Analisis Kesantunan Tindak Tutur Menyanggah dalam Video Mata Najwa “Setelah 22 Mei” Heni Pujiati [email protected] ABSTRAK Kesantunan berbahasa yang khususnya kesantunan tindak tutur merupakan suatu tata krama atau etika ketika berinteraksi atau berkomunikasi dengan mitra tutur, baik yang tua maupun muda. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) bentuk tindak tutur dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”; (2) prinsip kesantunan berbahasa dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”; dan (3) strategi tindak tutur yang digunakan dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan data berupa ujaran dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. Sumber data dalam penelitian ini adalah video Mata Najwa pada episode “Setelah 22 Mei” yang terdapat dalam siaran televisi dan kemudian diunggah ke laman youtube, dengan teknik pengumpulan data metode penyimakan dan penulisan, penyajian data yang dilakukan yakni formal. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut; Pertama, ditemukan bentuk atau modus kalimat berupa; (1) modus deklaratif; (2) modus optatif; (3) modus imperative; (4) modus interogatif; dan (5) modus obligatif. Kedua, ditemukan 5 dari 6 prinsip kesantunan berbahasa, yakni; (1) maksim kedermawanan; (2) maksim pujian; (3) maksim kerendahan hati; (4) maksim kesimpatian; (5) maksim kesepakatan, sedangkan maksim kearifan tidak terdapat dalam objek tersebut. Ketiga, terdapat pula dua strategi tindak tutur, yakni tindak tutur langsung dan tindak tutur langsung literal. Kata Kunci: kesantunan berbahasa, tindak tutur, video Mata Najwa “Setelah 22 Mei” PENDAHULUAN Bahasa merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam dinamika kehidupan masyarakat. Penggunaan bahasa yang baik akan mendorong adanya proses interaksi dan komunikasi yang baik, karena bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa juga digunakan untuk mengembangkan akal budi manusia, serta menjadi tolak ukur cara berpikir seseorang saat menggunakan bahasa. Dalam berinteraksi akan ada yang bertanya dan menjawab, ada yang meminta dan ada yang memberi, ada yang menyuruh ada yang melaksanakan, ada yang berpendapat dan ada yang menyanggah, dan sebagainya (yuni, 2013:706). Suatu interaksi sosial akan terjalin dengan baik dan lancar jika memenuhi aturan-aturan tertentu, terutama dalam kesadaran akan bentuk sopan santun. Tolak ukur sebagian manusia terletak pada sopan santunnya seseorang dalam berbagai aspek. Sopan santun atau tata krama merupakan salah satu bentuk penghormatan seseorang kepada orang lain. penghormatan atau penghargaan terhadap sesama bersifat manusiawi. Saling menghargai adalah ciri khas manusia sebagai makhluk sosial dan berakal budi, yakni perilakunya senantiasa berdasarkan pada pertimbangan akal budi dibandingkan instink (Baryadi, 2005:71). Berkomunikasi ataupun interaksi selalu mempunyai berbagai jenis dan memiliki hubungan dengan tindak tutur. Tindak tutur merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara dan pendengar atau penulis dan pembaca serta hal yang dibicarakan tentu saja tanpa menyampingkan konteks lain. Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi (fungsi emotif). Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini, pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah, atau gembira (Chaer, 2004:15). Peristiwa tindak tutur dapat terjadi dimana saja, baik dalam interaksi secara langsung dapat dianalisis atau bahkan dalam tayangan-tayangan yang ada di televisi. Televisi merupakan salah satu bentuk komunikasi masyarakat secara tidak langsung. Di dalam televisi banyak ditemukan tuturan-tuturan baik dengan menggunakan ungkapan suatu hal secara langsung atau ungkapan suatu hal secara tidak langsung. Salah satu acara yang dapat dijumpai dalam televisi yaitu Mata Najwa yang dipandu oleh Najwa Shihab. Najwa Shihab merupakan salah satu jurnalis terbaik di negeri ini. Melalui Mata Najwa yang ditayangkan oleh Trans TV setiap Hari Rabu pukul 20.00 wib, masyarakat diajak mengulas berbagai topik secara mendalam untuk mendapatkan kebenaran dari topik tersebut. Dalam setiap topik yang akan dibahas, Najwa selalu menghadirkan berbagai narasumber yang kompeten dan relevan terkait topik yang dibahasnya. Najwa termasuk wartawan yang pertama mewawancarai Presiden SBY, tidak lama setelah pelantikan. Hampir semua tokoh politik nasional pernah ia wawancarai, tak hanya itu ia juga mewawancarai mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Kekhasannya berbicara kritis ketika mewawancarai bintang tamunya terkaadang membuat tokoh yang ia undang kebingungan menjawab, tidak jarang Najwa melontarkan pertanyaan sebelum tamunya menjawab. Pada episode Mata Najwa yang berjudul “Setelah 22 Mei” merupakan episode yang dibuat setelah pengumuman keputusan pemilihan presiden dan wakil presiden di Indonesia. Mulai tanggal 21 Mei 2019 sudah terjadi aksi demo di berbagai tempat, terutama di depan kantor Bawaslu RI Jl. MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Para demonstran tidak terima dengan hasil putusan yang menyebutkan paslon 01 menang atau diangkat menjadi Presiden Indonesia dan aksi-aksi mereka yakni pembakaran ban, merusak fasilitas-fasilitas yang ada, membakar merecon dan di lempar ke arah polisi, dan aksi lainnya yang merugikan. Penelitian sebelumnya juga meneliti mengenai kesantunan berbahasa walaupun ada perbedaan pada konteks dan sasaran yang diteliti. Peneliti sebelumnya dimuat dalam jurnal yang berjudul Kesantunan Berbahasa Pada Program TV Trans7 dalam Acara “Hitam Putih” oleh Resviya pada tahun 2015, penelitian tersebut mengacu pada kesantunan berbahasa yang digunakan dan bagaimana komunikasi yang digunakan pembawa acara dan narasumber dalam tayangan tersebut. Selain itu, ada juga penelitian yang berjudul Analisis Tindak Tutur Pada Wawancara Putra Nababan dan Presiden Portugal oleh Syahrizal Akbar pada tahun 2018, penelitian tersebut mengacu pada tuturan-tuturan pada narasumbernya. Sedangkan penelitian kali ini membahas bentuk, prinsip maksim, dan strategi dalam kesantunan tindak tutur para penuturnya. Adapun permasalahan yang diangkat penulis yakni: 1) Bagaimana bentuk tindak tutur dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”?; 2) Bagaimana prinsip kesantunan berbahasa dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”?; 3) Bagaimana strategi yang digunakan dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”? Dengan demikian, penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, prinsip maksim, dan strategi kesantunan tindak tutur dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. LANDASAN TEORI Penelitian ini menggunakan kajian pragmatik, khususnya tentang kesantunan berbahasa. Memperlakukan kesopanan sebagai suatu prinsip yang tegas dan memiliki nilai-nilai yang sangat penting untuk memahami bagaimana masyarakat terbentuk dan dipertahankan melalui interaksi. Kesopanan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain. Kesopanan dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan sosial. Kesantunan atau etika adalah tata cara, adat, kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan kaidah yang ditetapkan dan disepakati oleh perilaku sosial, kesantunan juga disebut ‘tata krama atau kesopanan’. Kesantunan yang memiliki poin penting yaitu, pertama kesantunan sikap, yaitu untuk memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun dan etika sehari-hari. Kedua, kesantunan yang bersifat kontekstual, yaitu yang berlaku di masyarakat, tempat situasi tertentu, tetapi belum berlaku di masyarakat, tempat, situasi yang berbeda. Ketiga kesantunan dua kutub, yaitu antara orang tua dan anak, dosen dan mahasiswa, guru dan murid, orang lebih tua dan muda, dan lainnya. Keempat, yaitu kesantunan berbusana, berbuat atau bertindak dan berbahasa. Kesantunankesantunan tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya dijumpai dan terutama pada kesantunan tindak tutur. Menyanggah merupakan salah satu bentuk dari tindak tutur. Tindak tutur adalah sesuatu yang benar-benar dilakukan saat berbicara atau berinteraksi, dari sini dapat dipahami bahwa tuturan yang berupa sebuah kalimat dapat dikatakan sebagai tindak tutur jika kalimat itu berfungsi. Fungsi yang dimaksud yakni merangsang orang lain untuk memberi tanggapan yang berupa ucapan atau tingakan. Namun, tidak semua orang dapat melakukan hal itu. Tindak tutur mencakup banyak bentuk, peneliti merangkum beberapa bentuk tindak tutur yang merupakan bentuk atau modus kalimat, yakni: a) Modus deklaratif, yaitu modus yang menunjukkan sikap netral; Contoh: Ir. Soekarno merupakan Presiden pertama Indonesia b) Modus optatif, yaitu modus yang menunjukkan harapan; Contoh: semoga di tempat itu tidak ada lagi kecelakaan. c) Modus imperative, yaitu modus yang menunjukkan perintah; Contoh: tolong ambilkan laptop saya! d) Modus interogatif, yaitu modus yang menyatakan pertanyaan; Contoh: apakah kamu sudah mandi? e) Modus obligatif, yaitu modus yang menyatakan keharusan; dan Contoh: setiap hari senin, para siswa mengenakan seragam lengkap. f) Modus desideratif, yaitu modus yang menyatakan kemauan. Contoh: Heru akan pergi ke bioskop menonton film Aladin. Menutur Chaer (dalam Astuti, 2017:131) secara umum ada tiga kaidah yang harus dipatuhi penutur agar tuturan terdengar santun oleh mitra tutur. Ketiga kaidah tersebut, yaitu (1) formalitas (formality), (2) ketidaktegasan (hetisancy), dan (3) kesamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie). Berdasarkan pendapat tersebut, kesantunan berbahasa yakni kemampuan seseorang dalam bertutur secara halus dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur sehingga mitra tutur dapat memahami pesan yang disampaikan oleh penutur serta tidak menimbulkan kesalahpamahan antara kedua pihak (penutur dan mitra tutur). Kesantunan berbahasa menurut Leech (2011:206) meliputi beberapa prinsip kesantunan (politeness principles) yang dibagi menjadi beberapa maksim (ketentuan, ajaran), yaitu: 1) Maksim kebijaksanaan, yaitu memperbesar keuntungan mitra tutur dan memperkecil kerugian mitra tutur; 2) Maksim kedermawanan, yaitu memperbesar kerugian penutur dan memperkecil keuntungan penutur; 3) Maksim pujian, yaitu memperbesar pujian mitra tutur dan memperkecil kecaman mitra tutur; 4) Maksim kerendahan hati, yaitu memperbesar kecaman penutur dan memperkecil pujian penutur; 5) Maksim kecocokan atau kesepakatan, yaitu memperbesar kesesuaian penutur dan mitra tutur, juga memperkecil ketidaksesuaian penutur dan mitra tutur; 6) Maksim kesimpatian, yaitu memperbesar simpati penutur dan mitra tutur, juga memperkecil antipati penutur dan mitra tutur. Selain bentuk atau modus kalimat dan prinsip kesantunan, ada pula strategi yang digunakan para penutur dan mitra tutur dalam konteks pembicaraannya. Menurut Yule (2006:95) tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran. Adapun strategi tindak tutur sebagai berikut: 1) Tindak tutur langsung adalah apabila ada hubungan langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur. 2) Tindak tutur tidak langsung adalah apabila ada hubungan tidak langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur. 3) Tindak tutur literal adalah tindak tutur dimana penutur menyampaikan maksudnya sama dengan makna kata-kata penyusunnya. 4) Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang mana penutur menyampaikan maksudnya tidak sama atau berlawanan dengan makna katakata penyusunnya. Menurut Wijana (1996:33) bila tindak tutur langsung dan tidak langsung diintegrasikan dengan tindak tutur literal dan tidak literal maka didapatkan tindak tutur berikut ini: a. Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. b. Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diucapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi (makna) kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur. c. Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor (dalam Moloeng, 2005:4) metodologi kualitatif merupakan strategi prosedur penelitian yang akan mendapatkan data berupa teks deskriptif tertulis maupun lisan dari seseorang yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari pelaku saat dilakukan observasi yang dapat diamati. Jenis penelitian ini menggunakan data berupa huruf tidak terdapat angka. Data penelitian ini berupa beberapa ujaran penutur dan mitra tutur yang terdapat kesantunan tindak tutur dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”, yang terdiri dari 7 bagian dan total durasi keseluruan yakni 67 menit atau sekitar satu jam lebih tujuh menit. Sumber data dalam penelitian ini adalah video Mata Najwa pada episode “Setelah 22 Mei” yang terdapat dalam siaran televisi dan kemudian diunggah ke laman youtube. Teknik pengumpulan data pada penelitian kali ini menggunakan metode penyimakan dan penulisan, yakni dengan menyimak penggunaan bahasa. Dalam pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitianini, metode simak diwujudkan lewat teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya disebut teknik sadap, sedangkan teknik lanjutannya adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik cakap. Langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut; 1) peneliti mengklasifikasikan data yang telah diidentifikasi kesantunannya menurut bentuk, prinsip, dan strategi, serta penanda yang menunjukkan kesantunan, baik berupa aspek kebahasaan maupun aspek non-kebahasaan; 2) hasil identifikasi tersebut diklasifikasikan menurut bentuk, prinsip, dan strategi kesantunan tindak tuturnya; 3) hasil analisis dicek keabsahan data oleh peneliti dan rekan sejawat; 4) peneliti membuat kesimpulan berupa keteratura dalam merealisasikan kesantunan berkomunikasi dalam video Mata Najwa. Serta transkripsi data dilakukan secara berulang-ulang untuk meminimalisir kesalahan penyimakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Tindak Tutur dalam Video Mata Najwa “Setelah 22 Mei” Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”, dapat diperoleh data berupa ujaran yang menunjukkan bentuk atau modus kalimat. Akan tetapi, hanya terdapat lima modus saja, menurut peneliti modus harapan dan modus kemauan merupakan satu kesatuan yang sama. Sehingga tidak ada modus kemauan dalam sumber data tersebut. Berikut penjelasannya: 1. Modus deklaratif Modus deklaratif adalah modus kalimat atau bentuk kalimat yang menunjukkan sikap netral pada penutur maupun mitra tutur. Sehingga beberapa ujaran di bawah ini menunjukkan modus deklaratif. a. Najwa Shihab : “dibandingkan dengan yang kemarin malam, malam ini konsentrasi masa lebih besar atau lebih kecil?” Cindy : “dari pantauan yng kami lihat disini memang beberapa massa masih terus memadati area gedung sarinah dan mulai terus menerus bertambah...” Kutipan di atas menunjukkan sikap netral antara penutur dan mitra tuturnya, dikarenakan keduanya sedang memantau atau melihat situasi yang sedang terjadi. Sehingga sikap tersebut termasuk dalam sikap netral. b. Najwa Shihab : “apa saja yang mereka tuntut Cindy?” Cindy : “mereka masih memiliki tuntutan yang sama, yakni meminta untuk mendiskualifikasi hasil dari pengumuman pilpres oleh KPU pada tanggal 21 Mei 2019 dan juga mereka berorasi akan terus mengawal tuntutan dan juga gugatan...” Kutipan di atas menunjukkan Najwa Shihab bertanya mengenai alasan para massa masih bertahan melakukan aksi tersebut kepada reporter Cindy. Reporter Cindy menyampaikan bahwa tuntutan para massa masih sama seperti sejak awal mereka melakukan aksi demo tersebut. Penyampaian reporter Cindy menunjukkan sikap netral, karena tidak memihak pihak manapun. 2. Modus optatif Modus optatif merupakan modus yang menunjukkan adanya suatu harapan atau bahkan keinginan yang belum terwujud dalam tindakan tersebut. Berikut ini adalah modus optatif dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. a. Najwa Shihab : “anda berharap itu dikeluarkan?” Feri Amsari : “ ya, saya berharap itu dikeluarkan. Sedari awal langkah konstitusional itu harus diikuti dengan langkah negara, tanpa ada langkah konstitusional yang negarawan semua ini cuman kamuflase...” b. Najwa Shihab : “apa yang seharusnya terjadi setelah 22 Mei?” Meutya Hafid : “.. kami betul-betul mengharapkan selesai malam ini, kita bisa duduk sama-sama tanpa kemudian ada prasangka, betul-betul clear KPU dan Bawaslu diapresiasi, catatan-catatan silahkan dijadikan perbaikan untuk ke depan...” Dari kedua data tersebut, menunjukkan bahwa adanya suatu harapan yang penutur inginkan terhadap peristiwa yang sedang terjadi dan bahkan setelah persitiwa ini usai. Pada data (a) menunjukkan harapan menginginkan proses tersebut melalui jalur hukum yang berlalu, dan data (b) menunjukkan harapan setelah peristiwaperistiwa yang memilukan ini tidak ada lagi atau tidak boleh terjadi lagi dikemudian hari. 3. Modus imperative Modus imperative adalah modus yang menunjukkan adanya sebuah perintah atau sesuatu yang harus dilakukan oleh mitra tutur yang diberikan dari penuturnya. Berikut modus imperative yang terdapat dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. a. Najwa Shihab : “saya ingin kita mendengarkan pernyataan kapolri Tito Karnavian tentang apa yang terjadi sepanjang hari ini, kita akan melihat pernyataan Tito Karnavian berikut ini!” Modus imperative di atas merupakan kalimat perintah langsung, karena setelah penutur memerintah maka mitra tutur pun melaksanakan sesuai dengan yang diperintahkan. Susunan kalimat yang digunakan jelas, yakni kalimat perintah. b. Andre Rosiade : “Pak Prabowo sudah mengatakan bahwa kita mengalah saja dan menunggu hasil putusan MK, kalau ada yang memukul, tidak boleh dibalas...” Sedangkan pada data di atas, merupakan imperative tidak langsung yang dilakukan penutur dan mitra tutur. Dikatakan tidak langsung karena kalimat penyusunnya terlihat seperti himbauan biasa saja. 4. Modus interogatif Modus interogatif adalah modus yang menyatakan pertanyaan dalam bentuk apapun. Berikut ini beberapa modus interogatif. a. Najwa Shihab : “apakah ada tokoh-tokoh BPN lainnya yang sempat datang untuk menemui massa hari ini?” Cindy : “iya, betul Najwa. Sore tadi ada Amin Rais berorasi di depan warga sekitar pukul 16.30...” b. Najwa Shihab : “apakah ada ultimatum jam berapa massa sudah harus bubar dari kepolisian?” Cindy : “sejauh ini pihak kepolisian menghimbau kepada para massa untuk meninggalkan lokasi pada pukul 21.00 wib.” Kedua data di atas menunjukkan sebagian dari banyaknya modus interogatif dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. 5. Modus obligatif Modus obligatif adalah modus yang menyatakan keharusan atau sesuatu yang benar-benar langsung dilakukan dalam waktu itu atau bahkan waktu berikutnya. Di bawah ini modus obligatif yang terdapat pada video Mata Najwa. a. Najwa Shihab : “proses politik yang sedemikian panjang dari mulai persiapan kampanye, proses rekapitulasi yang lebih dari sebulan. Sekarang kita melihat demo dan kericuhan. Anda sebagai ketua KPU melihat ini sesuatu yang bisa diprediksi sesungguhnya atau diluar dugaan anda sama sekali?” Ketua KPU : “... tetapi pemilu saat ini terlihat berlebihan, saya pikir semuanya harus menahan diri dan bisa melihat, memahami, apa yang seharusnya dikerjakan atas putusan yang sudah dibuat. Cara merespon harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku...” Pada kutipan di atas menunjukkan dengan sangat jelas keharusan yang harus dilakukan oleh masyarakat. Melakukan semua tindakan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang telah dibuat dan ditetapkan. Sehingga tidak ada kejadian-kejadian yang seperti ini. Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Video Mata Najwa “Setelah 22 Mei” Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”, dapat diperoleh data berupa ujaran yang menunjukkan prinsip kesantunan berbahasa. 1. Maksim kebijaksanaan Maksim kebijaksanaan merupakan memperbesar keuntungan mitra tutur dan memperkecil kerugian mitra tutur. Menurut Chaer (dalam Astuti, 2017:137) tuturan yang mematuhi maksim kebijaksanaan yaitu apabila tuturan tersebut megandung makna memperbesar keuntungan orang lain dengan memberikan informasi yang menguntungkan bagi mitra tutur, serta dalam tuturan penutur menggunakan ketidaklangsungan untuk menuntut mitra tutur melakukan suatu tindakan. Tetapi dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”, tidak ada maksim kebijaksanaan dalam episode tersebut. Sehingga peneliti tidak mendapatkan dan mencantumkan data maksim kebijaksanaan. 2. Maksim kedermawanan Menurut Rahardi (dalam Astuti:138) maksim kedermawanan menggarisbawahi memperbesar kerugian diri sendiri dengan memberikan suatu yang dapat menimbulkan efek tindakan pada diri sendiri dan memperkecil keuntungan diri sendiri dengan bersikap membantu dan menghormati orang lain. Berikut maksim kedermawanan yang terdapat pada video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. a. Abdul Kadir : “dalam bayangan saya bahwa setelah itu tidak ada lagi demo-demo atau apapun namanya, karena logika kita ketika memilih jalan konstitusi artinya masalah semuanya harus diselesaikan lewat jalur hukum...” Data di atas menunjukkan maksim kedermawanan karena memiliki unsur nasehat atau saran kepada mitra tutur, baik mitra tutur secara langsung ataupun mitra tutur tidak langsung. 3. Maksim pujian Indikator yang menjadi patokan dalam maksim pujian yaitu dengan memperbesar pujian terhadap orang lain atau mitra tutur dengan memberikan pujian yang tulus terhadap mitra tutur. Memperkecil kecaman terhadap mitra tutur atau dengan tidak menggunakan kata-kata bersifat mengecam mitra tutur. a. Najwa Shihab : “ada narasi yang kurangkah ketika tadi disampaikan oleh Presiden Joko Widodo?” Abdul Kadir : “... bahwa pak Prabowo akan menempuh jalan konstitusi, saya kira itu baik.” b. Feri Amsari : “Pak Prabowo memang kalah dalam hitungan KPU, tetapi menang sebagai negarawan. Bagaimana menang secara negarawan itu? Harus ditunjukkan dengan sikap-sikap...” Dari kedua data tersebut, termasuk dalam maksim pujian karena ada unsurunsur pujian seperti “saya kira itu baik” dan “menang sebagai negarawan”. Kedua unsur pembangun maksim pujian tersebut merupakan hal positif yang terdapat dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. 4. Maksim kerendahan hati Indikator dalam maksim kerendahan hati yakni memperbesar kecaman pada diri sendiri dan memperkecil pujian terhadap diri sendiri, atau dengan kata lain bersikap rendah hati dengan tidak mengatakan hal-hal yang menunjukkan kesombongan diri. a. Andre : “Pak Prabowo sudah mengatakan bahwa kita mengalah saja dan menunggu hasil putusan MK..” Dalam kutipan di atas terdapat “mengalah saja”, jika diartikan secara makna itu artinya jika ada rasa harus menerima keadaan. Kata tersebut juga mengacu pada rendah diri dan tidak sombong. 5. Maksim kesepakatan Menurut Rahardi (dalam Astuti, 2017:141) maksim kecocokan menekankan pada prinsip para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan dengan lawan tutur. Beikut kutipan maksim kesepakatan. a. Abdul Kadir : “... negosiasi, kompromi..” b. Najwa Shihab : “saya ingin kita mendengarkan pernyataan kapolri Tito Karnavian tentang apa yang terjadi sepanjang hari ini, kita akan melihat pernyataan Tito Karnavian berikut ini!” Pada data (a) sudah tertera dengan jelas maksim kesepakatannya, karena ada kata negosiasi dan kompromi. Data (b) menunjukkan bahwa yang diperintahkan Najwa Shihab itu sudah disepakati oleh semua mitra tutur, karena kalimat tersebut merupakan kalimat perintah. 6. Maksim kesimpatian Maksim kesimpatian mengharuskan penutur unuk memperbesar rasa simpati antara diri sendiri dan orang lain. maksim kesimpatian dapat dilihat dari data berikut: a. Andre Rosiade: “Mas Toto bayangkan, ada anak umur 15 tahun lagi duduk sama teman-temannya sekitar jam 02.00 dini hari, padahal jam 01.00 masih bertemu dengan ibunya tiba-tiba ada suara ‘dor’ jatoh, meninggal. Namanya Rayhan umur 15 tahun sedang duduk di gang, dia remaja masjid Al-Istiqomah di pertamburan. Pertanyaannya ada apa? Mengapa ia ditembak?” Data di atas menunjukkan kesimpatian karena adanya korban dalam peristiwa demonstrasi yang dilakukan oleh para warga. Sehingga penutur memberikan maksim kesimpatiannya akan hal itu. Strategi Tindak Tutur yang digunakan dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei” Dalam sub bab ini, hanya terdapat dua strategi tindak tutur yang digunakan dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. Hal ini dikarenakan padat dan jelasnya informasi-informasi yang diberikan penutur dan mitra tutur. Berikut dua strategi tindak tutur yang terdapat dalam video tersebut. 1. Tindak Tutur Langsung Menurut Yule (2006:95) tindak tutur langsung adalah apabila ada hubungan langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur. Dengan kata lain, tindak tutur langsung merupakan tuturan yang langsung pada inti maksudnya tanpa bertele-tele. a. Najwa Shihab : “dibandingkan dengan yang kemarin malam, malam ini konsentrasi masa lebih besar atau lebih kecil?” Cindy : “dari pantauan yng kami lihat disini memang beberapa massa masih terus memadati area gedung sarinah dan mulai terus menerus bertambah...” b. Najwa Shihab : “apa saja yang mereka tuntut Cindy?” Cindy : “mereka masih memiliki tuntutan yang sama, yakni meminta untuk mendiskualifikasi hasil dari pengumuman pilpres oleh KPU pada tanggal 21 Mei 2019 dan juga mereka berorasi akan terus mengawal tuntutan dan juga gugatan...” Data di atas merupakan beberapa dari banyaknya data tindak tutur langsung, karena penutur dan mitra tutur hanya memiliki satu maksud yang dituju. Adanya hubungan langsung antara struktur dan fungsi. 2. Tindak tutur langsung literal Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya (Wijana, 1996:33). Dengan demikian, maksud bertanya akan disampaikan dengan kalimat tanya, maksud memberitakan akan disampaikan dengan kalimat berita, dan maksud memerintah akan disampaikan dengan kalimat perintah atau suruh. a. Najwa Shihab : “bagaimana menilai dua pertanyaan tadi berturutturut? Bagaimana perbandingannya?” Yunarto : “ya saya pikir berbeda ya. Prabowo berbicara sebagai capres dan Jokowi berbicara sebagai presiden dan narasi yang digunakan juga berbeda...” b. Najwa Shihab : “apakah ada tokoh-tokoh BPN lainnya yang sempat datang untuk menemui massa hari ini?” Cindy : “iya, betul Najwa. Sore tadi ada Amin Rais berorasi di depan warga sekitar pukul 16.30...” Kedua data di atas sudah jelas menunjukkan tindak tutur langsung literal karena penutur dan mitra tutur mempunyai maksud yang sama dalam penyampaiannya. KESIMPULAN Berdasarkan paparan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei” ditemukan bentuk atau modus kalimat berupa; (1) modus deklaratif; (2) modus optatif; (3) modus imperative; (4) modus interogatif; dan (5) modus obligatif. Selanjutnya ditemukan 5 dari 6 prinsip kesantunan berbahasa, yakni; (1) maksim kedermawanan; (2) maksim pujian; (3) maksim kerendahan hati; (4) maksim kesimpatian; (5) maksim kesepakatan, sedangkan maksim kearifan tidak terdapat dalam objek tersebut. Selain itu, terdapat pula dua strategi tindak tutur, yakni tindak tutur langsung dan tindak tutur langsung literal. DAFTAR PUSTAKA Baryadi, Paptomo. 2005. Teori sopan santun berbahasa dalam Pranowo, dkk Bahasa, sastra, dan pengajarannya. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: perkenalan awal. Jakarta: Rineka Citra Resvia. 2015. Kesantunan berbahasa pada program tv trans7 dalam acara “hitam putih”. Jurnal meretas Jilid 2 no. 2: universitas PGRI Palangka Raya Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Belajar Yuni, Qonita Fitra. 2013. Kesantunan berbahasa dalam mata najwa (tinjauan pragmatik). Jurnal Nosi Vol. 1 no. 1 .