Uploaded by hpujiiati622

ARTIKEL PENELITIAN KESANTUNAN TINDAK TUTUR MENYANGGAH DALAM VIDEO MATA NAJWA

advertisement
Analisis Kesantunan Tindak Tutur Menyanggah
dalam Video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”
Heni Pujiati
[email protected]
ABSTRAK
Kesantunan berbahasa yang khususnya kesantunan tindak tutur merupakan
suatu tata krama atau etika ketika berinteraksi atau berkomunikasi dengan mitra tutur,
baik yang tua maupun muda. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) bentuk
tindak tutur dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”; (2) prinsip kesantunan
berbahasa dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”; dan (3) strategi tindak tutur
yang digunakan dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. Metode penelitian yang
digunakan adalah kualitatif dengan data berupa ujaran dalam video Mata Najwa
“Setelah 22 Mei”. Sumber data dalam penelitian ini adalah video Mata Najwa pada
episode “Setelah 22 Mei” yang terdapat dalam siaran televisi dan kemudian diunggah
ke laman youtube, dengan teknik pengumpulan data metode penyimakan dan
penulisan, penyajian data yang dilakukan yakni formal. Hasil penelitian menunjukkan
sebagai berikut; Pertama, ditemukan bentuk atau modus kalimat berupa; (1) modus
deklaratif; (2) modus optatif; (3) modus imperative; (4) modus interogatif; dan (5)
modus obligatif. Kedua, ditemukan 5 dari 6 prinsip kesantunan berbahasa, yakni; (1)
maksim kedermawanan; (2) maksim pujian; (3) maksim kerendahan hati; (4) maksim
kesimpatian; (5) maksim kesepakatan, sedangkan maksim kearifan tidak terdapat
dalam objek tersebut. Ketiga, terdapat pula dua strategi tindak tutur, yakni tindak
tutur langsung dan tindak tutur langsung literal.
Kata Kunci: kesantunan berbahasa, tindak tutur, video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam dinamika
kehidupan masyarakat. Penggunaan bahasa yang baik akan mendorong adanya proses
interaksi dan komunikasi yang baik, karena bahasa merupakan salah satu alat
komunikasi yang digunakan dalam kehidupan, baik secara lisan maupun tulisan.
Bahasa juga digunakan untuk mengembangkan akal budi manusia, serta menjadi tolak
ukur cara berpikir seseorang saat menggunakan bahasa.
Dalam berinteraksi akan ada yang bertanya dan menjawab, ada yang meminta
dan ada yang memberi, ada yang menyuruh ada yang melaksanakan, ada yang
berpendapat dan ada yang menyanggah, dan sebagainya (yuni, 2013:706). Suatu
interaksi sosial akan terjalin dengan baik dan lancar jika memenuhi aturan-aturan
tertentu, terutama dalam kesadaran akan bentuk sopan santun. Tolak ukur sebagian
manusia terletak pada sopan santunnya seseorang dalam berbagai aspek. Sopan
santun atau tata krama merupakan salah satu bentuk penghormatan seseorang kepada
orang lain. penghormatan atau penghargaan terhadap sesama bersifat manusiawi.
Saling menghargai adalah ciri khas manusia sebagai makhluk sosial dan berakal budi,
yakni perilakunya senantiasa berdasarkan pada pertimbangan akal budi dibandingkan
instink (Baryadi, 2005:71). Berkomunikasi ataupun interaksi selalu mempunyai
berbagai jenis dan memiliki hubungan dengan tindak tutur.
Tindak tutur merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara dan
pendengar atau penulis dan pembaca serta hal yang dibicarakan tentu saja tanpa
menyampingkan konteks lain. Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi
personal atau pribadi (fungsi emotif). Maksudnya, si penutur menyatakan sikap
terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi
lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan
tuturannya. Dalam hal ini, pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur
sedih, marah, atau gembira (Chaer, 2004:15). Peristiwa tindak tutur dapat terjadi
dimana saja, baik dalam interaksi secara langsung dapat dianalisis atau bahkan dalam
tayangan-tayangan yang ada di televisi.
Televisi merupakan salah satu bentuk komunikasi masyarakat secara tidak
langsung. Di dalam televisi banyak ditemukan tuturan-tuturan baik dengan
menggunakan ungkapan suatu hal secara langsung atau ungkapan suatu hal secara
tidak langsung. Salah satu acara yang dapat dijumpai dalam televisi yaitu Mata Najwa
yang dipandu oleh Najwa Shihab. Najwa Shihab merupakan salah satu jurnalis terbaik
di negeri ini. Melalui Mata Najwa yang ditayangkan oleh Trans TV setiap Hari Rabu
pukul 20.00 wib, masyarakat diajak mengulas berbagai topik secara mendalam untuk
mendapatkan kebenaran dari topik tersebut. Dalam setiap topik yang akan dibahas,
Najwa selalu menghadirkan berbagai narasumber yang kompeten dan relevan terkait
topik yang dibahasnya. Najwa termasuk wartawan yang pertama mewawancarai
Presiden SBY, tidak lama setelah pelantikan. Hampir semua tokoh politik nasional
pernah ia wawancarai, tak hanya itu ia juga mewawancarai mantan Deputi Perdana
Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Kekhasannya berbicara kritis ketika mewawancarai
bintang tamunya terkaadang membuat tokoh yang ia undang kebingungan menjawab,
tidak jarang Najwa melontarkan pertanyaan sebelum tamunya menjawab.
Pada episode Mata Najwa yang berjudul “Setelah 22 Mei” merupakan episode
yang dibuat setelah pengumuman keputusan pemilihan presiden dan wakil presiden
di Indonesia. Mulai tanggal 21 Mei 2019 sudah terjadi aksi demo di berbagai tempat,
terutama di depan kantor Bawaslu RI Jl. MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Para
demonstran tidak terima dengan hasil putusan yang menyebutkan paslon 01 menang
atau diangkat menjadi Presiden Indonesia dan aksi-aksi mereka yakni pembakaran
ban, merusak fasilitas-fasilitas yang ada, membakar merecon dan di lempar ke arah
polisi, dan aksi lainnya yang merugikan.
Penelitian sebelumnya juga meneliti mengenai kesantunan berbahasa
walaupun ada perbedaan pada konteks dan sasaran yang diteliti. Peneliti sebelumnya
dimuat dalam jurnal yang berjudul Kesantunan Berbahasa Pada Program TV Trans7
dalam Acara “Hitam Putih” oleh Resviya pada tahun 2015, penelitian tersebut
mengacu pada kesantunan berbahasa yang digunakan dan bagaimana komunikasi
yang digunakan pembawa acara dan narasumber dalam tayangan tersebut. Selain itu,
ada juga penelitian yang berjudul Analisis Tindak Tutur Pada Wawancara Putra
Nababan dan Presiden Portugal oleh Syahrizal Akbar pada tahun 2018, penelitian
tersebut mengacu pada tuturan-tuturan pada narasumbernya. Sedangkan penelitian
kali ini membahas bentuk, prinsip maksim, dan strategi dalam kesantunan tindak
tutur para penuturnya.
Adapun permasalahan yang diangkat penulis yakni: 1) Bagaimana bentuk
tindak tutur dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”?; 2) Bagaimana prinsip
kesantunan berbahasa dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”?; 3) Bagaimana
strategi yang digunakan dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”? Dengan
demikian, penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, prinsip maksim, dan
strategi kesantunan tindak tutur dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”.
LANDASAN TEORI
Penelitian ini menggunakan kajian pragmatik, khususnya tentang kesantunan
berbahasa. Memperlakukan kesopanan sebagai suatu prinsip yang tegas dan memiliki
nilai-nilai yang sangat penting untuk memahami bagaimana masyarakat terbentuk dan
dipertahankan melalui interaksi. Kesopanan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain.
Kesopanan dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan sosial.
Kesantunan atau etika adalah tata cara, adat, kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat. Kesantunan merupakan kaidah yang ditetapkan dan disepakati oleh
perilaku sosial, kesantunan juga disebut ‘tata krama atau kesopanan’. Kesantunan
yang memiliki poin penting yaitu, pertama kesantunan sikap, yaitu untuk
memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun dan etika sehari-hari.
Kedua, kesantunan yang bersifat kontekstual, yaitu yang berlaku di masyarakat,
tempat situasi tertentu, tetapi belum berlaku di masyarakat, tempat, situasi yang
berbeda. Ketiga kesantunan dua kutub, yaitu antara orang tua dan anak, dosen dan
mahasiswa, guru dan murid, orang lebih tua dan muda, dan lainnya. Keempat, yaitu
kesantunan berbusana, berbuat atau bertindak dan berbahasa. Kesantunankesantunan tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya dijumpai
dan terutama pada kesantunan tindak tutur.
Menyanggah merupakan salah satu bentuk dari tindak tutur. Tindak tutur
adalah sesuatu yang benar-benar dilakukan saat berbicara atau berinteraksi, dari sini
dapat dipahami bahwa tuturan yang berupa sebuah kalimat dapat dikatakan sebagai
tindak tutur jika kalimat itu berfungsi. Fungsi yang dimaksud yakni merangsang orang
lain untuk memberi tanggapan yang berupa ucapan atau tingakan. Namun, tidak
semua orang dapat melakukan hal itu. Tindak tutur mencakup banyak bentuk,
peneliti merangkum beberapa bentuk tindak tutur yang merupakan bentuk atau
modus kalimat, yakni:
a) Modus deklaratif, yaitu modus yang menunjukkan sikap netral;
Contoh: Ir. Soekarno merupakan Presiden pertama Indonesia
b) Modus optatif, yaitu modus yang menunjukkan harapan;
Contoh: semoga di tempat itu tidak ada lagi kecelakaan.
c) Modus imperative, yaitu modus yang menunjukkan perintah;
Contoh: tolong ambilkan laptop saya!
d) Modus interogatif, yaitu modus yang menyatakan pertanyaan;
Contoh: apakah kamu sudah mandi?
e) Modus obligatif, yaitu modus yang menyatakan keharusan; dan
Contoh: setiap hari senin, para siswa mengenakan seragam lengkap.
f) Modus desideratif, yaitu modus yang menyatakan kemauan.
Contoh: Heru akan pergi ke bioskop menonton film Aladin.
Menutur Chaer (dalam Astuti, 2017:131) secara umum ada tiga kaidah yang
harus dipatuhi penutur agar tuturan terdengar santun oleh mitra tutur. Ketiga kaidah
tersebut, yaitu (1) formalitas (formality), (2) ketidaktegasan (hetisancy), dan (3) kesamaan
atau kesekawanan (equality or camaraderie). Berdasarkan pendapat tersebut, kesantunan
berbahasa yakni kemampuan seseorang dalam bertutur secara halus dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur sehingga mitra tutur
dapat memahami pesan yang disampaikan oleh penutur serta tidak menimbulkan
kesalahpamahan antara kedua pihak (penutur dan mitra tutur).
Kesantunan berbahasa menurut Leech (2011:206) meliputi beberapa prinsip
kesantunan (politeness principles) yang dibagi menjadi beberapa maksim (ketentuan,
ajaran), yaitu:
1) Maksim kebijaksanaan, yaitu memperbesar keuntungan mitra tutur dan
memperkecil kerugian mitra tutur;
2) Maksim kedermawanan, yaitu memperbesar kerugian penutur dan
memperkecil keuntungan penutur;
3) Maksim pujian, yaitu memperbesar pujian mitra tutur dan memperkecil
kecaman mitra tutur;
4) Maksim kerendahan hati, yaitu memperbesar kecaman penutur dan
memperkecil pujian penutur;
5) Maksim kecocokan atau kesepakatan, yaitu memperbesar kesesuaian penutur
dan mitra tutur, juga memperkecil ketidaksesuaian penutur dan mitra tutur;
6) Maksim kesimpatian, yaitu memperbesar simpati penutur dan mitra tutur,
juga memperkecil antipati penutur dan mitra tutur.
Selain bentuk atau modus kalimat dan prinsip kesantunan, ada pula strategi
yang digunakan para penutur dan mitra tutur dalam konteks pembicaraannya.
Menurut Yule (2006:95) tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran.
Adapun strategi tindak tutur sebagai berikut:
1) Tindak tutur langsung adalah apabila ada hubungan langsung antara struktur
dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur.
2) Tindak tutur tidak langsung adalah apabila ada hubungan tidak langsung
antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur.
3) Tindak tutur literal adalah tindak tutur dimana penutur menyampaikan
maksudnya sama dengan makna kata-kata penyusunnya.
4) Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang mana penutur
menyampaikan maksudnya tidak sama atau berlawanan dengan makna katakata penyusunnya.
Menurut Wijana (1996:33) bila tindak tutur langsung dan tidak langsung
diintegrasikan dengan tindak tutur literal dan tidak literal maka didapatkan tindak
tutur berikut ini:
a. Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya.
b. Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diucapkan dengan
modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi
(makna) kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan
penutur.
c. Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang
menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya.
d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud
yang hendak diutarakan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bodgan dan
Taylor (dalam Moloeng, 2005:4) metodologi kualitatif merupakan strategi prosedur
penelitian yang akan mendapatkan data berupa teks deskriptif tertulis maupun lisan
dari seseorang yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari pelaku
saat dilakukan observasi yang dapat diamati. Jenis penelitian ini menggunakan data
berupa huruf tidak terdapat angka.
Data penelitian ini berupa beberapa ujaran penutur dan mitra tutur yang
terdapat kesantunan tindak tutur dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”, yang
terdiri dari 7 bagian dan total durasi keseluruan yakni 67 menit atau sekitar satu jam
lebih tujuh menit. Sumber data dalam penelitian ini adalah video Mata Najwa pada
episode “Setelah 22 Mei” yang terdapat dalam siaran televisi dan kemudian diunggah
ke laman youtube.
Teknik pengumpulan data pada penelitian kali ini menggunakan metode
penyimakan dan penulisan, yakni dengan menyimak penggunaan bahasa. Dalam
pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitianini, metode simak diwujudkan lewat
teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya disebut teknik sadap, sedangkan
teknik lanjutannya adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik cakap.
Langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut; 1) peneliti
mengklasifikasikan data yang telah diidentifikasi kesantunannya menurut bentuk,
prinsip, dan strategi, serta penanda yang menunjukkan kesantunan, baik berupa aspek
kebahasaan maupun aspek non-kebahasaan; 2) hasil identifikasi tersebut
diklasifikasikan menurut bentuk, prinsip, dan strategi kesantunan tindak tuturnya; 3)
hasil analisis dicek keabsahan data oleh peneliti dan rekan sejawat; 4) peneliti
membuat kesimpulan berupa keteratura dalam merealisasikan kesantunan
berkomunikasi dalam video Mata Najwa. Serta transkripsi data dilakukan secara
berulang-ulang untuk meminimalisir kesalahan penyimakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bentuk Tindak Tutur dalam Video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap video Mata
Najwa “Setelah 22 Mei”, dapat diperoleh data berupa ujaran yang menunjukkan
bentuk atau modus kalimat. Akan tetapi, hanya terdapat lima modus saja, menurut
peneliti modus harapan dan modus kemauan merupakan satu kesatuan yang sama.
Sehingga tidak ada modus kemauan dalam sumber data tersebut. Berikut
penjelasannya:
1. Modus deklaratif
Modus deklaratif adalah modus kalimat atau bentuk kalimat yang
menunjukkan sikap netral pada penutur maupun mitra tutur. Sehingga beberapa
ujaran di bawah ini menunjukkan modus deklaratif.
a. Najwa Shihab : “dibandingkan dengan yang kemarin malam, malam
ini konsentrasi masa lebih besar atau lebih kecil?”
Cindy
: “dari pantauan yng kami lihat disini memang
beberapa massa masih terus memadati area gedung
sarinah dan mulai terus menerus bertambah...”
Kutipan di atas menunjukkan sikap netral antara penutur dan mitra tuturnya,
dikarenakan keduanya sedang memantau atau melihat situasi yang sedang terjadi.
Sehingga sikap tersebut termasuk dalam sikap netral.
b. Najwa Shihab : “apa saja yang mereka tuntut Cindy?”
Cindy
: “mereka masih memiliki tuntutan yang sama, yakni
meminta untuk mendiskualifikasi hasil dari
pengumuman pilpres oleh KPU pada tanggal 21 Mei
2019 dan juga mereka berorasi akan terus mengawal
tuntutan dan juga gugatan...”
Kutipan di atas menunjukkan Najwa Shihab bertanya mengenai alasan para
massa masih bertahan melakukan aksi tersebut kepada reporter Cindy. Reporter
Cindy menyampaikan bahwa tuntutan para massa masih sama seperti sejak awal
mereka melakukan aksi demo tersebut. Penyampaian reporter Cindy menunjukkan
sikap netral, karena tidak memihak pihak manapun.
2. Modus optatif
Modus optatif merupakan modus yang menunjukkan adanya suatu harapan
atau bahkan keinginan yang belum terwujud dalam tindakan tersebut. Berikut ini
adalah modus optatif dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”.
a. Najwa Shihab : “anda berharap itu dikeluarkan?”
Feri Amsari : “ ya, saya berharap itu dikeluarkan. Sedari awal
langkah konstitusional itu harus diikuti dengan
langkah negara, tanpa ada langkah konstitusional yang
negarawan semua ini cuman kamuflase...”
b. Najwa Shihab : “apa yang seharusnya terjadi setelah 22 Mei?”
Meutya Hafid : “.. kami betul-betul mengharapkan selesai malam ini,
kita bisa duduk sama-sama tanpa kemudian ada
prasangka, betul-betul clear KPU dan Bawaslu
diapresiasi,
catatan-catatan
silahkan dijadikan
perbaikan untuk ke depan...”
Dari kedua data tersebut, menunjukkan bahwa adanya suatu harapan yang
penutur inginkan terhadap peristiwa yang sedang terjadi dan bahkan setelah persitiwa
ini usai. Pada data (a) menunjukkan harapan menginginkan proses tersebut melalui
jalur hukum yang berlalu, dan data (b) menunjukkan harapan setelah peristiwaperistiwa yang memilukan ini tidak ada lagi atau tidak boleh terjadi lagi dikemudian
hari.
3. Modus imperative
Modus imperative adalah modus yang menunjukkan adanya sebuah perintah
atau sesuatu yang harus dilakukan oleh mitra tutur yang diberikan dari penuturnya.
Berikut modus imperative yang terdapat dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”.
a. Najwa Shihab : “saya ingin kita mendengarkan pernyataan kapolri
Tito Karnavian tentang apa yang terjadi sepanjang hari ini, kita akan
melihat pernyataan Tito Karnavian berikut ini!”
Modus imperative di atas merupakan kalimat perintah langsung, karena
setelah penutur memerintah maka mitra tutur pun melaksanakan sesuai dengan yang
diperintahkan. Susunan kalimat yang digunakan jelas, yakni kalimat perintah.
b. Andre Rosiade : “Pak Prabowo sudah mengatakan bahwa kita
mengalah saja dan menunggu hasil putusan MK, kalau ada yang
memukul, tidak boleh dibalas...”
Sedangkan pada data di atas, merupakan imperative tidak langsung yang
dilakukan penutur dan mitra tutur. Dikatakan tidak langsung karena kalimat
penyusunnya terlihat seperti himbauan biasa saja.
4. Modus interogatif
Modus interogatif adalah modus yang menyatakan pertanyaan dalam bentuk
apapun. Berikut ini beberapa modus interogatif.
a. Najwa Shihab : “apakah ada tokoh-tokoh BPN lainnya yang sempat
datang untuk menemui massa hari ini?”
Cindy
: “iya, betul Najwa. Sore tadi ada Amin Rais berorasi
di depan warga sekitar pukul 16.30...”
b. Najwa Shihab : “apakah ada ultimatum jam berapa massa sudah
harus bubar dari kepolisian?”
Cindy
: “sejauh ini pihak kepolisian menghimbau kepada
para massa untuk meninggalkan lokasi pada pukul
21.00 wib.”
Kedua data di atas menunjukkan sebagian dari banyaknya modus interogatif
dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”.
5. Modus obligatif
Modus obligatif adalah modus yang menyatakan keharusan atau sesuatu yang
benar-benar langsung dilakukan dalam waktu itu atau bahkan waktu berikutnya. Di
bawah ini modus obligatif yang terdapat pada video Mata Najwa.
a. Najwa Shihab : “proses politik yang sedemikian panjang dari mulai
persiapan kampanye, proses rekapitulasi yang lebih
dari sebulan. Sekarang kita melihat demo dan
kericuhan. Anda sebagai ketua KPU melihat ini
sesuatu yang bisa diprediksi sesungguhnya atau diluar
dugaan anda sama sekali?”
Ketua KPU : “... tetapi pemilu saat ini terlihat berlebihan, saya
pikir semuanya harus menahan diri dan bisa melihat,
memahami, apa yang seharusnya dikerjakan atas
putusan yang sudah dibuat. Cara merespon harus
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan
yang berlaku...”
Pada kutipan di atas menunjukkan dengan sangat jelas keharusan yang harus
dilakukan oleh masyarakat. Melakukan semua tindakan sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang telah dibuat dan ditetapkan. Sehingga tidak ada kejadian-kejadian
yang seperti ini.
Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap video Mata
Najwa “Setelah 22 Mei”, dapat diperoleh data berupa ujaran yang menunjukkan
prinsip kesantunan berbahasa.
1. Maksim kebijaksanaan
Maksim kebijaksanaan merupakan memperbesar keuntungan mitra tutur dan
memperkecil kerugian mitra tutur. Menurut Chaer (dalam Astuti, 2017:137) tuturan
yang mematuhi maksim kebijaksanaan yaitu apabila tuturan tersebut megandung
makna memperbesar keuntungan orang lain dengan memberikan informasi yang
menguntungkan bagi mitra tutur, serta dalam tuturan penutur menggunakan
ketidaklangsungan untuk menuntut mitra tutur melakukan suatu tindakan. Tetapi
dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”, tidak ada maksim kebijaksanaan dalam
episode tersebut. Sehingga peneliti tidak mendapatkan dan mencantumkan data
maksim kebijaksanaan.
2. Maksim kedermawanan
Menurut
Rahardi
(dalam
Astuti:138)
maksim
kedermawanan
menggarisbawahi memperbesar kerugian diri sendiri dengan memberikan suatu yang
dapat menimbulkan efek tindakan pada diri sendiri dan memperkecil keuntungan diri
sendiri dengan bersikap membantu dan menghormati orang lain. Berikut maksim
kedermawanan yang terdapat pada video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”.
a. Abdul Kadir
: “dalam bayangan saya bahwa setelah itu tidak ada
lagi demo-demo atau apapun namanya, karena logika
kita ketika memilih jalan konstitusi artinya masalah
semuanya harus diselesaikan lewat jalur hukum...”
Data di atas menunjukkan maksim kedermawanan karena memiliki unsur
nasehat atau saran kepada mitra tutur, baik mitra tutur secara langsung ataupun mitra
tutur tidak langsung.
3. Maksim pujian
Indikator yang menjadi patokan dalam maksim pujian yaitu dengan
memperbesar pujian terhadap orang lain atau mitra tutur dengan memberikan pujian
yang tulus terhadap mitra tutur. Memperkecil kecaman terhadap mitra tutur atau
dengan tidak menggunakan kata-kata bersifat mengecam mitra tutur.
a. Najwa Shihab : “ada narasi yang kurangkah ketika tadi disampaikan
oleh Presiden Joko Widodo?”
Abdul Kadir : “... bahwa pak Prabowo akan menempuh jalan
konstitusi, saya kira itu baik.”
b. Feri Amsari
: “Pak Prabowo memang kalah dalam hitungan KPU,
tetapi menang sebagai negarawan. Bagaimana menang
secara negarawan itu? Harus ditunjukkan dengan
sikap-sikap...”
Dari kedua data tersebut, termasuk dalam maksim pujian karena ada unsurunsur pujian seperti “saya kira itu baik” dan “menang sebagai negarawan”. Kedua
unsur pembangun maksim pujian tersebut merupakan hal positif yang terdapat dalam
video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”.
4. Maksim kerendahan hati
Indikator dalam maksim kerendahan hati yakni memperbesar kecaman pada
diri sendiri dan memperkecil pujian terhadap diri sendiri, atau dengan kata lain
bersikap rendah hati dengan tidak mengatakan hal-hal yang menunjukkan
kesombongan diri.
a. Andre : “Pak Prabowo sudah mengatakan bahwa kita mengalah saja
dan menunggu hasil putusan MK..”
Dalam kutipan di atas terdapat “mengalah saja”, jika diartikan secara makna
itu artinya jika ada rasa harus menerima keadaan. Kata tersebut juga mengacu pada
rendah diri dan tidak sombong.
5. Maksim kesepakatan
Menurut Rahardi (dalam Astuti, 2017:141) maksim kecocokan menekankan
pada prinsip para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan
dengan lawan tutur. Beikut kutipan maksim kesepakatan.
a. Abdul Kadir : “... negosiasi, kompromi..”
b. Najwa Shihab : “saya ingin kita mendengarkan pernyataan kapolri
Tito Karnavian tentang apa yang terjadi sepanjang hari
ini, kita akan melihat pernyataan Tito Karnavian
berikut ini!”
Pada data (a) sudah tertera dengan jelas maksim kesepakatannya, karena ada
kata negosiasi dan kompromi. Data (b) menunjukkan bahwa yang diperintahkan
Najwa Shihab itu sudah disepakati oleh semua mitra tutur, karena kalimat tersebut
merupakan kalimat perintah.
6. Maksim kesimpatian
Maksim kesimpatian mengharuskan penutur unuk memperbesar rasa simpati
antara diri sendiri dan orang lain. maksim kesimpatian dapat dilihat dari data berikut:
a. Andre Rosiade: “Mas Toto bayangkan, ada anak umur 15 tahun lagi
duduk sama teman-temannya sekitar jam 02.00 dini
hari, padahal jam 01.00 masih bertemu dengan ibunya
tiba-tiba ada suara ‘dor’ jatoh, meninggal. Namanya
Rayhan umur 15 tahun sedang duduk di gang, dia
remaja masjid Al-Istiqomah di pertamburan.
Pertanyaannya ada apa? Mengapa ia ditembak?”
Data di atas menunjukkan kesimpatian karena adanya korban dalam peristiwa
demonstrasi yang dilakukan oleh para warga. Sehingga penutur memberikan maksim
kesimpatiannya akan hal itu.
Strategi Tindak Tutur yang digunakan dalam video Mata Najwa “Setelah 22
Mei”
Dalam sub bab ini, hanya terdapat dua strategi tindak tutur yang digunakan
dalam video Mata Najwa “Setelah 22 Mei”. Hal ini dikarenakan padat dan jelasnya
informasi-informasi yang diberikan penutur dan mitra tutur. Berikut dua strategi
tindak tutur yang terdapat dalam video tersebut.
1. Tindak Tutur Langsung
Menurut Yule (2006:95) tindak tutur langsung adalah apabila ada hubungan
langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur. Dengan
kata lain, tindak tutur langsung merupakan tuturan yang langsung pada inti
maksudnya tanpa bertele-tele.
a. Najwa Shihab : “dibandingkan dengan yang kemarin malam, malam
ini konsentrasi masa lebih besar atau lebih kecil?”
Cindy
: “dari pantauan yng kami lihat disini memang
beberapa massa masih terus memadati area gedung
sarinah dan mulai terus menerus bertambah...”
b. Najwa Shihab : “apa saja yang mereka tuntut Cindy?”
Cindy
: “mereka masih memiliki tuntutan yang sama, yakni
meminta untuk mendiskualifikasi hasil dari
pengumuman pilpres oleh KPU pada tanggal 21 Mei
2019 dan juga mereka berorasi akan terus mengawal
tuntutan dan juga gugatan...”
Data di atas merupakan beberapa dari banyaknya data tindak tutur langsung,
karena penutur dan mitra tutur hanya memiliki satu maksud yang dituju. Adanya
hubungan langsung antara struktur dan fungsi.
2. Tindak tutur langsung literal
Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya (Wijana,
1996:33). Dengan demikian, maksud bertanya akan disampaikan dengan kalimat
tanya, maksud memberitakan akan disampaikan dengan kalimat berita, dan maksud
memerintah akan disampaikan dengan kalimat perintah atau suruh.
a. Najwa Shihab : “bagaimana menilai dua pertanyaan tadi berturutturut? Bagaimana perbandingannya?”
Yunarto
: “ya saya pikir berbeda ya. Prabowo berbicara sebagai
capres dan Jokowi berbicara sebagai presiden dan
narasi yang digunakan juga berbeda...”
b. Najwa Shihab : “apakah ada tokoh-tokoh BPN lainnya yang sempat
datang untuk menemui massa hari ini?”
Cindy
: “iya, betul Najwa. Sore tadi ada Amin Rais berorasi
di depan warga sekitar pukul 16.30...”
Kedua data di atas sudah jelas menunjukkan tindak tutur langsung literal
karena penutur dan mitra tutur mempunyai maksud yang sama dalam
penyampaiannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam
video Mata Najwa “Setelah 22 Mei” ditemukan bentuk atau modus kalimat berupa;
(1) modus deklaratif; (2) modus optatif; (3) modus imperative; (4) modus interogatif;
dan (5) modus obligatif. Selanjutnya ditemukan 5 dari 6 prinsip kesantunan
berbahasa, yakni; (1) maksim kedermawanan; (2) maksim pujian; (3) maksim
kerendahan hati; (4) maksim kesimpatian; (5) maksim kesepakatan, sedangkan
maksim kearifan tidak terdapat dalam objek tersebut. Selain itu, terdapat pula dua
strategi tindak tutur, yakni tindak tutur langsung dan tindak tutur langsung literal.
DAFTAR PUSTAKA
Baryadi, Paptomo. 2005. Teori sopan santun berbahasa dalam Pranowo, dkk Bahasa,
sastra, dan pengajarannya. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: perkenalan awal.
Jakarta: Rineka Citra
Resvia. 2015. Kesantunan berbahasa pada program tv trans7 dalam acara “hitam
putih”. Jurnal meretas Jilid 2 no. 2: universitas PGRI Palangka Raya
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Yuni, Qonita Fitra. 2013. Kesantunan berbahasa dalam mata najwa (tinjauan
pragmatik). Jurnal Nosi Vol. 1 no. 1
.
Download