Uploaded by User48629

tipe pltn

advertisement
BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR
RINGKASAN
Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan
(Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER), Reaktor Air Didih
(Boiling Water Reactor, BWR), Reaktor Air Berat Pipa Tekan (CANDU), Reaktor Air Berat
Pembangkit Uap (Steam Generating Heavy Water Reactor, SGHWR), Reaktor Pendingin
Gas (Gas Cooled Reactor, GCR), Reaktor Gas Maju (Advanced Gas Reactor, AGR),
Reaktor Gas Suhu Tinggi (High Temperatur Gas Reactor, HTGR), Reaktor Moderator
Grafit Pendingin Air Didih (RBMK), Reaktor Pembiak Cepat (Fast Breeder Reactor, FBR).
URAIAN
1. Prinsip Kerja PLTN
Perbedaan cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan pembangkit listrik tenaga
nuklir (PLTN) ditunjukkan pada Gambar di bawah Pada PLTU, di dalam ketel uap (boiler)
minyak atau batu bara dibakar untuk membangkitkan uap dengan temperatur dan tekanan
tinggi, kemudian uap ini disalurkan ke turbin untuk membangkitkan tenaga listrik. Dalam hal
pembangkitan listrik, PLTU dan PLTN mempunyai prinsip yang sama. Panas yang dihasilkan
digunakan untuk membangkitkan uap dan kemudian uap disalurkan ke turbin untuk
membangkitkan listrik. Yang berbeda dari kedua tipe pembangkit listrik ini adalah mesin
pembangkit uapnya, yang satu berupa ketel uap dan yang lainnya berupa reaktor nuklir.
Dalam reaktor nuklir PLTN, reaksi fisi berantai dipertahankan kontinuitasnya dalam bahan
bakar sehingga bahan bakar menjadi panas. Panas ini kemudian ditransfer ke pendingin
reaktor yang kemudian secara langsung atau tak langsung digunakan untuk membangkitkan
uap. Pembangkitan uap langsung dilakukan dengan membuat pendingin reaktor (biasanya air
biasa, H2O) mendidih dan menghasilkan uap. Pada pembangkitan uap tak langsung,
pendingin reaktor (disebut pendingin primer) yang menerima panas dari bahan bakar
disalurkan melalui pipa ke perangkat pembangkit uap. Pendingin primer ini kemudian
memberikan panas (menembus media dinding pipa) ke pendingin sekunder (air biasa) yang
berada di luar pipa perangkat pembangkit uap untuk kemudian panas tersebut mendidihkan
pendingin sekunder dan membangkitkan uap.
2. Tipe Reaktor PLTN
Beberapa tipe reaktor nuklir serta jenis bahan moderator dan pendingin yang digunakan
diperlihatkan pada Tabel di bawah Pada umumnya tipe reaktor nuklir dalam PLTN dibedakan
berdasarkan komposisi dan konstruksi dari bahan moderator neutron dan bahan pendingin
yang digunakan sehingga digunakan sebutan seperti reaktor gas, reaktor air ringan,
reaktor air berat (air ringan: H2O; air berat: D2O; D adalah salah satu isotop hidrogen, yaitu
deuterium 2H1). Selain itu faktor kondisi air pendingin juga menjadi pertimbangan
penggolongan tipe reaktor nuklir dalam PLTN. Jika air pendingin dalam kondisi mendidih
disebut reaktor air didih, jika tak mendidih (atau tidak diizinkan mendidih, dengan memberi
tekanan secukupnya pada pendingin) disebut reaktor air tekan. Reaktor nuklir dengan
temperatur pendingin sangat tinggi (di atas 800 oC) disebut reaktor gas temperatur tinggi.
Kecepatan neutron rata-rata dalam reaktor yang dihasilkan dari reaksi fisi juga dipakai untuk
menggolongkan tipe reaktor. Berdasarkan kecepatan neutron rata-rata dalam teras, ada
reaktor cepat dan reaktor termal (neutron dengan kecepatan relatif lambat sering disebut
sebagai neutron termal).
3. Reaktor Air Ringan (Light Water Reactor, LWR)
Di antara PLTN yang masih beroperasi di dunia, 80 % adalah PLTN tipe Reaktor Air Ringan
(LWR). Reaktor ini pada awalnya dirancang untuk tenaga penggerak kapal selam angkatan
laut Amerika. Dengan modifikasi secukupnya dan peningkatan daya seperlunya kemudian
digunakan dalam PLTN. PLTN tipe ini dengan daya terbesar yang masih beroperasi pada
saat ini (tahun 2003) adalah PLTN Chooz dan Civaux di Perancis yang mempunyai daya
1500 MWe, dari kelas N-4 Perancis. Reaktor Air Ringan dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu Reaktor Air Didih dan Reaktor Air Tekan (pendingin tidak mendidih), kedua
golongan ini menggunakan air ringan sebagai bahan pendingin dan moderator.
Pada tipe reaktor air ringan sebagai bahan bakar digunakan uranium dengan pengayaan
rendah sekitar 2% - 4%; bukan uranium alam karena sifat air yang menyerap neutron.
Kemampuan air dalam memoderasi neutron (menurunkan kecepatan/ energi neutron) sangat
baik, maka jika digunakan dalam reaktor (sebagai moderator neutron dan pendingin) ukuran
teras reaktor menjadi lebih kecil (kompak) bila dibandingkan dengan reaktor nuklir tipe reaktor
gas dan reaktor air berat.
3.1 Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR)
Pada PLTN tipe PWR, air sistem pendingin primer masuk ke dalam bejana tekan reaktor
pada tekanan tinggi dan temperatur lebih kurang 290 oC. Air bertekanan dan bertemperatur
tinggi ini bergerak pada sela-sela batang bahan bakar dalam perangkat bahan bakar ke arah
atas teras sambil mengambil panas dari batang bahan bakar, sehingga temperaturnya naik
menjadi sekitar 320 oC. Air pendingin primer ini kemudian disalurkan ke perangkat
pembangkit uap (lewat sisi dalam pipa pada perangkat pembangkit uap), di perangkat ini air
pendingin primer memberikan energi panasnya ke air pendingin sekunder (yang ada di sisi
luar pipa pembangkit uap) sehingga temperaturnya naik sampai titik didih dan terjadi
penguapan. Uap yang dihasilkan dari penguapan air pendingin sekunder tersebut kemudian
dikirim ke turbin untuk memutar turbin yang dikopel dengan generator listrik. Perputaran
generator listrik akan menghasilkan energi listrik yang disalurkan ke jaringan listrik. Air
pendingin primer yang ada dalam bejana reaktor dengan temperatur 320 oC akan mendidih
jika berada pada tekanan udara biasa (sekitar satu atmosfer). Agar pendingin primer ini tidak
mendidih, maka sistem pendingin primer diberi tekanan hingga 157 atm. Karena adanya
pemberian tekanan ini maka bejana reaktor sering disebut sebagai bejana tekan atau bejana
tekan reaktor. Pada reaktor tipe PWR, air pendingin primer yang membawa unsur-unsur
radioaktif dialirkan hanya sampai ke pembangkit uap, tidak sampai turbin, oleh karena itu
pemeriksaan dan perawatan sistem sekunder (komponen sistem sekunder: turbin,
kondenser, pipa penyalur, pompa sekunder dll.) menjadi mudah dilakukan. Konstruksi bejana
reaktor tipe PWR ditunjukkan pada gambar di bawah dan perubahan teknologi PWR
ditunjukkan pada di bawah
Pada prinsipnya PWR yang dikembangkan oleh Rusia (disebut VVER) sama dengan PWR
yang dikembangkan oleh negara-negara barat. Perbedaan konstruksi terdapat pada bentuk
penampang perangkat bahan bakar VVER (berbentuk segi enam) dan letak pembangkit uap
VVER (horisontal).
Pada reaktor tipe PWR, seperti yang banyak beroperasi saat ini, peralatan sistem primer
saling dihubungkan membentuk suatu untai (loop). Jika peralatan sistem primer dihubungkan
oleh dua pipa penghubung utama yang diperpendek, dan kemudian dimasukkan dalam
bejana reaktor maka sistem seperti ini disebut reaktor setengah terintegrasi (setengah
modular). Tetapi jika seluruh sistem primer disatukan dan dimasukkan ke dalam bejana
reaktor maka disebut reaktor terintegrasi (modular), lihat. Reaktor setengah modular ataupun
modular tidak dikembangkan untuk PLTN berdaya besar.
3.2 Reaktor Air Didih (Boiling Water Reactor, BWR)
Karakteristika unik dari reaktor air didih adalah uap dibangkitkan langsung dalam bejana
reaktor dan kemudian disalurkan ke turbin pembangkit listrik. Pendingin dalam bejana reaktor
berada pada temperatur sekitar 285 oC dan tekanan jenuhnya sekitar 70 atm. Reaktor ini
tidak memiliki perangkat pembangkit uap tersendiri, karena uap dibangkitkan di bejana
reaktor. Karena itu pada bagian atas bejana reaktor terpasang perangkat pemisah dan
pengering uap, akibatnya konstruksi bejana reaktor menjadi lebih rumit. Konstruksi reaktor
BWR diperlihatkan pada sedangkan pada ditunjukan perkembangan teknologi reaktor BWR.
4. Reaktor Air Berat (Heavy Water Reactor, HWR)
Dalam hal kemampuan memoderasi neutron, air berat berada pada urutan berikutnya setelah
air ringan, tetapi air berat hampir tidak menyerap neutron. Oleh karena itu jika air berat
dipakai sebagai moderator, maka dengan hanya menggunakan uranium alam (tanpa
pengayaan) reaktor dapat beroperasi dengan baik. Bejana reaktor (disebut kalandria)
merupakan tangki besar yang berisi air berat, di dalamnya terdapat pipa kalandria yang berisi
perangkat bahan bakar. Tekanan air berat biasanya berkisar pada tekanan satu atmosfer,
dan temperaturnya dijaga agar tetap di bawah 100 oC. Akan tetapi pendingin dalam pipa
kalandria mempunyai tekanan dan temperatur yang tinggi, sehingga konstruksi pipa kalandria
berwujud pipa tekan yang tahan terhadap tekanan dan temperatur yang tinggi.
4.1 Reaktor Air Berat Tekan (Pressurized Heavy Water Reactor, PHWR)
CANadian Deuterium Uranium Reactor (CANDU) adalah suatu PLTN yang tergolong pada
tipe reaktor pendingin air berat tekan dengan pipa tekan. Reaktor ini merupakan reaktor air
berat yang banyak digunakan. Bahan bakar yang digunakan adalah uranium alam. Kanada
menjadi pelopor penyebaran reaktor tipe ini di seluruh dunia. Gambar konstruksi reaktor
CANDU Pickering-1 ditunjukkan pada.
4.2 Reaktor Air Berat Pendingin Gas (Heavy Water Gas Cooled Reactor, HWGCR)
HWGCR atau sering dibalik GCHWR adalah suatu tipe reaktor nuklir yang menggunakan air
berat sebagai bahan moderatornya, sehingga pemanfaatan neutronnya optimal. Gas
pendingin dinaikkan temperaturnya sampai pada tingkat yang cukup tinggi sehingga efisiensi
termal reaktor ini dapat ditingkatkan. Tetapi oleh karena persoalan pengembangan bahan
kelongsong yang tahan terhadap temperatur tinggi dan paparan radiasi lama belum
terpecahkan hingga sekarang, maka pada akhirnya di dunia hanya terdapat 4 reaktor tipe ini.
Di negara Perancis reaktor tipe ini dibangun, tetapi sebagai bahan kelongsong tidak
digunakan berilium melainkan stainless steel.
4.3 Reaktor Air Berat Pembangkit Uap (Steam Generated Heavy Water Reactor,
SGHWR)
Reaktor ini sering disebut Light Water Cooled Heavy Water Reactor (LWCHWR) dan hanya
ada di Pusat Penelitian Winfrith Inggris. Reaktor berdaya 100 MWe ini merupakan prototipe
reaktor pembangkit daya tipe SGHWR, dan beroperasi dari tahun 1968 sampai tahun 1990.
Pada waktu itu reaktor SGHWR sempat menjadi suatu fokus pengembangan di Inggris, tetapi
oleh karena persoalan ekonomi maka tidak dikembangkan lebih lanjut.
Sementara itu Jepang mengembangkan reaktor air berat yang disebut Advanced Thermal
Reactor (ATR). Jepang membangun reaktor ATR Fugen berdaya 165 MWe. Keunikan dari
reaktor ATR ini adalah, bahan bakar dapat terbuat dari uranium dengan pengayaan rendah
atau uranium alam yang diperkaya dengan plutonium. Pada saat bahan bakar terbakar,
penyusutan plutonium di bahan bakar sedikit sekali. Reaktor prototipe Fugen dioperasikan
sejak tahun 1979, tetapi karena terjadi perubahan kebijakan dari pemerintah, sampai saat ini
reaktor ATR komersial belum pernah terwujud. Reaktor Fugen beroperasi hingga tahun 2002
dan pada tahun berikutnya direncanakan untuk didekomisioning.
5. Reaktor Grafit
5.1 Reaktor Pendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR)
Grafit sebagai bahan moderator sudah digunakan oleh ilmuwan Enrico Fermi sejak reaktor
nuklir pertama Chicago Pile No.1 (CP 1). Grafit terkenal murah dan dapat diperoleh dalam
jumlah besar. Plutonium (Pu-239) yang digunakan pada bom atom yang dijatuhkan pada saat
Perang Dunia II dibuat di reaktor grafit. Setelah perang dunia berakhir reaktor GCR adalah
salah satu tipe reaktor yang didesain-ulang di Inggris maupun Perancis. Reaktor ini
menggunakan bahan bakar logam uranium alam, moderator grafit pendingin gas
karbondioksida. Bahan kelongsong terbuat dari paduan magnesium (Magnox), oleh karena
itu reaktor ini disebut sebagai reaktor Magnox. Reaktor Magnox mempunyai pembangkitan
daya listrik cukup besar dan efisiensi ekonomi yang baik. Raktor tipe modifikasi Magnox
pernah dibangun di Jepang pada tahun 1967 sebagai PLTN Tokai. Setelah beroperasi
selama 30 tahun reaktor ini ditutup pada tahun 1998.
5.2 Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR)
Di Inggris fokus pengembangan teknologi PLTN bergeser ke reaktor berbahan bakar uranium
dengan pengayaan rendah, yang memiliki kerapatan daya dan efisiensi termal yang tinggi.
Unjuk kerja reaktor ini terbukti dapat diperbaiki. Di Inggris reaktor ini hanya sempat dibangun
sebanyak 14 buah saja, karena setelah pertengahan tahun 1980 kebijakan Pemerintah
Inggris berubah.
5.3 Reaktor Pendingin Gas Suhu Tinggi (High Temperatur Gas-cooled Reactor, HTGR)
Reaktor ini menggunakan gas helium sebagai pendingin. Karakteristika menonjol yang unik
dari reaktor HTGR ini adalah konstruksi teras didominasi bahan moderator grafit, temperatur
operasi dapat ditingkatkan menjadi tinggi dan efisiensi pembangkitan listrik dapat mencapai
lebih dari 40 %. Terdapat 3 bentuk bahan bakar dari HTGR, yaitu dapat berupa: (a) Bentuk
batang seperti reaktor air ringan (dipakai di reaktor Dragon dan Peach Bottom); (b) Bentuk
blok, di mana di dalam lubang blok grafit yang berbentuk segi enam di masukkan batang
bahan bakar (dipakai di reaktor Fort St. Vrain, MHTGR, HTTR); (c) Bentuk bola (peble bed),
di mana butir bahan bakar bersalut didistribusikan dalam bola grafit (dipakai di reaktor AVR,
THTR-300).
5.4 Reaktor Pipa Tekan Air Didih Moderator Grafit (Light Water Gas-cooled Reactor,
LWGR)
RBMK adalah reaktor tipe ini yang hanya dikembangkan di Rusia. Reaktor ini tidak
menggunakan tangki kalandria (berisi air berat) seperti reaktor tipe SGHWR tetapi
menggunakan grafit sebagai moderator, oleh karena itu dimensi reaktor menjadi besar.
Sekitar 1700 buah pipa tekan menembus susunan blok grafit. Di dalam pipa tekan diisi
batang bahan bakar di mana di sekelilingnya mengalir air ringan yang mengambil panas dari
batang bahan bakar sehingga mendidih. Uap yang terbentuk dikirim ke turbin pembangkit
listrik untuk memutar turbin dan membangkitkan listrik. Salah satu reaktor tipe ini yang
terkenal karena mengalami kecelakaan adalah reaktor Chernobyl No.4 yang merupakan
reaktor tipe RBMK-1000. Salah satu kegagalan desain pada reaktor tipe RBMK yang
dianggap sebagai kambing hitam terjadinya kecelakaan Chernobyl adalah tidak tersedianya
bejana pengungkung reaktor.
6. Reaktor Cepat (Fast Reactor, FR), Reaktor Pembiak Cepat (Liquid Metal Fast Breeder
Reactor, LMFBR)
Seperti tersirat dalam nama tipe reaktor ini, neutron cepat yang dihasilkan dari reaksi fisi
dengan kecepatan tinggi dikondisikan sedemikian rupa sehingga diserap oleh uranium-238
menghasilkan plutonium-239. Dengan kata lain di dalam reaktor dapat dibiakkan (dibuat)
unsur plutonium. Rapat daya dalam teras reaktor cepat sangat tinggi, oleh karena itu sebagai
pendingin biasanya digunakan bahan logam natrium cair atau logam cair campuran natrium
dan kalium (NaK) yang mempunyai kemampuan tinggi dalam mengambil panas dari bahan
bakar.
Konstruksi reaktor pembiak cepat terdiri dari pendingin primer yang berupa bahan logam cair
mengambil panas dari bahan bakar dan kemudian mengalir ke alat penukar panas-antara
(intermediate heat exchanger), selanjutnya energi panas ditransfer ke pendingin sekunder
dalam alat penukar panas-antara ini. Kemudian pendingin sekunder (bahan pendingin adalah
natrium cair atau logam cair natrium) yang tidak mengandung bahan radioaktif akan mengalir
membawa panas yang diterima dari pendingin primer menuju ke perangkat pembangkit uap,
dan memberikan panas ke pendingin tersier (air ringan) sehingga temperaturnya meningkat
dan mendidih (proses pembangkitan uap). Uap yang dihasilkan selanjutnya dialirkan ke turbin
untuk memutar generator listrik yang dikopel dengan turbin.
Komponen sistem primer dari reaktor pembiak cepat terdiri dari bejana reaktor, pompa
sirkulasi primer, alat penukar panas-antara. Komponen ini dirangkai oleh pipa penyalur
pendingin membentuk suatu untai (loop), karena itu reaktor seperti ini digolongkan dalam
kelas reaktor untai. Apabila seluruh komponen sistem primer di atas semuanya dimasukkan
ke dalam bejana reaktor, maka reaktor pembiak cepat seperti ini digolongkan dalam kelas
reaktor tangki atau reaktor kolam. Contoh reaktor pembiak cepat tipe reaktor untai adalah
reaktor prototipe Monju di Jepang, sedangkan untuk tipe reaktor kolam adalah reaktor Super
Phenix di Perancis yang sudah menjadi reaktor komersial. Reaktor Cepat Eropa (Europian
Fast Reactor, EFR) yang secara intensif dikembangkan oleh negara-negara Eropa
diharapkan akan mulai masuk pasar komersial pada tahun 2010.
Daftar Tabel dan Gambar
Sumber : www.batan.go.id
Download