Uploaded by Jenifer Paath

PATOFISIOLOGI RABIES. Jeni

advertisement
PATOFISIOLOGI RABIES
Virus rabies adalah virus neurotropic yang menyebar di sepanjang jalur saraf dan menyerang
SSP, virus ini menyebabkan infeksi akut. Mekanisme penularan paling umum adalah melalui
inokulasi perifer virus setelah gigitan hewan yang terinfeksi rabies. Selanjutnya, terjadi replikasi
di jaringan perifer, sehingga virus tersebar di sepanjang saraf perifer dan medulla spinalis
menuju otak, kemudian terjadi diseminasi dalam SSP dan virus menyebar secara sentrifugal dari
SPP menjuju ke berbagai organ lainnya, termasuk mata, ginjal dan juga kelenjar ludah. Masa
inkubasi virus ini bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada
umumnya 3-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh virus sebelum mencapi
otak. Cara serta waktu yang dibuthkan virus untuk mencapai central juga turut dipengaruhi oleh
distribusi persarafan serta lokasi dekatnya tempat gigitan dengan otak. Beberapa hasil penelitian
mengutarakan bahwa tempat yang cukup cepat mengalami masa inkubasi yang cepat adalah
gigitan di bagian jari-jari dan juga bagian kelamin dilihat dari kondisi persarafan.2
Gambar 1. Patogenis Rabies
Sumber : www.nied.ac.za/rabies
Perantara masuknya reseptor ke saraf perifer melalui reseptor nikotinik (nAChR) yang
merupakan reseptor pertama yang mengidentifikasi adanya virus rabies. Antigen virus rabies
telah terdeteksi oleh pewarnaan antibody di lokasi NMJ yang berhubungan dengan penyebaran
reseptor nAChR. Perjalan virus rabies ketika mencapai SSP, penyebaran virus akan sangat cepat
sesuai jalur neuroanatomi. Sama halnya dengan di saraf tepi, virus menyebar dengan jalan fast
aconal transport, kemudian memperbanyak diri secara masif pasa membrane sel saraf.
Virus Rabies ini memiliki tempat predileksi, terutama pada sel-sel system limbic, hipotalamus,
dan batang otak. Proses infeksi juga terjadi di serebelum, medulla spinalis, dan korteks serebri.
Tanda patognomonik adanya virus rabies berupa negri body, terutama di sel purkinje serebelum,
juga ditemukan di sel pyramidal, hipokampus, basal ganglia, dan nuclei nervi kranialis.
Meskipun perubahan patologis akibat infeksi virus rabies sangat minimal, namun infeksi virus
ini telah menimbulkan disfungsi system saraf yang berat. Disfungsi system saraf terjadi akibat
abnormalitas fungi neurotransmitter serotonin, opiate, gamma amino butyric acid ( GABA), dan
asetilkolin.1,2
Perjalan Virus rabies secara sentripetal menuju SSP, replikasi virus secara local terjadi pada selsel otot di sekitar lokasi gigitan, sehingga terjadi peningkatan jumlah virus. Virus memasuki
saraf tepi melalui NMU dengan berikatan pada reseptor asetilkolin nikotinik. Ikatan ini
menyebabkan konsentrasi virus tinggi di daerah post-sinaptik, sehingga memudahkan virus
menyebar ke SSP secara sentripetal melalui akson-akson saraf dengan cara retrograde fast axonal
transport. Penyebaran virus rabies dari SSP ke perifer terjadi secara sentrifugal melalui serabut
saraf aferen volunteer ataupun saraf otonom.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Hemachudha T, Wacharapluesadee S, Laothamatas J, Wilde H. Rabies and pathogenesis
of rabies.Infect Dis Paskistan 2007
2. Warell M, Warell D.Rabies and other lyssavirus disease. Lance 2004
Download