Uploaded by istiq.dawam

Petunjuk Teknis RPLP

advertisement
PETUNJUK TEKNIS
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN (RPLP) &
RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN (RTPLP)
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)
MANDIRI – PERKOTAAN
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal Cipta karya – Kementerian Pekerjaan Umum
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
i
ii
PETUNJUK
TEKNIS
RPLP &
RTPLP
ii
PETUNJUK
PRAKATA
Petunjuk teknis ini merupakan salah satu petunjuk pelaksanaan kegiatan PLPBK . Buku
ini merupakan petunjuk teknis bagi pelaku untuk mengetahui dan memahami serta
mampu dilaksanakan oleh para pelaku dalam penyusunan RPLP dan RTPLP. Dalam
petunjuk ini akan diuraikan pengertian, persyaratan dan langkah‐langkah penyusunan
RPLP dan RTPLP. Proses kegiatan ini dimulai setelah adanya kesepakatan‐kesepakatan
diantara para pelaku terkait dengan hal‐hal yang akan dilakukan dalam perencanaan dan
penataan lingkungan dalam skala kelurahan dan kawasan prioritas. Kesepakatan‐
kesepakatan tersebut dapat berupa arahan penataan, arahan pengembangan, visi dan
misi pembangunan, organisasi pemeliharaan dan pengelolaan, serta aturan lainnya yang
merupakan hasil kesepakatan dalam musyawarah warga. Kesepakatan yang terjadi
sepanjang proses penyusunan RPLP dan RTPLP ini dihimpun menjadi aturan bersama
yang dituangkan dalam dokumen Aturan Bersama.
RPLP dan RTPLP diharapkan menjadi acuan baku dalam penyelesaian masalah
permukiman dan lingkungannya, penataan permukiman dan lingkungannya serta
pengembangan kawasan di tingkat kelurahan dan kawasan prioritas secara
berkelanjutan.
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
iii
iv PETUNJUK
TEKNIS
RPLP &
RTPLP
ii
PETUNJUK
DAFTAR ISI
PRAKATA | iii
DAFTAR ISI | v
BAB I | PENYUSUAN RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
(RPLP) | 1
Ketentuan Umum
1.1. Pengertian | 2
1.2. Syarat‐syarat Penyusunan RPLP | 2
BAB II | LANGKAH‐LANGKAH PENYUSUNAN RPLP | 5
Langkah‐Langkah Penyususnan RPLP | 6
BAB III | PENYUSUAN RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN (RTPLP) | 21
Ketentuan Umum
3.1. Pengertian | 22
3.2. Syarat‐syarat Penyusunan RPLP | 22
BAB IV | LANGKAH‐LANGKAH PENYUSUNAN RTPLP | 23
Langkah‐Langkah Penyususnan RTPLP | 24
LAMPIRAN‐LAMPIRAN | 33
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
v
vi PETUNJUK
TEKNIS
RPLP &
RTPLP
ii
PETUNJUK
BAB I
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN
LINGKUNGAN PERMUKIMAN
(RPLP)
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
1
Ketentuan Umum
1.1.
Pengertian
a. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) adalah rencana tata ruang
pembangunan di tingkat kelurahan/desa untuk kurun waktu 5 tahun yang disusun
berdasarkan aspirasi, kebutuhan dan cita‐cita masyarakat untuk memperbaiki kondisi
lingkungan permukiman mereka serta mendukung kesiap‐siagaan masyarakat terhadap
bencana.
b. RPLP berupa dokumen rencana tata ruang yang dilengkapi dengan peta berskala 1: 1.000
atau 1:5.000 dari suatu kelurahan/desa.
c. RPLP berisi peta kondisi eksisting atau rona awal, peta topografi dan peta rencana
peruntukan lahan lima tahun ke depan, analisis perkara‐perkara kritis kemungkinan
kerusakan lingkungan dan sosial, rencana infrastruktur, rencana fasilitas dan utilitas
permukiman, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (RPLS), aturan‐aturan dan
kesepakatan‐kesepakatan tentang pembangunan kawasan.
d. RPLP merupakan pedoman dan alat kontrol/pengawasan pembangunan kawasan bagi
masyarakat, pemerintah, swasta, LSM dan donor yang ingin berpartisipasi dalam
pembangunan permukiman di tingkat kelurahan/desa.
1.2.
Syarat‐syarat Penyusunan RPLP
a. Ada kemauan masyarakat untuk membangun kelurahan/desa mereka secara lebih
terencana, memiliki tata ruang yang tanggap bencana dan lebih baik dari
sebelumnya
b. Tersedia atau dapat diadakan peta topografi peta rencana peruntukan lahan yang
berskala 1 : 1.000 atau 1 : 5.000
c. Telah terbentuk BKM yang berfungsi dengan baik.
d. RPLP harus disusun dan disepakati oleh warga masyarakat dan kesepakatan tersebut
disyahkan oleh Lurah dan BKM/LKM. Sebelum disahkan oleh kedua pihak tersebut, RPLP
perlu dikonsultasikan dengan Bappeda dan dinas/instansi terkait yang tergabung dalam
Pokja Teknis PLPBK, untuk memastikan bahwa RPLP tersebut telah selaras dan terintegrasi
dengan rencana tata ruang dan rencana pembangunan kota/kabupaten secara
keseluruhan dan untuk mengelola lingkungan secara baik.
e. RPLP disusun sebelum atau bersamaan dengan penyususnan RTPLP (Rencana Tindak
Penataan Lingkungan Permukiman) dari kawasan prioritas dan dimulai dengan kegiatan
pemetaan swadaya (Community‐Self Survey).
f.
2
Dinas terkait (seperti: Dinas Tata Kota, Dinas Lingkungan Hidup/ BAPPEDALDA, BAPPEDA,
dsb) yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan pengelolaan pelayanan
kota/kabupaten yang tergabung dalam TIM Teknis PLPBK memberikan arahan dan
masukan agar RPLP dapat menghasilkan rencana tata ruang kelurahan/desa yang
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
terintegrasi dan berkesinambungan dengan sistem pengembangan infrastruktur atau
jaringan utilitas kota/kabupaten secara keseluruhan.
g. Penyusunan RPLP (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) ini harus dilakukan
secara partisipatif artinya akan melibatkan tiga unsur utama pembangunan yaitu
sektor masyarakat, sektor pemerintah dan sektor usaha dalam proses pengambilan
keputusan, dengan memberikan peran pengambil keputusan final kepada sektor
masyarakat yang untuk siapa pembangunan dilakukan.
h. Proses pelaksanaannya dilakukan dengan pengembangan gagasan dan konsep serta
penyiapan kegiatan dirumuskan oleh masyarakat dan selanjutnya akan melakukan
dialog interaktif dan konsultasi dengan pihak pihak pemangku kepentingan yaitu
unsur pemerintahan dan sektor usaha.
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
3
4
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
BAB II
LANGKAH‐LANGKAH PENYUSUNAN RPLP
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
5
Langkah‐Langkah Penyusunan RPLP
Adapun langkah‐langkah penyusunan RPLP dapat dibaca dibawah ini.
Langkah 1 a. Pemetaan Sosial dan Pemasyarakatan Pemetaan
Sosialisasi
Swadaya (PS)
tingkat
Kegiatan ini dilakukan oleh fasilitator sebelum pelaksanaan
Kelurahan/
rembug warga di tingkat kelurahan/desa. Dalam kegiatan ini
Desa
fasilitator akan melakukan orientasi lapangan untuk mengenal
kondisi sosial/peta sosial masyarakat kelurahan/desa serta peta
pelaku (stakeholder) kunci yang ada di wilayah dampingannya
yang nantinya akan dilibatkan dalam kegiatan rembug warga.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan pemasyarakatan PS secara
informal melalui kegiatan penyebaran media informasi tentang
kegiatan yang akan dan diskusi‐diskusi informal dengan pihak
pemerintah desa, pengusaha dan tokoh‐tokoh masyarakat.
b. Rembug Warga
Setelah melakukan pemetaan sosial dan mendapatkan
gambaran kondisi masyarakat, selanjutnya fasilitator
membantu BKM/LKM melakukan rembug warga untuk
menjelaskan rencana kerja yg akan dilakukan dalam rangka
PLPBK. Rembug warga ini harus menghadirkan secara
serimbang kaum perempuan dan laki‐laki serta penyandang
cacat.
Hasil :
Hasil yang diharapkan adalah masyarakat mengetahui dan
memahami tentang apa yang akan dilakukan dalam rangka PLPBK,
yang akan dilaksanakan di kelurahan, serta terbangunnya semangat
masyarakat utk segera melaksanakan
Pelaku:
Lurah, TIPP, BKM dibantu Tim Fasilitator
Langkah 2 a. Penggalangan relawan dan pembentukan Tim PS
Penyiapan b. Penguatan Tim PS melalui pelatihan dan bimbingan
Tim PS c. Penyiapan instrumen survai
Pelaku
TIPP dibantu Tim Fasilitator dan Korkot
6
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Untuk lokasi‐
lokasi dimana
fasilitator sdh
mengenal
kondisi
masyarakat
dan dikenal
masyarakat
kegiatan a. Ini
dpt dilewatkan
& langsung ke
kegiatan b.
Langkah 3 Langkah selanjutnya adalah penyiapkan peta dasar. Peta dasar Bila peta dasar
Penyiapan adalah peta awal sebagai peta kerja dimana kondisi rona sulit diperoleh
Peta Dasar awal/eksisting dapat digambarkan atau dipetakan.
dapat
digunakan peta
1) Identifikasi dan pengumpulan berbagai peta yang dapat Google
digunakan untuk menyusun Peta Dasar
Korkot bersama Tim Fasilitator berkoordinasi dengan
berbagai dinas dan lembaga/instansi terkait untuk
identifikasi dan mengumpulkan berbagai peta yang gayut
untuk dikonversikan menjadi Peta Dasar
Sebagai acuan pembuatan peta dasar dapat
menggunakan:
 Foto udara
Untuk memperolehnya Korkot dapat berkoordinasi
dengan :
− Pemerintah Kota/Kabupaten, atau
− Bakorsutanal (Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional), atau
− BPN (Badan Pertanahan Nasional), atau
 Peta dari BPN, atau
 Peta yang telah ada yang dibuat oleh lembaga lain,
atau
 Peta‐peta lain yang layak untuk menjadi acuan
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
7
Contoh:
Foto Udara : Desa Gampong Baro Banda Aceh, sesudah tsunami
2) Tim Korkot kemudian membuat peta dasar dari foto udara
yang telah didapat.
Setelah peta peta yang dibutuhkan terkumpul maka Tim
Korkot merangkum dan mengkonversikannya menjadi
Peta Dasar dalam bentuk peta garis. Upayakan agar
gambar peta dasar ini seakurat mungkin, dengan skala
peta 1 : 1000.
Penggambaran peta dasar dapat dilakukan dengan cara:
a. Menggambar dengan menggunakan computer (Auto
CAD, atau software lainnya).
b. Menggambar secara manual langsung dalam bentuk
hardcopy.
8
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Contoh:
Pembuatan Peta Dasar dengan memakai Foto Udara
3) Tuliskan nama tiap benda (obyek) yang ada dalam peta
dasar (nama jalan yang ada sesuai nama aslinya,
hutan/sawah, gedung, dsb). Penamaan ini boleh dalam
bentuk kode/simbol pada
gambar lalu menuliskan
keterangan/nama pada kolom “legenda” disamping
gambar
Hasil :
Telah tersedia peta dasar dalam bentuk peta garis dengan
skala 1:000 atau 1:5000 untuk peta kerja dalam menyusun peta
rona awal (kondisi eksisting) dan peta‐peta tematik lainnya.
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
9
Contoh:
Foto Udara yg telah diubah menjadi peta garis sebagai Peta Dasar
Isi peta dasar minimal meliputi :
Peta dasar harus memuat hal‐hal sbt :
a. Jaringan
 Jaringan jalan dan batas‐batasnya
 Jaringan pola aliran air (spt selokan, sungai, dsb)
b. Hamparan
 Batas‐batas tanah/persil
 Batas‐batas hutan, sawah atau pepohonan.
 Batas‐batas bukit, danau, sungai, jurang.
 Batas‐batas dataran rendah atau tanah yang
terendam air.
 Batas‐batas kawasan khusus (kuburan, lindung,
dsb)
c. Bangunan
 Bangunan rumah yang masih berdiri.
 Bangunan khusus (mesjid, gereja,
kelurahan/desa, dsb)
 Sisa‐sisa bangunan \
Pelaku :
Tim Korkot
10
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
kantor
Langkah 4
Tinjauan
Dokumen
Pembanguna
n
Peninjauan terhadap dokumen perencanaan tata ruang
merupakan suatu upaya untuk memahami dan sinkronisasi
terhadap kebijakan penataan ruang yang ada dengan
penyusunan RPLP, hal ini dilakukan untuk menghindari
tumpang tindih dalam perencanaan, karena RPLP ini harus
merupakan bagian dari perencanaan tata ruang yang lebih
tinggi atau bahkan menjadi masukan bagi perencanaan yang
ada. Kajian dokumen ini juga sebagai bahan dalam penyiapan
penyusunan RPLP mulai dari langkah pemetaan sampai
dengan pembuatan program kegiatan
Dokumen yang perlu ditinjau adalah antara lain :
Di harapkan hal
ini sudah
diperoleh pada
waktu Forum
Konsultasi 1
dimana
pemkot/kab
menjelaskan
kebijakan dan
program
pembangunan
kota/kabupaten
a. Recana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW) Kabupaten
b. Recana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Ibukota
Bahan/data‐
data tersebut
c.
diperoleh dari
d.
dinas/instansi
e.
di
f.
kota/kabupate
n, lurah dan
BKM sendiri
Hasil :
utk PJM
Kompilasi kebijakan dan program pembangunan pada masing‐
Pronangkis
masing dokumen diatas dan peta‐peta yang relevan sebagai
bahan kelengkapan peta dasar dan peta rona awal.
Kecamatan
Recana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)
Recana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
RPJM Kota/Kabupaten
Rencana pembangunan kelurahan/desa yang ada (Renstra
Kelurahan/RPJMDes)
Pelaku :
TIPP, TAPP, Tim PS, Tim Fasilitator.
Langkah 5 Tinjauan ini perlu dilakukan untuk menilai apakah temuan
Tinjauan thd dalam pemetaan swadaya yang lalu sdh cukup memadai
PS yang ada dalam memberikan gambaran persoalan dan potensi
kelurahan/desa dan dapat diilustrasikan dalam peta rona awal
atau peta tematik. Bila ternyata belum cukup maka dapat
dilanjutkan dengan melakukan pemetaan swadaya lanjutan.
Bila hasil
tinjauan
menemukan
bahwa PS yg
ada cukup
memadai maka
dpt langsung
Tinjauan ini dilakukan setelah peta dasar siap sehingga hasil dikonversikan
tinjauan dapat dikonversikan ke peta
dalam peta dan
dilanjutkan ke
Langkah 7
Hasil :
Hasil PS yang ada dikonversikan dalam peta melengkapi peta rona
awal dan peta tematik (potensi dan persoalan)
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
11
Pelaku :
Tim PS, TIIP, TAPP dibantu Tim Fasilitator
Langkah 6
Pemetaan
Swadaya
(lanjutan)
Pemetaan Swadaya adalah suatu metoda survey lapangan
yang dilakukan oleh warga masyarakat secara parisipatif untuk
menilai kondisi masyarakat dan lingkungannya serta
merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi dan
potensi yang dimilliki sehingga dapat merumuskan berbagai
alternatif pemecahan (proses pelaksanaan peta swadaya lihat
lampiran 2).
Survey lapangan adalah untuk mendapat data primer dan dpt
berbentuk teks, angka dan sketsa gambar yang tidak berskala
yang akan dipindahkan kedalam peta yang berskala (peta rona
awal dan tematik). Selanjutnya peta‐peta hasil survey lapangan
ini akan digunakan sebagai penyiapan analisis potensi dan
persoalan serta bagaimana pemecahannya
Hasil
 Profil kelurahan
 Data dan profil warga miskin
 Data kondisi perumahan dan persoalannya
 Data dan profil mata pencaharian penduduk
 Peta Peruntukkan Lahan (land use)
 Peta Persil/Tapak Perpetakan Lahan
 Peta Perletakan Rumah (khususnya KK miskin)
 Peta Jaringan Jalan
 Peta
Jaringan
Transport
dan
Simpul‐simpul
Perhentian/Halte
 Peta Jaringan Drainasi/Pematusan dan arah aliran air
(sungai)
 Peta Jaringan Saluran Limbah Rumah Tangga
 Peta Jaringan Pengelolaan Sampah
 Peta Jaringan Air Bersih
 Peta Jaringan Listrik, dll
 Peta kondisi dan penyebaran sarana (jenis, sebaran,
cakupan pelayanan, dsb)
 Peta potensi sosial, ekonomi, sumber alam, sumberdaya
manusia
Pelaku :
Tim PS, TIIP, TAPP dibantu Tim Fasilitator
12
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Langkah 6 ini
dilakukan bila
Langkah 5
dianggap tidak
memadai.
Proses Pemetaan Swadaya:
(1) TIPP dibantu oleh TAPP dan Tim Fasilitator menetapkan
terlebih dahulu aspek‐aspek yang akan dicari informasinya
dan dipetakan dalam Pemetaan Swadaya.
Pada dasarnya yang mau di cari informasinya adalah
a. Potensi dan
b. Persoalan
Potensi ini mencakup
Potensi Alam, Potensi Manusia, Potensi Sosial Budaya
dan Potensi Ekonomi
Persoalan mencakup :
Persoalan Sosial, Persoalan Ekonomi dan Persoalan fisik
(lingkungan alami dan lingkungan buatan termasuk
pelayanan prasarana dan sarana)
Yang termasuk ke dalam prasarana dan sarana
lingkungan adalah:
- Perumahan
- Jalan (termasuk jalan setapak)
Sistem drainase (saluran pembuangan air)
Sistem air bersih
- Sistem sanitasi
Sistem persampahan
Pelayanan sosial ekonomi (sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, ruang terbuka, perbelanjaan,
dll)
(2) TIPP, TAPP mengorganisasi Tim PS melakukan survai lapangan
(transek) untuk mendata berbagai persoalan yang dihadapi
masyarakat dan potensi yang dimiliki dan menuangkannya
dalam peta dasar/kerja menjadi peta rona awal
(3) Selain itu, Tim PS juga mencatat kondisi prasarana dan
sarana lingkungan (baik yang masih baik atau sudah rusak)
tersebut ke dalam Format Profil Prasarana dan Sarana
Lingkungan.
(4) Tim PS juga mencatatkan daftar persoalan dan potensi
permukiman dengan mengisi Format Persoalan dan
Potensi Masyarakat.
(5) Apabila semua aspek prasarana dan sarana lingkungan
sudah dipetakan dengan lengkap dan kondisi prasarana
dan sarana tersebut juga sudah dicatat, maka disusunlah
peta Rona Awal
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
13
Peta Rona Awal
Peta rona awal adalah peta dasar yang telah dilengkapi
dengan berbagai data dan informasi terbaru. Sumber data dan
informasi peta rona awal dapat diperoleh dari :
 Pemetaan swadaya yang telah dilakukan sebelumnya
(melalui P2KP/PNPM MP)
 Survey lapangan (untuk melengkapi data‐data hasil
pemetaan swadaya sebelumnya).
Proses Penyusunan Peta Rona Awal
 Survey lapangan (ground survey); untuk mengumpulkan
semua data primer dan informasi terkini dari kondisi
lapangan.
 Survey pustaka, mengumpulkan data‐data sekunder dan
dokumen perencanaan yang ada (RTRW – RPJMDes)
 Verifikasi lapangan, untuk mencocokkan sekali lagi calon
Peta Rona Awal dengan kondisi lapangan dan sekaligus
mengecek apakah semua kondisi lapangan telah
tergambarkan dalam Peta Rona Awal.
 Setelah tiga proses tersebut dilakukan dengan baik dan
benar maka siaplah Peta Rona Awal. (proses pentahapan
pembuatan peta rona awal dan contoh‐contoh hasil
verikifikasi dilapangan lihat lampiran 3).
Jadi Peta Rona Awal adalah hasil survai lapangan dalam rangka
PS yang dikonversikan dalam peta, yang mencakup sebaran KK
miskin (PS2), kondisi perumahan, kondisi prasarana dan
sarana
Data tertulis dan peta Rona Awal inilah hasil lengkap PS
Contoh:
Peta Dasar yang telah dilengkapi dengan informasi hasil survei swadaya
14
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
yang terkini sehingga peta tersebut kemudian disebut sebagai draft Peta
Rona Awal
Langkah 7 Langkah ini adalah untuk menetapkan lokasi kawasan yang
Penetapan diprioritaskan untuk digarap dalam PLPBK
kawasan
prioritas Untuk menentukan kawasan priotitas tentunya adalah kawasan
yang paling buruk dalam kelurahan tersebut. Untuk mendapatkan
kawasan tersebut dapat dilakukan dengan superimposed antara
peta‐peta tematik (kondisi perumahan, kondisi pelayanan
prasarana air minum, sanitasi, jalan, drainase, dan sarana dasar spt
kesehatan, pendidikan, transportasi, dsb)
Hal tersebut dilakukan melalui proses diskusi kelompok atau
diskusi kelompok terarah dengan menggunakan peta‐peta hasil PS
Hasil
Lokasi kawasan prioritas ditentukan
Pelaku:
Warga kelurahan, perempuan dan laki‐laki, TIPP. TAPP, Tim PS
dibantu Tim Fasilitator
Langkah 8 Forum konsultasi ini untuk menyepakati lokasi kawasan prioritas
Forum dan garis besar rencana penataan kawasan
Konsultasi 2 Hasil
Kawasan prioritas disepakati dan garis besar penataan kembali
kawasan prioritas disepakati
Pelaku
Pokja Teknik PLPBK, Lurah, BKM, TIPP, TAPP
Pada akhir
Langkah 8
sudah dapat
dilakukan
penyusunan
RTPLP secara
paralel
Langkah 9 Analisis adalah tindakan untuk mengkaji dan menilai/mengukur
Analisis sebuah perkara (issue) berdasarkan data‐data secara kualitatif dan
kauntitatif untuk mendapatkan sebuah kesimpulan (contoh
analisis untuk menentukan kebutuhan dalam program kegiatan
lihat lampiran 4).
“Sebaiknya dalam melakukan analisis digunakan metode
pendekatan yang sederhana dan mudah dipahami dan
dimengerti oleh masyarakat”
Hasil :
Data‐data kuantitatif dan kualitatif serta kajian‐kajian dari berbagai
potensi dan permasalahan yang mengarah pada sebuah
kesimpulan, selanjutnya hasil analisis ini digunakan sebagai dasar
untuk langkah penyiapan rencana kebutuhan dan prioritas ke
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
15
depan. Secara visual hasil analisis potensi dan masalah ini
berupa peta‐peta dan ulasan diskriptif.
Kegiatan analisis ini dilakukan melalui mekanisme rembug
warga dengan Diskusi Kelopmpok Terarah (DKT)/FGD. Tata
cara pelaksanaan DKT/FGD dapat dilihat pada Lampiran 5.
Selama proses analisis potensi dan persoalan perlu ditinjau
perencanaan yang sudah ada seperti Renstra Kelurahan, PJM
Pronangkis/RPJMDes, jika dalam tinjauan pada Renstra
Kelurahan dan PJM Pronangkis/RPJMDes terdapat hal‐hal
yang memiliki kesamaan atau kecocokan terhadap prioritas
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penyusunan RPLP,
maka proses analisis ini tidak perlu dilakukan dan bisa
menggunakan data‐data dari dokumen Renstra dan PJM
Pronangkis/RPJMDes dan langsung menuju langkah
selanjutnya (langkah 9) yaitu analisis Resiko Bencana
Hasil analisis penduduk, sosial, ekonomi yang sudah ada pada
studi‐studi atau dokumen‐dokumen sebelumnya dan masih
relevan dengan kondisi saat ini dapat digunakan/dicuplik
kedalam analisis ini.
Pelaku :
Warga kelurahan (perempuan, laki‐laki dan penyandang
cacat), TIIP, TAPP, Tim PS, dibantu Tim Fasilitator
Langkah 10
Analisis
Risiko
Bencana
Melakukan analisis pada desa/kelurahan yang memiliki
kawasan‐kawasan rawan bencana dan resiko yang
ditimbulkan, selain itu juga analisis yang berkaitan dengan
mitigasi bencana
Kawasan‐kawasan yang menjadi bahan analisis resiko bencana
adalah :
 Kawasan padat penduduk dan pemukiman
 Kawasan yang memiliki kelerengan lahan yang terjal
 Kawasan bantaran sungai
 Kawasan lereng gunung berapi
 Kawasan pantai
 Dll
Hasil :
Teridentifikasi kawasan‐kawasan yang memiliki resiko rawan
bencana yang dituangkan kedalam peta kawasan rawan
bencana dan resikonya, dan langkah‐langkah mitigasi
bencana. (lihat lampiran 6 tentang mitigasi bencana).
16
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Untuk melengkapi hasil identifikasi kawasan resiko rawan
bencana, sebaiknya diselaraskan dengan data‐data tentang
kawasan‐kawasan yang memiliki resiko bencana dari
instansi/dinas yang berkompeten (bisa dicari di Kabupaten
Kegiatan analisis resiko bencana ini dilakukan melalui
mekanisme rembug warga dengan Diskusi Kelompok Terarah
(DKT)/FGD
Pelaku :
Warga kelurahan (perempuan, laki‐laki dan penyandang
cacat), TIIP, TAPP, Tim PS dan Tim Fasilitator
Langkah 11
Pembanguna
n Visi
Kelurahan/
Desa
Pembangunan Visi ini penting sekali sebagai kiblat
pembangunan kelurahan/desa tersebut. Memberikan arah
mau kemana pembangunan kelurahan dilakukan. Sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat, baik
dari sisi jender dan usia.
Sebelum melakukan kegiatan pengembangan Visi, perlu
ditinjau terlebih dahulu visi kelurahan/desa yang sudah ada
pada PJM atau RPJMDes. Apakah visi tersebut masih sesuai
dan dpt mendukung PLPBK atau harus diperbaharui.
Membangun visi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
dari mulai gerak jalan dilanjutkan rapat akbar, lomba melukis,
diskusi kelompok terarah, sampai dengan penggunakan media
elektronik dan web, dsb
Yang perlu diperhatikan sebanyak mungkin melibatkan
berbagai unsur masyarakat
Hasil
Visi masyarakat untuk kelurahan/desa mereka terbangun dan
disepakati
Pelaku
Lurah, BKM, TIPP, TAPP, Warga kelurahan perempuan dan
laki‐laki dari berbagai tingkatan umum dan matapencaharian
Langkah 12 Dari visi yang sdh dibangun dan kondisi nyata saat ini (lihat
Penyusunan peta Rona Awal) dan persoalan yang sedang dihadapi dengan
RPLP tetap berorientasi pada visi bersama dikembang tata ruang
yang lebih mendukung pola penghidupan dan kehidupan
warga kelurahan tersebut (Sosial‐Ekonomi‐Lingkungan)
Peta tata ruang tersebut harus mencakup 3 hal, tata guna
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
17
lahan, jaringan utama prasarana dan (kalau ada) jalur mitigasi
bencana
a. Peta rencana penggunaan lahan, mengatur tentang
 Kawasan permukiman
 Kawasan pertanian, perkebunan, tambak, hutan dsb
 Kawasan komersial (pasar, toko, warung, dsb)
 Kawasan jalur hijau, taman kota, kuburan dsb)
 Persebaran fasilitas umum dan sosial (pendidikan,
kesehatan, peribadatan, MCK, dsb)
 Kawasan khusus atau sensitif (militer, cagar budaya,
dsb)
b. Peta rencana jaringan, mengatur tentang
 Jaringan jalan
 Jaringan drainase
 Jaringan limbah rumah tangga
 Jaringan listrik
 Jaringan air bersih
 Jaringan irigasi
 Pengaturan pembuangan limbah industri (jika
dibutuhkan)
c.
Peta rencana mitigasi bencana, mengatur tentang
 Jalur evakuasi
 Area evakuasi
 Kawasan rawan bencana (alam dan buatan manusia)
Hasil
Dokumen RPLP secara umum memuat :
a. Arahan pengembangan kelurahan kedepan, secara Sosial
–Ekonomi – Lingkungn sebagai strategi mencapai Visi
pembangunan kelurahan yang disepakati.
b. Peta penggunaan lahan (kondisi eksisting)
c. Peta analisis kawasan rawan bencana
d. Peta rencana tata ruang kelurahan
e. Peta rencana mitigasi bencana
f. Peta rencana jaringan jalan
g. Peta rencana jaringan drainase dan arah aliran air
h. Peta jaringan pengelolaan sampah
i. Peta jaringan pengelolaan limbah rumah tangga
j. Peta sebaran fasilitas umum dan fasiltas sosial
k. Aturan bersama awal yang disepakati warga
Pelaku
Warga kelurahan (perempuan, laki‐laki dan penyandang
cacat), TIIP, TAPP, Tim PS dan Tim Fasilitator
18
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Langkah 13
Sosialisasi
draft RPLP
dan Aturan
Bersama
Sosialisasi draft ini perlu agar masyarakat kelurahan
menyadari kemajuan pekerjaan PLPBK dan sebagai peluang
untuk memberikan masukan
Hasil
 Draft RPLP, RTPLP dan aturan bersama dipahami warga
 Warga mendiskusikan draft tersebut sesuai kebutuhan
masing‐masing disetiap kesempatan/pertemuan
 Warga memberikan masukan
Pelaku
TIPP, TAPP, Tim PS dibantu Tim Fasilitator
Sosialisasi ini
dilaku secara
serial di
berbagai
pertemuan
warga
Publikasi
melalui
berbagai media
warga
Langkah 14 Hasil
Finalisasi  Draft RPLP dan aturan bersama serta kebutuhan
kelembagaan secara garis besar disepakati oleh TIPP,
draft RPLP
TAPP, BKM dan Lurah
dan Aturan
Bersama  TIPP, TAPP dibantu Tim Fasilitator menyusun RPLP dan
aturan bersama yang telah final.
Pelaku
TIPP, TAPP, Tim PS dibantu Tim Fasilitator
Langkah 15 Draft yg sdh disepakati oleh tim kemudian dikomunikasikan lagi
Uji publik dalam suatu bazar pembangunan untuk mendapatkan masukan
dan bazar akhir (public editing)
pembanguna
n
Hasil
RPLP dan aturan bersama sdh dikoreksi masyarakat dan final
Draft RPLP dan
aturan
bersama dpt
juga dipasang
di ruang publik
Pelaku
TIPP, TAPP
Langkah 16 Forum konsultasi ini untuk menyepakati rencana penataan
Forum lingkungan permukiman (RPLP).
Konsultasi 3
Hasil
RPLP disepakati dan siap untuk disahkan oleh Pemkot/Pemkab
Pelaku
Pokja Teknik PLPBK, Lurah, BKM, TIPP, TAPP
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
19
Langkah 17 RPLP yang sdh final dan sdh dikonsultasikan ke TKPKD
Sosialisasi disosialisasi ke masyarakat kelurahan utk membangun
hasil kesepahaman dan semangat.
ksepakatan
Hasil
Unsur unsur masyarakat menunjukkan komitmen masing‐
masing dan siap melakukan berbagai perubahan
Pelaku
Lurah, BKM, TIPP, TAPP
20
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Hasil final
sebaiknya
dipasang
diruang publik
dan
dikelurahan
Publikasi
melalui
berbagai media
warga
BAB III
PENYUSUNAN RENCANA TINDAK
PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
(RTPLP)
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
21
Ketentuan Umum
1. Pengertian
a. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) merupakan bagian dari
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) tingkat kelurahan yang diprioritaskan
penanganannya. Penyusunan RTPLP diprioritaskan pada kawasan permukiman miskin
yang terburuk diwilayah Kelurahan.
b. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) adalah rencana rinci tata
ruang dengan kedalaman rencana penataan bangunan dan lingkungan kawasan prioritas
permukiman miskin, untuk kurun waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan aspirasi,
kebutuhan dan cita‐cita masyarakat untuk memperbaiki kondisi lingkungan permukiman
mereka serta mendukung kesiap‐siagaan masyarakat terhadap bencana.
c. RTPLP berupa dokumen rencana tata ruang kawasan prioritas yang dilengkapi dengan
peta berskala 1: 1.000
d. RTPLP merupakan pedoman dan alat kontrol/pengawasan pembangunan kawasan
prioritas permukiman miskin, bagi masyarakat, pemerintah, swasta, LSM dan donor yang
ingin berpartisipasi dalam kegiatan penataan dan pembangunan permukiman di kawasan
prioritas tersebut.
2. Syarat‐syarat Penyusunan RTPLP
Syarat‐syarat penyusunan RTPLP pada dasarnya sama dengan proses penyusunan RPLP.
dua produk perencanaan tersebut dapat dilakukan secara paralel. Namun penekanan
penyusunan RTPLP difokuskan pada hal‐hal, sebagai berikut:
22
a.
RTPLP disusun setelah pelaksanaan kegiatan RPK, Pemetaan Swadaya kelurahan dan
setelah disepakatinya penetapan kawasan prioritas permukiman miskin oleh warga dan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Bila kawasan prioritas telah disepakati, maka proses
penyusunan RPLP perencanaan tingkat Kelurahan dan RTPLP perencanaan tingkat
kawasan prioritas dapat dilakukan secara paralel. Hanya saja TIPP dan pelaku
perencanaan lainnya perlu memperhatikan keselarasan/sinkronisasi perencanaan RPLP
dan RTPLP
b.
RTPLP merupakan perencanaan yang lebih rinci dan terukur yang disajikan pada
peta dasar dan tematik yang berskala 1 : 1.000
c.
RTPLP harus disusun dan disepakati oleh warga masyarakat dan kesepakatan tersebut
disyahkan oleh Lurah dan BKM/LKM. Sebelum disahkan oleh kedua pihak tersebut, RTPLP
perlu disepakati Pemerintah Kabupaten/Kota, melalui forum konsultasi Tim Teknis PLPBK
dan sekaligus untuk memastikan bahwa RTPLP tersebut telah selaras dan terintegrasi
dengan RPLP maupun dengan rencana tata ruang dan rencana pembangunan kelurahan
secara keseluruhan.
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
BAB IV
LANGKAH‐LANGKAH PENYUSUNAN RTPLP
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
23
1.
Langkah‐Langkah Penyusunan RTPLP
RTPLP merupakan bagian dari RPLP yang fokus pada perncanaan kawasan prioritas yang
disajikan secara lebih rinci dan terukur. Oleh karena itu, Langkah‐langkah penyusunan
RTPLP sama dengan langkah‐langkah penyusunan RPLP dan proses penyusunannya
dapat dilakukan secara paralel. Namun langkah‐langkah penyusunan RTPLP lebih
ditekankan pada hal‐hal, sebagai berikut:
Langkah 1
Sosialisasi tingkat
kawasan
Prioritas
permukiman
miskin yang
terpilih sebagai
lokasi perencanaan
RTPLP
a. Pemetaan Sosial dan Pemasyarakatan Pemataan
Swadaya
Kegiatan ini dilakukan oleh fasilitator sebelum
pelaksanaan musyawarah warga di tingkat kawasan.
Dalam kegiatan ini fasilitator akan melakukan orientasi
lapangan untuk mengenal kondisi sosial/peta sosial
masyarakat kawasan prioritas, mengenal peta pelaku
(stakeholder) kunci yang ada di kawasan prioritas yang
nantinya akan dilibatkan dalam kegiatan musyawarah
warga. Dalam kegiatan ini juga dilakukan
pemasyarakatan PS secara informal melalui kegiatan
penyebaran media informasi tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan dan diskusi‐diskusi informal dengan
pihak pemerintah desa, pengusaha dan tokoh‐tokoh
masyarakat.
b. Musyawarah Warga
Setelah melakukan pemetaan sosial dan
mendapatkan gambaran kondisi masyarakat,
selanjutnya fasilitator membantu BKM/LKM dan TIPP
melakukan musyawarah warga untuk menjelaskan
rencana kerja penyusunan RTPLP. Musyawarah
warga ini harus menghadirkan secara seimbang
kaum perempuan dan laki‐laki serta kaum rentan,
khususnya di kawasan prioritas
Hasil :
 Masyarakat mengetahui dan memahami isi RTPLP
bagian dari RPLP, yang akan dilaksanakan di
kawasan prioritas permukiman miskin,
 Terbangunnya semangat masyarakat utk segera
melaksanakan
Pelaku:
Lurah, TIPP, BKM dibantu Tim Fasilitator
24
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Untuk lokasi‐
lokasi dimana
fasilitator sdh
mengenal
kondisi
masyarakat dan
dikenal
masyarakat.
kegiatan a. Ini
dpt dilewatkan &
langsung ke
kegiatan b.
Langkah 2 a. Penguatan Tim PS melalui pelatihan dan bimbingan
Penyiapan PS b. Penyiapan instrumen survey
Pelaku
TIPP dibantu Tim Fasilitator dan Korkot
Langkah 3
Penyiapan Peta
Dasar Kawasan
Prioritas sebagai
bagian dari wilayah
Kelurahan PLPBK
Langkah selanjutnya adalah penyiapkan peta dasar
kawasan prioritas prioritas miskin. Peta dasar adalah peta
awal sebagai peta kerja dimana kondisi rona
awal/eksisting dapat digambarkan atau dipetakan.
Bila peta dasar
sulit diperoleh
dapat digunakan
peta Google
Hasil :
Telah tersedia peta dasar dalam bentuk peta garis
dengan skala 1:1000 untuk peta kerja dalam menyusun
peta rona awal (kondisi eksisting) dan peta‐peta tematik
lainnya.
Isi peta dasar minimal meliputi :

Batas blok peruntukan lahan dan bangunan
(batas antar blok peruntukan)

Kaveling/persil bangunan

Jaringan (jalan, drainase, limbah manusia,
irigasi, utilitas)

Fasilitas umum/sosial
Pelaku :
Tim Korkot, Tim
Langkah 4
Tinjauan Dokumen
Pembangunan
yang
mempengaruhi
perkembangan
wilayah Kelurahan
dan Khususnya
Kawasan prioritas
permukiman
miskin
Peninjauan terhadap dokumen perencanaan tata
ruang merupakan suatu upaya untuk memahami dan
sinkronisasi terhadap kebijakan penataan ruang yang
ada dengan penyusunan RPLP dan RTPLP, hal ini
dilakukan untuk menghindari tumpang tindih dalam
perencanaan. RTPLP harus merupakan bagian dari
perencanaan RPLP dan perencanaan tata ruang yang
lebih tinggi atau bahkan menjadi masukan bagi
perencanaan yang ada. Kajian dokumen ini juga
sebagai bahan dalam penyiapan penyusunan RTPLP
mulai dari langkah pemetaan sampai dengan
pembuatan program kegiatan
Dokumen yang perlu ditinjau adalah antara lain :
o Recana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)
o Recana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
RP4D dan rencana‐rencana pengembangan
permukiman dan perumahan lainnya. Kajian
Di harapkan hal ini
sudah diperoleh
pada waktu Forum
Konsultasi 1
dimana
pemkot/kab
menjelaskan
kebijakan dan
program
pembangunan
kota/kabupaten
Bahan/data‐data
tersebut
diperoleh dari
dinas/instansi di
kota/kabupaten,
lurah dan BKM
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
25
dokumen kebijakan ini dilakukan bersamaan pada sendiri utk PJM
Pronangkis
saat penyusunan RPLP dan RTPLP.
Hasil :
Kompilasi kebijakan dan program pembangunan pada
masing‐masing dokumen diatas dan peta‐peta yang
relevan sebagai bahan kelengkapan peta dasar dan
peta rona awal.
Pelaku :
TIPP, TAPP, Tim PS, Tim Fasilitator.
Langkah 5
Tinjauan thd PS yg
ada dan terkait
dengan kawasan
prioritas
permukiman
miskin
Tinjauan ini perlu dilakukan untuk menilai apakah
temuan dalam pemetaan swadaya yang lalu sdh cukup
memadai dalam memberikan gambaran persoalan
dan potensi kawasan prioritas terpilih. Apakah dapat
diilustrasikan dalam peta rona awal atau peta tematik.
Bila ternyata belum cukup maka dapat dilanjutkan
dengan melakukan pemetaan swadaya lanjutan.
Bila hasil
tinjauan
menemukan
bahwa PS yg ada
cukup memadai
maka dpt
langsung
dikonversikan
Tinjauan ini dilakukan setelah peta dasar siap sehingga dalam peta dan
hasil tinjauan dapat dikonversikan ke peta
dilanjutkan ke
Langkah 7
Hasil :
Hasil PS yang ada dikonversikan dalam peta melengkapi
peta rona awal dan peta tematik (potensi dan persoalan)
Pelaku :
Tim PS, TIPP, TAPP dibantu Tim Fasilitator
Langkah 6 Pemetaan Swadaya kawasan prioritas dilakukan
Pemetaan secara paralel dengan kegiatan Pemetaan Swadaya
Swadaya (lanjutan) Kelurahan. Namun Pemetaan Swadaya kawasan
prioritas harus disajikan lebih rinci dan terukur pada
peta berskala 1:1000.
Hasil
 Profil kawasan prioritas permukiman miskin
 Data dan profil warga miskin
 Data kondisi bangunan (rumah dan fasilitas) dan
persoalannya
 Data tata letak bangunan dan persoalannya
 Data kondisi dan persoalan RTH/Ruang Publik
 Data kondisi dan persoalan sistem air bersih
 Data kondisi dan persoalan sistem sanitasi
 Data kondisi dan persoalan sistem persampahan
 Data kondisi dan persoalan sistem drainase
26
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Langkah 6 ini
dilakukan bila
Langkah 5
dianggap tidak
memadai.






Data kondisi dan persoalan sistem sirkulasi
(jaringan jalan)
Data kondisi dan persoalan sarana (jenis, sebaran,
cakupan pelayanan, dsb)
Data potensi sosial kehidupan
Data potensi kegiatan usaha (ekonomi lokal)
Data potensi sumber daya alam
Data lokasi potensi bencana
Pelaku :
Tim PS, TIIP, TAPP dibantu Tim Fasilitator
Proses Pemetaan Swadaya:
(1) TIPP dibantu oleh TAPP dan Tim Fasilitator
menetapkan terlebih dahulu aspek‐aspek yang
akan dicari informasinya dan dipetakan dalam
Pemetaan Swadaya.
Pada dasarnya informasi yang ingin diperoleh :
1. Potensi
2. Persoalan
Potensi ini mencakup:
Potensi Alam, Potensi Manusia, Potensi Sosial
Budaya dan Potensi Ekonomi
Persoalan mencakup :
Persoalan Sosial, Persoalan Ekonomi dan
Persoalan fisik (lingkungan alami dan lingkungan
buatan termasuk pelayanan prasarana dan
sarana, serta potensi bencana)
Yang termasuk ke dalam prasarana dan sarana
lingkungan adalah:
- Bangunan Perumahan
- Jalan (termasuk jalan setapak)
Sistem drainase (saluran pembuangan air)
Sistem air bersih
- Sistem sanitasi
Sistem persampahan
Pelayanan sosial ekonomi (sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, ruang terbuka,
perbelanjaan, dll)
(2) TIPP, TAPP mengorganisasi Tim PS melakukan transek
untuk mendata berbagai persoalan yang dihadapi
masyarakat dan potensi yang dimiliki dan
menuangkannya dalam peta dasar/kerja menjadi
peta rona awal
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
27
(3) Selain itu, Tim PS juga mencatat kondisi prasarana
dan sarana lingkungan (baik yang masih baik atau
sudah rusak) tersebut ke dalam Format Profil
Prasarana dan Sarana Lingkungan.
(4) Tim PS juga mencatatkan daftar persoalan dan
potensi permukiman dengan mengisi Format
Persoalan dan Potensi Masyarakat.
(5) Apabila semua aspek prasarana dan sarana
lingkungan sudah dipetakan dengan lengkap
dan kondisi prasarana dan sarana tersebut juga
sudah dicatat, maka disusunlah peta Rona Awal
kawasan prioritas yang lebih rinci dari hasil PS
Kelurahan
Peta Rona Awal
Peta rona awal adalah peta dasar yang telah
dilengkapi dengan berbagai data dan informasi
terbaru. Sumber data dan informasi peta rona awal
dapat diperoleh dari :
 Pemetaan
swadaya yang telah dilakukan
sebelumnya (melalui P2KP/PNPM MP)
 Survey lapangan (untuk melengkapi data‐data
hasil pemetaan swadaya sebelumnya).
Proses Penyusunan Peta Rona Awal
 Survey lapangan (ground survey); untuk
mengumpulkan semua data primer dan informasi
terkini dari kondisi lapangan kawasan prioritas
permukiman miskin.
 Survey pustaka, mengumpulkan data‐data
sekunder dan dokumen perencanaan yang ada.
 Verifikasi lapangan, untuk mencocokkan sekali lagi
calon Peta Rona Awal dengan kondisi lapangan
dan sekaligus mengecek apakah semua kondisi
lapangan telah tergambarkan dalam Peta Rona
Awal.
 Setelah tiga proses tersebut dilakukan dengan
baik dan benar maka Peta Rona Awal telah siap.
(proses pentahapan pembuatan peta rona awal
dan contoh‐contoh hasil verikifikasi dilapangan).
Jadi Peta Rona Awal adalah hasil survey lapangan
dalam rangka PS yang dikonversikan dalam peta, yang
mencakup sebaran KK miskin (PS2), kondisi
perumahan, kondisi prasarana dan sarana Data
tertulis dan peta Rona Awal inilah hasil lengkap PS
28
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Langkah 7 Analisis adalah tindakan untuk mengkaji dan
Analisis menilai/mengukur sebuah perkara (issue) berdasarkan
data‐data secara kualitatif dan kauntitatif untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan (contoh analisis untuk
menentukan kebutuhan dalam program kegiatan).
“Sebaiknya dalam melakukan analisis digunakan
metode pendekatan yang sederhana, mudah
dipahami dan dimengerti oleh masyarakat”
Hasil :
Data‐data kuantitatif dan kualitatif serta kajian‐kajian dari
berbagai potensi dan permasalahan yang mengarah pada
sebuah kesimpulan, selanjutnya hasil analisis ini
digunakan sebagai dasar untuk langkah penyiapan
rencana kebutuhan dan prioritas ke depan. Secara visual
hasil analisis potensi dan masalah ini berupa peta‐peta
dan ulasan diskriptif.
Kegiatan analisis dilakukan melalui mekanisme
musyawarah warga dengan Diskusi Kelompok Terarah
(DKT)/FGD. Tata cara pelaksanaan DKT/FGD.
Dalam proses analisis potensi dan persoalan, perlu
diselaraskan dengan kebijakan dan rencana‐rencana
pembangunan
tingkat
Kabupaten/Kota
yang
mempengaruhi
perkembangan
pembangunan
kawasan prioritas permukiman miskin. Proses analisis
ini perlu dilengkapi proses analisis Resiko Bencana
(lihat lampiran 1 dan 2)
Hasil analisis penduduk, sosial, ekonomi yang sudah
ada pada studi‐studi atau dokumen‐dokumen
sebelumnya dan masih relevan dengan kondisi saat ini
dapat digunakan/dicuplik kedalam analisis ini.
Pelaku :
Warga kelurahan (perempuan, laki‐laki dan
penyandang cacat), TIIP, TAPP, Tim PS, dibantu Tim
Fasilitator
Langkah 8 Dari visi kelurahan yang sdh dibangun, hasil pemetaan
Penyusunan swadaya yang lebih rinci di kawasan prioritas dan
Dokumen RTPLP kondisi nyata saat ini (lihat peta Rona Awal) dan
persoalan yang sedang dihadapi serta
mempertimbangkan kesepakatan‐kesepakatan hasil
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
29
analisis, maka dilakukan penataan ruang dan
bangunan yang lebih mendukung pola penghidupan
dan kehidupan warga di kawasan prioritas tersebut.
Dalam RTPLP kawasan priorotas permukiman miskin,
memuat:
a. Peta rencana penataan bangunan dan lingkungan,
mengatur tentang
 Zona/Blok peruntukan lahan dan bangunan
(rumah, ruko, pasar, rth, fasilitas sosial,
konservasi dan peruntukan lainnya
 Ketentuan teknis bangunan (Kepadatan,
kerapatan, ketinggian, GSB, KDB dan
ketentuan teknis lainnya
b. Peta rencana sistem jaringan, mengatur tentang
 Sistem sirkulasi/jalan
 Sistem drainase
 Sistem pengelolaan limbah rumah tangga
 Sistem jaringan listrik
 Sistem pelayanan air minum
 Sistem Pengaturan pembuangan limbah
industri (jika dibutuhkan)
c. Rencana Indikasi Program Pembangunan
Kawasan prioritas
d. Skenario pentahapan pelaksanaan Infrastruktur
yang mendukung pengembangan sosial, ekonomi
masyarakat dan lingkungan perumahan
e. Ketentuan Pengendalian Rencana
f. Pengendalian Pelaksanaan
Hasil
Dokumen RTPLP secara umum memuat :
a. Arahan penataan permukiman miskin
kawasan prioritas dan pengembangan
kawasan prioritas ke depan sesuai Visi
kelurahan
b. Peta penggunaan lahan dan bangunan
(kondisi eksisting)
c. Peta rencana tata ruang dan penataan
bangunan
kawasan
prioritas
dengan
kedalaman zona/blok peruntukan.
d. Peta rencana sistem jaringan jalan/ sirkulasi
e. Peta rencana sistem drainase
f. Peta rencana sistem pengelolaan sampah
g. Peta rencana sistem pengelolaan limbah
rumah tangga
h. Peta rencana sebaran fasilitas sosial
i. Aturan bersama awal yang disepakati warga
30
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
j.
Rencana indikasi program pembangunan yang
memuat rincian kegiatan, volume, biaya,
sumber dana, instansi/stakeholder yang
terlibat, tahun pelaksanaan
k. Rencana kesepakatan kegiatan prioritas
pembangunan kawasan
Pelaku
Warga kelurahan (perempuan, laki‐laki dan
penyandang cacat), TIIP, TAPP, Tim PS dan Tim
Fasilitator
Langkah 9
Sosialisasi draft
RTPLP dan aturan
bersama
Sosialisasi draft perlu dilakukan agar masyarakat
kawasan prioritas menyadari kemajuan pekerjaan
PLPBK dan membuka peluang untuk memberikan
masukan
Hasil
 Draft RPLP, RTPLP dan aturan bersama dipahami
warga
 Warga mendiskusikan draft tersebut sesuai
kebutuhan masing‐masing disetiap
kesempatan/pertemuan
 Warga memberikan masukan
Sosialisasi ini
dilaku secara
serial di berbagai
pertemuan
warga
Pelaku
TIPP, TAPP, Tim PS dibantu Tim Fasilitator
Langkah 10 Hasil
Finalisasi draft  Draft RTPLP dan aturan bersama serta kebutuhan
kelembagaan secara garis besar disepakati oleh
RTPLP dan aturan
TIPP, TAPP, BKM dan Lurah
bersama
 TIPP, TAPP dibantu Tim Fasilitator menyusun
RTPLP dan aturan bersama yang telah final.
Pelaku
TIPP, TAPP, Tim PS dibantu Tim Fasilitator
Langkah 11
Uji publik RPLP &
RTPLP melalui
kegiatan bazar
pembangunan
Draft RPLP & RTPLP yg sdh disepakati oleh tim kemudian Draft RPLP &
disosialisasikan dalam suatu bazar pembangunan untuk RTPLP dan
aturan bersama
mendapatkan masukan akhir (public editing)
dpt juga
Hasil
dipasang di
RPLP & RTPLP dan aturan bersama sdh dikoreksi
ruang publik
masyarakat dan final
Pelaku
TIPP, TAPP
Langkah 12 Forum konsultasi ini untuk menyepakati rencana
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
31
Forum Konsultasi 3 penataan lingkungan permukiman (RTPLP selaras dengan
RPLP).
Hasil
RPLP & RTPLP disepakati dan siap untuk disahkan oleh
Pemkot/Pemkab
Pelaku
Tim Teknis PLPBK, Lurah, BKM, TIPP, TAPP
Langkah 13 RPLP & RTPLP yang sdh final dikonsultasikan ke TKPKD
Sosialisasi hasil kemudian disosialisasikan ke masyarakat kelurahan
kesepakatan untuk membangun kesepahaman dan semangat.
Hasil
Unsur unsur masyarakat menunjukkan komitmen
masing‐masing dan siap melakukan berbagai
perubahan
Hasil final
sebaiknya
dipasang diruang
publik dan
dikelurahan
Pelaku
Lurah, BKM, TIPP, TAPP
Langkah 14
Penyusun Detail
Engineering
Desain( DED) dan
Persiapan
Pelaksanaan
Pembangunan
32
Kegiatan prioritas yang telah disepakati (langkah 8,
huruf k) kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan
Detail Engineering Desain (DED) sebagai persiapan
pelaksanaan pembangunan fisik kawasan prioritas
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Dokumen DED
merupakan
bagian dari
dokumen RTPLP
LAMPIRAN‐LAMPIRAN
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
33
LAMPIRAN ‐ 1
ANALISA PENGURANGAN RESIKO BENCANA
Langkah ini dilakukan setelah proses identifikasi bencana (hasil PS)
Logika/ Rumus Pengurangan Resiko Bencana Resiko Bencana = Bahaya X Kerentanan
1.
Identifikasi Bahaya (hazard)
1.
Jenis
Bahaya/Ancaman
Banjir
2.
Tanah longsor
No
34
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Data Pendukung
Keterangan
 Lokasi dan Luasan wilayah
banjir/genangan
 Yang terkena dampak:
permukiman atau sawah
 Kejadian masa lalu (waktu,
kerusakan,
lama
genangan,
tinggi
genangan, korban)
 Penyebab banjir
Membuat peta lokasi atau
kawasan rawan banjir.
Cara menentukan tingkatan
bahaya adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, jika mengancam
lebih 100 jiwa (banjir pada
kawasan permukiman),
waktu genangan lebih dari
3 hari.
b. Sedang: 2, jika mengancam
kurang dari 100 jiwa
(banjir pada kawasan
permukiman), waktu
genangan kurang dari 2
hari.
c. Rendah : 1, jika lebih
rendah dari point b atau
genangan pada kawasan
permukiman.
 Lokasi dan Luasan wilayah
longsor.
 Yang terkena dampak:
permukiman atau sawah
 Kejadian masa lalu (waktu,
kerusakan, korban)
 Penyebab longsor
Membuat peta lokasi atau
kawasan rawan longsor.
Cara menentukan tingkatan
bahaya adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, jika mengancam
lebih dari 50 jiwa (longsor
pada kawasan
permukiman),
b. Sedang: 2, jika mengancam
kurang dari 25‐50 jiwa
(longsor pada kawasan
permukiman)
c. Rendah : 1, jika
mengancam hanya
mengancam kawasan non
permukiman (sawah,
lading, hutan, jalan).
 Tingkat
kepadatan Membuat peta lokasi atau
kawasan rawan kebakaran.
penduduk dan bangunan
 Lokasi
dan
luasan Cara menentukan tingkatan
bahaya adalah dengan
kepadatan
menggunakan
skor.
 Kejadian masa lalu (waktu,
Asumsi:
kerusakan, korban)
a. Tinggi: 3, jika mengancam
 Penyebab kebakaran
penduduk > 50 jiwa/ha
b. Sedang: 2, jika mengancam
penduduk 25‐50
c. Rendah : 1, jika
mengancam penduduk
kurang 25
3.
Kebakaran kawasan
permukiman
4
Gempa Bumi
 Lokasi dan Luasan wilayah
gempa.
 Yang terkena dampak:
permukiman atau sawah
 Kejadian masa lalu (waktu,
kerusakan, korban)
Membuat peta lokasi atau
kawasan rawan gempa.
Cara menentukan tingkatan
bahaya adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, jika mengancam
lebih 100 jiwa
b. Sedang: 2, jika mengancam
kurang dari 50‐100
c. Rendah : 1, jika
mengancam kurang dari
50 jiwa
5
Tsunami
 Lokasi
atau
sebaran
permukiman
penduduk
atau bangunan umum
yang berada pada garis
sepadan pantai
 Jumlah penduduk dan
rumah yang terancam
 Kejadian
masa
lalu
(jauhnya limpasan air laut
dan tinggi gelombang
yang sampai daratan,
jumlah permukiman dan
jiwa
yang
terkena
bencana)
Membuat peta lokasi atau
kawasan rawan tsunami
berdasarkan zona.
Cara menentukan tingkatan
bahaya adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, jika jarak
permukiman kurang dari
500 meter dari garis
pantai.
b. Sedang: 2, jika jarak
permukiman antara 500‐
1.000 meter dari garis
pantai.
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
35
 Peta
zona
ancaman c. Rendah : 1, jika jarak
d. permukiman lebih dari
bahaya
1.000 meter dari garis
 Jaringan jalan (lebar,
pantai.
panjang, kondisi)
 Area/ bangunan evakuasi
6.
36
Letusan Gunung Berapi
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
 Lokasi dan Luasan wilayah
ancaman gunung berapi
 Yang terkena dampak:
permukiman atau sawah
 Kejadian masa lalu (waktu,
kerusakan, korban)
 Jumlah tempat evakuasi,
dan jarak area evakuasi
dengan area permukiman
Membuat peta lokasi atau
kawasan rawan erupsi
gunung berapi
Cara menentukan tingkatan
bahaya adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, jika wilayah atau
area masuk dalam
kawasan bahaya 1 (ring 1)
b. Sedang: 2, jika wilayah
atau area masuk dalam
kawasan bahaya 2 (ring 2)
c. Rendah : 1, jika wilayah
atau area masuk dalam
kawasan bahaya 3 (ring 3)
2.
Identifikasi Kerentanan (vurnerability)
No.
1.
2.
Jenis
Kerentanan
Bahaya/Ancaman
Banjir
(i) Wilayah Sungai
Tanah Longsor
Faktor
Kerentanan
Jarak sungai
Keterangan
Membuat peta lokasi
kerentanan banjir
Cara menentukan
tingkatan kerentanan
adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, Jarak
permukiman
dengan sungan
kurang dari 20
meter
(permukiman pada
garis sepadan
sungai)
b. Sedang: 2, Jarak
permukiman lebih
dari 20‐30 meter
c. Rendah : 1, Jarak
permukiman lebih
dari 30 meter
(ii) Saluran drainase
Ketersediaan
dan Asumsi:
kondisi saluran
d. Tinggi: 3, tidak ada
saluran drainase
e. Sedang: 2, ada
saluran tetapi rusak
f. Rendah : 1, ada
saluran kurang
terawat.
(i) Wilayah
tebing/lereng
Kemiringan lahan
Membuat peta lokasi
kerentanan longsor
Cara menentukan
tingkatan kerentanan
adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, lokasi
atau area
permukiman
berada pada
kemiringan lahan >
600
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
37
b. Sedang: 2, lokasi
atau area
permukiman
berada pada
kemiringan lahan
150 ‐ 600
c. Rendah : 1, lokasi
atau area
permukiman
berada pada
kemiringan lahan <
150
3.
38
Kebakaran
Kawasan
Permukiman
(ii) Wilayah bantaran Jarak
sungai
Asumsi:
d. Tinggi : 3, Jarak
permukiman
dengan tepi sungai
kurang dari 5
meter
e. Sedang : 2, jarak
permukiman
dengan tepi sungai
antara 5 – 10
meter
f. Rendah : 1, jarak
permukiman
dengan tepi sungai
lebih dari 10 meter
Wilayah
bangunan
Membuat peta lokasi
kerentanan kebakaran
Cara menentukan
tingkatan kerentanan
adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, jika
jenis bangunan
temporer
(dominasi
bahan
bangunan dari
kayu)
b. Sedang: 2, jika jenis
bangunan semi
permanen
c. Rendah : 1, jika
jenis bangunan
permanen
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
padat Jenis Bangunan
Ketersediaan
prasarana
4.
Gempa Bumi
Wilayah permukiman Konstruksi
Penduduk
Bangunan
Asumsi:
a. Tinggi: 3, jika
dimensi jalan
sempit (tidak
dapat dilalui mobil
pemadam) dan
kondisi jelek
b. Sedang: 2, jika
dimensi jalan
sempit (tidak
dapat dilalui mobil
pemadam) dan
kondisi baik
c. Rendah : 1, jika
dimensi jalan bias
dilalui oleh mobil
pemadam.
Membuat peta lokasi
kerentanan gempa
bumi
Cara menentukan
tingkatan kerentanan
adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, jika suatu
kawasan > 60%
konstruksi
bangunannya tidak
tahan gempa
b. Sedang: 2, jika
suatu kawasan 30‐
60% konstruksi
bangunannya tidak
tahan gempa
c. Rendah : 1, jika
suatu kawasan <
30% konstruksi
bangunannya tidak
tahan gempa.
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
39
5.
40
Tsunami
Wilayah pantai
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
Ketersediaan
evakuasi
area Asumsi:
a. Tinggi: 3, area
evakuasi tidak
mampu
menampung 70%
dari jumlah
penduduk
b. Sedang: 2, area
evakuasi mampu
menampung 50% ‐
70% dari jumlah
penduduk
c. Rendah : 1, area
evakuasi mampu
menampung lebih
dari 70% dari
jumlah penduduk.
Ketersediaan
evakuasi
area Membuat peta lokasi
kerentanan tsunami
Cara menentukan
tingkatan kerentanan
adalah dengan
menggunakan skor.
Asumsi:
a. Tinggi: 3, jika
kawasan/lokasi
bahaya tsunami
tidak tersedia
area/bangunan
yang cukup tinggi
b. Sedang: 2, jika
kawasan/lokasi
bahaya tsunami
tersedia
area/bangunan
yang cukup tinggi
tetapi masih dalam
jarak bahaya
(kurang dari 500 m
dari pantai)
c. Rendah : 1, jika
kawasan/lokasi
bahaya tsunami
tersedia
area/bangunan
yang tinggi dengan
jarak lebih dari 500
m dari pantai
6.
Letusan
berapi
gunung Wilayah pegunungan
Ketersediaan
jaringan jalan
Asumsi:
a. Tinggi: 3, kurang
jalan alternative
untuk
penyelamatan (1‐
2 jalur alternatife)
b. Sedang: 2, ada
jalur
penyelamatan ( >
2 jalur alternatif)
c. Rendah : 1, ada
jalur
penyelamatan ( >
2 jalur alternatif)
dan dapat dilalui
angutan roda 4
Ketersediaan
evakuasi
area Asumsi:
a. Tinggi: 3, tidak ada
area evakuasi
b. Sedang: 2, ada
area evakuasi tapi
tidak mencukupi
c. Rendah : 1, ada
area evakuasi
Ketersediaan
jaringan jalan
Asumsi:
a. Tinggi: 3, kurang
jalan alternative
untuk
penyelamatan (1‐
2 jalur alternatife)
b. Sedang: 2, ada
jalur
penyelamatan ( >
2 jalur alternatif)
c. Rendah : 1, ada
jalur
penyelamatan ( >
2 jalur alternatif)
dan dapat dilalui
angutan roda 4
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
41
3.
Tingkat Resiko Bencana
Cara menentukan Peta Resiko Bencana :
Tentukan tingkatan ancaman pada masing‐masing jenis bencana dengan nilai tingkatan terendah
adalah 1 dan tertinggi 3 (dari hasil analisis ancaman bencana). Selanjutnya tentukan pula
tingkatan kerentanan dengan nilai tingkatan 1 untuk tingkatan terendah dan 3 tingkatan yang
tinggi ( dari hasil analisis kerentanan). Apabila sudah tentukan besaran masing‐masing tingkatan
maka dikalikan keduanya, hasil perkalian (skor) yang terendah 1 dan yang tertinggi adalah 9.
Cara menentukanderajat tingkatan resiko bencana, derajat tingkatan di bagi menjadi 3, yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mendapatkan hasil tingkatan perlu ditentukan jarak nilai untuk
masing‐masing tingkatan.
Cara menentukan jarak nilai tingktan dengan menggunakan nilai atas atau skor tertinggi dikurang
nilai atau skor terendah dibagi 3 (sesuai dengan banyaknya jenjang tingkatan), jadi rumusnya :
9–1
‐‐‐‐‐‐
3
Dari rumus tersebut akan diperoleh jarak nilai sebagai berikut :
Tingkatan
Skor/Nilai
Keterangan
Resiko Bencana
7 s/d 9
Tinggi
Semakin tinggi total skor/nilai resiko
4 s/d 6
Sedang
Bencana, maka semakin tinggi prioritas
1 s/d 3
Rendah
penanganan
42
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
LAMPIRAN ‐ 2
LANGKAH‐LANGKAH PENYUSUNAN PETA SKENARIO PRB ATAU MITIGASI BENCANA
1.
Jenis
Bahaya/Ancaman
Banjir
2.
3.
No
Data Pendukung
Langkah ‐ langkah
 Peta resiko
banjir
bencana  Ploting lokasi/area resiko
bencana banjir
 Ploting jumlah dan
persebaran penduduk
utamanya yang terancam
banjir
 (i) mengidentifikasi
lokasi/tempat yang tidak
terkena banjir, (ii) jaringan
jalan terdekat menuju
lokasi/tempat yang tidak
terkena banjir
 Membuat petunjuk
arah/rambu penyelamatan
menuju lokasi/tempat
pengungsian yang aman
 Kondisi tersebut jika tinggi
genangan lebih dari 50 em
dan lama genangan lebih
dari 5 hari.
Tanah Longsor
 Peta resiko
tanah longsor
bencana  Ploting lokasi/area resiko
bencana longsor
 Ploting jumlah dan
persebaran penduduk yang
terancam
 (i) mengidentifikasi
lokasi/tempat yang aman
dari longsor, (ii) jaringan
jalan terdekat menuju
lokasi/tempat yang aman
tidak terkena longsor
 Membuat petunjuk
arah/rambu penyelamatan
menuju lokasi/tempat
pengungsian yang aman
Kebakaran kawasan
permukiman
 Peta resiko
kebakaran
bencana  Ploting lokasi/area resiko
bencana kebakaran
 Ploting jumlah dan
persebaran penduduk
utamanya yang terancam
 (i) mengidentifikasi
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
43
lokasi/tempat yang aman
dari kebakaran, (ii) jaringan
jalan terdekat menuju
lokasi/tempat evakuasi
yang aman (menghindari
melewati jalan sempit yang
padat bangunan), (iii) lebar
jalan yang dapat dilalui oleh
kendaraan pemadam
kebakaran, (iv) kondisi jalan
pada point iii dan iv.
 Membuat petunjuk
arah/rambu penyelamatan
menuju lokasi/tempat
pengungsian yang aman
(area evakuasi bias lebih
dari satu tempat)
4.
44
Gempa Bumi
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
 Peta resiko
gempa bumi
bencana  Ploting lokasi/area resiko
bencana gempa bumi
 Ploting jumlah dan
persebaran penduduk
utamanya yang terancam
 (i) mengidentifikasi
lokasi/tempat yang aman
sebagai area evakuasi, (ii)
mengidentifikasi kapasitas
tampung area evakuasi, (iii)
mengidentifikasi jumlah
penduduk pada area yang
terkena dampak resiko
bencana, (iv) jaringan jalan
terdekat menuju
lokasi/tempat evakuasi
yang aman (menghindari
melewati jalan sempit dan
padat bangunan), (v)
mengidentifikasi jenis
kendaraan yang melewati
jalan menuju area evakuasi,
(vi) lebar jalan yang dapat
dilalui oleh manusia dan
kendaraan, (vii) kondisi
jalan.
 Membuat petunjuk
arah/rambu penyelamatan
menuju lokasi/tempat
pengungsian yang aman
(area evakuasi bias lebih
dari satu tempat)
 Dibutuhkan langkah
penyelamatan yang cepat
untuk kawasan yag padat
penduduk dan jalan dilalui
oleh kendaraan sehingga
butuh akses jalan menuju
area evakuasi
 Pada kawasan kepadatan
rendah penduduk dan
jaringan jalan sudah
mencukupi tidak perlu
dibutuhkan akses yang
cepat untuk menuju area
evakuasi.
5.
Tsunami
 Peta resiko bencana  Ploting lokasi/area resiko
tsunami
bencana tsunami
 Jumlah penduduk pada  Ploting jumlah dan
suatu kawasan
persebaran penduduk
utamanya yang terancam
 Jaringan jalan (status
jalan,
dimensi
dan  (i) mengidentifikasi
lokasi/tempat yang aman
kondisi)
sebagai area evakuasi,
 Ketinggian
area/lokasi
bukit dan bangunan tinggi
evakuasi
(ii) mengidentifikasi
 Jumlah bangunan tinggi
kapasitas tampung area
sebagai area evakuasi
evakuasi, (iii)
 Jarak dari pantai ke
mengidentifikasi jumlah
area/lokasi evakuasi
penduduk pada area yang
terkena dampak resiko
bencana, point iii dan iv
bisa diluar desa/wilayah,
(iv) jaringan jalan terdekat
menuju lokasi/tempat
evakuasi yang aman/akses
cepat, (v) mengidentifikasi
jenis kendaraan yang
melewati jalan menuju area
evakuasi, (vi)
mengidentifikasi alternative
jalur menuju area evakuasi
(lebar dan kondisi
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
45
 Mengarahkan
penyelamatan ke area
evakuasi per kaawasan
(konsentrasi penduduk)
dengan
mempertimbangkan jarak
dan jaringan jalan
 Membuat petunjuk
arah/rambu penyelamatan
menuju lokasi/tempat
pengungsian yang aman
(area evakuasi bisa lebih
dari satu tempat)
 Dibutuhkan langkah
penyelamatan sehingga
butuh akses jalan yang
lebar dengan kondisi baik
untuk menuju area
evakuasi.
 Jalan sebagai jalur evakuasi
dibuat tegak lurus denga
garis pantai.
6.
46
Letusan Gunung Berapi
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
 Peta resiko bencana  Ploting lokasi/area resiko
letudan gunung berapi
bencana erupsi gunung
berapi
 Jumlah penduduk pada
suatu kawasan
 Ploting jumlah dan
persebaran penduduk
 Jaringan jalan (status
utamanya yang terancam
jalan,
dimensi
dan
 (i) mengidentifikasi
kondisi)
lokasi/tempat yang aman
 Area evakuasi : lokasi
sebagai area evakuasi, (ii)
yang aman
mengidentifikasi kapasitas
 Jarak antara kawasan
tampung area evakuasi, (iii)
permukiman dengan area
mengidentifikasi jumlah
evakuasi
penduduk pada area yang
terkena dampak resiko
bencana, bisa diluar
desa/wilayah, (iv) jaringan
jalan terdekat menuju
lokasi/tempat evakuasi
yang aman/akses cepat, (v)
mengidentifikasi jenis
kendaraan yang melewati
jalan menuju area evakuasi,
(vi) lebar jalan yang dapat
dilalui oleh manusia dan
kendaraan, (vii) kondisi
jalan.
 Membuat petunjuk
arah/rambu penyelamatan
menuju lokasi/tempat
pengungsian yang aman
(area evakuasi bisa lebih
dari satu tempat)
 Dibutuhkan langkah
penyelamatan sehingga
butuh akses jalan yang
lebar dengan kondisi baik
untuk menuju area
evakuasi.
PETUNJUK TEKNIS RPLP & RTPLP
47
KANTOR PUSAT
JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia - 12110
KANTOR PROYEK
Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan
Jakarta Pusat Indonesia - 10210
SEKRETARIAT TP PNPM MANDIRI
www.pnpm-mandiri.org
PENGADUAN
P.O. BOX 2222 JKPMT
SMS 0817 48048
e-mail : [email protected]
www.p2kp.org | www.pnpm-perkotaan.org
Download