Uploaded by blablabla

SKRIPSI-WLB

advertisement
BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI
(Studi Fenomena Work-life Balance Karyawati Bank Berkeluarga Di
Yogyakarta)
DISUSUN OLEH:
Nama
: Fajrin Fauzi Akmal
Nomor Mahasiswa
: 15311312
Program Studi
: Manajemen
Bidang Konsentrasi
: Sumber Daya Manusia
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2019
BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI
(Studi Fenomena Work-life Balance Karyawati Bank yang Berkeluarga Di
Yogyakarta)
SKRIPSI
Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
derajat Strata-1 Program Studi Manajemen di Fakultas Ekonomi UII
Oleh:
Nama
: Fajrin Fauzi Akmal
Nomor Mahasiswa
: 15311312
Jurusan
: Manajemen
Peminatan
: Sumber Daya Manusia
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2019
ii
iii
iv
MOTTO
“Perbaiki Diri Lakukan yang Terbaik”
- A.GApapun masalahmu, lampiaskan pada sajadahmu
Ibu
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan untuk kedua orang tua, keluarga besar, sahabat,
dan Almamater saya Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
vi
BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI
(Studi Fenomena Work-life Balance Karyawati Bank yang berkeluarga di
Yogyakarta)
Fajrin Fauzi Akmal
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Berdiri Di Dua Kaki Bertahan Pada Ambisi merupakan
penelitian mengenai Work-life balance yang dilakukan di indusri perbankan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui alasan perempuan memilih karier yang dimiliki, untuk
mengetahui hambatan dalam bekerja dan berkeluarga, dan untuk mengetahui
bagaimana sikap yang diambil antara karier dan keluarga. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif pada lima narasumber dari dua bank yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu, wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
Penelitian ini menemukan bahwa perempuan bekerja karena mempunyai
keinginan untuk mengembangkan karier yang dimiliki, faktor ekonomi dan latar
belakang orang tua. Dalam membagi peran tersebut akan ada kepuasan atau
ketidakpuasan dalam menjalani dua peran tersebut. Walaupun menghabiskan banyak
waktu untuk pekerjaan, perempuan karier merasa memiliki keseimbangan pekerjaan
dan keluarga karena adanya faktor pendukung dari tidak merasakan stress, dukungan
keluarga, lingkungan kerja yang kondusif, dan kepuasan dalam membantu dan
memenuhi kebutuah rumah tangga.
Kata Kunci : Perempuan Karier, Work-Life Balance, Indsutri Perbankan.
vii
STANDING IN TWO FEETS SURVIVE IN AMBITION
(Study of Work-Life Balance Phenomenon Female Bank Employee Who Has
Family in Yogyakarta)
Fajrin Fauzi Akmal
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study titled Standing In Two Feets Survive in Ambition is research on
Work-life balance will be undertaken in bank industry. This study aims to know thr
dynamics of a career owned, to know what the obstacles in work and family, and to to
find out how attitudes are taken between career and family. This study used qualitative
research method with five interviewees in two different banks. This resources are using
data collection methods, interviews, observation, and documentation
The result of this study indicated that women work because they have desire to
develop a career they owned, economic factors, parents background. In dividing the
role there will be satisfaction or dissatisfaction in carrying out these two roles.
Although spending a lot of time on work, career women feel they have a balance of
work and family because of the supporting factors of not feeling stressed, family
support, a conducive work environment, and satisfaction in helping and fulfilling
household needs.
Keywords : Career Woman, Work-life balance, bank industry
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
karena rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
Skripsi yang berjudul Berdiri di dua kaki bertahan pada (studi fenomena Work-life
Balance karyawati bank yang berkeluarga di Yogyakarta ini dengan baik. Tidak lupa
pula shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai
tauladan bagi seluruh umat manusia di bumi agar kita dapat menjadi insan yang lebih
berguna dan bermanfaat bagi sesama manusia.
Proses penyusunan proposal penelitian ini melibatkan banyak pihak yang
memberikan dukungan berupa dukungan doa, moril maupun materil. Terutama kepada
orang tua tercinta dan teman-teman seperjuangan yang sering menyumbangkan ide
serta pemikiran. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua orangtua tersayang Bapak Akmal dan Ibu Erni Sulastri yang selalu
sabar, memberikan, motivasi, nasihat, bimbingan dan semangat dan doa-doa
yang selalu dikirimkan, juga kakak perempuan Fannysa Fauzi Akmal dan
Fadillah Fauzi Akmal serta adek-adek tersayangku Puti Bungsu Fauzia Akmal
dan Syukran Fauzi Akmal, kaka ipar Bang Arief dan juga keponakan tersayang
ix
Fatih dan Athiya yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat hingga
akhirnya tugas ini terselesaikan.
2. Bapak Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam
Indonesia
3. Jaka Sriyana, SE., M.Si., Ph.D selaku Dekan Universitas Islam Indonesia
4. Ibuk Dra. Trias Setiawati, M.S selaku dosen Metopel dan juga teman cerita
dalam keluh-kesah kehihdupan.
5. Bapak Drs. Achmad Sobirin M.B.A. Ph.D. Ak selaku dosen pembimbing
skripsi yang memberikan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
6. Teman-teman El-macho, Ivan, Yoga, Ibil, Afu, Raka, Riyan, Ilham, Khusnul,
Joshua, Ara, JB, Jaka yang selalu memberikan semangat dan gelak tawanya.
7. Keluarga Diproser 15 yang sudah mau menerima dan memberi banyak
pengalaman, Diana, Amry, Okza, Ira dan Mbak Linda
8. Keluarga sederhana MRPE untuk partner yang selalu mau saling belajar, Habib,
Safira, Ica, Tami dan Shofi dan selalu mau menerima beban pekerjaan yang
saya bagi di divisi.
9. Keluarga lantai tiga Tim Marketing and Communication angkatan 15 Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia yang sama-sama berjuang menggapai
mimpi, Humaira, Ardy, Amel, Arlina, Aldino, Vio, Bintang, Nandya, Erisna,
Cici, Kamal, Alwi, Nafis, Ririt, Salma, Winardi atas segala pengalaman,
x
informasi, semangat, dan hiburannya sehingga penulis tetap terpacu dan
semangat dalam menyelesaikan tugas ini.
10. Marcomm angkatan tahun 2013 yang sudah mau mengayomi dan membimbing,
Puk & Vivi, Adiraw, Dania, Vania, Elis, Farhan, Fiamalika, Hikma, Idris, Irma,
Erika, Widi, dan Yusuf
11. Marcomm 2014 yang juga sudah mau berbagi pengalaman, Ijal, Fadil, Qodri,
Teteh, Zale, Andre, Apip, Sita, Upeh, Fika, Tata, Dinda, Toli dan Akbar
12. Marcomm 2016, 2017 dan 2018 adik-adikku yang sudah sama-sama mau
berproses dalam mencari ilmu dan pengalaman.
13. Manager Marcomm Pak Baziedy Aditya Darmawan dan Pak Arief
Singapurwoko yang slalu membimbing dalam proses mencari pengalaman.
14. Direktur Direkotrat Pemasaran dan jajarannya, Pak Sigit Pamungkas, Pak
Galang Prihady, Mbak Nadya Shihab dan Buk Ninggar yang sudah mau
menerima dan memberikan banyak ilmu, pengalaman selama bekerja di DP
15. Partner Direktorat Pemasaran tercinta Dita, Nadila, Mbak Rifda, Raras, dan
Mbak Helmi.
16. Manager dan Teman-teman dari asisten laboratorium ERP yang sama-sama
sedang berjuang Buk Andri, Dhimas, Dekom, Tegar, Untung, Afanina, Fikri,
Ariyanto, Ridho, Afif dan Sheila
17. Teman-teman Kos zam-zam sudah mau menampung dalam keadaan darurat,
Diko, Reza, Naufaldy, Noval, Ridho, Amir, Nopri, Bagas, Fadil, Andre,Handal
dan teman-teman lainnya.
xi
18. Seluruh narasumber teman-teman dari Bank BPD dan Bank X, Mbak Wida,
Mbak Nisa, Mbak Kristisn, Mbak A’ang, dan Mbak Nina yang telah bersedia
dengan sabar membantu, membagi ilmu dan pengalamannya.
Kemudian yang terakhir kepada pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang
telah diberikan. Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita
semua.
Penulis menyadari apabila penulisan pada tugas pertama ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran
yang membangun. Semoga tugas ini bisa memberi manfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 24 Mei 2019
Penulis,
Fajrin Fauzi Akmal
xii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul …………………………………………………………………..
i
Halaman Judul …………………………………………………………………….
Ii
Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme ………………………………………….
iii
Halaman Pengesahan ……………………………………………………………..
iv
Halaman Motto dan Persembahan ………………………………………………...
v
Abstrak ……………………………………………………………………………
vii
Kata Pengantar…………………………………………………………………….
ix
Daftar Isi…………………………………………………………………………..
xiii
Daftar Tabel……………………………………………………………………….
v
Daftar Lampiran ………………………………………………………………….
vi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………….
1
1.2
Fokus Penelitian……………………………………………………………...
6
1.3
Rumusan Masalah………………………………………………………........
6
1.4
Tujuan Penelitian…………………………………………………………….
7
1.5
Manfaat Penelitian …………………………………………………………..
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
9
2.1
Penelitian Terdahulu……................................................................................
9
2.2
Landasan Teori……………………………………………………………….
25
2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ………………………………………….
25
xiii
2.2.2 Hard Approach dan Soft Approach dalam Manajemen Sumber Daya
26
Manusia ……………………………………………………………………...
2.2.3 Karier ………………….…………….…………………………………......
28
2.2.4 Kepuasan Kerja ..…………………………………………………………..
30
2.2.5 Motivasi …… ………………….…………………………………………..
31
2.2.6 Keluarga …………………………..……….………………… ……………
33
2.2.7 Dukungan Keluarga …………………………………………………………
34
2.2.8 Work Family Conflict………………………………………………………..
36
2.2.8 Work-Life Balance …………………………………………………………..
37
BAB III METODE PENELITIAN
45
3.1
Pendekatan Penelitian………………………………………………………..
46
3.2
Lokasi Penelitian …………………………………………………………….
46
3.3
Profil Perusahaan …………………………………………………………….
46
3.4
Narasumber Penelitian……………………………………………………….
48
3.5
Sumber Data Penelitian ……………………………………………………...
50
3.6
Instrumen Penelitian …………………………………………………………
50
3.7
Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………..
51
3.8
Proses Analisis Data ……………………………………………………........
53
3.9
Uji Keabsahan Data ………………………………………………………….
56
3.9.1 Uji Kredibilitas ………………………………………………………...
59
3.9.2 Uji Transferability……………………………………………………...
59
xiv
BAB IV ALASAN BERKARIER
4.1
Pendahuluan………………..………………………………………………..
62
4.2
Ani : Bekerja untuk menambah biaya hidup ……………………………..…
62
4.3
Krisitin: Peran penting Orang tua ……………………………………………
63
4.4
A’ang: Kapasitas untuk mengembangkan potensi …………………………..
64
4.5
Wida: Bekerja diniatkan untuk ibadah ……………………………………….
65
4.6
Nina: Bekerja untuk menambah keuangan keluarga ………………………..
66
4.7
Ringkasan Hasil ……………………………………………………………...
67
BAB V MENGGAPAI KESEIMBANGAN MELAWAN HAMBATAN
70
5.1
Pendahuluan ………………………………………………………………….
70
5.2
Hambatan Kerja …………… ……………………………………………….
70
5.3
Dukungan dalam menjalani peran ganda ……………………………………
77
5.4
Solusi Mengatasi Hambatan Dalam Menjalani Peran Ganda ……………….
83
5.5
Ringkasan Hasil ………………………………………………………….......
93
BAB
VI
SIKAP
DALAM
MENYIKAPI
PEKERJAAN
DAN
KELUARGA
6.1
Pendahuluan ………………………………………………………………..
101
6.2
Komunikasi Menjadi Kunci Utama ……………..………………………….
102
6.3
Memaksimalkan Peran Ganda ……………………………………………….
109
6.4
Kepuasan Kerja ……………………………………. ………………………
114
xv
6.5
Ringkasan Hasil …………………………………………………………….
119
BAB VII BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI
7.1
Menyeleraskan Pekerjaan dan Rumah ………………………………………. 123
7.2
Memberikan yang terbaik untuk pekerjaan ………………………………….. 125
7.3
Arti Dukungan Keluarga …………………………………………………….. 128
BAB VIII PENUTUP
8.1
Kesimpulan ………………………………………………………………….
131
8.2
Saran …………………………………………………………………………
132
8.3
Keterbatasan Penelitian ……………………………………………………… 133
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
134
LAMPIRAN ………………………………………………………………...
150
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara …………………………………..
143
Lampiran 2 : Transkrip Wawancara ………………………………….
146
Lampiran 3 : Tabel Reduksi Data …………………………………….
195
Lampiran 4 : Display Data …………………………………………...
238
Lampiran 5 : Dokumentasi Foto ……………………………………..
231
Lampiran 6 : Biodata Penulis ………………………………………...
238
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat di negara berkembang masih banyak pandangan bahwa perempuan
identik dengan pekerjaan rumah tangga yang merupakan tugas pokok dalam kehidupan
berkeluarga. Dewasa ini, pekerjaan perempuan sudah semakin luas, perempuan saat ini
ingin pekerjaan mereka lebih luas lagi karena berbagai faktor seperti peningkatan
kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dan juga bentuk aktualisasi diri. Apalagi
seorang perempuan karier yang mempunyai pekerjaan di tempat karier mereka dan
tanggung jawab pekerjaan rumah. Ketika tidak mampu dalam mengelola pekerjaan dan
waktu tentu akan menimbulkan masalah pada pola hidup tertentu. Hakikatnya yang
wajib menafkahi keluarga adalah suami dan perempuan hanya ditugaskan untuk
menjaga keluarga mereka, seperti yang dinyatakan Coser dan Rokoff (1971) dalam
Sekaran (1983) bahwa yang menentukan bahwa tugas utama perempuan adalah untuk
keluarga sementara pria menyediakan sarana ekonomi dan status sosial bagi keluarga.
Beberapa tahun terakhir sampai sekarang saat ini, peningkatan perempuan
karier memang meningkat. Menurut data statistik BPS jumlah angkatan kerja pada
Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibanding Februari
2017. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 69,20
persen, meningkat 0,18 persen poin. Penduduk yang bekerja sebanyak 127,07 juta
2
orang, bertambah 2,53 juta orang dibanding Februari 2017. Berdasarkan jenis kelamin,
terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Februari 2018, TPAK
laki-laki sebesar 83,01 persen sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 55,44
persen. Namun demikian, dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu, TPAK
perempuan meningkat sebesar 0,40 persen poin sedangkan TPAK laki-laki menurun
0,04 persen poin. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam berkerja tentu
disebabkan dari beberapa faktor.
Berbagai faktor membuat perempuan mengejar karier mereka. Berdasarkan
polling yang dilakukan oleh Kompas Female, hampir 68 persen mengatakan mengejar
role model sebagai istri, ibu, dan profesional dalam karier mereka. Hanya 27 persen
yang mengatakan gaji yang besar menjadi alasan mereka mengejar karier. Artikel ini
terposting di Kompas.com 7 Juli 2016 dengan judul "Alasan Perempuan Indonesia
Mengejar Karier". Meningkatnya perempuan karier saat ini karena banyaknya tuntutan
salah satunya untuk kebutuhan ekonomi dan masih ada banyak faktor lainnya. Artikel
yang diterbitkan oleh pos-kupang.com dengan judul Pertumbuhan Jumlah Pekerja
Perempuan Meningkat menyatakan bahwa Organisasi Buruh Internasional (OBI)
mencatat, pertumbuhan jumlah pekerja perempuan meningkat setiap tahunnya. Pada
2015, 38 persen dari 120 juta pekerja di Indonesia adalah perempuan.
Peningkatan perempuan karier meningkat disebabkan dari beberapa hal seperti
meningkatkatnya kebutuhan hidup dan upaya dalam memenuhinya kemudian
aktualisasi diri dari studi yang sudah diselesaikan sebelumnya. Perempuan karier yang
3
sudah berkeluarga tentu memikul tanggung jawab yang lebih dibandigkan yang belum
menikah. Adanya berbagai hambatan akan dipikul seperti kebutuhan hidup pasangan
suami-istri yang menjadikan keduanya untuk bekerja. Jika pasangan suami-istri
berkomitmen untuk bekerja maka akan ada pengorbanan kepada keluarga karena akan
menghabiskan banyak waktu di tempat kerja. Kebanyakan para orang tua yang bekerja
mengorbankan keluarga untuk tuntutan pekerjaan karena lebih banyak menghabiskan
waktu di tempat pekerjaan.
Penelitian ini melibatkan karyawati bank yang telah menikah dan juga memikul
tanggung jawab ganda, sebagai perempuan karier dan juga sebagai ibu yang mengurus
rumah tangga. Menjalani peran ganda tersebut para perempuan karier dihadapkan
dengan tantangan yang lebih besar dalam mencapai work-life balance. Keseimbangan
antara pekerjaan dan kehidupan atau work –life balance selain karier memang dilihat
dari waktu dalam membagi antara dua hal tersebut dan tentu juga kepuasan dalam
menjalani pekerjaan dan kehidupan di rumah. Menurut Hudson (2005) Work-life
balance memiliki tiga komponen keseimbangan yaitu keseimbangan waktu,
keseimbangan keterlibatan, dan keseimbangan kepuasan. Jika salah satu tidak
seimbang maka ada ketidakseimbagan yang dialami oleh perempuan karier.
Dalam memenuhi keseimbagan dua hal tersebut mendorong adanya celah untuk
sacrifice atau pengorbanan salah satu
dari pekerjaan-pekerjaaan
tersebut.
Ketidakseimbagan terjadi apabila salah satu terabaikan. Sisi lain menajga dan
meningkatkan karier, sisi sebaliknya menjaga kehidupan rumah tangga yang harmonis.
4
Dari hal tersebut peneliti ingin meneliti Work-life balance dari perempuan karier yang
berkeluarga tersebut dalam menyeimbangkan kehidupan pekerjaannya dengan
kehidupan keluarganya. Tentu banyak waktu, pikiran dan tenaga yang digunakan untuk
menjalankan karier tersebut. Hambatan-hambatan tersebut yang mengganggu work-life
balance perempuan karier. Hal tersebut juga bisa menimbulkan konflik pada kehidupan
rumah tangga. Dengan beberapa pekerjaan yang mereka lakukan akan dilihat juga
kepuasan perempuan karier dalam mereka melakukan karier tersebut.
Work-life balance merupakan faktor penting bagi tiap pekerja, agar pekerja
memiliki kualitas hidup yang seimbang dalam berhubungan dengan keluarganya dan
seimbang dalam pekerjaan. Jika tidak seimbang akan ada pengaruh pekerjaan terhadap
kehidupan di rumah seperti yang dinyatakan penelitian Lewis & Guyere (2010)
Narasumber penelitian tidak merasa mereka memiliki fleksibilitas dalam mengatur
jadwal yang terkait dengan pekerjaan. Staf yang bekerja merasa bahwa pekerjaan
mereka hidup secara signifikan tumpah ke kehidupan pribadi mereka. Dari hal tersebut
bisa mengganggu keseimbangan salah satu faktor ataupun keduanya. Senada dengan
Lewis, menurut Fisher (2001) ada empat dimensi work-life balance salah satunya
adalah bagaimana pekerjaan bisa mempengaruhi kehidupan pribadi karyawan yang
bekerja. Ketika pekerjaan mempengaruhi waktu untuk keluarga akan menimbulkan
konflik di kehidupan rumah.
Menurut Weckstein (2008:10) Work-life balance adalah sebuah konsep
keseimbangan yang melibatkan ambisi atau karir dengan kebahagiaan, waktu luang,
5
keluarga, dan pengembangan spiritual. Dimana work-life balance dalam pandangan
karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung jawab
terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan work-life balance adalah
tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana
karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja
Dalam penelitian ini akan membahas perempuan karier yang bekerja di bank
dalam mengatur work-life balance dengan peran yang mereka jalani. Seperti yang
diketahui, jam kerja di bank lebih statis atau ketat karena mempunyai jam kerja yang
sudah ditentukan. Dibandingkan bekerja di perusahaan statup yang memiliki waktu
yang fleksibel. Dengan jam kerja yang ketat ini, kurangnya celah untuk memikirkan
kehidupan rumah dan harus fokus terhadap pekerjaan. Seperti yang dinyatakan
Lockwood (2003) work-life balance adalah suatu keadaan seimbang dimana dua
tuntutan antara pekerjaan dan kehidupan seorang individu sama. Dalam menjaga
keseimbagan antara pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan akan ada hambatan
dalam yang berpotensi mengorbankan salah satu waktu atau kegiatan dalam dua peran
tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa upaya yang dilakukan agar
keseimbagan tersebut tetap terjaga.
Penelitian ini ingin membahas work-life balance kehidupan perempuan yang
memiliki karier yang harus membagi waktunya untuk bekerja dan waktu untuk
keluarga.
Penelitian
yang digunakan adalah
kualitatif
dengan pendekatan
fenomenologi. Penelitian ini melibatkan lima perempuan yang bekerja di bank dengan
6
job desc yang berbeda di Bank BPD DIY dan di Bank X. Waktu kerja di perbankan
yang statis membuat waktu kerja tidak fleksibel sehingga waktu terfokus untuk bekerja.
Lembur juga salah satu hal yang tidak asing dengan perbankan. Sehingga tidak bisa
tercampur untuk mengurusi hal di luar pekerjaan. Dengan waktu yang terporsir di
pekerjaan dan juga tanggung jawab dengan kehidupan di rumah, penelitian ini ingin
meneliti perempuan karier dalam menjalankan dua peran yang dijalani dan mengatur
work-life balance.
1.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini merupakan batasan masalah guna membatasi permasalahan
yang akan di bahas penulis sehingga penelitian yang dilakukan lebih terfokus dan
efektif. Fokus penelitian ini merincikan perempuan karier yang berusia 30 tahun ke
atas karena di usia tersebut rata-rata karyawan sudah menikah. Berkeluarga dan
mempunyai anak. Pegawai atau karyawan tetap yang bekerja lebih dari tiga tahun
sudah merasakan alur kerja dan suka duka di bank tersebut. Permasalaha difokuskan
bagaimana perempuan karier dalam membagi dua peran mereka yang menjadi faktor
penting dalam work-life balance sehingga bisa fokus terhadap pekerjaan yang diajalani
dan keluarga dari perempuan karier tersebut.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa alasan perempuan karier dalam memlilh karier tersebut?
2.
Apa saja kendala yang mereka hadapi terhadap karier tersebut?
7
3.
Bagaimana perempuan karier menyikapi antara pekerjaan yang dijalani dan
keluarga?
1.4 Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui alasan untuk berkarier.
2. Untuk mengetahui kendala, dukungan dan cara menghadapi konflik terhadap
karier dan keluarga.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya dan kepuasan yang didapatkan dalam
menghadapi masalah karier dan keluarga.
1.5 Manfaat Penelitan
Manfaat Penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini diharapkan penulis memiliki ilmu dan pengalaman baru
dalam melakukan penelitian. Penulis lebih mengenal Work-life balance lebih
dalam.
2. Bagi Narasumber
Narasumber lebih mengenal Work-life balance dalam kehidupan mereka.
Narasumber lebih bisa menyeimbangkan antara kehidupan kerjanya dengan
kehidupan pribadinya
3. Bagi Pihak lain
8
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan pembaca dalam work-life
balance dan bisa menerapkan sistem work-life balance untuk organisasiorganisasi.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan Mohammed Prakandi, Mohamed Behery (2016)
yang berjudul Sustainable human resources: Examining the status of organizational
work–life balance practices in the United Arab Emirates yang melakukan wawancara
dilakukan dengan 38 perwakilan manajemen. Hasilnya menunjukkan bahwa ada
beberapa organisasi di UAE yang tidak melibatkan karyawan mereka dalam desain
dalam program kehidupan kerja, Work-life balance dalam organisasi-organisasi ini
diprakarsai oleh manajemen puncak dengan tujuan untuk mempertahankan karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Robert A. Lewis & Les Roches Guyere (2010) ,
yang berjudul Work-life Balance in Hospitality Experience from A Geneva-based Hotel
menunjukan ada peningkatan permintaan di beberapa negara Eropa untuk
meningkatkan fleksibelitas tempat kerja (EF 2004), yang juga di dukung oleh inisiatif
dar pemerintah Swiss untuk pegawai Federal (SDC 2009). Penelitian ini melibatkan 30
Karyawan. Narasumber penelitian tidak merasa mereka memiliki fleksibilitas dalam
mengatur jadwal yang terkait dengan pekerjaan. Temuan menunjukan dari sampel
menunjukkan bahwa staf yang disurvei merasa bahwa pekerjaan mereka hidup secara
signifikan tumpah ke kehidupan pribadi mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Sally Khallash, Martin Kruse (2012) yang berjudul
The future of work and work-life balance 2025, Penelitian ini menggunakan
10
pendekatan kualitatif yang meneliti tentang masa depan kerja dan keseimbangan
kehidupan kerja pada tahun 2025, menggunakan metode kualitatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi konsep masa depan pekerjaan dan
mengidentifikasi beberapa tantangan bahwa Eropa akan semakin menghadapi
perubahan ekonomi, sosial dan demografis. Pada dasarnya, istilah keseimbangan
kehidupan kerja adalah istilah yang terbuka untuk interpretasi subyektif yang cukup,
karena apa yang membentuk keseimbangan tunduk pada variasi budaya yang cukup
besar seperti yang didefinisikan oleh setiap individu atau secara kolektif oleh pasangan
dalam suatu hubungan.
Definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa keseimbangan
kehidupan kerja mengartikulasikan keinginan semua individu, bukan hanya mereka
yang memiliki tanggung jawab keluarga untuk mencapai keseimbangan antara
pekerjaan mereka yang dibayar dan kehidupan mereka di luar pekerjaan, dari
pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga hingga waktu luang dan mandiri. Hasil
dari penelitian ini adalah dalam skenario pertama keseimbangan kehidupan kerja
adalah landasan penting dalam kehidupan karyawan dan membentuk kedekatan
mengikat antara karyawan dan pengusaha. Dalam skenario kedua, keseimbangan
kehidupan kerja tidak penting bagi mayoritas karyawan yang berjuang untuk
mempertahankan pekerjaan mereka dan karenanya hanya tersedia untuk pekerja yang
paling istimewa.
Penelitian yang dilakukan oleh Dizaho (2017) yang berjudul Achieveing Work-life
balance Through Flexible Work Schedules and Arrangements menunjukan bahwa
11
untuk mencapai keseimbangan kehidupan kerja adalah yang terpenting adalah
organisasi merasa perlu memberi kesempatan kepada karyawannya untuk
menyeimbangkan kehidupan rumah dan tempat kerja mereka. Dengan jadwal dan
pengaturan kerja yang fleksibel maka memudahkan kebutuhan karyawan untuk
mencapai keseimbangan dalam kehidupan rumah dan tempat kerja mereka. Sementara
keseimbangan kehidupan kerja didorong karena impact yang diterima oleh karyawan
pada organisasi seperti peningkatan produktivitas, loyalitas, kepuasan, peningkatan
moral, sikap dan perilaku karyawan, dan lain-lain
Penelitian yang dilakukan oleh Meenakshi dan Ravichandran (2013) yang berjudul
The Importance of Work-Life-Balance menunjukan program keseimbangan kehidupan
kerja telah terbukti berdampak pada karyawan dalam hal rekrutmen, retensi / turnover,
komitmen dan kepuasan, absensi, produktivitas, dan tingkat kecelakaan. Program
keseimbangan kerja dan kehidupan mengakui bahwa kesejahteraan karyawan
mempengaruhi bisnis. Parameter diperlukan untuk memastikan bahwa program
memiliki efek yang diinginkan pada karyawan dan perusahaan. Enam parameter yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi program keseimbangan kehidupan kerja adalah:
tingkat dukungan dan pelatihan manajemen, bagaimana program dikomunikasikan
kepada karyawan, budaya perusahaan, kontrol manajemen, kebijakan sumber daya
manusia dan kontrol karyawan
Penelitian yang dilakukan oleh Sundar & Santhi yang berjudul A study on the
Work-life Balance of Women Employees in Information Technology Industry (2012)
menemukan ada beberapa faktor yang memepengaruhi work-life balance :
12
a) Dukungan sosial keluarga, merupakan hal penting karena apbila keluarga
mendukung pekerjaa dengan pekerjaannya, maka pekerja akan merasa nyaman berada
di tempat kerjanya dan dapat bekerja secara maksimal sehingga tidak terbebanidengan
keluarga
b) Lingkungan kerja yang baik, yang di dalamnya saling mendukung dan membantu
satu sama lain agar terciptanya suasana kerja yang menyenangkan bagi para pekerja.
c) Manfaat, yang diberikan perusahaan dengan membayar pekerja dengan gaji,
liburan,cuti hamil dan melahirkan, asuransi kesehatan bagi pekerja.
d) Relokasi, meruapakan pemindahan lokasi kerja yang juga mempengaruhi kinerja
para pekerja teruatma pekerja yang terpaksa terpisah dari keluarganya .
e) Waktu kerja, menciptakan jadwal pekerjaan yang fleksibel dan memberikan ruang
untuk pekrja agar memiliki kesempatan untuk menyelesaikan tanggung jawab kanotr
namun tetap mimiliki kehidupan yang seimbang di luar kantor.
f) Perawatan anak, merupakan adanya sponsor untuk anak yang membutuhkan
pendidikan tinggi di setiap negara.
Penelitian yang dilakukan oleh Adame- dkk (2016) yang berjudul Do firms
implement work–life balance policies to benefit their workers or themselves?
Menunjukan bahwa penelitian ini menawarkan perspektif baru menganalisis variabel
yang berkaitan dengan penggunaan WLB di perusahaan. Hasil dari penerapan
pendekatan fsQCA menyoroti kebutuhan untuk memikirkan kembali pentingnya dan
peran dari variabel-variabel ini dalam penelitian WLB. Froma praktis Perspektif ini
menyoroti dua pengamatan penting dengan implikasi yang cukup besar bagi manajer
13
SDM. Pertama, prospeknya manfaat bisnis pasar adalah variabel utama yang
meningkatkan peluang menerapkan praktik-praktik new WLB di perusahaan kedua,
manfaat ini yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan WLB, dapat membuat Praktik
WLB lebih menarik bagi para manajer, sehingga membawa perubahan dalam budaya
organisasi perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Grzywacz dan Carlson (2007) yang berjudul
Conceptualizing work family balance: Implications for practice and research
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah
menentukan bagaimana meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja karena hal itu
dapat berdampak pada hasil organisasi dan juga mengembangkan pemahaman secara
konseptual yang lebih baik tentang keseimbangan kerja keluarga agar tidak ada konflik
diantara keduanya karena pekerjaan yang mengganggu keluarga atau keluarga ikut
campur masalah pekerjaan. Hasil dari penelitian ini adalah Keseimbangan kerja
keluarga adalah faktor yang ada dalam setiap organisasi kontemporer dan masyarakat.
Sayangnya, perkembangan teoritis dan konseptual keseimbangan kerja keluarga belum
sejalan dengan minat masyarakat. Penelitian substansial perlu dilakukan untuk
mengembangkan pemahaman yang baik dengan konseptualisasi, HRD profesional
memiliki landasan untuk mulai menciptakan strategi yang dapat berkontribusi pada
tujuan organisasi dengan membantu pekerja mencapai keseimbangan kerja-keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Beham, & Drobnič, (2010) Satisfaction with work‐
family balance among German office workers. Penelitian ini menggunakan sampel dari
716 pekerja kantor dari dua organisasi sektor jasa di Jerman berpartisipasi dalam survei
14
online yang komprehensif. Regresi multivariat hierarkis digunakan untuk menguji
hubungan yang diprediksi. Penelitian menunjukan Persepsi harapan waktu organisasi
yang tinggi, tuntutan pekerjaan psikologis dan ketidakamanan kerja ditemukan
berhubungan negatif dengan kepuasan karyawan dengan keseimbangan kerja-keluarga.
Konflik kerja-ke-keluarga memediasi sebagian hubungan tersebut. Dukungan sosial di
tempat kerja dan kontrol pekerjaan mengungkapkan hubungan positif dengan kepuasan
dengan keseimbangan kerja-keluarga, tetapi bertentangan dengan prediksi, asosiasi ini
bertahan setelah mengendalikan konflik kerja-ke-keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Sirgy & Lee (2017) yang berjudul Work-Life
Balance: an Integrative Review menunjukan keseimbangan kehidupan kerja dan
mempresentasikan konsep keseimbangan kerja-kehidupan yang lebih integratif. Ada
banyak bukti yang terkait dengan konsekuensi keseimbangan kerja-hidup dalam hal
hasil kerja, non-kerja, dan yang terkait dengan stres. Dari hal ini ditinjau banyak bukti
tentang anteseden utama keseimbangan kehidupan kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Maslichah (2017) yang berjudul Pengaruh Worklife balance dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan menunjukan
adanya terdapat pengaruh yang signifikan antara work-life balance, lingkungan kerja
fisik, lingkungan kerja non fisik terhadap kepuasan kerja secara simultan pada perawat
RS Lavalette Malang. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
regresi linear berganda menunjukkan bahwa work-life balance, lingkungan kerja fisik,
lingkungan kerja non fisik secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap job
satisfaction pada perawat RS Lavalette Malang.
15
Penelitian yang dilakukan Skinner (2013) yang berjudul Understanding and
managing work–life interaction across the life course: a qualitative study, Penelitian
ini menyelidiki interaksi kehidupan yang terjadi dalam satu sektor industri, kesehatan.
Penelitian ini menggunaka metode kualitatif dengan sampel sebanyak 105 ahli
kesehatan yang memberikan wawasan tentang tantangan kehidupan kerja dan
kebutuhan tenaga kerja modern yang beragam, termasuk kebijakan dan praktik yang
cenderung memaksimalkan kesejahteraan karyawan dan retensi. Hasil penelitian
menemukan bahwa terdapat beberapa perbedaan yang signifikan dalam perspektif dan
kebutuhan kehidupan kerja untuk para profesional kesehatan pada tahap kehidupan
yang berbeda, tetapi ada juga tumpang tindih yang substansial, khususnya yang
berkaitan dengan tuntutan pekerjaan dan sumber daya seperti fleksibilitas. Secara
harmonis dengan pengasuhan anak, perawatan lansia, atau dengan aktivitas sosial dan
pribadi yang berharga dapat mengurangi konflik.
Penelitian yang dilakukan oleh Galea, dkk 2014 berjudul How a system of flexible
working hours helps employees to strike a proper balance between work and personal
life, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang meneliti tentang
bagaimana sistem jam kerja yang fleksibel membantu karyawan untuk mencapai
keseimbangan yang tepat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, menggunakan
metode kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan wawasan yang
lebih besar tentang bagaimana karyawan mengalami pengaruh jam kerja yang tidak
fleksibel terhadap keseimbangan kerja dan kehidupan mereka. Pengaturan kerja yang
fleksibel telah diidentifikasi sebagai salah satu cara penting untuk menyeimbangkan
16
komitmen kerja dan pribadi (Russell dkk., 2009) dan menjadi semakin umum dalam
ekonomi modern. Di banyak negara, undang-undang telah diperkenalkan yang
memungkinkan kelompok karyawan tertentu untuk meminta kondisi kerja yang
fleksibel. Baik pengusaha maupun karyawan menjadi lebih sadar akan potensi
keuntungan dari pengaturan kerja yang fleksibel. Demikian pula, karyawan menyadari
betapa pentingnya untuk kesejahteraan pribadi dan fungsi keluarga mereka untuk
mengendalikan dan memiliki kemampuan untuk menyulap peran keluarga dan
pekerjaan. Hasil dari penelitian ini adalah ketika jam kerja yang fleksibel didukung
oleh manajemen dan sesuai dengan budaya kerja, mereka sangat dihargai baik untuk
alasan pribadi maupun yang terkait dengan pekerjaan. Selain itu, maknanya untuk
kehidupan pribadi bervariasi sesuai dengan tahap kehidupan. Temuan penting bagi
pembuat kebijakan dan manajer sumber daya manusia untuk menerapkan dan
menangani jam kerja yang fleksibel secara efektif. Akibatnya, ini akan membantu
karyawan mencapai keseimbangan yang tepat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
yang menghasilkan manfaat organisasi yang menguntungkan.
Penelitian yang dilakukan Yulie et.all (2012) yang berjudul The Role of Life
Friendly Policies on Employees Work-life Balance dalam penelitiannya kesulitan
dalam mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga dibuktikan bahwa
ketidakseimbangan antara pekerjaan dan keluarga dapat berpengarih pada tingkat stress
karyawan. Akibatnya muncul konflik-konflik yang ada pada keluarga karyawan sudah
berumah tangga terutama karyawan perempuan. Sampai saat ini belum ada praktek
17
manajamen yang memungkinkan terciptanya keseimbangan antara pekerjaan dan
keluarga.
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Peneliti /Judul
No
1.
Penelitian / Objek
Teori
Hasil
Dizaho, Esther
Kadarko, Rohani,
Saleh, Azrai Abdullah
(2017)
Achieveing Work-life
balance Through
Flexible Work
Schedules and
Arrangements
keseimbangan kehidupan kerja
adalah mengelola secara efisien
tekanan antara pekerjaan yang
dibayar dan semua aktivitas
tambahan yang penting bagi orangorang seperti keluarga, kegiatan
masyarakat, pekerjaan sukarela,
pertumbuhan individu dan waktu
luang dan hiburan.( Dundas, 2008)
Global Business and
Management Research:
An International
Journal
keseimbangan kehidupan kerja
sebagai tingkat dimana seseorang
didata dan dipuaskan secara merata
dengan peran pekerjaan dan peran
keluarganya. Greenhaus dkk.,
(2003)
Dengan jadwal dan
pengaturan kerja yang
fleksibel memudahkan
kebutuhan karyawan untuk
mencapai keseimbangan
dalam kehidupan rumah
dan tempat kerja mereka.
Sementara keseimbangan
kehidupan kerja didorong
karena manfaat yang
diperolehnya pada
organisasi seperti
peningkatan kinerja,
loyalitas, kepuasan moral,
sikap dan perilaku
karyawan, dan lain-lain
Penelitian
Alat analisis:
Qualitatif, conceptual
paper based on
secondary data.
Mohammed Prakandi,
Mohamed Behery
(2016)
Sustainable human
resources: Examining
the status of
organizational work–
life balance practices
in the United Arab
Emirates
Renewable and
Sustainable Energy
Reviews
Alat analisis: kualitatif
dan bersifat eksplorasi
Menyatakan Praktik kerjakeseimbangan hidup (WLB)
adalah inisiatif organisasi yang
disengaja dirancang untuk
meminimalkan konflik kerjakehidupan karyawan dan
memungkinkan mereka untuk
menjadi lebih efektif di tempat
kerja dan peran lain. Lazar
I,Osoian C,RatiuP.(2010)
Hasilnya menunjukkan
bahwa ada beberapa
organisasi di UAE yang
tidak melibatkan karyawan
mereka dalam desain
dalam program kehidupan
kerja, Work-life balance
dalam organisasiorganisasi ini diprakarsai
oleh manajemen puncak
dengan tujuan untuk
mempertahankan karyawan
18
Respondedn :wawancar
a dilakukan dengan 38
perwakilan manajemen
2
Sirgy, M. Joseph
Dong, Jin Lee
(2017)
Work-Life Balance: an
Integrative Review
Alat analisis: Applied
Research in Quality of
Life
Alat Analisis:
Pendekatan Kualitatif
3
Adame-Sánchez,
Consolación
González-Cruz, Tomás
F. et.al (2016)
Do firms implement
work–life balance
policies to benefit their
workers or themselves
Journal of Business
Research
Work-life balance adalah
kecenderungan untuk sepenuhnya
terlibat dalam kinerja setiap peran
dalam sistem peran total seseorang
untuk mendekati setiap peran dan
peran mitra dengan sikap perhatian
dan perhatian.(Marks 1977;
Marks and MacDermid 1996;
Sieber 1974).
Work-life balance adalah
keterlibatan dalam berbagai peran
dengan perkiraan tingkat perhatian,
waktu, keterlibatan, atau komitmen
yang setara. (Greenhaus et al.
2003; Kirchmeyer 2000)
Secara khusus, keseimbangan
kehidupan kerja didefinisikan
sebagai alokasi waktu dan energi
psikologis dengan cara yang
seimbang dalam pekerjaan dan
kehidupan non pekerjaan sambil
mendapatkan banyak kepuasan
baik dari pekerjaan dan kehidupan
non-kerja (Greenhaus et al. 2003).
tujuan WLB adalah untuk
meningkatkan keselarasan antara
bidang profesional dan nonprofesional dalam kehidupan
pekerja sehingga mengurangi
konflik antara pekerjaan dan
keluarga. (Felstead, Jewson,
Phizacklea, & Walters, 2002)
Dalam penelitian ini
meninjau literatur tentang
keseimbangan kehidupan
kerja dan
mempresentasikan konsep
keseimbangan kerjakehidupan yang lebih
integratif. Kami pertama
kali meninjau berbagai
konseptualisasi
keseimbangan kehidupan
kerja dan mengusulkan
definisi integratif
keseimbangan kehidupan
kerja. Ada banyak bukti
yang terkait dengan
konsekuensi keseimbangan
kerja-hidup dalam hal hasil
kerja, non-kerja, dan yang
terkait dengan stres. Kami
kemudian meninjau banyak
bukti tentang anteseden
utama keseimbangan
kehidupan kerja.
Perspektif ini menyoroti
dua pengamatan penting
dengan implikasi yang
cukup besar bagi manajer
SDM. Pertama, prospeknya
Manfaat bisnis pasar
adalah variabel utama yang
meningkatkan peluang
menerapkan praktikpraktik new WLB di
perusahaan.Kedua, manfaat
ini,yang terkait dengan
pelaksanaan kebijakan
WLB, dapat membuat
19
Alat analisis: fuzzy-set
qualitative comparative
analysis (fsQCA)
4
Lewis, Robert A dan
Les Roches Gruyere
(2010)
Work-Life Balance in
Hospitality: Experience
From A Geneva-Based
Hotel
International Journal of
Management &
Information SystemFourth Quarter
5
Alat analisis:
Wawancara 30
karyawan
Padma, S dan M.
Sudhir Reddy (2013)
Role of Family Support
in Balancing Personal
and Work Life of
Women Employees
IJCEM International
Journal of
Computational
Engineering &
Management, Vol. 16
Issue 3
Alat analisis: Statistik
6
Yuile, Colleen dkk
(2012)
The Role of Life
Friendly Policies on
Employees’ work-life
balance
Work-life balance adalah tentang
membantu karyawan agar lebih
baik mengatur waktu kerja dan
bukan waktu kerja. Perdebatan
dalam work-life balance harus
memasukan karyawan dan
mendorongmereka untuk
mengetahui dan
mengimplementasikan secara
lebih efektif strategi work-life
balance (Wise 2001)
Work-life balance adalah
keunggulan kompetitif untuk
karyawan dalam rangka untuk
menambah loyalitas karyawan
(Joshi dkk 2002)
Santhi dan Sunder (2012)
lingkungan pendukung di
organisasi, penyediaan langkahlangkah kesejahteraan memainkan
peran utama dan waktu kerja
alternatif, perawatan anak dan
rekreasi memainkan peran
sekunder dalam menyeimbangkan
pekerjaan dan kehidupan pribadi
Meenakshi dan Ravichandran
(2012) suasana kerja memainkan
peran kunci untuk mendapatkan
keseimbangan dalam kehidupan
pribadi dan pekerjaan dan opsi
waktu fleksibel adalah pilihan yang
lebih baik untuk mendapatkan
keseimbangan.
WLB adalah penggunaan yang
diperuntukkan dalam kejelasan
konseptual antara konstruk
keseimbangan kerja dengan
keluarga (Chang, McDonald, &
Burton, 2010).
Praktik WLB lebih
menarik bagi para manajer,
sehingga membawa
perubahan
dalam budaya organisasi
perusahaan.
Temuan menunjukan dari
sampel menunjukkan
bahwa staf yang disurvei
merasa bahwa pekerjaan
mereka hidup secara
signifikan tumpah ke
kehidupan pribadi mereka.
Penelitian ini menunjukan
bawa
dukungan
dari
anggota keluarga akan
memainkan peran penting
dalam
menyeimbangkan
kehidupan Pribadi dan
Profesional. Jelas dari tabel
regresi bahwa Dukungan
anggota keluarga adalah
prediktor yang dominan
dari Work Life Balance.
Dalam
penelitiannya
kesulitan dalam mengatur
waktu antara pekerjaan dan
keluarga dibuktikan bahwa
ketidakseimbangan antara
pekerjaan dan keluarga
dapat berpengarih pada
tingkat stress karyawan.
20
Journal of Management
and Organization
Alat analisis: Statistik
7
Sally Khallash, Martin
Kruse (2012)
The future of work and
work-life balance 2025
Futures
Alat analisis : Skenario
8
Meenakshi dan
Ravinandhar (2013)
The Importance of
Work-Life-Balance
WLB adalah ekuilibrium atau
keseimbangan antara pekerjaan
dan keluarga (Clarke, Koch, &
Hill, 2004; Comer &
Stites-Doe, 2006).
WLB adalah istilah yang terbuka
bagi interpretasi subyektif yang
cukup besar, karena apa yang
merupakan keseimbangan tunduk
pada variasi budaya yang cukup
besar seperti yang didefinisikan
oleh masing-masing individu atau
secara kolektif oleh pasangan
dalam suatu hubungan. Sally &
Martin(2012)
WLB adalah kondisi
keseimbangan yang nyaman
dicapai antara prioritas utama
karyawan dari posisi pekerjaan
mereka dan gaya hidup pribadi
Akibatnya muncul konflikkonflik yang ada pada
keluarga karyawan sudah
berumah tangga terutama
karyawan
perempuan.
Sampai saat ini belum ada
praktek manajamen yang
memungkinkan terciptanya
keseimbangan
antara
pekerjaan dan keluarga.
Definisi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
bahwa
keseimbangan
kehidupan
kerja
mengartikulasikan
keinginan semua individu,
bukan hanya mereka yang
memiliki tanggung jawab
keluarga untuk mencapai
keseimbangan
antara
pekerjaan mereka yang
dibayar dan kehidupan
mereka di luar pekerjaan,
dari pengasuhan anak dan
pekerjaan rumah tangga
hingga waktu luang dan
mandiri.
Hasil
dari
penelitian ini adalah dalam
skenario
pertama
keseimbangan kehidupan
kerja adalah landasan
penting dalam kehidupan
karyawan dan membentuk
kedekatan mengikat antara
karyawan dan pengusaha.
Dalam skenario kedua,
keseimbangan kehidupan
kerja tidak penting bagi
mayoritas karyawan yang
berjuang
untuk
mempertahankan pekerjaan
mereka dan karenanya
hanya
tersedia
untuk
pekerja
yang
paling
istimewa.
Peneltian ini menunjukan
program
keseimbangan
kehidupan
kerja telah
terbukti berdampak pada
karyawan
dalam
hal
21
IOSR Journal of
Business and
Management (IOSRJBM) e-ISSN: 2278487X, p-ISSN: 23197668. Volume 14, Issue
3 (Nov. - Dec. 2013),
PP 31-35
Alat analisis :
Konseptual dan
skenario
9
Beham, & Drobnič,
(2010
Satisfaction with work‐
family balance among
German office workers.
Journal of Managerial
Psychology
10
mereka. Sebagian besar psikolog
akan setuju bahwa tuntutan karier
karyawan tidak boleh melebihi
kemampuan individu untuk
menikmati kehidupan pribadi yang
memuaskan di luar lingkungan
bisnis. Meenakshi & Ravinandhar
(2013)
Enam parameter yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi
program keseimbangan kehidupan
kerja adalah: tingkat dukungan dan
pelatihan manajemen, bagaimana
program dikomunikasikan kepada
karyawan, budaya perusahaan,
kontrol manajemen, kebijakan
sumber daya manusia dan kontrol
karyawan. Meenakshi &
Ravinandhar (2013)
Bagaimana menyeimbangkan
tuntutan pekerjaan dan keluarga
dan mencapai keseimbangan
yang memuaskan antara dua
ranah telah menjadi pertanyaan
sentral bagi organisasi dan nilai
karier yang penting bagi banyak
karyawan (Valcour, 2007).
Alat analisis : Regresi
multivariat
Dengan implementasi luas dari
teknologi informasi dan
telekomunikasi, pekerjaan dan
kehidupan keluarga menjadi
semakin terjalin, dan tidak dapat
lagi diperlakukan sebagai domain
independen (Lambert, 1990;
Milliken dan Dunn-Jensen, 2005;
Valcour dan Hunter, 2005).
Skinner (2013
Understanding and
managing work–life
Kehidupan kerja yang baik 'cocok'
telah diidentifikasi sebagai aspek
sentral dari kualitas hidup (Sirgy et
rekrutmen,
retensi
/
turnover, komitmen dan
kepuasan,
absensi,
produktivitas, dan tingkat
kecelakaan.
Program
keseimbangan kerja dan
kehidupan
mengakui
bahwa
kesejahteraan
karyawan mempengaruhi
bisnis.
Parameter
diperlukan
untuk
memastikan
bahwa
program memiliki efek
yang diinginkan pada
karyawan dan perusahaan.
Enam parameter yang dapat
digunakan
untuk
mengevaluasi
program
keseimbangan kehidupan
kerja
adalah:
tingkat
dukungan dan pelatihan
manajemen,
bagaimana
program dikomunikasikan
kepada karyawan, budaya
perusahaan,
kontrol
manajemen,
kebijakan
sumber daya manusia dan
kontrol karyawan
Penelitian menunjukan
Persepsi harapan waktu
organisasi yang tinggi,
tuntutan pekerjaan
psikologis dan
ketidakamanan kerja
ditemukan berhubungan
negatif dengan kepuasan
karyawan dengan
keseimbangan kerjakeluarga. Konflik kerja-kekeluarga memediasi
sebagian hubungan
tersebut. Dukungan sosial
di tempat kerja dan kontrol
pekerjaan mengungkapkan
hubungan positif dengan
kepuasan dengan
keseimbangan kerjakeluarga.
Hasil
penelitian
menemukan
bahwa
terdapat
beberapa
22
interaction across the
life course: a
qualitative study
Asia Pacific Journal of
Human Resources
(2014) 52, 93–109
Alat analisis : kualitatif
dengan 105 ahli
kesehatan
11
Galea, dkk 2014
How a system of
flexible working hours
helps employees to
strike a proper balance
between work and
personal life
The International
Journal of Human
Resource Management
Alat analisis : Analisis
data & tematik dengan
responden 15 karyawan
al. 2012; Van Laar, Edwards dan
Easton 2007).
jam kerja dan jadwal yang sesuai
dengan preferensi pekerja dapat
meminimalkan dampak negatif
pekerjaan-kehidupan, dan
memungkinkan manajemen yang
efektif dari tanggung jawab
pekerjaan dan keluarga, dan ini
berlaku untuk pekerja shift dan
mereka yang bekerja dengan
jadwal standar (Barnett 2006).
Pengaturan kerja yang fleksibel
telah diidentifikasi sebagai salah
satu cara penting untuk
menyeimbangkan komitmen kerja
dan pribadi dan menjadi semakin
umum dalam ekonomi modern.
(Russell, O'Connell dan McGinnity
2009)
Keseimbangan kerja dan
kehidupan yang baik dapat
didefinisikan sebagai 'kepuasan
dan fungsi yang baik di tempat
kerja dan di rumah, dengan konflik
peran minimum' (Clark 2000, hal.
751)
keseimbangan kerja-hidup yang
baik bukan hanya tentang
membatasi jumlah jam kerja tetapi
lebih tentang memberi orang
otonomi tingkat bagaimana cara
mengatur waktu kerja mereka
(Schabracq et al. 2007).
12
Grzywacz dan Carlson
(2007)
Conceptualizing work
family balance:
Keseimbangan kerja-keluarga
adalah inti dari isu-isu sentral
untuk pengembangan sumber daya
manusia (SDM). Indikator
perbedaan yang signifikan
dalam
perspektif
dan
kebutuhan kehidupan kerja
untuk para profesional
kesehatan
pada
tahap
kehidupan yang berbeda,
tetapi ada juga tumpang
tindih yang substansial,
khususnya yang berkaitan
dengan tuntutan pekerjaan
dan sumber daya seperti
fleksibilitas.
Secara
harmonis
dengan
pengasuhan
anak,
perawatan lansia, atau
dengan aktivitas sosial dan
pribadi yang berharga dapat
mengurangi konflik.
Hasil dari penelitian ini
adalah ketika jam kerja
yang fleksibel didukung
oleh manajemen dan sesuai
dengan
budaya
kerja,
mereka sangat dihargai baik
untuk
alasan
pribadi
maupun
yang
terkait
dengan pekerjaan. Selain
itu,
maknanya
untuk
kehidupan
pribadi
bervariasi sesuai dengan
tahap kehidupan. Temuan
penting bagi pembuat
kebijakan dan manajer
sumber daya manusia untuk
menerapkan
dan
menangani jam kerja yang
fleksibel secara efektif.
Akibatnya,
ini
akan
membantu
karyawan
mencapai
keseimbangan
yang tepat antara pekerjaan
dan kehidupan pribadi yang
menghasilkan
manfaat
organisasi
yang
menguntungkan.
Keseimbangan kerja
keluarga adalah faktor
yang ada dalam setiap
organisasi kontemporer
23
Implications for
practice and research
Advances in
Developing Human
Resources
Alat analisis: metode
kualitatif
keseimbangan telah dikaitkan
dengan komitmen karyawan yang
lebih besar, kepuasan kerja (Allen
et al., 2000; Kossek & Ozeki,
1999), dan perilaku
kewarganegaraan organisasi
(Bragger, Rodriguez-Srednicki,
Kutcher, Indovino, & Rosner,
2005).
keseimbangan pekerjaankeluarga sebagai pemenuhan
harapan terkait peran yang
dinegosiasikan dan dibagikan
antara seorang individu dan
mitra terkait perannya dalam
domain pekerjaan dan
keluarga. Grzywacz dan Carlson
dan masyarakat.
Sayangnya, perkembangan
teoritis dan konseptual
keseimbangan kerja
keluarga belum sejalan
dengan minat masyarakat.
Penelitian substansial perlu
dilakukan untuk
mengembangkan
pemahaman yang baik
dengan konseptualisasi,
HRD profesional memiliki
landasan untuk mulai
menciptakan strategi yang
dapat berkontribusi pada
tujuan organisasi dengan
membantu pekerja
mencapai keseimbangan
kerja-keluarga.
(2007)
13
Maslichah, Nur Intan
(2016)
Pengaruh Work-Life
Balance Dan
Lingkungan Kerja
Terhadap
Kepuasan Kerja
Karyawan
Jurnal Administrasi
Bisnis
(Studi Pada Perawat
RS Lavalette Malang)
Alat analisis: uji
asumsi klasik, analisis
regresi linear
bergandaPendekatan
Kuantitatif
Hudson (2005:3) work-life balance
merupakan merupakan: “tingkat
kepuasan yang berkaitan dengan
peran ganda dalam kehidupan
seseorang”.
Hutcheson (2012:5) work-life
balance Balance adalah suatu
bentuk kepuasan pada individu
dalam mencapai keseimbangan
kehidupan dalam pekerjaannya”.
Hudson (2005:3) menyatakan
bahwa: “Work-life balance
memiliki tiga komponen
keseimbangan yaitu keseimbangan
waktu, keseimbangan keterlibatan,
dan keseimbangan kepuasan.”
Adanya terdapat pengaruh
yang signifikan antara
work-life balance,
lingkungan kerja fisik,
lingkungan kerja non fisik
terhadap kepuasan kerja
secara simultan pada
perawat RS Lavalette
Malang.
Berdasarkan pengujian
yang dilakukan dengan
menggunakan regresi
linear berganda
menunjukkan bahwa worklife balance ,
lingkungan kerja fisik,
lingkungan kerja non fisik
secara parsial berpengaruh
secara signifikan terhadap
job satisfaction pada
perawat RS
Lavalette Malang.
24
14
Santhi & Sundar
(2012)
A Study On The Work
Life Balance Of
Women Employees In
Information
Technology Industry
ZENITH International
Journal of Business
Economics &
Management Research
Alat analisis: Analisis
skala likert, dengan
responden 350
karyawan wanita
hubungan antara kepuasan kerja
dan Kualitas hidup orang. Dia
berpendapat bahwa pengalaman
dan hasil kerja dapat memengaruhi
kualitas hidup seseorang secara
umum, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui
pengaruhnya terhadap interaksi
keluarga, kegiatan waktu luang dan
tingkat kesehatan dan energi. Rice
(1985
Keseimbangan antara pekerjaan
dan kehidupan adalah prioritas
yang tepat antara "pekerjaan"
(karier dan ambisi) di satu sisi dan
"kehidupan" (kesenangan, waktu
luang, keluarga, dan
perkembangan spiritual) di sisi
lain. Terkait, meskipun lebih luas,
istilah termasuk "keseimbangan
gaya hidup" dan "keseimbangan
hidup". Santhi & Sundar (2012)
Penelitian ini menemukan
ada beberapa faktor yang
memepengaruhi work-life
balance :
a)
Dukungan
sosial
keluarga, merupakan hal
penting karena apbila
keluarga
mendukung
pekerjaa
dengan
pekerjaannya, maka pekerja
akan
merasa
nyaman
berada di tempat kerjanya
dan dapat bekerja secara
maksimal sehingga tidak
terbebanidengan keluarga
b) Lingkungan kerja yang
baik, yang di dalamnya
saling mendukung dan
membantu satu sama lain
agar terciptanya suasana
kerja yang menyenangkan
bagi para pekerja.
c) Manfaat, yang diberikan
perusahaan
dengan
membayar pekerja dengan
gaji, liburan,cuti hamil dan
melahirkan,
asuransi
kesehatan bagi pekerja.
d) Relokasi, meruapakan
pemindahan lokasi kerja
yang juga mempengaruhi
kinerja
para
pekerja
teruatma pekerja yang
terpaksa
terpisah
dari
keluarganya .
e)
Waktu
kerja,
menciptakan
jadwal
pekerjaan yang fleksibel
dan memberikan ruang
untuk pekrja agar memiliki
kesempatan
untuk
menyelesaikan tanggung
jawab kanotr namun tetap
mimiliki kehidupan yang
seimbang di luar kantor.
f)
Perawatan
anak,
merupakan adanya sponsor
untuk
anak
yang
membutuhkan pendidikan
tinggi di setiap negara.
25
Berdasarkan penelitian terdahulu, sumbangan dari penelitian yang akan penulis
lakukan adalah terpaparnyaa Work-life Balance yang dijalani oleh perempuan berperan
ganda. Khususunya di sector perbankan yang memiliki jadwal kerja yang padat.
Karyawati bank mempunyai tanggungan pekerjaan yang berat. Bagi yang belum
menikah mungkin beban yang ditanggung tidak terlalu berat dibandingkan yang sudah
berkeluarga karena adanya dua tanggung jawab di pekerjaan dan di rumah. Disinilah
peneliti ingin membahas work-life balance karyawati bank yang sudah berkeluarga.
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dimana akan
mewawancarai pihak yang terkait. Dengan demikian, hasil yang diperolah harapannya
dapat lebih jelas dan valid.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Mathis dan Jackson, (2009) Manajemen sumber daya manusia adalah
rancangan sistem – sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan
penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan – tujuan
organisasional. Tidak peduli apakah perusahaan tersebut merupakan sebuah peusahaan
besar yang memiliki 10.000 karyawan atau organisasi nirlaba kecil yang memiliki
sepuluh karyawan, karyawan – karyawan tersebut harus dibayar, yang berarti
dibutuhkan sistem kompensasi yang baik dan sah. Karyawan – karyawan juga harus
direkrut, diseleksi, dilatih dan diatur. Setiap aktivitas membutuhkan pemikiran dan
pemahaman tentang apa yang akan berhasil dengan baik dan apa yang tidak. Menurut
Handoko (2014), manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi,
26
pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai
titik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.
Menurut Bohlander dan Snell (2010), Manajemen sumber daya manusia adalah
Ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan Manajemen sumber
daya
manusia dalam
perusahaan,
membuat
pekerjaan,
kelompok
kerja,
mengembangkan para karyawan yang mempunyai kemampuan, mengidentifikasi suatu
pendekatan untuk dapat mengembangkan kinerja karyawan dan memberikan imbalan
kepada mereka atas usahanya dan bekerja.
Menurut Nawawi dalam Gaol (2014), Manajemen sumber daya manusia adalah
orang yang bekerja dan berfungsi sebagai aset organisasi/ perusahaan dapat dihitung
jumlahnya. Selanjutnya dikatakan Nawawi, SDM adalah potensi yang menjadi motor
penggerak organisasi. Sedangkan menurut Dessler (2005) adalah proses memperoleh,
melatih, menilai dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan
hubungan kerja karyawan, kesehatan, keamanan dan masalah keadilan.
Bedasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen sumber daya manusia adalah suatu cara bagaimana perusahaan atau
organisasi dalam mengatur peranan karyawan yang dimiliki secara efisien dan efektif
untuk tercapainya tujuan perusahaan dan karyawan
2.2.2 Hard Approach dan Soft Approach dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia
Perusahaan atau organisasi membutuhkan MSDM dalam mengelola karyawannya.
Ada berbagai pendekatan yang dapat dilakukan oleh organisasi untuk mengelola SDM
27
yang dimiliki. Organisasi bisa menerapkan pendekatan Hard Approach dan Soft
Approach.
Menurut Thompson dan Martin (2005: 225). Hard human resources management:
a. Individu dianggap sebagai sumber daya dan seperti semua sumber daya lainnya,
perusahaan memperoleh keuntungan kompetitif dengan memanfaatkannya
secara efektif dan efisien.
b. Penyebaran dan pengembangan sumber daya manusia, yang pada dasarnya ada
sebagai alat organisasi dan strategi kompetitif, didelegasikan kepada manajer
lini yang bertanggung jawab untuk kelompok orang.
c. Prinsip – prinsip manajemen ilmiah dan sistem dapat berguna tetapi harus
digunakan dengan hati – hati.
Sedangkan soft approach mengasumsikan bahwa:
a. Pekerja akan lebih produktif jika mereka berkomitmen untuk perusahaan,
diberitahu tentang misinya, strategi dan tingkat keberhasilan.
b. Terlibat dalam tim yang secara kolektif memutuskan bagaimana hal tersebut
dilakukan.
c. Karyawan telah dapat dipercaya untuk mengambil keputusan yang tepat
daripada dikendalikan pada setiap tahap oleh manajer diatas mereka.
Bedasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa hard approach berfungsi
sebagai salah satu bentuk pendekatan yang dapat diterapkan oleh organisasi untuk
meningkatkan produktivitas karyawan. Sedangkan soft approach merupakan
sistem yang berfokus pada promosian karyawan
28
2.2.3 Karier
Karier menjadi komponen penting untuk peningkatan kualitas karyawan. Karier
adalah elemen yang penting dalam kehidupan kerja orang, maka kehidupan secara
umum, seperti kehidupan kerja dan kehidupan pribadi saling terjalin ke tingkat yang
tinggi. Karir dikelola secara bersamaan oleh individu dan mereka pengusaha, dan
berlangsung semakin dinamis (Hall, 2002) dalam Baruch (2015) Career Development:
Multilevel Perspective.
Karena karier menjadi elemen penting bagi karyawan sebagaimana menurut
Mathis & Jackson (2009) karier adalah rangakaian posisi yang berkaitan dengan kerja
yang ditempati seseorang sepanjang hidupnya. Menurut pendapat Dessler (2005) karier
merupakan posisi kerja pada seseorang dalam suatu organisasi selama bertahun-tahun
yang berkontribusi pada pemenuhan pekerjaan.
Sedangkan dalam Surya (1988) sifat-sifat karier antara lain :
1) Unik, karena mempunya spesifik pada masing-masing diri seseorang,
tergantung pada potensi diri, bakat, minat dan kecenderungan terhadap karier
2) Dinamis, karena memiliki sifat terus berkembang secara berkesinambungan
dengan perkembangan zaman dan kemajuan yang ingin dicapai pada suatu
masyarakat
3) Terbuka, karena setiap orang berhak dan tanpa ada halangan dapat memasuki
sebuah karier, baik pada lembaga atau organisasi pemerintah atau swasta
selama induvidu yang terkait memiliki persyaratan-persyaratan yang
dibutuhkan oleh lembaga yang dimaksud.
29
Dalam literatur ilmu pengetahuan perilaku (behavioral science) Handoko (2014)
menjelaskan ada tiga komponen pada istilah tersebut
1) Karier suatu urutan promosi atau pemnidahan (transfer) lateral ke jabatanjabtan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi yang lebih
baik dalam menyilang hirarki hubungan kerja selama kehidupan keja seseorang
2) Karier sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola
kemajuan sistematik dan jelas-jalur karier. Sebagai contoh, dalam profesi
pemrosesan data, jalur karier umumnya dimulai dengan operator komputer dan
kemudian meningkat menjadi pemograman junior analisis dan pemogram,
analisis sistem, analisis senior, pemimpin proyek, manajer departemen sistem,
dan wakil direktur bidang pelayanan informasi.
3) Karier sebagai sejarah pekerjaan seseorang, atau serangakaian posisi yang
dipegang selama kehidupan kerja. Dalam konteks ini, semua orang yang
mempunyai sejarah kerja, mereka disebut mempunyai karier.
Menurut Surya (1988) yang menjadi hakikat yang mendasar pada karier yang
sesungguhnya bagi diri seseorang adalah:
1) Aktualisasi diri
Semakin tinggi pandangan orang terhadap karier yang dilaluinya, akan
semakin tinggi pula penghargaan orang lain terhadap dirinya.
2) Pilihan Hidup
30
Dalam pekerjaan suatu karier tidak dapat dilepaskan dari bakat, minat, dan
potensi diri seseorang sehingga melahirkan berbagai pilihan karier dan pada
prinsipnya akan menemukan sebuah ketetapan pilihan hidup.
3) Perjalanan Hidup
Karier memiliki proses yang panjang dalam kehidupan manusia, yang
memiliki tahap-tahap perjalanan karier.
4) Seni
Karier dalam hidup seseorang memiliki nilai-nilai estetika atau nilai-nilai
keindahan.
5) Panggilan Jiwa Hidup Manusia
Karier berkaitan erat dengan prinsip hidup seseorang.
Karier menjadi perjalanan history pekerjaan pada induvidu. Karier dapat naik ke
atas, dapat bergeser ke posisi yang sama, dapat juga turun ke bawah. Rangkaian posisi
yang dijalani akan menjadi sejarah bagi karyawan. Naik turunnya karier tergantung
dari usaha, prestasi induvidu. Karier menjadi bagian penting bagi setiap karyawan
dalam bekerja.
2.2.4 Kepuasan Karier
Dalam berkarier para karyawan organisasi berusaha untuk memenuhi tuntutan
pekerjaan juga memenuhi tuntutan kehidupan sendiri. Adanya tuntutan untuk
memenuhi hal tersebut berdampak pada kepuasa karier yang dimiliki karyawan.
Menurut (Luthans, 1998) kepuasan karier akan tercapai apabila apa yang
diharapkannya sesuai dengan apa yang dialaminya. Kepuasan karier mencerminkan
31
perasaan seseorang terhadap pekerjaan, yang tampak dalam sikap positif terhadap
pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya
Mahtis & Jackson (2001) mendefinisikan kepuasan kerja adalah sebagai keadaan
emosi yang mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidak puasan terjadi karena
tidak sesuainya harapan dengan kenyataan. Sutrisno (2012), kepuasan kerja karyawan
merupakan masalah penting yang diperhatikan dalam hubungannya dengan
produktivitas kerja karyawan dan ketidakpuasan sering dikaitkan dengan tingkat
tuntutan dan keluhan pekerjaan yang tinggi. Pekerja dengan tingkat ketidakpuasan
yang tinggi lebih mungkin untuk melakukan sabotase.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasa karier akan
tercapai apabila keinginan atau harapan dari karyawan sesuai dengan kenyataanya.
Kepuasan ini terlihat dari emosi yang dilihatkan oleh karyawan tersebut. Hal tersebut
akan mencerminkan kepuasaan atau ketidakpuasan karier yang dijalani.
2.2.5 Motivasi
Bahwa orang sepakat bahwa motivasi adalah separuh dari kesuksesan. Mungkin
ini bukan hal yang berlebihan, manakala sebuah motivasi dianggap memiliki peran
penting dalam sebuah keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuannya. Jika tujuan
tercapai maka kepuasan akan terpenuhi. Motivasi menurut Maslow dalam Siagian
(2012) dikenal dengan teori kebutuhan yaitu:
1. Kebutuhan Fisiologis
2. Kebutuhan akan keamanan
3. Kebutuhan sosial
32
4. Kebutuhan “esteem”
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Sedangkan Herzberg dalam Siagian (2012) mengatakan bahwa teori motivasihigiene intinya terletak pada dua sumber motivasi, yaitu bersumber dalam diri pekerja,
yang bersangkutan yang mendatangkan kepuasan baginya dan bersumber dari dari
organisasi yang berperan sebagai “katup pengaman” agar pekerja mentaati aturan yang
berlaku pada organisasi.
Dalam melakukan sesuatu adanya niat yang dilakukan oleh induvidu. Bagi seorang
Muslim setiap tindakan dilandaskan karena Allah. Setiap aktivitas dilandaskan dengan
agama. Anshari (1993) menjelaskan bahwa motivasi spiritual seorang muslim terbagi
menjadi tiga: motivasi akidah, motivasi ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi
akidah adalah keyakinan hidup, yaitu pengikraran yang bertolak dari hati. Jadi,
motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai motivasi dari dalam yang muncul akibat
kekuatan akidah tersebut. Sedangkan motivasi ibadah merupakan motivasi yang tidak
pernah dilakukan oleh orang yang tidak memiliki agama, seperti sholat, doa, dan puasa.
Ibadah selalu bertitik tolak dari aqidah. Jika dikaitkan dengan kegiatan bekerja, ibadah
masih berada dalam taraf proses, sedangkan output dari ibadah adalah muamalat.
Muamalat merupakan tata aturan Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia dan manusia dengan benda atau materi.
Dari beberapa definisi disimpulkan bahwa motivasi terbagi menjadi internal dan
eksternal, dan spriritual. Motivasi internal datang dari dalam diri sendiri akan keingian
dan pencapaian akan sesuatu. Motivasi eksternal disebabkan faktor dari luar diri yang
33
mempengaruhi motif seseorang. Sedangkan motivasi spiritual sangat penting dalam
upaya meningkatkan kinerja yang religius.
2.2.6 Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup selalu berdampingan. Manusia lahir
karena adanya sepsang manusia yang saling membutuhkan. Dari kebutuhan sebuah
keluarga terbentuk. Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat yang di
dalamnya inti keluarga adalah ayah atau suami, ibu atau istri, dan anak. Sebagai
keluarga mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti tempat tinggal,
kebutuhan makan sehari-hari, perlengkapan rumah tangga, pendidkan dan sebagainya.
Seperti yang ada pada UU. No. 10 Tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan
anaknya atau ibu dan anaknya.
Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan
atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para
anggotanya yang berada dalam suatu jaringan. Jaringan tersebut terdiri dari kerabat
yang masih memiliki hubungan darah serta kerabat fiktif. Kerabat fiktif adalah
keluarga yang tidak memiliki hubungan darah seperti sahabat keluarga (Hill, 1998
dalam Lestari, 2012:6)
Pengertian keluarga juga dapat dilihat dari tiga sudut pandang. Menurut Fitzpatrick
(2004) dalam Lestari, (2012: 5) tiga sudut pandang itu adalah :
6. Pengertian Struktural
34
Keluarga didefinisikan bedasarkan kehadiran anggota keluarga seperti, orang
tua, anak dan kerabat lainnya. Pengertian ini memfokuskan kepada siapa yang
menjadi bagian dari keluarga. Prespektif ini menunjukan bahwa keluarga
merupakan asal-usl seorang (families of origin), keluaga sebagai wahana
melahirkan keturunan (families of precreation) dan keluarga batih (extended
family)
7. Pengertitan Fungsional
Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan
fungsi-fungsi psikososial. Fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada
anak, dukungan emosi, dan materi. Pemenuhan ini memfokuskan pada tugastugas yang dilakukan oleh keluarga.
8. Pengertian transaksional
Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman
melalui perilaku-perilaku yang menciptakan keikatan diri sebagai keluarga,
berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam masyarakat keluaraga adalah
satuan unit terkecil dalam masyarakat. Keluaraga lahir dari rumah tangga yang
memiliki hubungan darah atau perkawinan. Keluarga juga mempunyai peranan dalam
memenuhi kebutuhan anggota keluarganya masing-masing.
2.2.7 Dukungan Keluarga
Masalah yang diakibatkan oleh tekanan dapat dicegah dengan dukungan sosial.
Menurut Taylor, Peplau dan Sears (2009) Individu dengan dukungan yang tinggi akan
35
lebih dapat menghadapi dan mengatasi masalahnya dibandingkan dengan yang tidak
memiliki dukungan. Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan, keluarga, teman,
rekan kerja, maupun masyarakat. Sedangkan dukungan keluarga menurut Sarafino dan
Smith (2011) adalah dukungan kenyamanan, perhatian, penghargaan, pertolongan dan
penerimaan dari keluarga yang membuat individu merasa dicintai.
Sarafino dan Smith (2011) menjelaskan bahwa dukungan keluarga memiliki
beberapa aspek yaitu: dukungan emosional merupakan dukungan yang melibatkan rasa
empati, kasih sayang, peduli terhadap individu sehingga memberikan perasaan
nyaman, dihargai, diperhatikan dan dicintai. Dukungan instrumental meliputi bantuan
yang diberikan secara langsung atau nyata, sebagaimana individu yang memberikan
atau meminjam uang maupun barang atau menolong langsung kerabat yang sedang
membutuhkan pertolongan. Sedangkan dukungan informasi dapat berupa nasehat,
arahan atau sugesti mengenai bagaimana individu melakukan sesuatu dengan baik.
Dukungan ini dapat diberikan dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
individu. Terakhir dukungan penghargaan meliputi dukungan sebagai ungkapan rasa
hormat atau penghargaan, penilaian positif. Dukungan penghargaan dapat berupa
pemberian hadiah dan pujian terhadap apa yang telah dilakukan oleh individu.
Dukungan keluarga sangat berpengaruh bagi perempuan karier dikarenakan
dengan dukungan tersebut akan memudahkan dalam membagi masalah. Bentuk
dukungan keluarga bisa dilihat dari perhatian keluarga, penghargaanm pertolonngan,
dan penerimaan dari keluarga.
36
2.2.8 Work Family Conflict
Work Family Conflict atau konflik pekerjaan keluarga adalah konflik yang
muncul karena seseorang memiliki peran ganda baik dalam tuntutan dari pekerjaan dan
pekerjaan di rumah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan dalam melaksanakan
kedua tugas tersebut. Menurut Apperson dkk. (2002) Work family conflict didefinisikan
sebagai terjadinya konflik antar peran yang timbul akibat tidak kompatibel atau tidak
selarasnya urusan pekerjaan dengan rumah tangga. Konflik timbul karena adanya peran
yang tidak seimbang.
Kemudian, biasanya penyebab timbulnya konflik pada perempuan karier dapat
berasal dari lingkungan pekerjaan maupun keluarga. Hal ini sesuai pendapat Raymo
dan Sweeney (2005) dalam Alteza dan Hidayati (2009) yang mengklasifikasikan
penyebab konflik menjadi dua. Pertama, bersumber dari pekerjaan yaitu jam kerja yang
lama, jadwal kerja yang kurang fleksibel, dan karakteristik pekerjaan yang cenderung
menekan, baik fisik maupun psikis. Penyebab kedua berasal dari keluarga yaitu masih
ada anak kecil yang harus diurus, kesehatan pasangan yang buruk, padatnya pekerjaan
rumah tangga dan komunikasi yang buruk.
Dengan adanya work family conflict, hal tersebut akan mengganggu peran
seseorang. Menurut Stoner, Arora dan Charles (1990) adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi work family conflict yaitu :
1. Time Pressure yaitu kondisi dimana semakin banyak waktu yang
digunakan seseorang untuk bekerja maka akan semakin sedikit waktu
untuk keluarga
37
2. Family size and support, yaitu kondisi dimana semakin banyaknya
anggota keluarga maka akan semakin banyak konflik, dan sebaliknya
semakin banyak dukungan keluarga maka semakin sedikit konflik yang
muncul
3. Kepuasan kerja, yaitu kondisi dimana semakin tinggi kepuasan kerja
maka semakin sedikit konflik yang dirasakan
4. Marital and life satisfaction, yaitu adanya asumsi bahwa perempuan
yang
bekerja
memiliki
konsekuensi
yang
negatif
terhadap
pernikahannya
5. Size of firm, yaitu kondisi yang muncul karena banyaknya pekerja dalam
perusahaan yang mungkin saja mempengaruhi konflik peran ganda pada
seseorang
Work family conflict muncul karena adanya ketidakselarasan antara peran
ganda yang dijalani dalam pekerjaan dan keluarga. Konflik bisa muncul dari pekerjaan
dan keluarga. Ada beberapa faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan oleh
perempuan karier dalam menjaga konflik-konflik yang mucnul sehingga hal tersebut
bisa diminalisir.
2.2.9 Work-life balance
Work-life balance sangat penting bagi karyawan karena akan menjadi faktor
penting bagi karyawan untuk menjaga keseimbangan kehidupan pekerjaan dan
kehidupan pribadinya. Work-life balance menjadi aspek pening pada saat ini dalam
pada sebuah pekerjaan. Pada sebuah pekerjaan ketidakseimbangan pada pekerjaan dan
38
kehidupan di luar pekerjaan bisa mempengarhi kinerja dan kenyamanan karyawan
dalam bekerja.
Menurut Singh dan Khanna (2011), work-life balance adalah konsep luas yang
melibatkan penetapan prioritas yang tepat antara pekerjaan (karir dan ambisi) pada satu
sisi dan kehidupan (kebahagiaan, waktu luang, keluarga dan pengembangan spiritual)
di sisi lain. Sedangkan menurut Greenhaus (2003), work-life balance merupakan
sejauh mana individu merasa terikat dan puas terhadap kehidupan pekerjaan dan
kehidupan keluarganya serta mampu menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan
keluarga. Menurut Handayani (2013), work-life balance adalah suatu keadaan ketika
seseorang mampu berbagi peran dan merasakan adanya kepuasan dalam peran-peranya
tersebut yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat work family conflict dan tingginya
tingkat work family facilitation atau work family enrichment.
Work-life balance merupakan bentuk kepuasan seseorang di tempat kerja dan
keluarga. Kepuasan dicapai dalam keluarga dan tempat kerja dapat meminimalkan
konflik peran yang berbeda. Keseimbangan tersebut dapat dicapai dengan berbagai
cara tergantung pada bagaimana seseorang dapat mengimbangi perannya (Desrochers,
Hilton, dan Lardwood, 2005 dalam Baltes, Clark, dan Chakrabarti, 2010 :202)
Menurut Kalliath & Brough (2008) Work-life balance merupakan persepsi
individu bahwa aktivitas kerja dan non-kerja sudah kompatibel dan mampu mendorong
perkembangan individu sesuai dengan prioritas hidup individu saat ini. Sedangkan
menurut Hudson (2005), terdapat tiga aspek work-life balance yaitu sebagai berikut
39
a. Time balance (Keseimbangan waktu). Keseimbangan waktu mengacu pada
kesetaraan antara waktu yang diberikan seseorang untuk karirnya dengan
waktu yang diberikan untuk keluarga atau aspek kehidupan selain karir.
Waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dalam organisasi dan
perannya dalam kehidupan individu tersebut, misalnya seorang karyawan
di samping bekerja juga membutuhkan waktu untuk rekreasi, berkumpul
bersama teman juga menyediakan waktu untuk keluarga.
b. Involvement
balance
(Keseimbangan
keterlibatan).
Keseimbangan
keterlibatan psikologis individu dalam memenuhi tuntutan peran dalam
pekerjaan dan keluarga. Keseimbangan yang melibatkan individu dalam
diri individu seperti tingkat stres dan keterlibatan individu dalam bekerja
dan dalam kehidupan pribadinya.
c. Statisfaction balance (Keseimbangan kepuasan). Tingkat kepuasan dalam
pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Kepuasan yang dirasakan, individu
memiliki kenyamanan dalam keterlibatan di dalam pekerjaannya maupun
dalam kehidupan diri individual tersebut.
Menurut Fisher, Bulger, Smith (2001) ada empat dimensi dalam mengukur
Work-life balance adalah:
1. Pekerjaan mengganggu kehidupan pribadi
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu
kehidupan pribadi individu.
Dalam dimensi ini beberapa indikator, yaitu:
40
a. Jumlah lamanya jam bekerja. Lamanya waktu bekerja yang
dirasakan karyawan
b. Waktu bertemu keluarga: waktu bagi individu bersama dengan
keluarga, karena individu telah menghabiskan banyak waktu
dikantor.
c. Waktu kehidupan pribadi: waktu bagi individu untuk melakukan
aktivitas pribadi, seperti hobi, bermain bersama teman.
2. Kehidupan pribadi menganggu pekerjaan
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi individu
mengganggu kehidupan pekerjanya. Misalnya, apabila individu memiliki
masalah didalam kehidupan pribadinya, hal ini dapat mengganggu kinerja
individu pada saat bekerja.
3. Kehidupan pribadi meningkatkan pekerjaan
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang
dapat meningkatkan performa individu dalam kerja. Misalnya, apabila
individu
merasa
senang
dikarenakan
kehidupan
pribadinya
menyenangkan maka hal ini dapat membuat suasana hati individu pada
saat bekerja menjadi menyenangkan
Dalam dimensi ini terdapat beberapa indikator, yaitu:
a. Suasana kerja: keadaaan lingkungan kerja yang mendukung
individu untuk mencapai dan meningkatkan performanya
41
b. Hubungan dengan atasan/bawahan: kondisi hubungan individu
dengan atasan/bawahan atau rekan kerja yang dapat mendukung
individu dalam mencapai performanya
c. Kehidupan sosial diluar pekerjaan: pergaulan yang dimiliki
individu apakah bisa membuat invidu mampu meningkatkan
performanya dikantor
4. Pekerjaan meningkatkan kehidupan pribadi
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan
kualitas kehidupan pribadi individu. Misalnya keterampilan yang
diperoleh individu pada saat bekerja, memungkinkan individu untuk
memanfaatkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
mengimplementasikan pengetahuan dan pelatihan dalam kehidupan
pribadi.
Sedangkan menurut Schabracq (2003), terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi work-life balance seseorang, yaitu sebagai berikut :
1. Karakteristik Kepribadian, hal ini berpengaruh terhadap kehidupan kerja
dan di luar kerja. Terdapat hubungan antara tipe attachment yang didapatkan
individu ketika masih kecil dengan work-life balance. Individu yang
memiliki secure attachment cenderung mengalami positive spillover
dibandingkan individu yang memiliki insecure attachment.
2. Karakteristik Keluarga, menjadi salah satu aspek penting yang dapat
menentukan ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
42
Misalnya konflik peran dan ambigunitas peran dalam keluarga dapat
mempengaruhi work-life balance.
3. Karakteristik Pekerjaan, meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu
yang digunakan untuk bekerja dapat memicu adanya konflik baik konflik
dalam pekerjaaan maupun konflik dalam kehidupan pribadi.
4. Sikap, merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial.
Dimana dalam dalam sikap terdapat komponen seperti pengetahuan,
perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap dari masingmasing individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi work-life
balance
Sedangkan menurut Muthukumar., dkk (2014) ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi Work-life balance yaitu :
1. Faktor yang pertama adalah sikap karyawan atau pekerja. Sikap mendefinisikan
hal yang suka dan tidak suka, sikap adalah cara berpikir atau merasa tentang
sesuatu
2. Balance atau keseimbangan dipengaruhi oleh faktor psikologis. Beberapa aspek
psikologis antara lain bagaimana individu bereaksi terhadap suatu situasi,
bagaimana individu menangani sebuah situasi, bagaimana mengelola tekanan
pekerjaan serta manajemen emosi.
3. Lingkungan dimana individu tinggal. Lingkungan kerja harus tenang dan
menyenangkan. Karena keseimbangan berhubungan dengan kehidupan pribadi
dan professional, faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti latar belakang
43
keluarga, status keuangan dan sosial keluarga, tahap kehidupan karyawan,
struktur keluarga, rutinitas sehari-hari, teman dan kehidupan sosial.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Work-life Balance adalah
keseimbangan yang dijalani antara kehidupan terhadap pekerjaan dan kehidupan
keluarga dan hal ini diukur atas dasar induvidu merasa puas karena harapan keduanya
terpenuhi dan berfungsi dengan baik.
Tabel 2.2
Rujukan Teori
Konsep
Manajemen
Sumber Daya
Manusia
Karier
Kepuasan
Karier
Perempuan
Karier
Tokoh
Mathis dan Jackson
(2009)
Indikator
Pengertian, Kegiatan
MSDM
Handoko (2014)
Pengertian MSDM
Bohlander dan Snell
(2010)
Pengertian dan
Peran MSDM
Nawai (Gaol, 2014)
Pengertian MSDM
Dessler (2005)
Pengertian MSDM
Mathis & Jackson
(2009)
Pengertian karier
Surya (1988)
Sifat-sifat karier
Handoko (2014)
Komponenkomponen karier
(Luthans, 1998)
Pencapaian, sikap,
harapan
Emosi, harapan
Mahtis & Jackson
(2001)
Matlin (2008)
employed women,
unemployed women
44
Keluarga
Menurut Fitzpatrick
(2004) dalam Lestari,
(2012)
Pengertia Struktural,
fungsional,
transaksional
Dukungan
Keluarga
Taylor, Peplau dan
Sears (2009
Dukungan dapat
berasal dari
pasangan, keluarga,
teman, masyarakat
kenyamanan,perhatia
n, penghargaan,
pertolongan dan
penerimaan dari
keluarga
Faktor Internal,
eksternal dan
spiritualitas
Sarafino dan Smith
(2011)
Motivasi
Maslow dalam Siagian
(2012
Herzberg dalam Siagian
(2012)
Anshari (1993)
Work family
conflict
Apperson dkk. (2002)
Konflik dan peran
Raymo dan Sweeney
(2005) dalam Alteza
dan Hidayati (2009)
Jam kerja, keluarga
Stoner, Arora dan
Charles (1990)
Time pressure, family
size & support,
satisfaction, size of
firm
Time balance,
involvement balance,
satisfaction balance
Hudson (2005)
Work life
balance
Fisher, Bulger & Smith
Work interference
life, life interference
work, work enhance
life,life enhace work
(Greenhaus et al. 2003)
Time, satisfaction,
work and life
Sing & Khana (2011)
Career, ambition,
happiness, time,
family
45
Handayani (2013)
Less wprk family
conflict
Schabraq (2003)
Personal, family,
work, attitude
Mukhtumar (2014)
Behaviour, balance,
environment work &
family
Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan teori Hudson (2005) tentang Worklife Balance. Ada tiga aspek Work-life Balance, yang pertama keseimbangan waktu.
Keseimbangan ini mengacu kepada keseteraan yang diberikan seseorang untuk
kariernya dan keluarganya. Kedua yaitu keseimbangan keterlibatan, dalam memenuhi
peran yang dijalani di keluarga dan di rumah. Pada penelitian ini bagaimana karyawati
bank dalam membagi waktunya dan membagi perannya di pekerjaan dan di rumah.
Ketiga adalah keseimbangan kepuasan Kepuasan dalam pekerjaan maupun kepuasan
di luar pekerjaan. Pada
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pendekatan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitaitif digunakan oleh penulis karena penulis akan
meneliti lebih dalam dan itu dapat dilakukan dalam bentuk metode kualitatif dan
informasi yang disampaikan secera face to face bisa diibaratkan dalam bentuk
wawancara. Menurut Hamdi dan Bahruddin (2014:9) mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dapat menjelaskan dan menganalisis penomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi seseorang atau kelompok
terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Creswell (2007) penelitian kualitatif
merupakan metode-metode mengeksplorasi makna yang oleh sejumlah atau
sekelompok orang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.
Strategi yang digunakan penulis di dalam penelitian ini adalah Fenomenologi.
Moustakas (1994) dalam Creswell (2009) menyatakan studi fenomenologi merupakan
strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki hakikat pengalaman
manusia tentang suatu fenomena tertentu. Jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu
metode penelitian kualitatif studi fenomenologi, menurut Husserl dalam Raco (2010)
fenomenologi adalah studi tentang bagaimana orang mengalami dan menggambarkan
sesuatu. Dalam fenomenologi para peneliti mengetahui sesuatu karena sesuatu itu
dialami. Sehingga hal yang penting untuk diketahui adalah apa yang manusia alami
47
dan bagaimana mereka memaknai serta menafsirkan pengalaman tersebut. Alasan dari
peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif strategi fenomenologi agar bisa
mendapatkan hasil dan data yang benar-benar asli dari lapangan bukanlah berasal dari
teori yang sudah ada apa lagi penelitian yang dilakukan berkaitan tentang work-life
balance perempuan karier yang sudah berkeluarga dan bagaimana para individu yang
menjalani dua peran mereka bukan sesuatu yang secara kontekstual tertulis dibukubuku atau teori tetapi lebih dari hasil pemikiran dan pemahaman para perempuan karier
yang sudah berkeluarga yang bekerja di bank.
3.2 Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil lokasi tempat Karyawati bank bekerja, dengan objek
penelitian:
1. Lokasi
Alamat
: Kantor BPD DIY
: Jl. Tentara Pelajar No.7, Bumijo, Jetis, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55231
Dipilahnya di Bank BPD DIY karena merupakan salah satu Badan Usaha
Milik Daerah di Yogyakarta yang sudah melayani daerah DIY dalam
membangun ekonomi daerah di Yogyakarta.
3.3 Profil Perusahaan
Bank BPD DIY didirikan pada tahun 1961, tanggal 15 Desember berdasarkan
akta notaris Nomor 11, Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat. Sebagai suatu perusahaan
48
daerah, pertama kalinya Bank BPD DIY diatur melalui Peraturan Daerah Nomor 3
Tahun 1976. Dengan berjalannya waktu, dilakukan berbagai penyesuaian.
Saat ini, landasan hukum pendirian Bank BPD DIY adalah Peraturan Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 1993, junctis Peraturan Daerah
Nomor 11 Tahun 1997 dan Nomor 7 Tahun 2000. Tujuan pendirian bank adalah untuk
membantu mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala
bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Bank BPD DIY merupakan salah satu alat kelengkapan otonomi daerah di bidang
perbankan yang memiliki tugas sebagai penggerak, pendorong laju pembangunan
daerah, sebagai pemegang kas daerah/menyimpan uang daerah, dan sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah serta menjalankan usahanya sebagai bank umum.
Visi Misi Bank BPD DIY
Visi- misi bank BPD DIY adalah sebagai karakteristik bank tersebut. Adapun visi dari
Bank BPD DIY adalah menjadi Bank yang Terpercaya, Istimewa, dan Pilihan
Masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut, Bank BPD DIY mempunyai enam misi
yaitu :
1. Menyediakan solusi kebutuhan keuangan masyarakat dengan memberikan
pengalaman perbankan yang berkesan.
2. Menjalankan prinsip kehati-hatian dan menerapkan bisnis yang beretika untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
3. Mencapai SDM yang unggul, berintegritas dan profesional.
49
4. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan layanan prima dan produk
yang inovatif berbasis budaya untuk menjadi Regional Champion yang
berkelanjutan.
5. Menjalankan fungsi Agen Pembangunan yang fokus mengembangkan sektor
UMKM, mendorong pertumbuhan perekonomian daerah dan menjaga
lingkungan.
3.4 Narasumber Penelitian
Narasumber penelitian adalah sumber informasi yang dibutuhkan oleh peneliti,
dan kita dapat memberikan tanggapan atau respon kepada narasumber. Oleh karena itu,
penulis memilih narasumber yang sesuai kriteria untuk diteliti sebagai salah satu
sumber yang akurat dan dapat dipercaya untuk penelitian ini yaitu, Narasumber yang
berkerja di Bank yang sudah bekerja minimal tiga tahun sebagai karyawan tetap, sudah
menikah dan memilki anak.
Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank BPD
DIY, yaitu:
Nama
: Ani
Pekerjaan
: IT
Lama bekerja : 9 tahun
Anak
:1
Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank BPD
DIY, yaitu:
Nama
: Wida
Pekerjaan
: Staf Audit
Lama bekerja : 9 tahun
50
Anak
:1
Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank BPD
DIY yaitu:
Nama
: A’ang
Pekerjaan
: Account Officer
Lama bekerja : 9 tahun
Anak
:3
Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank BPD
DIY, yaitu
Nama
: Kristin
Pekerjaan
: Front liner
Lama bekerja : 18 tahun
Anak
:2
Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank X, yaitu
Nama
: Nina
Pekerjaan
: Pimpinan Cabang
Lama bekerja : 17 tahun
Anak
:2
Narasumber pendukung dari Ani
Nama
: Ibtiah
Status
: Asisten Rumah Tangga
Narasumber pendukung dari A’ang
Nama
: Bambang
Status
: Suami
Narasumber Pendukung dari Kristin
Nama
: Didif
Status
: Suami
Narasumber pendukung dari Nina
Nama
: Tio
51
Status
: Suami
3.5 Sumber Data Penelitian
Menurut Sekaran (2016) mendefinisikan sumber data penelitian sebagai
berikut:
1.
Sumber Data Primer
Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh
peneliti pada variabel minat untuk tujuan spesifik penelitian. Individu memberikan
informasi ketika diwawancarai, diberikan kuesioner, atau diamati. Wawancara
kelompok secara kelompok, atau kelompok fokus, adalah sumber data yang lain
dari data primer. Sumber data dalam penelitian ini adalah kelima narasumber yang
merupakan karyawati perempuan bank yang bekerja di Bank BPD DIY dan Bank
X. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai data primer adalah data dari hasil
wawancara pada narasumber penelitian
2. Sumber Data Sekunder
Menurut Sekaran (2016), data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh
para peneliti, data yang diterbitkan dalam jurnal statistik dan lainnya, dan
informasi yang tersedia dari sumber publikasi atau nonpublikasi baik di dalam
maupun luar organisasi. Data ini berasal dari sumber sekunder seperti catatan atau
dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media, situs
web, internet, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder
diperoleh melalui website resmi perusahaan bank.
52
3.6 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus
divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap untuk melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan. (Sugiyono, 2012). Menurut Moleong (2005)
mengatakan kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan
pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat
ini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Adapun
masalah yang ingin diteliti adalah: gambaran kehidupan perempuan karier dengan
keluarganya, hambatan-hambatan yang dialami oleh perempuan karier dalam
menjalani tuntutan pekerjaan dan kehidupan keluarga.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data. Referensi
yang diguanakan peneliti adalah prosedur dalam penelitian Cresswell (2009) ada empat
prosedur:
1. Observasi
Observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk
mengamati perilaku dan aktivitas induvidu di lokasi penelitian. Teknik observasi
akan memudahkan penulis dalam memperoleh data sesuai apa yang diinginkan.
2. Wawancara
53
Wawancara menjadi teknik yang dipilih oleh penulis merasa wawancara sebagai
teknik yang paling baik dalam penelitian kualitatif. Hal tersebut dikarenakan
metode wawancara mampu memberikan informasi yang lebih lengkap. Informasi
tersebut didapat dari perilaku dan kata – kata narasumber, adanya kedekatan
antara peneliti denanga narasumber dan sangat membantu peneliti dalam
melakukan penelitian. Creswell (2009) mengatakan bahwa peneliti dapat
melakukan face to face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan
partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group
interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai
delapan partisipan per kelompok. Peneliti dalam hal ini menggunakan wawancara
open ended semi-structured. Pertanyaan yang terstruktur untuk mengarahkan
pembicaraan dengan narasumber dan mendapatkan data-data yang ingin
didapatkan peneliti dan tidak-terstruktur dengan tujuan untuk mendapatkan data
unik, baru yang tidak terduga dari para narasumber.
Menurut Sekaran (2013) wawancara dapat dilakukan dengan dua bentuk, yaitu
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur
merupakan wawancara yang dilakukan dilakukan ketika peneliti sudah
mengetahui informasi apa yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Wawancara
dilakukan dengan meggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sesuai
dengan permasalahan yang akan diteliti dan dapat dilakukan secara langsung,
melalui telepon, atau kompuer. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara akan
54
fokus pada faktor-faktor yang muncul pada saat wawancara tidak terstruktur dan
sesuai dengan masalah penelitian
3. Dokumentasi
Dokumentasi dibutuhkan untuk memperoleh dokumen – dokumen yang
dibutuhkan bagi penelitian. Dokumen tersebut diperoleh dari proses dokumentasi
seperti, profil perusahaan, letak perusahaan dan data-data lainnya yang berhubungan
dengan penelitian. Creswell (2009) mengatakan bahwa dokumen ini bisa berupa
dokumen publik (seperti koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat
(seperti buku harian, diary, surat, e-mail). Dalam penelitian ini dokumentasi berupa
foto-foto dari narasumber penelitian.
4. Materi audio, dan visual.
Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape dan segala jenis suara/
bunyi.
3.8 Proses Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan sesudah di lapangan, Menurut Moleong (2005),
analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sekaran (2016) menyebutkan bahwa
dalam proses analisis data kualitatif terdapat tiga proses yaitu reduksi data, data display,
dan conclusion.
1. Reduksi Data
55
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan
final dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007).
Pengumpulan data kualitatif menghasilkan data dalam jumlah besar.
Karena itu, langkah pertama dalam analisis data adalah pengurangan
data melalui pengkodean dan kategorisasi (Sekaran, 2016). Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data
dilakukan dengan cara memilah hal-hal pokok dan penting yang
berkaitan dengan keseimbangan kehidupan kerja dalam menjalankan
peran ganda pada karyawati bank perempuan. Hal-hal pokok dan
penting dalam penilitian ini meliputi konflik atau hambatan yang terjadi
pada karyawati bank yang menjalani peran ganda dan bagaimana cara
mengatasi konflik tersebut agar mencapai keseimbangan sehingga
penulis memiliki data temuan yang sesuai dengan rumusan masalah
penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Penyajian data
dimaksudkan intuk menemukan pola-pola yang bermakna serta
memberikan
kemungkinan
adanya
penarikan
simpulan
serta
56
memberikan tindakan (Miles dan Huberman, 2007). Sedangkan
menurut Sekaran (2016), penyajian data adalah aktivitas kedua yang
harus dilalui ketika menganalisis data kualitatif. Data display
melibatkan pengambilan data yang disederhanakan dan ditampilkan
dengan cara yang terorganisir dan padat. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisiten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel. Dalam penyusunan data display penulis mengalami kesulitan
dalam membuat bagan yang singkat, padat, dan jelas
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari sutu kegiatan konfigurasi
yang utuh (Miles dan Huberman, 2007. Sekaran (2016) penarikan
kesimpulan adalah aktivitas analitis terakhir dalam proses analisis data
kualitatif. Hal ini merupakan esensi dari analisis data, pada titik ini
penulis dapat menjawab pertanyaan penelitian dengan menentukan
tema yang diidentifikasi, membela, dengan memikirkan penjelasan
untuk pola dan hubungan yang diamati, atau dengan membuat
perbedaan dan perbandingan. Kesimpulan awal yang dikemukakan
57
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisiten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dalam penelitian
ini, penulis menarik kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yaitu
alasan untuk berkarier yang dialami, hambatan yang terjadi pada
karyawati bank perempuan yang menjalani peran ganda dan bagaimana
karyawati bank menyikapi peran ganda yang dialami.
3.9 Uji Keabsahan Data
3.9.1 Uji Kredibilitas
Moleong (2005) memaparkan tujuan uji (credibility) kredibilitas data yaitu
untuk menilai kebenaran dari temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan
ketika partisipan mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar
sebagai pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data
yang telah ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan. Kredibilitas
menunjukkan kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif. Kredibilitas
menunjukkan kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif, hal ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Perpanjang Pengamatan
58
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan dan wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui maupun
sumber data yang baru. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan keakraban
(tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling mempercayai) antara peneliti dan
narasumber sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
2. Peningkatan Ketekunan dan Penelitian
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat
dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peritiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu, peneliti
dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu
salah atau tidak. Peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan
ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang
diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan
tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik yang sering digunakan dalam metode campuran. Ide
di balik triangulasi adalah bahwa seseorang dapat lebih percaya diri dalam hasil
jika penggunaan metode atau sumber yang berbeda mengarah pada hasil yang
sama. triangulasi mensyaratkan bahwa penelitian ditangani dari berbagai
perspektif (Uma Sekaran, 2013). Ada beberapa triangulasi yaitu:
59
3.1 Triangulasi Teori
Bungin (2007:257) dalam Bardiansyah dilakukan dengan menguraikan
pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk
mencari tema atau penjelasan pembanding. Secara induktif dilakukan dengan
menyertakan usaha pencarian cara lain untuk mengorganisasikan data yang
dilakukan dengan jalan memikirkan kemungkinan logis dengan melihat
apakah kemungkinan-kemungkinan ini dapat ditunjang dengan data
3.2 Triangulasi Sumber
Sekaran (2016), triangulasi adalah teknik yang sering dikaitkan dengan
menggunakan metode kualitatif. Gagasan di balik triangulasi adalah bahwa
seseorang dapat lebih percaya diri dalam suatu hasil penelitian, jika
penggunaan metode atau sumber yang berbeda mengarah pada hasil yang
sama. Triangulasi mengharuskan penelitian ditangani dari berbagai perspektif.
Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber,
dengan adanya data yang diperoleh dari lima narasumber utama Triangulasi
sumber digunakan untuk menguji kredibilitias yang dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh dari sumber. Dalam penelitian ini penulis
memilih beberapa narasumber dari beberapa tempat. Penulis mengambil 2
tempat yang pertama di Bank BPD DIY satunya lagi di Bank X. Penulis
mengambil 4 pihak yang bekerja di bank BPD DIY dan 1 pihak yang bekerja
di bank X (disamarkan). Narasumber tersebut adalah:
1. Wida, 32 tahun, Staf Audit Bank BPD DIY, masa bekerja 9 tahun
60
2. A’ang, 34 tahun Account Officer, masa bekerja 9 tahun
3. Kristin, 44 tahun Front liner, masa bekerja 18 tahun
4. Ani, 31 Informasi Teknologi (IT), masa bekerja 9 tahun
5. Nina, 40 Pimpinan Cabang, masa bekerja 18 tahun
3.9.2
Uji Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Vadilitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan. Agar orang
lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif maka peneliti dalam
membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis
dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pembaca menjadi jelas atas hasil
penelitian tersebut sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya
diaplikasikan di tempat lain. (Sugiyono, 2012). Setelah data direduksi maka
data akan ditampilkan. Data tersebut dapat dimasukkan ke dalam hasil
penelitian untuk memperkuat data sehingga data menjadi rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya sehingga pembaca menjadi jelas.
Menurut Moleong (2004) keteralihan (transferability) sebagai
persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan
penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti
hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan
konteks. Dengan demikian peneliti bertanggungjawab untuk menyediakan
data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang
pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan
61
penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut.
Pada penelitian ini, penulis melakukan uji transferability dalam beberapa
prosedur yaitu dengan membuat rancangan pedoman wawancara yang
dilanjutkan dengan melakukan observasi awal sebelum melakukan kegiatan
wawancara di bank BPD DIY dan di bank X. Data dikumpulkan pada saat
proses wawancara dan dokumentasi dari narasumber penelitian. Pada
penelitian ini penulis mengguanakan wawancara campuran yang mana
dalam melakukan wawancara menggunakan sesuai dengan pedoman
wawancara dan juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
denga kondisi ketika saat melakukan wawancara.
3.9.3
Confirmability
Dalam penelitian kualitatif confirmability disbeut dengan uji obyektivitas.
Confirmability disebut dengan realibiitas. Penelitian yang dikatakan
reliatabel apabila penelitian yang sudah dilakukan dapat diulangi atau
direplikasikan oleh orang lain. Uji confirmability dilakukan dengan
melakukan mengkonfirmasi jawaban narasumber utama dengan cara
wawancara kepada narasumber pendukung dari keluarga narasumber
utama.
62
BAB IV
ALASAN BERKARIER
4.1 Pendahuluan
Pada bab ini membahas tentang latar belakang perempuan karier yang bekerja
di bank dan sudah berkeluarga. Bagian ini akan membahas alasan narasumber untuk
memilih berkarier. Apa yang mendorong narasumber dalam ingin menjadi perempuan
karier, dorongnan keluarga, perjalanan hidup, ekonomi, dan sebagainya. Bab ini
merangkum narasumber dalam memutuskan dirinya untuk berkarier. Dalam
menjalankan sebuah karier dimulai dari motivasi yang ada pada setiap induvidu yang
ingin berkarier. Alasan setiap induvidu tentu berbeda-beda. Bagaimana cara
narasumber dalam menggapai pekerjaannya. Dari hal inilah menjadi dasar perempuan
karier dalam menentukan alasan mereka berkarier.
4.2 Bekerja untuk menambah biaya hidup
Di zaman sekarang ini meningkatnya kebutuhan hidup membuat perempuan juga
ikut andil dalam memenuhi setiap kebutuhan keluarga. Dari hal itulah Ani beralasan
untuk menjadi perempuan karier. Walaupun suaminya bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya tapi Ani ingin membantu meringankan beban
suaminya. Dari pekerjaan ini setidaknya ia bisa membeli barang-barang kebutuhan
pribadinya dengan uang sendiri
“Pilihannya paling bisa membantu suami, trus kita walaupun udah
berkeluarga, biaya hidup itu yang nanggung suami, aku sendiri itu
istilahnya apa-apa biar bisa beli sendiri gitu lo, tanpa tergantung pada
63
suami. Trus untuk pengalaman juga sihh.” (Ani, 15/04/2019. 09.00
WIB)
Tuntutan kebutuhan kehidupan yang terus meningkat membuat Ani ingin
membantu pondasi ekonomi keluarga agar keluarga hidup tidak kesusahan dalam
memenuhi kebutuhan keluarga.
“Hmmmm jadiin pengalaman aja, sebenarnya tu cewek gak wajib kerja,
yang wajib tu suami. Kalo saya sebagai pengalaman aja, ya pengalaman
aja sih,, ya tambah-tambah dan gak dipungkirin kerjanya buat nambahnambah biaya hidup” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
Menurut Ani, perempuan itu tidak wajib bekerja. Ia bekerja juga sebagai
pengalaman untuk dirinya. Selain itu, tidak dipungkiri bagi Ani ia bekerja juga untuk
menambah biaya hidup.
4.3 Peran penting Orang tua
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua tidak bisa lepas dari kehidupan anaknya.
Orang tua yang yang melahirkan dan juga memberikan nafkah untuk kebutuhan anak.
Hubungan yang erat antara anak dan orang tua juga membentuk pola pikir dan tingkah
laku anak. Dari hal tersebut, sedari kecil ia sudah memutuskan untuk bekerja ketika
sudah besar nanti.
“Hehehe apa yaa mas, karna dari kecil sudah pengen kerja,,jadinya yaa
sudah pilihan..” (Kristin, 26/04.2019. 14.00 WIB)
Latar belakang dan lingkungan keluarga Kristin membantunya dalam
mengarahkan pilihan untuk masa depannya. Contohnya ayah dan ibunya membimbing
Kristin dari kecil agar ia menjadi perempuan karier. Adanya pengaruh orang tua
tersebut juga menjadi sebuah keputusan yang dipilih oleh Kristin.
64
“Mungkin kalo keluarga ayah ibu dulu memang mengarahkan memang
bekerja” (Kristin, 26/04.2019. 14.00 WIB)
Menurut Kristin, latar belakang orang tua berpengaruh dalam alasannya untuk
menjadi perempuan karier. Ayah dan ibunya yang dari kecil membimbing dan
mengarahkan Kristin untuk mempunyai pekerjaan sehingga ia memutuskan untuk
memenuhi keinginan orang tuanya tersebut. Selain itu, minat dari Kristin juga menjadi
alasannya untuk berkarier
4.4 Kapasitas untuk mengembangkan potensi
Pada zaman sekarang ini sudah banyak perempuan bekerja di berbagai bidang.
Ada berbagai alasan dibalik semua itu. Mendapatkan ilmu dan pengalaman sebanyak
mungkin agar bisa mengembangkan potensi yang ada pada dalam diri. Begitu juga
dengan A’ang, ia beralasan berkarier dikarenakan ia ingin mengembangakan potensi
dirinya dan ingin menambah wawasan.
“Jadi pilihan hidup untuk kemudian bisa berkarier maksudnya memiliki
pekerjaan di luar pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga, ingin
mengembangkan potensi diri, kemudian menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai apa yang ada di lingkup pekerjaan di pekerjaan dan
di lingkungan kita” (A’ang 16/04/2019. 15.00 WIB)
Menurut Aang, ia mempunyai kapasitas dalam berkarier dan juga ia juga
mampu untuk menyeimbangkan antara pekerjaan di kantor dan tanggung jawab di
rumah. Hal ini yang membuat ia menjadi perempuan karier dengan potensi diri dan
keinginan untuk menambah wawasan dan pengetahuan baru.
65
4.5. Bekerja diniaatkan untuk ibadah
Tidak hanya di rumah, tapi di luar rumah perempuan harus tetap produktif.
Begitu menurut sudut pandang Wida. Keingnian untuk meningkatkan kemampuan diri
juga salah satu menjadi alasan perempuan ingin berkarier. Selama keluarga mendukung
ia akan berusaha untuk mengembangkan dirinya untuk selalu produktif.
“Saya memiliki sudut pandang bahwa seorang wanita itu alangkah
baiknya, walaupun tidak mengecilkan pekerjaan ibu rumah tangga,
menurut saya wanita itu punya produktivitas juga untuk
mengembangkan dirinya, sepanjang keluarga dan suami mendukung,
seperti itu sih.,” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB)
Pada dasarnya Wida memang suka bekerja. Ia berusaha produktif di rumah
maupun di luar rumah. Hal ini yang membuatnya selalu mempunyai aktivitas.
“Prinsipnya adalah saya orang yang suka bekerja, even di rumah pun
saya selalu punya aktivitas, yang kedua adalah niat saya adalah selagi
saya bisa membantu keluarga baik dalam arti apa-apa yang telah
diberikan suami saya dalam memenuhi kebutuhan saya tapi tidak ingin
berpangku tangan saja, hal-hal yang bisa saya bantu untuk keluarga
saya, ya saya coba untk penuhi juga. Jadi gak selalu apa-apa minta,
gimana caranya perempuan bisa mendukunglah.”(Wida, 15/04/2019.
11.00 WIB)
Mencoba untuk selalu produktif inilah menjadi salah satu alasan Wida untuk
menjadi perempuan karier. Ia memang dasarnya suka bekerja. Selama ia produktif ia
bisa mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
Sedari dulu Wida yang memang suka bekerja memang berusahan untuk
meningkatkan karier lebih baik lagi. Baginya bekerja itu adalah ibadah. Hal tersebut
yang ia yakini
66
“saya pribadi merasa bahwa kerja itu niat itu adalah ibadah bismillah
kalo saya punya jalan karier yang lebih baik ada jalanlah.”(Wida,
15/04/2019. 11.00)
Alasan berkarier bagi Wida dikarenakan ia ingin produktif. Dengan produktif,
ia bisa mengembangkan dirinya. Tidak hanya produktif, bekerja juga harus diniatkan
dengan ibadah sehingga menjadi amalan
4.6. Bekerja untuk menambah keuangan keluarga
Menafkahi keluarga adalah tugas pokok seorang suami atau ayah dalam sebuah
keluarga. Namun di zaman sekarang saat ini kebutuhan hidup yang semakin meningkat
membuat para ibu atau istri dalam keluarga juga ikut membantu ekonomi keluarga.
Salah satunya dengan mempunyai sebuah pekerjaan. Nina berkarier dikarenakan ia
ingin membantu suaminya.
“Karena menurut saya wanita karier itu adalah pekerjaan yang paling
tidak kita bisa membantu suami yaa..bisa menambah-nambah keuangan
keluarga dan sepanjang pekerjaan ini bisa saya lakukan di kota yang
sama dengan kota dimana keluarga saya tinggal sehingga saya ketemu
sama anak saya ketemu suami saya setiap harinya, yaa gak masalah sih
dan suami saya juga mengizinkan..” (Nina, 4/05/2019. 14.00 WIB)
Menurut Nina dengan membantu suaminya, hal tersebut akan membantu
keluarganya dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Dari hal ini menjadi alasan Nina
untuk memilih menjadi perempuan karier.
67
4.7 Ringkasan Hasil
Alasan Berkarier
Internal
Eksternal
- Aktualisasi diri dalam
mengembangkan
potensi dan
kemampuan pada
pada diri
-Membantu
suami dalam
membantu
ekonomi
keluarga
- Minat dari diri sendiri
- Karena
background
orangtua, dan
arahan orang
tua
- Menambah
pengalaman
Spiritual
- Bekerja
sebagai ibadah
Sumber: Data Primer, diolah tahun 2019
Perkembagan zaman saat ini yang modern membuat adanya pergerseran
terhadap kaum perempuan. Kaum perempuan yang dulu hanya dipandang sebagai
perempuan yang hanya mengurus rumah, sekarang sudah merambat ke berbagai bidang
pekerjaan. Dari hal tersebut ada berbagai alasan perempuan untuk mempunyai
pekerjaan. Salah satunya adalah kebutuhan ekonomi yang meningkat. Kebutuhan
ekonomi yang terus meningkat menjadi alasan perempua untuk bekerja. Dari pekerjaan
tersebut bisa membantu ekonomi keluarga. Hal ini sesuai dengan teori hierarki Maslow
68
dalam Siagian (2012) bahwa kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan pokok manusia
paling dasar seperti sandang, pangan, dan perumahan. Dari gaji yang didapati bisa
memenuhi kebutuhan dasar keluarga seperti makanan untuk menutupi rasa laparnya,
kebutuhan pakaian sehari-hari, dan rumah tempat untuk berlindung. Hal ini sesuai
dengan temuan yang diteliti. Selaras hal tersebut juga bsia memenuhi kebutuhan rasa
aman, dari pendapatan ini bisa memenuhi kebutuhan rasa aman.
Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, perempuan saat ini juga
bekerja karena adanya minat yang muncul dari diri sendiri untuk bekerja. Seperti dalam
Herzberg dalam Siagian (2012) teori motivasi-higiene intinya salah satu sumber
motivasi, yaitu bersumber dalam diri. Minat yang muncul dikarenakan ingin
mengembangkan diri untuk terus berkembang. Menggali lebih dalam potensi yang ada
pada dirinya untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman. Sehingga keinginnan untuk
produktif menjadi alasan perempuan karier saat ini untuk bekerja. Hal ini sama dengan
teori kebutuhan Maslow dalam Siagian (2012) akan kebutuhan aktualisasi diri
Menurut penelitian Setyowati dan Arasanti (2010) pada umumnya keinginan
wanita untuk terlibat dalam dunia kerja dikarenakan beberapa faktor yaitu, faktor
pendidikan, kebutuhan dalam aktualisasi diri dan faktor ekonomi. Selain itu
background orang tua menjadi salah satu alasan dalam memilih menjadi perempuan
karir. Dari latar belakang orang tua bisa menjadi dasar dalam pemilihan untuk berkarier
karena melihat dan dan menganalisis secara langsung dan adanya tuntunan dari kecil.
Menurut Sukardi (1987:72) dalam pemilihan karir merupakan hasil interaksi antara
69
faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, serta orang
dewasa yang mempunyai peran penting.
Bekerja juga harus dilandasi dengan niat untuk ibadah. Sehingga pekerjaan
tersebut bisa menjadi amalan. Bekerja dengan niat ibadah akan menjadi pahala bagi
setiap indvidu yang menjalankannya. Alasan ini juga menjadi temuan dalam alasan
perempuan untuk berkarier. Hal ini sama yang disampaikan Anshari (1993)
menjelaskan bahwa motivasi spiritual seorang muslim terbagi menjadi tiga: motivasi
akidah, motivasi ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi ibadah menjadi salah satu
alasan narasumber untuk berkarier. Jika dikaitkan dengan kegiatan bekerja, ibadah
masih berada dalam taraf proses, sedangkan output dari ibadah adalah muamalat.
Muamalat merupakan tata aturan Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia dan manusia dengan benda atau materi.
70
BAB V
MELAWAN HAMBATAN MENGGAPAI KESEIMBAGAN
5.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan membahas bagaimana hambatan yang dialami dan dirasakan
oleh perempuan karier yang sudah berkeluarga dan bekerja di bank. Faktor-faktor yang
menghambat perempuan karier dalam menjalani peran ganda. Bekerja di bank memang
berat bagi perempuan. Mempunyai waktu kerja yang padat mengharuskan karyawati
bank untuk selalu fokus terhadap pekerjaannya. Waktu kerja di bank umumnya dimulai
dari pukul 07.30 – 16.30 atau delapan jam waktu kerja. Dengan waktu kerja yang statis
dan tidak fleksibel menjadikan karyawati bank menghabiskan banyak waktu untuk
pekerjaan. Di samping hal itu, karyawati bank juga sering mengalami overtime.
Setidaknya dalam sebulan karyawati sering lembur beberapa kali dikarenakan
pekerjaan. Hal tersebut banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan dibanding waktu
untuk keluarga. Di sisi lain mereka mempunyai peran ganda yang mereka jalanakan.
Bertugas di rumah sebagai ibu untuk anak dan juga harus fokus untuk pekerjaan. Dalam
menjalani peran ganda tersebut adanya hambatan-hambtan yang dialami oleh
perempuan karier yang sudah berkeluarga. Tapi dalam hambatan tersebut adanya
dukungan dan cara narasumber dalam mengatasi hambatan tersebut.
5.2 Hambatan kerja: Lembur
Bekerja di bank memng harus tahan banting. Dengan jadwal kerja yang padat
dan pekerjaan dalam mengejar target yang ditetapkan perusahaan membuat para
71
karyawan harus fokus. Bahkan lembur sudah menjadi hal yang lumrah bagi karyawan
bank. Apalagi di bagian Informasi Teknologi (IT) yang harus menunggu pekerjaan
teller selesai dalam penginputan dan tutup cabang, dari sanalah divisi IT baru kerja
dalam menginput pekerjaan dari teller tersebut. Bekerja lembur bagai kuda, egitulah
sekiranya pekerjaan yang Ani geluti
“Aku di divisi IT itu kayak ini, dari bank cabang itu selesai kayak teller itu udah
selesai gak ada selisih, sudah tutup cabang, baru kita kayak proses yang artinya
membackup transaksi itu seharian“(Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
Dari pekerjaannya tidak jarang Ani untuk lembur. Dikarenakan menunggu
semua penginputan selisih dari teller dalam seminggu ia bisa lembur dua sampai tiga
kali dalam seminggu.
“Iyaa, seminggu bisa 2-3 kali, karna itukan piketan sama temanku”(Ani,
15/04/2019. 09.00 WIB)
Proses itu bisa menghabiskan banyak waktu bahkan sampai malam. Ani
memang sering pulang malam bahkan sampai pagi dalam memproses backup transaksi
Hal ini juga sama seperti yang disampaikan oleh asisten rumah tangga Ani, Ibtiah.
“Ibuk pulang jam 7an, kadang juga pagi.” (Ibtiah, 06/0719, 08.00)
Bekerja di bank memang diharuskan untuk tahan banting. Jadwal kerja yang
padat, deadline yang harus dikejar mengharuskan Kristin untuk selalu fokus.
Pekerjaannya memang banyak menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Bekerja dari
pagi sampai sore bahkan malam. Kristin merasakan banyaknya pekerjaan yang harus
diselesaikan sampai petang malam bahkan pagi.
“Lembur? Sering 5 kali dalam sebulan” (Kristin, 26/04/2019. 14.00 WIB)
72
“tapi jam kerjanya juga sudah lama, dari pagi sampai sore sampai malam itu
jugakan sudah melelahkan” (Kristin, 26/04/2019. 14.00 WIB)
Bahkan dikala lembur, ia bisa lembur sampai jam satu malam. Kemudian
paginya kembali lagi untuk menyelesasikan pekerjaan. Hal ini ia rasakan di akhir tahun
pekerjaannya.
“saya tu kalo lembur sampai pagi lo mas, kalo akhir tahun bisa sampai subuh,
kalo akhir bulan itu misalnya saya sampai rumah sampai jam 10, 11 malam,
nanti jam 4 pagi saya berangkat ke kantor lagi ada yang harus diselesaikan, atau
jam 1 malem berangkat lagi juga pernah, yaa dijemput dianter juga.” (Kristin,
26/04/2019. 14.00 WIB)
Hal ini dibenarkan oleh suaminya, Didif. Ia sudah menyadari pekerjaan istrinya
memang menyita waktu. Tapi bagi Didif itu adalah hal yang lumrah, apalagi di zaman
penuh teknologi sekarang ini memudahkan komunikasi sehingga membantu dalam
komunikasi antar kelurga.
“Memang untuk pekerjaan di bank memang waktunya sangat menyita perhatian
khususnya waktu untuk keluarga, karena harus pagi-pagi jam 6 pagi sampai jam
6 sore baru pulang, tapi demikian tidak masalah karean saat ini kan komunikasi
kita sangat mudah ya karena sudah ada video call dan sebagainya sudah ada
media sosial dan sebagainya, jadi tidak masalah.” (Didif, 06/07/19, 10.00)
Hal yang sudah biasa bagi karyawati bank kerja dalam waktu lembur. Biasanya
pada akhir bulan para karyawan bank akan lembur dikarenakan adanya target dan
penutupan transaksi di setiap akhir bulannya. Menurut Nina ia tidak merasa sering
merasakan lembur. Ia akan lembur tergantung dari pekerjaannya. Biasanya pada saat
penggajian sudah hal biasa untuk lembur
“Overtime ya pasti ada sih, artinya aa kalo teman-teman disini jam setengah 5
udah selesai, Cuma tergantung dari pekerjaan juga ya, kadang ada yang lembur
mana mungkin pas waktu penggajian dan lain-lain, itu hal biasa sihh.” (Nina,
04/05/2019. 14.00 WIB)
73
Lembur sudah menjadi hal biasa dalam perbankan. Selain penggajian, Nina
juga merasakan lembur ketika ia harus rapat. Rapat sekali seminggu yang diadakan
rutin juga menghabiskan waktu sampai malam.
“jarang sih mas, itu paling akhir bulan, sebulan dua kali maksimal, kalo ada
rapat, eh kalo ada rapat seminggu sekali pasti itu, kalo rapat sampai malam, ya
trus nanti akhir bulan, udah itu ajaa” (Nina, 04/05/2019. 14.00 WIB)
Kerja pagi dan pulang malam sudah biasa bagi keluarga Nina. Menurut
suaminya, Tio, sudah hal biasa Nina pulang di malam hari pada jam delapan sampai
jam sembilan malam.
“yaa dulu paling pulang malamnya jam 8, dulu awal-awal kerja sampai jam 9,
paling sekarang sampai jam 8 itu pun kalo ada rakor..” (Tio, 12/07/19, 09.30)
Waktu lembur banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan, sehingga bisa
menimbulkan konflik dalam membagi waktu antara pekerjaan dan rumah. Waktu kerja
yang tidak fleksibel tersebut menjadi hambatan bagi karyawati bank dalam membagi
wakatunya dikarenakan banyak terbuang untuk pekerjaan.
5.2.1 Stres dan kelelahan dengan pekerjaan
Waktu kerja yang padat dan banyak menyita waktu berdampak pada kelelahan,
bahkan stress pada karyawan bank. Pekerjaan yang padat memicunya gejala stress.
Ditambah lagi dalam mengejar target bisa menghabiskan banyak waktu untuk
pekerjaan. Seperti yang Ani rasakan, ketika awal ia bekerja ia tidak menyangka bekerja
di bank bisa bekerja sampai larut malam.
“Awal-awal iyaa, trus lama-lama nggak, aku gak nyangka kerja disni tu
awalnya kerjanya sampe malam, trus emang awal kalo kerja tu syarat-syaratnya
74
gini gini,, yaa iyaainn karna mau kerja, trus dijalanin sihh, awalnya stress sihh
dan juga capek, apalagi untuk perempuan, trs hamil lahirin, cuti trs masuk 2
bulan, kan 3 bulan kan maksimaln cutinya, trus masuk, yaa stressnya tu bagi
waktunya sih, antara menyusui trus perempuan pumping ASI, pekerjaan, balik
rumah ngurus anak lagi gitu ajasihh ,skarang udah gak sih, anak dah kerjaa…
paling pulang malam juga ada pengaruh juga kan” (Ani, 14/04/2019. 09.00)
Menurut Ani, awal bekerja ia merasa lelah dengan waktu kerjanya, apalagi di
sisi lain sebagai ibu ia stress karena sulit membagi waktu untuk anak. Dengan pekerjaan
yang padat dan membagi waktu untuk di rumah membuat Ani merasakan stress di awal
ia bekerja.
Bekerja dengan waktu kerja yang statis juga target perusahaan yang harus
dikejar memang banyak menghabiskan pikiran dan tenaga. Apalagi kadang pekerjaan
yang mengharuskan lembur. Sehingga menyebabkan kelelahan
“tapi jam kerjanya juga sudah lama, dari pagi sampai sore sampai malam itu
jugakan sudah melelahkan” (Kristin, 26/04/2019. 14.00 WIB)
Kelelahan dikarenakan beban kerja yang besar bisa menyebabkan stres. Raymo
dan Sweeney (2005) dalam Alteza dan Hidayati (2009) yang mengklasifikasikan
penyebab konflik menjadi dua. Salah satunya bersumber dari pekerjaan yaitu jam kerja
yang lama, jadwal kerja yang kurang fleksibel, dan karakteristik pekerjaan yang
cenderung menekan, baik fisik maupun psikis.
5.2.2 Adanya komplain dari anak
Berangkat bekerja di pagi hari dan pulang di sore hari bahkan sampai malam
membuat waktu untuk keluarga menjadi kurang optimal. Dikarenakan jadwal kerja
yang padat membuat perempuan karier yang bekerja di bank kurang optimal dalam
membagi waktu untuk keluarga. Perempuan karier mempunyai peran ganda.
75
Bertanggung jawab di tempat kerja juga bertanggung jawab sebagai ibu di rumah.
Kurangnya waktu di rumah membuat anak mengeluh dengan jam kerjanya seperti yang
disampaikan Ani. Anaknya yang berumur tiga tahun mengeluhkan pekerjaan ibunya.
Anaknya merasa waktu yang dihabiskan pada pekerjaan mengurangi waktu untuk
bersama keluarga.
“Anakk, anak dah bisa komplain” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
“Bunda kok kerja terus sih, gak usah kerja… lah trus siapa yang kerja? ayahhh,
umur segini kok dah bisa yaa.. jadii yaaa gituu” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
Ani pun menyadari dengan waktu kerjanya mengakibatkan waktu untuk di
rumah berkurang. Keluhan yang dirasakan anaknya dikarenakan ingin lebih banyak
waktu dengan ibunya. Seperti yang disamapaikan asisten rumah tangganya, Ibtiah.
Anaknya sering mengeluh ingin bertemu dengan ibunya.
“Komplen, apaa, mau jemput bunda gitu, mau sama bunda gitu.”(Ibtiah,
06/7/19, 08.00)
Keluhan yang dirasakan anak dikarenakan waktu untuk bersama ibunya
berkurang. Ibu merupakan cinta pertama anak tentu ingin menghabiskan banyak waktu
bersama ibunya. Dari hal tersebut terlihat anak ingin selalu bersama dengan ibunya.
Hal yang dirasakan Ani, sama dengan yang dirasakan oleh Nina. Pekerjaannya
di bank menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaannya. Sehingga anaknya
mengeluhkan dengan waktu kerja Nina yang banyak dihabiskan untuk pekerjaan.
“Kok pulangnya malam, kan mungkin masih bisa main sama anak-anak, saya
pulang anak-anak udah tidur gitu, besok paginya nanya kok semalam pulangnya
malam, yaa tapi komplainnya sih gak yang complain sampai anak saya merasa
apaa,, yang hot complain gak ada sih,.yaa komplen biasa sih anak-anak gitu..”
(Nina, 04/05/2019. 14.00 WIB)
76
Bekerja di bank memang mempunyai waktu kerja yang padat. Lembur sudah
menjadi hal biasa bagi karyawan bank. Apalagi untuk karyawati yang sudah
berkekuarga menjadi tugas yang berat. Pekerjaan yang bisa menghabiskan banyak
waktu sampai malam tentu berdampak waktu di rumah menjadi sedikit. Sehingga anak
menghabiskan waktu yang sedikit bersama ibunya.
5.2.3 Waktu kerja yang tidak fleksibel
Bekerja di bank mempunyai waktu kerja yang tidak fleksibel. Sehingga
mengharuskan para karyawannya menghabiskan waktunya untuk pekerjaan. Waktu
kerja yang padat dari pagi sampai sore sudah menjadi aturan waktu kerja yang umum
di bank manapun. Waktu kerja di bank biasanya delapan jam kerja di mulai dari jam
07.30 pagi sampai 16.30 sore.
“Disini tu jam kerjanya dari jam setengah 8 sampai setengah 5” (Wida,
15/04/2019. 11.00 WIB)
Bagi perempuan karier yang mempunyai karier ganda, bekerja dengan waktu
kerja yang tidak fleksibel menyulitkan waktu untuk membagi waktunya untuk di rumah
juga di pekerjaan. Jadwal yang tidak fleksibel tersebut menjadi bagi hambatan
karyawati yang bekerja di bank.
“Pastinya waktu untuk anak di siang hari berkurang” A’ang, 16/04/2019. 14.00
WIB)
Dengan waktu kerja yang statis dan tidak fleksibel menghambat A’ang dalam
membagi perannya di rumah. Waktu kerja dari pagi sampai sore, mengharuskan A’ang
mengorbankan waktunya untuk keluarga di siang hari selama waktu kerja.
77
5.3 Dukungan dalam menjalani peran ganda
Dalam menjalani peran ganda yang dijalani oleh perempuan karier tentu adanya
dukungan dalam menjalani peran gandan tersebut. Dukungan bisa datang dari tempat
kerja juga bisa datang dari rumah. Adanya dukungan dari tempat kerja membantu
narasumber dalam menjalani pekerjaannya. Dukungan tersebut bisa datang dari rekan
kerja dan atasan yang saling support. Ada juga dukungan dari keluarga membantu
dalam menjalani peran ganda yang dijalani oleh karyawati bank yang sudah
berkeluarga.
5.3.1 Lingkungan Kerja: Rekan kerja dan pimpinan yang mau membantu
Bekerja di bank dengan ritme kerja yang padat dan fokus terhadap keuntungan
dan pelayanan juga dibutuhkan suasana kerja dan lingkungan kerja yang mendukung
agar tidak menjadi hambatan bagi karyawan dalam bekerja. Lingkungan kerja yang
tidak kondusif bisa mengganggu karyawan dalam bekerja. Bagi Ani, lingkungan kerja
yang baik karena adanya kerja sama tim yang baik. Rekan kerja yang bisa membantu,
jika pun terkendala ada atasan yang mau membantu.
“kalo gak bisa minta tlong sama teman, kan gak musti sendiri, kalo gak bisa
minta tlong ke teman, kadang ke senior, pimpinan, kalo gak tau pimpinan
bantuin.” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
Lingkungan kerja di tempat Ani memilik suasana kerja yang baik. Rekan kerja
yang saling membantu dan atasan yang tidak segan turun tangan membantu
karyawannya membuat lingkungan kerja menjadi kondusif.
Bagi Wida, lingkungan kerja yang saling support dari atasan, rekan kerja sangat
membantu dalam bekerja, meskipun ada pekerjaan lain di luar pekerjaan sebagai
78
karyawati bank. Masalah yang ditangani secara bersama-sama, kendala yang ada
dihadapi sendiri dan tidak melampiasakn ke personal membuat wida senang dengan
lingkungan kerjanya.
“Alhamdulillah disini saling support sihh dari pimpinan, lingkungan, teman
jadi tau saya punya anak kecil yang tiba-tiba demam saya di calling buat ini, oh
ya demam pulang. Jadi tetap di berikan toleransilah sebagai seorang wanita”
(Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB)
Lingkungan kerja yang tidak kondusif bisa mengganggu karyawan dalam
bekerja. Lingkungan kerja fisik dan non fisik bisa merupakan aspek penting dalam
perusahaan. Lingkungan kerja fisik dilihat dari fasilitas yang ada pada perusahaan,
sedangkan non fisik seperti kondisi dan suasana kerja. Selama bekerja di Bank BPD
DIY, A’ang merasakan ia memiliki tempat kerja dengan lingkungan kerja yang baik
dan kondusif. Perempuan yang sudah bekerja sembilan tahun di bank tersebut
menjelaskan bahawa ia memiliki rekan kerja yang baik dan mendukung. A’ang sering
guyonan dengan rekan kerjanya untuk mencairkan suasana kerja. Dari guyoanan
tersebutlah yang membuat hubungan antar rekan kerja menjadi akrab.
“Kalo lingkungan kerja baik, kondusif, jadi saling menunjang walaupun sering
ngojek gitu, maksudnya itu gak serius, relatif enak sih..” (A’ang, 16/04.2019.
15.00 WIB)
Dalam pekerjaan, lingkungan kerja berpengaruh bagi karyawan. Hubungan
yang baik antar karyawan akan menciptakna suasana kerja yang baik. Atasan juga
membantu bawahan sehingga menciptakan lingkungan kerja yang mendukung
79
5.3.2 Dukungan Keluarga
Menjalani peran sebagai perempuan karier yang sudah berkeluarga tentu
membutuhkan komitimen yang kuat dalam menjalani dua peran tersebut. Dalam
menjalani dua peran tersebut dukungan keluarga menjadi faktor penting bagi
narasumber. Dukungan keluarga menjadi suntikan semangat tersendiri bagi
narasumber dalam menjalani peran ganda yang dijalani.
5.3.2.1 Dukungan keluarga A’ang: Saling support dengan suami
Menjalani peran ganda memang banyak rintangan dilalui. Membagi peran
sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai perempuan karier tidak semudah membalik
telapak tangan. Tapi hal tersebut dapat dijalankan dengan baik dengan adanya
dukungan dari diri sendiri dan keluarga. A’ang yang notabene berkarier karena ingin
mengembangkan potensi dalam dirinya. Ia ingin mengeksplor lebih dalam kemampuan
yang ia punya. Hal lain yang membuatnya betah dengan pekerjaannya karena ia
menyenangi pekerjaannya.
“Apaa yaa..karena saya menjalaninya senang,” (A’ang, 16/04/2019. 14.00
WIB)
Walaupun dengan kesibukan berkerja di bank, keluarga sangat mendukung
karier yang dijalani A’ang. Bagi A’ang dengan dukungan keluarga tersebut tidak
melupakan karakternya sebagai ibu rumah tangga.
“Baik, jadi pada saat saya memutuskan bekerja kebetulan saya memang tinggal
di rumah ibu mertua. Pada prinsipnya, dari keluarga saya pribadi maupun suami
maupun ibu mertua karena saya tinggal di rumah ibu mertua sangat
mendukung. Namun hal ini juga tidak mengurangi tanggung jawab saya sebagai
ibu. Jadi, saya tetep berusaha bahwa di kantor maksimal begitu juga kualitas
maupun waktu yang saya sediakan untuk rumah. Seperti itu, jadi memang saya
80
sebisa mungkin di jam itu benar-benar efektif melakukan apa yang bisa dalam
hal ini karena saya maintanance nasabah kredit. Kemudian setelah jam kerja
saya juga fokus untuk mulai mengajari anak-anak saya karena kebetulan sudah
besar-besar.” (A’ang, 16/04.2019. 15.00 WIB)
Walaupun padatnya bekerja, dukungan keluarga menjadi cambukan sendiri
bagi A’ang untuk selalu berusaha menyeimbangkan kehidupan di pekerjaan dan di
rumah. Saling support satu sama lain dengan suami juga membantu A’ang dalam
mengurus kehidupan di rumah
“Sejauh ini mendukung..ketika dia agak sibuk yasudah saya akan mengurangi
waktu untuk bekerja hehehe harus gantian..” (Bambang, 11/07/19, 16.00)
Dukungan dan restu dari suami A’ang untuk karier A’ang menjadi cambukan
baginya untuk berusaha sebaik mungkin di pekerjaan dan di rumah. Dukungan ini juga
dapat menguranig hambatan yang ada dua peran yang dijalani A’ang
5.3.2.2 Dukungan keluarga Ani: Menyenangkan keluarga
Menjalani peran sebagai perempuan karier yang sudah berkeluarga tentu
membutuhka komitimen yang kuat dalam menjalani dua peran tersebut. Ani yang
ditinggal suaminya ke Jakarta juga menjadi beban tersendiri. Namun ada faktor yang
membuat Ani tetap kuat dalam menjalani dua peran tersebut. Faktor dukungan keluarga
menjadi peran vital bagi Ani dalam menjalankan dua peran tersebut. Perempuan
kelahiran Magelang ini mengatakan bahwa bekerja di bank membuat keluarganya
senang.
“Senang dong, apalagi kan orang-orang kan melihat kerja di bank itu yaa gitu
kan, wahh enak kerja di bank, dibandingkan pekerjaan yang lain maksdunya,
kita liat dari penampilan harus bagus kan ada yang seperti itu, tapi semuanya
balik ke dirinya masing-masing apa namanya, gak cuma di bank dong, tempat
lain juga gitu” Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
81
Bekerja di bank harus berpenamilan baik. Sehingga bisa disenangi banyak
orang ketika bertemu dengan karyawan bank.
5.3.2.3 Dukungan Keluarga: Dukungan dari anak dan suami
Bagi Nina, dengan ritme kerja di bank yang padat dan tidak fleksibel, dukungan
keluarga sangat penting bagi Nina. Menurut Nina, keberhasilannya tidak lepas dari
dukungan keluarga. Dilihat dari suami dan anak-anak Nina mendukung kariernya yang
memaklumi pekerjaan Nina di bank.
“suami saya mendukung, anak-anak saya sih Alhamdulillah juga ndak ada
masalah, mungkin udah biasa ya sama ibuknya pulang agak malaman itu yaa
mereka masih maklum, dan saya akan berhenti waktu yang saya pakai untuk
bekerja di hari sabtu dan minggu karena sabtu minggu kan kami libur jadi saya
akan ganti quality timenya di hari sabtu minggu, sama kalo malam dah pulang
masih bisa ngobrol sama anak-anak gak papa Alhamdulillah mereka senang
sihh enjoy gituu” (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB)
Dengan pekerjaan yang menguras waktu tidak dipermasalahkan oleh keluarga
Nina. Suaminya pada prinsipnya mendukung karier Nina. Menurut suaminya, Tio, ia
membebaskan karier yang dipilih istrinya asalkan ia senang. Tapi juga tidak melupakan
perannya sebagai ibu rumah tangga di rumah.
“yaa saya sih prinsipnya mendukung apa yang istri saya suka, kalo memang
senang kerja silahkan, yang penting juga jangan meninggalkan tugas-tugas di
rumah..sebagai istri juga sebagai ibu dari anak-anak saya..” (Tio, 12/07/19,
09.30)
Pernyataan dari Nina tersebut mengindikasikan bahwa keluarga terutama suami
dan anak-anaknya mendukung karier Nina. Mereka memaklumi pekerjaan ibunya
sebagai pimpinan cabang yang mana untuk jadwal pulangnya
82
5.3.2.4 Dukugan keluarga Wida: Bekerja bukanlah suatu masalah
Berperan sebagai ibu rumah tangga dan karyawan pada perusahaan harus
mempunya komitmen dan usaha yang kuat dalam menjalani dua peran tersebut. Untuk
perempuan yang belum menikah akan fokus terhadap pekerjaan. Tapi bagi yang sudah
menikah mereka harus fokus terhadap pekerjaan dan rumah. Dalam menjalankan dua
peran tersebut, dukungan keluarga sangatlah berarti. Tanpa adanya dukungan keluarga,
Wida akan sulit dalam menjalani dua peran tersebut. Menjalani dua peran tersebut
harus mempunyai komitmen yang kuat antara Wida dan suaminya.
“Kebetulan saya menikah dalam posisi sudah bekerja, jadi dari awal bukan hal
yang masalah buat suami dan keluarga.” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB)
Ketika sudah menikah tentu pada setiap pasangan sudah memiliki komitmen
yang kuat satu sama lain. Hal yang sama juga dirasakan oleh Wida. Keluarga sangat
mendukung pekerjaan Wida, bagi dengan bekerja ia tidak akan melupakan perannya
sebagai ibu, yang mana anak menjadi prioritas. Di sisi lain suami juga mendukung
kariernya asalkan keluarga jangan sampai terabaikan.
“Sejauh ini, keluarga saya sangat mendukung, yaa asalkan yaa sifatnya seperti
keluarga, anak terutama menjadi prioritas. Jangan sampai terabaikan” (Wida,
15/04/2019. 11.00 WIB)
5.3.2.5 Dukungan keluarga Kristin: Jangan lupakan kewajiban di rumah
Diarahakan dari kecil dari keluarganya untuk bekerja di masa depan menjadi
pegangan bagi Kristin. Arahan itulah yang membuatnya fokus dalam mengejar
kariernya. Dukungan tersebut juga membantunya dalam menjalani karier. Bagi Kristin,
keluarga dari kecil sudah mengarahkan Kristin untuk menjadi perempuan karier.
83
Dukungan keluarga Kristin dilihat dari tidak adanya tuntuan untuk Kristin dalam
menjalani dua perannya.
“kalo keluarga apa ya,, soalnya keluarga saya mendukung sih, tidak terlalu
bermasalah, sudah terkondisikan, tidak ada keberatan-keberatan” (Kristin,
26/04/2019. 15.00 WIB)
Dukungan dari suaminya juga selalu datang kepada Kristin, ia tidak
mempermasalahkan pekerjaan yang dijalani Kristin asalkan tidak meninggalkan
kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.
“saya pada prinsipnya mendukung apa yang diinginkan istri saya, saya tidak
masalah, selama tidak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah
tangga..”(Didif, (06/7/19, 10.00)
Dari dukungan tersebut tidak menjadi kendala bagi Kristin dalam menjalani
kariernya di bank. Dukungan keluarga menjadi suntikan tersendiri bagi Krisint dalam
menghadapi dua peran yang ia tanggung
5.4 Solusi Mengatasi Hambatan Dalam Menjalani Peran Ganda
Bekerja di bank memang mempunyai waktu kerja yang padat. Apalagi dalam
menjalani peran ganda bagi perempuan karier harus mempunyai usaha yang lebih
untuk menyeimbangkan dua hal tersebut. Usaha tersebut untuk mengatasi hambatan
yang dimiliki dalam menjalani peran ganda tersebut. Dalam pekerjaan dengan waktu
kerja dan beban yang padat bisa menimbulkan kelelahan dan stress selama bekerja. Hal
tersebut harus diantisipasi dengan adanya coping stress sehingga dapat mengatasi stress
yang muncul selama bekerja. Dengan dua peran ganda, tidak hanya ditempat kerja, tapi
juga tanggung jawab di rumah. Hal ini karyawati bank yang sudah berkeluarga harus
mampu mengantisipasi hambatan dalam menjalani dua peran ganda tersebut.
84
5.4.1 Mengatasi stres
Pekerjaan yang berat dapat mengakibatkan stress. Bekerja di bank dengan ritme
kerja yang padat, tidak fleksibel dan pekerjaan dalam mengejar target perusahaan bisa
membuat perempuan karier yang berkeluarga sulit dalam membagi waktunya, sehingga
bisa menjadi stress. Tapi stress tersebut dapat dikendalikan. Salah satunya dari diri
inudvidu dalam mengelola stres tersebut. Tipikal kepribadian Wida dalam mengatasi
stress dengan membagi masalah agar tidak terlalu menanggung beban itu sendiri
“Karena pekerjaan kita tu bareng, di share bareng-bareng, kalo ada kendala pun
saya ngomong ke atasan begini-begini, dipecahin bareng-bareng, kerjanya tim
sih, jadi gak bisa dibebankan satu orang trus terserah, jadi kalo ada masalah
yang menyebabkan stress itu kita floorin di tim itu, nanti dibahas barengbareng, jadi sangat menghindari pressure, tekanan yang sangat kuat, yang
pikirin sendiri, yang bikin stress, saya bukan tipikal yang seperti itu,,” (Wida,
15/04/2019. 11.00)
Dengan berbagi masalah dengan rekannya dapat mengurangi beban dan
tekanan yang dirasakan Wida. Hal ini dapat membantu dalam mengelola stress yang
dirasakan.
Stres hal yang sudah wajar dalam sebuah pekerjaan. Stres bisa berdampak baik
dan bisa juga berdampak buruk. Tergantung induvidu dalam mengelola stress tersebut.
Menurut A’ang, ia merasa tidak terlalu stress dengan pekerjaannya karena ia
menyenangi pekerjaanya tersebut. Dikarenakan ia sebagai orang yang eksrtovert, ia
langsung membagikan ke orang lain, dan mengkonsultasikan. Bagi A’ang ketika ia
jenuh dengan mengingat keluarga bisa memberikan semangat kembali.
Kalo lelah yaaa pas masa menstruasi mungkin yaa, jadi ditinggal tidur.. kalo
stress karena saya orangnya extrovert, relatif kalo ada kendala apapun langusng
konsultasikan, pasti saya bilang a, b, c, d solusinya gimana mas apa saya harus
85
ke a, b, atau c, saya lebih baik saya omongkan dari pada pendem sendiri..”
(A’ang, 16/04/2019. 15.00)
Karakter A’ang yang extrovert memang memudahkannya untuk bisa bercerita
dengan banyak orang. Menceritakan masalah atau beban yang dipikul juga satu hal
sikap dalam mengelola stres. Menurut suaminya, Bambang, ia kerap untuk
menyampaikan curahan hatinya terkait masalah pekerjaan kepada suaminya.
“eee kalo stress gak, tapi dia sering curhat ke saya, beberapa kali dia curhat
untuk masalah pekerjaan, dan saya akan mendengarkan itu sebagai bagian dari
katarsis sebagai luapan beban kerjanya “ (Bambang, 11/07/19, 16.00)
Persaingan yang ketat antar bank menuntut kinerja harus bisa lebih baik dari
bank lainnya. Bekerja di bank dengan ritme kerja yang padat, tidak fleksibel dan
pekerjaan dalam mengejar target perusahaan sehingga adanya tekanan. Hal tersebut
bisa berdampak stres. Stres pada perempuan karier bisa menyebabkan konflik. Stres
dapat diminimalisir dengan coping stress. Stres itu bisa diatasi dengan cara
mengelolanya dengan baik. Ketika stres sudah bisa dikelola maka itu juga
meminimalisir konflik. Hal yang Nina lakukan adalah menghadapi stress itu dengan
baik.
“pastilah ada tekanan dalam pekerjaan itu, apalagi zaman sekarang ya
persaingan ketat di dunia perbankan, ya kalo dibilang mau dibikin sering
tergantung kita menyikapi, kalo saya sih lebih baik kita hadapi ajaa, kalo kita
bikin stress nanti jadi sakit, dibikin enjoy ajaa” (Nina, 04/04/2019. 14.00)
Stres tersebut adalah hal yang wajar. Menurut suaminya, konseskuensi bekerja
di bank memang menimbulkan stress, tapi itu adalah hal yang wajar. Menurut Tio, stres
adalah hal yang wajar tetapi jangan sampai masuk ke area rumah tangga.
86
“yaa stress-stress itu biasa yaa, ya konseskuensinya yang penting di rumah
jangan sampai di bawa ke rumah, pesan saya itu dari dulu” (Tio, 12/07/19,
09.30)
Stres kerja sudah menjadi hal yang lumrah. Dengan saling terbuka satu sama
lain bisa mengurangi beban dan stress yang diemban. Beban kerja yang padat tersebut
sudah hal biasa, stress tersebut harus diselesaikan dengan baik dan tidak tumpah ke
kehidupan keluarga
Beban kerja yang berat bisa menyebabkan kelelahan dan stress. Stres juga bisa
berdampak pada penurunan performa kinerja pada karyawan. Ketika stres tidak bisa
dikelola dengan baik maka dapat mengakibatkan munculnya konflik. Menurut Kristin
selama ia bekerja. ia tidak terlalu ambil pusing. Bagi Kristin, ia tidak terlalu menuntut
pada pekerjaannya dan menyerahkan semua kepada yang Maha di Atas.
“Sesuai, saya kan gak menuntut terlalu tinggi, diserahkan semuanya sama yang
diatas, biar gak stress..“ (Kristin, 26/04/2019. 14.00 WIB
Menyerahkan segala urusan kepada yang Maha di Atas, kepada Allah yang
Maha Mempermudah akan menenangkan pikiran-pikiran stres dikarenakan sudah
menyerahkan segala urusan kepada Allah. Hal inilah yang membuat Kristin tidak
begitu stress dengan pekerjaanya.
Menurut Didif, stress yang istrinya tidak begitu kelihatan. Dalam arti batas
wajar, karena menurut Didif istrinya menikmati pekerjaanyya sehingga hal tersebut
juga membantu dalam mengurangi stres.
“yaa stressnya masih dalam batas kewajaran, artinya pekerjaannya berat, tapi
jarang sekali, artinya kita bekerja tu kita nikmati aja apa adanya sesuai dengan
apa yang sesuai dengan kemampuan kita segitu ya mau gimana lagi, tekanan
itu bisa kita manajemen dengan baik lah.” (Didif, 06/07/19, 10.00)
87
Untuk mengatasi stres selama bekerja tentu harus menyikapi stres tersebut
dengan baik. Stres bisa menjadi penghambat dalam pekerjaan. Selama stres itu bisa
dikelola akan menjadi hal yang positif bagi karyawan. Stres bisa dikelola dengan
membagikan beban atau masalah tersebut kepada orang lain sehingga tekanan yang
dirasakan tersebut dapat berkurang. Stres sebagai masalah juga dapat diatasi dengan
menyerahkan diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa sehingga pikiran dan beban yang
ditanggung bisa berkurang.
5.4.2 Selalu menyempatkan waktu untuk keluarga
Menjadi perempuan karier yang mempunyai peran ganda memang memiliki
tanggung jawab yang berat. Ketika dua peran tersebut timpang, maka akan ada yang
akan dikorbankan. Walaupun keluarga mendukung Kristin merasa dengan banyaknya
waktu yang digunakan membuat nilai anaknya kurang maksimal di sekolah Tetapi
Kristin menyadari hal tersebut. Ia berusaha untuk selalu menyempatkan waktu bersama
anak-anaknya. Kesempatan waktu untuk belajar ia usahakan bersama anak-anaknya.
“udah itu aja haha ya jadi energi saya itu bisa mencukupi, memecah apa ya ,
tugas-tugas berbagai apa ya..berbagai lini, mungkin butuh fokus disini itu bisa,
misal anaknya pengen diajarin belajar itu masih punya kekuatan.”(Kristin,
15/04/2019. 15.00 WIB)
Menyempatkan waktu untuk belajar bersama anaknya menjadi cara untuk
mengatasi hambatan dalam memaksimalkan waktu yang terpakai karena pekerjaan.
Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan suami Kristin
“kayaknya belum ya, karena setiap ada waktu itu kesempatan itu kita mesti
melibatkan keluarga, belajar, jalan-jalan terus terang saya sering jalan-jalan,
piknik..” (Didif, 06/07/19, 10.00)
88
5.4.3 Keluarga tetap prioritas
A’ang yang menyenangi pekerjaannya memiliki waktu yang terbatas di rumah.
Ia memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibandingkan di rumah. Tidak
bisa fokus mengurus rumah di siang hari dikarenakan pekerjaannya. Tapi A’ang
menyadari hal tersebut dan sudah menyekolahkan anak-anaknya berdekatan dengan
rumah. Menurut A’ang Ia menghabiskan waktu untuk di rumah sekitar tiga sampai
empat jam belum dengan waktu tidur selain sabtu dan minggu.
“Pastinya waktu untuk anak di siang hari berkurang, tapi itu saya antisipasi
dengan yang pertama sekolahnya dekat jadi tinggal jalan kaki, trus kedua
adanya bis antar jemput sehingga kewajiban saya dalam menjemput sudah
tergantikan , jadi tinggal di komunikasikan aja..” (A’ang, 16/04/2019. 15.00
Walaupun sibuk pada pekerjaannya, tetapi ia tetap memprioritaskan anakanaknya di sela-sela pekerjaannya. Hal inilah yang membuat A’ang menjadi ibu yang
hebat bagi anak-anaknya seperti yang disampaikan suaminya.
“Buk A’ang itu seorang ibu yang hebat bagi anak-anaknya, jadi di sela-sela
pekerjaanya ia selalu kalo masalah anak slalu di prioritaskan, misalnya sekolah
renang kalo ditelfon udah dikonfirmasi belum sama pelatihnya, udahh, les
bahasa inggris wis nanti yang jemput siapa tinggal konfirmasinya,
mengingatkan aja, kalo ini jadwalnya anak untuk les apa, kemudian situasi
sudah terkontrol atau terkendali, dia selalu akan memprioritaskan untuk
itu”(Bambang, 11/07/19, 16.00)
Dengan waktu yang banyak dihabiskan untuk keluarga, bukan menjadi
hambatan bagi A’ang. Dari awal ia sudah merencanakan waktu untuk keluarganya
dengan menyekolahkan anak dekat sekolah dan sekolah dengan fasilitas antar-jemput.
Sehingga ia bisa mengorganisir waktu untuk keluarga dan pekerjannya.
89
5.4.3 Kosentrasi untuk keluarga tidak terpecah meskipun bekerja
Bekerja sebagai perempuan karier dan sudah berkeluarga harus mempunyai
komitmen yang tinggi dalam menjalani dua peran tersebut. Hambatan dalam membagi
dua peran sekaligus sulit dijalankan secara bersamaan. Fokus untuk keluarga
dikorbankan dikarenakan banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan.
“Hhmmmmm positifnya saya pikir dengan adanya saya bekerja walaupun
waktu saya kurang gitu tapi kosentrasi saya terhadap keluarga tidak berkurang
menurut saya karna ortu saya, anak saya, suami saya respon terhadap karier
saya selama ini, feedbacaknya ke saya tidak ada keluhan..atau muncul keluhan”
(Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB)
Faktor dukunngan dari Lingkungan tempat kerja yang mendukung dapat
membantu work-life balance bagi karyawan . Ketika situasi darurat seperti anak sakit,
tempat kerja Wida di Bank BPD DIY tidak menghalangi dan memberikan toleransi
kepada Wida untuk mengurus keluarganya. Sehingga Wida bisa fokus terhadap
keluarga jika ada hal genting yang terjadi.
5.4.4 Memaksimalkan Waktu Weekend
Bekerja penuh waktu dari hari Senin sampai Jumat ditambah dengan delapan
jam kerja di bank memang banyak memakan waktu untuk pekerjaan bagi karyawati
bank yang sudah berkeluarga. Berangkat pagi pulang sore bahkan malam
mengharuskan para pekerja di bank banyak mengorbankan waktunya di pekerjaan.
Bagi karyawati bank dengan peran ganda tentu harus pandai dalam membagi waktu
tersebut. Meskipun banyak waktu yang terpakai pada pekerjaan, tapi hal tersebut bisa
diantisipasi dengan memaksimalkan waktu libur. Dari waktu yang digunakan untuk
kerja penuh waktu bisa dibayarkan dengan waktu weekend di hari Sabtu dan Minggu.
90
Waktu inilah untuk membayar waktu yang terpakai selama pekerjaan, sehingga quality
time untuk keluarga selalu ada.
A’ang dan suaminya sadar betul akan waktu mereka yang lebih banyak
dihabiskan di kantor dibandigkan dengan di rumah. Oleh karena itu, di luar hari kerja
mereka akan memaksimal waktu untuk lebih dekat dengan keluarga. Anak-anaknya
merasa sangat senang ketika weekend menghabiskan waktu bersama keluarga.
“katakkanlah cuma sabtu minggu gitu kelihatan senang sekali, nanti kalo senin
mulai repot lagi, karena sebelumnya mereka sama ayah dan ibunya, tapi
prinsipnya kalo kita menanyakan saat ini, mungkin akan senang kalo ibunya
ada di rumah” (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB)
Kesadaran akan waktu kerja, menjadi catatan tersendiri bagi A’ang dan
suaminya, Bambang. Dengan waktu yang habis pada pekerjaan, mererka akan
memberikan kompensasi kepada anaknya yang berarti ketika mereka pulang, mereka
harus memberikan waktu yang lebih untuk menemani anaknya.
“yaa berarti saya harus menyediakan waktu tambahan ketika saya pulang atau
ibunya pulang berarti kita harus menemani mereka. Ada kompensasinya yang
harus kita bayarkan..” (Bambang, 11/07/19, 16.00)
Mempunyai peran ganda memang butuh tanggung jawab yang besar.
Kesadaran akan pentingnya tanggung jawab yang dimiliki memudahkan untuk
mengatur dan merencakanan agar bisa membagi peran dengan baik. Bantuan dari
mertua dan juga babysitter juga memudahkan dalam membantu peran A’ang sebagai
ibu rumah tangga. Walaupun sibuk bekerja dalam daily acitiviynya, A’ang dan suami
memanfaatkan waktu weekend untuk membayar waktu yang digunakan untuk
pekerjaan
91
Meskipun pekerjaanya banyak menyita waktu di hari kerja, tapi di hari sabtu
dan minggu, Kristin dan keluarganya mengalokasikan hari tersebut untuk waktu yang
berkualitas bersama keluarga. Hari inilah untuk menggatnti waktu yang terpakai
dikarenakan pekerjaan.
“gak bisa seharian bersama, bisa dialokasikan waktu di hari sabtu dan
minggu..” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB)
Hari libur dari pekrjaan memang waktu yang tepat bersama keluarga. Karena
di har inilah keluarga bisa berkumpul bersama. Hal inilah yang sering dilakukan oleh
Kristin dan keluarga dalam mengganti hari yang banyak digunakan selama bekerja.
Berkreasi dan jalan-jalan menjadi waktu yang pas untuk mempererat waktu bersama
keluarga. Dari jalan-jalan tersebut rasa stress dapat hilang, kedekatan hubungan antar
keluarga menjadi erat, kualitas waktu yang digunakan bisa membayar waktu yang
terpakai pada pekerjaan
“karena kami juga ada setiap kali libur di setiap kesempatan kita kan selalu
menggunakan quality time saya sering mengajak jalan-jalan anak dengan istri”
(Didif, 06/7/19, 10.00)
Dengan waktu berkualitas bersama keluarga dapat dialokasikan ke hari sabtuminggu untuk menggantikan hari-hari yang digunakan selama waktu kerja. Hal ini bisa
menjadi salah satu cara mengatasai hambatan waktu kerja yang banyak terpakai.
Dengan banyaknya waktu yang terpakai selama pekerjaan tentu juga imbal balik yang
diberikan perusahaan juga sesuai dengan waktu yang dihabiskan
memaksimalkan waktu setelah bekerja, meninggalkan hal-hal berkaitan dengan
pekerjaan dan fokus untuk rumah. Kemudian memaksimal kualitas waktu di hari sabtu
92
dan minggu. Seperti yang dikatakan Nina, setelah pulang kerja yang padat ia akan
melepas atribut pekerjaannya, dan fokus untuk kualitas waktu yang tersisa dengan
keluarganya.
“Apaa yaa, untuk saat ini, saya berusaha untuk kalo saya sudah pulang dari
kantor saya tukar dengan quality time, sisa-sisa quality time yang sehari-hari,
tapi kalo sabtu dan minggu dengan mereka, supaya paling tidak saya itu bisa
apa yaa, berusalah untuk memberikan yang terbaik di sisa waktu pulang dari
kantor, hari sabtu & minggu walaupun nanti harus bekerja lagi tapi ada dalam1
minggu itu ada waktu yang benar-benar full untuk keluarga ya sementara masih
itu karena kaitan nya kalo masih bekerja ya mau gak mau menaati jam kerja,
yaa nyenengin anak nyenengin suami ketika punya waktu kita maksimalkan,
nyenengin orangtua juga” (Nina, 15/04/2019. WIB)
Selain itu cara untuk meningkatkan kualitas keluarga adalah dengan
memaksimal waktu di hari sabtu dan minggu. Waktu yang selama ini terpakai pada
pekerjaan kan dibayar dengan waktu libur. Sehingga menjadi quality time untuk
keluarga. Dari hal tersebut bisa menambah keeratan keluarga.
“Alhamdulillah juga ndak ada masalah, mungkin udah biasa ya sama ibuknya
pulang agak malaman itu yaa mereka masih maklum, dan saya akan berhenti
waktu yang saya pakai untuk bekerja di hari sabtu dan minggu karena sabtu
minggu kan kami libur jadi saya akan ganti quality timenya di hari sabtu
minggu, sama kalo malam dah pulang masih bisa ngobrol sama anak-anak gak
papa Alhamdulillah mereka senang sihh enjoy gitu” (Nina, 15/04/2019. WIB)
Salah satu cara untuk menghabiskan kualitas waktu bersama keluarga adalah
dengan pergi bersama keluarga. Jalan-jalan bersama keluarga, pergi mencari makan
atau kulineran, pergi menonton yang menjadi waktu yang berharga. Waktu yang sering
dihabiskan untuk pekerjaan dibayar dengan quality time dengan keluarga pada waktu
libur dan senggang
“yaa jadi memang waktu antara kerja itu setiap hari senin sampai hari jumat
kalo memang di sela waktu antara hari kerja tersebut kami mencoba dengan
93
anak dan istri saya itu yaa keluar bareng mas, yaa makan, tapi di waktu hari
sabtu dan minggu saya luangkan waktu untuk keluarga mas, misal nonton
bareng makan bareng itu pasti atau jalan cari kulineran gitu itu setiap sabtuminggu pasti insya allah” (Tio, 12/07/19, 09.30)
Mempunyai peran ganda untuk perempuan memang berat. Tidak hanya sebagai
karyawan, tapi juga tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Menjalankan dua peran
tersebut memang berat. Berbagi tugas dengan suami juga membantu Nina dalam
perannya sebagai ibu. Sebagai suami-istri harus saling mendukung satu sama lain,
termasuk membagi peran. Nina mengakui waktunya banyak terpakai untuk pekerjaan.
Namun setelah pulang bekerja ia akan melepas atribut pekerjaanya. Untuk mengganti
waktu tesebut ia mengajak keluarganya untuk quality time pada hari libur sehingga
keeratan pada keluarga tidak pudar.
5.5 Ringkasan Hasil
Melawan Hambatan Menggapai
Keseimbagan
Hambatan
Dukungan dalam
menjalani peran ganda
-Overtime
-Komplain
Anak
-Waktu kerja
tidak flesibel
-Stres
Soliusi menghadapi
hambatan pekerjaan dan
keluarga
- Coping Stres
-Lingkungan
Kerja yang
kondusif
- Dukungan
Keluarga
-Keluarga tetap menjadi
prioritas
-Fokus ke keluarga tidak
terpecah
- Memaksimalkan Waktu
Weekend
-Kelelahan
Sumber: Data Primer, diolah tahun 2019
94
Bekerja di perusahaan yang bank yang mempunyai waktu kerja yang statis
mengharuskan perempuan karir yang bekerja disana harus fokus dalam mengerjakan
pekerjaannya. Bekerja delapan jam sehari ditambah adanya jatah lembur dikarenakan
harus mengejar target dan deadline yang diberikan. Jam kerja yang padat ini bisa
menjadi hambatan dikarenakan banyaknya waktu yang terbuang untuk bekerja
dibanding dengan waktu untuk keluarga. Waktu kerja yang padat bahkan sampai
lembur membuat peran perempuan karir sebagai karyawan dan ibu rumah tangga bisa
tidak seimbang. Menghabiskan waktu untuk pekerjaan menyebabkan kurangnya waktu
untuk bersama keluarga sehingga kurangnya peran ibu dalam perempuan karir
dikarenakan pekerjannya sehingga tidak adanya keseimbangan.
Sesuai dengan Hudson (2005) Keseimbangan pekerjaan dan kehidupan di
rumah dilihat dari tiga aspek, yang pertama keseimbangan waktu yang mengacu
kepada kesetaraan antara waktu yang diberikan seseorang untuk kariernya dengan
waktu yang diberikan untuk keluarga. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh penulis dengan narasumber A’ang, Kristin, Nina dan Ani dilihat dari jadwal kerja
karyawati bank banyak dihabiskan untuk bekerja ditambah dengan jatah lembur yang
mana setidaknya ada di setiap akhir bulan.
Selaras dengan Handayani (2015) hasil penelitian diketahui bahwa sebesar 55%
informan menyatakan kesulitan untuk membagi perhatian antara kerja dan keluarga,
sehingga merasakan adanya beban ataupun konflik dalam dirinya. Waktu kerja yang
kaku dan padat ini berdampak dengan kesulitan dalam membagi kehidupan di rumah
dan waktu untuk pekerjaan.
95
Namun berbeda dengan penilitan Dizaho (2017) dengan jadwal dan pengaturan
kerja yang fleksibel maka memudahkan kebutuhan karyawan untuk mencapai
keseimbangan dalam kehidupan rumah dan tempat kerja mereka. Sementara
keseimbangan kehidupan kerja didorong karena dampak yang diterima oleh karyawan
pada organisasi seperti peningkatan produktivitas, loyalitas, kepuasan, peningkatan
moral, sikap dan perilaku karyawan, dan lain-lain. Adanya fleksibelitas waktu bisa
memudahkan perempuan karir dalam membagi waktu untuk keluarga dan
pekerjaannya. Sama halnya dengan Galea (2014) bahwa ketika jam kerja yang fleksibel
didukung oleh manajemen dan sesuai dengan budaya kerja, mereka sangat dihargai
baik untuk alasan pribadi maupun yang terkait dengan pekerjaan. Dampaknya, ini akan
membantu karyawan mencapai keseimbangan yang tepat antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi yang menghasilkan manfaat organisasi yang menguntungkan.
Bekerja di bank bagi perempuan karier dengan tuntutan dalam mencapai target
perusahaan adanya kejenuhan dan masalah yang bisa menyebabkan stress. Stress dalam
membagi waktu dan peran juga bisa menjadi salah satu pemicu sehingga bisa
menyebabkan konflik terhadap dua peran yang dijalani. Jam kerja yang padat bagi
karyawan perempuan bank yang berkeluarga akan sulit dalam membagi waktunya
sehingga muncul konflik. Hal ini sesuai dengan Raymo dan Sweeney (2005) dalam
Alteza dan Hidayati (2009) yang mengklasifikasikan penyebab konflik menjadi dua.
Pertama, bersumber dari pekerjaan yaitu jam kerja yang lama, jadwal kerja yang kurang
fleksibel, dan karakteristik pekerjaan yang cenderung menekan, baik fisik maupun
psikis. Penyebab kedua berasal dari keluarga yaitu masih ada anak kecil yang harus
96
diurus, kesehatan pasangan yang buruk, padatnya pekerjaan rumah tangga dan
komunikasi yang buruk. Penelitian ini sesuai terhadap pada satu narasumber saja yaitu
Ani yang mana kesulitan dalam membagi waktu terhadap dua peran karena jam kerja
yang padat dan tidak fleksibel. Sedangkan nrasumber lain menyadari dan mengatasi
waktu kerja tersebut dengan memaksimalkan waktu yang tersisa sepulang kerja, dan
memaksimalkan waktu libur kerja.
Adanya banyak tuntutan pada pekerjaan bisa menyebabkan stress. Tapi stress
itu bisa diatasi dengan cara mengelolanya dengan baik. Ketika stress sudah bisa
dikelola maka itu juga meminimalisir konflik. Ada beberapa cara dalam mengatasi
stress. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) dalam Lazarus (1993) ada dua jenis
coping yaitu Emotional-Focused Coping bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap
respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara
behavioral maupun kognitif. Aspek-aspeknya adalah
1. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara
mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak
tergesa dalam mengambil tindakan.
2. Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan
individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada
keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
3. Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan
mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif
dari sebuah masalah (hikmah)
97
4. Acceptance,berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah,
karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk
memecahkan masalahnya.
5. Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha
menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya
Kedua adalah Problem-Focused Coping yaitu bertujuan untuk mengurangi
dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi
stress. Asapek-aspek yang digunakan adalah:
1. Distancing, ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui: Yaitu usaha untuk
menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positif, dan
seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah.
2. Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan
perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang
teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
3. Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencari makna positif dari permasalahan
dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
4. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara
menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam
mengambil tindakan.
5. Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan
beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dan lainnya.
98
Hal ini sama dengan penelitian penulis seperti yang dilakukan narasumber
A’ang, ia tidak begitu merasakan stress dalam bekerja karena setiap masalah ia
langsung konsultasikan kemudian meminta dan mencari solusinya seperti apa, dan juga
dengan mengingat keluarga juga bisa menambah semangat. Sama hal nya dengan
narasumber Wida yang membagi masalah-masalah yang bisa menyebabkan stress
kepada rekan kerjanya sehingga bisa mengantispasi stress yang terjadi dengan cara
Coping yang dilakukan menggunakan metode yang melibatkan orang lain (social).
A’ang dan Wina dalam menghadapi stress menggunakan aspek Seeking Social Support
(For Emotional Reason)
Begitu juga dengan Nina yang merasa ia mengatasi stress dengan menyikapi
stress tersebut. Dengan kemampuan tersebut akan menurunkan tingkat stress. Ini juga
termasuk dalam aspek Problem Focused Coping pada aspek Self Control, merupakan
suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur
perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan. Hal ini
sesuai dengan penelitian Nikolaou dan Tsaousis (2002) menyatakan bahwa salah satu
penyebab tingginya tingkat stres kerja adalah rendahnya kemampuan karyawan dalam
mengelola perasaan yang biasa dikenal dengan istilah kecerdasan emosional.
Hambatan dalam bekerja juga bisa dilihat dari lingkungan kerja yang kurang
baik. Lingkungan kerja yang buruk bisa menyebabkan ketidaknyamanan bagi
karyawan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa para narasumber A’ang, Kristin, Ani,
Nina dan Ani senang dengan lingkungan kerja yang ditempati. Dikarenakan adanya
suasana kerja yang mendkung, rekan kerja yang saling membantu, masalah pekerjaan
99
yang diatasi secara bersaaman, hubungan rekan dan atasan yang baik menjadikan
suasana kerja yang kondusif.
Hal tersebut sama dengan Beham, & Drobnič, (2010) Persepsi harapan waktu
organisasi yang tinggi, tuntutan pekerjaan psikologis dan ketidakamanan kerja
ditemukan berhubungan negatif dengan kepuasan karyawan dengan keseimbangan
kerja-keluarga. Konflik kerja-ke-keluarga memediasi sebagian hubungan tersebut.
Dukungan sosial di tempat kerja dan kontrol pekerjaan mengungkapkan hubungan
positif dengan kepuasan dengan keseimbangan kerja-keluarga. Hal ini juga sama
dengan Sedarmayanti (2009) Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai
apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan
nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang
lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut
tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya
rancangan sistem kerja yang efisien.
Selain lingkungan kerja, dukungan keluarga sangat berpengaruh bagi
narasumber sehingga bagi para narasumber berusaha untuk memaksimalkan dukungan
tersebut dan berusaha membagi dua peran yang dijalaninya. Hal ini sesuai dengan
penelitian Padma dan Reddy (2013) bahwa Dukungan dari anggota keluarga akan
memainkan peran penting dalam menyeimbangkan kehidupan Pribadi dan Profesional.
Masalah yang diakibatkan oleh tekanan dapat dicegah dengan dukungan sosial.
Menurut Taylor, Peplau dan Sears (2009) Individu dengan dukungan yang tinggi akan
lebih dapat menghadapi dan mengatasi masalahnya dibandingkan dengan yang tidak
100
memiliki dukungan. Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan, keluarga, teman,
rekan kerja, maupun masyarakat. Dukungan dari keluarga dapat mengurangi hambatan
dalam menjalankan peran ganda yang dijalani oleh narasumber.
Menjadi ibu rumah tangga yang menangani tanggung jawab di rumah dan
bekerja di bank dengan jadwal yang kaku, para narasumber berusaha keras untuk bisa
menyeimbangkan dua peran ganda yang digelutinya. Walaupun bekerja dari senin
sampai jumat dan pulang kerja dari sore sampai agak malaman, para narasumber
berusaha untuk memaksimalkan waktu yang ada ketka di rumah. Melepas atribut
pekerjaan dan berusaha membuat kualitas waktu yang ada dengan keluarga. Hal
lainnya dalam mengatasi waktu kerja yang terpakai adalah dengan memaksimalkan
waktu yang berkualitas dengan keluarga di hari libur. Pada waktu inilah para
narasumber membayar waktu yang terpakai pada pekerjaan untuk meningkatkan
keeratan dan keharmonisan keluarga
101
BAB VI
UPAYA-UPAYA MENYEIMBANGKAN PEKERJAAN DAN RUMAH
6.1 Pendahuluan
Perempuan karier yang sudah berkeluarga mempunyai tanggung jawab peran
ganda yang mereka jalani. Berperan sebagai karyawan di tempat bekerja juga berperan
sebagai ibu rumah tangga di rumah. Dua peran ini tentu tidak mudah untuk dijalankan.
Peran dan dukungan keluarga sangat krusial dalam menjalani peran ganda tersebut.
Tanpa adanya dukungan yang diberikan oleh keluarga tentu para perempuan karier
yang sudah berkeluarga sulit untuk menjalankan dua peran tersebut.
Bekerja di bank berarti bekerja dengan waktu yang tidak fleksibel. Para
karyawan dituntut untuk bekerja mengejar target yang diberikan perusahaan. Sehingga
harus fokus dalam bekerja. Bahkan lembur sudah menjadi hal biasa. Bagi perempuan
karier yang bekerja di bank dan belum menikah bukan menjadi masalah yang begitu
besar. Sedangkan bagi yang sudah menikah tentu mempunyai beban dan tanggung
jawab lebih besa dibandaing kan yang belum menikah. Perempuan karier yang sudah
menikah dituntut untuk bisa menyeimbangkan waktu di pekerjaan dan waktu di rumah.
Dengan waktu kerja yang padat dan perempuan karier yang sudah berkeluarga
sulit dalam membagi peran. Dalam mengatasi kesulitan tersebut adanya peran yang
menggantikan peran ibu di rumah. Kesulitan tersebut dibantu adanya asisten rumah
tangga dan baby sitter yang membantu pekerjaan rumah dan menjaga anak selagi para
102
perempuan karier sedang bekerja. Tidak lepas juga bantuan orang tua yang membantu
dalam menjaga anak selama ibunya bekerja.
Dua peran yang dijalani tersebut memang berat untuk dijalankan.
Dibutuhkannya komitmen yang kuat dan komunikasi yang baik di dalam keluarga.
Komunikasi menjadi peran penting dalam menjalanlan dua peran ganda tersebut.
Adanya komunikasi yang baik berdampak pada pemahaman satu sama lain antar
induvidu yang ada di keluarga.
Dalam peran sebagai perempuan karier dan juga ibu rumah tangga tentu banyak
menyita waktu dan tenaga. Bagaimana narasumber dalam menyeimbangkan peran
yang dimilikinya. Sebagai perempuan karier tentu berusaha untuk bekerja dan berkarier
dengan baik, di sisi lain menjadi ibu yang bisa mengurusi rumah keluarga. Dalam
menjalankan peran tersebut adanya kepuasan dan ketidakpuasan pada dua peran
tersebut.
6.2 Komunikasi Menjadi Kunci Utama
6.2.1 Komunikasi via Video call
Dalam menjalanlan dua peran ganda komunikasi adalah jembatan yang
menghubungkan peran tersebut. Komunikasi berperan sangat penting dalam dua peran
yang dijalankan. Begitulah yang Ani rasakan, ia harus berpisah dengan suaminya
karena di mutasi ke Jakarta. Dari jarak tersebut, Ani menjadi perempuan yang mandiri
dikarenakan semua pekerjaan di kantor dan di rumah ia urus sendirian.
“udah bersuami anak 1, suami dinas ke Jakarta, nasib kita LDR nih"(Ani,
15/04/2019. 09.00 WIB)
103
Walaupun suaminya dipindahkan tugaskan ke Jakarta bukan menjadi halangan
bagi Ani dan suaminya. Jarak bukanlah penghalang dalam membangun rumah tangga
yang kuat dan kokoh. Jarak tidak menghalangi komunikasi antara Ani dengan
Suaminya. Zaman yang semakin canggih sekarang memudahkan komunikasi jarak
jauh. Tidak Cuma komunikasi telfon, zaman sekarang adanya Adanya fitur-fitur yang
canggih di media sosial seperti video call membantu komunikasi face to face secara
langsung. Begitu juga yang disampaikan oleh asisten rumah tangganya.
“kalo jauh-jauhan tu mungkin kalo ngomong lewat telfon, ngomong lewat wa,
video call"(Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
“baik..sering videocallan bertiga ama anaknya,,suaminya jauh..” (Ibtiah,
06/7/19, 08.00)
Meskipun jarak antara Yogyakarta dan Jakarta jauh, hal itu menjadi komitmen
antara Ani dengan suaminya. Walaupun terbatas jarak, suaminya selalu menyempatkan
setiap weekend untuk balik ke Yogyakarta.
“Suami tiap minggu pulang, naik kereta, dia kesini sabtu, kalo weekend pasti
pergi, pasti jalan-jalan tu, sebenarnya aku maunya di rumah, yaudah di rumah
istirahat gitu lo, kan baru kerja, kalo suami kan dia udah kerja maunya disinikan
jalan,jalann anaknya juga senengkan” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
Dengan adanya teknologi tidak menghalangi komunikasi walaupun terpisah
dengan jarak. Kecanggihan teknologi zaman sekarang memudahkan untuk saling
berinteraksi walau jarak menghalangi
6.2.2 Saling Terbuka Dengan Keluarga
Bekerja di bank berarti sudah siap untuk menghadapi waktu kerja yang padat.
Bekerja penuh waktu yang mengharuskan karyawannya untuk fokus selama bekerja.
104
Tidak seperti bekerja di perusahaan start-up yang fleksibel atau pengusaha, bekerja di
bank mempunyai waktu kerja lebih statis. Sehingga sulit dalam membagi waktu untuk
pekerjaan dan rumah selama bekerja.
Sadar akan hal itu, Kristin mencoba mengkomunikasikan kepada keluarganya
akan konseskuensi dari pekerjaannya. Apalagi sebaga seorang ibu dan istri ia tidak
ingin kehilangan fokusnya sebagai ibu. Perempuan dua orang anak ini memberikan
pengertian dari dini kepada anak-anaknya akan pekerjaannya. Mengkomunikasikan
dari dini akan membuat lebih mengerti akan pekerjaan sang ibu. Komunikasi menjadi
kunci dalam menjadi peran ganda yang dijalani oleh Kristin.
“anak, bisa menerima, karena sejak kecil sudah ditinggal gitu.. mendukung,
karena sudah terkondisikan” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB)
Komunikasi yang baik akan menimbulkan hubungan yang harmonis.
Keterbukaan terhadap anak dan suami akan mempererat hubungan keluarga.
Komunikasi yang baik juga akan mengurangi konflik-konflik yang muncul pada
keluarga.
“Alhamdulillah sangat lancar, sama-sama terbuka, tidak ada masalah, hal-hal
pekerjaan ya sebatas pekerjaan, artinya di rumah ya dibahas untuk masalah
biasa-biasa saja, artinya tidak ada dengan konflik dengan pekerjaan” (Didif,
06/7/19, 10.00)
Memberikan pengertian dari kecil kepada anak membuat anak lebih mengerti
dan memahami apa maksud yang disampaikan ibunya. Hal dari dulu Kristin lakukan
dalam memberikan pengertian kepada anaknya terhadap pekerjaannya berbuah hasil.
Anaknya sudah mengerti dengan pekerjaan ibunnya. Bahkan ia mengingatkan ibunya
untuk pergi bekerja.
105
“nggak, anak saya itu waktu kecil malah kalo saya gak kerja itu malah disuruh
ibuk kerja aja haahah kelainann yaa..kalo dibilang” (Kristin, 26/04/2019. 15.00
WIB)
Komunikasi menjadi peran penting dalam membangun hubungan keluarga
yang harmonis. Penanaman nilai dan juga memberikan pemahaman sedari dini
terhadap pekerjaan kepada anak akan membantu anak lebih mengerti terhadap
pekerjaan yang digeluti Kristin. Komunikasi yang baik akan mnegurangi konflikkonflik yang muncul. Keterbukaan satu sama lain akan mengeratkan hubungan
induvidu dalam keluarga
6.2.3 Memberikan pengertian dari dini kepada anak
Dalam keluarga komunikasi adalah hal dasar dalam berhubungan sesama
anggota keluarga. Komunikasi yang baik akan memunculkan perasaan yang saling
mengerti satu sama lain. Memahami peran masing-masing dalam keluarga juga dimulai
dari komunikasi yang baik antar sesama keluarga. Dari hal tersebut A’ang menerapkan
komunikasi yang baik pada keluarganya. Apalagi A’ang yang sebagai ibu rumah
tangga harus memberikan pengertian kepada anaknya sedari kecil tentang
pekerjaannya. Memberikan pengertian dari kecil akan membuat anak paham dengan
sendirinya.
“karena dari kecil saya sudah bekerja saya rasa mereka memahami pada saat
kita berangkat pakai seragam, itu bahwa ibu saya bekerja, trus nanti saya sudah
pulang mereka juga gak mau lepas, kalo untuk alur pekerjaan mereka relatif
sudah paham,” (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB)
Memberikan pengertian kepada anak terkait pekerjaan merupakan hal penting.
Anak dari kecil akan mengerti sedikit demi sedkit dengan pola kerja orang tuanya. Dari
106
hal tersebut pengertian yang diberikan orang tua sangat penting. Tidak Cuma A’ang
yang melakukannya, suaminya pun juga melakukan hal yang sama.
“Setiap pagi saya bilang kepada anak..ayah kerja, ibu kerja, nanti anak tertua
saya bilang tugasmu hari itu harus momong adek, anak nomor dua nanti
momong icaa yaa, dari itu saya kasih pengertian, mungkin mereka belum
mengerti, tapi saya berharap mulai ada bahwa dia sebagai kakak punya adek,
dia punya kewajiban untuk menjaga adeknya, walaupun mereka belum
mengerti tetapi setiap pagi saya akan selalu menyampaikan hal tersebut.
“(Bambang, 11/07/19, 16.00)
Tidak cuma kepada anak, komunikasi antar pasangan suami-istri tentu juga
penting. A’ang tidak hanya memberikan pengertian kepada anaknya tapi juga harus
memiliki komunikasi yang baik dengan suaminya. Begitu juga kepada suaminya,
berbicara empat mata dengan suami juga membantu dalam meringankan beban yang
dipikul
“baikk, kalo gak kita lewat WA, trus kemudian malam tu anak tidur, yaa kita
ngobrol sambil nonton tv “(Bambang, 11/07/19, 16.00)
Komunikasi antar keluarga mempunyai peran penting dalam memberikan
pengertian satu sama lain. Memberikan pengertian kepada anak dari dini juga
merupakan salah satu cara agar anak terbiasa dengan pola kerja orang tuanya. Tidak
cuma hanya kepada anak, suami-istri juga membutuhkan komunikasi yang terbuka agar
hubungan keluarga semakin dekat.
6.2.4 Komunikasi Dari Yogyakarta-Jakarta
Jarak bukan pengahalang bagi insan yang sudah berkomitmen untuk hidup
bersama. Sama halnya dengan Ani, Wida juga mengalami long distance relationship
dengan suaminya. Jarak mereka pun sama antara Yogyakartan dan Jakarta. Suaminya
107
yang dinas di pemerintahan di mutase ke Jakarta. Walaupun berjarak antara
Yogyakarta dan Jakarta, suaminya selalu menyempatkan seminggu sekali untuk pulang
ke Yogyakarta. Namun di zaman sekarang saat ini jarak hanya sekedar batas.,
Kecanggihan teknologi saat ini memudahkan komunikasi tidak hanya telfon tapi juga
tatap wajah.
“Kita tiap hari video callan, suami saya juga slalu sih, anak saya tidur atau
bangun video call, atau lagi makan atau belum video callan, saya juga kok
siang-siang itu telfon mama tanya baru ngapain, kita punya wa grup
keluargakan sharing-sharing, trus ada ponakan masing-masing pada nanyain,
jadi saya juga harus pada sharing-sharing kalo jam segini anak-anak lagi begini,
pada jam anak bobok, main, tetap terpantau sih” Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB)
Berbatas jarak dengan suaminya, bukan jadi penghalang bagi Wida.
Kecanggihan zaman sekarang juga membantu komunikasi jarak jauh. Meskipun
mempunyai jadwal yang padat, tugasnya sebagai ibu untuk anaknya tidak lepas. Ia
mencoba memberi pengertian kepada anaknya meskipun anaknya belum mengerti.
Sedikit demi sedikit anak akan mengerti akan peran ibunya.
“Karna anak saya baru berumur dua tahun jadi belum mengerti banget, cuman
sekarang dia udah tahu, saya memberikan penejelasan sedini mungkin kalo saya
tu gak mau ngumpet-ngumpet, saya beri penjelasan “nak mama kerja dulu”
walaupun dia cuek karna belum mengerti, tapi saya berusaha kasih input trus,
ketika jam segini saya pamit untuk kerja, ketika pulang pun jam segini yuk main
sama mama. Jamnya sama mama dulu nih, jadi akhirnya dia mulai terbiasa
walaupun dalam aktivitas dia main, tapi saya tetap pamitin, jadi dia tau kalo
jam segini itu mungkin dirasa, mungkin mamanya gak ada kalo jam
segini(pulang) “mama mama” dia tahu jam segini mamanya dah pulang” Wida,
15/04/2019. 11.00 WIB)
Dari komunikasi yang baik dengan suami dan anak juga memberikan
pengertian kepada anak bahwa ibunya bekerja untuk keluarga sehingga anak juga
mengerti akan dua peran yang dijalani oleh ibunya. Sedari kecil anak sudah melihat
108
pola sehari-hari orang tuanya. Anak Wida pun mengerti sedikit demi sedikit dari
aktiviats ibunya. Anaknya mulai terbiasa dari waktu ke waktu akan kebiasaan ibunya.
6.2.5 Dari hati ke hati
Dalam rumah tangga komunikasi adalah kunci dalam menjalin hubungan yang
baik sesama anggota keluarga. Komunikasi yang terbuka akan menciptakan pengertian.
Seperti yang dilakukan Nina, dengan waktu kerja yang menghabiskan banyak waktu di
kantor, Nina berusaha memberikan pengertian kepada anaknya dari hati ke hati agar
mengerti kalau ia bekerja untuk keluarganya. Dari hal tersebut akan mencerminkan
saling pengertian satu sama lain.
“gak ada kendala, baik-baik aja, lancar-lancar aja,.” (Nina, 15/04/2019. 14.00
WIB)
“kalo di rumah yaa ngobrol-ngobrol dari hati ke hati, ada masalah apa di
sekolah, ada masalah apa di kantor, Alhamdulillah kalo gak ada masalah apaapa, paling tidak itu saling memperhatikan, ada komunikasi, saling
memperhatikan satu sama lain, saling support yaa ituu..” (Nina, 15/04/2019.
14.00 WIB)
Komunikasi dari hati ke hati akan memperat hubungan bathin antara anak dan
ibunya. Hal ini yang diterpakan oleh Nina kepada anaknya. Sehingga anaknya akan
mengerti akan tanggung jawab yang dipegang oleh ibunya.
“tapi saya kasih pengertian kalo saya itu telat pulang karena ada pekerjaan di
kantor yang harus diselelesaikan, jadi dari situ lama-lama lebih setelah mereka
dewasa ya lebih bisa mengerti” (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB)
Dalam hubungan keluarga komunikasi menjadi kunci penting agar keluarga
bahagia. Saling terbuka dan memahami satu sama lain akan membuat hubungan
keluarga menjadi erat. Hal ini juga kan mengeurangi konflik-konflik yang muncul.
Komunikasi menjadi jembatan untuk saling pengertian antar sesama anggota keluarga
109
6.3 Mendegelasikan Peran Ganda
Dengan waktu kerja yang padat dan perempuan karier yang sudah berkeluarga
sulit dalam membagi peran. Dalam mengatasi kesulitan tersebut adanya peran yang
menggantikan peran ibu di rumah. Kesulitan tersebut dibantu adanya asisten rumah
tangga dan baby sitter yang membantu pekerjaan rumah dan menjaga anak selagi para
perempuan karier sedang bekerja. Tidak lepas juga bantuan orang tua yang membantu
dalam menjaga anak selama ibunya bekerja.
6.3.1 Peran Asisten Rumah Tangga Menjaga Anak Selama Bekerja
Berperan sebagai ibu rumah tangga dan juga perempuan karier memang
menjadi tanggung jawab yang berat. Apalagi ditinggal suami yang dinas di Jakarta. Hal
yang dirasakan Ani dalam menanggung peran ganda sendirian memang berat.
Perempuan tangguh ini berusaha untuk bisa menyeimbangkan dua peran yang
dijalaninya. Bekerja di divisi IT pada perbankan memang menyita banyak waktu.
Walaupun begitu, Ani bekerja untuk membantu suaminya. Dari pekerjaan tersebut
setidaknya ia bisa membeli barang-barang yang ia bisa beli sendiri.
Walaupun suaminya jauh di Jakarta tapi ia pulang setiap sabtu-minggu. Dari
waktu inilah mereka bertiga dengan anaknya memaksimal waktu yang berkualitas
bersama keluarga. Waktu yang berkualitas bersama keluarga akan mempererat
hubungan keluarga dan menjadi harmonis.
“Suami tiap minggu pulang, naik kereta, dia kesini sabtu, kalo weekend pasti
pergi, pasti jalan-jalan tu, sebenarnya aku maunya di rumah, yaudah di rumah
istirahat gitu lo, kan baru kerja, kalo suami kan dia udah kerja maunya disinikan
jalan,jalann anaknya juga senengkan” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
110
Dengan dua peran yang dijalani dan banyaknya waktu yang digunakan dalam
pekerjaan tentu peran sebagai ibu berkurang. Bukan berarti tidak ada peran ibu, tentu
peran ibu sangat melekat bagi perempuan karier yang sudah berkeluarga. Hambatan
dengan waktu tersebut diantsipasi dengan adanya pihak luar yang membantu. Seperti
mengggunakan jasa asisten rumah tangga. Seperti Ani, ia menggunakan asisten rumah
tangga untuk mengcover perannya sebagai ibu rumah tangga selama ia bekerja
“Anak ada pembantunyaa” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
“kalo ada apa-apa kan, pembantuku telfon, dia bilang ini anakya panas,
langsung dah yang termo, ini ini inii, kalo nanti emg masih panas banget, aku
langsung pulang” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB)
Seperti yang disampaikan Ani, selama bekerja anak dititpkan ke asistej rumah
tangga. Tugasnya adalah membantu untuk menjaga anak selama Ani bekerja, sekaligus
menjaga rumah
“jagain anak, bersihin rumah sama jagain rumah..”(Ibtiah, 06/7/19, 08.00)
Adanya peran pembantu memudahkan Ani untuk bekerja. Bukan berarti ia
meninggalkan perannya sebagai ibu, tapi mengcover peran Ani selama ia bekerja.
Setelah ia pulang, ia akan membayar perannya sebagai dari waktu yang ia korbankan
untuk bekerja
6.3.2 Bantuan dari Pembantu Rumah Tangga
Berperan sebagai perempuan karier dan juga ibu rumah tangga merupakan
tugas yang memikul beban yang berat. Menjadi perempuan karier dalam membantu
ekonomi keluarga juga menjadi istri dan ibu dari anak-anak di rumah. Itulah yang
dijalani oleh Kristin selama ini. Selama ia bekerja ia tentu tidak bisa untuk full time di
111
rumah. Pekerjaan di bank memang tidak fleksibel, dan penuh waktu. Sehingga
diharuskan untuk fokus terhadap pekerjaan.
Menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaannya, selama ia bekerja Kristin
mengorbankan waktuk untuk keluarganya. Sebenarnya Kristin tidak bermasalah,
dikarenakan dari pagi sampai siang pun anaknya sekolah. Tapi dalam mengurus rumah
perannya sebagai ibu rumah tangga digantikan oleh pembantu rumah tangga sekaligus
membantu Kristin dalam menjemput anaknya sekolah.
“Yaa pekerjaanya ya , jemput anak saya sekolah, kadang-kadang nganterin,
kadang-kadang mamanya, yang pasti masak dan bersih-bersih..” (Kristin,
26/04/2019. 15.00 WIB)
“waduhh jelas banyak mas..ngurus rumah jadi prt di rumah hahaha, iya kan..
iyakan harus bersihin rumah, harus cuci-cuci, kalo asistennya gak datang, kalo
libur lebaran lama kalo gitukan pegel semua kan badan.. “(Kristin, 26/04/2019.
15.00 WIB)
Di sisi lain, rumah Kristin juga berdekatan dengan rumah mertuanya dan rumah
saudara suaminya, sehingga anak pun bisa dititipkan dengan aman di rumah mertuanya
tersebut. Sehingga ketika Kristin dan suaminya bekerja bukan menjadi suatu masalah.
“Kebetulan orang tua rumahnya dekat dengan rumah kami, kemudian ada
saudara juga di rumah kami, sehingga anak-anak kita titipkan di adek kami,
saudara kami, artinya tidak masalah lah dengan hal-hal seperti itu..” (Didif,
06/7/19, 10.00)
Dengan adanya pembantu rumah tangga, membantu Kristin dalam
menggantikan perannya sebagai ibu rumah tangga selama ia bekerja. Hal tersebut dapat
membuat Kristin untuk fokus terhadap pekerjaannya.
112
6.3.3 Selama Bekerja, Anak Dijaga Oleh Mertua
Mempunyai dua tanggung jawab besar sebagai ibu dan juga sebagai perempuan
karier merupakan tugas yang berat untuk dijalani. Apalagi Wida melakukannya
seorang diri, karena suaminya di mutasi ke Jakarta. Bagi Wida, walaupun ia bekerja
tapi konsesntrasinya untuk keluarga tidak berkurang. Adanya dukungan keluarga juga
menjadi energi bagi Wida.
“tapi balik lagi sih dari keluarga saya, dukungan itu tidak sekedar moral, jadi
eyang juga ikut nugurusin juga terlibat dalam memantau sifatnya, kita tinggal
bareng jugaa yaa gak mau juga sih mau sama orang tuaa, jadi mungkin
negatifnya ngerepotin orangtua “(Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB)
Meskipun waktunya banyak dihabiskan untuk pekerjaan, keluarganya tidak
pernah mengeluhkan pekerjaan yang dijalani Wida. Selama ia bekerja peran Wida
dibantu oleh mertuanya dalam mengurus anaknya. Menurut Wida ada positifnya ketika
ia meniggalkan anak kepada mertuanya. Ketika anak dititipkan ke mertua akan menjadi
hiburan tersendiri bagi mertuanya. Hubungan antara cucu dan neneknya membuat
penjagaan lebih aman.
“Haa,,,iya sih, karna kita tinggal satu rumah, dan saya dan anak saya, eyangnya
udah pensiunan jadi di rumah juga ada satu orang cucu jadi hiburan buat
mereka , pada masa pensiunnya, Alhamdulillah.,” Wida, 15/04/2019. 11.00
WIB)
Meskipun waktu Wida banyak dihabiskan untuk pekerjaan. Perannya sebagai
ibu juga tidak lepas. Perannya sebagai ibu dibantu oleh mertuanya selala ia bekerja.
Setelah ia pulang bekerja ia akan fokus untuk mengasuh anaknya.
113
6.3.4 Peran Ganda A’amg
Menjalani ibu untuk anak-anaknya adalah tugas mulia yang sudah ditetapkan
Tuhan. Kasih sayang ibu tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak akan
kembali, bagai sang surya menerangi dunia. Itulah lirik sepercik lagu dari SM Mochtar
tentang kasih saying ibu. Tugas ibu sangat mulia dalam membimbing anak. Sesibuk
apapun seorang ibu, naluri ibunya tidak akan hilang. Inilah yang disampaikan Bambang
terhadap apa yang telah dijalani istrinya.
“Buk A’ang itu seorang ibu yang hebat bagi anak-anaknya, jadi di sela-sela
pekerjaanya ia selalu kalo masalah anak slalu di prioritaskan, misalnya sekolah
renang kalo ditelfon udah dikonformasi belum sama pelatihnya, udahh, les
bahasa inggris wis nanti yang jemput siapa tinggal konfirmasinya,
mengingatkan aja, kalo ini jadwalnya anak untuk les apa, kemudian situasi
sudah terkontrol atau terkendali, dia selalu akan memprioritaskan untuk itu”
Bambang, 11/07/19, 16.00)
Bekerja di bank memang sudah dikenal dengan pekerjaan yang berat. Waktu
kerja yang padat, target yang harus dikejar memang berat untuk seorang perempuan.
Tapi hal tersebut hal yang biasa bagi A’ang. Walaupun ia mempunyai banyak
pekerjaan di kantor tapi ia merasa mampu dalam membagi perannya.
“Ya saya merasa bahwa saya memiliki potensi untuk berdiri di dua kaki baik
itu di rumah maupun di pekerjaan. Maksudnya, saya merasa memiliki kapasitas
untuk itu. Kalau memang saya kewalahan ya mungkin saya akan memilih di
salah satu prioritas tapi sampai saat ini kondisinya masih baik-baik saja. Rumah
bisa jalan, dan kita di kantor juga bisa maksimal” (A’ang 16/04/2019. 15.00
WIB)
Di sela-sela kesibukan A’ang dan Bambang selalu mengkoordinirkan kegiatan
anak melalui telfon agar anak terkontrol di rumah. Tapi bekerja di bank memang berat.
Waktu kerja yang padat juga harus memfokuskan diri untuk bekerja. A’ang menyadari
114
akan waktunya banyak dihabiskan oleh pekerjaan. Selama A’ang bekerja tentu
waktunya lebih banyak menghabisikan waktu untuk pekerjaannya. Bukan berarti
A’ang lepas tangan, tetapi selama ia bekerja ada perannya digantikan oleh peran
pembantu. Ketika ia bekerja perannya sebagai ibu rumah tangga dibantu oleh baby
sitter.
“tapi kita pakai baby sitter, tetap kita pakai baby sitter“ (A’ang, 16/04/2019.
14.00 WIB)
Pada fase anak pada umur tumbuh kembangnya memang lebih baik ada orang
yang bisa fokus dalam menjaga anak. Senada yang disampaikan A’ang, Bambang juga
mengatakan untuk umur awal anak memang menggunakan baby sitter, jasa tersebut
digunakan sampai anak sudah berumur lebih dari tiga tahun.
“Ho oo waktu anak masih kecil, pakai babysitter, tapi seiring anak saya sudah
3 tahun akhirnya kita gak pakai, tapi mereka ada kategorinya, ada yang baby
sitter itu full pekerjaannya, ada yang bisa mengasuh tapi bukan babysitter,
sekarang kita udah pake fase berikutnya, orang yang dia bukan full babysitter
tapi kita meliat ia bisa untuk menenmani anak, di awal 3 tahun kita pakai
babysitter trus.” (Bambang, 11/07/19, 16.00)
A’ang dan suaminya sadar betul akan waktu mereka yang lebih banyak
dihabiskan di kantor dibandigkan dengan di rumah. Oleh karena itu, adanya bantuan
babysitter dapat membantu A’ang dan suaminya ketika sedang bekerja
6.4 Kepuasan kerja Ani : Gaji Penuh Yang Diperoleh
Waktu kerja yang banyak terpakai dalam pekerjaan dan mengorbankan waktu
keluarga akan dilihat juga bagaimana kepuasan dengan pengorbanan yang dilakukan.
Banyaknya tuntutan pekerjaan, mengejar target yang diminta perusahaan harus
sebanding dengan apa yang didapatkan oleh karyawannya. Dari pemberian perusahaan
115
terhadap karyawannya yang sudah bekerja dengan baik menjadi timbal balik yang
cukup. Bagi Ani, ia merasa puas dengan peran yang ia jalani. Di sisi pekerjaan ia bisa
bekerja dengan baik dan juga mendapat kompensasi yang sepadan. Di sisi lainnya
kompensasi tersebut bisa ia penuhi untuk kebutuahn anak dan membeli kebutuhan ia
sebagai perempuan.
“kalo misal kita puas dengan pekerjaan ototmatis kita bekerja dengan baik
disini, disini ada penilaian kinerja masing-masing pegawai, penilaian kinerja
masing-masing pegawai itu diliat dari pekerjaan kita itu selesai apa enggak kalo
nilainya memang bagus memang baik kayak gitu otomatis kita ibarat apa ya
gak dapat teguran dan diterusin disini, dan dari segi gaji pun kita penuh gitu lo,
misal kalo dibangun lebih baik kan bisa dikurangin, kalo kepuasan buat
keluarga yaa hmm dari gaji itu kita bisa ngasih ke keluraga beliin anak makan,
kalo cewek atau istri kan bisa beliin ini tanpa minta ke suami..” (Ani,
15/04/2019. 09.00 WIB)
Meskipun waktu kerjanya padat, adanya dukungan keluarga menjadi faktor
penting dalam menjalan peran ganda. Dengan kinerja yang baik di tempat kerjanya,
Ani setidaknya mempunyai catatan yang baik selama bekerja. Ia tidak pernah mendapat
teguran selama bekerja, ia berusaha memberikan kinerja terbaik selama bekerja. Dari
kinerja yang baik juga mendapaktan feddback yang baik, dari hal tersebut ia juga bisa
memenuhi dan membantu ekonomi keluarganya.
6.4.1 Kepuasan Kerja Kristin: Meminimalkan tuntutan ekonomi
Bagi Kristin setelah ia bekerja keras di perusahaan, imbal balik yang diberikan
perusahaannya bisa membantu pondasi ekonomi keluarga. Sehingga kualitas
kehidupan keluarganya sudah baik, tidak terbebani dengan tuntutan kebutuhan hidup.
“Puas .” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB)
116
“apa yaa,,hmm imbal hasil dari perusahaan itu masih bisa untuk membuat apa
yaa, kualitas hidup yang masih baik, yang pasti minimal tuntutan secara
ekonomi itu kesulitan-kesulitan ekonomi itu tidak jadi masalah gitu, karena
yang dicari ekonominya,,” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB)
Imbalan yang diberikan perusahaan tersebut dapat mentupi kesulitan ekonomi
pada keluarga Kristin. Dari hal tersebut, adanya peningkatan kualitas hidup yang masih
baik. Dengan waktu kerja yang padat, tentu imbal balik yang di dapatkan membuat
Kristin merasa puas dengan pekerjaannya. Karena dari hal tersebut ia bisa
menyeimbangkan membantu ekonomi keluarganya.
6.4.2 Kepuasan Kerja A’ang: Anak-anak sehat dan sekolah sudah cukup
Bekerja di bank memang tidak fleksibel, banyak waktu yang dihabiskan jika
bekerja di bank. Waktu yang kerja yang statis, mengharuskan A’ang lebih banyak
mengorbankan waktunya untuk pekerjaan. Selama ia bekerja ia akan berusaha
memberikan yang terbaik untuk perusahaannya. A’ang puas dengan pencapaiannya
selama ini. Dalam pencapaiannya memenuhi kebutuhan keluarganya, dan anakanaknya mempunyai pendidikan yang cukup sudah menjadi kepuasan bagi A’ang.
“Hmmm pastinya puas, saya merasa di setiap tahap hidup saya sudah berusaha
melakukan yang terbaik dan bukan apa yang saya dapatkan lebih dari apa yang
saya berikan, jadi relatif bagi saya kalo kerja itu gak ada komplen dari nasabah
sudah cukup dan kemudian kalo anak-anak, kalo pada saat tiga-tiganya sudah
sekolah bagi saya sudah Alhamdulillah sudah, maksudanya mereka sudah bisa
sehat, sekolah bagi saya cukup.,” (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB)
Adanya kepuasan A’ang tersebut mengindikasi adanya keseimbangan pada
kehidupan di pekerjaan dan di keluarga A’ang. Pada kehidupan kerja di bank dengan
jadwal yang padat ia berusaha memberikan yang terbaik. Hal lainnya A’ang juga
117
menyenangi pekerjaannya. Dengan pengorbanan waktu kerja yang banyak terpakai
pada pekerjaan, sisi lainnya A’ang merasa puas. Ia merasa puas. Kemampuan dirinya
dalam membagi dua peran dan dukungan keluarga membantu A’ang dalam membagi
perannya. Pada pencapaiannya ia puas karena anaknya sudah bisa bersekolah dengan
baik dan tumbuh dengan sehat.
6.4.3 Kepuasan Kerja Wida: Masih bisa hidup balance
Sedangkan Wida, ia merasa bukan materi untuk kepuasannya. Waktu yang
cukup dengan keluarga, dengan anak dan kerja di lingkungan yang baik sudah
memberikan kepuasan. Wida merasa ia memiliki keseimbangan dalam mengerjakan
dua peran tersebut.
“Alhamdulillah sihh, sejauh ini kepuasaanya 8 lah” (Wida, 15/04/2019. 11.00
WIB)
Dalam menjalani dua peran tersebut, Wida merasakan ia puas dengan pekerjaan
dan kehidupan di rumahnya. Ia bisa hidup balance antara pekerjaan dan keluarga.
“Saya bisa masih bisa hidup balance antara saya dan keluarga, saya anak, saya
dan orangtua, walaupun orangtua jauh. Saya mau cuti gak masalah, saya mau
ambil hak-hak saya gak masalah, so far saya merasa puas” (Wida, 15/04/2019.
11.00 WIB)
Adapun di sisi pekerjaan Wida merasa nyaman dengan pekerjaannya. Ia merasa cukup
dengan sisi pekerjaannya. Selain nyaman bekerja, rekan kerja yang mendukung dan atasan
yang mau membantu ketika ada kesusahan membuat lingkungan kerja menjadi kondusif.
“Aaa saya sih merasa nyaman sih mas, kalo puas dalam arti pekerjaan saya
sekarang, jujur karena pekerjaan saya sekarang ya saya merasa bahwa yaa
maksud saya dengan pekrjaan yang saya emban sekarang dalam arti karier, saya
merasa sudah cukuplah, karena saya supportingkan, gak yang kewajiban saya,
dan di keluarga juga tidak menuntu banyak hal, Cukupp yaa cukuppp” (Wida,
15/04/2019. 11.00 WIB)
118
Mempunyai peran ganda berarti mempunyai tanggung jawab ganda. Bekerja sebagai
karyawan juga ibu rumha tangga harus bisa dalam membagi peran. Untuk menyeimbangkan
hal tersebut bagi Wida dengan adanya dukungan keluarga yang membantunya dalam
menjalankan dua peran tersebut. Pada pekerjaannya ia merasa nyaman dengan pekerjaannya.
6.4.4 Kepuasan Nina: Adil membagi peran
Dari dua peran yang ia jalani, Nina mengetahui konsekuensi ketika dirinya
bekerja. Bukan berarti ia lepas tanga. Ia berusaha sebaik mungkin untuk memberika
kinerja terbaik di tempat kerjanya. Dalam membagi perannya, Nina berusaha untuk adil
dengan dua peran yang ia pegang. Keluarga tetap menjadi utama bagi Nina.
“hmmm hmm bisa untuk supaya adil, supaya adil artinya ya konsekuensi saya
sebagai wanita karier harus saya jalankan, saya harus patuhi aturannya, tetap
harus jalan sebaik mungkin, tapi peran utama saya kan bukan sebagai wanita
karier, dunia nyata saya sebagai ibu, nah itu harus saya utamakan, tanpa gimana
caranya bisa mengutamakan keluarga tanpa merugikan kantor tapi juga bisa
memberikan yang terbaik untuk kantor tapi tidak melupakan fungsi saya
sebagai ibuk, jadi harus seimbang.. yaitu saya berusaha tapi kadang kan orang
itu keterbatasan waktu adalah harus mau gimana lagi orang itu kerjaan kantor
libur-libur harus datang ke kantor , itu dah jadi konsekuensi sih, dan itu
alhamdulillah dari suami dan anak-anak gak merasa menjadi gangguan, tapi
saya berusaha untuk selalu seimbang, keluarga nomor satu tapi karena masih
bekerja di bank ini yaa saya kan berikan yang terbaik untuk bank ini.. (Nina,
15/04/2019. 14.00 WIB)
Mencoba adil untuk dua peran yang ia jalani, hal itulah yang selalu diusahakan
Nina. Keluarga menjadi pendukung nomor satu terhadap kariernya. Keluarga rela
ditinggal Nina untuk mencapai karier Nina.
“karena keluarga saya sudah rela saya tinggal dari pagi sampai malam, itu kan
sangat mendukung berarti yaa,,saya tinggal training lama karena kalo mau
promosi harus training ,,kek gitu gitu,, nah itu yaa mereka sangat mendukung
119
jadi ya Alhamdulillah sih aktor yang paling utama yang paling besar sih dari
keluarga..” (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB)
Keluarga menjadi faktor utama akan karier Nina. Meskipun rela ditinggal,
keluarga Nina saling mengerti dan mendukung satu sama lain. Hal itu juga terbayarkan
dengan karier Nina sekarang sebagai pimpinan cabang. Salah satu indikasi prestasi
Nina di tempat kerjanya.
6.5 Ringkasan Hasil
Usaha-usaha untuk menyalaraskan
pekerjaan dan kehidupan rumah
Komunikasi
-Memberikan
pengertian sejak
dini.
- Komunikasi
jarak jauh via
video call
-Bicara dari hatike hati
-Saling terbuka
dengan keluarga
Mendegelasikan Peran
Ganda
-Peran pembantu
asisten rumah
tangga, babysitter
-Menitipkan anak
pada
orangtua/mertua
Kepuasan
-Bisa membantu
dan menghidupi
kebutuhan anak
-Gaji yang penuh
-Bisa balance
antara rumah dan
pekerjaan
-Seimbanga antara
pekerjaan dan
rumah
6.6 Diskusi Hasil
Sebagai perempuan karir ada peran ganda yang dijalani. Sebagai karyawan di
perusahaan dan sebagai ibu di dalam kehidupan rumah tangga. Dalam menjalani dua
peran tersebut para narasumber berusaha untuk bisa menyeimbangkan dua hal tersebut.
120
Adanya dukungan keluarga narasumber seperti anak dan suami dalam menjalan karier
menjadi cambukan semangat bagi narasumber untuk bekerja. Dukungan keluarga
sangat berpengaruh bagi narasumber sehingga bagi para narasumber berusaha untuk
memaksimalkan dukungan tersebut dan berusaha membagi dua peran yang dijalaninya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Padma dan Reddy (2013) bahwa Dukungan dari
anggota keluarga akan memainkan peran penting dalam menyeimbangkan kehidupan
Pribadi dan Profesional.
Untuk menjalani dua peran ganda, selain dukungan keluarga, juga dibutuhkan
komunikasi yang baik antara para narasumber dengan keluarganya. Jam kerja yang
padat dan tidak fleksibel, memang memakan banyak waktu untuk pekerjaan. Dari hal
tersebut komunikasi menjadi hal penting dalam memperantarai hambatan yang ada.
Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa para narasumber memberikan
pengertian sejak dini kepada anak-anaknya bahwa para ibunya bekerja juga untuk
keluarganya. Sehingga dari hal tersebut para anak mulai mengerti dengan pekerjaan
ibunya. Dengan dukungan suami juga, memudahkan para narasumber untuk
memberikan penjelasan kepada anaknya dengan ritme kerja para narasumbe di bank.
Sehingga dari kecil anak diberi pengertian sehingga bisa mengurangi konflik-konflik
yang ada.
Menjadi ibu rumah tangga yang menangani tanggung jawab di rumah dan
bekerja di bank dengan jadwal yang kaku, para narasumber berusaha keras untuk bisa
menyeimbangkan dua peran ganda yang digelutinya. Walaupun bekerja dari senin
sampai jumat dan pulang kerja dari sore sampai agak malaman, para narasumber
121
berusaha untuk memaksimalkan waktu yang ada ketka di rumah. Melepas atribut
pekerjaan dan berusaha membuat kualitas waktu yang ada dengan keluarga. Hal
lainnya dalam mengatasi waktu kerja yang terpakai adalah dengan memaksimalkan
waktu yang berkualitas dengan keluarga di hari libur. Pada waktu inilah para
narasumber membayar waktu yang terpakai pada pekerjaan untuk meningkatkan
keeratan dan keharmonisan keluarga. Diketahui juga bahwa bekerja di bank memiliki
waktu kerja yang padat, sehingga selama bekerja dalam hal mengurus anak para
narasumber menitipkan bantuan dari pihak luar seperti jasa asisten rumah tangga dan
juga bantuan dari pihak orangtua atau mertua.
Dari dua peran itu menjadi perempuan karir banyak menghabiskan banyak
waktu untuk pekerjaan. Sehingga ada pengorbanan yang dilakukan dalam menjalani
dua peran tersebut. Dari pekerjaan tersebut ada kepuasan dan ketidakpuasan yang
dijalani perempuan karir yang bekerja di bank dari pengorbanannya tersebut. Kepuasan
yang dirasakan dikarenakan beberapa faktor yaitu karena kondisi kerja yang
mendukung dari budaya kerja dan gaji yang sesuai. Sesuai dengan Robbins (2011)
menyatakan bahwa ada empat faktor seseorang puas dengan pekerjaannya yaitu
kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang saling mendukung, pekerjaan yang
menantang dan gaji yang pantas. Dari hasil penelitian, narasumber merasa puas dengan
pekerjaannya dikarenakan dengan bisa berkarir dengan baik dan gaji yang sepadan
sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan membantu ekonomi keluarga. Hal
ini sesuai dengan teori hierarki Maslow dalam Siagian (2012) bahwa kebutuhan
fisiologis ialah kebutuhan pokok manusia paling dasar seperti sandang, pangan, dan
122
perumahan. Dari gaji yang didapati bisa memenuhi kebutuhan dasar keluarga seperti
makanan untuk menutupi rasa laparnya, kebutuhan pakaian sehari-hari, dan rumah
tempat untuk berlindung. Selaras hal tersebut juga bsia memenuhi kebutuhan rasa
aman, dari pendapatan ini bisa memenuhi kebutuhan rasa aman. Di sisi lain adanya
dukungan keluarga yang mendukung karier, dan lingkungan kerja yang baik menjadi
kepuasan bagi para narusmber walaupun dengan waktu kerja yang padat.
123
BAB VII
BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI
Perkembagan zaman saat ini yang modern membuat adanya pergerseran
terhadap kaum perempuan. Kaum perempuan yang dulu hanya dipandang sebagai
perempuan yang hanya mengurus rumah, sekarang sudah merambat ke berbagai bidang
pekerjaan. Perempuan karier yang sudah berkeluarga mempunyai dua tanggung jawab,
di tempat bekerja dan di rumah. Menjadi perempuan karier berarti sudah siap
menghadapi konsekuensi yang ada paka pekerjaan yang dijalani. Bekerja tentu
dilandasi dengan motivasi yang pada setiap seseorang.
Motviasi perempuan untuk berkarier ada dua faktor yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor internal didasari dari keinginan dari induvidu dalam bercita-cita,
keinginan untuk mengembangkan potensi yang pada diri induvidu. Seperti yang
disampaikan Maslow dalam Siagian (2012) dengan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Sedangkan faktor eksternal mucul karena adanya dorongan dari luar induvidu seperti
ekonomi, ataupun dorongan orangtua. Hal ini mirip dengan penelitian yang dilakukan
kepada narasumber. Tidak hanya untuk aktualisasi diri, motivasi narasumber dalam
bekerja dikarenakan salah satu bentuk ibadah. Hampir sama dengan Anshari (1993)
menjelaskan bahwa motivasi spiritual seorang muslim terbagi menjadi tiga: motivasi
akidah, motivasi ibadah dan motivasi muamalat.
Selain itu, bekerja dikarenakan juga akan meningkatnua kebutuhan ekonomi.
Perempuan karier yang bekerja di bank mempunyai alasan yang berbeda-beda dalam
berkarier. Faktor ekonomi juga salah satu motviasi mereka dalam bekerja. Peningkatan
124
kebutuhan hidup juga membuat perempuan saat ini harus bekerja untuk menopang
kebutuhan tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan Maslow dalam Siagian (2012)
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan pokok manusia paling dasar
seperti sandang, pangan, dan perumahan. Arasanti dan Setyowati (2010) menyebutkan
pada umumnya keinginan perempuan untuk terlibat dalam dunia kerja dikarenakan
beberapa faktor yaitu, faktor pendidikan, kebutuhan dalam aktualisasi diri dan faktor
ekonomi.
Bagi perempuan karier yang sudah berkeluarga fokusnya berkurang kepada
keluarga selama waktu kerja. Waktu menjadi permasalahan bagi perempuan karier
apalagi yang sudah bekeluarga. Menurut Hudson (2005) Keseimbangan pekerjaan dan
kehidupan di rumah dilihat dari tiga aspek, yang pertama keseimbangan waktu yang
mengacu kepada kesetaraan antara waktu yang diberikan seseorang untuk kariernya
dengan waktu yang diberikan untuk keluarga. Dalam penelitian ini narasumber dapat
menyeimbangkan dua peran yang dijalani. Untuk menjalankan dua peran tersebut ada
faktor-faktor yang menyeimbangkan kehidupan dua peran yang dijalani narasumber.
7.1 Arti Dukungan Keluarga
Menjalani dua peran ganda bagi perempuan karier mempunyai tanggung jawab
besar dalam menjalani dua peran tersebut. Keberhasilan dalam menjalani peran
tersebut tidak lepas dari peran besar keluarga. Seperti yang disampaikan Schabracq
(2003) karakteristik keluarga, menjadi salah satu aspek penting yang dapat menentukan
ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Misalnya konflik peran
dan ambigunitas peran dalam keluarga dapat mempengaruhi work-life balance.
125
Keluarga juga menjadi salah satu faktor para narasumber untuk berkarier. Dua peran
yang mempunyai tanggung jawab tersebut dibantu adanya dukungan keluarga.
Dukungan keluarga menjadi suntikan bagi narasumber untuk menyeimbangkan dua
peran yang digeluti.
“Baik, jadi pada saat saya memutuskan bekerja kebetulan saya memang tinggal
di rumah ibu mertua. Pada prinsipnya, dari keluarga saya pribadi maupun suami
maupun ibu mertua karena saya tinggal di rumah ibu mertua sangat
mendukung. ” (A’ang, 16/04.2019. 15.00 WIB)
Hal ini juga didukung dari pernyataan narasumber pendukung A’ang. Dari
sejauh ini suaminya mendukung pekerjaan yang dijalani A’ang.
Sejauh ini mendukung..ketika dia agak sibuk yasudah saya akan mengurangi
waktu untuk bekerja hehehe harus gantian..(Bambang, 11/07/19, 16.00)
Dukungan dari suami A’ang karena adanya pengertian terhadap istrinya. Hal
ini sama dengan teori Sarafino dan Smith (2011) menjelaskan bahwa dukungan
keluarga memiliki beberapa aspek yaitu: dukungan emosional merupakan dukungan
yang melibatkan rasa empati, kasih sayang, peduli terhadap individu sehingga
memberikan perasaan nyaman, dihargai, diperhatikan dan dicintai. Dukungan keluarga
menjadi salah peran penting bagi narasumber dalam menghadapi dua perannya.
Dalam menyeimbangkan dua peran ganda yang dijalani narasumber, izin
keluarga dalam menjalani pekerjaan tersebut satu hal yang mendasar. Ketika keluarga
sudah mendukung berarti keluarga sudah siap menerima dan mendukung apapun hal
yang terjadi terhadap dua peran yang dijalankan narasumber.
“kalo keluarga apa ya,,soalnya keluarga saya mendukung sih, tidak terlalu
bermasalah, sudah terkondisikan , tidak ada keberatan-keberatan” (Kristin,
26/04/2019. 15.00 WIB)
126
Pernyataan dari Kristin didukung oleh narasumber pendukung, yaitu dari
suaminya. Suaminya mendukung keinginan yang ingin dijalani istrinya asalkan tidak
melupakan tanggung jawab di rumah
“saya pada prinsipnya mendukung apa yang diinginkan istri saya, saya tidak
masalah, selama tidak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah
tangga..”(Didif, (06/7/19, 10.00)
Adanya dukungan keluarga mirip dengan salah satu aspek dari penelitian Santhi &
Sundar (2012) menyatakan bahwa dukungan sosial keluarga, merupakan hal penting
karena apbila keluarga mendukung pekerjaa dengan pekerjaannya, maka pekerja akan
merasa nyaman berada di tempat kerjanya dan dapat bekerja secara maksimal sehingga
tidak terbebani dengan keluarga. Hal tersebut mirip dengan penelitian Padma dan
Reddy (2013) bahwa dukungan dari anggota keluarga akan memainkan peran penting
dalam menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional. Peran keluarga sangat
penting dalam menjalani karier dan mengurus rumah tangga bagi narasumber.
7.2 Lingkungan Kerja yang Mendukung
Bekerja di bank memang berat, sehingga dapat memunculkan konflik dan
stress. Konflik pada pekerjaan bisa diminimalisir dengan lingkungan kerja yang
supporting dan kondusif. Sedarmayanti (2009) Kondisi lingkungan kerja dikatakan
baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat,
aman, dan nyaman. Lingkungan kerja yang baik juga akan meminimalisir stres bagi
karyawan. Narasumber yang bekerja di bank merasa nyaman dengan lingkungan
127
kerjanya. Rekan kerja yang saling mendukung dan peran atasan dalam membimbing
membuat tempat kerja menjadi kondusif.
“Kalo lingkungan kerja baik, kondusif, jadi saling menunjang walaupun sering
ngojek gitu, maksudnya itu gak serius, relatif enak sih..” (A’ang, 16/04.2019.
15.00 WIB)
Dalam pekerjaan, lingkungan kerja berpengaruh bagi karyawan. Seperti yang
disampaikan Muthukumar,.dkk (2014) lingkungan dimana individu tinggal.
Lingkungan kerja harus tenang dan menyenangkan. Karena keseimbangan
berhubungan dengan kehidupan pribadi dan professional. Hubungan yang baik antar
karyawan akan menciptakna suasana kerja yang baik. Hal ini mirip dengan penelitian
Santhi & Sundar (2012) menemukan sakah satu faktor yang memepengaruhi work-life
balance adalah lingkungan kerja yang baik pada tempat kerja. Lingkungan kerja yang
baik, yang di dalamnya saling mendukung dan membantu satu sama lain agar
terciptanya suasana kerja yang menyenangkan bagi para pekerja. Lingkungan kerja
yang baik dan kondusif membantu perempuan karier yang berkeluarga dalam
menyeimbangkan kehidupan kerja dan kehidupan rumah.
7.3 Kepuasan Kerja
Bekerja untuk keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga menjadi motivasi yang kuat untuk seseorang dalam berkarier. Sehingga
menjadi dorongan bagi narasumber untuk memberikan yang terbaik untuk
pekerjaannya. Bekerja dengan usaha yang terbaik akan memaksimalkan kinerja di
tempat kerja. Walaupun bekerja di bank mempunyai waktu yang padat dan
128
menghabiskan banyak waktu, tetapi ambisi untuk memberikan yang terbaik untuk
pekerjaan tetap ada. Dari hal tersebut ada upaya untuk memberikan yang terbaik.
“Hmmm pastinya puas, saya merasa di setiap tahap hidup saya sudah berusaha
melakukan yang terbaik dan bukan apa yang saya dapatkan lebih dari apa yang
saya berikan, jadi relatif bagi saya kalo kerja itu gak ada komplen dari nasabah
sudah cukup” (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB)
Waktu kerja yang padat di bank bukan menjadi halangan. Walaupun banyak
waktu yang terpakai untuk pekerjaan, tapi berusaha untuk memberikan yang terbaik
untuk pekerjaan.
“nah itu harus saya utamakan, tanpa gimana caranya bisa mengutamakan
keluarga tanpa merugikan kantor tapi juga bisa memberikan yang terbaik untuk
kantor tapi tidak melupakan fungsi saya sebagai ibuk, jadi harus seimbang, tapi
saya berusaha untuk selalu seimbang, keluarga nomor satu tapi karena masih
bekerja di bank ini yaa saya kan berikan yang terbaik untuk bank ini. (Nina,
15/04/2019. 14.00 WIB
Dari gaji tersebut juga dapat meningkatkan kualitas hidup. Waktu yang terbuang untuk
bekerja sesuai dengan feedback yang diberikan perusahaan. Dari feedback itulah untuk
membayar waktu yang terbuang.
“apa yaa,,hmm imbal hasil dari perusahaan itu masih bisa untuk membuat apa
yaa, kualitas hidup yang masih baik, yang pasti minimal tuntutan secara
ekonomi itu kesulitan-kesulitan ekonomi itu tidak jadi masalah gitu, karena
yang dicari ekonominya,,” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB
Bekerja penuh waktu di bank menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Dengan
pengorbanan tersebut narasumber merasa kepuasan dan ketidakpuasan. Kepuasan
dirasakan adanya kepuasan dalam bekerja dan kepuasan dengan kehidupan di rumah.
Dengan waktu yang banyak dikorbankan selama bekerja, feedback yang diberikan oleh
perusahaan menjadi salah satu indikator kepuasan
129
“kalo misal kita puas dengan pekerjaan ototmatis kita bekerja dengan baik
disini, disini ada penilaian kinerja masing-masing pegawai, penilaian kinerja
masing-masing pegawai itu diliat dari pekerjaan kita itu selesai apa enggak kalo
nilainya memang bagus memang baik kayak gitu otomatis kita ibarat apa ya
gak dapat teguran dan diterusin disini, dan dari segi gaji pun kita penuh gitu lo,
misal kalo dibangun lebih baik kan bisa dikurangin, kalo kepuasan buat
keluarga yaa hmm dari gaji itu kita bisa ngasih ke keluraga beliin anak makan,
kalo cewek atau istri kan bisa beliin ini tanpa minta ke suami..” (Ani,
15/04/2019. 09.00 WIB)
Sesuai dengan Robbins (2011) menyatakan bahwa ada empat faktor seseorang
puas dengan pekerjaannya yaitu kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang
saling mendukung, pekerjaan yang menantang dan gaji yang pantas. (Luthans, 1998)
kepuasan karier akan tercapai apabila apa yang diharapkannya sesuai dengan apa yang
dialaminya. Kepuasan karier mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaan,
yang tampak dalam sikap positif terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi
di lingkungan kerjanya
Work-life balance merupakan bentuk kepuasan seseorang di tempat kerja dan
keluarga. Seprti indikator ke tiga Hudson (2005) adalah keseimbangan kepuasan.
Kepuasan yang dirasakan dalam pekerjaan dan juga di rumah. Kepuasan dicapai dalam
keluarga dan tempat kerja dapat meminimalkan konflik peran yang berbeda. Kepuasan
kerja dirasakan dengan adanya gaji yang setimpal dengan beban kerja yang diterima.
Keseimbangan tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara tergantung pada bagaimana
seseorang dapat mengimbangi perannya (Desrochers, Hilton, dan Lardwood, 2005
dalam Baltes, Clark, dan Chakrabarti, 2010 :202). Walaupun bekerja di bank
mempunyai waktu yang padat, narasumber dapat mengimbangi perannya dengan
130
berbagai cara sehingga keseimbangan tersebut dapat tercapai. Dari waktu yang banyak
terpakai untuk pekerjaan, perempuan karier yang berkeluarga mempunyai work-life
balance karena adanya kepuasan yang dalam menjalani kehidupan di rumah dan di
pekerjaan.
7.4 Mengelola Stres
Stres hal yang sudah wajar dalam sebuah pekerjaan. Stres bisa berdampak baik
dan bisa juga berdampak buruk. Tergantung induvidu dalam mengelola stress tersebut.
Stres menjadi baik apabila stress tersebut bias dikelola dengan baik. Sehingga setiap
beban atau masalah bisa yang menyebabkan stress bisa dikelola dengan baik. Ketika
stress sudah bisa dikelola maka itu juga meminimalisir konflik. Stres juga bisa dikelola
dengan membagi masalah tersebut dengan rekan, partner kerja.
“Karena pekerjaan kita tu bareng, di share bareng-bareng, kalo ada kendala pun
saya ngomong ke atasan begini-begini, dipecahin bareng-bareng, kerjanya tim
sih, jadi gak bisa dibebankan satu orang trus terserah, jadi kalo ada masalah
yang menyebabkan stress itu kita floorin di tim itu, nanti dibahas barengbareng, jadi sangat menghindari pressure, tekanan yang sangat kuat, yang
pikirin sendiri, yang bikin stress, saya bukan tipikal yang seperti itu,,” (Wida,
15/04/2019. 11.00)
Hal ini mirip dengan penelitian Lazarus (1993) salah satu jenis coping yaitu
Emotional-Focused Coping yang salah satu aspeknya adalah Seeking Social Support
(For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap
masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan
sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian. Sehingga dengan adanya dukungan dari
sekitar membantu untuk menghilangkan stress.
131
Begitu juga dengan Nina yang merasa ia mengatasi stress dengan menyikapi
stress tersebut. Dengan kemampuan tersebut akan menurunkan tingkat stress. Ini juga
termasuk dalam aspek Problem Focused Coping pada aspek Self Control, merupakan
suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur
perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan. Hal ini
sesuai dengan penelitian Nikolaou dan Tsaousis (2002) menyatakan bahwa salah satu
penyebab tingginya tingkat stres kerja adalah rendahnya kemampuan karyawan dalam
mengelola perasaan yang biasa dikenal dengan istilah kecerdasan emosional.
7.5 Delegasi Peran Ganda
Pada penelitian ini keseimbangan waktu yang dijalankan narasumber memang
lebih banyak menghabiska waktu untuk pekerjaan. Waktu kerja di bank memang tidak
fleksibel, mengharuskan karyawan fokus terhadap pekerjaannya. Namun kesadaran
akan banyaknya waktu yang terpakai untuk pekerjaan juga penting. Dari kesadaran
tersebut perempuan karier yang sudah bekerluarga dapat mengantisipasi. Para
narasumber menyadari akan waktunya banyak digunakan untuk pekerjaan. Walaupun
waktu kerja di bank terbilang padat, namun sisa waktu untuk di rumah dapat
dimaksimalkan untuk mengganti waktu yang digunakan selama bekerja. Kualitas
waktu lebih baik dari pada kuantitas waktu.
Selama para narasumber bekerja kuantitas waktu memang berkurang di rumah,
tapi selepas bekerja para narasumber berusaha memberikan kualitas waktu yang ada.
Untuk mengganti waktu yang terbuang selama bekerja, memaksimalkan waktu libur
132
adalah cara terbaik membayar waktu yang digunakan untuk pekerjaan. Kuantitas dan
kualitas waktu dapat dimaksimalkan bersama keluarga. Sehingga kebersamaan
keluarga tetap terjalankan
Peran mereka sebagai ibu rumah tangga berkurang dikarenakan lebih banyak
menghabiskan di kantor. Untuk melaraskan peran tersebut para narasumber
menggunakan peran pembantu untuk membantu peran mereka sebagai ibu rumah
tangga. Indikator work-life balance dari Hudson (2005) berikutnya adalah
keseimbangan keterlibatan. Keterlibatan peran antara karyawan di bank dan juga ibu
rumah tangga di rumah. Walaupun banyaknya peran yang digunakan sebaga karyawan,
tapi hal tersebut tidak membuat lupa narsumber akan perannya sebagai ibu. Adanya
antisipasi dalam menangani hamabtan tersebut membantu untuk menyeimbangkan
keterlibatan narasumber. Selama berperan sebagai karyawan di bank, adanya peran
babysitter dan mertua dari narasumber membantu dalam menggantikan peran selama
bekerja. Dari hal tersebut perempuan karier yang sudah berkeluarga dapat berdiri di
dua kaki antara pekerjaan dan keluarga.
Berdiri di dua kaki berarti mampu berdiri dan mengatasi konflik yang ada di
pekerjaan dan di rumah. Mampu menyeimbangkan antara konflik yang ada pada
pekerjaan juga di rumah. Sehingga adanya keseimbangan antara pekerjaan dan rumah.
“Ya saya merasa bahwa saya memiliki potensi untuk berdiri di dua kaki baik
itu di rumah maupun di pekerjaan. Maksudnya, saya merasa memiliki kapasitas
untuk itu. Kalau memang saya kewalahan ya mungkin saya akan memilih di
salah satu prioritas tapi sampai saat ini kondisinya masih baik-baik saja. Rumah
bisa jalan, dan kita di kantor juga bisa maksimal” (A’ang 16/04/2019. 15.00
WIB)
133
Dari pernyataan dari narasumber A’ang tersebut dan dari temuan yang ada,
peneliti mengambil sebagian kata berdiri di dua kaki yang menggambarkan
keseimbagan antara pekerjaan dan rumah dari karyawati yang bekerja di bank.
Bertahan pada ambis adalah menggambarkan kegigihan mereka dalam bekerja untuk
mengenmbangkan diri, beribadah dan membantu ekonomi keluarga.
134
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Bedasarkan analisis penelitian, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Melihat alasan yang dipilih oleh perempuan karier yang sudah berkeluarga
dikarenaka dua faktor yaitu faktor internal dan ekesternal. Faktor internal
dimulai dari diri sendiri, yaitu ingin mengembangkan potensi diri. Sedangkan
faktor eksternal adanya dorongan dari orang tua dalam mengarahkan untuk
menjadi perempuan karier dan juga faktor ekonomi hal ini sesuai dengan teori
Maslow dalam Siagian (2012). Tidak hanya dikeranakan faktor internal dan
eksternal, karyawati bank yang sudah berkeluarga juga bekerja dikarenakan
bentuk ibadah. Hal ini mirip dengan Anshari (1993) jika dikaitkan dengan
kegiatan bekerja, ibadah masih berada dalam taraf proses, sedangkan output
dari ibadah adalah muamalat. Sehingga tiga faktor tersebut menjadi alasan
motivasi karyawati bank dalam berkarier.
2. Dari segi waktu kerja memang menjadi hambatan bagi perempuan karier yang
sudah berkeluarga dalam membagi perannya. Tapi perempuan karier yang
sudah berkeluarga menyadari hal tersebut, dan melakukan usaha untuk
mengantisipasi hal tersebut. Meninggalkan atribut pekerjaan ketika sampai di
rumah, memaksimakan waktu sisa selepas kerja, quality time di hari sabtuminggu menjadi antisipasi dengan waktu kerja yang digunakan untuk bekerja.
135
Tapi dari hal tersebut adanya kepuasan dengan pekerjaan yang dilakukan
dikarenakan tidak merasakan stres dan mempunyai lingkungan kerja yang
mendukung. Sehingga untuk pekerjaan tidak merasakan adanya hambatan
dalam bekerja.
3. Menyikapi dua peran perempuan karier dan ibu rumah tangga, perempuan
karier yang sudah berkeluarga mengantsipasi waktu kerja dengan memberikan
pengertian kepada anaknya sehingga anaknya mengerti dengan rutinitas ibunya,
dan adanya bantuan dari asisten dan orang tua narasumber menggantikan peran
ibu selama waktu kerja. Narasumber memiliki Work-life balance dikarenakan
adanya dukungan keluarga menjadi suntikan dalam bekerja sehingga.
Dukungan lingkungan kerja yang kondusif dan juga kemampuan mengelola
stress. Sehingga adanya kepuasaan yang dirasakan perempuan karier yang
sudah berkeluarga dari pekerjaannya. Kepuasan dari pengorbanan waktu yang
untuk bekerja adanya feedback yang sepadan diberikan perusahaan sehingga
dapat membantu suami dan memenuhi kebutuhan rumah.
8.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran yang bsia
disampaikan :
1. Bagi pihak keluarga
Bekerja di bank memang dituntut dengan pekerjaan yang padat, waktu kerja
yang tidak fleksibel sehingga harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan
136
rumah. Bagi perempuan karier harus bisa memaksimalkan waktu yang ada di
rumah. Meningkatka kualitas waktu dengan keluarga.
2. Bagi pihak perusahaan
Perusahaan harus memperhatikan aspek-aspek kehidupan karyawan di luar
pekerjaan. Apalagi karyawati perempuan yang berkeluarga mempunyai
tanggung jawab dalam mengurus rumah. Bagi perushaan bank juga
memfasilitasi dengan memberikan ruang ASI, atau daycare yang ada pada
kantor perusahaan untuk para karyawan perempuannya
3. Bagi Peneliti lain
Dalam penenlitian ini menggunakan lima perempuan karier yang sudah
berkeluarga dan mempunyai anak sehingga adanya dua peran yang dijalankan.
Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa bisa menambah jumlah
intansi yang berbeda supaya dapat memperkuat data yang didapatkan dan
narasumber pendukung.
8.3 Ketebatasan Penelitian
Peneliti menyadari terdapat beberapa keterbatasan penulis dalam melakukan
penelitian. Kelemahan utamanya adalah penulis kurang melakukan observasi yang
lebih dalam terhadap narasumber. Keterbatasan waktu dan tenaga peneliti yang tidak
memungkinkan dalam penelitian ini mengupas lebih dalam kehidupan para
narasumber.
137
Daftar Pustaka
Adame-Sánchez, C., González-Cruz, T. F., & Martínez-Fuentes, C. (2016). Do firms
implement work–life balance policies to benefit their workers or themselves?. Journal
of Business Research, 69(11), 5519–5523.
Alteza, M., & Hidayati, L. N. (2009). Penelitian Work-Family Conflict Pada Wanita
Bekerja: Studi Tentang Penyebab, Dampak dan Strategi Coping. Yogyakarta: UNY.
Anshari (1993), Wawasan Islam. Pokok-Pokok Fikiran tentang islam dan Ummatnya, Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Apperson dkk., (2002). Women Managers and the Experience Of Work-Family Conflict.
American Journal Of Undergraduate Research Vol. 1 No. 3
Arasanti (2010). Perempuan dan Jabatan Managerial Dalam Organisasi : WFC pada
Perempuan Bekerja. Research Paper UNISBANK. Salatiga : Universita Kristen Satya
Wacana.
Baltes, Boris. B; Clark, Malissa, A; Chakrabarti, Madhura. 2010. Oxford Handbook of
Positive Psychology and Work. Oxford University Press, Inc : New York
Baruch, Yehuda. (2015). Career Development: Multilevel Perspective. International
Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences: Second Edition.
138
Beham, & Drobnič, (2010) Satisfaction with work‐family balance among German office
workers. Journal of Managerial Psychology, Vol. 25 Issue: 6, pp.669-689, https://
doi.org/10.1108/02683941011056987
Dizaho, E. K. (2017). Achieveing Work-life balance Through Flexible Work Schedules and
Arrangements. Global Business and Management Research: An International Journal.
9(1), 455–466.
Dessler, Gary. (2005). Human Resource Management Tenth Edition. Pretince Hall.
Florida International University
Fisher, G. G. (2001). Work/Personal Life Balance: A Construct Development Study
(Doctoral Dissertation, Bowling Green State University, USA). Retrieved from Pro
Quest Dissertations & Theses database (UMI No. 3038411).
Galea, C., Houkes, I., & De Rijk, A. (2014). An insider's point of view: how a system of
flexible working hours helps employees to strike a proper balance between work and
personal life. The International Journal of Human Resource Management, 25(8), 10901111.
Gaol. L (2014). A to Z Human Capital Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kompas
Gramedia
Grzywacz, J. G., & Carlson, D. S. (2007). Conceptualizing work—family balance:
Implications for practice and research. Advances in Developing Human Resources,
9(4), 455-471
Greenhaus, J., Collins, K. and Shaw, D. (2003), “The relation between work-family balance
and quality of life”. Journal of Vocational Behavior. Vol. 63 No. 3, pp. 510-31.
139
Hamdi, Asep Saepul., & Bahruddin, E. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Handoko, Hani. (2014). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. edisi revisi.
Yogyakarta: BPEE
Hudson (2005). The Case for Work-life Balance: Closing the Gap between Policy and
Practice. Australia: Hudson Highland Group, Inc.
Jindal, Anjali Agarwal, Shivani Garg, & Pooja Rastogi, Renu. (2013). Role of Job Design
for Achieving Work Life Balance.
Kalliath & Brough (2008). Achieving work–life balance. Journal of Management &
Organization.
Khallash, S., & Kruse, M. (2012). The Future of Work and Work-Life Balance 2025.
Futures, 44(7), 678–686. https://doi.org/10.1016/j.futures.2012.04.007
Lazarus (1993). From Psychological Stress To The Emotions : A History Of Changing
Outlooks. Department of Psychology, University of California, Berkeley, California
94720
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga. Kencana Prenada Media Group.
Lewis, Robert A. & Gruyere, Les Roches (2010) Work-Life Balance In Hospitality:
Experiences From A Geneva-Based Hotel. International Journal of Management &
Information Systems.
Luthans, Fred. (1998). Organizational Behavior. Eight Edition, McGraw-Hill International
Book Company, New York.
140
Lockwood. (2003) Work/Life Balance Challenges and Solutions. Society Human Resource
Management. USA
Mathis, Robert L., & Jackson, John H. (2009). Human Resource Management. Jakarta:
Salemba Empat.
Matlin M.W/ (2008). The Psychology of Women (6th ed.). Belmomt: Thomson Higher
Education
Meenakshi, S. P., Subramanyam, V., & Ravichandran, K. (2013). The importance of worklife-balance. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) vol, 14(3), 3135.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysisi: A Sourcebook of New
Methods. New Delhi: Sage Publications Ltd.
Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya
Muthukumar, M., Savitha, R., & Kannadas, P., (2014). Work-life balance. Global Journal
of Finance and Management. ISSN 0975-6477 Vol. 6 No. 9
Munandar, S.C,Utami. (2001). Wanita karir : Di dalam Rintangan dan Peluang. Mudzhar
dkk. (2001) Wanita Dalam Masyarakat Indonesia : Akses,Pemberdayaan, Kesempatan.
Sunan Kalijaga PressYogyakarta.
Nikolaou, I. dan I. Tsaousis. (2002). Emotional Intelligence in Workplace: Exploring Its
Effects on Occupational Stress and Organizational Commitment. The International
Journal of Organizational Analysis, 10(4): 327-342.
141
Padma. S, Reddy M. Sudhir. (2013). Role of Family Support in Balancing Personal and
Work Life of Women Employees. International Journal of Computational Engineering
& Management, Vol. 16 Issue 3, May 2013
Parakandi, M., & Behery, M. (2016). Sustainable human resources: Examining the status of
organizational work–life balance practices in the United Arab Emirates. Renewable
and
Sustainable
Energy
Reviews,
55,
1370–1379.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.07.095
Raco, Jozef. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Jakarta
Ritawati, Agustina. (2013). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Budaya
Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan PT. Jamsostek (Persero)
Cabang Surabaya. Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen. Vol. 9 No.1, hal. 82-93
Robbins, S.P & Judge, T.A (2011). Organizational Behavior. New York : Pearson Prentice
Hall.
Santhi, T.S,. & Sundar, DR.K. (2012), A study on the Work-life Balance of Women
Employees in Information Technology Industry. International Journal of Business
Economics & Management Research, Issn online : 2249-2286. Vol 2, Issue 1, Jan 2012
Sarafino, E.P., & Smith, T.W. (2011). Health Psychology: Biopsychososial Interactions:
Seventh Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Schabracq Marc J. (2003). The Handbook of Work and Health Psychology. England : John
Wiley & Sons, Ltd,
Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV
Mandar Maju.
142
Sekaran, U. and Bougie, R. (2013). Research Methods for Business: A Skill-Building
Approach Sixth Edition. USA: John Wiley & Sons Ltd.
Sekaran, U. (1983) How husbands and wives in dual-career families perceive their family
and work worlds. Journal of Vocational Behavior. 288-302
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research methods for business: A skill building
approach. John Wiley & Sons.
Singh, P. and Khanna, P. (2011). WorkLife Balance: A Tool for Increased Employee
Productivity and Retention. Lachoo Management Journal.Vol. 2, No. 2, pp. 188-206
Sirgy, M. J., & Lee, D.-J. (2017). Work-Life Balance: an Integrative Review. Applied
Research in Quality of Life
Skinner, N., Elton, J., Auer, J., & Pocock, B. (2014). Understanding and managing work–
life interaction across the life course: a qualitative study. Asia Pacific Journal of
Human Resources, 52(1), 93-109.
Snell, S., & Bohlander, G. (2010). Managing Human Resources. South-Western: Cengage
Learning.
Stoner, C. R., Hartman, R. I., & Arora, R. (1990). Work/family Conflict: A Study of Women
in Management. Journal of Applied Business Research, 7(1), 67-74.
Siagian, Sondang P. (2012). Teori Motivasi dan Apilkasinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sukardi, Dewa Ketut. (1987). Bimbingan Karier di sekolah-sekolah. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Surya, M. (1988). Dasar Penyuluhan (Konseling ). Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Dirjen Dikti.
143
Sugiyono. (2012). Metopel Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sutrisno, E. (2012). Sumber Daya Manusia. Surabaya: Gramedia.
Taylor,S.E., Peplau,L.A.,& Sears, D.O. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana.
Thompson, John, & Martin, Frank. (2005). Strategic Management Awareness and Change.
5th Edition. South-Western: Cengage Learning.
Weckstein, SH. (2008). How To Practice The Art Of Life Balance. E-book. Copyright:
Stacey Weckstein Hoffer.
Yulie, C, Chang, Artemis, Gudmundsson, Amanda, Sawang, Sukanlaya. (2012). The Role
of Life Friendly Policies on Employees Work-life Balance. Journal of Management and
Organization. 18(1): 53–63.
Internet Access
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160308121332-277-116053/wanita-karierindonesia-terbanyak-keenam-di-dunia Endro Priherdityo, CNN Indonesia | Selasa,
08/03/2016 14:22 WIB
https://www.kajianpustaka.com/2017/12/keseimbangan-kehidupan-kerja-work-lifebalance.html
https://lifestyle.kompas.com/read/2013/07/16/2247341/Alasan.Perempuan.Indonesia;
Mengejar.Karier. Penulis : K. Wahyu Utami diakses pada tanggal 13 April 2018 pukul
(14.39)
144
http://kupang.tribunnews.com/2016/01/07/pertumbuhan-jumlah-pekerja-perempuanmeningkat. Editor: Paul Burin diakses pada tanggal 14 April 2018 pukul (12.24)
http://politiktoday.com/wanita-dan-politik-di-asia/. Penulis: Rocky Tamtama Saputra
Editor: Muhammad Rafiuddin Zamzami diakses pada tanggal 18 April 2018 pukul
(23:05)
BPS_Berita-Resmi-Statistik_Keadaan_Ketenagakerjaan-Indonesia-Februari-2018.pdf
Skripsi
Maslichah, Nur Intan. (2017). Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada Perawat RS Lavalette
Malang Tahun 2016). Skripsi
Safitri, Kania. (2007). Gender Dalam Pengembagan Karir Wanita. Skripsi
145
LAMPIRAN
146
PEDOMAN WAWANCARA
1. Siapa nama ibu?
2. Berapa umur ibu sekarang?
3. Bagaimana orang tua mendidik ibu sampai saat ini?
4. Apakah orang tua mengambil peran penting bagi ibu dalam menjalani
karier ini?
5. Mengapa ibu memilih menjadi wanita karier?
6. Umur berapa ibu dalam menjalani karier tersebut?
7. Bagaimana respon keluarga ketika ibu menjalankan pekerjaan?
8. Bagaimana ibu dalam memaknai pekerjaan?
9. Sekarang ibu bekerja sebagai apa?
10. Hal apa yang membuat ibu bisa mencapai jabatan saat ini?
11. Apakah dari awal ibu berkarier merupakan dasar keinginan menjadi
wanita karier?
12. Bagaimana ibu merintis karier dari awal?
13. Apa yang ibu harapkan dari perusahaan ?
14. Faktor yang mendukung ibu menjadi wanita karier?
15. Bagaimana menurut ibu tentang wanita karier?
16. Tanggapan ibu tentang ibu rumah tangga?
17. Apakah karier yang ibu dapatkan adalah proses dari usaha yang ibu
keluarkan atau menuggu panggilan dari atasan?
147
18. Bagaimana kedekatan ibu dengan atasan?
19. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjalani satu pekerjaan?
20. Bagaimana manajemen waktu dalam membagi waktu pekerjaan?
21. Bagaimana ibu menjalani pekerjaan ibu? Apa saja yang ibu lakukan
selama di kantor?
22. Apakah ibu berniat untuk meningkatkan karier? Jika ya/tidak, mengapa?
23. Dinamika karier yang ibu alami?
24. Bagaimana ibu menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan?
25. Bagaimana ibu membuat urutan priotitas pekerjaan yang akan ibu jalani?
26. Bagaimana ibu membuat jadwal dengan berbagai pekerjaan tersebut?
27. Dari berbagai pekerjaan tersebut, kendala apa saja yang ibuk alami?
28. Apa dampak dari ibu bekerja tarhadap keluarga?
29. Bagaimana tanggapan suami/keluarga dengan berbagai perkerjaan yang
ibukjalani?
30. Apakah suami pernah memberi masukan terkait dengan masalah pekerjaan
yang ibu jalani?
31. Bagaimana tanggapan anak dengan berbagai perkerjaan yang ibu jalani?
32. Berapa lama waktu yang ibu habiskan untuk keluarga?
33. Bagaimana lingkungan kerja tempat ibu berkerja?
34. Apakah ibuk dekat dengan rekan-rekan kerja ibu?
35. Berapa lama jam kerja ibu dalam sehari / seminggu?
36. Ketika jadwal pekerjaan ibu berbentrokan, prioritas mana yang ibu
dahulukan? Kenapa?
37. Apakah ibu sering mengalami stress dan lelah?
38. Dengan waktu yang banyak menjalani berbagai perkerjaan, apakah ibuk
ada waktu untuk sendiri? Jika iya apa yang ibu lakukan?
39. Bagaimana hubungan ibu dengan masyarakat sekitar?
40. Apakah ibu sering mengikuti kegiatan dengan masyarakat sekitar rumah
ibuk?
148
41. Apakah ibu mengikuti organisasi-organisasi di lingkungan masyarakat
ibuk?
42. Diantara berbagai perkerjaan tersebut, cenderung mana yang lebih ibu
korbankan? Mengapa?
43. Apakah dengan berbagai perkerjaan tersebut juga mengalami perbuahan
pada diri ibu tersebut?
44. Bagaimana dengan perkembangan karier ibuk yang memiliki berbagai
pekerjaan tersebut?
45. Apakah ada kendala dengan karier yang ibu jalani? Sebutkan masingmasing kendala per pekerjaan
46. Apakah perencanaan karier ibu sesuai dengan yang ibu rencanakan?
47. Apakah ibuk puas dengan berbagai pekerjaan yang ibu jalani tersebut?
48. Apakah ibu sudah merasa puas dengan pembagian waktu antara pekerjaan
dan keluarga yang telah ibu lakukan saat ini? Mengapa?
49. Apakah ibu sudah merasa puas dengan pola hubungan yang ada di
pekerjaan dan keluarga saat ibu menjadi wanita karier? Mengapa?
50. Bagaimana perbandingan ketika ibu tidak menjadi wanita karier dan
ketika ibu menjadi wanita karier?
51. Bagaimana perubahan yang terjadi dalam diri ibu ketika menjadi wanita
karier?
52. Bagaimana ibu menyikapi peran ganda yang ibu jalankan?
149
146
LAMPIRAN 2
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber 1 : Buk Wida 15/4/2019
Pekerjaan : Staf Audi
Lama bekerja : 9 tahun
Anak : 1
Lokasi Bank BPD DIY
P
:Okee bu , Saya Fajrin Fauzi Akmal, mahasiswa FE UII angkatan 15,
manajemen, saya disisni mewawancari ibu tentang “Work life balance
wanita karier yang berkeluarga”. Sebelumnya bisa memperkenalkan diri
buk?
W : Yaa, saya Wida, saya karyawan di Bank BPD DIY di kantor pusat, usia
saya saat ini 32 tahun.
P
: Ibu anak udah berapa buk?
W : Satu orang putri, umurnya 2 tahun besok mei
P
: Dilihat dari karier ibuk, bagaimana peran orangtua ibuk dalam berkarier
W : Orangtua cukup berperan yaa dalam mengarahkan putra-putrinya untuk
memilih, tapi semua dikembalikan kepada masing anak-anaknya,
kosentarasinya, minatnya, tujuannya, pilihan hidup balik ke kita tapi tetap
dala koridor, kenapa memilih itu, itu pasti ditanya yaa saam orangtua kita,
asalkan gak menjermuskan ke yang gak baik pasti di dukung
P
: Ibu latar belakangnya, pendidikannya?
W : Saya S1,sarjana hukum
P
: Kenapa ibuk memilih menjadi wanita karier buk?
W : Wanita karier? Ini agak filosofis yaa, sebenarnya background orang tua
saya bekerja, ibu seorang guru, bapak juga bekerja, saya memiliki sudut
pandang bahwa seorang wanita itu alangkah baiknya, walaupun tidak
mengecilkan pekerjaan ibu rumah tangga, menurut saya wanita itu punya
produktivitas juga untuk mengembangkan dirinya, sepanjanga keluarga dan
suami mendukung, seperti itu sih.,
P
: Terus respon keluarga ibuk setelah ibuk menjadi wanita karier?
W : Sejauh ini, keluarga saya sangat mendukung, yaa asalkan yaa sifatnya
seperti keluarga, anak terutama menjadi prioritas. Jangan sampai
terabaikan.
P
: Umur berapa ibuk menjadi pegawai bank di BPD
W : Saya setelah lulus 2010, berarti saya sekitar yahhh baru lulus banget sih
alhamdulillahnya saya dapat. Dulu itu saya kuliah disini, dan bukan orang
sini dan suka hidup di jogja, jadi saya nyarinya yang domestic kayak
perusahaan lokal, kira-kira kerja di jogja apa yaa,, saya coba di BPD dan
langsung keterima
P
: Bagaimana ibuk dalam memaknai pekerjaan ibuk?
W : Memaknai dalam apa?
P
: Saya bekerja ini untuk apa, dsb
147
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
: Prinsipnya adalah saya orang yang suka bekerja, even di rumah pun saya
selalu punya aktivitas, yang kedua adalah niat saya adalah selagi saya bisa
membantu keluarga baik dalam arti apa-apa yang telah diberikan suami saya
dalam memenuhi kebutuhan saya tapi tidak ingin berpangku tangan saja,
hal-hal yang bisa saya bantu untuk keluarga saya, ya saya coba untk penuhi
juga. Jadi gak selalu apa-apa minta, gimana caranya perempuan bisa
mendukunglah
: Kalo sekarang ibuk bekerja sebagai apa buk?
: Sekarang sebagai staf, staf di salah satu unit kerja auditor.
: Lebih rincinya buk?
: Satuan kerja audit internal
: Terus buk, ketika ibuk kerja di BPD langsung jadi staf atau mulai karier
dari awal?
: Jadi di kami itu, ada beberapa jenis job pekerjaan di pekerjaan layak
umunnya, ada front liner, ada back office macam-macam, jadi saya dulu
pertama kali di back office levelnya tetap staf cuman waktu itu saya cuman
di cabang itu saya mulai dari admin pengkreditan, sekian lama di admin
pengkreditan itu saya baru sekitar hampir 2 tahunlah baru pindah ke kantor
pusat untuk dijadikan staf audit tadi
: Itu berarti ada peningkatan karier atau gmana buk?
: Gak sih, tapi masih sama, tapi kita di SDM ada rolling ya, maksimal di
unit kerja yang sama, tidak selalu disitu, kalo pun dengan posisi yang sama ,
rotasi pasti dijalankan
: Trus apa yang membuat ibu bisa mecapai jabatan itu?
: Kalo itu tepatnya orang sdm yang lebih tau apa yang membuat sdm
menentuka saya disana pindah kesini, kalo saya pribadi menilai saya
mugkin karna background pendidikan saya satu, ke dua mungkin penilaian
kinerja saya seperti itu, mungkin selama beberapa tahun saya di mutase
mungkin ada analisis ke sdman yaa lebih tepatnya.
: Faktor yang mendukung ibu menjadi wanita karier buk?
: Faktor, satu dari diri saya sendiri, kedua keluarga ketiga lingkungan saya
yaa
: Menurut ibu wanita karier itu seperti apa ya buk?
: Wanita karier ibu menurut saya adalah wanita yang tidak hanya aware
terhadap dirinya sendiri sih, jadi menurut saya dibalik kemandirian seorang
wanita karier di sisi lain ada hal-hal yang memang menjadi pertimbanganpertimbangan, jadi menurut saya wanita karier itu tidak bisa menjadi wanita
karier dengan dirinya sendiri pasti ada orang-orang, lingkungan, keluarga
yang mendukung mereka menjadi wanita karier
: Kalo tanggapan tentang ibu rumah tangga?
: Ibu rumah tangga luar biasa ya,hahahaaha. Saya menilai ibu rumah tangga
itu bukan suatu hal yang mudah bukan sesuatu hal yang jelek, ibaratnya gak
bisa dibilang wanita karier itu lebih wahh dibanding ibu rumah tangga
bukan seperti itu. Kalau saya malah pola pikirnya luar biasa kalo orang juga
bekerja juga di rumah tangga dengan kesibukannya dengan hal-hal
permasalahan di rumah tangga, bisa all out kehidupan di rumah tangga,
148
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
memonitor segalanya, itu luar biasa sih, saya salut sama ibu rumah tangga.
Saya kalo ada yang berpikiran ibu muda rumah tannga gak gampang kalo
menurut saya.
: Iya juga sihh, terus buk , kira-kira apakah karier ibuk yang ibu dapatkan
dari usaha ibuk atau menunggu panggilan dari atasan?
: Panggilan dari atasan dalam prosedur HRD, sebenarnya saya kurang
paham. Cuman kalo untuk saya sendiri yaa saya pikir ada penilaian itu, kita
punya prespektif bahwa ini karena kerja keras saya, mungkin seperti itu,
tapi mungkin karna rahasia manajemen, SDM yang menentukan seseorang
ini qualified gitu, ada penentuannya
: Terus buk, apakah ibuk dekat dengan atasan?
: Sejauh ini saya menilai relative dekat
: Pengaruh atasan terhadap karier ibuk gimana?
: Apa yaa? Mungkin sebagai orang yang menilai saya, ketika ditanyakan
atau diminta tanggapan mungkin seperti itu yaa, karna di kami itu sistem
penilaian kinerja kami oleh atasan langusng, jadi performace indicator
penilaian kita itu langsung dari atasan, mungkin berperan yaa untuk
menentukan si A patut diajukan dalam jenjang karier atau jabatan dsb , ini
terlepas dari saya secara umum, KPI kita dinilai dari atasan langsung.
: Bagaimana manajemen waktu dalam membagi pekerjaan?
: Kita itu di satuan kerja saya, kami itu punya namanya PKAT program audit
kerja tahunan, kita breakdown dari program update kerja tahunan itu, apaapa yang harus kita kerjakan dalam satu tahun sesuai program itu, nah nanti
dari turunan itulah kita kembali menyusun program kerja itu sehingga
mendukung audit-audit yang kita lakukan dalam setahun itu, bagaimana kita
mengimplementasikannya dengan baik. Kalo secara detail ke pekerjaan
saya , apa-apa yang yang harus saya kerjakan, dimulai dai perencanaan tadi,
kedua menyusun apa yang menjadi skala prioritas, deadline, kita ada
timelinnya jadi harus setidaknya sesuai dengan batasan-batasan itu, ada
yang molor, ada yang lebih cepat, itu yang kita atur ritmennya, itu sih..
: Ibu udah berapa lama kerja di BPD?
: 2010 sampai sekarang, berarti hampir 10 tahun
: Apa ada niat untuk meningkatkan karier?
: Maksudnya di perusahaan ini?
: Iyaa buk di BPD ini
: Meningkatkan karier.. niat sih, harus berniat ya agar lebih baik lagi, tapi
ukuran lebih baik lagi itu bukan jabatan yaa.. saya pribadi merasa bahwa
kerja itu niat itu adalah ibadah bismillah kalo saya punya jalan karier yang
lebih baik ada jalanlah..
: Dinamika karier yang ibu alami?
: Down gitu yaa, Saya gak merasa pernah low gitu, Alhamdulillah smooth
gitu..ada slalu kemudahan di setiap yang saya jalani..
: Kendala yang ibu alami apa aja ya bu?
: Kendala yaa..kalo di sisi ibu menjadi ibu rumah tangga dan wanita karier
pasti ada kendala yaa,, kalo dimana anak sakit, kosentrasi terpecah pasti,
buat kita itu, prioritas anak yaa,, apa-apa yang terjadi di anak jadi kendala
149
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
juga buat kerjaan yaa mengganggu juga. Alhamdulillah disini saling support
sihh dari pimpinan, lingkungan, teman jadi tau saya punya anak kecil yang
tiba-tiba demam saya di calling buat ini, oh ya demam pulang.. Jadi tetap di
berikan toleransilah sebagai seorang wanita.
: Tanggapan suami ibu sebagai wanita karier?
: Kebetulan saya menikah dalam posisi sudah bekerja, jadi dari awal bukan
hal yang salah buat suami dan keluarga.
: Dampak ibu bekerja terhadap keluarga gimana buk?
: Dampak.. negative positif
: Bisa dua-duanya..
: Hhmmmmm positifnya saya pikir dengan adanya saya bekerja walaupun
waktu saya kurang gitu tapi kosentrasi saya terhadap keluarga tidak
berkurang menurut saya karna ortu saya, anak saya, suami saya respon
terhadap karier saya selama ini, feedbacaknya ke saya tidak ada
keluhan..atau muncul keluhan , kalo negatifnya mungkin dari ohh mungkin
sejak suami saya di mutasi ke Jakarta, tapi pulang sih seminggu sekali, tapi
balik lagi sih dari keluarga saya, dukungan itu tidak sekedar moral, jadi
eyang juga ikut nugurusin juga terlibat dalam memantau sifatnya, kita
tinggal bareng jugaa yaa gak mau juga sih mau sama orang tuaa, jadi
mungkin negatifnya ngerepotin orangtua.
: Jadi anak dititpin ke orang tua?
: Haa,,,iya sih, karna kita tinggal satu rumah, dan saya dan anak saya,
eyangnya udah pensiunan jadi di rumah juga ada satu orang cucu jadi
hiburan buat mereka , pada masa pensiunnya, Alhamdulillah.,
: Suami ibuk di mutasi di Jakarta, kerjanya dimana buk?
: Di pemerintahan
: Pulangnya seminggu sekali?
: Iyaa seminggu sekali, pasti pulang..
: Berapa lama jam kerja disini buk?
:Disini tu jam kerjanya dari jam setengah 8 sampai setengah 5
: Pernah ini gak buk..hmmm sering overtime kerja?
: Kalo saya di kantor pusat sih gak mas, gak sering tapi sekali dua kali ada
pengawasan dari ekstern, ada lemburnya, kalo dicabang di front liner di
akhir bulan itu pasti, di kantor pusat tidak operasional, gk nasabah,
collecting, kita lebih ke kebijakan, audit jadi terjadwal sih semua, sama
jadwal itu, dan sehari-hari pun kita bsa mengatur, kita kerjanya tim kan
: Berarti ibu jarang lembur?
:Jarang yaa, bisa di bilang jarang
: Apa di pusat jarang, atau di cabang lebih sering?
: Kalo di pusat yaa, menurut saya jarang yaa, cuman tergantung juga, kalo
di unit kerja di divisi kredit, treasury, ti kadang-kadangkan di pusat ada
berbagai divisi nih, tergantung fokus pekerjaan apa sih..kalo TI selalu
lembur karena nunggu akhir buku, jadi mereka harus melakukan
pembukuan di sistemnya, itu mereka lembur juga, tapi ada keringan
overtimenya.
150
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
Kalo saya di unit Sky jarang sih, kecuali kalo ada pengawasan masuk, misal
kalo ojk masuk, AP juga..
: Sering strees dan lelah gak buk?
: Indikatornya gimana? Kalo perempuan ada bulanan gitu yaa..
: Bukan bu,, lebih ke pekerjaan
: Gak terlalu sih,
: Kenapa?
: Karena pekerjaan kita tu bareng, di share bareng-bareng, kalo ada kendala
pun saya ngomong ke atasan begini,begini, dipecahin bareng-bareng,
kerjanya tim sih, jadi gak bisa dibebankan satu orang trus terserah, jadi kalo
ada masalah yang menyebabkan stress itu kita floor in di tim itu, nanti
dibahas bareng2, jadi sangat menghindari pressure, tekanan yang sangat
kuat, yang pikirin sendiri, yang bikin stress, saya bukan tipikal yang seperti
itu,,
: Ada waktu untuk diri sendiri?
: Me time? Pasti adalah., kalo pun weekend ada suami datang misal kalo
suami mau quality time sama anak, kadang2 saya sama suami, kmu mau
jalan, mau kesalon, mau pijet gapapa, saya sama suami mau main dirumah
karena suami mau ketemu sama anaknya, main sama anaknya, kamu mau
mau pengen nonton sama temanmu gak masalah sih, sekali-dua kali saya
kadang jalan juga, kadang misal kamu di rumah aku pergi jalan, yaudah
sendiri
: Trus bu, sama masyarakat sekitar gmana?
: Saya oun kebetulan sama keluarga suami, lebih ke bapak ibuk yang
sosialisasi karna punya banyak waktu yaa, saya sekali-kali, misalnya ada
acara kayak arisan jarang2 mama yang sering, karna terlau banyak kalo
diikutin semua, karna bareng papa-mama masih ada bisa ikut, tp kadang2
kalo lg nyuapin anak ke taman lebih gtu sih, tapi kalo acara yang banyak
yang satu apa2, senam pun sekali-kali
: Anak ada pernah ngeluh gak buk?
: Karna anak saya baru berumur dua tahun jadi belum mengerti banget,
cuman sekarang dia udah tahu, saya memberikan penejelasan sedini
mungkin kalo saya tu gak mau ngumpet2 , saya beri penjelasan “ nak mama
kerja dulu” walaupun dia cuek karna belmu mengerti, tapi saya berusaha
kasih input trus, ketika jam segini saya pamit untuk kerja, ketika pulang pun
jam segini yuk main sama mama. Jamnya sama mama dulu nih, jadi
akhirnya dia mulai terbiasa walaupun dalam aktivitas dia main, tapi saya
tetap pamitin, jadi dia tau kalo jam segini itu mungkin dirasa, mugnkin
mamanya gak ada kalo jam segini(pulang) “mama mama” dia tahu jam
segini mamanyadah pulang
: Trus kalo sama anak berarti jam berapa ketemu?
: Jam 5 dah nyampe rumahh
: Dari suami ibuk sama anak, gimana?
Kita tiap hari video callan,suami saya juga slalu sih, anak saya tidur atau
bangun video call, atau lagi makan atau belum video callan, saya juga kok
siang2 itu telfon mama tanya baru ngapain, kita punya wa grup keluargakan
151
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
sharing2, trus ada ponakan masing2 pada nanyain, jadi saya juga harus pada
sharing2 kalo jam segini anak2 lagi begini, pada jam anak bobok, main,
tetap terpantau sih
: Setelah 9 tahun bekerja di bank bpd, ibuk merasakan ada perubahan pada
diri ibuk?
: Perubahan apa ni? Sifat sikap?
: Ya sikap, ibu merasakan apa sebelum & setelah ibu bekerja
: Sebenarnya makin kesini, makin dewasa menurut saya semakin bijak saya
dalam menghadapi kehidupan, karna kita juga berinteraksi , bersosialisasi
baik dalam lingkungan kerja, lingkungan sekitar, keluarga, lebih wise aja
sih meurutku semakin kesini, apalaig dalam pekerjaan kita dituntut kerja
tim, gak bisa egoisan, jadi semakin akan mempengaruhi, balik lagi ke diri
kita
: Terus buk, apakaah perencanaan karier yang ibu rencakan sesuai gak
dengan yang ibuk rencanakan?
: Ekspetasi saya ya..sebenarnya gak punya eskpetasi disini sih,, dulu kan
saya di hukum, saya mau jadi lawyer, iya awal2, idelalisnya jadi mahasiswa,
saya ikut pendidkan advokat, jadi semakin kesitu gak sesuai dengan
pemikiran saya ideal saya, ternyata faktanya gak bisa seperti, itu yang
membuat saya berputar arah, wahh keknya gak bisa nih saya jadi lawyer
nih, akan susah saya untuk beradaptasi di lingkungan seperti itu, tuntutan
jadi lawyer itu luar biasa tapi akhirnya balik ke pekerjaan saya yg sekarang,
ini juga menjadi pilihan saya, yang pertama tadi saya udah cinta jogjanya,
kedua setelah saya masuk disini itu, banyak ilmu sih yang saya dapat, saya
suka input diri saya terhadap sesuatu yang positif, semakin banyak saya
ditempatkan di posisi yang berbeda-beda, karna di bank itu kan sangat plural
gak cuman orang ekonomi, disitu ada orang it bahkan teknik pun ada disini,
bahasa pun ada disini, jadi saya merasa banyak sesuatu hal yang hanya
fokus di satu bidang dan saya juga ikut audit gitu ya, itu ada bidangnya
kredit, dana, tabungan, deposition, itu bukan bidang saya dan itu saya amat
merasa input ke diri saya itu semakin baik. Kalo masalah karier atau jabatan
yaa itu menjadi ekspetasi tapii yaa bonus lah buat saya, lebih ke bagaimana
saya bisa memberikan value yang lebih lah terhadap diri saya dan itu akan
saya yakini itu akan berdampak terhadap perusahaan saya, kalo saya
semakin mampu dan saya pasti akan kembalikan lagi kemampuan saya
untuk perusahaam saya, apa yang bisa saya beri..
: Apakah ibuk puas dengan pekerjaan yang ibuk jalani?
: Alhamdulillah sihh, sejauh ini kepuasaanya 8 lah
: Indikator 8 itu apa buk?
: Haaa,, saya bisa masih bisa hidup balance antara saya dan keluarga, saya
anak, saya dan orangtua, walaupun orangtua jauh. Saya mau cuti gak
masalah, saya mau ambil hak-hak saya gak masalah, so far saya merasa
puas, mungkin kalo perusahaan lain saya gak tau yaa. Sejauh ini puas aja
sih, antara kebutuhan saya sebagai seorang ibu saya harus mendidik saya
seperti apa, membentuk karakter anak seperti apa, diantara saya sebagai istri
152
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
P
W
sebagaimana memenuhi kewajiban saya, sebagai anak tidak terbebani
karena saya kerja, gak sama sekali.
: Sejauh ini dari segala aspek puas ya buk?
: Alhamdulillah sejauh ini karena saling support, tapi gak tau nanti hahaha
Saya bisa masih bisa hidup balance antara saya dan keluarga, saya anak,
saya dan orangtua, walaupun orangtua jauh. Saya mau cuti gak masalah,
saya mau ambil hak-hak saya gak masalah, so far saya merasa puas Aaa
saya sih merasa nyaman sih mas, kalo puas dalam arti pekerjaan saya
sekarang, jujur karena pekerjaan saya sekarang ya saya merasa bahwa yaa
maksud saya dengan pekrjaan yang saya emban sekarang dalam arti karier,
saya merasa sudah cukuplah, karena saya supportingkan, gak yang
kewajiban saya, dan di keluarga juga tidak menuntu banyak hal, Cukupp
yaa cukuppp Kalo dari sisi gaji, saya nilai cukup kalo dari segi pembagian
waktu sudah di arrange dengan baik, permasalahan saya dari senin sampai
jumat di kantor, lebih banyak jam di kantor, tapi saya merasa kehidupan
saya di luar kantor dalam arti keluarga bisa juga berkualitas gitu, gak hanya
senang-senang di kantor, trus nanti tiba di rumah tinggal capeknyaa, gitu
gak sih saya merasa juga sangat berkualitas juga, dari itu saya merasa
cukupp..
: Perbandingan ibu ketika menjadi wanita karier dan ibu di rumah gimana
bu? Misal ketika ibu s
: Maksudnya perbandingan apa ni?
: Misal ketika ibu selesai kerja, apa ibu membawa pekerjaan di rumah?
: Dulu iyaa ya, ketika saya di pekerjaan yang lama, pekerjaan itu saya bawa
di rumah, saya sebelumnya di cabang di analisis pengkreditan tapi saya dulu
posisinya belum keluarga juga ya gak masalah, tapi sekarang jarang malah
hampir gak pernah karna saya mau fokus ke anak saya, jam saya kualitasnya
untuk anak saya juga.
: Ibu merasa ada menemukan spesialisasi pekerjaan?
: Kalo misal dari stuktural organisasi kita emang spesialisasi, satuan unit
kerja internal itu spesialis, audit, dan kita pun langusng ke direktur utama,
jadi dari situ bisa dibilang spesialis, jadi saya merasa spesialis ukurannya
saya sudah bersertifikasi, lulus, sertifikasi macam2 dan itu bukan setiap
orang bisa dapat, dan semua orang bisa. Saya memenuhi..
: Kalo untuk jabatan tertentu, harus ada ikut sertifikasi?
: Yaa, di pojk dan pbi itu ada memang memberikan pedoman tentang
ketentuan tentang sertifikasi seorang banker di bidang apa2, misal di
treasury, manajemen resiko, dan lain2, tapi di auditor ia emang spesialsiasi
auditor, kelebihannya ilmu-ilmu unit2 lain mereka harus menguasai,
qualified, ketika mau audit unit lain, mereka harus menguasai.
: Waktu cuti disni gimana buk?
: 3 bulan
: 3 bulannya gimana buk?
: 1 bulan di awal, 2 bulan setelah lahir
153
Narasumber 2 : Buk Ani 15/4/2019
Pekerjaan
: Staf IT
Lama Bekerja : 9 tahun
Anak : 1
Lokasi Bank BPD DIY
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
: Assalamualaikum wr wb. Saya fajrin mau wawancara tentang work life
balance wanita karier yang berkeluarga, bisa diperkenalkan dirinya mbak?
: Nama saya Ani purnama, tanggal lahirnya 31 desember 1987, trus saya asli
mangelang, trus kuliah di uii trus masuk sini sampai sekarang, udah
bersuami anak 1, suami dinas ke Jakarta, nasib kita LDR nih,
: Umur mbak sekarang berapa?
: Aduhh berapa yaa, 31 dong
: Apakah orangtua ada peran penting?
: Pastinya nomorsatu, mereka yang support kita, doain kita, dari kuliah pun
mereka yang membiayain kita, sampai sekarang pun itu berkat orang tua
: Mbak, kenapa mau menjadi wanita karier?
: Kenapa yaa? Pilihannya paling bisa membantu suami, trus kita walaupun
udah berkeluarga, biaya hidup itu yang nanggung suami, aku sendiri itu
istilahnya apa2 biar bisa beli sendiri gitu lo, tanpa tergantung pada suami.
Trus untuk pengalaman juga sihh..
: Udah berapa lama di bank BPD ini?
: Berapa ya,, udah mau hampir 9 tahun
: Respon keluarga terhadap pekerjaan mbak?
; Senang dong, apalagi kan orang-orang kan melihat kerja di bank itu yaa
gitu kan, wahh enak kerja di bank,dibandingkan pekerjaan yang lain
maksdunya, kita liat dari penampilan harus bagus kan ada yang seperti itu,
tapi semuanya balik ke dirinya masing2 apa namanya, gak cuma di bank
dong, tempat lain juga gitu.
: Gimana mbak dalam memaknai perkerjaaan ?
: Hmmmm jadiin pengalaman aja, sebenarnya tu cewek gak wajib kerja,
yang wajib tu suami. Kalo saya sebagai pengalaman aja, ya pengalaman aja
sih,, ya tambah2 dan gak dipungkirin kerjanya buat nambah-nambah biaya
hidup
: Trus sekarang ibuk bekerja sebagai apa ?
: Sebagai officer divis TI nyambung kan
: Hal apa yang membuat ibuk bisa menjabat sebagai pekerjaan sekarang?
: Dulu aku kan masuk sini gak langsung, tapi outsourcing, kana ada
lowongan dari BPDnya sendiri ada juga dari outsourcing, nah aku dulu di
outsourcing berapa tahun, trus baru masuk di kontrak administrasi,
kemudian kontrak officer. Bisa sampai di kontrak officer itu menurutku
memang diliat dari kontribusi kitaudah kerja disini dari outsourcing
beberapa tahun, mungkin dari banknya mungkin dari pada nyari orang lain
di luar kan ada tahap2 nya tu, “kamu mau gak udah gak outsourcing tapi
harus lulus tes dulu, kalo lulus keterima kalo nggak ya nggak” kayak gitu.
154
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
Mungkin emang udah di tes, mungkin udah lama pengalaman disini, trus
masuk jadi kontrak officer sekarang.
: Berarti ibuk merintis karier dari outsourcing?
: Iya dari outsourcing..
: Trus yang ibu harapkan dari perusahaan?
: Semoga semakin maju, produk-produk di bank lebih banyak, dan
selangkah lebih maju dari bank-bank yang lain, dan mensejahterakan
pegawainya
: Faktor yang mendukung ibu menjadi wanita karier?
: Yaa diri sendiri, keluarga. Kalo bukan dari diri sendiri gak pengen jadi
wanita karier, yaa tetap aja gak jalan.
: Pendapat ibu terhadap wanita karier?
: Hebatt! Hahaha ibu rumah tangga aja juga hebat, wanita karier juga hebat
dua-duanya juga hebat. Tapi wanita karier itu mau gak mau harus bisa jadi
ibu rumah tangga juga bisa, kerja jga bisa dua2nya harus bisa. Kalo ibu
rumah tangga kan 100% jadi ibu rumah tangga, kalo ini kan harus jalan
walaupun harus ada yang harus dipriotasin. Apalagi aku LDR kan, apalagi
sendiri, apa2 harus mandiri, itu sihhh..
: Tanggapan ibu terhadapap ibu rumah tangga?
: Itu juga hebat, apa yaa, maksudnya gini, dua-duanya hebat. Wanita karier
ada dua pekerjaan yang harus dijalani, kalo ibu rumah tangga ia full ke
rumahnya. Kalo wanita karier mirip suami pekerjaan sama anak, kalo ibu
rumah tangaa fokus ke anak dan rumah ya, sama2 hebat sih Karna kalo
ngerasain pas aku gak kerja di rumah, dan ngurusin anak tu begini ya,
ngurusin rumah gak segampang, dan gak teori aja.
: Apakah karier yang ibu dapatkan proses dari usaha ibuk sendiri atau
menunggu dari atasan?
: Kalo aku lebih menunggu panggilan dari atasan karena itu salah satu faktor
aku bisa jalan sampai aku lulus tes, sampai jadi kontrak officer, karena
panggilan dari atasan jadi kita tetap gak bisa kita jadi apa namanya harus tes
dulu, harus ada panggilan dari sdm dari atasan, kamu ikut ini yaa, jadi beliau
yang membimbing kami “kamu ikut ini mbak biar bisa punya jenjang karier
yang lebih bagus. Trus kalo dari diri sendiri sih dari minat dari diri sendiri
sih, karna ditanya kamu minat gak, Yaaa
: Mbak dekat gak sama atasan?
: Dekat maksudnya? Yaa dekatlah..Kan adakan dekat yang gimana gitu
kan..hahahaha
: Yaa dekat yang begitulah, yang proposional, menurut mbak berpengaruh
juga gak mbak?
: Adaaa
: Berapa lama waktu yang mbak butuhkan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan mbak?
: Tergantung sih , tergantung deadline jugaa, mungkin kalo aku tu
pekerjaannya lebih berhubungan dengan cabang tau kan aku divisi TI, divisi
TI kelompoknya kan ada beberapa, aku di operasional, operasional itu
155
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
berhubungan dengan cabang, kalo dengan cabang itu kan aku sebagai pihak
bantu cabang untuk misal ada cabang yang orang2 cabang nya kaya teller,
kayak cs, orang2 cabang yang minta support ke divisi ke kelompokku jadi
aku di pekerjaan itu, saya rasa ya pekerjaan itu harus selesai hari itu juga.
: Jadi sering lembur yaa mbakk
: Hmmmmm
: Sering bangett?
: Ini yaa, apa namanyaa, normal yaa kan bank tergantung, kayak teller, cs,
kalo misal ada selilisih semakin lama, semakin lama, semakin lama.
Normalnya yaa jam 10 baru pulang
: Berarti sering lembur pulang malam ya mbak
: Iyaa, seminggu bisa 2-3 kali, karna itukan piketan sama temanku..
: Jadi dalam seminggu itu bisa lembur trus dong?karna piketan..
: Hu umm hum iyaa
: Mbak itu kerjanya input dari cabang trs masukin lagi ya?
: Aku di divisi TI itu kayak ini, dari bank cabang itu selesai kayak teller itu
udah selesai gak ada selisih, sudah tutup cabang, baru kita kayak proses
yang artinya mem backup transaksi itu seharian.
: Waktu lembur itu dibayar ?
: Dibayar..
: Trus mbak,, apa ada niat untuk meningkatan karier
: Adaa
: Kenapa mbak?
: Meningkatin karier itu apa ya..kalo dari sisi gaji pasti naik,jelaslah karena
ketika gaji kita gede, tekanan juga gede, pasti resiko juga gede, juga
pengalaman juga sihh..
: Kira2 latar belakang pendidikan juga menjadi faktor penunjang gak mbak?
: Ohh iyaa, kalo s2 lebih masuk ke kepegawaian yang lebih berpengalaman,
kalo s1 fresh graduate itu kan mulai dari bawah, kalo s2 lebih ke pekerjaan
lebih tinggi gitu..
: Dinamika karier yang mbak alami apa aja?
: Ya pekerjaan sebagai penunjang karier iyaa, juga keluarga iyaa
: Bagaimana mbak menjalankan tugas2 yang diberikan perusahaan?
: Menjalankan sebaik mungkin, kalo gak bisa minta tlong sama teman, kan
gak musti sendiri, kalo gak bisa minta tlong ke teman, kadang ke senior,
pimpinan,, kalo gak tau pimpinan bantuin..
: Dari kerjaan mbak, dampak yang dirasakakan sama keluarga?
: Dari kerjaan buat keluarga? Negative atau positifnya nihh..?
: Yang mbak rasakan ajaaa
: Ada negatifnya juga sihh,,kan aku pulang malem, kan quality timenya
sama anak sama anak ya jauhh, kalo suami anak berkuarang ya karna
pulangnya malam kayak gitu , positifnya yaa pengalaman sama dapat uang
hahaha
: Trus mbak , anaknya umurnya berapa?
: 3 tahun..
: Tanggapan suami terhadap pekerjaan mbak gimana mbak?
156
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
: Yaa, pasti mendukung, kalo suami istri bekerja pasti terbantulah, lebih
terbantu, cuman kalo pulang malam, dia gak complain sih, tapi kasihan
karna cewek pulang malam , paling kayak gitu sih, cuman bilang kok pulang
malam sih. Tapi ya tetap dijalani, dinikmatin aja
: Anak pernah complain gak mbak?
: Anakk.. anak dah bisa complain
: Komplainnya gimana ya mbak?
: Ini umur berapa yaa, ini anak ku umur segini udah bisa complain… ini
belum 3 tahun udah kayak orang gede, dia bisa ngomong kayak gini,
ngomongnya gini,,
bunda kok kerja terus sih, gak usah kerja… lah trus siapa yang kerja ?
ayahhh
umur segini kok dah bisa yaa..
jadii yaaa gituu
: Suami sering kasih masukan gak mbak?
: Suami iyaa..pastinya,. apalagi kalo istri curhat yaa, masukan pasti iyaa yaa
dari kita curhat itu haha
:Berapa lama waktu yang mbak habiskan sama keluarga
: Berapa yaa, tidur termasuk iyaa nggak ? berapa lama yaa..seminggu yaa,
sama anak paling sampe rumah paling jam 7, jam 7 nanti nanti jam 9 dah
tidur, dua jam tu, sehari paling 2 jam sama anak,ka kalo pagi dah bangun
kalo sama suami sabtu minggu dong, berarti 2x24 jam, 2 jam kali 5, 10 jam
: Trus kalo weekend gmana mbak? Suami pulang?
: Suami tiap minggu pulang, naik kereta, dia kesini sabtu, kalo weekend
pasti pergi, pasti jalan2 tu, sebenarnya aku maunya di rumah, yaudah di
rumah istirahat gitu lo, kan baru kerja, kalo suami kan dia udah kerja
maunya disinikan jalan,jalann anaknya juga senengkan
; Kalo mbak kerja, anak gimana?
: Anak ada pembantunyaa..
: Trus kalo anak ada apa2 gimana mbak?
: Aku langsung pulang?
: Dari apanya dijinin mbak?
: Pasti Diijinin..kalo ada apa2 kan, pembantuku telfon, dia bilang ini anakya
panas, langsung dah yang termo, ini ini inii, kalo nanti emg masih panas
banget, aku langsung pulang, Alhamdulillah atasanku peduli banget sihh
tentang keluarga, apalagi aku cewekan aku disni, tapi kalo yang suamikan
masih ada ibuknya..
: Suami, LDR,pemindahan tugas gitu juga mbak di jakarta??
: Di Jakarta..Tadinya kan dia dulu di mirota bringharjo, skarang dia pindah
pns di Jakarta di dpatk
: Itu berapa tahun kira2 mbak?
: Disana tu, kontraknya 3 tahunn, tapi katanya kalo udah 3 tahun boleh di
mutasi katanya tapi tergantung keperluan dia..
: Gimana rasanya ldr mbak?
: Gak enakk..
: Berpengaruh mbak?
157
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
: Berpengaruh, kalo ditanya ldr tu gak enak, kan baru 1 tahun ini ya,
termasuk baru, mungki orang yg terbiasa LDR tu kan, mungkin biasalah,
karna aku dulu terbiasa bareng2, trus ini dia jauh emang gak enak, kayak
komunikasi berkurang, apa2 sendiri, suami apa2 gak bisa bantuin, bantunya
Cuma support dong, komunikasi.
: Ada konflik2 gtu gak mbak? Setelah suami pindah?
: Gak, malah lebih konflik kalo ada disini, wahh curhatt, ternyata kalo
ketemu disini setiap hari disni konflik tu lebih gede dari jauh2an, kalo
jauh2an tu mgkkin kalo ngomong lewat telfon, ngomong lewat wa, video
call mgkin gak bebas jadi kalo misalnya konflik atau apa itu ngobrolnya
lebih enak ngomongnya langsung, jadi kalo jauh2an ini konflik itu lebih
kecil karna kita gak ngomong langsung lwat hp, nanti ngomongnya pas
ketemu langsung, kebetulan tipe suamiku kyk gitu, kalo ngomong gak usah
di hape atau gak usah cerita disini, soalnya nanti salah tangkap bisa..kadang
suara dan kalimat kita bisa berbeda arti..
: Kalo ada pekerjaan mbak berbentrokan sama keluarga, prioritas mbak
yang mana mbak?
: Prioritasnya harusnya keluarga, harusnya, cuman kadang memang disini
kadang ada ngambill weekend sabtu-minggu ngambil tetap ada acara kantor
yang dituntu harus datang gitu loo
: Mbak sering stress gak mbak?
: Awal2 iyaa, trus lama2 nggak, aku gak nyangka kerja disni tu awalnya
kerjanya sampe malam, trus emang awal kalo kerja tu syaratnya2 gini gini,,
yaa iyaainn karna mau kerja, trus dijalanin sihh, awalnya stress sihh dan
juga capek, apalagi untuk perempuan, trs hamil lahirin, cuti trs masuk 2
bulan, kan 3 bulan kan maksimaln cutinya, trus masuk, yaa stressnya tu bagi
waktunya sih, antara menyusui trus perempuan pumping asi, pekerjaan,
balik rumah ngurus anak lagi gitu ajasihh ,skarang udah gak sih, anak dah
kerjaa… paling pulang malam juga ada pengaruh jugakan
:Mbak ada me time gak?
: Me time? Adaa.. adaa tapi gak banget2,
: Mba me time ngapain aja?
: Facial , hahha
: Ohh ke salon yaa..
: Map yaa main hp di toilet samil gitu itu udah me time gituu
: Kalo lelah, sering lelah?
: Kalo lelah iyaaa, pasti iyaa, tapi namanya juga orangtua punya anak, lelah
kalo sampai rumah lelahnya hilang, karna ada anak kecil yang ngalihin gitu
capeknya..
: Waktu tidur mbak gmana?
: Waktu tidur? Maksdunya cukup, atau ngaak atau begadang..
: Kan pulangnya malam, trus sampai rumah begadang lagi nggak?
: Kadang begadang,, yaa justru abis lahirin itu mesti begadang kalo anak
kecil bayi pasti ajak begadang kan,,bangun2 gantiin popok, minum susu,
tapi lama2 karna udah gede2 udah gak terlalu ajak begadang, paling ajak
begadang pas dia lagi rewel, pas dia lagi sakit, biasanya kita biasanya kerja,
158
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
malamnya dia rewel karna demam, kan biasanya kalo orang demam tu kan
nangis2 gitu, trus di malam hari tu lebih tinggi dari pada siang..
: Trus apakah pekerjaan sering mempengaruhi keluarga gk mbak?
: Hmmm kalo pas lembur aja sihhh,,kalo selain itu gak , karna emang jam
kerja itu dari jam setengah 8 itu sampai setengah 5 setelah itu kan waktunya
kita pulang yaudah Cuma pas lembur ajaa jadi makan waktunya itu..
: Trus mbakk, kalo acara kantor weekend itu di bank yang wajibin karyawan
datang mempengaruhi gak mbak?
: Ohh yaa mempengaruhi banget, kalo ldr gini kan, ketemunya Cuma sabtudoang, kalo di tambah acara kantor kan ngurangin kualiti timenya keluarga
jga sih
: Tapi kalo di bank emang sering ngadain acara2 gtu yaa mbak
: Sekarang2 ini lagi jarang sih..tapi kalo dulu iyaa sering , kalo disni dulu
yaa jalan sehat dulu, acaranya beda2 yaa,,kalo tahun ini apa, tahun depannya
apa kayak gitu sih..
: Setahun itu ada berapa kali mbak?
: Berapa yaa..2, 3 kali
: Gimana hubungan mbak dengan masyarakt sekitar?
: Masyarakat di rumahku?
: Iyaa mbakk
: Hmmm baikk..bersosialisasi baik, trus apa yaa..
: Ini rumahnya gimana mbak rumah lama atau gimana..
: Setelah menikah, baru ada, trus perumahan, mungkin kalo perumahan
sama rumah di apa ya namanya yg gak perumahan yang kayak di kampung
kayak gitu beda yaa, kalo perumahan itu induvidu, sendiri-sendiri trus tutup
pintu, sepi sepi sepi,cuman tergantung lingkungan masing-masing ya
seperti itu..tapi di lingkungan sih enak-enak aja, gak see,,mungkin
perumaha yang levelnya bagus-bagus kali, yang induvidu yang bener-bener
ketutup , yg secure banget, tapi kalo di perumahanku kan biasa-biasa aja,
sama kayak di kampong-kampung, orang2nya lebih terbuka, kayak saudara,
diperumahanku gitu sih, enak-enak ajaa..
: Sering ikut acara perumahan gak ya mbak?
: Iyaaa,ada
: Acara apa aja ya mbak??
: Arisan perumahan, kebetulan perumahanku itu satu RT ama kampung, jadi
ikut acara RT juga, ada juga gathering=gathering gitu,.
: Berarti mbak serumah bertiga?
: Serumah iyaa bertiga, kalo suamiku di Jakarta iya, aku sama anakku, sama
pembantuku..
: Setelah mbak kerja 8 tahun ini, ada perubahan terhadap diri mbak?
:Adaa, perubahannya semakin tuaa hahaha, kerja gak kerja semakin tua,
perubahannya mungkin lebih pengalaman, ilmu, trus lebih banyak
pengalaman terus yaa itu sihh
:Kendala karier gimana mbak?
159
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
:Menurutku, ga ada yaa, kayak tunggu waktu ajaa yaa, karna disini ada
aturannya kalo misal dari outsourcing, kontrak, trs jadi pegawai tetap, diliat
dari berapa tahun berapa tahun tergantung progressnya ajaa …
: Jadi udah delapan taun itu udah pengalaman kerja tapi kok belum dijadiin
pegawai tetap
:Jadi punyaku kayak tergantung ya, kan ada masuk langsung di bpd trus gak
lewat outsourcing, kalo aku kan dari outsourcning, beberapa tahun trus ada
kontrak adminstrasi jadi apa namanya memang sendiri-sendiri sihh kan
kalo disini memang langsung dari bpd memang selangkah lebih maju dari
outsourcing, outsourcing memang langsung dari outsourcing dulu, baru
masuk ke BPD kalo ini emang langusng masuk BPD jadi lebih lama masuk
di outsourcing dari pada BPD. Kalo di bpd kan punya aturan 3 tahun kontrak
baru jadi tetap ,aku baru aja kontrak di 3 tahun ini, tahun ini insyaallah tetap
:Aaminn, semoga bisa
: Aaminn, tapi harus tes dulu, sama aja hahahaa
: Mbak masuk outsource langsung di IT nya atau gimana mbak?
: Iya langsung IT, karna kan keperluan sendiri-sendiri sih
: Kira-kria perencanaan karier mbak tu sesuai gak dengan yang mbak
rencanakan?
: Hmmm sebenarnya gak sesuai, cuman memang lebih ke takdir aja memang
begini, maksdunya dalam arti harus ke outsourcing dulu, kan maksdnya ada
yang langsung ke bpd, maksdunya gini gak haruslah lewat outsourcing dulu
karna lewat outsourcing emang lebih lama jadi apa yaa kita benar-benar di
kontrak di bpd butuh waktu dan tahapnya memang seperti itu, kalo di bpd
kan memang tesnya jalurnya ikut di bpd ya gitu sih, cuman jadi lebih tau
pengalaman sih kalo outsourcing tu harus kayak gini, mungkin kalo dari bpd
kan oo ada yaa jalur outsourcing , kan orang gak tau kan kalo gak dijalanin
dulu
Trus perkemabangan karier mbak gimana?
Perkembangan kariernya, yaa kalo bagus apa nggak tergantung orang sih,
cuman ya menurutku berkembang, karena dari outsoucing sampai sekarang
ini butuh waktu butuh perjuangan..
:Kira mbak puas gak dengan pekerjaan mbak?
:Puass
: Indikator puasnya??
: Indikator puasnya, menyelesaikan pekerjaan itu dengan tepat waktu, gitu
aja sih
: Kalo dengan keluarga?
: Hmmmm kepuasan keluarga ngelihat ke pekerjaanku?
: Pekerjaan mbak itu trus mbak dengan keluarga tu kira-kira puas gak?
: Yaa puas,
: Kenapa mbak?
: Aaa, kalo dengan keluarga tu gini, kalo misal kita puas dengan pekerjaan
ototmatis kita bekerja dengan baik disini, disini ada penilaian kinerja
masing-masing pegawai, penilaian kinerja masing-masing pegawai itu diliat
dari pekerjaan kita itu selesai apa enggak kalo nilainya memang bagus
160
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
memang baik kayak gitu otomatis kita ibarat apa ya gak dapat teguran dan
diterusin disini, dan dari segi gaji pun kita penuh gitu lo, misal kalo
dibangun lebih baik kan bisa dikurangin, kalo kepuasan buat keluarga yaa
hmm dari gaji itu kita bisa ngasih ke keluraga beliin anak makan, kalo cewek
atau istri kan bisa beliin ini tanpa minta ke suami..
: Hmmm trus sikap terhadap peran ganda mbak sebagai wanita karier dan
ibu keluarga?
: Yaaa melakukannya sebaik mungkin, walaupun memang prioritas
otomatis ini yaa dari pada anak tapi ada saat dimana memang prioritasin
anak dari pada ini, sama aja sih di bolak balik, hmmm nyikapinnya selain
itu, sebisa mungkin apa yaa kan ada wanita karier bodo amat sama anaknya
dia lebih mementingkan kariernya, menamatkan pendidikan sampai s2
sampai s3 trus kadang anaknya gak keurus trus kadang ada juga yang
setelahkerja main sama temannya dan kadang ada kayak gitu kan anaknya
dibiarin ajalah bisa sama bapaknya sama neneknya bisa sama pembantunya
kan kayak gitu, aku nyikapinnya jgan sampai kayak gitu, gimana pun
caranya gimana biar balance
: Kebijakan perusahaan waktu cuti krang gak mbak?
: Iyaa kurangg, kuranglah pasti
:Dalam teori kurang , luar negeri malah 6 bulan
:Eh katanyaa,, eh dengar-dengar tapi dah lama banget , pemerintah ada
kayak mau rencana berapa taun nambah waktu cuti sama termasuk suami
yang katanya boleh dapat cuti istri melahrikan.. kan selama ini gak ada
aturannya kan..
: Tapi di perusahaan lain udah ada lo mbakk
: Dimana? Ohh iyaa yaa?, berapa lama?
: Sebulan..
: lumayan tu..kan kalo sekarang tergantung sih, ada perusahaan ada dapat
cuti istri melahirikan itu diluar cuti tahunan , cuti tahunan kan 12 kali, nah
diluar itu 5 kali,,klo sebulan bagus tu
:Kalo di bank BPD untuk pegawai laki-laki gimana mbak?
: Setauku gk adaa…
: Jadi atasan mbak tu mengerti dengan keadaan sdmnya mbak?
: Mengerti..
: Okee mbakkk,paling itu aja dari fajrin mbak..makasih mbak
Narasumber 3 : Buk Kristin 26/4/2019
Pekerjaan : Staf Audit
Lama bekerja : 18 tahun
Anak : 2
P
K
P
: Assalamualaikum buk, nama saya fajrin dari manajemen UII 15,
hari ini mau wawancara tentang work life balance wanita karier,
sebelumnya boleh memperkenalkan diri buk?
: Nama saya Kristin Basri, kerja di BPD DIY di bagian front liner
; Sekarang umur berapa buk?
161
K
P
K
P
K
P
k
p
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
: Usia sekarang 44
: Ohya buk, untuk sebelumnya kenapa ibu mau menjadi wanita
karier buk?
: Hehehe apa yaa mas, karna dari kecil sudah pengen kerja,,jadinya
yaa sudah pilihan..
; Jadi dalam diri ibu sendiri yaa buk?
: iyaa iyaaa
: Kalo dari keluarga ada dukungan gitu gak buk?
; Mungkin kalo dari keluarga ayah ibu dulu memang mengarahkan
memang bekerja, trus sekarang keluarga juga gak menuntut tapi
menerima saya bekerja..
: Dari umur berapa ibuk menjalani karier buk?
: dari usia berpa yaa, dari tahun 98, berarti umur 23
: Latar belakang ibuk dulu?
: s1
: Ibu langsung kerja di BPD ?
: nggak, sebelumnya tidak disni, sbelumnya di public Accounter,
disana dua tahun baru pindah kesini
: Di bank BPD ini dari tahun berapa ibuk bekerja?
: dari tahun 2000, berarti 19 tahun
: udah lama yaa bukk,,, berarti ibuk bekerja sekerang sebagai front
liner ya buk..
: iyaa
: Trus buk, ibuk dalam memaknai pekerjaan ibuk gimana ya buk?
; apaa yaa.. yang namanya bekerja itukan memang udah pilihan
saya, berarti saya harus
bekerja dengan baik, memberikan sumbangan apa kemampuan
saya di perusahaan
: bagaimana ibuk merintis karier dari awal
: dari awal maksudnya?
: bisa diceritain gak buk, dari awal ibuk bekerja di public
akuntan,.trus pindah ke bpd
: iya, saya public akuntan, trus saya selama berapa tahun yaa.. 3
tahun saya masuk menjadi account officer, kemudian ada tugas
rotasi menjadi auditor selama 7 tahun, kemudianpindah lagi
menjadi kontrol internal cabang itu selama 2010 – 2015 berarti
itu 5 tahun..kemudian pindah lagi menjadi penyelia pelayanan di
cabang wates itu 2 tahun, trus pindah lagi ke penyelia cabang
utama satu tahun..
: Trus tadi apa buk,, penyelia apa buk?
: Penyelia layananan,2 tahun di wates, 1 tahun di cabang utama
: Ohh ini tahun pertama..
: iyaa iyaaa
: Sebelumnya di wates semua buk?
: iyaa iyaa
: kira2 hal apa yang membuat ibu bisa seperti ini?
162
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
P
K
: hiyaa..yang pasti kita kerja di bank, banker itu yang harus kita
jaga itu integritas kita, disini tu godaan sangat banyak, kesempatan
itu sangat terbuka, tapi yang namanya integritas itu kita jaga, kita
harus apa yaa,,missal itu bukan milik kita yaa tidak kita ambil, kita
memberikan yang terbaik untuk perusahaan..
: Ini godaan apa yang dimaksud buk?
; hmm di bank itu kan kesempatan untk melakukan kecurangan itu
kan besar , kita tiap hari
melihat uang yang banyak itu kan menggoda, tapi itu kan bukan
prinsip hidup kita..
: Berarti menurut ibuk..
: Kejujuran dan integritas..iyaaa
: Berarti ibuk menjadi wanita karier bedasarakan keinginan diri
ibuk sendiri yaa..
: Iyaaa..iya
: trus ibuk apa yang ibu harapkan dari perusahaan?
: kalo perusahaan yaa,.paling nggak, bisa memberikan tempat
yang nyaman untuk bekerjaa..
: Menurut ibuk perusahaan udah memberikan hal tersebut?
: udahh… udahhh, kalo belumm udah keluar hehehehe
: faktor pendukung ibuk menjadi wanita karier apa yabuk?
: Faktor pendukungnyaa.. apa yaa… ya mungkin karna waktu kita
kecil itu karna dengan kondisi keterbatasan ekonomi kali yaa,, jadi
penginnya kita bisa lebih baik dari sebelumnya..
: Berarti faktornya dari diri sendiri yaa buk?
: Iyaa..
: Jadi menurut ibu, wanita karier itu seperti apa?
:Sebenarnya wanita karier itu sangat berat kalo sebenarnya
untuk…kalo yang saya rasakan saat ini..kalo sebelumnya2 sih
saya enjoy ajaa,, maksudnya tetap bekerja ya bekerjaa, sampai
malam yaa sampai malam..kita lalui karna itu udah pilihan kita,,
Cuman kalo untuk saat ini hee saya sudah merasakan ternayata
memang berat,, karena berat apa? Karena kita harus mencari yaa
bisa dibilang kita mencari penghasilan, bisa dibilang mencari
nafkah..gitukan meskipun itu nafkahnya buat siapa aja sih kita kan
juga gak tau, bisa buat diri sendiri..tapi jam kerjanya juga sudah
lama, dari pagi sampai sore sampai malam itu jugakan sudah
melelahkan, sampai rumah kan masih ngurus keluarga masih
harus mengurus rumah, itu yang terasa berat, mungkin idelanya
pada akhirnya saya menyadari idealnya wanita itu harusnya
mengurus rumah tangga, membesarkan dan mendidik anak..
: berarti berat yaa buk..
: beratt hehe tapi mau gimana lagi sudah pilihan..
: kalo pendapat ibu tentang ibu rumah tangga?
; kalo ibu rumah tangga itu yaa berat juga karena kalo wanita
karier itu kan bisa menambah penghasilan keluarga, kalo hanya di
163
P
K
P
keluarga hanya suami aja memang agak berat dan ibu rumah
tangga itu harus pintar memanage keuangan, harus pintar
memanage, yang pasti mendidik anak dan mendampingi keluarga
itu lebih apa yaa, lebih banyak, lebih terjamin kualitas kehidupan
keluarganya lebih terjamin, pendidikannya nanti anak-anaknya
lebih pintar lebih bagus yang pasti itu..
: trus ibuk apakah karier ibuk yang dapatkan ini adalah proses dari
ibu sendiri atau menunggu panggilan atasan?
: atau menunggu panggilan atasan?
P
: panggilan atasan..misal ibu pindah kesini atau naik ke jabatan ini
itu dari atasan atau..
: dari atasan..yaa maksudnya dari pada akhirnya dari atasan, tapi
untuk mencapai itu, itu akan ditentukan oleh diri kita
sendiri..bagaimana kualitas kerja kita tanggung jawa kita terhadap
pekerjaan itu, akhirnya yang akan mengarahkan menuju kesitu itu
ya hasil pekerjaan kita, usaha kita,pada akhirnya nanti atasan akan
melihat itu karena efek dari hasil pekerjaan kita..
: kira-kira ibuk dekat dengan atasan?
K
: dekat..
P
: kira-kira peran atasan ini berpengaruh gak buat ibu..
K
: yaa berpengaruh..
P
: berpengaruh gimana buk?
K
: yaaa yang namanya hubungan antar personal eee dalam bekerja
itu kan emang harus kita jaga, apa yaa.. yang pasti hubungan
memang harus baik iya kan.. kalo tidak baik menurut saya tidak
mendukung,, iya gak sih,,hahaha ya emang harus baik dengan
atasan dengan rekan kerja kita itu juga kerja sama juga harus baik
bagaimana nanti tujuan akhir yang mau dituju, tujuan perusahaan
tujuan unit kerja itu bisa dicapai dengan baik, kondusif gitu kan
: trus bu aa.. kira-kira ibu ada rencana mau ningkatin karier gak?
K
P
K
K
: kalo saya sih sebenarnya saya tidak terlalu beramibisi itu gak,
tidak ingin harus begini-begini begitu nggak, harus mencapai
dalam waktu berapa tahun harus mencapai posisi tertentu itu
nggak, yang pasti kalo saya dari diri kita memberikan hasil kerja
yang terbaik aja, untuk urusan hasil atau apa udah kita serahkan
sama yang diatas yang menentukan mungkin lewat atasan atau
manajemen itu aja..
: di awal gimana ibuk awal masuk bank bpd ibu bekerja sebagai
apa buk?
: Account Offcer..
P
: itu kontrak dulu ya bukk.
P
164
K
: kontrak duluu, kontrak 3 tahun, lalu diangkat jadi pegawai..
P
K
P
: habis itu diangkat jadi pegawai..3 tahun ya buk
:iyaa
: Menurut ibu itu peningkatan karier yaa buk..
K
P
: iyaaa
: ibu di bank BPD udah 18 tahun ya bukk, kira-kira Ibu merasa
ada spesialisasi pekerjaan gak buk?
: hmm 18 tahun.. spesialisasi sayaa,, hmm nggak juga, karena saya
awalnya di marketing, kemudian di auditor, kemudian di front
liner..
: nggak ada ya buk,, trus dari pekerjaan yang ibuk jalani ini
kendala yang ibu alami ini apa aja yaa buk.
: Kendala,. Apa ya mas? Yaa paling hehehe kalo ada kejadian2 di
luar kendali kita, maksudnya dari eksternal gitu, yang kita tidak
bisa menyelesaikan, di luar kendali kita, kontrol kita, tidak bisa,
akhirnya dapat mempengaruhi pelayanan kepada masyarakat, ada
kebijakan dari luar yang mempengaruhi berjalannya pelayanan ke
nasabah, bisa pemerintah, bisa kolega..
: Kalo kendala sama keluarga buk?
K
P
K
P
K
P
: kalo keluarga apa ya,, soalnya keluarga saya mendukung sih,
tidak terlalu bermasalah, sudah terkondisikan , tidak ada
keberatan-keberatan di dalam keluarga, Cuma mungkin hasilnya
di keluarga itu tidak terlalu bagus misalnya anak prestasinya
kurang bagus itu kan karena konsekuensi dari saya bekerja begitu..
: ibu bekerja dari jam berapa buk?
K
: saya bekerja jam 7
P
: jam 7 ? bukannya jam setengh 8
K
P
: setengah 8 harus siap di depan, kalo yang lain mungkin memang
teman2 yg lain jam setengah 8, kalo saya jam 7
: jam 7 sampai jam berapa buk?
K
: sampai jam 5
P
: berarti melewati waktu jam kerja yaa..
K
: 8 jam ya, iyyaa..
P
: ibuk sering lembur gak buk?
K
: Lembur? Sering
P
: dari seminggu, ehh sebulan berapa kali?
K
: 5 kali dalam sebulan, sedikit kan?
P
: Banyak hahaha, trus tanggapan suami gimana buk?
165
K
P
: ya gak papa, kan dari awal udah komitmen sama2 bisa jalan
bersama
: suami juga kerja buk?
K
: kerja..di sebuah BUMD
P
: berarti ibuk tinggal di..
K
; Di kulon progo, pengasihh..
P
: pernah konflik sama suami gak yaa buk?
K
: kalo konflik ya pernah..
P
: kalo konflik terhadap pekerjaan ibu.
K
: hmm gak, kalo masalah pekerjaan ngga…
P
: kalo ibuk lembur respon suami gimana?
K
: yaa gak papa, malah jemput jugaa…
P
: ibu lembur sampai jam berapa ?
K
P
: saya tu kalo lembur sampai pagi lo mas,..kalo akhir tahun bisa
sampai subuh, kalo akhir bulan itu misalnya saya sampai rumah
sampai jam 10, 11 malam, nanti jam 4 pagi saya berangkat ke
kantor lagi ada yang harus diselesaikan,,atau jam 1 malem
berangkat lagi juga pernah, yaa dijemput dianter juga..
: Kalo ibu pergi dianter?
K
: gak tentu, kadang berangkat sendiri, kadang kalo searah bareng..
P
: berarti kalo konflik dengan suami gak ada yaa buk..
K
P
: relatif tidak adaa,, ya yang kecil-kecil biasalah, sama teman aja
juga, tapi bisa diselesasikan.. kalo konflik mah, yaa urusan rumah,
bukan urusan kantor, kita selesai, tidak mencampuri karna sudah
sama-sama menyadari..
: berarti kalo untuk pekerjaan itu gak ada konflik yaa buk..
k
: hmm nggak..
P
: tapi suami pernah ngeluh gak dengan pekerjaan ibuk?
K
: nggak..nggak pernah hehehe
P
: kalo memberi masukan buk..
K
: nggak pernah,, tapi dikit-dikit mungkin adaa,, misalnya kalo saya
awal baru itu di dunia marketing itu gak terlalu menguasai trus
saya cerita, kalo suami agak tahu marketing gitu yaa,, yaudah
ajarin aja, ohh gituu ya, yaudah saling melengkapi,, gitu aja
hehehe
166
P
; ibuk , anak gimana buk?
K
: anak,, bisa menerima, karena sejak kecil sudah ditinggal gitu..
P
: anak ada berapa buk?
K
: 2, pertama SMA, kedua SMP, soalnya kalo kita aa otoh mas, kalo
harian ini emang full day, kalo libur yaudah waktu itu yaa buat
keluarga..
: trus buk, dari pekerjaan ibuk sering ibuk bawa ke rumah..
P
K
P
: kadang-kadang..tapi posisinya di rumah juga jarang, soalnya
saya sampai rumah juga udah malam, berangkat lagi juga udah
gak sempat juga nyelesein di rumah
: itu anak kalo dah malam gimana buk?
K
: hahaah udah terawat dengan sendirinya, gak papa , udah gede..
P
; Kalo waktu kecil gimana buk?
K
: Ada saudara..
P
: Anak pernah ada keluhan gak buk?
K
: nggak, anak saya itu waktu kecil malah kalo saya gak kerjai tu
malah disuruh ibuk kerja aja haahah kelainann yaa..kalo dibilang
: dampak ibu bekerja terhadap keluarga gimana buk?
P
K
P
: dampak ya.. kalo dari sisi ekonomi mungkin bisa menyangga,
tapi kalo dari sis kedekatan mungin bisa deket tapi gak bisa full,
gak bisa seharian bersama, bisa dialokasikan waktu di hari sabtu
dan minggu..
: Respon anak berarti mendukung yaa buk..
K
: mendukung, karena sudah terkondisikan
P
: Respon ibu sendiri terhadap anak..
K
: Terima kasih sudah mau mengerti..
P
P
: Misalnya ketika jadwal kerja ibuk berbentrokan dengan
keluarga, prioritas mana yang ibu dahulukan..
: Tergantung, kalo misal keluarga bisa ditunda, kadang-kadang
jadwal keluarga itu bisa ditunda, nah kepentingan kantor kita
dahulukan yang kantor, kadang keluarga pada saat hari libur itu
kan dia juga diajak ikut terlibat kegiatan di kantor juga tetap
diajak, tapi kalo misalnya dalam hal-hal pertemuan keluarga yang
penting dan harus itukan berarti yang kantor kita minta izin pun
juga bisa… mana yang kita cari mana yang penting..
: ibuk sering strees gak buk?
K
: nggak..
K
167
P
: Kalo lelah buk?
K
P
: yaa lelah itu dipakai buat istirahat..besok paginya udah nggak
lagi..
: Trus ibuk juga lembur, sabtu juga kerja gak buk?
K
: Kadang-kadang, mungkin 2 mingggu sekali..
P
: Trus ibu ada waktu untuk diri sendiri gak buk?
K
P
: me time ?hahaha Jarang, nah itu kelemahannya itu gak punya me
time
: Hubungan ibuk dengan masyarakat sekitar gimana?..
K
: Kurang…
P
: Kurangnya gimana ya buk?
K
: kurang deketnya,, kalo ada kegiatan di lingkungan rumah, saya
yang pasti gak bisa ikut, bisa ikutnya hari sabtu dan minggu,
misalnya ada kegiatan social yang harus dilakukan, ya akan saya
ganti misalnya hari senin-jumat, akan saya ganti pada hari sabtu,
yaa tapi masih tetap bisa kok paling saya ada kegitana sabtu
malam masih bisa..
: dari pekerjaan ini ada perubahan terhadap diri ibuk sendiri ?
P
K
P
K
: nggak ada, kalo di rumah malah sakit, pegel-pegel, kelamaan di
rumah itu pegel-pegel..iyaa mas, pekerjaan di rumah itu ternyata
lebih melelahkan,.
: Pekerjaan di rumah yang gimana ya buk?
P
: waduhh jelas banyak mas..ngurus rumah jadi prt di rumah
hahaha, iya kan.. iyakan harus bersihin rumah, harus cuci-cuci,
kalo asistennya gak datang, kalo libur lebaran lama kalo gitukan
pegel semua kan badan..
: Di rumah pake asisten buk?
K
: lahh iya mas , kalo nggak yaa capek, nggk kuat
P
P
: jadi buk, kalo urusan rumah di handle sama asisten rumah
tangga, jadi asisten rumah tangga tu kerjanya gimana ya buk..?
: yaa pekerjaanya ya , jemput anak saya sekolah, kadang-kadang
nganterin, kadang-kadang mamanya, yang pasti masak dan
bersih-bersih..
: Berarti satu rumah ya buk..
K
: Iya satu rumah..
P
: kalo anak cowok cewek ?
K
; Cowok Cewek..yang besar sma cowok..
K
168
P
P
; Trus buk, apakah perencanaan karier ibuk ni sesuai dengan yang
ibuk rencanakan,..
: Sesuai, saya kan gak menuntut terlalu tinggi, diserahkan
semuanya sama yang diatas, biar gak stress..
: Kira-kira ibuk puas dengan pekerjaan ibuk?
K
: Puas.
P
: Puasnya gimana buk?
K
P
: Puasnya gimana ya,, apa yang saya berikan itu udah sesuai
dengan imbalannya ke saya
: terhadap keluarga..? indikatornya..
K
: Indikatornya pake apa?
P
: yaa itu ida ibuk yang bisahehehe
K
: Puas juga karena keluarga di rumah juga gak masalah,, Cuma
tingkat ketidakpuasaan itu adalah saya tidak bisa memberikan,
mendampingi pertumbuhan anak-anak selalu tidak bisa
mendampingi, itu juga akan mempengaruhi juga sama
perkembangan anak..
: Misalnya gini buk, kan ibuk banyak mengorbankan waktu di
pekerjaan, waktu di rumah berkurang, ibu merasa puas, puasnya
indikatornya kayak apa.. apa yang dikasih perusahaan itu bisa
untuk keluarga atau apa..
: Iyaa, apa yaa,,hmm imbal hasil dari perusahaan itu masih bisa
untuk membuat apa yaa, kualitas hidup yang masih baik, yang
pasti minimal tuntutan secara ekonomi itu kesulitan-kesulitan
ekonomi itu tidak jadi masalah gitu, karena yang dicari
ekonominya,, kalo dari sisi bathin itu mungkin ya tida bisa 100 %
: Sikap ibu memahami dengan peran ganda ini buk??
K
P
K
P
K
P
K
P
: Menyerahkan semua pada diatas, peran saya banyak, ada yang
membantu dibelakang saya gitu maksudnya, ada peran-peran saya
yang harus ada supportingnya, ada yang membantu gitu..terus apa
lagi ya mas..haha
; saya gak tau buk, kan jawaban ibu jadi data saya hehe
; udah itu aja haha ya jadi energy saya itu bisa mencukupi,
memecah apa ya , tugas-tugas berbagai apa ya..berbagai lini,
mungkin butuh fokus disini itu bisa, misal anaknya pengen
diajarin belajar itu masih punya kekuatan, sudah tidak masak,
mungkin seperti itu.
: Mungkin segitu dari saya buk..
169
Narasumber 4 : Buk A’ang 15/4/2019
Pekerjaan
: Account Officer
Lama Bekerja : 9 tahun
Anak : 3
Lokasi Bank BPD DIY
P
Assalamualaikum bu, saya Fajrin dari manajemen UII angkatan 2015
di sini mau mewawancarai ibu mengenai work life balance, wanita
karir. Sebelumnya bisa dijelaskan bu biodata ibu?
A Waalaikumsalam. Baik perkenalkan nama saya Anggoro Wati. Saya
saat ini berusia 36 tahun. Kemudian, saya lulusan dari Teknologi
Industri Pertanian IPB di tahun 2005, S1. Kemudian 2005-2008 saya
berkarir di PT Lippo Bank Tbk. Kemudian di tahun 2010 saya masuk
di Bank BPD sampai dengan saat ini.
P
Oh iya bu, kira-kira dengan karir ibu, gimana peran orang tua
terhadap karir ibu?
A Baik, jadi memang kalau kita bicara tentang peran orang tua,
kebetulan kalau ibu sendiri, ibu saya sudah meninggal di usia 12
tahun waktu SMP kelas 1. Kemudian kalau dari bapak sendiri sangat
menunjang. Dalam artian memang beliau concern di masalah
pendidikan. Jadi memang sekolah merupakan yang utama
P Kenapa ibu mau menjadi wanita karir bu?
A Baik, jadi pilihan hidup untuk kemudian bisa berkarir, maksudnya
mempunyai pekerjaan di luar pekerjaan saya sebagai ibu rumah
tangga karena ingin mengembangkan potensi diri, kemudian
menambah pengetahuan, wawasan mengenai apa yang ada di lingkup
pekerjaan kita
P Berarti ibu menjalani karir dari umur berapa bu?
A Dari umur 25 itu saya 22 tahun. Jadi saya lulus di bulan Juni 2005,
17 Oktober saya masuk di Lippo
P Respon keluarga terhadap ibu yang menjadi wanita karir gimana bu?
A Baik, jadi pada saat saya memutuskan bekerja kebetulan saya
memang tinggal di rumah ibu mertua. Pada prinsipnya, dari keluarga
saya pribadi maupun suami maupun ibu mertua karena saya tinggal
di rumah ibu mertua sangat mendukung. Namun hal ini juga tidak
mengurangi tanggung jawab saya sebagai ibu. Jadi, saya tetep
berusaha bahwa di kantor maksimal begitu juga kualitas maupun
waktu yang saya sediakan untuk rumah. Seperti itu, jadi memang
saya sebisa mungkin di jam itu benar-benar efektif melakukan apa
yang bisa dalam hal ini karena saya maintanance nasabah kredit.
Kemudian setelah jam kerja saya juga fokus untuk mulai mengajari
anak-anak saya karena kebetulan sudah besar-besar. Jadi yang paling
besar sudah umur 11 tahun.
P Anak ibu ada berapa?
A 3, jadi 11 tahun, 5 tahun sama 3 tahun.
170
P
A
P
A
P
Terus kalau sekarang ibu bekerja sebagai apa bu?
Account Officer. Di bagian landing
Terus bagaimana ibu memaknai pekerjaan ibu?
Pada prinsipnya bekerja itu bagi saya apalagi di pekerjaan saya
sekarang itu saya seneng ya, karena banyak berhubungan dengan
pihak luar yang mana berganti-ganti jadi memang tingkat
kejenuhannya minim saya kira karena kita setiap hari ketemu dengan
orang berbeda-beda, dengan usia berbeda-beda kita maknai karakter
masing-masing orang berbeda-beda asik lah enjoy
Hal apa yang bisa membuat ibu mencapai jabatan ibu?
A Sebenarnya bukan jabatan ya karena saya di sini di landing ini kan
masih pelaksana juga jadi memang pada saat saya masuk saya
memang waktu itu jalur experience memang hanya ada di account
officer seperti itu
P Berarti ibu masuk langsung menjadi account officer?
A Dari account officer
P Awal ibu berkarir itu apakah ada keinginan dari diri sendiri atau
bagaimana bu?
A Pengen mandiri sih.
P Terus bagaimana bu ibu merintis karir dari awal bu?
A Pada awalnya pada saat bekerja di PT Bank Lippo waktu itu sebagai
tim operasional. Ya, waktu itu seneng karena ya bisa mandiri yang
sebelumnya kita dapet uang dari orang tua, kita bisa mengelola
keuangan kita sendiri lepas dari orang tua dan kita bisa apa namanya
ya menabung untuk diri sendiri bisa merencanakan apa yang kita
inginkan, seperti itu pada prinsipnya itu. Tapi memang pada saat
berada di PT Lippo Bank pada saat sebagai tim operasional saya
memang bercita-cita bisa di account officer atau landing. Karena,
saya melihat dinamika pekerjaannya lebih banyak
P Dinamika apa aja yang ibu alami bu?
A Jadi dinamika di sini saya maksutkan ya setiap hari kita bertemu
dengan orang yang berbeda-beda. Bidang usaha yang berbeda-beda,
kita bisa kita bisa menambah pengetahuan setiap harinya melalui
orang-orang.
P Terus yang ibu harapkan dari perusahan ibu?
A Baik, kalau saat ini ya terbentuknya suatu sistem apa ya, sistem
marketing yang global yang bisa saling menunjang baik itu peraturan
internal, sistem komitenya, maupun apa yang bisa kita berikan ke
nasabah. Lebih prioritas ke nasabah sih karena bagaimana pun juga
bank itu kan lembaga kepercayaan. Apa yang membuat nasabah
nyaman itu akan berimpact kepada kita sebagai bank.
P Kalau untuk pegawainya sendiri?
A Ya kita fasilitas sudah ada ya seperti itu. Jadi ya, saya kira cukup.
Cuma untuk internal kita ya lebih bisa memahami pasar yang mana
sekarang dunianya dunia digital juga.
P Faktor apa yang mendukung ibu menjadi wanita karir bu?
171
A Ya saya merasa bahwa saya memiliki potensi untuk berdiri di dua
kaki baik itu di rumah maupun di pekerjaan. Maksudnya, saya merasa
memiliki kapasitas untuk itu. Kalau memang saya kewalahan ya
mungkin saya akan memilih di salah satu prioritas tapi sampai saat
ini kondisinya masih baik-baik saja. Rumah bisa jalan, dan kita di
kantor juga bisa maksimal
P Kalau menurut ibu wanita karir itu seperti apa bu?
A Wanita karir seharusnya tetep bisa fokus keluarga. Karena
bagaimanapun bekerja itu sebenernya tujuan akhir kita untuk
kebahagiaan keluarga jadi sebisa mungkin kita memaknainya dengan
bekerja maksimal di kantor dengan tidak melupakan keluarga.
P Terus kalau tanggapan ibu tentang ibu rumah tangga?
A Ibu rumah tangga juga sangat hebat sih menurut saya karena
sebenarnya pekerjaan di rumah itu jauh lebih detail, jauh lebih banyak
dan lebih rinci dan itu memerlukan ya kalau menurut saya
kemantapan stabilitas emosi dan sosial. Karena bagaimanapun juga
kita yang sudah sekolah pengennya dari pihak keluarga kan juga kita
juga berkarir seperti itu tapi kalau ada yang memutuskan sebagai ibu
rumah tangga saya juga mengacungi 2 jempol karena memang
sebenarnya pekerjaan kita di kantor itu tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan pekerjaan ibu rumah tangga.
P Dengan karir ibu seperti ini apakah dengan usaha ibu sendiri ini atau
menunggu dari atasan bu?
A Untuk apa ini
P Yang ibu menjabat sebagai account officer ini apakah dari usaha
yang ibu lakukan sendiri atau tiba-tiba ada panggilan dari atasan
A Pastinya saling menunjang, karena saya pun juga ibaratnya untuk
mencari untuk mengusulkan itu juga memerlukan orang lain juga
seperti terkait untuk proses komitenya, untuk pemutusnya. Karena
kan posisi account officer itu kan kita mencari nasabah kemudian
mengusulkan kreditnya, menilai anjungannya yang kemudian semua
itu tidak lepas dari pihak lain juga.
P Berarti ibu dari 2010-2019 in itetap menjadi account officer bu?
Tidak ada rotasinya?
A Sebenarnya sudah pernah rotasi, jadi saya 2010-2016 saya di cabang
Senopati kemudian dari Maret 2016 sampai sekarang saya di cabang
utama.
P Tapi strukturnya sama bu?
A Dengan posisi masih sama
P Kalau menurut ibu, ibu dekat dengan atasan tidak bu?
A ya memang deket, karena kita kan setiap ada ketemu nasabah ada
kendala apapun selalu kita sampaikan. Ya memang harus deket
supaya kita tahu juga sebenarnya apa sih yang diinginkan terus
pengetahuannya bagaimana yang kita belum tahu itu kan kadangkadang atasan itu kan jam terbangnya lebih tinggi ya jadi kita lebih
sering sharing sebenernya.
172
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
Terus menurut ibu ada pengaruh nggak atasan itu terhadap karir
ibu?
Tentunya ada, karena bagaimanapun juga usulan kredit itu kan harus
melewati atasan.
Adalagi gak power lainnya buk?
Power lainnya mungkin juga memberikan pemahaman mengenai
bidang usaha nasabah yang kadang kita sendiri gak terlalu tau,
kemudian atasan memberikan arahan harusnya gini-gini, presentasee
dan sebagainya kemudian apa yang harus dilakukan di supervisi
Jam kerja disini dari jam berapa sampai jam berapa ya buk?
setengah 8 sampai setengah 5
Sering Overtime gak buk?
Overtime? Beberapa kali, tapi gak terlalu sering, tergantung kitaa
prioritas pekerjaan dengan nasabah, kalo nasabah minta cepat kita
juga cepat, intinya kenyamanan nasabah itu prioritas
Itu dari nasabah minta cepat itu yang bikin lembur?
iyaa, bukan hanya minta cepat tapi juga kita juga memikirkan
mengenai teknis gimana suatu kredit itu bisa terealisasi misalnya kita
cari, bukan kita ngetik, bukan kita ngecek ulang, tapi kita juga
memikirkan tim yang ada di belakang kita yang untuk realisasinya..
Dari hal tersebut yang membuat ibu sering di kantor?
Aaa Kadang-kadang..
Kadang-kadangnya dalam sebulan berapa kali buk?
Seminggu tu yaa dua kali..
Dari ibu sendiri ada niat meningkatkan karier gak buk?
Pastinya Adaa
Kenapa ya buk?
Baik, aaaa Untuk lebih memiliki pengetahun mengenai hal lain, jadi
memang saya pribadi pada saat saya berkarier di opam itu saya
memang ingin mengetahui tentang administrasi kredit, mengenai
legalitas bagaimana legalitas hukum nasabah itu sehingga kredit ini
dijamin aman dan lain sebagainya, ya pasti ada hal lain yang ingin
kita pelajarilah, peningkatan karier ini yang saya maksudkan ingin
mempelajari hal yang lebih banyak jadi yang bisa membuat nyaman
nasabah namun membuat posisi bank juga baik..
Bagaimana ibu menjalankan tugas yang diberikan perusahaan..
Menjalankan tugas, dengan memaintenance nasabah kemudian
mencari kredit baru, kalo stuck itu menjadi evaluasi buat kita,
dijadikan pelajaran , kita coba maintenance nasabah lain, karna di sini
prinsip landing memang mengolah dana nasabah menjadi kredit yang
mana memberikan pendapatan bagi bank.
Dengan pekerjaan yang ibu jalani, kira-kria kendala yang ibu alami
apa aja buk?
Kendala mungkin, yaa itu pengetahuan di bidang legal itu ya tetap
saya pelajari, karena nasabah bukan cuma perorangan tapi juga PT
atau badan hukum juga memiliki ketentutan berdasarkan UU yang
173
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
berlaku, jadi kita juga update sih..dan kalo ada nasabah dengan
karakter yang unik kita juga harus mengikuti, jadi yang namnya orang
hal yang lumrah lah..
Ohh ya buk , ketika ibuk bekerja dampak terhadap keluarga gimana
ya buk?
Pastinya waktu untuk anak di siang hari berkurang, tapi itu saya
antisipasi dengan yang pertama sekolahnya dekat jadi tinggal jalan
kaki, trus kedua adanya bis antar jemput sehingga kewajiban saya
dalam menjemput sudah tergantikan , jadi tinggal di komunikasikan
aja..
Tanggapan suami gimana buk?
Tanggapan suami sampai saat ini sangat mendukung, kemudian ada
suatu masalah pun kita masih ada waktu buat sharing, untk anak-anak
kalo gak ada hal-hal khusus juga gak ada keluhan dari suami, misal
hal khusus anak demam, buk anak demam tolong pulang on –time..
Kalo suami juga kerja buk?
Kerjaa jugaa
Dimana yaa buk?
Di RSUD Bantul..
Kalo di rumah yang pulang duluan siapa ya buk?
Kadang saya kadang suami, karena dalam 1 minggu itu ada 3 kali
suami pulang jam 9, saya berusaha ketika suami saya pulang malam
saya berusaha tepat waktu, nanti kalo suami sore sudah pulang, nanti
saya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda..
Konflik-konflik dengan suami ada gak buk?
Ga adaa, paling saya lebih kearah pada saat manajemen katakanlah
ada tawaran untuk peningkatan karier seperti satu dua bulan yang lalu
saya sharing apakah saya harus mengikuti peningkatan karier di
bidang A,B atau C nanti dari situ suami memberikan gambaran, dari
gambaran itu relatif kearah kenyamanan kita sekeluarga..kalo disni
nanti efek tempat, efek pekerjaan lain dan sebagainya..
Kira-kira keluarga mempengaruhi pekerjaan ibuk gak?
Sangaatt..
Contohnya gimana bu??
Bagi saya pribadi pada saat bekerja itu adakalanya kita merasa di titik
jenuh dengan mengingat anak-anak dengan mengingat keluarga kan
kita jadi semangat, yaa tetap semangatlah, kita tau kan apa yang kita
cari,, ya saya berusaha untuk paling tidak sedikit memberikan contoh
bahwa dalam bekerja kita harus maksimal..walaupun di rumah kita
harus menghandle juga
Maksud disini ituu, misalnya ada anak sakit trs ibuk lagi bekerja trus
tiba-tiba ibu memberhentikan pekerjaan tapi langsung ngurus
keluarga gitu buk..
Baik, jadi pasti hal itu ada, gak mungkin gak, tapi alhandulillah suami
saya dokter jadi pada saat anak saya sakit, kita untuk obat kemudian
penanganan di rumah insya allah sudah ada. Jadi relatif kalo anak
174
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
sakit yaa kita diobati, yaa kalo sudah 3 hari kita juga cek lab, itu sudah
jadi tradisi di kami, mungkin suatu ketika memang itu diperlukan
kadang saya pulang di jam kerja juga bias, tapi itu sangat
jarang..setahun sekali mungkin..karena kalo anak sakit udah di
handle suami..
Trus suami kerja, ibuk kerja, trus anak gimana??
Jadi, memang kita prioritas pada tumbuh kembangnya, dalam artian
pada saat dia kurang umur dari dua tahun kami tahu kebutuhannya
sebatas makan dan hygenitas, memang ada ibu mertua yang
memonitor tapi kita pakai baby sitter, tetap kita pakai baby sitter, dan
kemudian usia lepas diatas dua tahun kita prefer mencarikan sekolah
yang secara pondasi agamanya kuat, kemudian tempatnya juga baik,
ada anatar jemputnya..
Ketiga-tiganya sekolah..
Iyaa dua tahun sudah day care semua..
Tanggapan anak terhadap ibuk gimana buk?
Baik, tanggapan anak terhadap ibuknya, karena dari kecil saya sudah
bekerja saya rasa mereka memahami pada saat kita berangkat pakai
seragam, itu bahwa ibu saya bekerja, trus nanti saya sudah pulang
mereka juga gak mau lepas, kalo untuk alur pekerjaan mereka relatif
sudah paham, namun apabila kalo mereka sakit atau apa memang
mereka lebih manja. Tapi prinsip kalo saya lihat sebenarnya semua
anakanya pengennya ditemani ayah ibunya, katakkanlah Cuma sabtu
minggu gitu kelihatan senang sekali, nanti kalo senin mulai repot lagi,
karena sebelumnya mereka sama ayah dan ibunya, tapi prinsipnya
kalo kita menanyakan saat ini, mungkin akan senang kalo ibunya ada
di rumah..
Tapi anak pernah ngeluh gak buk?
Gak jugaa sih, tapi ada suatu ngomen yang mereka kadang-kadang
bilang kalo hari sabtu , saya bonceng naik motor gitu, selesai naik
motor mereka pasti bilang, Uti aku tadi seharian sama ibuk lo,.aku
sekolah sama ibuk lo, dari sana saya dapat gambaran bahwa
sebenarnya si anak ini pada saat sekolah pengen dianter dan dijemput
itu, tapi bagi kami prioritas bahwa si anak harus mengerti juga
kebutuhan kita sebagai orangtua bekerja bahwa kita sebgai orang tua
bekerja bukan hanya untuk menyenangkan diri sendiri mereka juga
membutuhkan pengembangan diri yang mana bisa membuat mereka
memiliki pengetahuan di luar lingkungan dan sebagainya.
Berarti kalo di rincikan berapa lama waktu yang ibu butuhkan untuk
keluarga..?
Mungkin efektif 3 jam 4 jam..kan ada waktu tidur..
Kalo lingkungan kerja ibuk gimana?
Kalo lingkungan kerja baik, kondusif, jadi saling menunjang
walaupun sering ngojek gitu, maksudnya itu gak serius, relatif enak
sih..
Sering ngojek maksudnya?
175
A Misalnya diluar ketemu nasabah siapa, trus di kantor kita tanya, tadi
tu ketemu nasabah gini-gini dengan karakter gini-gini, nanti yang
nimpalin, nanti gini mbak akan seperti ini, kita banyak sharing, kita
ketemu di jam sore-sore gini lo..
P Misal kalo pekerjaan ibu berbentrokan dengan keluarga, yang mama
ibu prioritaskan?
A Baik, selama itu terjadwal saya ambil cuti, kalo memang ada acara
keluarga yang memang saya harus datang, mengantar ibuk misalnya
ke luar kota, saya akan ambil cuti..kalo pun missal mendadak kalo
sakit, ada ijin, jadi kadang kebetulan kalo ijin bisa 3 sampai 4 kali,
tapi kalo gk ada krusial saya tetap ngantor..
P Jadi sesuai kondisi yaacbuk
A Jadi sebenarnya dengan adanya cuti dan izin sudah banyak membantu
sih..
P Sering mengalami lelah dan stresss gak buk?
A Kalo lelah yaaa pas masa menstruasi mungkin yaa, jadi ditinggal
tidur.. kalo stress karena saya orangnya extrovert, relatif kalo ada
kendala apapun langusng konsultasikan, pasti saya bilang a,b,c,d
solusinya gimana mas apa saya harus ke a, b, atau c, saya lebih baik
saya omongkan dari pada pendem sendiri..
P Ibu pernah me time gak bu?
A Pernah, paling nyalon, senam, senam, senam kadang seminggu
sekali, nyanyi kalo pas ada kebutuhan..
P Nyanyi?? Karaoke..?
A Bukan,,jadi kalo ada kebutuhan, kalo misalnya di bpd ada acara donor
darah yang mana pegawai yang bisa nyanyi gitukan
persiapan,,persiapan dong, kalo gak kita malu di depan, kemudian
senam, kalo senam seminggu sekali, kalo nyanyi pas ada keluarga
resepsi kita persiapkan,,.
P Kalo ibuk dengan masyarakat sekitar gimana buk?
A Iyaa, itu yang agak kurang,jadi di lingkungan sekitar kami kan
banyak arisan RT, RW trus ada arisan sarpelem atau dibawah mangga
yaa kalo di indonesiakan namanya sorlem kadang-kadang yang
mewakili saya untuk hal-hal seperti itu ibu mertua saya..kadang
memang, kalo saya di rumah saya benar-benar fokus untuk anak, jadi
arisan-arisan seperti itu mertua saya
P Trus komunikasi dengan suami gimana buk?
A Gak ada masalah sih..
P Dengan kerjaan yang ibu jalani ini kira-kira ada perubahan gak
terhadap ibu sendiri?
A Apaa yaa..karena saya menjalaninya senang, apa ya perubahannya,
mungkin tambah dewasa karena banyak mengenal karakter orang,
tambah ilmu pengetahuan sehingga apa yang kita butuhkan itu
sebenarnya ada di orang lain yaa, jadi kita lebih bisa untuk memilih,
bisa untuk memfilter hal-hal yang kita butuhkan sih..jadi katakanlah
di rumah anak saya ada dokter sekolah atau kebutuhan les yang
176
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
P
A
sebenarnya itu bisa diatasi atau diambil dari lingkungan saya bekerja,
katakanlah anak saya membutuhkan les taekwondo saya akana ambil
dari kemahasiswaan UIN karena UIN kebetulan nasabah kita, karena
saya bekerja itu kan saya mengenal beberapa orang yang ada di
instansi, relatif banyak terstatus dengan untuk masalah pendidikan
anak..
Perkembagan karier ibuk gimana buk?
Perkembagan karier saya, jadi kalo untuk perkembagan karier kita
sebenarnya udah ada job desc ya,tapi relaitf kalo saya pribadi
sebenarnya masalah karier kita menyerhakan ke sdm yaa , saya
berusaha memberikan yang terbaik, kemudian mengembangkan
potensi, kemudian jangan sampai jenuh juga karena bagaimana pun
juga kita juga memaintenance orang yang mana orang itu juga
melihat bank sesuatu yang tetap bisa dicurhati, tetap bisa melayani ,
jadi ya seperti itu, jadi saya memelihara diri untuk tetap fresh..
Kalo ibuk sudah jadi pegawai tetap?
Sudah..
Langsung atau gimana buk?
2010 kontrak 2 tahun, kemudian diperpanjang setahun, kemudian
pegawai tetap 2013..
Kira-kira perencanaan karier ibuk sesuai dengan yang ibu rencakan?
Nahh, itu yang saya belum mengetahu jalan dan cara untuk
katakanlah promosi ini seperti itu ya, saya belum tahu, cuman sudah
ada peningkatan kalo kita sudah ada beberapa tes mengenai hal itu,
tapi cuman belum ada pngumumannya
Tapi ibu ikut?
Ikut, karena memang secara pangkat dan masa kerja udah boleh ..
Emang kalo untuk strategi berapa lama kerja?
Kemarin itu ada , assessment untuk jabatan plk 1 masa bekerja diatas
5 tahun, kalo untuk perencanaan karier saya belum bisa kasih tau
lebih lanjut karena dari awal saya masuk sampai sekarang saya masih
di posisi yang sama..
Aa ibu udah kerja, kira-kira ibuk udah puas gak buk?
Pastinya puas, saya merasa di setiap tahap kehidupan saya, saya
sudah memberikan yang terbaik dan bukan apa yang saya dapatkan
lebih dari yang saya berikan, jadi relatif, bagi saya kalo kerja gak ada
komplen nasabah udah cukup, dan kalo anak-anak pada saat tigatiganya sekolah itu, bagi saya Alhamdulillah sudah, maksudnya
mereka sudah bisa sehat, bisa sekolah, bagi saya sudah cukup..
Menurutmu ibu udah puas ya?
iyaa walaupun nanti di tahap selanjutnya saya ada katakanlah
keinginan lagi, tapi ya tu pada saat hal kecil seperti itu saya sudah
merupakan anugrah mungkin seperti itu..
Berarti ibu udah puas yaa buk?
Ho oo. Sudah baik, sudah cukup, untuk tahap ini udah di titik
maksimal..
177
P Dari ibu peran ganda ibu sendiri gimana buk?
A Sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga, adakalanya capek tapi
bagi saya pribadi yaa puas mungkin yaa, mungkin tidak bisa 100 %
menghandle anak, tapi paling tidak pada saat apa namanya dalam
koridor yang tidak penghauatan, saya kira sudah baik, saya hanya
ingin meingingkan bahwa suatu saat nanti anak-anak saya pasti bukan
hanya ibunya di rumah tapi juga memahami kenapa ibunya harus
mengembangkan diri di luar mungkin seperti itu, tapi relatif saya
terbantu ibu mertua di rumah..ada assiten juga iya
P Ohh yaa buk, kalo ibu hamil dulu cuti berapa lama bu?
A 1 bulan sebelum sama 2 bulan sesudah, sebenarnya asi itu 6 bulan,
tapi relatif dengan metode saat ini bisa meras asi, bisa simpan asi,
karena saya juga kepikiran maksudnya 3 bulan dirumah tu sebenarya
nasabah-nasabah gak bisa ditinggal juga, kita jgua harus tetap akitf..
P Kalo dari saya sudah ibu udah sih buu,, paling itu aja bu,, makasih
sebelumnya bu..
Narasumber 5 : Buk Nina 4/5/2019
Pekerjaan
: Pimpinan Cabang
Lama Bekerja : 17 tahun
Anak : 2
Lokasi Bank X
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
: Assalamualaikum buk, saya fajrin fauzi akmal, saya dari
manajemen fe uii angkatan 2015, disini mau mewawancarai work
life balance wanita karier yang berkeluarga, sebelumhya buk boleh
memperkenalkan diri buk?
: Nama saya nina
: Oh yaa buk maksudnya nama, umur buk?
: Umur saya 40 tahun..
: 40 tahunn yaa buk..
: yaaa..
: Oh yaa bukk, kenapa ibu mau jadi wanita karier ?
: hee karena menurut saya wanita karier itu adalah pekerjaan yang
paling tidak kita bisa membantu suami yaa..bisa menambah-nambah
keuangan keluarga dan sepanjang pekerjaan ini bisa saya lakukuan
di kota yang sama dengan kota dimana keluarga saya tinggal
sehingga saya ketemu sama anak saya ketemu suami saya setiap
harinya, yaa gak masalah sih dan suami saya juga mengizinkan..
: Trus dari umu berapa jadi wanita karier buk?
: Umur 23 tahun,,
: ohh 23 tahun yaa buk
: Jadi udah lama kerja disini udah lama, udah sekitar ehh empat,, eh
dari umur 23, 23 ke empat puluh berapa yaa.. 17 tahun
: Ibu langsung di bank X ini gak buk?
178
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
: iyaaa…
: Berarti ndak ada kerja di tempat sebelumnya..
: Sebenarnya ada, di bank lain, Cuma sebentar dalam hitungan
bulan..trus habis itu saya langsung kesini
: Trus respon keluarga terhadap ibuk jadi wanita karier gimana buk?
: suami saya mendukung, anak-anak saya sih Alhamdulillah juga
ndak ada masalah, mungkin udah biasa ya sama ibuknya pulang agak
malaman itu yaa mereka masih maklum, dan saya akan berhenti
waktu yang saya pakai untuk bekerja di hari sabtu dan minggu
karena sabtu minggu kan kami libur jadi saya akan ganti kuality
timenya di hari sabtu minggu, sama kalo malam dah pulang masih
bisa ngobrol sama anak-anak gak papa Alhamdulillah mereka
senang sihh enjoy gitu
: Trus kalo peran oramgtua gmana buk?
: orang tua saya? Setuju gak papa…
: Trus sekarang ibuk sekarang bekerja sebagai apa buk?
: kalo saya sebagai pimpinan cabang
: Bisa diceritain gak buk hal apa yang membuat ibu bisa mencapai
ini..
: maksudnya gmana?
: kan sekarang ibu sudah menjadi pimpinan cabang kan buk seperti
yang ibu bilang tadu, kira2 kalo ditelisik ke belakang lagi, kira2 hal
apa sih yang ternyata ibu bisa sampai di posisi ini
: Itu rezeki mas,,gak da sesuatu yang lakukan sehingga effort khusus
yang saya lakukan untuk bisa menjabat sepertisekarang ini, saya gak
punya banyak itu, saya ngalir aja seperti air, artinya yang penting
saya bekerja sebaik mungkin berprestasi dalam bekerja sebaik
mungkin, hati-hati, dan kalo menurut saya sih lebih ke rezeki yaa,
itu udah rezeki dari Allah ke saya, Alhamdulillah jadi gak ada trik
khusus kiat khusus supaya saya menduduki itu gak ada,,jadi saya
tipenya saya tu kerja gak harus sekian tahun saya harus menjabat ini,
sekian tahun, gak pernah saya target
: Berarti ini dari usaha atau prestasi ibuk yaa buk..
: iya semoga yaa, tapi yang jelas saya bekerja pengen bekerja sebaik
mungkin,, ya kalo di perusahaan kami yang pertama tu harus jujur,
punya loyalitas tingggi, benar-benar kita berikan yang terbaik untuk
peruhasaan ini dan alahmdulillah sih dapat rewardnya artinya
reward dalam tanda kutip yaa, artinya memang apa yang saya
lakukan itu Alhamdulillah dihargai oleh manajemen sebagai suatu
prestasi sehingga bisa sampai dengan kali ini..
: selama ibuk bekerja disini ada prestasi gak buk?
: Prestasi saya sendiri atau cabang?
:untuk ibu sendiri dulu.. trus cabang
179
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
: kalo untuk saya sih, kebetulan kalo saya nggk sih gk prestasi
khusus , karena di Bank X ini prestasi khusus itu lebih ke budaya
yaa..jadi ada award tertentu dimana penghargaannya itu lebih ke
budaya, jadi seseorang sudah melakukan budaya kerja yang baik nah
itu akan dapat reward tapi itu juga melalui semacam tahap seleksi
khusus gitu ya tapi saya bukan tipe yang se detail itu sih, jadi saya
memang gak situ, saya yang penting kerja sebaik mungkin aja,sebaik
mungkin semuanya dapat berjalan lancar yaudah itu aja, jadi saya
ndak pernah pengen untuk menuju ke situ yang khusus harus
beprestasi di bidang itu, itu gak, jadi penghargaannya kalo disini,gak
dinilai apaya,, jadi disini cukup pake key person inducation yaa mas ,
jadi nggak yang prestasi seseorang benar-benar dinilai secara pribadi
trus kemudian dikasih reward, itu gak sperti itu, jadi ada suatu
seleksi khusus yang memang itu tu lebih kayak berminat test itu kalo
nggak pun nggak…
: Kalo ibu buk ?
: saya enggak, saya memang kurang berminat ke situ, jadi saya gak
pernah nyoba, dan memang belum pernah sampai sekarang gak
pernah nyoba yaa saya gak pernah dapat apreisasi itu,, jadi gak
otomatis..
: berarti itu untuk penilaian untuk diri sendiri yaa buk?
: jadi misalnya kek gini, contohnya, saya sebagai pimipinan cabang
itu saya sudah bikin prestasi apa.. misal tarohlah saya bisa
menerapkan budaya-budaya di bank saya itu, di anak buah, nanti
apilkiasinya seperti apa buktinya by data seperti apa nah itu harus
dibuktikan semua, itu ikut seleksi, jadi kita daftar ikut seleksi nanti
baru setelah itu dinyatakan berhasil nah itu nanti ada penghargaan
untuk ke pribadi saya, kalo penghargaan pribadi yaa , tapi kalo
penghargaan untuk cabang ada sih kayak misalnya penghargaan
tabungan yang supreme, tabungan dan giro yang bagus itu ada
beberapa, tapi untuk cabang saya ..
: oh berarti untk cabang ibukk yaa
: Yaa,,bukan untuk pribadi saya sendiri, jadi kalo di bank X ini untuk
penghargaan pribadi itu lebih kek tadi ikut seleksi, yang gak
langsung otomatis semua orang itu akan dinilai oleh manajemen dan
nantinya akan mengahasilkan prestasi kayak anak sekolah itu
enggak, jadi memang kita harus ikut seleksi nah kalo kita gak ikut
seleksi yaa otomatis gak aka nada pengharagaan secara pribadi..
; okee buk, trus ibuk dalam memaknai pekerjaan ibu gimana?
: gimana memaknani maksudnya?
: yaa kalo saya bekerja itu kek begini lo.. saya bekerja itu untuk apa
yaa..
: coba kasih contoh, misal fajrin ..
180
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
: kalo misalnya, saya barista, itu saya bekerja untuk forum belajar
saya untuk meningkatkan skill,, kalo ibuk mungkin ada alasan
tersendiri mgkin dalam memamknai pekerjaan …
: hmm kalo saya tujuan saya kerja disini, ee gak tau ya saya liat kerja
dsini tu enak, orangya juga rapi, tapi itu di awal, tapi di perjalanan
waktu yang saya ambil hikmahnya itu yang menurut saya paling jadi
tujuan utama saya itu yang penting kita bisa banyak silaturrahmi
sama orang, kan ketemu dengan banyak orang, kita silaturrahim
orang lain, kita berikan layanan yang terbaik, berarti kita sudah beri
pelayanan yang terbaik, insya allah nasabahnya senang, nasabahnya
berkenan, itu sudah menyenangkan hati orang lain, karena bank ini
banyak banget pegawainya, dimana kita biasa interaksi dengan
pegawai-pegawai di seluruh jogja, jadi menjalin silaturrahim yang
baik sesama pegawai, jadi lebih kesitu ke silaturrahim, senanglah
ketemu banyak orang dengan berbagai tipe, jadi kita bisa banyak
belajar lahh, ohh orang itu ada yang A dan B dan bagaimana caranya
kita menyikapi ketika kita bertemu dengan orang yang tipekalnya
seperti ini adakalanya tipe yang lain, seperti apa kita harus masuk ke
dalamnya, dan tanpa membuat rasa kaku itu tidak nyaman, banyak
belajar dari situ , jadi alhamdulillah dari situ jadi terlatih sehingga
ketemu orang di jalan, kira-kira ni maksudnya bagaimana kita cepet,
karena kayak terlatih tadi karena setiap harinya kita ketemu banyak
orang, hikmahnya gitu, saya sih seneng banget, karena menurut saya
hal yang paling menyenangkan dalam pekerjaan saya itu, disamping
hal lain, lebih ke umum ya , kita belajar manajerial, kita belajar
marketing, itu gak menjadi fokus utama yang membuat saya, apa
ya..yang menjadi makna pekerjaan saya yang utama bukan itu, tapi
ke yang tadi, jadi bisa menjalin hubungan dengan baik dengan
banyak orang dengan tipe yang berbeda-beda.. ituu .. hmm
: trus buk..bisa jelasin gak buk gimana ibuk merintis karier?
: Ohh saya masuk tahun 99, saya pernah jadi teller, pernah di cs, trus
pernah di back office, trus jadi pimpinan cabang
: Ohh dari back office langsung jadi pimpinan cabang..
: iyaa
: butuh waktu 17 tahun itu, dari 17 tahun ibuk berakrier, kira-kira ibu
merasa ada spesialiasi pekerjaan gak buk?
: maksudnya gimana?
: maksudnya saya terampil disini, atau..
: Ohhh,, harus bisa semua kalo disini mas, jadi kalo spesifikasi, eh
tapi saya cenderung ke servis yaa, tapi disini tu harus bisa servis,
bisa bisnis, harus lengkap semua..
: ohh gitu diantara semuanya…
: lebih srekk yang mana? Lebih ke Servis kalo saya, bisnis harus
wajib bisa, kita harus emang ada target yang harus kita capai, kita
tutup gap, tapi jiwa saya kalo itu ditanya saya lebih senang
meberikan servis..
181
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
: Servis yang gimana buk?
: Servis yang terbaik..kita memperlakukan nasabah itu seperti saya
memperlakukan diri saya sendiri, artinya apa.. ketika saya misal
datang ke suatu tempat saya mau beli sesuatu, ketemu orang,
orangnya tu cemberut orang nya gak cherfull, pasti kita gak nyaman,
saya gak mau diperlakukan seperti itu, makanya saya pengen
memperlakukan orang lain, nasabah saya, tamu saya itu juga sebaik
yang saya harapkan, jadi memberikan yang terbaik untuk nasabah
supaya nyaman, paling tidak merasa percaya dan nyaman itu dah jadi
modal yaa.. karena walaupun besok ditunggu sama dengan bunga
yang tinggi, di suatu bank mungkin ada reward yang banyak, tapi
kalo pelayanannya gak bagus nasabah merasa gak percaya merasa
gak nyaman pasti akan pindah ke yang lebih cenderung yang percaya
dan nyaman terhadap pegawainya jadikan paling tidak kalo udah
percaya dan nyaman itu ini yaaa..
: trus faktor yang mendukung ibu jadi wanita karier apa ya buk?
: Keluarga..
: tok, atau ada yang lain? kenapa keluarga buk?
: karena keluarga saya sudah rela saya tinggal dari pagi sampai
malam, itu kan sangat mendukung berarti yaa,,saya tinggal training
lama karena kalo mau promosi harus training ,,kek gitu gitu,, nah itu
yaa mereka sangat mendukung jadi ya Alhamdulillah sih aktor yang
paling utama yang paling besar sih dari keluarga..
: jadi wanita karier itu seperti apa buk?
: itu versi saya atau apa,, versi saya ? idealnya seperti apa?
Harusnya?
: Bukan, dari ibuknya sendiri,.
: wanita karier itu wanita yang bekerja gak hanya sekedar bekerja
yaa, idelanya sih yang bisa meraih berprestasi dimana prestasi itu
bisa membawa karier yang terbaik gitu, gak harus muluk-muluk
sih ,, yang penting yaa bekerja dengan baik supaya bisa berprestasi
dan pasti hasil mengikuti yaa, insya allah bisa menjabat di karier
yang terbaik..
: tanggapan Ibu tentang rumah tangga?
: ibu rumah tangga bagus banget..ibu rumah tangga itu SK nya dari
gusti Allah, itu luar biasa, kalo saya bukan tipe orang yang harus
bekerja atau menjadi ibu rumah tangga itu sesuatu yang mungin apa
yaa kayak kuli, menurut saya dua-duanya bagus..itu pilihan sih kita
mau pilih yang mana mau jadi wanita karier atau ibu rumah tangga
itu menrut saya dua-duanya prestasi, yang penitng kalo saya karna
kita sama-sama kaum muslim ya mas..apa sih kewajiban seorang ibu
yang pertama untuk suami dan anak-anak, jangan sampai kita
berkarier tapi kita justru melupakan suami dan anak-anak,
naudzubillahminzalik, kalo ibu rumah tangga bisa full, full ke anakanak dan suami, mulia banget menurut saya..
182
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
:trus apakah karier yang ibu dapatkan ini adalah proses dari usaha
ibu sendiri atau menunggu panggilan dari atasan?
: hmmm Usaha pasti, usaha artinya bekerja sebaik mungkin karna
kami masing-masing pada penilaian pribadi yaa penilaian kinerja
cabang, maupun penilain kinerja secara pribadi dan itu setiap
setahun sekali di review nanti akan ada peniliaian, penilaian itu yang
akan menentukan seseorang itu bisa eee.. diangkat jadi potensi untuk
bisa promosi atau tidak, jadi bisa berkembang untuk diusulkan ke
promosi jabatan atau tidak hmmm jadi disamping saya harus bekerja
sebaik mungkin saya tunjukan prestasi saya agar supaya unit yang
jadi tanggung jawab saya itu mendapatkan hasil yang terbaik
sehingga itu jadi salah satu acuan data yang menunjukan saya
berhasil atau tidak dalam memenuhi target dari manajemen kalo itu
bagus insya allah kan akan mengikuti hasilnya kepada penilaian
pribadi dalam artian kalo penilaian pribadinya bagus bisa
dipromosikan, jadi perannya ketika saya sekarang ini menjadi
pimpinan cabang saya juga punya atasan, atasan saya yang akan
menilai saya, saya layak atau tidak dipromosikan
: Trus gimana kedekatan ibu dengan atasan?
: dengan atasan hubungan kami baik secara personal dekat,
kemudian kalo untuk hal pekerjaan juga intens ada koordinasi antara
kami dengan atasan..
: Peran atasan terhadap karier ibuk gimana ya buk?
: hmm pastinya membimbing yaa, mengarahakan, kan kalo di bank
itu kan ada target yang harus dipenuhi bagaimana caranya kita bisa
memenuhi target pasti ada peran dari atasan untuk mengarahakan,
memberikan strategi harusnya seperti apa, walaupun saya sendiri
wajib punya strategi cuman kan orang itu kan gak bisa sempurna
apa-apa dikerjakan sendiri pasti ada peran atasan untuk
mengarahkan saya ketika mungkin gap yang harus tutup itu masih
kurang saya harus apa strateginya bagaimana itu atasan sangat
mengarahakan, selain atasan juga anak buah itu, jadi teman-teman
saya di cabang ini itu kalo cuman saya yang jalani gak mungkin,
peran mereka sangat besar , jadi benar-benar teamwork lah,
teamwork yang baik..
: trus kalo di bank ini, kira-kira latar belakang pendidikan itu
mempengaruhi untuk menduduki tertentu gak buk?
: Hmmm sepertinya iya sih..
: kalo misal dari s1 mungkin dari awal, kalo lebih dari s1 gimana buk
kayaks2, atau s3
: ohh kalo itu nggak, jadi aaa kalo untuk jabatan tertentu untuk s2
kayak gitu nggk ada..
: misalnya saya dari s2, ketika saya daftar apakah saya dari awal
lagi..
183
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
P
: Tergantung, mas fajrin daftarnya di program apa..jadi walaupun itu
s1 atau s2 tapi tergantung..jadi ada program yang jalur cepat kayak
akabrinya ada juga yang jalur biasa nah kalo mas fajrin misal s2 tapi
mas fajrin daftar di jalur biasa maka mulai dari bawah, tapi kalo mas
fajrin lulus di jalur cepat mas fajrin bisa menduduki jabatan yang
lebih tinggi..
: Jadi jalur cepat ini, s1 maupun s2 gak masalah..
: iyaa gak masalah, gak terlalu detil , tapi kalo d3 harus dari awal
lagi..
: dari pekerjaan yang telah ibu jalani kira-kira ada perubahan
terhadap diri sendiri gak buk?
: Saya berusaha untuk tidak berubah karena pekerjaan artinya
berubah yang tidak baik ya..mungkin kalo berubah yang lebih baik
ya mungkin bisa belajar sabar, karena menghadapi banyak orang
dimana orang itu punya tipe yang berbeda-beda, karena kita tidak
bisa memaksa nasabah, nasabah itu harus kita perlakukan sebaik
mungkin, kalo ada nasabah yang komplain atau marah harus kita
bantu penyelesainnya, jadi yaa itu lebih banyak belajar bersabar,
sama mungkin lebih apa ya,, karena disini teman-teman saya banyak
anak muda jadi mau gak mau harus tau nih seperti apa kaum
millennial seperti apa harus update untuk sitem juga, mungkin
walaupun usia saya udah 40 tahun tapi saya gak boleh gaptek jadi
harus bener-bener mengikuti perkembangan, karena produk bank
juga pun kaitan nya sama it sama gadget, sama sosmed pasti ada
ya,,jadi bener-bener update ke situ ..
: Disini waktu kerjanya sampai jam berapa ya buk?
: Disini 8 jam, jam setengah 8 sampai jam setengah 5
: Ibu sendiri sering overtime gak ya buk?
: Overtime ya pasti ada sih, artinya aa kalo teman2 disini jam
setengah 5 udah selesai, Cuma tergantung dari pekerjaan juga ya,
kadang ada yang lembur mana mungkin pas waktu penggajian dan
lain2 , itu hal biasa sihh..
: kalo ibuk sendirii?
: saya juga harus menyelesaikan pekerjaan, saya kan orangnya gak
suka pending, jadi saya selesaikan nanti kalo dah selesai baru saya
pulang, nanti sampai di rumah itu fokusnya ke keluarga.
: itu lemburnya sampai jam berapa ya buk?
: paling sampai jam 6..
: sampai malam pernah gak buk?
: yaa pernah tapi kondisi tertentu, artinya gak jadi rutinitas, yaa
rutinnya jam 6
: dalam sebulan tu kira2 berapa kali ya buk??
: yaa hampir,, itungan ontime itu jarang sih mas, ya hampir setiap
harinya pulang jam 6
: kalo pulang sampai malam gitu buk?
184
N
P
N
P
: jarang sih mas, itu paling akhir sebulan, sebulan 2 kali maksimal,
kalo ada rapat, eh kalo ada rapat seminggu sekali pasti itu, kalo rapat
sampai malam, ya trus nanti akhir bulan, udah itu ajaa
: kalo boleh tau buk, suami juga kerja buk?
: aaa pegawai negeri..
: kalo di rumah yang paling cepat duluan dating ibuk atau suami buk?
N
P
N
P
: haaa,,saya, ehh suami duluannn hahaha
: anak ibuk ada berapa?
: ada dua,..
: yang paling besar umur berapa?
N
: Hmm SMA, sama SD
P
: kalo boleh tau umurnya buk?
N
: 17 sama 11
P
N
: ibuk kan sering pulangnya agak maleman, itu anak pernah
complain gak ya buk??
: yaa pernahh..
P
: komplainnya seperti apa yaa buk?
N
: Kok pulangnya malam, kan mungkin masih bisa main sama anakanak , saya pulang anak-anak udah tidur gitu, besok paginya nanya
kok semalam pulangnya malam , yaa tapi komplainnya sih gak yang
complain sampai anak saya merasa apaa,, yang hot complain gak ada
sih,.yaa komplen biasa sih anak-anak gitu..
: respon ibu terhadap komplen anak gimana buk?
P
N
P
N
P
N
P
N
P
: yaa minta maaf lah, minta maaf karena sudah telat pulangnya, tapi
saya kasih pengertian kalo saya itu telat pulang karena ada pekerjaan
di kantor yang harus diselelesaikan, jadi dari situ lama-lama lebih
setelah mereka dewasa ya lebih bisa mengerti
: kalo sama suami ada konflik gak buk?
: gak ada, karena suami saya mendukung
: ibu sering stress gak buk?
: pastilah ada tekanan dalam pekerjaan itu, apalagi zaman sekarang
ya persaingan ketat di dunia perbankan, ya kalo dibilang mau dibikin
sering tergantung kita menyikapi, kalo saya sih lebih baik kita hadapi
ajaa, kalo kita bikin stress nanti jadi sakit, dibikin enjoy ajaa
: ibu merasa sering lelah?
:Yaa pastii, yaa capek aja dipakai untuk mikir sehari-hari, dipakai
untuk fisik dan pikiran dipakai yaa, gitu,, ya biasa sih mas hehehe
: ibuk dengan lingkungan sosial, sama masyarakat sekitar?
185
N
p
N
P
N
P
N
P
N
: Kurang, karena yaa itu tadi, karena kegiatan di lingkungan saya itu
kegaiatannya biasanya sebelum maghrib, kalo saya pulang setelah
maghrib, jadi emang kurang , artian kurang dekat dalam
bersosialisasi kayak arisan kaya gitu-gitu gak bisa, tapi kalo sabtu
minggu ya saya usahakan saya datang, paling tidak kalo ketemu kalo
misal ketemu kita usahain bagaimana caranya ngobrol, jadi tetap
hubungan baik, cuman kurang dalam bersosialisasi gitu, artinya
dalam acara tertentu kayak arisan, kayak pertemuan di kampung,
pertemuan di perumahan saya agak jarang, bisa dikatakan jarang..
: Kalo boleh tau, dampak pekerjaan ibuk ini apa ya buk?
: maksudnya??
: ibu sebagai wanita karier terhadap anak, keluarga?
: Alhamdulillah sih baik-baik aja, dampak baik, cuman saya sendiri
yang kadang merasa kurang waktunya, sangat kurang untuk keluarga
saya yang merasa itu, tapi sebenarnya sih mungkin keluarga saya
tidak terlalu menuntut itu, alhamdulilah sih, suami, anak-anak dan
orangtua saya mengerti gitu ya, tapi dari sisi saya sendiri yang saya
kepengen punya lebih banyak waktu untu keluarga
: kalo untuk Pekerjaan rumah sendiri ibuk menggunakan assiten
rumah tangga atau..
: Asissten rumah tangga dipakai cuman bersih-bersih, nyuci, setrikan
itu cuman semimggu tiga kali..
: berarti ibu sempat ngurus rumah ya buk? Masak?
P
: iyaa, masak yaa sebisanya, saya sih lebih quality time saya , saya
pakai untuk jalan sama anak-anak, ngobrol dari hati ke hati dengan
mereka, karena anak-anak saya mungkin gak menuuntut ibuknya
harus masak, kan ada yang gak kalo dimasakin ibuknya gak mau ,
anak saya bukan tipe yang seperti tu, mereka lebih menikmati kalo
bisa ngobrol, jalan, dekat ama saya, karena kebutuhan anak saya
seperti itu yaa saya penuhi sesuai dengan kebutuhan mereka..
: Jadi anak sudah mengerti dengan keadaan ibuk?
N
P
: iyaa Alhamdulillah
: trus komunikasi dengan keluarga gimana buk?
N
: gak ada kendala, baik2 aja, lancar2 aja,.
P
: Bisa diceritain gak buk , dalam satu hari pulang jam 6, pulang ke
rumah trus rutinitas kegiatannya ngapain aja buk,,?
: sampai rumah yaa, pastinya bersih2 ya, mandi dan lain-lain, trus
ngobrol sama anak-anak yaa insya allah sih, shalat jamaah, trus
ngoborol yang cenderung ya kita tanya tadi mereka ngapain, yang
kecil tadi ngapain, yang besar ngapain, ceritanya apa, ada masalah
sama sekolahnya, teman2 nya kayak apa, yaa kayak gitu sama suami
juga ngobrol tadi gimana di kantor, yaa lebih kayak gitu sambal
N
186
P
N
P
N
P
N
bercandaan, kalo kami sih Alhamdulillah sih baiti jannati yaa mas
jadi gak terlalu harus pergi kemana untuk bisa merasa senang jadi
udah kumpul sama keluarga di rumah , ngobrol-ngobrol, itu udah
senang banget jadi gak harus ke suatu tempat tertentu untuk
refreshing itu nggak, paling makan kuilneran ya sambal ngobrolngobrol di rumah, kumpul-kumpul udah senang
: kalo anak sekolah ibuk yang nganter gimana buk?
: kalo dulu iyaa, tapi kalo sekarang ini kantor kan beda arah ama
sekolah anak, sama bapaknya..
: kalo boleh tau buk, diantara gaji ibuk sama suami mana yang lebih
besar buk?
: kalo gaji pokok suami saya sama saya, lebih gedean saya..cuman
suami saya punya pendapat lain yang ditotal suami gede
dibandingkan saya..
: jadi gak mempermasalahkan buk?
N
: dulu awal mulanya lebih gedean saya, tapi seiring dengan prestasi
suami Alhamdulillah ada tunjangan-tunjangan lain yaa yang itu
didapatkan suami saya sudah menjabat posisi tertentu nah itu
akhirnya posisi suami lebih gede gajinya, sebenarnya masalah itu
kami gak pernah mempermasalahkan, iyaa uang didapatkan hasil
dari suami saya maupun saya, itu yang kita pakai bersama, jad siapa
yang gedean itu kita gak mempermasalahkan..
: kalo waktu dengan keluarga dipakai ngobrol gitu ya buk, ngobrol,
jalan-jalan..
: iyaa…
P
: kalo pekerjaan ibu sendiri ibu merasa puas gak yaa buk?
N
P
N
: hmmm ya ada kalanya kita kurang puas untuk pekerjaan itu kan
kita masih punya gap yang harus kita tutup, ada sesuatu yang harus
kita selesaikan tapi itu belum terselesaikan yang kayak gitu gitu yaa,
apsti ada ganjalan yaa, tapi ketika itu sudah kita lalui, kita tutuup
gapnya, kita lalui kita selesaikan permasalahnnya, gak gantung
sampai sekarang..
: jadi puas yaa buk? Indikatornya gimana?
: maksudnya gimana?
P
: Puas gak ibuk dengan pekerjaan ibu dengan kehidupan di rumah?
N
: yang di rumah saya belumm, karena saya belum merasa maksimal,
karena waktu saya masih banyak terbuang di pekerjaan..
: trus langkah ibuk dalam mengetahui hal tersebut?
P
P
N
: Apaa yaa, untuk saat ini, saya berusaha untuk kalo saya sudah
pulang dari kantor saya tukar dengan quality time, sisa-sisa quality
time yang sehari-hari, tapi kalo sabtu dan minggu dengan mereka,
187
P
N
supaya paling tidak saya itu bisa apa yaa, berusalah untuk
memberikan yang terbaik di sisa waktu pulang dari kantor, hari sabtu
& minggu walaupun nanti harus bekerja lagi tapi ada dalam1 minggu
itu ada waktu yang benar-benar full untuk keluarga ya sementara
masih itu karena kaitan nya kalo masih bekerja ya mau gak mau
menaati jam kerja, yaa nyenengin anak nyenengin suami ketika
punya waktu kita maksimalkan, nyenengin orangtua juga..
: kalo ibu nyenengin anak dan suami gimana buk?
P
: Jalan-jalan, kuliner, kalo di rumah yaa ngobrol-ngobrol dari hati ke
hati, ada masalah apa di sekolah, ada masalah apa di kantor,
Alhamdulillah kalo gak ada masalah apa-apa, paling tidak itu saling
memperhatikan , ada komunikasi, saling memperhatikan satu sama
lain, saling support yaa ituu..
: ibu ada waktu untuk diri sendir gak buk?
N
: saya gak pernah waktu untuk mikirin diri saya sendiri mas..
P
: hihihihii
N
: benerann, karena saya punya pikiran gini mas, ketikasaya umur
mungkin orang mikirin me time itu mulai SMA, SMP ya..SMA
sampai kuliah sampai saya dengan bekerja tapi belum berkeluarga
itu saya udah banyak banget dikasih Allah waktu untuk me time,
ketika saya udah punya anak yaa gak ada lagi waktu buat me time,
waktu saya buat keluarga saya..udah bedalah dulu sama sekarang,
jadi saya pun gak merasa tertarik untuk pengen me time, karena pun
saya punya waktu untuk refreshing untuk me time saya harus
libatkan keluarga, misal kalo pengen ke salon sama anak cewek saya,
kalo pengen nonton harus sama keluarga, jadi tetap harus melibatkan
keluarga, gak yang kita jalan sendiri, atau hang out sama temanteman itu saya merasa bersalah..jadi kebahagiaan saya sama
keluarga..jadi saya gak mikirin misal hang out sama teman-teman,
kalo refreshing yaa sama keluarga..
: Kalo sama partner kerja disini lancar buk?
P
N
: lancer, Alhamdulillah, Alhamdulillah hubungannya baik, disini ada
teller, ada cs ,ada teman-teman lainnya, ada unit bisnis juga ada juga
satu hubungannya baik, dan saya pengen disini seperti keluarga dan
saya disini dipercaya sebagai pimpinan cabang saya akan berusaha
menempatkan diri saya sebagai orang tua, orangtua yang bisa
menuntun teman-teman, saya bombing, kalo ada kurang benar yaa
diarahkan, kalo misal didiorong untuk berprestasi, yaa seperti saya
memperlakukan anak saya, karena seperti itukan teman-teman
enjoy, kalo enjoy kan produktif, kalo mereka disuruh mereka akan
semangat gitu, dan kita harus jadi role model, saya bukan tipe orang
yang hanya bisa suruh artinya saya akan nyuruh dengan ini,,ee bukan
188
P
N
P
N
P
N
P
N
P
N
dengan mulut, saya tipe oramg yang ingin memberi contoh ke
teman-teman itu saya juga melakukan, kalo Cuma suruh banyak ya
mass, tapi kalo kita juga melakukan misal saya suruh teller jual iniini sementara saya tidak melakukan, ya mereka akan bilang ibuk aja
nggak cuman bisa nyuruh banyak orang yang bisa nyuruh,. Tapi
ketika saya jualan dan saya nyuruh anak-anak teller otomatis mereka
akan segan ohh yaa ibuknya juga jualan juga, berarti kita harus
semangat..dan disini juga ada life balance artinya tidak cuman
mengurusi pekerjaan tapi juga harus ada kegiatan yang buat life
balance contohnya kayak makan bersama di hari tertentu, nanti ada
pengajian kayak gitu..
: itu tu keputusan ibuk sendiri atau ..
: kalo saya biasanya saya floor kan ke teman-teman, mau nggak gini
atau ada usulan teman-teman ya gak papa, bukan dari cuman saya
sendiri
: Berarti yang ibu kerjain ini bukan peraturan dari bank nya atau ibu
sendiri..
: Itu diserahin, kalo itu udah kayak otonomi, jadi setiap cabang
berhak untuk mengatur kegiatan apapun yang artinya positif itu
boleh ajaa
: Ibu ada kendala pekerjaan gak buk?
: Alhamdulillah, pasti ada yaa artinya kendala yang bukan kendala
trus mandut jadi kendala, jadi artinya kendala yang insya allah bisa
diselesaikan..
: Kalo boleh kendala apa aja yaa buk..
: yaa kita kerja itu ada faktor nasabah kurang puas dengan layanan,
apa yaa, permasalahan di transaksi perbankan, tapi kendalanya
bukan dari saya sihh tapi dari nasabah tapi harus saya selesaikan
kayak gitu, tapi ada sihh gak mungkin semua lancar mulus kan gak
mungkin, tapi Alhamdulillah sih bisa diselesaikan.. hmhmh
: Bagaimana ibuk menyikapi peran ganda yang ibu jalankan?
: hmm bisa untuk supaya adil, supaya adil artinya ya konsekuensi
saya sebagai wanita karier harus saya jalankan, saya harus patuhi
aturannya, tetap harus jalan sebaik mungkin, tapi peran utama saya
kan bukan sebagai wanita karier, dunia nyata saya sebagai ibu, nah
itu harus saya utamakan, tanpa gimana caranya bisa mengutamakan
keluarga tanpa merugikan kantor tapi juga bisa memberikan yang
terbaik untuk kantor tapi tidak melupakan fungsi saya sebagai ibuk,
jadi harus seimbang.. yaitu saya berusaha tapi kadang kan orang itu
keterbatasan waktu adalah harus mau gimana lagi orang itu kerjaan
kantor libur-libur harus datang ke kantor , itu dah jadi konsekuensi
sih, dan itu alhamdulillah dari suami dan anak-anak gak merasa
menjadi gangguan, tapi saya berusaha untuk selalu seimbang,
189
P
N
keluarga nomor satu tapi karena masih bekerja di bank ini yaa saya
kan berikan yang terbaik untuk bank ini..
: Ohyaa buk, paling ituu ajaa makasih banyak bu udah
menyempatkan waktunya untuk wawancara..
: Okee sama-sama mass..
Narasumber Pendukung Buk Ani : Ibtiah (06/7/19, 08.00)
Status : Asisten Rumah Tangga
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
: Assalaamualaikum mbak, saya fajrin dari FE UII angkatan 2015,
disini saya mau mewawancarai mbak sebagai narasumber
pendukung dari Mbak Ani, ohh ya mbak, bisa memperkenalkan diri
terlebih dahulu mbak?
: Namanya Ibtiah..
: Ibtiah sebagai apai?
: Asister, eh baby sitter..
: oh ya mbak, kalo di rumah kerjaan mbak gimana ya mbak??
: jagain anak, bersihin rumah sama jagain rumah..
: Trus kalo mbak Ani bekerja, trus anak gmana mbak?
: Sama aku, trus jagain, ajak main..
: Kalo mbak Ani ni sering pulang jam berapa ya mbak?
: ibuk pulang jam 7an, kadang juga pagi..
: Kalo ibuk di rumah, ibuknya ngapain mbak?
: Mungkin juga ajak main sama anaknya..
: Ibuk sering keliatan stress gak mbak?
: Nggak,, karena ada anaknya soalnya jadi gak stress, capeknya
hilang..
: Trus kalo hubungan dengan ibuk dengan suami gimana mbak?
: baikkk
: Kalo komunikasinya mbak??
: baik..sering videocallan bertiga ama anaknya,,suaminya jauh..
: hubungan ibu sama anaknya gimana mbak?
: Baik,, yaa mereka sering bercanda, lari-larian, main-mainan
: Kalo untuk anaknya sendiri sering komplain gak mbak, kalo
ibunya gak di rumah?
: Komplen, apaa, mau jemput bunda gitu, mau sama bunda gitu..
: Kalo anaknya rewel gimana mbak?
: Aku ajak selimbur, main, ajak main keluar, bercanda gitu biar dia
lupa..
: Ibunya sering hubungin orang di rumah gak mbak?
: Sering.. apa telfonan, videocallan..
: ohyaa mbak, paling gitu aja mbak wawancaranya makasih mbak..
Narasumber Pendukung Buk Kristin : pak Didif (06/7/19, 10.00)
Status : Suami narasumber
190
P
D
P
D
P
D
P
D
P
D
P
D
P
D
P
D
: Assalaamualaikum mbak, saya fajrin dari FE UII angkatan 2015,
disini saya mau mewawancarai bapak sebagai narasumber
pendukung dari buk Kristin, bisa memperkenalkan diri terlebih
dahulu pak?
: Njeh,,nama saya Didif Sasala saya suami dari buk Kristin, sama
bekerja juga
: Sekarang bapak bekerja dimana ya pak?
: Sekarang saya bekerja di PT Selo Adikarto kulon progo, saat ini
saya menjabat sebagai kepala bagian teknis yang dimana
perusahaan ini bergerak dalam bidang konstruski khususnya
pengaspalan jalan raya.
: Bapak sebagai suami dari ibuk Kristin, apak bapak mendukung
karier yang dimiliki buk Kristin?
: saya pada prinsipnya mendukung apa yang diinginkan istri saya,
saya tidak masalah, selama tidak meninggalkan kewajibannya
sebagai ibu rumah tangga..
: Menurut bapak gimana waktu ibuk bekerja di bank pak?
: Memang untuk pekerjaan di bank memang waktunya sangat
menyita perhatian khususnya waktu untuk keluarga, karena harus
pagi-pagi jam 6 pagi sampai jam 6 sore baru pulang, tapi demikian
tidak masalah karean saat ini kan komunikasi kita sangat mudah ya
karena sudah ada video call dan sebagainya sudah ada media sosial
dan sebagainya, jadi tidak masalah.
: Apakah ibu sering stress gak pak?
: yaa stressnya masih dalam batas kewajaran, artinya pekerjaannya
berat, tapi jarang sekali, artinya kita bekerja tu kita nikmati aja apa
adanya sesuai dengan apa yang sesuai dengan kemampuan kita
segitu ya mau gimana lagi, tekanan itu bisa kita manajemen dengan
baik lah..
: Trus pak, ketika bapak bekerja, ibuk bekerja, anak gimana pak?
: Kebetulan orang tua rumahnya dekat dengan rumah kami,
kemudian ada saudara juga di rumah kami, sehingga anak-anak
kita titipkan di adek kami, saudara kami, artinya tidak masalah lah
dengan hal-hal seperti itu..
: Trus gimana dengan lingkungan masyarakat pak?
: kebetulan kami tinggal di perumahan disitu banyak sekali
keluarga baru, bapak-bapak muda baru, anak-anak juga banyak,
lingkungannya juga enak, untuk lingkungan juga baiklah untuk
perkembagan anak..
: Berarti pak komunikasi bapak dengan ibuk gimana pak?
: Alhamdulillah sangat lancar, sama-sama terbuka, tidak ada
masalah, hal-hal pekerjaan ya sebatas pekerjaan, artinya di rumah
ya dibahas untuk masalah biasa-biasa saja, artinuya tidak ada
dengan konflik dengan pekerjaan, karena kami juga ada setiap kali
libur di setiap kesempatan kita kan selalu menggunakan quality
time saya sering mengajak jalan-jalan anak dengan istri
191
P
D
P
D
P
D
P
: Trus komunikasi dengan anak gimana pak?
: Alhamdulillah juga baik, anak-anak juga terbuka, masalahmasalah di sekolah mereka juga terbuka, berbicara apa adanya,
jujur, dan kita selalu mendampinginya, toh kalo siang kita juga
kerja anak juga sekolah, nanti kalo malam ketemu kita ngobrolngobrol juga jalan-jalan dan sebagainya..
: Berarti keluarga juga mendukung ya pak..
: Mendukung, anak juga mendukung..
: Ada pernah komplen-komplen gitu gak pak?
: komplen,, kayaknya belum ya, karena setiap ada waktu itu
kesempatan itu kita mesti melibatkan keluarga, belajar, jalan-jalan
terus terang saya sering jalan-jalan, piknik..
: okee pak paling itu aja, makasih ya pak sudah mau di wawancara..
Narasumber Pendukung Buk A’ang : pak Bambang (11/07/19, 16.00)
Status : Suami narasumber
P
: Assalaamualaikum pak, saya fajrin dari FE UII angkatan 2015,
disini saya mau mewawancarai bapak sebagai narasumber
pendukung dari buk A’ang, bisa memperkenalkan diri terlebih
dahulu pak?
B
: Nama saya Bambang, saya suami dari buk A’ang yang
dipergunakan sebagai narasumber pendukung untuk buk A’ang
P
: Kalo boleh tahu, sekarang profesi bapak sebagai apa ya pak?
B
: Saya sebagai dokter, di rumah sakit Panubahan, Senopati,
RSUD Bantul..
P
: oh ya pak, bisa diceritakan gak pak, kalo buk A’ang itu
orangnya seperti apa?
B
: Buk A’ang itu seorang ibu yang hebat bagi anak-anaknya, jadi
di sela-sela pekerjaanya ia selalu kalo masalah anak slalu di
prioritaskan, misalnya sekolah renang kalo ditelfon udah
dikonformasi belum sama pelatihnya, udahh, les bahasa inggris
wis nanti yang jemput siapa tinggal konfirmasinya,
mengingatkan aja, kalo ini jadwalnya anak untuk les apa,
kemudian situasi sudah terkontrol atau terkendali, dia selalu
akan memprioritaskan untuk itu
P
: ketika ibuk bapak bekerja, ibuk bekerja, anak gimana?
B
: ini ada ibu saya, ada mbahnya, ada asisten ibuk yang bantubantu rumah..
P
: ibuk sering di rumah pak?
B
: ibuk siapa?
P
: ibuk A’ang pak..kan kerja di bank sering lembur sering ini..
B
: Yaa sering lembur, apalagi sekarang semakin sering lembur..
P
: Kalo bapak juga kerja, anak ada komplen gak pak?
B
: jadi kita membuat aturan ketika di rumah pekerjaan gak boleh
masuk kedalam rumah..
P
: Anak pernah ngeluh gitu gak pak, kok ibuk pulang malam?
192
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
: ohh pernah, anak saya yang umur 5 tahun aja udah bisa..
: trus cara bapak mengatasi hal tersebut?
: yaa berarti saya harus menyediakan waktu tambahan ketika
saya pulang atau ibunya pulang berarti kita harus menemani
mereka. Ada kompensasinya yang harus kita bayarkan..
: ibuk A’ang sering keliatan stress gak pak?
: eee kalo stress gak, tapi dia sering curhat ke saya, beberapa
kali dia curhat untuk masalah pekerjaan, dan saya akan
mendengarkan itu sebagai bagian dari katarsis sebagai luapan
beban kerjanya
: Dari bapak sendiri, bapak mendukung kariernya buk A’ang
gak pak?
: Sejauh ini mendukung..ketika dia agak sibuk yasudah saya
akan mengurangi waktu untuk bekerja hehehe harus gantian..
: Trus komunikasi dengan ibuk gimana pak?
: baikk, kalo gak kita lewat WA, trus kemudian malam tu anak
tidur, yaa kita ngobrol sambil nonton tv..
: Apakah dari sekarang bapak sudah memberikan pengertian
kepada anak-anak kalo bapak dan ibuk bekerja?
: Setiap pagi saya bilang kepada anak..ayah kerja, ibu kerja,
nanti anak tertua saya bilang tugasmu hari itu harus momong
adek, anak nomor dua nanti momong icaa yaa, dari itu saya
kasih pengertian, mungkin mereka belum mengerti, tapi saya
berharap mulai ada bahwa dia sebagai kakak punya adek, dia
punya kewajiban untuk menjaga adeknya, walaupun mereka
belum mengerti tetapi setiap pagi saya akan selalu
menyampaikan hal tersebut.. tapi kita harus memberikan
kompensasi libur full, kalo libur di rumah, kalo libur yaa sama
keluarga..
: kalo konflik-konflik ada gak pak? Antara pekerjaan dan rumah
gitu pak?
: gak, karena ibuknya sudah memiliki komitmen bahwa
pekerjaan itu pekerjaan, kalo di rumah yaa di rumahh..
: berarti konflik tu jarang ya pak?
: Konflik tu yaa pasti ada..tapi terkontrol lah..kayak komplen
gitu? Saya gak komplen, karena saya tahu betul konsekuensi
dari pekerjaannya, kalo saya komplen berarti saya tidak
mendukung saya suruh dia di rumah aja..kalo dia bekerja saya
harus siap dengan kondisi itu..
: ini buk aang bilang pakai baby siter, itu gimana pak?
: Ho oo waktu anak masih kecil, pakai baby sitter, tapi seiring
anak saya sudah 3 tahun akhirnya kita gak pakai, tapi mereka
ada kategorinya, ada yang baby sitter itu full pekerjaannya, ada
yang bisa mengasuh tapi bukan babysitter, sekarang kita udah
pake fase berikutnya, orang yang dia bukan full babysitter tapi
193
P
B
P
B
P
kita meliat ia bisa untuk menenmani anak, di awal 3 tahun kita
pakai babysitter trus.
: untuk 3 tahun di awal ya pak..
: sebelum 3 tahun di awal…
: kalo untuk lingkungan sosial sendiri buk A’ang gimana ya
pak?
: kalo diperlukan, karena waktunya itu banyak terpakai di kantor
toh, dalam seminggulah 5 hari masuk dan dua hari biasanya
digunakan untuk kegiatan keluarga, interen kita betul, kemudian
untuk komunikasi dengan lingkungan kalo diperlukan, misalnya
ada arisan pengajian memang itu istri saya harus hadir, dan itu
mesti dia ajak anak..
: Paling itu ajaa pak, makasih sudah meluangkan wantunya
untuk di wawancara
Narasumber Pendukung Nina : pak Tio (12/07/19, 09.30)
Status : Suami narasumber
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
: Assalaamualaikum pak, saya fajrin dari FE UII angkatan
2015, disini saya mau mewawancarai bapak sebagai
narasumber pendukung dari buk Nina, baik pak, bisa
diceritakan pak, buk Nina ini orangnya seperti apa?
: Yaa buk Nina itu orangnya senang dengan pekerjaan mas, di
rumah jugaa ya senang kerjaa ya gitu mas..
: kalo untuk kepribadiannya gimana pak?
: yaa jelas baik ya mas, kalo gak baikgak akan jadi istri saya
: oh yaa pak, apakah bapak mendukung karier yang dijalani
istri bapak?
: yaa saya sih prinsipnya mendukung apa yang istri saya suka,
kalo memamng senang kerja silahkan, yang penting juga
jangan meninggalkan tugas-tugas di rumah..sebagai istri juga
sebagai ibu dari anak-anak saya..
: Kalo menurut bapak sendiri kalo ibuk di rumah apakah ibuk
juga bisa mengerjakan tugasnya dengan baik..
: Alhamdulillah sudah, itu udah konsekuensinya yaa, dan itu
dulu komitmennya begitu dengan saya..
: okee pak, apakah ibuk sering pulang malam pak?
: yaa dulu,paling pulang malamnya jam 8, dulu awal-awal
kerja sampai jam 9, paling sekarang sampai jam 8 itu pun kalo
ada rakor..
: kann bapak juga kerja, ibuk juga kerja trus anak gimana pak?
: Anak baik-baik aja, anak sudah tahu emang dari dulu sejak
lahir kondisinya sudah tahu kalo orang tuanya sudah bekerja,
yaa sudah pasti menyesuaikan, kebetulan apa, kalo anak ujian
kita berbagi peran, kalo pada waktu anak saya ujian, ya saya
mencoba mengganti peran istri saya, semisal ada pertanyaan-
194
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
pertanyaan, namun kalo memang ada istri saya ya sudah, jadi
saya langsung menggantikan posisinya sebagai ibu..
: kalo ibu sering kelihatan stress gak pak?
: yaa stress-stress itu biasa yaa, ya konseskuensinya yang
penting di rumah jangan sampai di bawa ke rumah, pesan saya
itu dari dulu
: tapi kalo di rumah keliatan stress gak pak?
: Alhamdulillah baik-baik sajaa.. hahaha
: Trus pak, kalo komunikasi bapak dengan ibuk gimana pak?
: baik-baik ajaa mas..gak ada persoalan..
: Anak pernah komplen gak pak?
: gak, anak sih nurutin orang tua, yang penting kalo orang
tuanya senang anak juga senang mas,.
: Kan bapak dan ibuk juga kerja, mungkin waktu di rumah
banyak terpakai di pekerjaan, gimana bapak mengatasi hal
tersebut?
: yaa jadi memang waktu antara kerja itu setiap hari senin
sampai hari jumat kalo memang di sela waktu antara hari kerja
tersebut kami mencoba dengan anak dan istri saya itu yaa
keluar bareng mas, yaa makan, tapi di waktu hari sabtu dan
minggu saya luangkan waktu untuk keluarga mas, misal
nonton bareng makan bareng itu pasti atau jalan cari kulineran
gitu itu setiap sabtu-minggu pasti insya allah
: kalo konflik gitu ada gak apk?
: konflik apa mas?
: konflik dengan anak, dengan ibuk?
: yaa keluarga itu pasti ada yaa mas, kalo gak ada konflik gak
ada keluarga tanpa konflik mas..
: dengan lingkungan masyarakat sekitar, apakah ibuk nina juga
sering mengikuti kegiatan masyarakat sekitar pak?
: haa itu sih biasanya saya, ibuk Nina gak ikut sih..karna
memang biasanya sih di apaa, rumah saya itu kegiatan arisann
RT atau RW itu siang atau sore, sudah saya sampaikan kalo
ibuk Nina memang biasanya kerja, dan mereka maklum, dan
biasanya saya yang ikut,,
: oh ya pak , kalo ibuk bekerja, dan bapak di rumah, bagaimana
dengan pekerjaan rumah pak?
: yaa otomatis mas, misal ibuk belum pulang ya saya gantikan
atau anak saya ujian ya saya mendampingi lah, semisal ada
yang bisa saya jawab, saya jawab, minimal ada orangtua hadir
disitu, anak menjadi tenang..
: paling itu ajaa pak, makasih sudah meluangkan waktunya
pakk..
146
195
LAMPIRAN 3
TABEL REDUKSI DATA
1. Dinamika Karier
Masalah
yang diteliti
Narasumber
Analisis
Wida
Ani
Kristin
Nina
A’ang
32
31
44
40
36
9 tahun
9 tahun
18 tahub
17 tahun
9 tahun
Jabatan
Staf Audit
IT
Front Liner
Pimpinan Cabang
Account Officer
Alasan
Wanita karier? Ini
Pilihannya paling
menjadi
agak filosofis yaa,
bisa membantu
Umur
Narasumber
Lama
Bekerja
sebenarnya
background
orang
suami, trus kita
Mungkin kalo
dari keluarga
ayah ibu dulu
memang
mengarahkan
memang bekerja
karena menurut
saya wanita karier
itu adalah pekerjaan
yang paling tidak
Baik, jadi pilihan
hidup untuk
kemudian bisa
berkarir,
maksudnya
mempunyai
background orang
tua, aktualisasi
diri,
mengembangkan
196
wanita
tua saya bekerja, ibu
walaupun udah
karier
seorang guru, bapak
berkeluarga, biaya
juga bekerja, saya
memiliki
sudut
hidup itu yang
pandang
bahwa nanggung suami,
seorang wanita itu aku sendiri itu
alangkah
baiknya,
walaupun
tidak
mengecilkan
pekerjaan ibu rumah
juga
untuk
kita bisa membantu
suami yaa..bisa
menambah-nambah
keuangan keluarga
dan sepanjang
pekerjaan ini bisa
istilahnya apa2
saya lakukuan di
biar bisa beli
kota yang sama
sendiri gitu lo,
tanpa tergantung
tangga, menurut saya
wanita itu punya pada suami. Trus
produktivitas
Hehehe apa yaa
mas, karna dari
kecil sudah
pengen
kerja,,jadinya yaa
sudah pilihan..
dengan kota dimana
keluarga saya
tinggal sehingga
saya ketemu sama
untuk pengalaman
anak saya ketemu
juga sihh..
suami saya setiap
mengembangkan
harinya, yaa gak
dirinya, sepanjanga
masalah sih dan
keluarga dan suami
suami saya juga
mendukung, seperti
mengizinkan..
itu sih.,
pekerjaan di luar
pekerjaan saya
sebagai ibu rumah
tangga karena
ingin
mengembangkan
potensi diri,
kemudian
menambah
pengetahuan,
wawasan
mengenai apa yang
ada di lingkup
pekerjaan kita
potensi,
Membantu
ekonomi keluarga,
197
Masa
Saya setelah lulus
Berapa ya,, udah
dari usia berpa
berkarier
2010, berarti saya
mau hampir 9
yaa, dari tahun
sekitar yahhh baru
lulus
banget
sih
tahun
98, berarti umur
23
Jadi udah lama kerja
disini udah lama,
udah sekitar ehh
empat,, eh dari umur
23, 23 ke empat
puluh berapa yaa..
17 tahun
. Kemudian 2005-
Lebih dari 5
2008 saya berkarir
tahun,
di PT Lippo Bank
Yaitu 9 tahun, 9
Tbk. Kemudian di
tahun, 9 tahun 17
tahun 2010 saya
tahun, 19 tahun
alhamdulillahnya
..
saya dapat. Dulu itu
Di BPD dari
masuk di Bank
saya kuliah disini,
tahun 2000,
BPD sampai
dan bukan orang sini
berarti 19 tahun
dengan saat ini.
dan suka hidup di
jogja,
jadi
saya
nyarinya
yang
domestic
kayak
perusahaan
lokal,
kira-kira
kerja
di
jogja apa yaa,, saya
coba di BPD dan
langsung keterima..
Bekerja dari Jadi di kami itu, ada Dulu aku kan
dasar
beberapa jenis job
pekerjaan
di
masuk sini gak
langsung, tapi
3 tahun saya
masuk menjadi ,
account officer,
kemudian ada
tugas rotasi
Ohh saya masuk
Pada awalnya pada
Back Office,
tahun 99, saya
saat bekerja di PT
outsourcing,
pernah jadi teller,
Bank Lippo waktu
198
pekerjaan
layak
umunnya, ada front
liner, ada back office
macam-macam, jadi
outsourcing, kan
ada lowongan dari
BPDnya sendiri
saya dulu pertama ada juga dari
kali di back office outsourcing
menjadi auditor
selama 7 tahun,
kemudian
pindah lagi
pernah di cs, trus
itu sebagai tim
Account Officer,
pernah di back
operasional.
Teller, kontrak.
menjadi kontrol
pimpinan cabang
office, trus jadi
2010 kontrak 2
internal cabang
tahun, kemudian
itu selama 2010
diperpanjang
levelnya tetap staf
– 2015 berarti itu
setahun, kemudian
cuman
saya
waktu
itu
5
pegawai tetap
cuman
di
tahun..kemudian
2013..
cabang
mulai
itu
dari
saya
admin
pindah lagi
menjadi penyelia
pengkreditan, sekian
pelayanan di
lama
cabang wates itu
di
admin
pengkreditan itu saya
2 tahun, trus
baru sekitar hampir 2
pindah lagi ke
tahunlah baru pindah
penyelia cabang
ke
utama satu
kantor
pusat
untuk dijadikan staf
audit tadi
tahun..
199
Usaha untuk Meningkatkan
menduduki
posisi
tertentu
hmmm Usaha pasti,
saya berusaha
Meningkatkan
karier.. niat sih,
usaha artinya
memberikan yang
kinerja,
harus berniat ya agar
bekerja sebaik
terbaik, kemudian
lebih baik lagi, tapi
mungkin karna
mengembangkan
ukuran lebih baik
kami masing-
potensi, kemudian
prestasi,
lagi itu bukan
masing pada
jangan sampai
bekerja sebaik
jabatan yaa.. saya
penilaian pribadi
jenuh juga karena
mungkin,
pribadi merasa
yaa penilaian
bagaimana pun
mengeskplorasi
bahwa kerja itu niat
kinerja cabang,
juga kita juga
itu adalah ibadah
maupun penilain
memaintenance
bismillah kalo saya
kinerja secara
orang yang mana
punya jalan karier
pribadi dan itu
orang itu juga
yang lebih baik ada
setiap setahun sekali
melihat bank
jalanlah..
di review nanti akan
sesuatu yang tetap
ada peniliaian,
bisa dicurhati,
Panggilan dari
penilaian itu yang
tetap bisa
atasan dalam
akan menentukan
melayani , jadi ya
prosedur HRD,
seseorang itu bisa
seperti itu, jadi
sebenarnya saya
eee.. diangkat jadi
saya memelihara
kurang paham.
potensi untuk bisa
diri untuk tetap
Cuman kalo untuk
promosi atau tidak,
fresh..
saya sendiri yaa saya
jadi bisa
Menunjukan
ilmu
200
pikir ada penilaian
berkembang untuk
Untuk lebih
itu, kita punya
diusulkan ke
memiliki
prespektif bahwa ini
promosi jabatan
pengetahun
karena kerja keras
atau tidak hmmm
mengenai hal lain,
saya, mungkin
jadi disamping saya
jadi memang saya
seperti itu, tapi
harus bekerja sebaik
pribadi pada saat
mungkin karna
mungkin saya
saya berkarier di
rahasia manajemen,
tunjukan prestasi
opam itu saya
SDM yang
saya agar supaya
memang ingin
menentukan
unit yang jadi
mengetahui
seseorang ini
tanggung jawab
tentang
qualified gitu, ada
saya itu
administrasi kredit,
penentuannya
mendapatkan hasil
mengenai legalitas
yang terbaik
bagaimana
sehingga itu jadi
legalitas hukum
salah satu acuan
nasabah itu
data yang
sehingga kredit ini
menunjukan saya
dijamin aman dan
berhasil atau tidak
lain sebagainya, ya
dalam memenuhi
pasti ada hal lain
target dari
yang ingin kita
manajemen
pelajarilah,
201
peningkatan karier
ini yang saya
maksudkan ingin
mempelajari hal
yang lebih banyak
jadi yang bisa
membuat nyaman
nasabah namun
membuat posisi
bank juga baik..
Menunggu
posisi
tertentu
Kalo aku lebih
Kalo saya sih
Menunggu
menunggu
sebenarnya saya
panggilan,
panggilan dari
tidak terlalu
beramibisi itu
atasan karena itu
gak, tidak ingin
salah satu faktor
harus begini-
aku bisa jalan
begini begitu
sampai aku lulus
nggak, harus
tes, sampai jadi
mencapai dalam
waktu berapa
kontrak officer,
tahun harus
karena panggilan
mencapai posisi
tidak berambisi
202
dari atasan jadi
tertentu itu
kita tetap gak bisa
nggak, yang pasti
kita jadi apa
kalo saya dari diri
kita memberikan
namanya harus tes
hasil kerja yang
dulu, harus ada
terbaik aja, untuk
panggilan dari
urusan hasil atau
sdm dari atasan,
apa udah kita
kamu ikut ini yaa,
serahkan sama
yang diatas yang
jadi beliau yang
menentukan
membimbing
mungkin lewat
kami “kamu ikut
atasan atau
ini mbak biar bisa
manajemen itu
punya jenjang
karier yang lebih
bagus. Trus kalo
dari diri sendiri
sih dari minat dari
diri sendiri sih,
karna ditanya
aja..
203
kamu minat gak,
Yaaa
Kedekatan
Sejauh ini saya
dengan
menilai relative
atasan
Dekat
dekat..
maksudnya? Yaa
dekat
dekatlah..Kan
dengan atasan
ya memang deket,
hubungan kami baik
karena kita kan
secara personal
setiap ada ketemu
dekat, kemudian
nasabah ada
adakan dekat yang
kalo untuk hal
kendala apapun
gimana gitu
pekerjaan juga
selalu kita
kan..hahahaha
intens ada
sampaikan.
Dekat,
koordinasi antara
kami dengan
atasan..
Peran atasan Apa yaa? Mungkin karena panggilan
sebagai orang yang
menilai saya, ketika
ditanyakan
diminta
atau
tanggapan
dari atasan jadi
kita tetap gak bisa
kita jadi apa
mungkin seperti itu
namanya harus tes
yaa, karna di kami
dulu, harus ada
itu sistem penilaian
panggilan dari
kinerja kami oleh
atasan langusng, jadi
sdm dari atasan,
yaa berpengaruh..
yaaa yang
namanya
hubungan antar
personal eee
dalam bekerja itu
kan emang harus
kita jaga, apa
yaa.. yang pasti
hubungan
memang harus
baik iya kan..
kalo tidak baik
menurut saya
tidak
hmm pastinya
ya memang deket,
Penilai kinerja,
membimbing yaa,
karena kita kan
pembimbing,
mengarahakan, kan
setiap ada ketemu
kalo di bank itu kan
nasabah ada
ada target yang
kendala apapun
personal,
harus dipenuhi
selalu kita
mengarahkan,
bagaimana caranya
sampaikan. Ya
mentor.
kita bisa memenuhi
memang harus
target pasti ada
deket supaya kita
peran dari atasan
tahu juga
hubungan
204
performace indicator
kamu ikut ini yaa,
penilaian
jadi beliau yang
kita
itu
langsung dari atasan,
mungkin
berperan
untuk
sebenarnya apa sih
mengarahakan,
yang diinginkan
memberikan strategi
terus
harusnya seperti
pengetahuannya
apa, walaupun saya
bagaimana yang
sendiri wajib punya
kita belum tahu itu
strategi cuman kan
kan kadang-
orang itu kan gak
kadang atasan itu
bisa sempurna apa-
kan jam
apa dikerjakan
terbangnya lebih
sendiri pasti ada
tinggi ya jadi kita
peran atasan untuk
lebih sering
diri sendiri sih,
mengarahkan saya
sharing
karna ditanya
ketika mungkin gap
sebenernya.
membimbing
yaa
untuk kami “kamu ikut
menentukan si A ini mbak biar bisa
patut diajukan dalam
punya jenjang
jenjang karier atau
karier yang lebih
jabatan dsb , ini
terlepas dari saya
bagus. Trus kalo
dari diri sendiri
secara umum, KPI
kita dinilai dari sih dari minat dari
atasan langsung
kamu minat gak,
Yaaa
mendukung,, iya
gak sih,,hahaha
ya emang harus
baik dengan
atasan dengan
rekan kerja kita
itu juga kerja
sama juga harus
baik bagaimana
nanti tujuan akhir
yang mau dituju,
tujuan perusahaan
tujuan unit kerja
itu bisa dicapai
dengan baik,
kondusif gitu kan
yang harus tutup itu
masih kurang saya
harus apa
strateginya
bagaimana itu
atasan sangat
mengarahakan
205
Latar
Ohh iyaa, kalo s2
Tergantung, mas
S1 mulai dari
belakang
lebih masuk ke
fajrin daftarnya di
bawah
program apa..jadi
pendidkan
kepegawaian yang
sebagai
lebih
atau s2 tapi
pekerjaan lebih
faktor
berpengalaman,
tergantung..jadi ada
tinggi..
penunjang
kalo s1 fresh
program yang jalur
Tergantung
graduate itu kan
cepat kayak
jalur
karier
mulai dari bawah,
walaupun itu s1
akabrinya ada juga
yang jalur biasa nah
kalo s2 lebih ke
kalo mas fajrin
pekerjaan lebih
misal s2 tapi mas
tinggi gitu..
fajrin daftar di jalur
biasa maka mulai
dari bawah, tapi
kalo mas fajrin lulus
di jalur cepat mas
fajrin bisa
menduduki jabatan
yang lebih tinggi..
pekerjaan, S2
pendaftaran
206
2. Hambatan dalam menjalani peran sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga
Masalah
Narasumber
yang diteliti
Wida
Waktu kerja
Disini tu jam
Iyaa, seminggu
kerjanya dari jam
bisa 2-3 kali,
setengah 8 sampai
setengah 5
Kalo saya di
Ani
sering tapi sekali
dua kali ada
Kristin
A’ang
Overtime?
Jarang lembur,
ada sih, artinya aa
Beberapa kali, tapi
2-3 lembur
setengah 8 harus
kalo teman2 disini
gak terlalu sering,
siap di depan, kalo
jam setengah 5
tergantung kitaa
piketan sama
yang lain mungkin
udah selesai, Cuma
prioritas pekerjaan
seminggu, 5 kali
temanku..
memang teman2 yg
tergantung dari
dengan nasabah,
dalam sebulan,
lain jam setengah 8,
pekerjaan juga ya,
kalo nasabah minta
overtime, Setiap
kalo saya jam 7
kadang ada yang
cepat kita juga
minggu rapat
lembur mana
cepat, intinya
Lembur? Sering
mungkin pas waktu
kenyamanan
karna itukan
Aku di divisi TI
itu kayak ini,
saya bekerja jam 7
Nina
Overtime ya pasti
kantor pusat sih
gak mas, gak
Analisis
dalam
sampai malam,
pengawasan dari
dari bank cabang
5 kali dalam
penggajian dan
nasabah itu
memprioritaskna
ekstern,
itu selesai kayak
sebulan
lain2 , itu hal biasa
prioritas
pekerjaan
sihh..
teller itu udah
selesai gak ada
selisih, sudah
tutup cabang,
baru kita kayak
tapi jam kerjanya
juga sudah lama,
jarang sih mas, itu
dari pagi sampai
paling akhir
sore sampai malam
sebulan, sebulan 2
kali maksimal,
207
proses yang
itu jugakan sudah
kalo ada rapat, eh
artinya mem
melelahkan
kalo ada rapat
seminggu sekali
backup transaksi
pasti itu, kalo rapat
itu seharian.
sampai malam, ya
trus nanti akhir
bulan, udah itu aja
Anak
Haa,,,iya sih,
Anakk.. anak
misalnya anak
Kok pulangnya
Gak jugaa sih, tapi
Dititpkan
karna kita tinggal
dah bisa
prestasinya kurang
malam, kan
ada suatu ngomen
kepada
bagus itu kan
mungkin masih
yang mereka
karena konsekuensi
bisa main sama
kadang-kadang
satu rumah, dan
saya dan anak
complain
orangtua,
saya, eyangnya
ini belum 3
dari saya bekerja
anak-anak , saya
bilang kalo hari
Prestasi anak
udah pensiunan
tahun udah
begitu..
pulang anak-anak
sabtu , saya
kurang bagus,
jadi di rumah juga
kayak orang
udah tidur gitu,
bonceng naik
Komplain
ada satu orang
gede, dia bisa
tapi jam kerjanya
besok paginya
motor gitu, selesai
dengan waktu
juga sudah lama,
nanya kok
naik motor mereka
dari pagi sampai
semalam
pasti bilang, Uti
cucu jadi hiburan
buat mereka , pada
ngomong kayak
kerja,
masa pensiunnya,
gini,
sore sampai malam
pulangnya malam ,
aku tadi seharian
memberikan
Alhamdulillah.,
ngomongnya
itu jugakan sudah
yaa tapi
sama ibuk lo,.aku
pengertian
gini,,
melelahkan, sampai
komplainnya sih
sekolah sama ibuk
kepada anak
bunda kok kerja
rumah kan masih
gak yang complain
lo, dari sana saya
ngurus keluarga
sampai anak saya
dapat gambaran
terus sih, gak
208
usah kerja… lah
masih harus
merasa apaa,, yang
bahwa sebenarnya
trus siapa yang
mengurus rumah,
hot complain gak
si anak ini pada
itu yang terasa
ada sih,.yaa
saat sekolah
kerja ? ayahhh
berat, mungkin
komplen biasa sih
pengen dianter dan
umur segini kok
idelanya pada
anak-anak gitu..
dijemput itu, tapi
dah bisa yaa..
akhirnya saya
bagi kami prioritas
jadii yaaa gituu
menyadari idealnya
bahwa si anak
wanita itu harusnya
harus mengerti
mengurus rumah
juga kebutuhan
tangga,
kita sebagai
membesarkan dan
orangtua bekerja
mendidik anak
bahwa kita sebgai
orang tua bekerja
bukan hanya untuk
menyenangkan diri
sendiri mereka
juga membutuhkan
pengembangan diri
209
Keluarga
Hhmmmmm
Berapa yaa, tidur
tapi jam kerjanya
Apaa yaa, untuk
Mungkin efektif 3
Merepotkan
positifnya saya
termasuk iyaa
juga sudah lama,
saat ini, saya
jam 4 jam..kan ada
orangtua,
dari pagi sampai
berusaha untuk
waktu tidur..
sore sampai malam
kalo saya sudah
pikir dengan
adanya saya
nggak ? berapa
Weekend waktu
bekerja walaupun
lama
itu jugakan sudah
pulang dari kantor
Pastinya waktu
keluarga, waktu
waktu saya kurang
yaa..seminggu
melelahkan, sampai
saya tukar dengan
untuk anak di
banyak terpakai
gitu tapi kosentrasi
yaa, sama anak
rumah kan masih
quality time, sisa-
siang hari
saat pekerjaan.
paling sampe
ngurus keluarga
sisa quality time
berkurang, tapi itu
Quality time di
masih harus
yang sehari-hari,
saya antisipasi
mengurus rumah,
tapi kalo sabtu dan
dengan yang
saya terhadap
keluarga tidak
berkurang
rumah paling
menurut saya
jam 7, jam 7
itu yang terasa
minggu dengan
pertama
karna ortu saya,
nanti nanti jam 9
berat, mungkin
mereka, supaya
sekolahnya dekat
anak saya, suami
dah tidur, dua
idelanya pada
paling tidak saya
jadi tinggal jalan
saya respon
jam tu, sehari
akhirnya saya
itu bisa apa yaa,
kaki, trus kedua
menyadari idealnya
berusalah untuk
adanya bis antar
terhadap karier
saya selama ini,
paling 2 jam
wanita itu harusnya
memberikan yang
jemput sehingga
feedbacaknya ke
sama anak,ka
mengurus rumah
terbaik di sisa
kewajiban saya
saya tidak ada
kalo pagi dah
tangga,
waktu pulang dari
dalam menjemput
keluhan..atau
bangun kalo
membesarkan dan
kantor, hari sabut
sudah tergantikan,
muncul keluhan ,
sama suami
mendidik anak
& minggu
jadi tinggal di
walaupun nanti
komunikasikan
harus bekerja lagi
aja..
jadi eyang juga
ikut nugurusin
sabtu minggu
dong, berarti
sisa-sisa waktu
sehari,
210
juga terlibat dalam
2x24 jam, 2 jam
tapi ada dalam1
memantau
kali 5, 10 jam
minggu itu ada
Kadang saya
waktu yang benar-
kadang suami,
benar full untuk
karena dalam 1
keluarga ya
minggu itu ada 3
sifatnya, kita
tinggal bareng
jugaa yaa gak mau
juga sih mau sama
Suami tiap
minggu pulang,
sementara masih
kali suami pulang
orang tuaa, jadi
naik kereta, dia
itu karena kaitan
jam 9, saya
mungkin
kesini sabtu, kalo
nya kalo masih
berusaha ketika
negatifnya
weekend pasti
bekerja ya mau gak
suami saya pulang
ngerepotin
pergi, pasti
mau menaati jam
malam saya
kerja, yaa
berusaha tepat
orangtua.
jalan2 tu,
nyenengin anak
waktu, nanti kalo
sebenarnya aku
nyenengin suami
suami sore sudah
maunya di
ketika punya waktu
pulang, nanti saya
rumah, yaudah di
kita maksimalkan,
menyelesaikan
rumah istirahat
nyenengin
pekerjaan-
orangtua juga
pekerjaan yang
gitu lo, kan baru
tertunda..
kerja, kalo suami
, cuman saya
kan dia udah
sendiri yang
kerja maunya
kadang merasa
disinikan
kurang waktunya,
211
jalan,jalann
sangat kurang
anaknya juga
untuk keluarga
senengkan
saya yang merasa
itu, tapi sebenarnya
sih mungkin
Berpengaruh,
keluarga saya tidak
kalo ditanya ldr
terlalu menuntut
tu gak enak, kan
itu, alhamdulilah
baru 1 tahun ini
sih, suami, anakanak dan orangtua
ya, termasuk
saya mengerti gitu
baru, mungki
ya, tapi dari sisi
orang yg terbiasa
saya sendiri yang
LDR tu kan,
saya kepengen
mungkin
biasalah, karna
aku dulu terbiasa
bareng2, trus ini
dia jauh emang
gak enak, kayak
komunikasi
punya lebih banyak
waktu untu
keluarga
212
berkurang, apa2
sendiri, suami
apa2 gak bisa
bantuin,
bantunya Cuma
support dong,
komunikasi.
Prioritasnya
harusnya
keluarga,
harusnya, cuman
kadang memang
disini kadang
ada ngambill
weekend sabtuminggu ngambil
tetap ada acara
kantor yang
213
dituntu harus
datang gitu loo
Stress
jadi kalo ada
Awal2 iyaa, trus
nggak..
pastilah ada
Kalo lelah yaaa
Stress langsung
masalah yang
lama2 nggak,
Sesuai, saya kan
tekanan dalam
pas masa
sharing dengan
gak menuntut
pekerjaan itu,
menstruasi
terlalu tinggi,
apalagi zaman
mungkin yaa, jadi
menyebabkan
stress itu kita floor
aku gak nyangka
rekan kerja,
in di tim itu, nanti
kerja disni tu
diserahkan
sekarang ya
ditinggal tidur..
Stress dalam
dibahas bareng2,
awalnya
semuanya sama
persaingan ketat di
kalo stress karena
membagi waktu,
jadi sangat
kerjanya sampe
yang diatas, biar
dunia perbankan,
saya orangnya
tekanan
malam, trus
gak stress..
ya kalo dibilang
extrovert, relatif
pekerjaan
mau dibikin sering
kalo ada kendala
menghindari
pressure, tekanan
yang sangat kuat,
emang awal kalo
tergantung kita
apapun langusng
yang pikirin
kerja tu
menyikapi, kalo
konsultasikan,
sendiri, yang bikin
syaratnya2 gini
saya sih lebih baik
pasti saya bilang
stress, saya bukan
gini,, yaa iyaainn
kita hadapi ajaa,
a,b,c,d solusinya
tipikal yang
karna mau kerja,
kalo kita bikin
gimana mas apa
stress nanti jadi
saya harus ke a, b,
sakit, dibikin enjoy
atau c, saya lebih
ajaa
baik saya
seperti itu,,
trus dijalanin
sihh, awalnya
stress sihh dan
omongkan dari
214
juga capek,
pada pendem
apalagi untuk
sendiri
perempuan, trs
hamil lahirin,
cuti trs masuk 2
bulan, kan 3
bulan kan
maksimaln
cutinya, trus
masuk, yaa
stressnya tu bagi
waktunya sih,
antara menyusui
trus perempuan
pumping asi,
pekerjaan, balik
rumah ngurus
anak lagi gitu
ajasihh ,skarang
215
udah gak sih,
anak dah
kerjaa… paling
pulang malam
juga ada
pengaruh
jugakan
Lingkungan
Kerja
Alhamdulillah
kalo gak bisa minta
kalo perusahaan
lancer,
Kalo
Lingkunan kerja
disini saling
tlong sama teman,
yaa,.paling nggak,
Alhamdulillah,
lingkungan
kondusif, rekan
support sihh dari
kan gak musti
bisa memberikan
Alhamdulillah
pimpinan,
sendiri, kalo gak
tempat yang
hubungannya baik,
kerja baik,
kerja yang
lingkungan, teman
bisa minta tlong ke
nyaman untuk
disini ada teller,
kondusif, jadi
saling
jadi tau saya
teman, kadang ke
bekerjaa.. udahh…
ada cs ,ada teman-
saling
membantu,
punya anak kecil
senior, pimpinan,,
udahhh, kalo
teman lainnya, ada
menunjang
atasan yang
yang tiba-tiba
kalo gak tau
belumm udah
unit bisnis juga ada
walaupun
mengayomi
demam saya di
pimpinan bantuin..
keluar hehehehe
juga satu
calling buat ini, oh
hahaha ya emang
hubungannya baik,
ya demam pulang..
harus baik dengan
dan saya pengen
gitu,
Jadi tetap di
atasan dengan
disini seperti
maksudnya itu
berikan
rekan kerja kita itu
keluarga dan saya
gak serius,
toleransilah
juga kerja sama
disini dipercaya
sering ngojek
216
sebagai seorang
juga harus baik
sebagai pimpinan
relatif enak
wanita
bagaimana nanti
cabang saya akan
sih..
Karena pekerjaan
tujuan akhir yang
berusaha
kita tu bareng, di
mau dituju, tujuan
menempatkan diri
share bareng-
perusahaan tujuan
saya sebagai orang
ketemu nasabah
bareng, kalo ada
unit kerja itu bisa
tua, orangtua yang
siapa, trus di
kendala pun saya
dicapai dengan
bisa menuntun
kantor kita
ngomong ke
baik, kondusif gitu
teman-teman, saya
tanya, tadi tu
atasan
kan
bimbing, kalo ada
Misalnya diluar
ketemu nasabah
begini,begini,
kurang benar yaa
dipecahin bareng-
diarahkan, kalo
gini-gini
bareng, kerjanya
misal didiorong
dengan karakter
tim sih, jadi gak
untuk berprestasi,
gini-gini, nanti
bisa dibebankan
yaa seperti saya
yang nimpalin,
satu orang trus
memperlakukan
terserah
anak saya, karena
nanti gini mbak
seperti itukan
akan seperti ini,
teman-teman
kita banyak
enjoy, kalo enjoy
sharing, kita
kan produktif, kalo
ketemu di jam
mereka disuruh
mereka akan
sore-sore gini
lo..
217
semangat gitu, dan
kita harus jadi role
model, saya bukan
tipe orang yang
hanya bisa suruh
artinya saya akan
nyuruh dengan
ini,,ee bukan
dengan mulut, saya
tipe oramg yang
ingin memberi
contoh ke temanteman itu saya juga
melakukan
218
3. Sikap dalam menghadapi dalam menjalankan peran sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga
Masalah
Narasumber
Analisis
yang diteliti
Wida
Ani
Kristin
Nina
A’ang
Dukungan
Sejauh ini,
Senang dong, apalagi
Mungkin kalo
suami saya
Baik, jadi pada saat
Dukungan anak-anak
Keluaga
keluarga saya
kan orang-orang kan
dari keluarga ayah
mendukung, anak-
saya memutuskan
dan suami, rela
sangat mendukung,
melihat kerja di bank
ibu dulu memang
anak saya sih
bekerja kebetulan
yaa asalkan yaa
itu yaa gitu kan, wahh
mengarahkan
Alhamdulillah juga
saya memang tinggal
sifatnya seperti
enak kerja di
memang bekerja,
ndak ada masalah,
di rumah ibu mertua.
memaklumi
keluarga, anak
bank,dibandingkan
trus sekarang
mungkin udah biasa
Pada prinsipnya, dari
pekerjaan sebagai
terutama menjadi
pekerjaan yang lain
keluarga juga gak
ya sama ibuknya
keluarga saya pribadi
wanita karier
prioritas. Jangan
maksdunya, kita liat
menuntut tapi
pulang agak malaman
maupun suami
sampai terabaikan
dari penampilan harus
menerima saya
itu yaa mereka masih
maupun ibu mertua
Kebetulan saya
bagus kan ada yang
bekerja..
maklum, dan saya
karena saya tinggal di
menikah dalam
seperti itu, tapi
kalo keluarga apa
akan berhenti waktu
rumah ibu mertua
semuanya balik ke
ya,, soalnya
yang saya pakai
sangat mendukung.
posisi sudah
dirinya masing2 apa
keluarga saya
untuk bekerja di hari
Namun hal ini juga
bekerja, jadi
namanya, gak cuma
mendukung sih,
sabtu dan minggu
tidak mengurangi
dari awal bukan
di bank dong, tempat
tidak terlalu
karena sabtu minggu
tanggung jawab saya
hal yang
lain juga gitu
bermasalah, sudah
kan kami libur jadi
sebagai ibu. Jadi,
ditinggal,
219
masalah buat
Yaa, pasti
terkondisikan ,
saya akan ganti
saya tetep berusaha
suami dan
mendukung, kalo
tidak ada
kuality timenya di
bahwa di kantor
suami istri bekerja
keberatan-
hari sabtu minggu,
maksimal begitu juga
pasti terbantulah,
keberatan di
sama kalo malam dah
kualitas maupun
lebih terbantu, cuman
dalam keluarga,
pulang masih bisa
waktu yang saya
kalo pulang malam,
Cuma mungkin
ngobrol sama anak-
sediakan untuk
dia gak complain sih,
hasilnya di
anak gak papa
rumah. Seperti itu,
tapi kasihan karna
keluarga itu tidak
Alhamdulillah
jadi memang saya
cewek pulang
terlalu bagus
mereka senang sihh
sebisa mungkin di
misalnya anak
enjoy giutt
jam itu benar-benar
prestasinya
karena keluarga saya
efektif melakukan
kurang bagus itu
sudah rela saya
apa yang bisa dalam
kan karena
tinggal dari pagi
hal ini karena saya
konsekuensi dari
sampai malam, itu
maintanance nasabah
saya bekerja
kan sangat
kredit. Kemudian
begitu.
mendukung berarti
setelah jam kerja saya
nggak, anak saya
yaa,,saya tinggal
juga fokus untuk
itu waktu kecil
training lama karena
mulai mengajari
malah kalo saya
kalo mau promosi
anak-anak saya
gak kerja itu
harus training ,,kek
karena kebetulan
malah disuruh
gitu gitu,, nah itu yaa
sudah besar-besar.
ibuk kerja aja
mereka sangat
Jadi yang paling
keluarga.
Faktor, satu dari
diri saya sendiri,
kedua keluarga
ketiga lingkungan
saya yaa
220
haahah kelainann
mendukung jadi ya
besar sudah umur 11
yaa..kalo dibilang
Alhamdulillah sih
tahun.
aktor yang paling
utama yang paling
besar sih dari
keluarga..
Kepuasan
Saya bisa masih
kalo misal kita
bisa hidup balance
puas dengan
antara saya dan
keluarga, saya
pekerjaan
Puas..
hmmm ya ada
Pastinya puas, saya
Puas, bisa membagi
kalanya kita kurang
merasa di setiap
waktu dengan
apa yaa,,hmm
puas untuk pekerjaan
tahap kehidupan
imbal hasil dari
itu kan kita masih
saya, saya sudah
keluarga, pekerjaan
anak, saya dan
ototmatis kita
perusahaan itu
punya gap yang harus
memberikan yang
berjalan dengan
orangtua,
bekerja dengan
masih bisa untuk
kita tutup, ada
terbaik dan bukan
baik, gaji, imbal
walaupun orangtua
baik disini, disini
membuat apa yaa,
sesuatu yang harus
apa yang saya
hasil dari
jauh. Saya mau
ada penilaian
kualitas hidup
kita selesaikan tapi
dapatkan lebih dari
perusahaan, bisa
yang masih baik,
itu belum
yang saya berikan,
yang pasti
terselesaikan yang
jadi relatif, bagi saya
cuti gak masalah,
saya mau ambil
kinerja masing-
memenuhi
hak-hak saya gak
masing pegawai,
minimal tuntutan
kayak gitu gitu yaa,
kalo kerja gak ada
masalah, so far
penilaian kinerja
secara ekonomi
apsti ada ganjalan
komplen nasabah
saya merasa puas
masing-masing
itu kesulitan-
yaa, tapi ketika itu
udah cukup, dan kalo
Kurang puas dengan
pegawai itu diliat
kesulitan ekonomi
sudah kita lalui, kita
anak-anak pada saat
pekerjaan, belum
itu tidak jadi
tutuup gapnya, kita
tiga-tiganya sekolah
Aaa
saya
sih
merasa nyaman sih
dari pekerjaan
kebutuhan keluarga
221
mas, kalo puas
dalam
arti
pekerjaan
saya
sekarang,
jujur
karena pekerjaan
saya sekarang ya
saya merasa bahwa
yaa maksud saya
dengan pekrjaan
yang saya emban
sekarang dalam arti
karier, saya merasa
sudah
cukuplah,
karena
saya
supportingkan, gak
yang
kewajiban
saya,
dan
di
keluarga juga tidak
menuntu banyak
hal, Cukupp yaa
cukuppp
Kalo dari sisi gaji,
saya nilai cukup
kalo dari segi
pembagian waktu
sudah di arrange
dengan
baik,
permasalahan saya
dari senin sampai
jumat di kantor,
lebih banyak jam di
kantor, tapi saya
merasa kehidupan
saya di luar kantor
kita itu selesai apa masalah gitu,
enggak kalo
nilainya memang
lalui kita selesaikan
itu, bagi saya
merasa maksimal di
karena yang dicari
permasalahnnya, gak
Alhamdulillah sudah,
rumah
ekonominya,, kalo
gantung sampai
maksudnya mereka
dari sisi bathin itu
sekarang..
sudah bisa sehat, bisa
bagus memang
mungkin ya tida
baik kayak gitu
bisa 100 %
sekolah, bagi saya
yang di rumah saya
otomatis kita
belumm, karena saya
ibarat apa ya gak
belum merasa
dapat teguran dan
maksimal, karena
waktu saya masih
diterusin disini,
banyak terbuang di
dan dari segi gaji
pekerjaan
pun kita penuh
gitu lo, misal kalo
dibangun lebih
baik kan bisa
dikurangin, kalo
kepuasan buat
keluarga yaa hmm
dari gaji itu kita
bisa ngasih ke
sudah cukup..
222
Komunikasi
dalam arti keluarga
bisa
juga
berkualitas
gitu,
gak hanya senangsenang di kantor,
trus nanti tiba di
rumah
tinggal
capeknyaa,
gitu
gak sih saya merasa
juga
sangat
berkualitas juga,
dari itu saya merasa
cukupp..
keluraga beliin
Kita tiap hari video
kayak komunikasi
anak,, bisa
gak ada kendala,
karena dari kecil
Memberikan
berkurang, apa2
menerima, karena
baik2 aja, lancar2
saya sudah
pengertian,
sejak kecil sudah
aja,.
bekerja saya rasa
pemahaman
callan,suami saya
juga slalu sih, anak
saya tidur atau
anak makan, kalo
cewek atau istri
kan bisa beliin ini
tanpa minta ke
suami..
sendiri, suami
ditinggal gitu..
bangun video call,
apa2 gak bisa
mendukung,
kalo di rumah yaa
mereka
komunikasi video
atau lagi makan
bantuin, bantunya
karena sudah
ngobrol-ngobrol dari
memahami pada
call.
atau belum video
Cuma support
terkondisikan
hati ke hati, ada
saat kita
callan, saya juga
dong, komunikasi.
masalah apa di
berangkat pakai
kok siang2 itu
Terima kasih
sekolah, ada masalah
telfon mama tanya
sudah mau
apa di kantor,
baru ngapain, kita
mengerti..
Alhamdulillah kalo
seragam, itu
bahwa ibu saya
223
punya wa grup
kalo jauh2an tu
gak ada masalah apa-
bekerja, trus nanti
keluargakan
mungkin kalo
apa, paling tidak itu
saya sudah pulang
sharing2, trus ada
ponakan masing2
ngomong lewat
saling
memperhatikan , ada
mereka juga gak
pada nanyain, jadi
telfon, ngomong
komunikasi, saling
mau lepas, kalo
saya juga harus
lewat wa, video
memperhatikan satu
untuk alur
pada sharing2 kalo
call
sama lain, saling
pekerjaan mereka
support yaa ituu..
relatif sudah
jam segini anak2
lagi begini, pada
jam anak bobok,
tapi saya kasih
main, tetap
pengertian kalo
terpantau sih
Karna anak
saya baru
berumur dua
tahun jadi
belum mengerti
banget, cuman
sekarang dia
udah tahu, saya
saya itu telat
pulang karena ada
pekerjaan di
kantor yang
harus
diselelesaikan,
jadi dari situ
lama-lama lebih
setelah mereka
paham,
224
memberikan
dewasa ya lebih
penejelasan
bisa mengerti
sedini mungkin
kalo saya tu gak
mau ngumpet2 ,
saya beri
penjelasan
“ nak mama
kerja dulu”
walaupun dia
cuek karna
belmu
mengerti, tapi
saya berusaha
kasih input trus,
ketika jam
segini saya
pamit untuk
kerja, ketika
225
pulang pun jam
segini yuk main
sama mama.
Jamnya sama
mama dulu nih,
jadi akhirnya
dia mulai
terbiasa
walaupun
dalam aktivitas
dia main, tapi
saya tetap
pamitin, jadi
dia tau kalo jam
segini itu
mungkin dirasa,
mugnkin
mamanya gak
ada kalo jam
226
segini(pulang)
“mama mama”
dia tahu jam
segini
mamanyadah
pulang
Ketika
Haa,,,iya sih, karna
Jadi, memang kita
Dititpkan ke
sedang
kita tinggal satu
prioritas pada tumbuh
orangtua
rumah, dan saya
kembangnya, dalam
bekerja
dan anak saya,
artian pada saat dia
anak
eyangnya udah
kurang umur dari dua
dititipkan
pensiunan jadi di
tahun kami tahu
ke orang tua rumah juga ada
kebutuhannya sebatas
satu orang cucu
makan dan hygenitas,
jadi hiburan buat
memang ada ibu
mereka , pada
mertua yang
masa pensiunnya,
memonitor tapi kita
Alhamdulillah.,
pakai baby sitter,
tetap kita pakai baby
sitter, dan kemudian
usia lepas diatas dua
227
tahun kita prefer
mencarikan sekolah
yang secara pondasi
agamanya kuat,
kemudian tempatnya
juga baik, ada anatar
jemputnya..
Ketika
Anak ada
sedang
pembantunyaa..
bekerja
Yaa pekerjaanya
ya , jemput anak
saya sekolah,
kadang-kadang
nganterin,
kadang-kadang
mamanya, yang
pasti masak dan
bersih-bersih..
Asissten
rumah
tapi kita pakai baby
Ada
tangga dipakai cuman
sitter, tetap kita pakai
Asisten
rumah
bersih-bersih, nyuci,
baby
setrikan itu cuman
kemudian usia lepas
tangga,
menjemput
semimggu tiga kali..
diatas dua tahun kita
anak,mengerjakan
prefer
pekerjaan rumah..
sitter,
dan
anak
kalo ada apa2
dititipkan
kan, pembantuku
ke pengasuh
telfon, dia bilang
sekolah yang secara
ini anakya panas,
pondasi
agamanya
kuat,
kemudian
langsung dah
yang termo, ini ini
inii, kalo nanti
emg masih panas
banget, aku
langsung pulang,
mencarikan
tempatnya juga baik,
ada antar jemputnya..
pembantu,
228
228
LAMPIRAN 4
DISPLAY DATA
Alasan Berarier
Internal
Eksternal
- Aktualisasi diri dalam
mengembangkan
potensi dan
kemampuan pada pada
diri
-Membantu
suami dalam
membantu
ekonomi
keluarga
- Minat dari diri sendiri
- Karena
background
orangtua, dan
arahan orang tua
- Menambah
pengalaman
Spiritual
- Bekerja
sebagai ibadah
229
Melawan Hambatan Menggapai
Keseimbagan
Hambatan
Dukungan dalam
menjalani peran ganda
-Overtime
-Komplain
Anak
-Waktu kerja
tidak flesibel
-Stres
-Kelelahan
Soliusi menghadapi
hambatan pekerjaan dan
keluarga
- Coping Stres
-Lingkungan
Kerja yang
kondusif
- Dukungan
Keluarga
-Keluarga tetap menjadi
prioritas
-Fokus ke keluarga tidak
terpecah
- Memaksimalkan Waktu
Weekend
230
Usaha-usaha untuk menyalaraskan
pekerjaan dan kehidupan rumah
Komunikasi
-Memberikan
pengertian sejak
dini.
- Komunikasi
jarak jauh via
video call
-Bicara dari hatike hati
-Saling terbuka
dengan keluarga
Mendegelasikan Peran
Ganda
-Peran pembantu
asisten rumah tangga,
babysitter
-Menitipkan anak
pada orangtua/mertua
Kepuasan
-Bisa membantu
dan menghidupi
kebutuhan anak
-Gaji yang penuh
-Bisa balance
antara rumah dan
pekerjaan
-Seimbanga antara
pekerjaan dan
rumah
231
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI FOTO
1. Buk, Wida, Bank BPD DIY
232
2. Buk Kristin, Bank BPD DIY
233
3. Buk A’ang, Bank BPD DIY
4. Buk Ani, Bank BPD DIY
234
5. Buk Nina, Bank X (disamarkan)
235
6. Ibtiah, Narasumber Pendukung Ani
236
7. Pak Tio, Narsumber Pendukung buk Nina
237
8. Pak Didif, Narasumber pendukung Buk Kristin
238
LAMPIRAN VI
BIODATA PENELITI
Nama
: Fajrin Fauzi Akmal
TTL
: Padang, 18 Agustus 1995
Jurusan
: Manajemen
Kosentrasi
: Sumber Daya Manusia
NIM
: 15311312
Alamat Asal : Komp. Cimpagao Permai D.4, Koto Lua, Pauh, Padang,
Sumatra Barat
No. Telepon
: 082169091772
Email
: [email protected]
Download