan Raya
Pakuwon km 2, Parungkuda Sukabumi.Sejarah perjalanan Balittri dimulai pada
tahun 1975.Pakuwon merupakan wilayah administrasi dari kebun PTP XI yang
diserahkan ke Badan Litbang Pertanian untuk dijadikan sebagai tempat percobaan
dan merupakan salah satu unit kerja Balai Penelitian Tanaman Industri.Pada tahun
1976 didirikanlah Kebun Induk Kelapa Hibrida (KIKH) yang merupakan bagian
dari kebun percobaan Pakuwon.
Sehubungan dengan adanya keputusan Menteri Pertanian tahun 1980 dengan
No.861/KPT/ORG/OT.210/8/80 kemudian kebun percobaan tersebut mengalami
perubahan dan peningkatan status menjadi Sub Balai Penelitian Tanaman Industri
dan Penyegar. Pada tanggal 18 Agustus 1984 kembali berganti nama menjadi Sub
Balai Penelitian Kelapa Pakuwon berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian N
o.613/KPT/OT.2110/8/84.
Tabel 1.Perubahan nama Balittri
7
No
Tahun
Perubahan Nama
1.
1975
2.
1976
3.
1980
Sub Balai PenelitianTanarnan lndustri Pakuwon
4.
1984
Sub Balai Penelitian Kelapa Pakuwon
5.
1994
Loka Penelitian Pola Tanam Kelapa, Departemen Pertanian
6.
1998
7.
2000
8.
2006
9.
2011
Afdeling Pakuwon PTP XI
Kebun Percobaan Pakuwon, Lembaga Penelitian Tanaman
lndustri (LPTI)
Loka Penelitian Pola Tanam Kelapa, Departemen Kehutanan
dan Perkebunan
Loka PenelitianTanaman Sela Perkebunan
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman
lndustri (Balittri)
Balai Penelitian Tanaman lndustri dan Penyegar (Balittri).
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Tahun 2011
Perkembangan instansi ini terus berlanjut sehingga pada tahun 1994 berubah
nama menjadi Loka Penelitian Pola Tanam Kelapa akan dijadikan sebagai Unit
Pelaksana Teknis di bawah pusat Litbang, tanaman industri beralih dari
Departemen Pertanian. Dengan adanya perubahan kebijakan dari presiden
No.289/M tahun 2000,instansi ini kembali bergabung ke dalam lingkungan
Departemen Pertanian, dan pada tanggal 1 Maret 2006 munculah keputusan
Menteri Pertanian No.14/Permentan/OT.140/3/2006 yang merupakan Loka
Tanaman Sela Perkebunan berganti nama menjadi Balai Penelitian Tanaman
8
Industri dan Aneka Tanaman Rempah. Perkembangan terakhir yaitu dibentuk
berdasarkan SK Menteri Pertanian No.65/Permentan /OT.140/10/2011 tanggal 12
Oktober 2011 yang merupakan transformasi dari Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Aneka Tanaman lndustri (Balittri) karena adanya perubahan
mandatkomoditas. Saat ini, Balittri mempunyai mandat melaksanakan penelitian
tanaman industri dan penyegar (karet, kopi, kakao, teh, makadamia, melinjo,
tamarin, kola, iles-iles, dan kemiri sayur).Sejarah perjalanan Balittri dimulai dari
Afdeling Pakuwon PTP XI – Balittri yang dijelaskan pada Tabel 1 diatas.
2.2. Visi dan Misi
Visi Balittri yaitu Menjadi institusi penelitian berkelas dunia yang menghasilkan
inovasi teknologi unggul tanaman industri dan penyegar untuk mewujudkan
perkebunan moderen berbasis sumber daya lokal.
Balittri memiliki misi untukmenghasilkan inovasi teknologi unggulan tanaman
industri dan penyegar, meningkatkan kualitas dan optimalisasi sumberdaya
penelitian tanaman industri dan penyegar, mengembangkan jaringan dan
meningkatkan kerjasama iptek di tingkat nasional dan internasional.
2.3.Struktur Organisasi
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 65/Pementan/OT.140/10/2011, tanggal 12
Oktober 2011 secara struktural Balittri merupakan lembaga penelitian eselon IIIA
9
di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Dalam pelaksanaan penelitian,
Kepala Balai dibantu oleh fungsional peneliti, yang terdiri dari tiga kelompok peneliti
(kelti), yaitu kelti plasma nutfah, pemuliaan, dan bioteknologi; kelti ekofisiologi dan
teknologi benih; serta kelti proteksi tanaman.
Berikut adalah susunan organisasi Balittri :
1. Kepala Balai
: Ir. Syafaruddin, Ph.D.
2. Kasubbag Tata Usaha
: Cecep Firman, SP.
3. Kasi Pelayanan Teknis dan Jasa Penelitian : Dr. Ir. Samsudin, M.Si
4. Koordinator Program
: Ir. Edi Wardiana, M.Si.
5. Ketua Kelti Plasma Nutfah, Pemuliaan,
Dan Bioteknologi
: Dr. Budi Martono, M.Si.
6. Ketua Kelti Ekofisiologi dan
Teknologi Benih
: Ir. Juniaty Towaha
7. Ketua Kelti Proteksi Tanaman
: Ir. Gusti Indriati, M.Si
2.4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana sangat membantu serta harus memiliki tugas dan fungsinya
masing-masing dalam melaksanakan sarana penelitian yang memadai, beberapa
sarana dan prasarana di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar terdiri dari
kebun percobaan, laboratorium, dan perpustakaan.
10
2.4.1. Kebun Percobaan
A. Kebun Percobaan Pakuwon
Kebun Percobaan (KP) terletak di Sukabumi (KP Pakuwon), Cianjur (KP Gunung
Putri, dan Lampung Utara (KP. Cahaya Negeri). KP Pakuwon rnemiliki luas 154,6
ha, ketinggian tempat 450 m dpl, tipe iklim 81 (Oldeman) dan jenis tanah latosol. KP
Pakuwon difungsikan sebagai (i) koleksi plasma nutfah karet, kopi, dan kakao; (ii)
penelitian karet, kopi, dan kakao; (iii) show window teknologi karet, kopi, dan kakao;
(iv) unit pengelolaan benih sumber karet, kopi, dan kakao; serta (v) sarana pelatihan
dan magang teknologi karet, kopi, dan kakao.
Gambar 1.Kantor Kebun Percobaan Pakuwon
B. Kebun Percobaan Cahaya Negeri
Kebun Percobaan Cahaya Negeri memiliki luas 30 ha, ketinggian tempat 225 m dpl,
tipe iklim C (Oldeman), dan jenis tanah podsolik.Kebun ini difungsikan sebagai (i)
koleksi plasma nutfah karet, kopi dan kakao; (ii) penelitian karet, kopi dan kakao; (iii)
unit pengelolaan benih sumber karet, kopi dan kakao, (iv) show window teknologi
11
karet, kopi dan kakao, serta (v) sarana pelatihan dan magang teknologi karet, kopi
dan kakao. KP.Cahaya Negeri diarahkan sebagai rujukan pengembagan teknologi
tanaman karet, kopi, dan kakao di wilayah Sumatera.
Gambar 2.Kantor Kebun Percobaan Cahaya Negeri
C. Kebun Percobaan Gunung Putri
Kebun Percobaan Gunung Puteri memiliki luas 5 ha, berada pada ketinggian 1.450 m
dpl. Kebun ini difungsikan sebagai (i) koleksi plasma nutfah kopi arabika dan teh, (ii)
penelitian kopi arabika dan teh, (iii) unit pengelolaan benih sumber kopi dan teh, serta
(iv) sarana pelatihan dan magang teknologi kopi dan teh.
Gambar 3.Kantor Kebun Percobaan Gunung Putri
12
2.4.2. Laboratorium
Beberapa Laboratorium yang terdapat di Balai Penelitian Tanaman Industri dan
Penyegar terdiri dari Laboratorium Terpadu, Laboratorium Molekuler dan Kultur
Jaringan, Laboratorium Tanah dan Tanaman, Laboratorium Proteksi Tanaman, dan
Laboratorium Bioindustri. Semua laboratorium tersebut berada di lingkungan Balittri
yang digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian dan pengujian.
A. Laboratorium Terpadu
Laboratorium Terpadu berdiri pada tahun 2014 dimaksudkan untuk mengakomodir
dan mewadahi ketiga laboratorium di lingkup Balittri yang didukung beberapa
fasilitas seperti Realtime PCR, AAS, dan lain-lain.
Gambar 4.Laboratorium Terpadu
13
B. Laboratorium Molekuler dan Kultur Jaringan
Laboratorium molekuler dan kultur jaringan merupakan sarana untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan penelitian komoditas karet, kopi, kakao, dan teh. Kegiatan yang
dilakukan dalam laboratorium ini antara lain penelitian penanda molekuler,
sitogenetika, dan embriogenesis somatik.
Gambar 5. Laboratorium Molekuler dan Kultur Jaringan
C. Laboratorium Tanah dan Tanaman
Laboratorium tanah dan tanaman merupakan sarana untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan analisis kimia tanah, fisiologi tanaman, uji kualitas pupuk (organik dan
anorganik), dan analisis fisika tanah.
14
Gambar 6. Laboratorium Tanah dan Tanaman
D. Laboratorium Proteksi Tanaman
Laboratorium proteksi tanaman merupakan sarana untuk mendukung pelaksanaan
penelitian hama dan penyakit tanaman, serta formulasi pestisida nabati dan agensi
hayati untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman karet, kopi, kakao, dan teh.
Gambar 6.Laboratorium Proteksi Tanaman
15
E. Laboratorium Bioindustri
Laboratorium Bioindustri dilengkapi dengan peralatan penanganan dan pengolahan
kopi dan kakao.Fasilitas yang tersedia memiliki kapasitas pengolahan skala
laboratorium maupun skala industri kecil untuk meningkatkan nilai tambah produk
kopi dan kakao. Laboratorium bioindustri ini ditunjang dengan rnodel laboratorium
lapang bioindustri sebagai show window inovasi teknologi kopi dan kakao yang
terintegrasi dan ramah lingkungan. Model laboratorium lapang ini dikembangkan
dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan melalui berbagai jenis pola tanam
dengan tanaman produktif, integrasi dengan ternak karnbing dan sapi, serta
pengolahan produk utama dengan konsep zero waste.
Gambar 7. Laboratorium Bioindustri
16
2.4.3. Greenhouse
Greenhouse di Balittri di gunakan sebagai rumah tanaman dan juga sebagai tempat
penelitian para peneliti di Ballittri.Biasanya di gunakan sebagai tempat penyemain
benih dan bibit tanaman penyegar dan industri.
Gambar 8.Green House
2.4.4. Perpustakaan
Pengelolaan perpustakaan Balittri menerapkan teknologi informasi.Koleksi informasi
perpustakaan Balittri berupa koleksi tercetak, digital maupun daring.Koleksi tercetak
meliputi buku, jurnal, laporan kegiatan balai, dan sebagainya.Khusus untuk publikasi
Balittri dan Badan Litbang pada umumnya, pengguna perpustakaan bisa
memanfaatkan layanan penelusuran informasi terkomputerisasi dan mengakses artikel
17
lengkap, baik secara offline melalui koleksi digital perpustakaan ataupun online di
http://digilib.litbang.pertanian.go.id/v2/home/institusi/Balittri.
Gambar 9.Perpustakaan Balittri
Layanan perpustakaan meliputi:
a.Keanggotaan
Keanggotaan perpustakaan bersifat tertutup, hanya untuk karyawan dan karyawati
Balittri. Namun demikian, pengguna dari luar bisa memanfaatkan layanan fotocopy
untuk koleksi tercetak.
b.OPAC (open access catalogue)
Untuk keperluan penelusuran informasi, perpustakaan Balittri sudah dilengkapi
dengan fasilitas OPAC, dimana pengunjung bisa menggunakan katalog
terkomputerisasi untuk menelusuri informasi yang dibutuhkan.
18
2.5.Sumber Daya Manusia
Dukungan SDM yang handal dan profesional sangat menentukan kinerja institusi.
Keseluruhan SDM Balittri berjumlah 102 orang yang terdiri dari 3 pejabat struktural,
37 orang peneliti, 20 orang teknisi litkayasa, 1 orang arsiparis, 1 orang pustakawan, 1
orang analis kepegawaian, 34 orang fungsional umum, 5 orang calon peneliti, dan 2
orang pengelola laboratorium. Ditinjau dari sisi pendidikan, 8 orang doktor (S3), 15
orang magister (S2), 28 orang bergelar sarjana (S1), 4 orang diploma, 35 orang
SLTA, 4 orang SLTP, dan 8 orang SD.
2.6.Standar Acuan
Pelaksanaan pemeriksaan dan analisis yang dilakukan Balittri berdasarkan ketentuan
persyaratan nasional dan internasional, antara lain International Soil Refrence and
Information Centre (ISRIC), American of Offical Analytical Chemistry (AOAC),
Standar Nasional Indonesia (SNI), Soil Survey Laboratory Methods Manual.
19
III.HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1.Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan praktik umum ini adalah melakukan proses pengolahan serai
wangi melalui proses awal yaitu pemanenan serai wangi secara manual hingga di
proses. Fokus kegiatan ini adalah mengetahui perbedaan kualitas terhadap lama
pelayuan bahan baku. Proses kegiatan yang dilakukan adalah pemanenan, ,
pengumpulan bahan baku, penimbangan, persiapan penyulingan, proses penyulingan,
keluarnya minyak dan pemisahan minyak.
3.1.1 Pemanenan
Tanaman serai wangi dipanen pada umur sekitar 6 bulan (panen pertama) dengan
memotong bagian pangkal daunnya. Pemotongan yang terlalu rendah akan
menurunkan rendemen minyak, karena bagian batang (batang semu) hampir tidak
mengandung minyak. Panen berikutnya setiap 3 bulan. Daun harus dipisahkan dari
bahan lain, seperti rumput yang terbawa saat panen.
20
Gambar 11 pemanenan serai wangi
3.1.2 Pengumpulan Bahan Baku
Setelah dilakukannya pemanen dilanjutkan pengumpulan bahan baku, semua hasil
panen dikumpulkan disatu tempat selama pemanenan berlangsung. Semua serai
terkumpul lalu diangkut menggunakan kendaraan truk yang bermuatan 1 ton daun
serai.
Gambar 12 pengumpulan bahan baku serai wangi
21
3.1.3 Penimbangan
Dilakukan penimbangan seberapa banyak bahan baku yang akan disuling ,
penimbangan dilakukan secara manual dengan menimbang perikat daun serai.
Gambar 13 bobot serai wangi
3.1.4 Persiapan Penyulingan
Dengan memasukka daun serai kedalam tangki yang bermuatan 1 ton secara manual
dengan cara dipadatkan dengan menginjak-injak daun serai. Selama pemadatan
proses pembakaran dimulai menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan bakar.
Kemudian tangki ditutup selama proeses penyulingan.
22
Gambar 14 persiapan penyulingan dengan memasukan bahan baku
3.1.5 Proses Penyulingan
Penyulingan minyak serai wangi yang dilakukan di BALITTRI ini dengan cara
dikukus. Bagian utama dari alat penyuling secara dikukus yaitu tungku api, ketel
penyuling, kondensor (pendingin), dan penampung/pemisah minyak. Proses
pengambilan minyak dari daun serai wangi dengan bantuan air, dimana minyak dan
air tidak tercampur. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 4 jam sampai benarbenar minyak dan air tidak keluar lagi.
23
Gambar 15.dilakukkannya penutupan tungku
3.1.6 Hasil Penyulingan
Dari proses penyulingan serai wangi didapatkan air yang didalamnya terdapat minyak
atsiri. Untuk mendapatkan minyak atsiri dilakukan penyaringan dengan menggunakan
kertas saring. Cara mengambil hasil penyulingan yaitu mengambil air yang tercampur
minyak tersebut menggunakan centong lalu masukkan kedalam corong yang
diatasnya ditaruh kertas saring. Goyangkan centong perlahan supaya minyak cepat
terpisah dengan sendiri.
Gambar 16 mengambil air yang terdapat minyak didalamnya
24
Gambar.17 pemisahan antara minyak dan air menggunakan kertas saring
3.1.7 Hasil minyak
Setelah minyak terpisahkan dari air langsung dikumpulkan kedalam derigen untuk
dijual dengan harga Rp. 240.000,00 per liter.
3.2 PEMBAHASAN
Perlakuan 1 : (PANEN  SULING)
Perlakuan 2 : (PANEN  LAYU 1 HARI  SULING)
Perlakuan 3 : (PANEN  LAYU 2 HARI  SULING
25
Tabel 2. Penyulingan minyak serai wangi
PERLAKUAN
BOBOT BAHAN BAKU
RENDEMEN
KAYU BAKAR
1
689,5 kg
4070 ml
221 kg
2
689,5 kg
2792 ml
164 kg
3
689,5 kg
4570 ml
221,5 kg
3.2.1 Data Penyulingan Perlakuan 1
Tabel 3. Data suhu ketel perlakuan 1
Wak
tu
Suhu
Tungku
Ketel
Tutu
p
Kon
dens
or
Suh
u air
teka
nan
0
20
1
0
53,2
2
0
29,6
3
0
27,6
1
0
32,8
2
0
30,2
3
0
28
-
-
20
0
0
40
70,2
30,6
28,2
37,2
31,4
29,2
-
30,4
40
0
60
77,4
31,6
28,8
45,2
40,8
31,6
-
32,2
46
0
80
87,6
32,8
29,6
52,4
44,6
34,8
-
30,4
67
0
100
83,2
33,2
30,2
77,2
56,4
50,8
-
30,8
91
0
120
140
160
180
200
220
240
120,6
111,4
115,2
114,2
120,8
132,2
120,6
35
36
36,2
36,8
39,2
38,4
38,4
31,2
32,2
32,2
33,2
33,8
33,6
34,2
81,4
86,2
75,8
90,6
90
86,4
85,2
66
73,8
74
81,6
74,4
77,2
73,6
53,8
56,4
60,2
62,6
62,2
61,6
61,6
67,4
73,4
76,4
75,8
76,4
77,8
75,6
48,4
40,4
48,4
52
53,6
56,6
50,6
95
98
105
107
109
105
110
0
0
0
0
0
0
0
26
Tabel 4. Data suhu kolam perlakuan 1
Waktu
Suhu Atas
Suhu Bawah
0
0
0
20
23
24
40
24
24
60
24
24
80
24
24
100
24
24
120
27
26
140
27
26
160
30
27
180
35
29
200
38
29
220
45
32
240
45
36
Laju Perlakuan 1
8
6
4
Laju
2
0
-2
0
100
200
300
Gambar 18.Grafik laju destilat sereh wangi perlakuan 1
27
Tabel 5. Data laju destilat pada perlakuan 1
Waktu
Laju
0”
0
20”
0
40”
0
60”
0
80”
0
100”
6 detik
120”
5 detik
140”
6 detik
160”
1.94 detik
180”
1.58 detik
200”
2.06 detik
220”
1.63 detik
240”
1.63 detik
Jumlah minyak Perlakuan1
1500
1000
500
Jumlah
0
0
100
200
300
-500
Gambar 19.Grafik jumlah minyak serai wangi perlakuan 1
28
Tabel 6. Data laju minyak pada perlakuan 1
Waktu
Jumlah
0”
0
20”
0
40”
0
60”
0
80”
0
100”
0
120”
0
140”
720 ml
160”
900 ml
180”
1100 ml
200”
790 ml
220”
260 ml
240”
300 ml
29
3.2.2 Data Penyulingan Perlakuan 2
Tabel 7. Data suhu ketel pada perlakuan 2
Wak
tu
Tungku
2
3
1
Suhu
Ketel
2
0
20
0
45,2
0
37,4
0
34,8
0
33,2
0
32,8
0
30,4
0
-
Kon
dens
or
0
31,6
40
71
38,8
34,4
36,6
33,8
37,4
-
31,8
52
0
60
76,4
39,4
36
56,8
37,6
46,2
34,6
32
63
0
80
86,2
39,4
36,4
75,2
73,4
69,6
47,4
37,4
93
0
100
97,2
40
36,6
77,8
66,2
68,8
73,4
40,4
92
0
120
98,2
41,2
37,6
78,8
74,2
70,2
74,6
42,6
92
0
140
109,6
41,2
38
79,6
72,8
52,3
73,4
44,4
92
0
160
124,4
43,2
39,4
80,8
72,6
64,6
73,6
48,4
90
0
180
118,6
45,8
40
76,6
73
61,6
69,6
48,2
93
0
200
137,8
47,8
40,3
80,4
74,2
57,8
72,4
48,6
94
0
220
152,6
44,6
40,2
82,4
76,6
67,2
73,8
47,8
95
0
240
130,2
46,4
41,2
77,2
73,6
68,4
78,2
48,6
93
0
1
3
Tutu
p
Su
hu
air
35
44
Te
kan
an
0
0
Tabel 8. Data suhu kolam pada perlakuan 2
Waktu
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
Suhu Atas
30
31
31
31
31
32
36
39
42
45
48
52
44
Suhu Bawah
28
29
29
30
30
31
31
32
34
34
35
36
41
30
Tabel 9.Data Laju Destilat pada perlakuan 2
Waktu
Laju
0”
0
20”
0
40”
0
60”
0
80”
0
100”
10.13 detik
120”
12.7 detik
140”
5.51 detik
160”
9.42 detik
180”
12.59 detik
200”
2.68 detik
220”
5.88 detik
240”
8.6 detik
Laju Perlakuan 2
15
10
5
Laju
0
0
100
200
300
-5
Gambar 20.Grafik laju destilat serai wangi perlakuan 2
31
Tabel 10. Data Laju Minyak Pada Perlakuan 2
Waktu
Jumlah
0”
0
20”
0
40”
0
60”
0
80”
0
100”
0
120”
530 ml
140”
422 ml
160”
620 ml
180”
200 ml
200”
110 ml
220”
700 ml
240”
200 ml
260”
10 ml
Jumlah minyak Perlakuan2
800
600
400
Jumlah
200
0
-200 0
100
200
300
Gambar 21.Grafik jumlah minyak serai wangi perlakuan 2
32
3.2.3 Data Penyulingan Perlakuan 3
Tabel 11. Data Suhu Ketel Pada Perlakuan 3
Wak
tu
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
1
Tungku
2
3
1
0
169,6
122,6
106,2
87,8
108,8
101
106
121,8
117,6
128
118,2
121,6
125,2
0
37
36,8
36,8
37,4
36,6
37,8
39,6
40,8
41,8
42,6
43,6
43,6
43,6
0
34,4
34,8
34,8
35,6
35,6
35,8
36,6
38,2
38,4
39,2
39,2
40,4
43,8
0
46,2
47,4
51,6
78,8
74,8
78,8
78
80,4
80,2
80,2
80,4
82,2
80
Suhu
Ketel
2
3
Tutu
p
Kond
ensor
0
32,2
32,6
34,8
69,4
62,2
64,6
68
66,8
74,2
74,6
75,4
45,4
76,8
35,8
70,8
70,6
73,8
76,6
72,4
77,6
77,2
79,2
31,6
31,8
30,8
30,4
33,2
45
44,2
40,8
48,6
46,4
50,6
49,4
48
0
30,8
33
37,4
51,6
50,6
53,8
55,4
56,4
68,2
70,8
71,8
68,6
71,4
Suh
u
Air
33
36
49
60
92
92
93
93
93
94
95
96
98
97
Tabel 12.Data Suhu Kolam Pada Perlakuan 3
Waktu
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
Suhu Atas
0
32
33
32
32
32
33
42
48
51
56
58
62
69
Suhu Bawah
0
34
34
33
33
33
34
38
39
41
40
40
41
40
Te
kan
an
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
Tabel 13.Data Laju Destilat Pada Perlakuan 3
Waktu
Laju
0”
0
20”
0
40”
0
60”
0
80”
0
100”
34.19 detik
120”
9.62 detik
140”
5.18 detik
160”
9.67 detik
180”
9.95 detik
200”
11.69 detik
220”
9.18 detik
240”
6.58 detik
260”
6.83 detik
Laju Perlakuan 3
40
30
20
Laju
10
0
-10
0
100
200
300
Gambar 22.Grafik laju destilat serai wangi perlakuan 3
34
Tabel 14.Data Laju Minyak Pada Perlakuan 3
Waktu
Jumlah
0”
0
20”
0
40”
0
60”
0
80”
0
100”
430 ml
120”
1420 ml
140”
940 ml
160”
290 ml
180”
260 ml
200”
660 ml
220”
280 ml
240”
140 ml
260”
150 ml
Jumlah minyak Perlakuan3
1500
1000
500
Jumlah
0
0
100
200
300
-500
Gambar 23.Grafik jumlah minyak serai wangi perlakuan 3
35
Dari hasil penyulingan yang telah dilakukan didapat rendemen minyak atsiri yang
bervariasi, tergantung dari komposisi bahan dan lama penyulingan. Rendemen
terendah diperoleh dari perlakuan 1 sebesar 2792ml selama penyulingan 260 menit.
Rendemen tertinggi didapatkan dari perlakuan 3 sebesar 4570ml dengan lama
penyulingan 260 menit.
3.2.4 Warna
Warna merupakan salah satu karakteristik fisik yang menjadi parameter kualitas
minyak atsiri yang dihasilkan. Perbedaan warna dapat dilihat seara visual,
dipengaruhi oleh faktor suhu; suhu tinggi mepengaruhi warna minyak menjadi lebih
kekuningan, semakin tinggi suhu menyebabkan warna kuning pada minyak. Lamanya
penyulingan juga menyebabkan hasil minyak menjadi kekuningan.
Gambar 24.berat hasil perlakuan 1
36
Gambar 25.berat hasil perlakuan 2
Gambar 26.berat hasil perlakuan 3
37
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegitan penyulingan minyak serai wangi di Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, ialah:
1. Proses kegiatan yang dilakukan adalah pemanenan, , pengumpulan bahan baku,
penimbangan, persiapan penyulingan, proses penyulingan, keluarnya minyak dan
pemisahan minyak.
2. Dengan bobot bahan baku yan sama setiap perlakuannya yaitu sebear 689.5 kg
memperoleh perlakuan 1 panen langsung penyulingan menghasilkan berat
minyak sebesar 22792ml, perlakuan 2 penen dilayukan selama sau hari kemudian
penyulingan menghasilkan berat minyak sebesar 4070ml, dan pada perlakuan 3
panen yang dilayukan selama 2hari kemudian dilakukan penyulingan
menghasilkan berat minyak sebanyak 4570ml.
3. Terdapat rendemen minyak atsiri yang bervariasi, tergantung dari komposisi
bahan dan lama penyulingan. Rendemen terendah diperoleh dari perlakuan 1
sebesar 2792ml selama penyulingan 260 menit. Rendemen tertinggi didapatkan
dari perlakuan 3 sebesar 4570ml dengan lama penyulingan 260 menit.
4.2 Saran
38
Saran untuk kegiatan praktik umum kedepannya adalah pengelolaan yang baik
tentang masalah proses penyulingan dari mulai kedatangan bahan baku daun sereh
wangi, cara memasukan ke dalam ketel, proses pemadatan daun sereh wangi yang
akan dikukus, pemakaian alat K3, penyimpanan/gudang sisa proses pengukusan
sehingga tidak mudah terjadi kebakaran, proses pembakaran yang harus diperhatikan,
luas lahan yang ideal untuk tempat penyulingan, adanya tempat istirahat untuk
pegawai, proses pengelolaan air untuk mendinginkan proses penyulingan. Selain itu
diperlukan studi banding ke luar Jawa atau tempat yang lainnya untuk melihat proses
pengelolaan yang lebih baik.
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2004. Pola Budidaya untuk Peningkatan Produktifitas dan Mutu Minyak
Nilam (Pogostemon cablin Benth). Vol. XVI, No.2. Perkembangan
Teknologi TRO.
Balittri, 2011, Sejarah Balittri, (http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/profil/
sejarah). Diakses pada tanggal 14 November 2018.
Djati Waluyo Djoar, Panut Sahari, dan Sugiyono.2011. Studi Morfologi dan Analisis
Korelasi Antar Karakter Komponen hasil Tanaman Sereh Wangi
(Cymbopogon sp.), Fakultas Pertanian UNS, Surakarta.
Nasution, A. 2014.Pemanfaatan Potensi Lokal Desa Tanjung Wangi Kecamatan
Cicalengka melalui wirausaha Sereh Wangi. Prosiding Hibah Pengabdian
Kepada Masyarakat (PKM). Bandung: Universitas Islam Bandung.
Download