RESUME METODOLOGI PENELITIAN DAN PUBLIKASI KOMPONEN PENELITIAN OLEH : NAMA NIM PRODI DOSEN : ANGGRETA INDAH PRIBADI : 17033120 : PENDIDIKAN FISIKA D : FATNI MUFIT, S.Pd, M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020 2.1 Komponen-Komponen Penelitian Penelitian dapat dipandang sebagai sistem berpikir dan bertindak yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Sebagai suatu sistem, penelitian memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan sebagai suatu kesatuan. Komponen- komponen suatu penelitian meliputi permasalahan, teori ilmiah, variabel, hipotesis, populasi dan sample serta data. Dalam hal ini maka akan dibahas satu persatu mengenai berbagai macam komponen penelitian serta kaitannya antara komponen yang satu dengan yang lainnya. 2.2 Permasalahan Seperti yang telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory bahwa “ Baik penelitian murni atau terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan. Jadi, setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Masalah penelitian merupakan jantung setiap upaya penelitian. 1. Hakikat Permasalahan Masalah atau problem dapat diartikan sebagai jarak antara apa yang diharapkan (das Sollen) dengan apa yang terwujud atau tercapai (das Sein). Masalah menunjukkan adanya ketidak sesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang terwujud atau tercapai. 2. Sumber masalah Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya terjadi dengan apa yang benar-benar terjadi antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stooner (1982) mengemukakan bahwa masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan kompetensi. Sumber masalah penelitian menurut Turney dan Noble adalah sebagai berikut : a. Pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi dapat berupa pengalaman masa lampau dan kekinian. Upaya mewujudkan pengalaman pribadi menjadi permasalahan penelitian dapat dilakukan dengan : mengidentifikasi pengalaman pribadi untuk fokus penelitian, mengidentifikasi sebab- sebab munculnya masalah tersebut, membuat keputusan pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan masalah tersebut serta merumuskan masalah penelitian. b. Informasi yang diperoleh secara kebetulan. Di mana pun, dari mana pun, dan kapan pun calon peneliti berpeluang memperoleh informasi penting dan menarik untuk dijadikan topik penelitian. Berdasarkan informasi yang diperoleh secara kebetulan , calon peneliti dapat merumuskan masalah penelitian dengan latar belakang dan tujuan, serta hasil akhir yang diharapkan. Untuk mewujudkan informasi tersebut menjadi permasalahan penelitian, dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : mengembangkan kepekaan selaku peneliti dalam merespons fenomena yang relevan, mendefinisikan keterangan yang diperoleh secara spesifik, mengidentifikasi penyebab munculnya masalah, membuat keputusan pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan masalah tersebut serta merumuskan masalah penelitian. c. Kerja dan kontrak profesional Banyak peneliti mengembangkan atau merumuskan pertanyaan penelitian mereka sebagai bagian aktivitas pekerjaan atau diskusi dengan rekan sekerja. Pada banyak kasus, diskusi formal dan informal yang dilakukan oleh peneliti dengan rekan atau kelompok ahli lain sangat membantu upaya penajaman terhadap masalah, baik teoritis maupun praktis 3. Melalui diskusi akademik, masalah penelitian dipertajam dan dirumuskan. Untuk tujuan ini peneliti dapat menempuh langkah-langkah seperti : mendifinisikan masalah bersama rekan sekerja, mengidentifikasi penyebab munculnya masalah, membuat keputusan untuk mengadakan penelitian serta merumuskan pertanyaan penelitian. d. Pengujian dan pengembangan teori Tujuan penelitian antara lain adalah untuk melahirkan teori-teori baru dan merevisi teori yang telah ada yang ternyata sudah tidak relevan lagi dengan kenyataan sekarang. Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh peneliti berkenaan dengan hal tersebut adalah : 1) Memahami teori-teori yang relevan dengan bidangnya. 2) Menelaah proses penelitian sehingga diperoleh teori tersebut. 3) Membuat keputusan untuk menyelenggarakan penelitian. 4) Menentukan waktu dan situasi penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. 5) Merumuskan masalah penelitian. 6) Analisis literatur professional dari hasil penelitian sebelumya. 3. Rumusan masalah Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan maka rumusan masalah adalah pertanyaan yang akan ditemukan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun, demikian terdapat ikatan erat antara masalah dengan rumusan masalah karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah. Apabila permasalahan yang akan diteliti telah ditetapkan, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah. Tuckman (dalam Sudarwan Danim dan Darwis) mengemukakan beberapa kriteria dalam merumuskan masalah, yaitu : a. Bersifat kausalitas atau menghubungkan dua variabel atau lebih. b. Dapat diukur secara empiris dan objektif. c. Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, lebih baik dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. d. Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan tidak pula menuntut jawaban dengan pertimbangan moral subjektif. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian dikembangkan berdasarkan eksplanasi. Bentuk masalah dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif dan assosiatif. a. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih ( variabel yang berdiri sendiri). Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain dan mencari hubungan variable itu dengan variable lain. Contoh : Seberapa baik kinerja kabinet bersatu ? b. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh : Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai swasta nasional dan perusahaan asing? c. Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih.6 2.3 Teori Ilmiah Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian ( kuantitatif ) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Teori adalah seperangkat konstruk ( konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Menurut Mark dalam (Prof.Dr.Sugiono ) membedakan adanya 3 macam teori antara lain : a. Teori yang deduktif : memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan ( pemikiran umum ke khusus). b. Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari data kearah teori ( pemikiran khusus ke umum). c. Teori yang fungsional : disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis yaitu data yang memengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali memengaruhi data. Teori dalam penelitian memiliki kegunaan karena semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi utama teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Merupakan pemandu untuk menemukan fakta guna merumuskan hipotesis, serta digunakan sebagai kontrol yang membahas penelitian sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.7 Sebagai informasi untuk menetapkan cara pengujian hipotesis, sebagai dasar dalam merumuskan kerangka teoritis penelitian serta memperkaya ide-ide baru, Untuk mengetahui siapa saja peneliti lain dan pengguna di bidang yang sama. Dalam penelitian ilmiah, teori ilmiah tidak terpisahkan dari fakta. Hubungan antara keduanya adalah : a. Fakta memprakarsai teori ilmiah. b. Fakta memformulasikan kembali teori-teori ilmiah. c. Fakta dapat dijadikan dasar untuk menolak teori ilmiah. d. Fakta memperjelas teori ilmiah. 2.4 Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran adalah konstruksi berfikir yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun. Menurut Rusidi (1993), kerangka berfikir berarti menduduk-perkarakan masalah dalam kerangka teoritis (theoritical framework) atau disebut juga proses deduktif. Untuk menyusun kerangka pemikiran, perhatikanlah hal-hal berkut ini: 1. Cari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang relevan untuk dijadikan landasan teoritis dalam penelitian. Teori- teori dan konsep-konsep tersebut berasal dari acuan umum yaitu dari kepustakaan seperti buku teks, ensiklopedia, monografh dan sejeneisnya. Sedangkan generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti. Kriteria sumber bacaan adalah prinsip kemutakhiran (recency) dan relevansi. Menurut Rusidi (1993), tahap penguraian teori yang menjadi titik tolak berfikir untuk menjawab masalah kepada konsep-konsep yang mengabstraksikan fenomena, disebut tahap conceptioning. 2. Dari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi tersebut, lakukan perincian analisis melalui penalaran deduktif. Sedangkan dari hasil-hasil penelitian yang terdahulu dilakukan pemaduan (sistesis) dan generalisasi melalui penalaran induktif. Proses deduksi dan induksi itu dilakukan secara iteratif, sehingga dihasilkan jawaban yang paling mungkin terhadap masalah. Jawaban inilah yang dijadikan hipotesis penelitian. 2.5 Variabel Penelitian Adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Kerlinger ( 1973) variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala pengukurannya, konteks hubungannya, dan dapat tidaknya variabel dimanipulasi. Macam-macam Variabel Penelitian yaitu : a. Berdasarkan skala pengukuranya 1) Variabel nominal : Variabel nominal merupakan variabel dengan skala paling sederhana karena fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi label suatu subjek atau kategori. Contoh variabel nominal : jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). 2) Variabel ordinal : Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi beberapa secara bertingkat, contoh status sosial ekonomi : rendah, sedang, tinggi. 3) Variabel interval : Variabel interval adalah variabel yang selain dimaksudkan untuk membedakan, mempunyai tingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti atau satu kategori dengan kategori lainnya, contoh prestasi belajar : 5, 6, 7, 8, dan seterusnya. 4) Variabel rasio : Variabel rasio merupakan variabel selain bersifat membedakan, mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti, dan setiap nilai kategori diukur dari titik yang sama, contoh: berat badan, tinggi badan, dan seterusnya. b. Berdasarkan konteks hubungannya Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu. Variabel- variabel tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau dari konteks ini variabel dibedakan menjadi : 1) Variabel bebas atau independent variables : adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lainnya, yang mejadi sebab timbulnya variabel dependen ( terikat ). Contoh : Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Variabel bebas nya adalah : Pengaruh motivasi belajar. 2) Variabel terikat atau dependent variable : merupakan variabel yang nilainya tergantung dari nilai variabel lainnya atau variable terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. Contoh : Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Variabel terikat nya adalah : Hasil belajar siswa. 3) Variabel moderator atau variable intervening : merupakan variabel yang juga mempengaruhi variabel terikat ( memperkuat dan memperlemah ) hubungan antara variable independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur, namun dalam penelitian pengaruhnya tidak diutamakan. Variabel ini juga disebut sebagai variable independen kedua. Variabel ini merupakan variable penyela/ antara yang terletak diantara variable independen dan dependen, sehingga variable independen secara tidak langsung memengaruhi berubahnya atau timbulnya variable dependen. Contoh : Kompensasi memperkuat pengaruh antara kepuasan kerja terhadap kinerja. 4) Variabel perancu (confuding variable) : Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variabel antara. Contoh : Umur sebagai factor perancu terhadap hubungan merokok dan resiko kematian. 5) Variabel kendali : Variabel kendali merupakan variabel yang juga mempengaruhi variabel terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya dijadikan netral. 6) Variabel rambang : Variabel rambang merupakan variabel yang juga ikut mempengaruhi variabel terikat namun pengaruhnya tidak begitu berarti, sehingga keberadaan variabel ini dalam penelitian diabaikan. 7) Variabel control adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti, sering digunakan oleh peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. c. Berdasarkan dapat tidaknya variabel dimanipulasi Ada variabel di mana peneliti dapat melakukan intervensi dan ada pula variabel di mana peneliti tidak dapat melakukan intervensi. Atas dasar tinjauan ini, variabel dibedakan menjadi: 1) Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau diintervensi oleh peneliti, contoh : metoda mengajar, teknik pelatihan, serta strategi pembiasaan. 2) Variabel statis, merupakan variabel yang tidak dapat diintervensi atau dimanipulasi oleh peneliti, contoh : jenis kelamin, umur, sertas tatus perkawinan. 2.6 Hipotesis Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti “kurang dari” dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan suatu pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah kerangka berfikir dari sintesa atau kesimpulan sementara.9 Hipotesis juga merupakan jawaban yang masih sementara dan bersifat teoritis, atau juga merupakan alat yang mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri karena menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan atau fakta yang ada.10 Bentuk-bentuk hipotesis ada 3 macam yaitu : hipotesis deskriptif ( variabel mandiri ), hipotesis komparatif ( perbandingan ) dan hipotesis assosiatif ( hubungan ). Dalam penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai komponen penting dalam penelitian. Oleh karena itu sebelum terjun ke lapangan hendaknya peneliti telah merumuskan hipotesis penelitiannya. Pentingnya hipotesis dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian pada bidang tersebut. b. Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data. c. Hipotesis merupakan petunjuk tentang prosedur apa saja yang harus diikuti dan jenis data apa saja yang harus dikumpulkan. d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penelitian. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti dalam merumuskan hipotesis, yaitu : a. Hipotesis harus menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih (dalam satu rumusan hipotesis minimal terdapat dua variabel). b. Hipotesis hendaknya dinyatakan secara deklaratif (kalimat pernyataan). c. Hipotesis hendaknya dirumuskan dengan jelas. d. Hipotesis harus dapat diuji kebenarannya. Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam mempelajari, hipotesis dapat diklasifikasikan berdasarkan rumusannya dan proses pemerolehannya. a. Ditinjau dari rumusannya hipotesis dibagi dua yaitu : 1) Hipoteis kerja, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan sintesis dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau Ha. 2) Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis kerja dan sering disingkat Ho. Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan Ho untuk satu permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Ho ‘sengaja” dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan H1 “dipersiapkan” untuk diterima. b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi: 1) Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan untuk menghasikan teori baru (pada penelitian kualitatif) 2) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori ilmiah yang telah ada (pada penelitian kuantitatif). c. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi : 1) Hipotesis Deskriptif merupakan jawaban sementara terhadaap masalah deskriptif yaitu berkenaan dengan variabel mandiri. 2) Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. 3) Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif yaitu, menanyakan hubungan antar dua variabel atau lebih. 2.7 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Study atau penelitiannya disebut studi populasi atau studi sensus.12 Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan- satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti dan satuan- satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusiinstitusi, dan benda-benda. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti atau sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Syarat dalam mengambil sampel ada dua macam yaitu : jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel yang dipilih harus mewakili.13 Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Sampel yang baik yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi. Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil penelitian yang bias. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu. Sebab- sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi antara lain: subjek membatalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagaian dari populasi kemudian diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi). Manfaat sampling yaitu : menghemat biaya penelitian, menghemat waktu untuk penelitian, dapat menghasilkan data yang lebih akurat, memperluas ruang lingkup penelitian, teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama, bila keadaan populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif atau tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi. Jenis-jenis teknik sampling yaitu : 1) Teknik sampling secara probabilitas Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif. Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut. a) Teknik sampling secara rambang sederhana : Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian. b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling) : Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi. c) Teknik sampling secara rambang proportional : Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis. d) Teknik sampling secara rambang bertingkat :Bila subpoplulasi- subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional. e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling) : Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling. 2) Teknik sampling secara nonprobabilitas. Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut: a. Puposive sampling atau judgmental sampling : Penarikan sampel secara puposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti. b. Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju). Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju. c. Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui. d. Accidental sampling atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan. Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng- hemat waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan populasi.14 Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah. Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi.15 2.8 Data Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Data dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat, sumber, dan juga skala pengukurannya. a. Berdasarkan sifatnya : 1) Data kuantitatif : Data yang berupa angka-angka. 2) Data kualitatif : Data yang berupa kata-kata atau pernyataan pernyataan. b. Berdasarkan sumbernya : 1) Data primer, adalah data yang diperoleh langsung pihak yang diperlukan datanya. 2) Data sekunder, merupakan data yang tidak diperoleh langsung dari pihak yang diperlukan datanya. c. Berdasarkan skala pengukurannya 1. Data nominal Ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Ciriciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan data kontinum dan tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. 2. Data ordinal Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. 3. Data interval Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. 4. Data ratio Ukuran yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran ratio (data rasio). Data ratio, yang diperoleh melalui mengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol. Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik nol di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data ratio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada data ratio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur.